THE INFLUENCES OF ISLAMIC WORK ETHICS TOWARD ORGANIZATIONAL COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE
ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH
Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
THE INFLUENCES OF ISLAMIC WORK ETHICS TOWARD ORGANIZATIONAL COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE
ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH
Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iv
Nomor Mahasiswa : 20120410381
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: " PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan juga sepanjang pengetahuan saya karya ini belum pernah ada ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan sebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya yang sama dengan orang lain maka saya bersedia karya ini siap dibatalkan dan mengikuti prosedur yang diatur oleh Perguruan Tinggi.
Yogyakarta, 25 November 2016
NURRAHMAN
v
(SAID TUHULELEY)
HIDUP ADALAH IMAN DAN JIHAD
(ALI SYARI’ATI)
BERGERAK DAN BERKARYA (HMI KORKOM UMY)
BANGUNLAH DENGAN KARYAMU, SESUNGGUHNYA KARYAMU AKAN MENGANTARKAN KE ARAH BIJAKSANAANMU
vi
PERSEMBAHAN
Wahai Tuhanku Allah SWT, ampunkanlah segala dosaku dan semua penjuru Dunia ini. Ciptaanmu sungguh luar biasa Dunia ini. Butuh kesabaran dan waktu yang lama untuk memaknai maksud dari segala ciptaanMU. Ijinkan hambamu pada kesempatan yang mulia ini untuk menulis dan mengucapkan syukur serta terimakasih kepada salahsatu ciptaanMU yaitu Manusia. Melalui halaman pengesahan ini, saya mengucapkan banyak syukur dan terimakasih kepada :
1. AMA dan INA yang melahirkan dan membimbingku hingga sampai mendekati diumurku yang Ke - 22 Tahun ini. Sosok pengayang dan pejuang keras yang rela menghapuskan rasa kelaparan demi kebahagiaan keluarga. Dan juga sebagai pondasi dan sumber sinar pencerahan kehidupanku serta jajaran keluarga.
2. Abang Mulyadi putra pertama dari kelurga. Sosok kakak yang keras, pemikir dan pekerja keras serta jiwa sosial yang tinggi. Berkat pola didikanmu aku bisa keluar dari godaan hidup yang ketergantungan.
vii
5. Kakak Ety anak ke empat dari keluarga, satu-satunya saudara perempuan dari keluarga. Sosok kakak yang selalu ada buat hidupku di tanah rantau dan pengayang sama adiknya. Semoga cepat kelar Sarjananya kak.
6. Adikku Nasrullah anak ke enam (terkahir) dari keluarga. Sosok adik yang setia menemani orang tua di Rumah. Bibit tangguh dari keluarga semenjak aku mulai kuliah (2012) sampai sekarang (2016). Terimakasih dek.
7. Sahabat Abang Amin, Abang Subhan, Abang Arif, Abang Alimudin, Abang Fadil, Bang Hairudin, Bang Rizal, Om Tam, Om Hendra, Kaka Rif’ah, Kaka Sri, Kaka Liana dan Kaka Rahmi. Sosok senior Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY) yang sudah menjemput dari terminal dan mendidik serta mengontrol kami dalam satu payung kekeluargaan di Tanah rantauan (Kota Yogyakarta).
8. Saudara seperjuangan angkatan 2012 IPMLY. Muhlis, Didin, Askarin, Putri, Lena Marlina, Ola, Fahmi, Yogi, Ihsan, Rahmat, Hilful, Andani, Tirima, Uswatun, dan Sahrir. Suntikan semangat merantau yang menggelora dan niat untuk memajukan Bima. Semoga cita cita kita semua bisa tercapai. Amin
9. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY). Semoga tetap berkembang dan terdepan serta menjadi inisiator perubahan.
10.Bang Panji dan karyawan sekantor Maesarah.com. terimakasih sudah memberikan curhatan pahit manisnya hidup di Yogyakarta dan membantu menyiapkan alat alat Mataf. Maaf sudah mengacak ngacak ruang kantornya. Hehehe
viii
12.Jajaran Koordinator Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta periode 2012-2013. Terimakasih sudah berjuang bersama untuk mewakili suara dan aspirasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY.
13. Bang Mus’ab dan Jajaran Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2013-2014.
Terimakasih sudah memberikan kepercayaan untuk menjadi bagian untuk mengurus Senat Mahasiswa.
14.Bang Linggo. Sosok manusia yang ikhlas. Terimakasih sudah menambahkan uang SPP kuliah Rp. 800.000. Berkat keikhlasanmu saya bisa menyelesaikan kuliah hingga skripsi ini.
15.Abang Sidik (Kader terbaik HMI Dipo dan Mantan Ketua BEM Isipol UMY). Sosok guru Religius dan Pergerakan serta kepemimpinan. Terimakasih banyak sudah rela menammpung kurang lebih 2 bulan di kosan kosan, mendidik dasar Dunia Filsafat, Ke-Islaman, pergerakan dan kepemimpinan. Dan juga terimakasih buku bukunya, semoga Istri dan anakmu selalu diberikan kesehatan yang baik, Amin.
16.Abang Sona (Kader Sekolah Bersama atau SEKBER). Sosok advokasi jalanan yang menggembirakan tentang data-data perkembangan Jogja apalagi Kulon Progo. Terimaksih banyak atas bukunya, sampai sekarang belum saya kembalikan. Buku Roem Topangtimasong mengajarkan kita tentang arti pokok sebuah sekolah.
17.Kanda Muhib (2012-2013) dan Heru (2013-2014), masing masing Mantan Ketua Umum HMI Komisariat Ekonomi UMY. Terimaksih banyak sudah memberikan arti perjuangan dan dedikasi untuk membangun dan mengembangkan komisariat Ekonomi UMY.
ix
tinggal di sekretariatan walaupun tantangan yang kadang-kadang membuat kita menderita selama kepengurusan kita.
19.Jajarang Pengurus HMI FE UMY 2014-2015 (Yunda Yuni, Putri, Ita, Sunaini Rofiah, Femi dan Kanda Luki, Rian, Aginza, Iqbal, Gilang, Eko, Yunus, Riki, Maulana, Sukma, Musoli, Mahdi, Acong ).
Terimaksih banyak sudah membantu mensukseskan kepengurusan selama saya menjadi ketua komisariat.
20.Kanda Muhtar dan Kanda Makruf, masing masing manta ketua Cabang yang sudah melantik ketua HMI Komisariat dan KORKOM UMY. Terimakasih banyak atas dedikasinya dan selamat atas kesuksesannya memimpin HMI Cabang Yogyakarta.
21.Bang Yogi dan Bang Danang. Masing masing sebagai alumni HMI UMY dan yang pernah menjadi perwakilan HMI UMY untuk memimpin HMI Cabang Yogyakarta. Sosok konseptor dan pergerakan HMI, khususnya HMI UMY. Terimakasih banyak atas kepedulian dan dedikasinya untuk tetap konsisten mengembangkan HMI UMY.
22.Bang Rahim, Bang Alvin dan Bang Ikmal, masing masing mantan ketua HMI KORKOM UMY. Sosok petarung yang multi kekuatan, keras dalam memimpin dan peduli HMI UMY. Terimakasih banyak atas teori dan gerakan yang sudah didedikasikan selama adindamu ada di HMI UMY. 23.Bang Anam. Sosok manusia pengader di HMI UMY, manusia kekinian,
sosiabel dan cita cita menjadi Hakim sukses. Terimakasih banyak bang, atas bagi-bagi limunya dan sudah siap menjadi pemberi motivasi.
x
25.Jajaran Team Sukses dan kemenangan Pemuli Raya UMY 2016-2017 (Ibong, Aldi, Rizki, Rollang, Ariyang, Diun, Pandu, Fajar, Dhandi, Icang, Rahmad, Tara, Edi, Rizki Azkia, Aulia Fernando, Zahra, Abdi, Erha, Dysept, Fatwa, Hendra, Adi, Meilin, Rizki Andora, Haerudin, Hakim, Aryanto, Afan, Hasrin, Ito, Cak Luking, Igun, dan teman-teman IMM Ekonomi UMY, Rais, Rian, Erik ) serta kawan-kawan yang mungkin belum saya tulis namanya terimakasih banyak sudah ikut berpartisipasi untuk menyadarkan pentingnya berpolitik berbasis kemanusiaan dan menegakkan keadilan di Kampus UMY. Banyak pengalam yang saya petik dan curi ilmu di momen yang penuh dengan sejarah ini. Semoga semangat saling mengingatkan dan membangunkan antara satu dengan yang lain tetap dilestarikan sampai di akhir kuliah kita. Amin
26.Jajaran Pengurus HMI KORKOM UMY Periode 2015-2016 (Arif, Acong, Anis, Rian, Ibong, Icang, Bang Zuf, Putri, Panji, Krisna, Bastian, Kanda Aldo, Abdul, Aldi ) terimakasih banyak sudah membantu dalam kepengurusan HMI KORKOM UMY yang sebentar lagi akan berakhir masa kepengurusannya. Begitu banyak dinamika yang diletakkan di atas kepengurusan tahun ini mendorong kita memacu kekuatan serta memupuk idealis sebagai kader HMI UMY. Semoga amalan kita bersama mampu bercahaya dari tahun ke tahun. Amin
27.Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelemat Organisasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lintas angkatan.
Saya mengucapkan terimakasih banyak sudah memberikan pengalaman yang berharga, ilmu dan dukungan selama saya kuliah dan sebagai kader HMI UMY hingga lamanya sampai sekarang sudah berjumlah empat Tahun.
28.Sahabati Zak. Terimakasih banyak atas waktu dan ruang kehidupanmu. 29.Sahabat Suko. Terimakasih banyak atas bantuan printernya hingga
karunia-Nya kepada kita semua serta meringankan dalam penyusunan skripsi yang berjudul
”PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CANAG YOGYAKARTA” . Shalawat serta salam
kita haturkan kepada sang Revolusioner sejati bagi umat yang ada di muka Bumi ini yaitu Nabi Muhammad Saw.
Skripsi ini merupakan salahsatu syarat mutlak untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan ini tidak lepas dari peran kontrol dan bimbingan moral oleh beberapa pihak. Ijinkan penulis pada kesempatan emas dan penuh bahagia ini pada kesempatan ini penulis dan niat yang dalam mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Terfavorit Sri Handari W., S.E., M.Si. yang telah dengan penuh kesabar dan teliti membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
3. Bapak, Ibu, sahabat-sahabat, dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan bagi perbaikan di penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 25 November 2016
xiv
HALAMAN PERSETUJUAN…...………ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERNYATAAN………iv HALAMAN MOTTO….………v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi INTISARI ………...xi
ANBSTRACT………....xii
KATA PENGANTAR………..xiii DAFTAR ISI………...xiv
DAFTAR TABEL……….xvi
DAFTAR GAMBAR………...xvii
Bab I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Permasalah Penelitian………..9
C. Tujuan Penelitian………...10
D. Manfaat Penelitian……….10
Bab II TINJAUAN PUSTAKA……….12
A. Landasan Teori………...12
B. Kerangka Konsep dan Pengembangan Hipotesis………...39
C. Model Penelitian………43
Bab III METODE PENELITIAN………..44
A. Obyek dan Subyek Penelitian………44
B. Jenis Data………...44
C. Tehnik Pengambilan Sampel………..44
xv
F. Uji Kualitas Instrumen………...48
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis……….51
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………55
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian……….55
B. Hasil penyebaran kuesioner………...95
C. Gambaran Umum Responden………96
D. Hasil analisis statistik deskriptif...102
E. Uji Kualitas Instrumen……….105
F. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)………...108
G. Pembahasan (Interpretasi)………112
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN………121
A. Kesiimpulan……….121 B. Saran……….121
Daftar Pustaka
xii
Organizational Commitment with Job Satisfaction as moderating variable in BNI Sharia branch. In this research, the subjects were employees in BNI Sharia Jogjakarta-branch who had worked a year, at least. And, there were 120 samples to use, but only 55 of data that could be processed. Sampling was using purposive sampling method carried out for two months. The analysis tool employed WarpPLS2.0.
From the analysis, researchers obtained results that the Islamic Work Ethics significantly influenced organizational commitment. Furthermore, job satisfaction moderated the influence of Islamic work ethics considerably to organizational commitment.
xi
Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja sebagai variabel pemoderasi pada Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan/i di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta yang telah bekerja minimal 1 (satu) Tahun. Dan juga sampel yang dipakai pada penelitian ini berjumlah 120 akan tetapi hanya 55 data yang dapat diolah. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan selama 2 (dua) Bulan. Alat analisis menggunakan WarpPLS2.0.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di Indonesia semakin banyak isu-isu tindakan tidak etis yang terjadi di
dalam perusahaan. Salahsatu contoh adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh seorang manajer seperti, kasus pembobolan dana Bank Syariah
Mandiri (BSM). Pembobolan dana Rp 75 miliar dilakukan dengan modus
menerbitkan dan mencairkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN). Tidak hanya Indonesia, Baratpun dilanda dekandensi moral dan
krisis moral yang disebabkan kemajuan ilmu dan teknologi yang berbasis
materialisme dan membuahkan konsumerisme dan hedonisme. Akibatnya,
muncul berbagai pelanggaran etika sosial yang merugikan perusahaan dan
masyarakat karena besarnya kekuasaan individu akibat penyalahgunaan
kekuasaan (wewenang) dan pengaruh filsafat kapitalisme yang berlandaskan
egoisme dan individualisme.
Menurut Beekun (1997) pada era Tahun 1991 banyak terjadi
permasalahan ketenagakerjaan di Amerika Serikat seperti; pencurian,
kebohongan, kecurangan, penipuan, dan kegiatan negatif lainnya. Lebih lanjut
Beekun (1997) juga mengungkapkan baik di Amerika maupun di banyak
Negara lain juga mengungkapkan merajalelanya perilaku tidak etis dalam
dunia bisnis. Sebagai contoh. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 2000
perusahaan besar Amerika mengungkapkan bahwa permasalahan etis berikut
prioritas yang paling sering terjadi): (1) penyalahgunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang, (2) pencurian oleh para pekerja, (3) konflik kepentingan, (4)
permasalahan control kualitas, (5) diskriminasi perekrutan dan promosi
pekerjaan, (6) penyalahgunaan hak sumber informasi, (7) penyalahgunaan
anggaran keuangan perusahaan, (8) penutupan lapangan kerja dan pemecatan,
(9) penyalahgunaan aset perusahaan, dan (10) polusi lingkungan. Secara
internasional, nilai-nilai etika bisnis juga sangat kurang diperhatikan. Dalam
sebuah survei terhadap 300 perusahaan di seluruh dunia, lebih dari 85%
eksekutif senior menyatakan bahwa permasalahan etis utama yang sering
mereka hadapi; konflik kepentingan antarpekerja, hadiah yang tidak
semestinya diberikan, pelecehan seksual, dan pembayaran yang tidak sah
(Beekun (1997).
Pelanggaran-pelanggaran etika disebutkan di atas seakan menjadi titik
tolak bagi masyarakat untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional
dengan mengedepankan integritas dan profesinya sehingga hasil kinerjanya
benar-benar dirasakan oleh masyarakat secara adil dan transparan serta
menjaga nama baik perusahaan.
Akan tetapi dengan adanya kasus yang beredar di masyarakat seperti
kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2015 dan
kasus-kasus yang sudah terbukti pelanggaran etika yang diungkapkan oleh
Beekun di Amerika Serikat. Masyarakat dalam hal ini mulai menyaksikan
komitmen karyawan terhadap kode etiknya dan juga komitmennya terhadap
Dalam konteks ini, apakah kemudian wajar bagi seorang pengusaha
Muslim untuk berperilaku etis dalam lingkungan global yang serba kompetitif
ini. Dalam ajaran Islam, etika menuntun seluruh aspek kehidupan manusia.
Kesuksesan tertinggi yang akan di peroleh seseorang Muslim atau falah dalam
Islam adalah sama bagi setiap muslim baik saat menjalankan bisnis ataupun
saat menjalankan aktivitas sehari-hari mereka. Tanpa mengkhususkan diri
pada suatu situasi tertentu, Allah menggambarkan orang yang mencapai
kesusksesan sebagai orang orang yang mengarahkan semua tindakannya
kepada kebaikan (khayr), mendorong kepada yang benar (ma’ruf), dan
melarang kepada yang salah (munkar).
Namun demikian, dalam dunia bisnis, apakah sebenarnya
standar-standar tuntutan khusus yang harus diikutin sebuah perusahaan? Apakah
tanggung jawab seseorang muslim terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan baik secara internal maupun eksternal? Meskipun para
eksekutif tingkat atas sebuah perusahaan telah memperlihatkan perilaku etis
dengan baik, bagaimana agar para manajer tingkat bawah dan menengah dapat
di dorong untuk juga berperilaku secara etis? pedoman apa yang dapat
digunakan sebagai tuntunan perilaku etis yang konsisten dalam dunia bisnis
muslim ?
Menurut Sukrisno Agoes (2009) Manusia merupakan mahluk ciptaan
Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan
kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu
serta mampu menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir
(hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di samping adanya nilai-nilai
antara, yaitu nilai-nilai yang lebih rendah (kekayaan, kekuasaan dan
kenikmatan duniawi).
Semua agama melalui kitab sucinya masing masing mengajarkan
tentang beberapa hal pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan, (2) (God, Allah, Gusti
Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas, dan lain lain), (3) etika, tata
susila, dan (4) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan
etika tidak dapat dipisahkan.Tidak ada agama yang tidak mengajarkan
etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritual) seseorang ditentukan bukan saja
kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga
oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah
menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang
bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan
atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika bisnis, kedangkalan
merujuk pada etika manajemen atau etika organisasi yang secara sederhana
membatasi kerangka acuannya pada konsepsi sebuah organisasi (Beekun
(1997).
Keberadaan Bank Syariah di Indonesia (termasuk Bank Negara
karena mempunyai label 'Syari'ah. Tetapi mereka perlu memperhatikan dan
menanggapi perubahan-perubahan eksternal yang terus berubah secara
dinamis.Kondisi ini menuntut Bank-Bank Syari'ah memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan eksternal. Penerapan etika kerja Islam,
budaya organisasi, dan kepemimpinan spiritual secara simultan dan konsisten
terhadap sikap dan komitmen karyawan dalam menghadapi segala perubahan
yang terjadi, sangat penting, agar keberadaan Bank Syari'ah di Indonesia bisa
berkembang pesat bersaing dengan bank-bank konvensional.
Sistem etika Islam berbeda dari sistem etika sekuler dan ajaran moral
yang diyakini oleh agama-agama lain. Sepanjang rentang sejarah peradaban,
model-model sekuler ini mengansumsikan ajaran moral yang bersifat
sementara dan berubah-ubah karena didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini
para pencetusnya, misalnya Epicurianisme atau ajaran tentang kebahagiaan
demi kebahagiaan semata. Model-model ini pada umumnya membangun
sebuah sistem etika yang terpisah dari agama. Pada saat yang sama, ajaran
moral yang diyakini oleh sejumlah agama lain sering kali terlampau
menekankan nilai-nilai yang mengabaikan keberadaan kita di dunia ini.
Sebagai contoh, ajaran kristen yang terlampau menekankan kedudukan biara
telah mendorong pengikutnya untuk menyingkirkan dari hiruk pikuk dan
kesibukan kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, ajaran Islam yang melekat
dalam sistem etika Islam menekankan hubungan antara manusia dengan sang
pencipta. Karena Allah maha sempurna dan maha mengetahui, kaum muslim
perilaku manusia. Ajaran etika Islam dapat diterapkan sampai kapanpun
karena sang Pencipta berada lebih dekat dari urat leher manusia, dan memiliki
pengetahuan yang sempurna dan abadi.
Dalam menghadapi tantangan pada pelaksanaan pekerjaan oleh
karyawan yang ada di dalam perusahaan, setiap karyawan harus berpegang
teguh pada etika yang sudah ditetapkan oleh agamanya. Salahsatu etika yang
dimaksud tersebut adalah Etika Kerja Islam. Etika kerja Islam yang bersumber
dari syariah mendedikasikan kerja sebagai kebajikan. Etika kerja Islam
menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagiaan dan kesempurnaan.
Kerja keras merupakan kebajikan, dan mereka yang bekerja keras lebih
mungkin maju dalam kehidupan, sebaliknya tidak bekerja keras merupakan
sumber kegagalan dalam kehidupan (Ali (1988) dalam Syamsul Hidayat
(2015). Nilai kerja dalam etika kerja Islam diungkapkan Ali (1988) lebih
bersumber dari niat dari pada hasil kerja.
Etika sebagai akidah etik masyarakat dalam pedoman, patokan atau
ukuran berperilaku yang tercipta melalui konsesus, atau keagamaan atau
kebiasaan yang didasarkan pada nilai baik dan buruk (Mas’ud (2002) dalam
Adilistiono (2010). Dewi dan Bawono (2008) dalam Ridwan (2013)
membedakan etika syari’ah (etika kerja Islam) dengan sistem etika lainnya,
yaitu berkaitan dengan niat, cara meraih tujuan serta sumber penentuan nilai.
Menurut Ali, dalam Edwin Zusrony (2013) yang menegaskan bahwa
nilai kerja dalam etika kerja Islam lebih bersumber dari niat (accom-paying
(2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap positif terhadap pekerjaan
seseorang. Kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi (Shokrkon
dan Naami (2009) dalam Keumala Hayati dan Indra Caniago (2012). Karena
itu, lebih mungkin bahwa orang-orang yang percaya pada Islam dan
mempraktekkanya cenderung lebih berkomitmen untuk organisasi mereka dan
mungkin lebih puas dengan pekerjaan mereka (Yousef (2001) dalam Keumala
Hayati dan Indra Caniago (2012). Karakter menunjukkan personalitas seorang
profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya
yang Islami.
Komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas
karyawan terhadap organisasi dan proses yang berkelanjutan, dimana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi, keberhasilan
dan kemajuan yang berkelanjutan. Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah
Jamil (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi
(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas
(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang
dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.
Selanjutnya, studi Ostroff (1992) dalam Syamsul Hidayat (2015)
menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai faktor
penentu/determinan motivasi dan kinerja organisasi. Asumsi Ostroff (1992)
berdasarkan pada kerja teoritisi organisasi, bahwa pegawai yang puas,
mampu bekerja sesuai tujuan organisasi dan memberikan pelayanan
sepenuhnya bagi organisasi.
Pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi sudah
banyak diteliti secara empiris pada karyawan perbankkan, PNS dan guru
(Edwin Zusrony, 2013; Keumala Hayati dan Indra Carniago, 2012;
Adilistiono, 2010; Anisya Aditya, 2013; Rokhman dan Omar, 2008; dan
Yousef, 2001), komitmen organisasi dapat dialami oleh karyawan pada sektor
Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB serta PNS. Pada dasarnya,
ketika seseorang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, sikap dan
perilaku seseorang akan cenderung konsisten dengan aturan dan ketentuan
agama (Rahman, et al. (2006) dalam Keumala Hayati dan Indra Carniago,
(2012). Kepuasan kerja adalah sikap emosional karyawan yang menyenangkan
dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan. (1984) dalam Edwin Zusrony (2013).
Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta
berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Konstruksi dari sikap
menyenangkan dan komitmen organisasi memusatkan perhatian pada
kesetiaan karyawan terhadap organisasi. Ini merupakan kondisi psikologi atau
orientasi karyawan terhadap organisasi di mana karyawan bersedia
mengeluarkan energi ekstra demi kepentingan perusahaan.
Peran etika kerja Islam patut mendapatkan perhatian khusus karena
memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dan komitmen dalam
dengan dasar-dasar keIslaman, dimana bekerja adalah bagian dari ibadah,
maka setiap pekerjaan akan dapat dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa
tanggung jawab.
Anisya Aditya (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh etika
kerja Islam terhadap komitmen organisasi PNS pada Dinas Pendidikan dan
Kesehatan Kota Malang. Penelitian serupa menarik untuk dilakukan pada
karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Ditambah lagi, penelitian
tentang etika kerja Islami dengan variabel intervening Kepuasan Kerja juga
belum banyak dilakukan di perbankkan syariah. Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan penelitian hubungan etika kerja Islami dengan kepuasan kerja dan
komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang
Yogyakarta.
B. Permasalahan Penelitian
Seluruh karyawan perusahaan kadang harus terkena getahnya saat
seseorang dalam perusahaan melakukan kesalahan. Bahkan jika mereka tidak
melakukan perbuatan melanggar hukum dan etika seperti mencuri,
menggelapkan dana perusahaan, menipu pihak lain, orang masih akan
melakukan kesalahan-kesalahan yang sama baik secara disengaja atau tidak.
Etika kerja merupakan sistem nilai yang dianut secara perorangan yang
termasuk etika hubungan antar Karyawan dan perusahaan. Karyawan yang
merasa nyaman dan terjauhkan dari berbagai macam ancaman buruk bagi
dirinya di lingkungan kerja akan mendorong karyawan untuk bekerja secara
dengan kenyaman yang tercipta dalam lingkungannya akan terdorong untuk
memaksimalkan energinya dan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas
dalam perusahaan untuk mencapai target-target perusahaan tersebut dan
menganggap dirinya sebagai bagian dalam menentukan arah perkembangan
perusahaan yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi?
2. Apakah kepuasan kerja memoderasi pengaruh etika kerja Islam terhadap
komitmen organisasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti
empiris tentang:
1. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji hubungan antara etika
kerja Islam dengan komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI
Syariah Cabang Yogyakarta;
2. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji kepuasan kerja
memediasi hubungan antara etika kerja Islam dengan komitmen
organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi karyawan, dapat membantu untuk mengenali dan peka terhadap
2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
pada pengembangan teori terutama dalam berkaitan Manajemen Sumber
Daya Manusia;
3. Memberikan kontribusi praktis bagi lembaga guna kesuksesan perencanaan
dan implementasi komitmen organisasi melalui penciptaan suatu etika kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. Etika Kerja
Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari Yunani, yaitu
ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin dan
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan (M.Yatimin Abdullah
2006).
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) ilmu etika ini juga telah
disebut-sebut sejak zaman Sokrates (399:470 SM). Ia berpendapat bahwa
etika membahas baik-buruk, benar-salah dalam tingkah laku, tindakan
manusia, dan menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak
mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia
seharusnya berbuat dan bertindak. Pengertian etika juga dapat diartikan
dengan membedakan tiga arti dari penjelasan etika, yaitu:
a. Etika membahas ilmu yang mempersoalkan tentang
perbuatan-perbuatan manusia mulai dari yang terbaik sampai yang terburuk
dan pelanggaran-pelanggaran hak dan kewajiban.
b. Etika membahas masalah-masalah nilai tingkah laku manusia
mulai dari tidur, kegiatan siang hari, istirahat, sampai tidur
kembali, dimulai dari bayi hingga dewasa, tua renta dan sampai
c. Etika membahas adat istiadat suatu tempat, mengenai benar-salah
kebiasaan yang dianut suatu golongan atau masyarakat baik
masyarakat primitive, pedesaan, perkotaan hingga masyarakat
modern.
K. Bertens (2013) merumuskan tiga arti tentang etika. Pertama,
kata etika bisa dipakai dalam arti: nilai nilai dan moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dala mengatur tingkah
lakunya. Kedua, etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral. Yang
dimaksud di sini adalah kode etik. Dan Ketiga, yaitu tentang ilmu yang
baik atau yang buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila keyakinan-keyakinan
etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang
begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari
menjadi bahan refleksi kritis bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.
Etika sebagai ilmu dapat membantu juga untuk menyusun kode etik. Etika
dalam arti ketiga ini sering disebut “filsafat moral”.
Moral sudah kita lihat bahwa etimologinya sama dengan etika,
sekalipun bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata
moral, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai nomina (kata
benda) atau sebagai abjektiva (kata sifat). Jika kata moral dipakai sebagai
kata sifat artinya sama dengan “etis” dan jika dipakai sebagai kata benda
artinya sama dengan “etika” menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
perbuatan seseorang tidak bermoral. Dengan itu dimaksud, kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau kita mengatakan bahwa
kelompok pemakai narkotika mempunyai moral yang bejat, artinya;
mereka berpegang pada nilai dan norma yang tidak baik.
Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral,
hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatu
perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai
yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Menurut Luthans (2006) menyatakan etika meliputi persoalan
moral dan pilihan dan berhubungan dengan perilaku yang benar dan salah.
Meskipun selama ini etika kurang mendapat perhatian, mulai dari
kegagalan Enron dan segera diikuti oleh kasus profil tinggi
lainnya-eksekutif berkedudukan tinggi ditahan dan dituduh merampok perusahaan,
perusahaan akuntan umum dinyatakan bersalah karena beberapa
gangguan, pengusaha selebriti seperti Martha Stewart diinvestigasi untuk
praktik bisnis illegal, dan masih banyak lagi. Etika telah mengambil posisi
penting. Setelah Enron, menjadi era penurunan etika perusahaan. Studi
etika menjadi kritis bagi pendidikan bisnis secara umum dan perilaku
organsasi secara khusus. Seperti baru-baru ini dikatakan oleh dekan
Kellogg School of Management di Northwestern, “Kami menghadapi
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan etika merupakan
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jelek dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal
pikiran. Apa yang berhubungan dengan keutamaan etika tidak cukup
dengan diketahui, bahkan harus ditambah dengan melatih dan
mengerjakannya, mencari jalan lain untuk menjadikan orang-orang yang
utama dan baik.
Adapun kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya:
kegiatan melakukan sesuatu. El-Qussy, seorang pakar ilmu jiwa
berkebangsaan Mesir menerangkan bahwa kegiatan atau perbuatan
manusia ada dua jenis, pertama perbuatan yang berhubungan dengan
kegiatan mental dan kedua, tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja.
Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan yakni untuk mencapai maksud
atau mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan jenis kedua, adalah gerakan
random (random movement) atau gerakan reflek yang terjadi tanpa
dorongan kehendak atau proses pemikiran. Kerja yang dimaksud disini
tentu saja kerja yang merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan.
Pengertian kerja biasanya terikat dengan penghasilan atau upaya
memperoleh hasil, baik bersifat materi atau non materi.
Mochtar Buchori, dalam Alwiyah Jamil (2007) etos kerja dapat
ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, atau
kelompok manusia atau suatu bangsa.
2. Etika Kerja Islam
Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan Etika bangsa
Arab sebelum masuknya Islam sangat buruk dan jelek. Para lelakinya suka
berzina, berjudi, mengadu ayam, menganiaya, dan mabuk-mabukan. Etika
bangsa Arab pada saat itu sangat menjijikan. Anak perempuan yang baru
lahir harus dibunuh atau diberikan kepada orang lain atau dijual. Mereka
menyembah berhala yang mereka buat sendiri.
Setelah datangnya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Yang mengajak supaya orang-orang percaya kepada Allah dari segala
sumber yang ada di alam. Nabi Muhammad datang untuk menjalankan
perintah Allah. Mengajak bangsa Aran untuk menyembah Allah. Namun
pada mulanya bangsa Arab tidak begitu saja bisa menerima ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad Saw tersebut. Ia mulai mencemoohkan
ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah. Etika bangsa Arab pada waktu itu terhadap
Nabi sangat keji. Ada yang melemparkan dengan kotoran unta, meludahi,
mencaci, menghina dan segala bentuk keburukan. Namun Nabi tidak putus
asa.
Menurut Ahmad Amin (1997) menyatakan Ajaran Nabi
Muhammad Saw pada awalnya diterapkan pada kehidupan keluarga
tetapi banyak pula yang menerima. Akhirnya ajaran Nabi dapat juga
diterima oleh bangsa Arab.
Setelah kelahiran Islam, para pengikutnya mempunyai tujuan hidup
yang jelas. Tujuan hidup seorang Muslim ialah menghambakan dirinya
kepada Allah, untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat. Juga mencari
keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini
maupun kehidupan masa yang akan datang, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunnah rasul Nya,
membawa konsekuensi logis sebagai standar pedoman utama bagi
setiap etika baik. Ia memberi sanksi terhadap etika dalam kecintaan
dan ketakutannya kepada Allah tanpa perasaan adanya tekanan tekanan
dari luar.
b. Keyakinan adanya hari akhir, mendorong manusia untuk berbuat baik
dan berusaha menjadi manusia sebaik-baiknya dengan pengabdian
setulus-tulusnya kepada Allah.
c. Keyakinan bahwa etika yang dilakukan tidak bertentangan dengan
ajaran dan jiwa Islam, berasaskan Alquran dan Hadis, dapat
diinterprestasikan oleh ulama mujtahid dan diakui kebenaran dan
kebaikannya.
d. Keyakinan bahwa etika Islam meliputi segala segi hidup dan
kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala
menegakkannya dengan janji dan sanksi Ilahi yang Maha adil.
Tuntutan etika Islam sesuai dengan hati nurani yang menurut
kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci sifat-sifat buruk.
Etika Islam berlandaskan Alquran dan Hadis. Ilmunya disebut ilmu
etika, yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tentang etika manusia
berdasarkan pada Alquran dan Hadis. Etika Islam merupakan jalan hidup
manusia yang paling sempurna. Menuntut umat kepada kebahagiaan dan
kesejahteraan. Semua itu terkandung dalam firman Allah dan Sunah Rasul.
Yaitu, sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam,
hukum-hukum Islam yang mengandung pengetahuan akidah, pokok-pokok
etika dan kemuliaan manusia. Allah berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) etika yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat (QS. Shad [38] :46).
Perhatikanlah bagaiman Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (QS.Al-Isra [17] :21).
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan (QS.Al-Isra [17] :70 ).
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS.Al-Isra [17] : 9 ).
Allah menjadikan kebaikan dunia tergantung etika manusia. Jika
dapat mendatangkan sejahtera. Jika manusia menjadikan kerusakan dunia
karena sebaliknya, kehancuranlah yang mereka terima. Tujuan yang
tertinggi dari etika manusia adalah mendapatkan ridha Allah Swt. Oleh
karena itu, setiap manusia wajib berbuat kebajikan, yaitu beretika mulia.
Ahli pikir terkemuka yang giat menyuarakan etika dan mengajak
manusia untuk melakukan kebaikan-kebaikan, juga membuat berbagai
teori etika adalah sebagai berikut:
1) Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub (Ibnu Maskawaih 170-241 H)
Ibnu Maskawaih semula beragama Majusi. Ia menampilkan
tinjauan etika, sumber-sumber pemikiranya bercorak Islam dan
bahan-bahan filsafat Yunani. Ia terkenal ilmu yang diamalkan. Uraian mengenai
etika Ibnu Maskawaih dituangkan dalam bukunya Tahdzibul Akhlak.
Uraian yang ditonjolkan adalah jiwa manusia mempunyai tiga tingkatan
yaitu:
a. Annafsul bahimiyah (nafsu binatang buas), yang buruk;
b. Annafasul saburayah (nafsu binatang melata), yang sedang:
c. Annafasul nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik menurut
anggapanya.
Etika buruk dari jiwa manusia mempunyai kelakuan pengecut,
sombong, dan penipu. Sifat dari jiwa yang cerdas mempunyai sifat yang
bagi suatu makhluk hidup dan berkemampuan ialah apa apa yang dapat
mencapai tujuan dan kesempurnaan wujudnya.
Menurutnya Ibnu Maskawaih, di antara manusia ada yang baik dari
asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan, meski
bagaimanapun juga, karena sesuatu yang memang dari asal takkan
berubah. Golongan ini merupakan minoritas. Golongan jahat dari asalnya
adalah mayoritas. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kebajikan.
Ibnu Maskawih menerangkan bahwa kebajikan ada yang bersifat
umum dan ada yang bersifat khusus.Kebajikan hanya diperuntungkan bagi
setiap individu. Kebajikan mempunyai bentuk tertentu. Perasaan
beruntung bersifat relatife dapat berubah sifat dan bentuknya menurut
perasaan orang yang hendak mencapainya. Demikianlah pandangan Ibnu
Maskawaih tentang etika manusia.
2) Ikhwanussafa (922 -1012 M )
Ikhwanussafa ialah ahli pikir abad kesepuluh masehi di Bashrah. Ia
mengadakan diskusi rahasia dalam masalah-masalah filsafat umat Islam
pada masa itu yang banyak dikacaukan oleh alam pikiran yang datang dari
luar Islam. Ia menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia
secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok pikiran yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Bahwa syariat Islam yang suci, pada zaman mereka telah
b. Kecenderungan kepada sikap zuhud dan kerohanian;
c. Manusia menjadi baik bila bertindak sesuai dengan tabiat
aslinya, yakni perbuatan yang terbit dari renungan akal dan
pikiran;
d. Perasaan cinta adalah budi pekerti yang paling luhur terutama
cinta kepada Allah Swt. Perasaan cinta dalam penghidupan di
dunia adalah bentuk harga menghargai dan toleransi;
e. Jasad manusia adalah kejadian yang rendah dan hakikat
manusia adalah jiwanya, walaupun demikian, manusia juga
perlu memerhatikan jasadnya agar dapat memperoleh
kemajuan.
3) Imam al-Ghazali (1058-1111 M)
Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
al-Ghazali (1058-1111 M) dengan kitabnya yang mansyur Ihya Ulumuddin.Ia
menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia secara jelas.
Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Etika berarti bentuk jiwa dan sifat yang buruk kepada
sifat-sifat yang baik sebagaimana perangai ulama, syuhada, shiddiqin,
dan nabi-nabi.
b. Etika yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga
kekuatan dalam diri manusia, yaitu kekuatan berpikir, kekuatan
hawa nafsu, dan kekuatan amarah. Etika yang baik acapkali
c. Etika itu jalan kebiasaan jiwa yang tetap terdapat dalam diri
manusia yang dengan mudah dan tidak perlu berpikir
menumbuhkan perbuatan-perbuatan dan tingkah laku manusia
.apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka
dinamakanlah etika yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah
laku yang keji, dinamakan etika yang buruk.
d. Tingkah laku seseorang itu adalah lukisan hatinya.
e. Kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima sesuatu
pembentukan, tetapi lebih condong kepada kebajikan
dibandingkan kejahatan.
f. Jiwa itu dapat dilatih, dikuasai, diubah kepada etika yang mulia
dan terpuji. Tiap sifat tumbuh dari hati manusia memancarkan
akibatnya kepada anggota tubuhnya.
4) Ibnu Bayah (880-975 M)
Ahli pikir Islam ini lahir di Sarogosa (Spanyol) sebagai filosof
Islam pertama di Dunia Barat (Andalusia). Macam-macam ilmu
pengetahuan yng dikuasainya, khusus dalam masalah etika, ia menjelaskan
pokok-pokok pikirannya secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Faktor rohanilah yang menggerakkan manusia melakukan
perbuatan baik-buruk;
b. Etika manusia ada yang sama dengan hewan, mislanya sifat
dan patuh dari berbagai binatang. Manusia yang tidak
mengindahkan sifat kesempurnaan (akalnya) berarti hanya
mencakupkan dirinya pada sifat-sifat hewani saja dan
keutamaannya menjadi hilang.
Menurut Toto Tasmara (2002) memberikan rincian bahwa umat
Islam ini mempunyai 25 ciri etos kerja muslim yang mendukung umat
Islam bisa survive dalam kehidupannya. Etos kerja tersebut ialah
kecanduan terhadap waktu, memiliki moralitas yang bersih (ikhlas),
kecanduan kejujuran, memiliki komitmen tinggi, istiqamah atau kuat
pendirian, mereka kecanduan disiplin, konsekuen dan berani menghadapi
tantangan, memiliki sikap percaya diri, kreatif, bertanggung jawab,
bahagia karna melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan
(leadership), beroreantasi masa depan, hidup berhemat dan efisien,
memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding, keinginan untuk
mandiri, mereka kecanduan belajar dan ingin mencari ilmu, memiliki
semangat perantau, memperhatikan kesehatan dan gizi, tangguh dan
pantang menyerah, berorientasi pada produktifitas, memperkaya jaringan
silaturahmi, dan mereka memiliki semangat perubahan (spirit of change).
Dalam Islam, sumber tata nilainya adalah satu, yaitu Allah Swt.
Dia yang menciptakan manusia dan alam, dan dia juga yang memberikan
petunjuk kepada kita bagaimana sebaiknya menjalani hidup yang bersifat
nyata dan gaib ini agar kita selamat dunia dan akhirat. Prinsip yang harus
keyakinan pada hal-hal yang gaib yang mungkin tidak akan kita ketahui
jawabannya dengan menggunakan metode ilmiah yang sudah kita bentuk
dengan standar keterbatasan pada indra kita. Kita harus yakin bahwa kita
diciptakan oleh Allah Swt menurunkan Rasul dan kitab suci sebagai
pedoman dan teladan, serta membuktikan bahwa konsep ilahi itu dapat
diterapkan tidak hanya impian. Oleh karena itu, sesuai hadis Nabi, ada dua
pegangan yang jika diterapkan, maka manusia akan selamat dunia akhirat,
yaitu Alquran dan Sunah atau Hadis.
Menurut Beekun (1997) Islam memiliki enam aksiomadari filsafat
etika Islam.
a. Tauhid, unity (kesatuan, keutuhan)
Konsep tauhid yang berarti semua aspek dalam hidup dan
mati adalah satu baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun
agama adalah berasal dari satu sistem nilai yang saling terintegrasi,
terkait, dan konsisten. Tauhid hanya cukup dianggap sebagai
keyakinan Tuhan hanya satu. Tauhid adalah sistem yang harus
dijalankan dalam mengelola kehidupan ini.
b. Adil, ekuilibrium (keseimbangan, harmoni)
Semua aspek kehidupan harus seimbang agar dapat
menghasilkan keteraturan dan keamanan sosial sehingga kehidupan
manusia di dunia ini dan di akhirat nanti melahirkan harmoni dan
c. Freewill (kebebasan )
Manusia diangkat sebagai khalifah Allah atau pengganti
Allah di bumi untuk memakmurkannya. Manusia dipersilakan dan
mampu berbuat sesuka hatinya tanpa paksaan, Tuhan memberikan
koridor yang boleh dan yang tidak boleh. Aturan itu dimaksudkan
untuk kemaslahatan manusia. Allah menutunkan Rasul-Nyauntuk
memberikan peringatan dan kabar gembira. Pelanggaran terhadap
aturan Allah akan dimintai pertanggungjawaban.
d. Responsibility (pertanggungjawaban)
Karena kebebasan yang diberikan di atas, manusia harus
memberikan pertanggung jawabannya nanti dihadapan Allah atas
segala keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
e. Ihsan, benevolence (kemanfaatan )
Semua keputusan dan tindakan harus menguntungkan
manusiabaik di dunia dan akhirat; selain hal itu seharusnya tidak
dilakukan. Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat
menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan
makhluk kain seperti binatang, tumbuhan dan alam.
Lebih jauh Beekun menjelaskan beberapa parameter sistem etika
Islam adalah sebagai berikut :
a. Setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada niat. Niat, tindakan,
dan hasil harus halal; niat yang baik, tetapi tindakanny aharam tidak
b. Setiap tindakan baik adalah ibadah;
c. Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang, tetapi tidak boleh
mengorbankan akuntabilitas dan keadilan;
d. Islam mewajibkan setiap orang hanya tunduk kepada Allah, bukan
kepada yang lain;
e. Pilihan, keputusan yang benar tidak ditentukan oleh jumlah suara,
tetapi ditentukan oleh syariat;
f. Islam adalah sistem yang terbuka pada etika, tidak berorientasi
pribadi, tidak egois;
g. Kebenaran secara simultan diperoleh dari membaca Alquran dan
hukum alam;
h. Islam menyuburkan proses pembersihan terus-menerus (tazkiyah)
secara partisipatif.
Menurut Triyuwono (2000) bahwa tujuan organisasi menurut Islam
adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan secara normatif
berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Tujuan itu,
pada hakekatnya bersifat transendental karena tujuan itu tidaknya terbatas
pada kehidupan dunia, tetapi pada kehidupan sesudah dunia ini (akhirat).
Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, tujuan itu dapat
diterjemahkan dalam tujuan- tujuan yang lebih praktis, sejauh terjemahan
itu masih terinspirasi dari dan meliput nilai-nilai tujuan utama. Dalam
bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan utama maupun tujuan
operatif adalah di jalan yang benar.
Diungkapkan juga oleh Triyuwono (2000) bahwa etika itu
terekpresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an. Hadist,
Ijma, dan Qiyas. Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang
komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia.
Didasarkan pada sifat keadilan, etika syariah, bagi umat Islam berfungsi
sebagai sumber serangkaian kriteria-kriteria untuk membedakan mana
yang benar (haq) dan yang buruk (batil). Dengan menggunakan syariah,
bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Allah SWT tetapi
juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang didalamnya
mencakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan
kesejahteraan bagi semua umat.
Menurut Triyuwono (2000) Syariah pada hakekatnya mempunyai
dimensi batin (inner deimension) dan dimensi luar (outer dimension).
Dimensi luar tersebut bukan hanya meliputi prinsip moral Islam secara
universal, tetapi juga berisi tentang misalnya; bagaimana individu harus
bersikap dalam hidupnya, bagaimana seharusnya beribadah. Dengan
demikian konsep etika kerja Islam bersumber dari syari’ah
Afzallurahman (1995) dalam Adilistiono (2010) mengungkapkan
bahwa banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya kerja.
diusaha-kannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)
(QS. An-Najm: 39-40). Dengan jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa
satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu dari alam adalah dengan
bekerja keras. Kemajuan dan keberhasilan manusia di muka bumi ini
tergantung pada usahanya.
Ali (1998) dalam Adilistiono (2010) juga menyatakan kerja keras
dipandang sebagai sebuah kebaikan, dan mereka yang bekerja dengan
keras lebih mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam
hidupnya. Sebaliknya tidak bekerja keras dipandang sebagai penyebab
kegagalan hidup. Prinsip ini lebih lanjutdijellaskan dalam ayat-ayat
sebagai berikut: Bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita(pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan (QS. An-Nisa:32). Alam tidak mengenal pemisahan
manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara yang hitam dan putih,
bahkan antara muslim dan non muslim, masing-masing dari mereka diberi
balasan atas apa yang dikerjakannya. Barang siapa bekerja keras ia akan
mendapatkan balasannya. Prinsip ini berlaku untuk semua orang dan
semua bangsa. Allah sekali-sekali tidak akan merubah nikmat yang telah
dianugrahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa
yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal:53). Pandangan etika
kerja Islam mendedikasikan diri pada kerja sebagai suatu kebajikan (Ali
Menurut Muhammad (2002) dalam Arifin Lubis (2005) ada tiga
dimensi etika kerja Islam sesuai dengan pengertian dari Surat Al Baqarah
ayat 282 yang merupakan prinsip dasar akuntansi menurut Islam.
a. Pertanggung jawaban
Pertanggung jawaban selalu berkaitan dengan konsep
amanah, persoalan amanah merupakan hasil transaksi dengan Allah
SWT mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh Allah
SWT sebagai khalifah dimuka bumi yang dibebani amanah untuk
menjalankan fungsi-fungsi khalifahnya.Inti kekhalifahan adalah
menjalankan atau menunaikan amanah.
b. Keadilan
Keadilan disini tidak saja merupakan nilai yang sangat
penting dalam etika kehidupan sosial dan bsnis, tetapi juga
merupakan nilai yang melekat pada fitrah mansia. Hal ini berarti
bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi
untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya.
c. Kebenaran
Kebenaran dalam Al-Qur’an tidak dapat dicampuradukan
dengan kebatilan. Sebab Al-Qur’an telah menggariskan bahwa
ukuran, alat atau instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah
Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional, terdapat empat aspek yang
membedakan antara keduanya yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.1: Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional
Etika Islam Etika Konvesional
Komponen Nilai Meliputi nilai duniawi dan ukhrawi, nilai rohani dan
Robbins dan Judge (2008) mendifinisikan kepuasan kerja adalah
sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karakterisriknya. Seseorang dengan tingkat
kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang
pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memeilki
perasaan-perasaan yang negatife tentang pekerjaan tersebut.
Locke, dalam Luthans (2006) memberikan definisi komprehensif
dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif dan
evaluative dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi
yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang
dinilai penting. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas
dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian
perilaku keorganisasian dan literature manajemen.
Menurut Anwar (2013) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai
yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Wekley dan Yuki (1977) dalam Anwar (2013) mendefinisikan kepuasan
kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Luthans (2006) meskipun analisis teoritis mengkritik kepuasan
kerja, konsepnya dianggap terlalu dangkal. Terdapat tiga dimensi yang
diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja
merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Dengan demikian,
kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga.
Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik
hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya, jika
anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja terlalu keras daripada
yang lain dalam departemen, tetapi menerima penghargaan lebih sedikit,
maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan,
pimpinan, dan atau rekan kerja mereka. Mereka tidak puas. Sebaliknya, jika
mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar
pekerjaan mereka. Mereka merasa puas. Ketiga, kepuasan kerja mewakili
beberapa sikap yang berhubungan.
Selama bertahun-tahun, lima dimensi pekerjaan telah teridentifikasi
untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting di
mana karyawan memiliki respon afektif. Kelima dimensi tersebut adalah:
a. Pekerjaan itu sendiri: Dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas
yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk
menerima tanggung jawab.
b. Gaji: Sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa
dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan
orang lain dalam organisasi.
c. Kesempatan promosi: Kesempatan untuk maju dalam organisasi;
d. Pengawasan: Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis
dan dukungan perilaku.
e. Rekan kerja: Tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan
mendukung secara sosial.
Meskipun sejak dulu kelima dimensi tersebut dirumuskan dan
digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, meta analisis terbaru
memperkuat validitas konstruksi mereka.
4. Komitmen Organisasi
Menurut Robbin dan Judge (2008) mendifinisikan Komitmen
organisasional (organizational commitment) adalah sebagai suatu keadaan
dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotan dalam organisasi
tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada
pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional
yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.
Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi
(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas
(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)
yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.
Diungkapkan juga oleh Baron dan Greenberg (2000) dalam Edwin
Zusrony (2013) komitmen organisasi dapat didefinisi sebagai kepercayaan
dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan untuk
bekerja keras, dan memelihara keanggotaanya dalam organisasi yang
bersangkutan.
Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar
keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan
kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi
kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini,
dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi,
keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan
Beberapa pendapat mengenai komitmen organisasi adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Komitmen Mayer dan Allen
Menurut Meyer dan Allen, dalam Luthans (2006) bahwa
Komitmen orgnisasi bersifat muultidimensi, maka terdapat
perkembangan dukungan untuk tiga model komponen yang diajukan
oleh Meyer dan Allen. Ketiga dimensi tersebut adalah:
a. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan,
identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi.
b. Komitmen Kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian
yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi.
Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau
benefit.
c. Komitmen normative adalah perasaan wajib untuk tetap berada
dalam organisasi karena memang harus begitu, tindakan tersebut
merupakan hal yang benar yang harus dilakukan.
Allen dan Meyer berpendapat bahwa setiap komponen memiliki
dasar yang berbeda. Pegawai dengan komponen afektif tinggi, masih
bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi. Sementara itu pegawai dengan komponen normative
tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka
yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus
melakukannya. Setiap pegawai memiliki dasar dan tingkah laku yang
berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang
memiliki komitmen organisasi dengan dasar affective memiliki tingkah
laku berbeda denganpegawai yang berdasarkan normative. Pegawai yang
ingin menjadi anggotaakan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha
yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa
menjadi anggota akanmenghindari kerugian finansial dan kerugian lain,
sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal.
Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai
hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan
kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normative menimbulkan
perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang
telah diterimanya dari organisasi.
2. Jenis komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Richard M. Steers
Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers, lebih
dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen
organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk
bertingkah laku.Sikap mencakup:
a. Identifikasi dengan organisasi
Yaitu penerimaan tujuan penerimaan tujuan organisasi,
Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui
kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai
organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
Identifikasi, yang mewujuddalam bentuk kepercayaan
pegawai terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi
tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para
pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula
kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal
ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para
pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebutakan
membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi
tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan
organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi
kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek (1994) dalam Alwiyah
Jamil (2007).
b. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di
organisasi tersebut.
Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima
hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan
padanya. Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam
aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya
keterlibatan pegawai menyebabkab mereka akan mau dan senang
kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing
keterlibatan pegawai adalah dengan memancing partisipasi mereka
dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yangdapat
menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah
diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.
Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka
pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang
utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa
wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan
karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan
(Sutarto (1989) dalam Alwiyah Jamil (2007).
Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran mereka
yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula
(Richard M. Steer (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007). Mereka
hanya absen jika mereka sakit hingga benar benar tidak dapat
masuk kerja. Jadi, tingkat kemangkiran yang disengaja pada
individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pegawai yang
keterlibatannya lebih rendah.
Beynon, dalam Alwiyah Jamil (2007) menyatakan bahwa
partisipasi akan meningkat apabila mereka menghadapi suatu
situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama, dan salah
satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah