• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCES OF ISLAMIC WORK ETHICS TOWARD ORGANIZATIONAL COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE

ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH

Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

THE INFLUENCES OF ISLAMIC WORK ETHICS TOWARD ORGANIZATIONAL COMMITMENT WITH JOB SATISFACTION AS MODERATING VARIABLE

ON EMPLOYEES IN BNI SHARIAH JOGJAKARTA-BRANCH

Disusun Oleh: Nurrahman 20120410381

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Nomor Mahasiswa : 20120410381

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: " PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CABANG YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan juga sepanjang pengetahuan saya karya ini belum pernah ada ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan sebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya yang sama dengan orang lain maka saya bersedia karya ini siap dibatalkan dan mengikuti prosedur yang diatur oleh Perguruan Tinggi.

Yogyakarta, 25 November 2016

NURRAHMAN

(6)

v

(SAID TUHULELEY)

HIDUP ADALAH IMAN DAN JIHAD

(ALI SYARI’ATI)

BERGERAK DAN BERKARYA (HMI KORKOM UMY)

BANGUNLAH DENGAN KARYAMU, SESUNGGUHNYA KARYAMU AKAN MENGANTARKAN KE ARAH BIJAKSANAANMU

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Wahai Tuhanku Allah SWT, ampunkanlah segala dosaku dan semua penjuru Dunia ini. Ciptaanmu sungguh luar biasa Dunia ini. Butuh kesabaran dan waktu yang lama untuk memaknai maksud dari segala ciptaanMU. Ijinkan hambamu pada kesempatan yang mulia ini untuk menulis dan mengucapkan syukur serta terimakasih kepada salahsatu ciptaanMU yaitu Manusia. Melalui halaman pengesahan ini, saya mengucapkan banyak syukur dan terimakasih kepada :

1. AMA dan INA yang melahirkan dan membimbingku hingga sampai mendekati diumurku yang Ke - 22 Tahun ini. Sosok pengayang dan pejuang keras yang rela menghapuskan rasa kelaparan demi kebahagiaan keluarga. Dan juga sebagai pondasi dan sumber sinar pencerahan kehidupanku serta jajaran keluarga.

2. Abang Mulyadi putra pertama dari kelurga. Sosok kakak yang keras, pemikir dan pekerja keras serta jiwa sosial yang tinggi. Berkat pola didikanmu aku bisa keluar dari godaan hidup yang ketergantungan.

(8)

vii

5. Kakak Ety anak ke empat dari keluarga, satu-satunya saudara perempuan dari keluarga. Sosok kakak yang selalu ada buat hidupku di tanah rantau dan pengayang sama adiknya. Semoga cepat kelar Sarjananya kak.

6. Adikku Nasrullah anak ke enam (terkahir) dari keluarga. Sosok adik yang setia menemani orang tua di Rumah. Bibit tangguh dari keluarga semenjak aku mulai kuliah (2012) sampai sekarang (2016). Terimakasih dek.

7. Sahabat Abang Amin, Abang Subhan, Abang Arif, Abang Alimudin, Abang Fadil, Bang Hairudin, Bang Rizal, Om Tam, Om Hendra, Kaka Rif’ah, Kaka Sri, Kaka Liana dan Kaka Rahmi. Sosok senior Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY) yang sudah menjemput dari terminal dan mendidik serta mengontrol kami dalam satu payung kekeluargaan di Tanah rantauan (Kota Yogyakarta).

8. Saudara seperjuangan angkatan 2012 IPMLY. Muhlis, Didin, Askarin, Putri, Lena Marlina, Ola, Fahmi, Yogi, Ihsan, Rahmat, Hilful, Andani, Tirima, Uswatun, dan Sahrir. Suntikan semangat merantau yang menggelora dan niat untuk memajukan Bima. Semoga cita cita kita semua bisa tercapai. Amin

9. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Lambu Yogyakarta (IPMLY). Semoga tetap berkembang dan terdepan serta menjadi inisiator perubahan.

10.Bang Panji dan karyawan sekantor Maesarah.com. terimakasih sudah memberikan curhatan pahit manisnya hidup di Yogyakarta dan membantu menyiapkan alat alat Mataf. Maaf sudah mengacak ngacak ruang kantornya. Hehehe

(9)

viii

12.Jajaran Koordinator Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta periode 2012-2013. Terimakasih sudah berjuang bersama untuk mewakili suara dan aspirasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY.

13. Bang Mus’ab dan Jajaran Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2013-2014.

Terimakasih sudah memberikan kepercayaan untuk menjadi bagian untuk mengurus Senat Mahasiswa.

14.Bang Linggo. Sosok manusia yang ikhlas. Terimakasih sudah menambahkan uang SPP kuliah Rp. 800.000. Berkat keikhlasanmu saya bisa menyelesaikan kuliah hingga skripsi ini.

15.Abang Sidik (Kader terbaik HMI Dipo dan Mantan Ketua BEM Isipol UMY). Sosok guru Religius dan Pergerakan serta kepemimpinan. Terimakasih banyak sudah rela menammpung kurang lebih 2 bulan di kosan kosan, mendidik dasar Dunia Filsafat, Ke-Islaman, pergerakan dan kepemimpinan. Dan juga terimakasih buku bukunya, semoga Istri dan anakmu selalu diberikan kesehatan yang baik, Amin.

16.Abang Sona (Kader Sekolah Bersama atau SEKBER). Sosok advokasi jalanan yang menggembirakan tentang data-data perkembangan Jogja apalagi Kulon Progo. Terimaksih banyak atas bukunya, sampai sekarang belum saya kembalikan. Buku Roem Topangtimasong mengajarkan kita tentang arti pokok sebuah sekolah.

17.Kanda Muhib (2012-2013) dan Heru (2013-2014), masing masing Mantan Ketua Umum HMI Komisariat Ekonomi UMY. Terimaksih banyak sudah memberikan arti perjuangan dan dedikasi untuk membangun dan mengembangkan komisariat Ekonomi UMY.

(10)

ix

tinggal di sekretariatan walaupun tantangan yang kadang-kadang membuat kita menderita selama kepengurusan kita.

19.Jajarang Pengurus HMI FE UMY 2014-2015 (Yunda Yuni, Putri, Ita, Sunaini Rofiah, Femi dan Kanda Luki, Rian, Aginza, Iqbal, Gilang, Eko, Yunus, Riki, Maulana, Sukma, Musoli, Mahdi, Acong ).

Terimaksih banyak sudah membantu mensukseskan kepengurusan selama saya menjadi ketua komisariat.

20.Kanda Muhtar dan Kanda Makruf, masing masing manta ketua Cabang yang sudah melantik ketua HMI Komisariat dan KORKOM UMY. Terimakasih banyak atas dedikasinya dan selamat atas kesuksesannya memimpin HMI Cabang Yogyakarta.

21.Bang Yogi dan Bang Danang. Masing masing sebagai alumni HMI UMY dan yang pernah menjadi perwakilan HMI UMY untuk memimpin HMI Cabang Yogyakarta. Sosok konseptor dan pergerakan HMI, khususnya HMI UMY. Terimakasih banyak atas kepedulian dan dedikasinya untuk tetap konsisten mengembangkan HMI UMY.

22.Bang Rahim, Bang Alvin dan Bang Ikmal, masing masing mantan ketua HMI KORKOM UMY. Sosok petarung yang multi kekuatan, keras dalam memimpin dan peduli HMI UMY. Terimakasih banyak atas teori dan gerakan yang sudah didedikasikan selama adindamu ada di HMI UMY. 23.Bang Anam. Sosok manusia pengader di HMI UMY, manusia kekinian,

sosiabel dan cita cita menjadi Hakim sukses. Terimakasih banyak bang, atas bagi-bagi limunya dan sudah siap menjadi pemberi motivasi.

(11)

x

25.Jajaran Team Sukses dan kemenangan Pemuli Raya UMY 2016-2017 (Ibong, Aldi, Rizki, Rollang, Ariyang, Diun, Pandu, Fajar, Dhandi, Icang, Rahmad, Tara, Edi, Rizki Azkia, Aulia Fernando, Zahra, Abdi, Erha, Dysept, Fatwa, Hendra, Adi, Meilin, Rizki Andora, Haerudin, Hakim, Aryanto, Afan, Hasrin, Ito, Cak Luking, Igun, dan teman-teman IMM Ekonomi UMY, Rais, Rian, Erik ) serta kawan-kawan yang mungkin belum saya tulis namanya terimakasih banyak sudah ikut berpartisipasi untuk menyadarkan pentingnya berpolitik berbasis kemanusiaan dan menegakkan keadilan di Kampus UMY. Banyak pengalam yang saya petik dan curi ilmu di momen yang penuh dengan sejarah ini. Semoga semangat saling mengingatkan dan membangunkan antara satu dengan yang lain tetap dilestarikan sampai di akhir kuliah kita. Amin

26.Jajaran Pengurus HMI KORKOM UMY Periode 2015-2016 (Arif, Acong, Anis, Rian, Ibong, Icang, Bang Zuf, Putri, Panji, Krisna, Bastian, Kanda Aldo, Abdul, Aldi ) terimakasih banyak sudah membantu dalam kepengurusan HMI KORKOM UMY yang sebentar lagi akan berakhir masa kepengurusannya. Begitu banyak dinamika yang diletakkan di atas kepengurusan tahun ini mendorong kita memacu kekuatan serta memupuk idealis sebagai kader HMI UMY. Semoga amalan kita bersama mampu bercahaya dari tahun ke tahun. Amin

27.Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelemat Organisasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lintas angkatan.

Saya mengucapkan terimakasih banyak sudah memberikan pengalaman yang berharga, ilmu dan dukungan selama saya kuliah dan sebagai kader HMI UMY hingga lamanya sampai sekarang sudah berjumlah empat Tahun.

28.Sahabati Zak. Terimakasih banyak atas waktu dan ruang kehidupanmu. 29.Sahabat Suko. Terimakasih banyak atas bantuan printernya hingga

(12)

karunia-Nya kepada kita semua serta meringankan dalam penyusunan skripsi yang berjudul

”PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA

KARYAWAN BANK BNI SYARIAH CANAG YOGYAKARTA” . Shalawat serta salam

kita haturkan kepada sang Revolusioner sejati bagi umat yang ada di muka Bumi ini yaitu Nabi Muhammad Saw.

Skripsi ini merupakan salahsatu syarat mutlak untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan ini tidak lepas dari peran kontrol dan bimbingan moral oleh beberapa pihak. Ijinkan penulis pada kesempatan emas dan penuh bahagia ini pada kesempatan ini penulis dan niat yang dalam mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Terfavorit Sri Handari W., S.E., M.Si. yang telah dengan penuh kesabar dan teliti membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.

3. Bapak, Ibu, sahabat-sahabat, dan teman-teman yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan bagi perbaikan di penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 25 November 2016

(13)

xiv

HALAMAN PERSETUJUAN…...………ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN………iv HALAMAN MOTTO….………v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi INTISARI ………...xi

ANBSTRACT………....xii

KATA PENGANTAR………..xiii DAFTAR ISI………...xiv

DAFTAR TABEL……….xvi

DAFTAR GAMBAR………...xvii

Bab I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Permasalah Penelitian………..9

C. Tujuan Penelitian………...10

D. Manfaat Penelitian……….10

Bab II TINJAUAN PUSTAKA……….12

A. Landasan Teori………...12

B. Kerangka Konsep dan Pengembangan Hipotesis………...39

C. Model Penelitian………43

Bab III METODE PENELITIAN………..44

A. Obyek dan Subyek Penelitian………44

B. Jenis Data………...44

C. Tehnik Pengambilan Sampel………..44

(14)

xv

F. Uji Kualitas Instrumen………...48

G. Analisis Data dan Uji Hipotesis……….51

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………55

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian……….55

B. Hasil penyebaran kuesioner………...95

C. Gambaran Umum Responden………96

D. Hasil analisis statistik deskriptif...102

E. Uji Kualitas Instrumen……….105

F. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)………...108

G. Pembahasan (Interpretasi)………112

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN………121

A. Kesiimpulan……….121 B. Saran……….121

Daftar Pustaka

(15)
(16)
(17)

xii

Organizational Commitment with Job Satisfaction as moderating variable in BNI Sharia branch. In this research, the subjects were employees in BNI Sharia Jogjakarta-branch who had worked a year, at least. And, there were 120 samples to use, but only 55 of data that could be processed. Sampling was using purposive sampling method carried out for two months. The analysis tool employed WarpPLS2.0.

From the analysis, researchers obtained results that the Islamic Work Ethics significantly influenced organizational commitment. Furthermore, job satisfaction moderated the influence of Islamic work ethics considerably to organizational commitment.

(18)

xi

Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja sebagai variabel pemoderasi pada Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan/i di Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta yang telah bekerja minimal 1 (satu) Tahun. Dan juga sampel yang dipakai pada penelitian ini berjumlah 120 akan tetapi hanya 55 data yang dapat diolah. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan selama 2 (dua) Bulan. Alat analisis menggunakan WarpPLS2.0.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia semakin banyak isu-isu tindakan tidak etis yang terjadi di

dalam perusahaan. Salahsatu contoh adanya kecurangan-kecurangan yang

dilakukan oleh seorang manajer seperti, kasus pembobolan dana Bank Syariah

Mandiri (BSM). Pembobolan dana Rp 75 miliar dilakukan dengan modus

menerbitkan dan mencairkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

(SKBDN). Tidak hanya Indonesia, Baratpun dilanda dekandensi moral dan

krisis moral yang disebabkan kemajuan ilmu dan teknologi yang berbasis

materialisme dan membuahkan konsumerisme dan hedonisme. Akibatnya,

muncul berbagai pelanggaran etika sosial yang merugikan perusahaan dan

masyarakat karena besarnya kekuasaan individu akibat penyalahgunaan

kekuasaan (wewenang) dan pengaruh filsafat kapitalisme yang berlandaskan

egoisme dan individualisme.

Menurut Beekun (1997) pada era Tahun 1991 banyak terjadi

permasalahan ketenagakerjaan di Amerika Serikat seperti; pencurian,

kebohongan, kecurangan, penipuan, dan kegiatan negatif lainnya. Lebih lanjut

Beekun (1997) juga mengungkapkan baik di Amerika maupun di banyak

Negara lain juga mengungkapkan merajalelanya perilaku tidak etis dalam

dunia bisnis. Sebagai contoh. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 2000

perusahaan besar Amerika mengungkapkan bahwa permasalahan etis berikut

(20)

prioritas yang paling sering terjadi): (1) penyalahgunaan alkohol dan

obat-obatan terlarang, (2) pencurian oleh para pekerja, (3) konflik kepentingan, (4)

permasalahan control kualitas, (5) diskriminasi perekrutan dan promosi

pekerjaan, (6) penyalahgunaan hak sumber informasi, (7) penyalahgunaan

anggaran keuangan perusahaan, (8) penutupan lapangan kerja dan pemecatan,

(9) penyalahgunaan aset perusahaan, dan (10) polusi lingkungan. Secara

internasional, nilai-nilai etika bisnis juga sangat kurang diperhatikan. Dalam

sebuah survei terhadap 300 perusahaan di seluruh dunia, lebih dari 85%

eksekutif senior menyatakan bahwa permasalahan etis utama yang sering

mereka hadapi; konflik kepentingan antarpekerja, hadiah yang tidak

semestinya diberikan, pelecehan seksual, dan pembayaran yang tidak sah

(Beekun (1997).

Pelanggaran-pelanggaran etika disebutkan di atas seakan menjadi titik

tolak bagi masyarakat untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional

dengan mengedepankan integritas dan profesinya sehingga hasil kinerjanya

benar-benar dirasakan oleh masyarakat secara adil dan transparan serta

menjaga nama baik perusahaan.

Akan tetapi dengan adanya kasus yang beredar di masyarakat seperti

kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2015 dan

kasus-kasus yang sudah terbukti pelanggaran etika yang diungkapkan oleh

Beekun di Amerika Serikat. Masyarakat dalam hal ini mulai menyaksikan

komitmen karyawan terhadap kode etiknya dan juga komitmennya terhadap

(21)

Dalam konteks ini, apakah kemudian wajar bagi seorang pengusaha

Muslim untuk berperilaku etis dalam lingkungan global yang serba kompetitif

ini. Dalam ajaran Islam, etika menuntun seluruh aspek kehidupan manusia.

Kesuksesan tertinggi yang akan di peroleh seseorang Muslim atau falah dalam

Islam adalah sama bagi setiap muslim baik saat menjalankan bisnis ataupun

saat menjalankan aktivitas sehari-hari mereka. Tanpa mengkhususkan diri

pada suatu situasi tertentu, Allah menggambarkan orang yang mencapai

kesusksesan sebagai orang orang yang mengarahkan semua tindakannya

kepada kebaikan (khayr), mendorong kepada yang benar (ma’ruf), dan

melarang kepada yang salah (munkar).

Namun demikian, dalam dunia bisnis, apakah sebenarnya

standar-standar tuntutan khusus yang harus diikutin sebuah perusahaan? Apakah

tanggung jawab seseorang muslim terhadap pihak-pihak yang berkepentingan

dalam perusahaan baik secara internal maupun eksternal? Meskipun para

eksekutif tingkat atas sebuah perusahaan telah memperlihatkan perilaku etis

dengan baik, bagaimana agar para manajer tingkat bawah dan menengah dapat

di dorong untuk juga berperilaku secara etis? pedoman apa yang dapat

digunakan sebagai tuntunan perilaku etis yang konsisten dalam dunia bisnis

muslim ?

Menurut Sukrisno Agoes (2009) Manusia merupakan mahluk ciptaan

Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan

kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu

(22)

serta mampu menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir

(hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di samping adanya nilai-nilai

antara, yaitu nilai-nilai yang lebih rendah (kekayaan, kekuasaan dan

kenikmatan duniawi).

Semua agama melalui kitab sucinya masing masing mengajarkan

tentang beberapa hal pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan, (2) (God, Allah, Gusti

Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas, dan lain lain), (3) etika, tata

susila, dan (4) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan

etika tidak dapat dipisahkan.Tidak ada agama yang tidak mengajarkan

etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritual) seseorang ditentukan bukan saja

kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga

oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain

dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah

menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai moral.

Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang

membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang

bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan

atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika bisnis, kedangkalan

merujuk pada etika manajemen atau etika organisasi yang secara sederhana

membatasi kerangka acuannya pada konsepsi sebuah organisasi (Beekun

(1997).

Keberadaan Bank Syariah di Indonesia (termasuk Bank Negara

(23)

karena mempunyai label 'Syari'ah. Tetapi mereka perlu memperhatikan dan

menanggapi perubahan-perubahan eksternal yang terus berubah secara

dinamis.Kondisi ini menuntut Bank-Bank Syari'ah memiliki daya adaptasi

yang tinggi terhadap lingkungan eksternal. Penerapan etika kerja Islam,

budaya organisasi, dan kepemimpinan spiritual secara simultan dan konsisten

terhadap sikap dan komitmen karyawan dalam menghadapi segala perubahan

yang terjadi, sangat penting, agar keberadaan Bank Syari'ah di Indonesia bisa

berkembang pesat bersaing dengan bank-bank konvensional.

Sistem etika Islam berbeda dari sistem etika sekuler dan ajaran moral

yang diyakini oleh agama-agama lain. Sepanjang rentang sejarah peradaban,

model-model sekuler ini mengansumsikan ajaran moral yang bersifat

sementara dan berubah-ubah karena didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini

para pencetusnya, misalnya Epicurianisme atau ajaran tentang kebahagiaan

demi kebahagiaan semata. Model-model ini pada umumnya membangun

sebuah sistem etika yang terpisah dari agama. Pada saat yang sama, ajaran

moral yang diyakini oleh sejumlah agama lain sering kali terlampau

menekankan nilai-nilai yang mengabaikan keberadaan kita di dunia ini.

Sebagai contoh, ajaran kristen yang terlampau menekankan kedudukan biara

telah mendorong pengikutnya untuk menyingkirkan dari hiruk pikuk dan

kesibukan kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, ajaran Islam yang melekat

dalam sistem etika Islam menekankan hubungan antara manusia dengan sang

pencipta. Karena Allah maha sempurna dan maha mengetahui, kaum muslim

(24)

perilaku manusia. Ajaran etika Islam dapat diterapkan sampai kapanpun

karena sang Pencipta berada lebih dekat dari urat leher manusia, dan memiliki

pengetahuan yang sempurna dan abadi.

Dalam menghadapi tantangan pada pelaksanaan pekerjaan oleh

karyawan yang ada di dalam perusahaan, setiap karyawan harus berpegang

teguh pada etika yang sudah ditetapkan oleh agamanya. Salahsatu etika yang

dimaksud tersebut adalah Etika Kerja Islam. Etika kerja Islam yang bersumber

dari syariah mendedikasikan kerja sebagai kebajikan. Etika kerja Islam

menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagiaan dan kesempurnaan.

Kerja keras merupakan kebajikan, dan mereka yang bekerja keras lebih

mungkin maju dalam kehidupan, sebaliknya tidak bekerja keras merupakan

sumber kegagalan dalam kehidupan (Ali (1988) dalam Syamsul Hidayat

(2015). Nilai kerja dalam etika kerja Islam diungkapkan Ali (1988) lebih

bersumber dari niat dari pada hasil kerja.

Etika sebagai akidah etik masyarakat dalam pedoman, patokan atau

ukuran berperilaku yang tercipta melalui konsesus, atau keagamaan atau

kebiasaan yang didasarkan pada nilai baik dan buruk (Mas’ud (2002) dalam

Adilistiono (2010). Dewi dan Bawono (2008) dalam Ridwan (2013)

membedakan etika syari’ah (etika kerja Islam) dengan sistem etika lainnya,

yaitu berkaitan dengan niat, cara meraih tujuan serta sumber penentuan nilai.

Menurut Ali, dalam Edwin Zusrony (2013) yang menegaskan bahwa

nilai kerja dalam etika kerja Islam lebih bersumber dari niat (accom-paying

(25)

(2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap positif terhadap pekerjaan

seseorang. Kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi (Shokrkon

dan Naami (2009) dalam Keumala Hayati dan Indra Caniago (2012). Karena

itu, lebih mungkin bahwa orang-orang yang percaya pada Islam dan

mempraktekkanya cenderung lebih berkomitmen untuk organisasi mereka dan

mungkin lebih puas dengan pekerjaan mereka (Yousef (2001) dalam Keumala

Hayati dan Indra Caniago (2012). Karakter menunjukkan personalitas seorang

profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya

yang Islami.

Komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas

karyawan terhadap organisasi dan proses yang berkelanjutan, dimana anggota

organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi, keberhasilan

dan kemajuan yang berkelanjutan. Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah

Jamil (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi

(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk

berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas

(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang

dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.

Selanjutnya, studi Ostroff (1992) dalam Syamsul Hidayat (2015)

menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai faktor

penentu/determinan motivasi dan kinerja organisasi. Asumsi Ostroff (1992)

berdasarkan pada kerja teoritisi organisasi, bahwa pegawai yang puas,

(26)

mampu bekerja sesuai tujuan organisasi dan memberikan pelayanan

sepenuhnya bagi organisasi.

Pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi sudah

banyak diteliti secara empiris pada karyawan perbankkan, PNS dan guru

(Edwin Zusrony, 2013; Keumala Hayati dan Indra Carniago, 2012;

Adilistiono, 2010; Anisya Aditya, 2013; Rokhman dan Omar, 2008; dan

Yousef, 2001), komitmen organisasi dapat dialami oleh karyawan pada sektor

Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB serta PNS. Pada dasarnya,

ketika seseorang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, sikap dan

perilaku seseorang akan cenderung konsisten dengan aturan dan ketentuan

agama (Rahman, et al. (2006) dalam Keumala Hayati dan Indra Carniago,

(2012). Kepuasan kerja adalah sikap emosional karyawan yang menyenangkan

dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan. (1984) dalam Edwin Zusrony (2013).

Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang

karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta

berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Konstruksi dari sikap

menyenangkan dan komitmen organisasi memusatkan perhatian pada

kesetiaan karyawan terhadap organisasi. Ini merupakan kondisi psikologi atau

orientasi karyawan terhadap organisasi di mana karyawan bersedia

mengeluarkan energi ekstra demi kepentingan perusahaan.

Peran etika kerja Islam patut mendapatkan perhatian khusus karena

memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dan komitmen dalam

(27)

dengan dasar-dasar keIslaman, dimana bekerja adalah bagian dari ibadah,

maka setiap pekerjaan akan dapat dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa

tanggung jawab.

Anisya Aditya (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh etika

kerja Islam terhadap komitmen organisasi PNS pada Dinas Pendidikan dan

Kesehatan Kota Malang. Penelitian serupa menarik untuk dilakukan pada

karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Ditambah lagi, penelitian

tentang etika kerja Islami dengan variabel intervening Kepuasan Kerja juga

belum banyak dilakukan di perbankkan syariah. Oleh karena itu, peneliti akan

melakukan penelitian hubungan etika kerja Islami dengan kepuasan kerja dan

komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang

Yogyakarta.

B. Permasalahan Penelitian

Seluruh karyawan perusahaan kadang harus terkena getahnya saat

seseorang dalam perusahaan melakukan kesalahan. Bahkan jika mereka tidak

melakukan perbuatan melanggar hukum dan etika seperti mencuri,

menggelapkan dana perusahaan, menipu pihak lain, orang masih akan

melakukan kesalahan-kesalahan yang sama baik secara disengaja atau tidak.

Etika kerja merupakan sistem nilai yang dianut secara perorangan yang

termasuk etika hubungan antar Karyawan dan perusahaan. Karyawan yang

merasa nyaman dan terjauhkan dari berbagai macam ancaman buruk bagi

dirinya di lingkungan kerja akan mendorong karyawan untuk bekerja secara

(28)

dengan kenyaman yang tercipta dalam lingkungannya akan terdorong untuk

memaksimalkan energinya dan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

dalam perusahaan untuk mencapai target-target perusahaan tersebut dan

menganggap dirinya sebagai bagian dalam menentukan arah perkembangan

perusahaan yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah etika kerja Islam berpengaruh terhadap komitmen organisasi?

2. Apakah kepuasan kerja memoderasi pengaruh etika kerja Islam terhadap

komitmen organisasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti

empiris tentang:

1. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji hubungan antara etika

kerja Islam dengan komitmen organisasional pada Karyawan Bank BNI

Syariah Cabang Yogyakarta;

2. Untuk menemukan bukti empiris dengan menguji kepuasan kerja

memediasi hubungan antara etika kerja Islam dengan komitmen

organisasional pada Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi karyawan, dapat membantu untuk mengenali dan peka terhadap

(29)

2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

pada pengembangan teori terutama dalam berkaitan Manajemen Sumber

Daya Manusia;

3. Memberikan kontribusi praktis bagi lembaga guna kesuksesan perencanaan

dan implementasi komitmen organisasi melalui penciptaan suatu etika kerja

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI 1. Etika Kerja

Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari Yunani, yaitu

ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin dan

kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan (M.Yatimin Abdullah

2006).

Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) ilmu etika ini juga telah

disebut-sebut sejak zaman Sokrates (399:470 SM). Ia berpendapat bahwa

etika membahas baik-buruk, benar-salah dalam tingkah laku, tindakan

manusia, dan menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak

mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia

seharusnya berbuat dan bertindak. Pengertian etika juga dapat diartikan

dengan membedakan tiga arti dari penjelasan etika, yaitu:

a. Etika membahas ilmu yang mempersoalkan tentang

perbuatan-perbuatan manusia mulai dari yang terbaik sampai yang terburuk

dan pelanggaran-pelanggaran hak dan kewajiban.

b. Etika membahas masalah-masalah nilai tingkah laku manusia

mulai dari tidur, kegiatan siang hari, istirahat, sampai tidur

kembali, dimulai dari bayi hingga dewasa, tua renta dan sampai

(31)

c. Etika membahas adat istiadat suatu tempat, mengenai benar-salah

kebiasaan yang dianut suatu golongan atau masyarakat baik

masyarakat primitive, pedesaan, perkotaan hingga masyarakat

modern.

K. Bertens (2013) merumuskan tiga arti tentang etika. Pertama,

kata etika bisa dipakai dalam arti: nilai nilai dan moral yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dala mengatur tingkah

lakunya. Kedua, etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral. Yang

dimaksud di sini adalah kode etik. Dan Ketiga, yaitu tentang ilmu yang

baik atau yang buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila keyakinan-keyakinan

etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang

begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari

menjadi bahan refleksi kritis bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

Etika sebagai ilmu dapat membantu juga untuk menyusun kode etik. Etika

dalam arti ketiga ini sering disebut “filsafat moral”.

Moral sudah kita lihat bahwa etimologinya sama dengan etika,

sekalipun bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata

moral, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai nomina (kata

benda) atau sebagai abjektiva (kata sifat). Jika kata moral dipakai sebagai

kata sifat artinya sama dengan “etis” dan jika dipakai sebagai kata benda

artinya sama dengan “etika” menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok

(32)

perbuatan seseorang tidak bermoral. Dengan itu dimaksud, kita

menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma

etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau kita mengatakan bahwa

kelompok pemakai narkotika mempunyai moral yang bejat, artinya;

mereka berpegang pada nilai dan norma yang tidak baik.

Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral,

hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatu

perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik

buruknya.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai

yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Menurut Luthans (2006) menyatakan etika meliputi persoalan

moral dan pilihan dan berhubungan dengan perilaku yang benar dan salah.

Meskipun selama ini etika kurang mendapat perhatian, mulai dari

kegagalan Enron dan segera diikuti oleh kasus profil tinggi

lainnya-eksekutif berkedudukan tinggi ditahan dan dituduh merampok perusahaan,

perusahaan akuntan umum dinyatakan bersalah karena beberapa

gangguan, pengusaha selebriti seperti Martha Stewart diinvestigasi untuk

praktik bisnis illegal, dan masih banyak lagi. Etika telah mengambil posisi

penting. Setelah Enron, menjadi era penurunan etika perusahaan. Studi

etika menjadi kritis bagi pendidikan bisnis secara umum dan perilaku

organsasi secara khusus. Seperti baru-baru ini dikatakan oleh dekan

Kellogg School of Management di Northwestern, “Kami menghadapi

(33)

Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan etika merupakan

suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku

manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jelek dengan

memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal

pikiran. Apa yang berhubungan dengan keutamaan etika tidak cukup

dengan diketahui, bahkan harus ditambah dengan melatih dan

mengerjakannya, mencari jalan lain untuk menjadikan orang-orang yang

utama dan baik.

Adapun kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya:

kegiatan melakukan sesuatu. El-Qussy, seorang pakar ilmu jiwa

berkebangsaan Mesir menerangkan bahwa kegiatan atau perbuatan

manusia ada dua jenis, pertama perbuatan yang berhubungan dengan

kegiatan mental dan kedua, tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja.

Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan yakni untuk mencapai maksud

atau mewujudkan tujuan tertentu. Sedangkan jenis kedua, adalah gerakan

random (random movement) atau gerakan reflek yang terjadi tanpa

dorongan kehendak atau proses pemikiran. Kerja yang dimaksud disini

tentu saja kerja yang merupakan aktivitas sengaja, bermotif dan bertujuan.

Pengertian kerja biasanya terikat dengan penghasilan atau upaya

memperoleh hasil, baik bersifat materi atau non materi.

Mochtar Buchori, dalam Alwiyah Jamil (2007) etos kerja dapat

(34)

ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, atau

kelompok manusia atau suatu bangsa.

2. Etika Kerja Islam

Menurut M.Yatimin Abdullah (2006) menyatakan Etika bangsa

Arab sebelum masuknya Islam sangat buruk dan jelek. Para lelakinya suka

berzina, berjudi, mengadu ayam, menganiaya, dan mabuk-mabukan. Etika

bangsa Arab pada saat itu sangat menjijikan. Anak perempuan yang baru

lahir harus dibunuh atau diberikan kepada orang lain atau dijual. Mereka

menyembah berhala yang mereka buat sendiri.

Setelah datangnya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw.

Yang mengajak supaya orang-orang percaya kepada Allah dari segala

sumber yang ada di alam. Nabi Muhammad datang untuk menjalankan

perintah Allah. Mengajak bangsa Aran untuk menyembah Allah. Namun

pada mulanya bangsa Arab tidak begitu saja bisa menerima ajaran yang

dibawa Nabi Muhammad Saw tersebut. Ia mulai mencemoohkan

ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah. Etika bangsa Arab pada waktu itu terhadap

Nabi sangat keji. Ada yang melemparkan dengan kotoran unta, meludahi,

mencaci, menghina dan segala bentuk keburukan. Namun Nabi tidak putus

asa.

Menurut Ahmad Amin (1997) menyatakan Ajaran Nabi

Muhammad Saw pada awalnya diterapkan pada kehidupan keluarga

(35)

tetapi banyak pula yang menerima. Akhirnya ajaran Nabi dapat juga

diterima oleh bangsa Arab.

Setelah kelahiran Islam, para pengikutnya mempunyai tujuan hidup

yang jelas. Tujuan hidup seorang Muslim ialah menghambakan dirinya

kepada Allah, untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat. Juga mencari

keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini

maupun kehidupan masa yang akan datang, dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunnah rasul Nya,

membawa konsekuensi logis sebagai standar pedoman utama bagi

setiap etika baik. Ia memberi sanksi terhadap etika dalam kecintaan

dan ketakutannya kepada Allah tanpa perasaan adanya tekanan tekanan

dari luar.

b. Keyakinan adanya hari akhir, mendorong manusia untuk berbuat baik

dan berusaha menjadi manusia sebaik-baiknya dengan pengabdian

setulus-tulusnya kepada Allah.

c. Keyakinan bahwa etika yang dilakukan tidak bertentangan dengan

ajaran dan jiwa Islam, berasaskan Alquran dan Hadis, dapat

diinterprestasikan oleh ulama mujtahid dan diakui kebenaran dan

kebaikannya.

d. Keyakinan bahwa etika Islam meliputi segala segi hidup dan

kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala

(36)

menegakkannya dengan janji dan sanksi Ilahi yang Maha adil.

Tuntutan etika Islam sesuai dengan hati nurani yang menurut

kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci sifat-sifat buruk.

Etika Islam berlandaskan Alquran dan Hadis. Ilmunya disebut ilmu

etika, yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tentang etika manusia

berdasarkan pada Alquran dan Hadis. Etika Islam merupakan jalan hidup

manusia yang paling sempurna. Menuntut umat kepada kebahagiaan dan

kesejahteraan. Semua itu terkandung dalam firman Allah dan Sunah Rasul.

Yaitu, sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam,

hukum-hukum Islam yang mengandung pengetahuan akidah, pokok-pokok

etika dan kemuliaan manusia. Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) etika yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat (QS. Shad [38] :46).

Perhatikanlah bagaiman Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (QS.Al-Isra [17] :21).

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan (QS.Al-Isra [17] :70 ).

Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS.Al-Isra [17] : 9 ).

Allah menjadikan kebaikan dunia tergantung etika manusia. Jika

(37)

dapat mendatangkan sejahtera. Jika manusia menjadikan kerusakan dunia

karena sebaliknya, kehancuranlah yang mereka terima. Tujuan yang

tertinggi dari etika manusia adalah mendapatkan ridha Allah Swt. Oleh

karena itu, setiap manusia wajib berbuat kebajikan, yaitu beretika mulia.

Ahli pikir terkemuka yang giat menyuarakan etika dan mengajak

manusia untuk melakukan kebaikan-kebaikan, juga membuat berbagai

teori etika adalah sebagai berikut:

1) Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub (Ibnu Maskawaih 170-241 H)

Ibnu Maskawaih semula beragama Majusi. Ia menampilkan

tinjauan etika, sumber-sumber pemikiranya bercorak Islam dan

bahan-bahan filsafat Yunani. Ia terkenal ilmu yang diamalkan. Uraian mengenai

etika Ibnu Maskawaih dituangkan dalam bukunya Tahdzibul Akhlak.

Uraian yang ditonjolkan adalah jiwa manusia mempunyai tiga tingkatan

yaitu:

a. Annafsul bahimiyah (nafsu binatang buas), yang buruk;

b. Annafasul saburayah (nafsu binatang melata), yang sedang:

c. Annafasul nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik menurut

anggapanya.

Etika buruk dari jiwa manusia mempunyai kelakuan pengecut,

sombong, dan penipu. Sifat dari jiwa yang cerdas mempunyai sifat yang

(38)

bagi suatu makhluk hidup dan berkemampuan ialah apa apa yang dapat

mencapai tujuan dan kesempurnaan wujudnya.

Menurutnya Ibnu Maskawaih, di antara manusia ada yang baik dari

asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan, meski

bagaimanapun juga, karena sesuatu yang memang dari asal takkan

berubah. Golongan ini merupakan minoritas. Golongan jahat dari asalnya

adalah mayoritas. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kebajikan.

Ibnu Maskawih menerangkan bahwa kebajikan ada yang bersifat

umum dan ada yang bersifat khusus.Kebajikan hanya diperuntungkan bagi

setiap individu. Kebajikan mempunyai bentuk tertentu. Perasaan

beruntung bersifat relatife dapat berubah sifat dan bentuknya menurut

perasaan orang yang hendak mencapainya. Demikianlah pandangan Ibnu

Maskawaih tentang etika manusia.

2) Ikhwanussafa (922 -1012 M )

Ikhwanussafa ialah ahli pikir abad kesepuluh masehi di Bashrah. Ia

mengadakan diskusi rahasia dalam masalah-masalah filsafat umat Islam

pada masa itu yang banyak dikacaukan oleh alam pikiran yang datang dari

luar Islam. Ia menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia

secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok pikiran yang

dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Bahwa syariat Islam yang suci, pada zaman mereka telah

(39)

b. Kecenderungan kepada sikap zuhud dan kerohanian;

c. Manusia menjadi baik bila bertindak sesuai dengan tabiat

aslinya, yakni perbuatan yang terbit dari renungan akal dan

pikiran;

d. Perasaan cinta adalah budi pekerti yang paling luhur terutama

cinta kepada Allah Swt. Perasaan cinta dalam penghidupan di

dunia adalah bentuk harga menghargai dan toleransi;

e. Jasad manusia adalah kejadian yang rendah dan hakikat

manusia adalah jiwanya, walaupun demikian, manusia juga

perlu memerhatikan jasadnya agar dapat memperoleh

kemajuan.

3) Imam al-Ghazali (1058-1111 M)

Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad

al-Ghazali (1058-1111 M) dengan kitabnya yang mansyur Ihya Ulumuddin.Ia

menjelaskan pokok-pokok pikirannya tentang etika manusia secara jelas.

Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Etika berarti bentuk jiwa dan sifat yang buruk kepada

sifat-sifat yang baik sebagaimana perangai ulama, syuhada, shiddiqin,

dan nabi-nabi.

b. Etika yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga

kekuatan dalam diri manusia, yaitu kekuatan berpikir, kekuatan

hawa nafsu, dan kekuatan amarah. Etika yang baik acapkali

(40)

c. Etika itu jalan kebiasaan jiwa yang tetap terdapat dalam diri

manusia yang dengan mudah dan tidak perlu berpikir

menumbuhkan perbuatan-perbuatan dan tingkah laku manusia

.apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka

dinamakanlah etika yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah

laku yang keji, dinamakan etika yang buruk.

d. Tingkah laku seseorang itu adalah lukisan hatinya.

e. Kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima sesuatu

pembentukan, tetapi lebih condong kepada kebajikan

dibandingkan kejahatan.

f. Jiwa itu dapat dilatih, dikuasai, diubah kepada etika yang mulia

dan terpuji. Tiap sifat tumbuh dari hati manusia memancarkan

akibatnya kepada anggota tubuhnya.

4) Ibnu Bayah (880-975 M)

Ahli pikir Islam ini lahir di Sarogosa (Spanyol) sebagai filosof

Islam pertama di Dunia Barat (Andalusia). Macam-macam ilmu

pengetahuan yng dikuasainya, khusus dalam masalah etika, ia menjelaskan

pokok-pokok pikirannya secara gamblang dan jelas. Adapun pokok-pokok

pikiran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Faktor rohanilah yang menggerakkan manusia melakukan

perbuatan baik-buruk;

b. Etika manusia ada yang sama dengan hewan, mislanya sifat

(41)

dan patuh dari berbagai binatang. Manusia yang tidak

mengindahkan sifat kesempurnaan (akalnya) berarti hanya

mencakupkan dirinya pada sifat-sifat hewani saja dan

keutamaannya menjadi hilang.

Menurut Toto Tasmara (2002) memberikan rincian bahwa umat

Islam ini mempunyai 25 ciri etos kerja muslim yang mendukung umat

Islam bisa survive dalam kehidupannya. Etos kerja tersebut ialah

kecanduan terhadap waktu, memiliki moralitas yang bersih (ikhlas),

kecanduan kejujuran, memiliki komitmen tinggi, istiqamah atau kuat

pendirian, mereka kecanduan disiplin, konsekuen dan berani menghadapi

tantangan, memiliki sikap percaya diri, kreatif, bertanggung jawab,

bahagia karna melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan

(leadership), beroreantasi masa depan, hidup berhemat dan efisien,

memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding, keinginan untuk

mandiri, mereka kecanduan belajar dan ingin mencari ilmu, memiliki

semangat perantau, memperhatikan kesehatan dan gizi, tangguh dan

pantang menyerah, berorientasi pada produktifitas, memperkaya jaringan

silaturahmi, dan mereka memiliki semangat perubahan (spirit of change).

Dalam Islam, sumber tata nilainya adalah satu, yaitu Allah Swt.

Dia yang menciptakan manusia dan alam, dan dia juga yang memberikan

petunjuk kepada kita bagaimana sebaiknya menjalani hidup yang bersifat

nyata dan gaib ini agar kita selamat dunia dan akhirat. Prinsip yang harus

(42)

keyakinan pada hal-hal yang gaib yang mungkin tidak akan kita ketahui

jawabannya dengan menggunakan metode ilmiah yang sudah kita bentuk

dengan standar keterbatasan pada indra kita. Kita harus yakin bahwa kita

diciptakan oleh Allah Swt menurunkan Rasul dan kitab suci sebagai

pedoman dan teladan, serta membuktikan bahwa konsep ilahi itu dapat

diterapkan tidak hanya impian. Oleh karena itu, sesuai hadis Nabi, ada dua

pegangan yang jika diterapkan, maka manusia akan selamat dunia akhirat,

yaitu Alquran dan Sunah atau Hadis.

Menurut Beekun (1997) Islam memiliki enam aksiomadari filsafat

etika Islam.

a. Tauhid, unity (kesatuan, keutuhan)

Konsep tauhid yang berarti semua aspek dalam hidup dan

mati adalah satu baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun

agama adalah berasal dari satu sistem nilai yang saling terintegrasi,

terkait, dan konsisten. Tauhid hanya cukup dianggap sebagai

keyakinan Tuhan hanya satu. Tauhid adalah sistem yang harus

dijalankan dalam mengelola kehidupan ini.

b. Adil, ekuilibrium (keseimbangan, harmoni)

Semua aspek kehidupan harus seimbang agar dapat

menghasilkan keteraturan dan keamanan sosial sehingga kehidupan

manusia di dunia ini dan di akhirat nanti melahirkan harmoni dan

(43)

c. Freewill (kebebasan )

Manusia diangkat sebagai khalifah Allah atau pengganti

Allah di bumi untuk memakmurkannya. Manusia dipersilakan dan

mampu berbuat sesuka hatinya tanpa paksaan, Tuhan memberikan

koridor yang boleh dan yang tidak boleh. Aturan itu dimaksudkan

untuk kemaslahatan manusia. Allah menutunkan Rasul-Nyauntuk

memberikan peringatan dan kabar gembira. Pelanggaran terhadap

aturan Allah akan dimintai pertanggungjawaban.

d. Responsibility (pertanggungjawaban)

Karena kebebasan yang diberikan di atas, manusia harus

memberikan pertanggung jawabannya nanti dihadapan Allah atas

segala keputusan dan tindakan yang dilakukannya.

e. Ihsan, benevolence (kemanfaatan )

Semua keputusan dan tindakan harus menguntungkan

manusiabaik di dunia dan akhirat; selain hal itu seharusnya tidak

dilakukan. Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat

menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan

makhluk kain seperti binatang, tumbuhan dan alam.

Lebih jauh Beekun menjelaskan beberapa parameter sistem etika

Islam adalah sebagai berikut :

a. Setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada niat. Niat, tindakan,

dan hasil harus halal; niat yang baik, tetapi tindakanny aharam tidak

(44)

b. Setiap tindakan baik adalah ibadah;

c. Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang, tetapi tidak boleh

mengorbankan akuntabilitas dan keadilan;

d. Islam mewajibkan setiap orang hanya tunduk kepada Allah, bukan

kepada yang lain;

e. Pilihan, keputusan yang benar tidak ditentukan oleh jumlah suara,

tetapi ditentukan oleh syariat;

f. Islam adalah sistem yang terbuka pada etika, tidak berorientasi

pribadi, tidak egois;

g. Kebenaran secara simultan diperoleh dari membaca Alquran dan

hukum alam;

h. Islam menyuburkan proses pembersihan terus-menerus (tazkiyah)

secara partisipatif.

Menurut Triyuwono (2000) bahwa tujuan organisasi menurut Islam

adalah menyebarkan rahmat pada semua mahluk. Tujuan secara normatif

berasal dari keyakinan Islam dan misi hidup sejati manusia. Tujuan itu,

pada hakekatnya bersifat transendental karena tujuan itu tidaknya terbatas

pada kehidupan dunia, tetapi pada kehidupan sesudah dunia ini (akhirat).

Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, tujuan itu dapat

diterjemahkan dalam tujuan- tujuan yang lebih praktis, sejauh terjemahan

itu masih terinspirasi dari dan meliput nilai-nilai tujuan utama. Dalam

(45)

bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan utama maupun tujuan

operatif adalah di jalan yang benar.

Diungkapkan juga oleh Triyuwono (2000) bahwa etika itu

terekpresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an. Hadist,

Ijma, dan Qiyas. Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang

komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia.

Didasarkan pada sifat keadilan, etika syariah, bagi umat Islam berfungsi

sebagai sumber serangkaian kriteria-kriteria untuk membedakan mana

yang benar (haq) dan yang buruk (batil). Dengan menggunakan syariah,

bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Allah SWT tetapi

juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang didalamnya

mencakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan

kesejahteraan bagi semua umat.

Menurut Triyuwono (2000) Syariah pada hakekatnya mempunyai

dimensi batin (inner deimension) dan dimensi luar (outer dimension).

Dimensi luar tersebut bukan hanya meliputi prinsip moral Islam secara

universal, tetapi juga berisi tentang misalnya; bagaimana individu harus

bersikap dalam hidupnya, bagaimana seharusnya beribadah. Dengan

demikian konsep etika kerja Islam bersumber dari syari’ah

Afzallurahman (1995) dalam Adilistiono (2010) mengungkapkan

bahwa banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya kerja.

(46)

diusaha-kannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)

(QS. An-Najm: 39-40). Dengan jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa

satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu dari alam adalah dengan

bekerja keras. Kemajuan dan keberhasilan manusia di muka bumi ini

tergantung pada usahanya.

Ali (1998) dalam Adilistiono (2010) juga menyatakan kerja keras

dipandang sebagai sebuah kebaikan, dan mereka yang bekerja dengan

keras lebih mungkin untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam

hidupnya. Sebaliknya tidak bekerja keras dipandang sebagai penyebab

kegagalan hidup. Prinsip ini lebih lanjutdijellaskan dalam ayat-ayat

sebagai berikut: Bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang

mereka usahakan, dan bagi para wanita(pun) ada bahagian dari apa yang

mereka usahakan (QS. An-Nisa:32). Alam tidak mengenal pemisahan

manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara yang hitam dan putih,

bahkan antara muslim dan non muslim, masing-masing dari mereka diberi

balasan atas apa yang dikerjakannya. Barang siapa bekerja keras ia akan

mendapatkan balasannya. Prinsip ini berlaku untuk semua orang dan

semua bangsa. Allah sekali-sekali tidak akan merubah nikmat yang telah

dianugrahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa

yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal:53). Pandangan etika

kerja Islam mendedikasikan diri pada kerja sebagai suatu kebajikan (Ali

(47)

Menurut Muhammad (2002) dalam Arifin Lubis (2005) ada tiga

dimensi etika kerja Islam sesuai dengan pengertian dari Surat Al Baqarah

ayat 282 yang merupakan prinsip dasar akuntansi menurut Islam.

a. Pertanggung jawaban

Pertanggung jawaban selalu berkaitan dengan konsep

amanah, persoalan amanah merupakan hasil transaksi dengan Allah

SWT mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh Allah

SWT sebagai khalifah dimuka bumi yang dibebani amanah untuk

menjalankan fungsi-fungsi khalifahnya.Inti kekhalifahan adalah

menjalankan atau menunaikan amanah.

b. Keadilan

Keadilan disini tidak saja merupakan nilai yang sangat

penting dalam etika kehidupan sosial dan bsnis, tetapi juga

merupakan nilai yang melekat pada fitrah mansia. Hal ini berarti

bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi

untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya.

c. Kebenaran

Kebenaran dalam Al-Qur’an tidak dapat dicampuradukan

dengan kebatilan. Sebab Al-Qur’an telah menggariskan bahwa

ukuran, alat atau instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah

(48)

Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional, terdapat empat aspek yang

membedakan antara keduanya yaitu sebagai berikut:

Tabel.2.1: Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional

Etika Islam Etika Konvesional

Komponen Nilai Meliputi nilai duniawi dan ukhrawi, nilai rohani dan

Robbins dan Judge (2008) mendifinisikan kepuasan kerja adalah

sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan

hasil dari sebuah evaluasi karakterisriknya. Seseorang dengan tingkat

kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang

pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memeilki

perasaan-perasaan yang negatife tentang pekerjaan tersebut.

Locke, dalam Luthans (2006) memberikan definisi komprehensif

dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif dan

evaluative dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi

yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau

(49)

karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang

dinilai penting. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas

dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

perilaku keorganisasian dan literature manajemen.

Menurut Anwar (2013) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai

yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.

Wekley dan Yuki (1977) dalam Anwar (2013) mendefinisikan kepuasan

kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.

Luthans (2006) meskipun analisis teoritis mengkritik kepuasan

kerja, konsepnya dianggap terlalu dangkal. Terdapat tiga dimensi yang

diterima secara umum dalam kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja

merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Dengan demikian,

kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga.

Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik

hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya, jika

anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja terlalu keras daripada

yang lain dalam departemen, tetapi menerima penghargaan lebih sedikit,

maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan,

pimpinan, dan atau rekan kerja mereka. Mereka tidak puas. Sebaliknya, jika

mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar

(50)

pekerjaan mereka. Mereka merasa puas. Ketiga, kepuasan kerja mewakili

beberapa sikap yang berhubungan.

Selama bertahun-tahun, lima dimensi pekerjaan telah teridentifikasi

untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting di

mana karyawan memiliki respon afektif. Kelima dimensi tersebut adalah:

a. Pekerjaan itu sendiri: Dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas

yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk

menerima tanggung jawab.

b. Gaji: Sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa

dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan

orang lain dalam organisasi.

c. Kesempatan promosi: Kesempatan untuk maju dalam organisasi;

d. Pengawasan: Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis

dan dukungan perilaku.

e. Rekan kerja: Tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan

mendukung secara sosial.

Meskipun sejak dulu kelima dimensi tersebut dirumuskan dan

digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, meta analisis terbaru

memperkuat validitas konstruksi mereka.

4. Komitmen Organisasi

Menurut Robbin dan Judge (2008) mendifinisikan Komitmen

organisasional (organizational commitment) adalah sebagai suatu keadaan

(51)

dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotan dalam organisasi

tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada

pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional

yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.

Richard M. Steers (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007)

mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi

(kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk

berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas

(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)

yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya.

Diungkapkan juga oleh Baron dan Greenberg (2000) dalam Edwin

Zusrony (2013) komitmen organisasi dapat didefinisi sebagai kepercayaan

dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan untuk

bekerja keras, dan memelihara keanggotaanya dalam organisasi yang

bersangkutan.

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar

keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan

kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi

kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini,

dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi,

keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan

(52)

Beberapa pendapat mengenai komitmen organisasi adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Komitmen Mayer dan Allen

Menurut Meyer dan Allen, dalam Luthans (2006) bahwa

Komitmen orgnisasi bersifat muultidimensi, maka terdapat

perkembangan dukungan untuk tiga model komponen yang diajukan

oleh Meyer dan Allen. Ketiga dimensi tersebut adalah:

a. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan,

identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi.

b. Komitmen Kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian

yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi.

Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau

benefit.

c. Komitmen normative adalah perasaan wajib untuk tetap berada

dalam organisasi karena memang harus begitu, tindakan tersebut

merupakan hal yang benar yang harus dilakukan.

Allen dan Meyer berpendapat bahwa setiap komponen memiliki

dasar yang berbeda. Pegawai dengan komponen afektif tinggi, masih

bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi

anggota organisasi. Sementara itu pegawai dengan komponen normative

tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka

(53)

yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus

melakukannya. Setiap pegawai memiliki dasar dan tingkah laku yang

berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Pegawai yang

memiliki komitmen organisasi dengan dasar affective memiliki tingkah

laku berbeda denganpegawai yang berdasarkan normative. Pegawai yang

ingin menjadi anggotaakan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha

yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa

menjadi anggota akanmenghindari kerugian finansial dan kerugian lain,

sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal.

Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai

hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normative menimbulkan

perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang

telah diterimanya dari organisasi.

2. Jenis komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Richard M. Steers

Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Steers, lebih

dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen

organisasi ini memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk

bertingkah laku.Sikap mencakup:

a. Identifikasi dengan organisasi

Yaitu penerimaan tujuan penerimaan tujuan organisasi,

(54)

Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui

kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai

organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

Identifikasi, yang mewujuddalam bentuk kepercayaan

pegawai terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi

tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para

pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula

kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal

ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para

pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebutakan

membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi

tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan

organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi

kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek (1994) dalam Alwiyah

Jamil (2007).

b. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di

organisasi tersebut.

Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima

hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan

padanya. Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam

aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya

keterlibatan pegawai menyebabkab mereka akan mau dan senang

(55)

kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing

keterlibatan pegawai adalah dengan memancing partisipasi mereka

dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yangdapat

menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah

diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.

Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka

pegawai merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang

utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa

wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan

karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan

(Sutarto (1989) dalam Alwiyah Jamil (2007).

Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran mereka

yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula

(Richard M. Steer (1985) dalam Alwiyah Jamil (2007). Mereka

hanya absen jika mereka sakit hingga benar benar tidak dapat

masuk kerja. Jadi, tingkat kemangkiran yang disengaja pada

individu tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pegawai yang

keterlibatannya lebih rendah.

Beynon, dalam Alwiyah Jamil (2007) menyatakan bahwa

partisipasi akan meningkat apabila mereka menghadapi suatu

situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama, dan salah

satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah

Gambar

Tabel.2.1: Perbedaan Etika Islam dan Etika Konvesional
gambar di bawah ini.
Tabel.3.1: Dimensi Etika Kerja Islam
Tabel.3.2: Dimensi Kepuasan Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyusunan Tesis ini penulis mengambil judul: “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi Terhadap Disiplin Kerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan budaya organisasi dan kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi komitmen organisasi (P < 0,05). Dalam penjabarannya

Pengukuran kepuasan kerja menggunakan skala kepuasan kerja, pengukuran komitmen organisasi menggunakan skala komitmen organisasi, dan pengukuran prestasi kerja karyawan menggunakan

Penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Keamanan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Asuransi Jiwa Bumi Putera Cabang Blitar” diajukan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Alphonso Yansen P, menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL, DAN BUDAYA ORGANISASI

Pengukuran kepuasan kerja menggunakan skala kepuasan kerja, pengukuran komitmen organisasi menggunakan skala komitmen organisasi, dan pengukuran prestasi kerja karyawan menggunakan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Ima Alifian, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Job Insecurity, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL