• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Budidaya Ikan Secara Lestari di Waduk (Studi Kasus di Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Budidaya Ikan Secara Lestari di Waduk (Studi Kasus di Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat)"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Lalar Helakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang berkeinginan kuat uotuk meningkatkan kesejabteraan masyarakatnya. Perikanan merupakan salab satu altematif yang diharapkan dapat .mewujudkan tojuan tersebut. sementara ito potensi perikanan sangat memungkinkan. Budidaya perikanan salab suatu paket teknologi perikanan yang berpeluang besar daJarn mewujudkan peningkatan kesejabteraan masyarakat perikanan maupun pembangunan secara nasionaJ.

Budidaya perikanan air tawar adalab saJab sato kegiatan perikanan yang banyak dilakukan di daerab Jawa b。イ。セ@ terlebib lagi dengan adanya wadnk yang telab dibangon pemetintab sejak 1978 sampai 1987 seperti Wadnk Juanda Jatilubur, Wadnk Saguling dan Wadnk Cirata. Ketiga Wadnk tersebut sangat berpotensi uotuk kegiatan budidaya ikan di kerarnba jaring apung (KJA),. walaupuo pada awalnya wadnk dibangon berfungsi marna sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan kegiatan perikanan bokan merupakan prioritas.

Wadnk adalab tempat menarnpuog air yang uruunmya dibentuk dati sungai atau rawa dengan tujuan tertentu. Dilihat dari fungsinya

dikenal

ada

dua

jenis wadnk, .arnun wadnk yang paling banyak dibuat uruunmya adalab wadnk yang mempunyai berbagai fungsi. Contoh waduk yang mempunyai berbagai fungsi (wadnk serbaguna) antaralain adalab Wadnk Saguling, Wadnk Cirata dan Wadnk Juanda·Jatilubur. Ketiga wadnk tersebut pada dasamya merupakan wadnk yang saling berbubungan ,ato dengan lsinnya, yakui Wadnk Saguling di bagian hulll, Wadnk Cirata di bagian tengab dan Wadnk Juanda Jatilubur di bagiau hilir, yang semuanya terdapat dalam sistem DAS Citarum.
(29)

pembangkit listrik tenaga air, namun juga dimanfaatkan bail< untuk kegiatan perikanan umum manpun kegiatan perikanan budidaya.

Untuk lebib meningkatkan pemanfaatan smnberdaya perairan waduk tersebut, maka penggunaan waduk sebagai lokasi budidaya ikan merupakan altematifyang tepat. Oleb katena itn, sejak tabun 1974 di Waduk latiluhur mulai dilaknkan penelitian pemeliharaan ikan dalam karamba. Dengan dasar basil penelitian tersebut dilaknkan budidaya dalam keramba jaring apung (KJA), yang dimulai di Waduk Sagnling untuk kernudian berkembang ke Danau Toba, Waduk Cirata, Waduk Wonogiri, dan Waduk Kedung Ombo. Namun budidaya ikan dalam karamba secara intensif bam mulai dilakukan pada tabun 1986 (Hardjamulia

et a1.

1991). Namun demikian perkernbangan yang paling pesst barn mulai pada tabunl988 (Kartamihmja, 1998).

Perkernbangan pesat budidaya ikan dalam KJA ini pada dasamya rnerupakan basil penelaahan, bahwa dUihat dari produksi yang dihasilkan, luas perairan yang tersedia, kelestarian sumberdaya, kernndaban melaksanakannya

serta dilihat dari sudab tersedianya paker teknologi untuk melaknkan budidaya di

perairan urnurn (waduk) serta adanya informasi babwa budidaya ikan dalam KJA mernberikan basil yang menguntnngkan (Hardjamulia

et a1.

1991). Kegiatan budidaya ikan dalam KJA juga tidak perlu menyediakan ongkos produksi untuk pernbelian laban. Selain itn jika dalam waduk di lokasi tersebut teIjadi utnbaIan, maka secara teknis KJA mudah

dipindahkan,

serta mudahnya mengendalikan pemangsa, penggunaan pakan ikan palla budidaya KJA juga relatif dapa! dioptimalkau dengan mudah serta produksinya dapat diintensitkan (Sukadi

et a1.,

1989). Dengan dasar エ・イウ・「オセ@ maka budidaya ikan dalam KJA beherapa tabun terakbir ini berkernbang dengan sangat ー・ウ。セ@ tak terkecnsli di Waduk Sagnling, Waduk Cirata dan Waduk luanda latiluhur. Narnun demikian dari ketiga waduk エ・イウ・「オセ@ kegiatan budidaya ikan dalam KJA, paling banyak terdapat di Waduk Cirata. Deugan demikian rnaka kajian mengenai KJA akan jauh lebib menarik

apabila dilaknkan di Waduk Cirata.

(30)

dilibat dari segi kajian limbah sisa pakan dan KJA, maka Waduk Cirata merupakan waduk yang paling menarik untuk diteliti, terutama dalam hal kajian lingkungannya (kualitas air).

Budidaya ikan dalam keramba janug apung di waduk Cirata ini telah memberikan keuntungan yang cukup besar, terbukti dan jumlab KJA di Waduk Cirata dari

waktu

ke

waktu Makin

meningkat, terutama setelah terjadinya krisis mODeler. Dilibat dan pakan yang diberikan pada ikan budidaya, maka kegiatan budidaya pada KJA yang ada di waduk Cirata masuk ke dalam sistern budidaya KJA intensif Hal ini terlibat dari pernberian pakan dengan tiekueDsi pemberian rata-rata tiga kali sehari babkan lebib dan penggunaan pakan komersial (pelel) yang mengandung protein tioggi (lebib dari 20%) serta mengandung Duttisi lairmya yang cukup lengkap. Namun pemberian pakan tambaban pada budidaya lOA intensif ini memungkinkan terakumulasinya limbah organik baik: yang berasal dari sisa pakan yang tidak tennakan oleb ikan maupun dari kotoran ikannya itu sendiri. Melimpalmya limbah organik yang berasal dari sisa pakan ini mengakibaikan Waduk Cirata menghadapi masalah yang cukup serius antara

lain

proses sedimentasi yang tinggi

dan penunman kualitas air.

Penunman kualitas air ini, diduga teJjadi karena melimpahnya limbah organik sisa pakan yang terdapat di Waduk Cirata, sehingga beban Waduk Cirata untuk menguraikan (mendekomposisi) bahan-bah . . organik tersebut menjadi berat, karena untuk penguraian bahan organik ini diperlukan oksigen. Jika dalam perairan kaudungan oksigennya sangat rendah atau babkan tidak ada oksigen, maka penguraian tersebut selain akan mengganggu kebidupan yang ada di dalanmya juga akan berakibat pada terbentuknya gas-gas beracun di perairan. Dengan adanya gas-gas beracun ini, ada atau tidak ada oksigen di perairan, akan menimbulkan akibat hntuk pada kebidupan dalam perairan Waduk Cirata tersebut. Disamping hal tersebut, dan penguraian bahan-baban organik ini akan dihasilkan unsur barR baik senyawa nitrogen (N) maupun senyawa posfor (P) yang sangat diperlukan oleb fitoplankum dan tumbuhan air lairmya. Dengan demikian, maka bahan organik terntama yang berasal dari sisa pakan ikan akan berperan menjadi pupuk yang dapat menynburl<an perairan Waduk Cirata.

(31)

bahan organik dari KJA meneapai 80%. Hal ini sesuai dengan basil penelitian Nastiti e/ al. (2001) yang mengatakan bahwa penymnbang N dan P terbesar (meneapai 83,63 - 99,93%) di waduk berasal dari kegiatan bndidaya iklIn. Dengan demikian mengakibatkan perairan waduk Cirata yang banyak kegiatan budidaya KJA intensifnya sudah berada dalam keadaan bipertropik, yang berakibat pada terjadinya pertumbuhan yang tidak terkendali (blooming) plankton jeins tertentu. Namun akibat lain dati keadaan torsebut diduga menjadi penyebab kematian masal iklIn, sepetti yang sering terjadi pada iklIn budidaya dalam KJA di Waduk Cirata, terutama pada awal musim hujan. Alas dasar hal tersebut, dan

dalam rangka mengoptimalkan usaba bndidaya iklIn dalam KJA di Waduk Cirata Cirata, maka dilakukan penelitian mengenai lingkungan perairan di Waduk Cirata pada musim hujan, musim kemarau dan musim peralihan.

1.2. PerumusaD Masalab

Waduk Cilllta merupakan waduk yang beIllda di tengah-tengah DAS Citarum. Waduk Cirata yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan utanumya sebagai pembangkit listrik tenaga air adalah waduk teduas ke duo yang terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Purwakarta, Bandung dan Cianjur. Jawa Barat.

(32)

teljadinya pencemaran air yang berakibat pada menurunnya kualitas air waduk, teIjadinya pendangkalan waduk dan sebagainya. Hal ini teIjadi karena begitu banyaknya pakan yang disebar di wadnk, padahal pemberian pakan ini dilaknkan dalarn waktu yang terus mooerns, dalam hal ini dilakukan seriap hari doogan freknensi pemberian paling tidal< dua kali sebari, sebingga jumlahnya meneapai ratusan ton.

Diantara pakan yang disebar ke waduk ini, temyata tidal< semuanya dapat dimakan oleh ikan, sebingga sisa pakan yang tidal< temntkan akan tenggelarn ke dasar waduk. Selain

hal

tersebut di atas, dati

pakan

yang dirnakan oleh ikan tersebut, sebagian akan menjadi kotoran, yang juga akan terbuang, dalam arti akan tooggelam ke dasar waduk. Padahal sesuai dengan zat yang dikandung oleh pakan ikan yang mempunyai kadar protein tinggi, maka pada kotoran ikan ini juga akan moogandung nitrogen dan sulfur. Baik pakan yang tidal< temutkan maupun kotoran ikan yang terbuang ke dasar ini, pada akhimya akan diuraikan oleh jasad-jasad pengunti. Untuk ini maka diperlukan oksigen. Dalam keadaan tidal< ada

oksigen/minim oksigoo ter1arut (kondisi anaerob) pooguraian tersebut akan tetap heIjalan dengan baik, narnun dari hasil penguntian secara anaerobik ini akan dihasilkan beroagai gas heracun yang dapat meneemari perairan waduk. Deugan tercemarinya lingkungan, maka ikan yang bidup di dalamnya akan moogalami stres, yang akan berakibat pada mudahnya ikan terserang penyakit, dan semuanya ini sudah barang tootu akan mernpengambi basil panen yang akan dihasilkannya.

Dalam rangka mendapatkan ikan yang pertumbuluurnya optimal pada pemeliharaan ikan dalam KIA, serta untuk mendapatkan ikan yang relatif teIi>indar dari berbagai ー・ョケ。ォゥセ@ maka lingkungan tempat bidupnya, dalam hal ini kualitas air yang terdapat pada tempat bidupnya harus baik dan moodukung kebidupan ikan. Namun kenyataannya, dalam beberapa tabun terakhir, lingkungan bidup ikan di Waduk Cirata relatif kurang mendukung lagi kebidupannya, bahkan acap kali pada waktu-waktu tertentu teljadi kematian ikan secara masal dan mendadak. Hal ini disebabkan di dalarn perairan Waduk Cirata terdapat bahan-baban yang membahayakan kebidupan ikan (moourunnya kualitas air).

(33)

j.sad renik, untuk ini diperlukan oksigen. Pada kedalaman terteotu deogan kandungan oksigeooy. tuinim akao meogakib.tkao terheotukoya gas-gas heracun

yaog dapat berakibat saogat botuk pada biota yang ada di dalaomya, termasok pada ikao yaog dibudidaya dalatO KJA.

Gas-gas

beraeuo dari dasar perairan ini, terutama pada awal musim hujan, karena satu dan lain

hal

akan naik ke permukaao (upwelling), sehiogga meogakib.tkao teIjadinya kematiao meodadak pada ikao yang dipelibara dalatO KJA. Selain hal tersebut dari uraiao inijuga akan dibasilkao zat-zat aoorgaoik yaog akan meoyuburkan perairan. Deogao melibat hal itu, maka perlu

dilalrukao

kajiao ekobiologi di perairao Waduk Cirata pada

musim hujan, musim kemarau dan musim peralihan yang meliputi kajian kualitas

air,

kajian biota terutama plankton

dan

bentos, sebingga dari situ akan terlihat bagaimao. pengaruh KJA terhadap kualitas air pada musim hujaro,musim kemarau dan musim peralihan, serta hagaimao. peogaruh kualitas air terhadap sumberday. hayati di W.duk Cirata (Planktoo dan benthos) baik pada musim

hujan, musim kemarau

atauplUl

pada musim

peralihan.

Sejauh ini, pemerintab daerah setempat beluro memberlakukan pajak limhab atau lebib dikeoal deogan pajak lingkungan kepada para peogguna badan air akib.t dari limbah yaog dikeluarkao. Hal ini disebabkan beluro adanya data yaog meogioformasikao secara detail padahal ini akan membantu pihak pemerintab .gar rehabilitasi lingkuogao meojadi lebib baik Selitio itu baoyak penelitian penelitian yang mengkaji waduk dari beberapa instansi , baik instansi pemerintah maupun swasta namun karena kurang koordinasi

maka basil

yang didapat belum baoyak terseotuh oleb masyarakat peogguna. Uotuk itu saogat diharapkan agar peoelitiao waduk dapat terkoordinir agar sasarao yaog bendak dicapai akan terwnjud

Saat ini Waduk Cirata dikelola oleb 3 kahopateo yaitu Kabupateo Cianjur, Kabupateo Baodung dan Kabupateo Pwwakarta, dengan peogelolaao dilakukan oleb 3 kabupateo sehingga d.pat dihayangkan secara relatif bahwa aspek

ekooooti merupakao target utam. dari kahupaten tersebut Pada akhiroya aspek

lingkungan meojadi korban. Untuk itu perlu dieari alteroatif agar peogelolaan dikoordinir oleb satu iostaosi .gar yang memhawalti ketiga kabup.teo tersebut

(34)

teknik yang dewasa

ini

sudah terbukti dan banyak dimanfaatkan, yaitu data

penginderaan jauh

(remote sensing).

Kombinasi data inderaja dengan data

lapaugan akan memberikan basil analisis yang akurat dan terbaru. Tubsan ini juga

meuampilkan kondisi terkini perikanan budi daya di Waduk Cirata dengan menggumtkan multi-temporal data citra satelit Landsat 7.

Belajar dari pengalaman yang sudah terjarli diperlukau cara pengelolaan

perairan waduk untuk budi daya ikan dalarn KJA yang sesuai dengan daya

dukong, sebingga ikan tidak mengalami kematian. Tujuan utama dan pengelolaan perikanan dari suatu perairan serbaguna adalah meningkatkan produksi ikau dan mernelibara produksi dan sumber daya perairan tersebut sebagal bagiau yang tidak

terpisahkan dan pemaufaatan perairan waduk atau danau. Hal ini harus mernpertimbaugkan kepentiogan pemanfilat lainnya sehingga pola pengelolaan

satu pemaufilat tidak berbenturau dengan pengelolaan pemanfaat lainnya.

Tulisan ini lebib mengarah kearah teknis terutarna melihat darnpak negatif

dan kegiatau KJA, dengan adauya kajian ini maka diharapkan alternatif pengelolaan Waduk Cirata akan dapat dipahami. Untuk lebib jelasnya kerangka

(35)

[-1---__

MMMMヲKャセ⦅]wセ。、セオォセcゥイ。[[Z[ZM

]Mエ。セャKMMMMML@

:

セ@

___

セ@

________

セl@

___

セ@

__

セ@

__ i_llam __

セ@

I

I

!

r

musim

r

I I

KJA

I

teknoiogi budidaya

I

I I I I

_

I

limbab budidaya

Pencemaran

bahan organik

セ@

__ Jl ____

セセセセ]Mセセュセ、セセセセセッセイセセャ@

:

fゥウセ。L@

Kimia, Bioiogi

f--:

I

lMエMMMエMMMMMMゥセ]]]]ZZNjMMMG@

I

I

I

+

Citra Satelit

Pengendalian

セ@

_____________ _

'---1

pengeioiaan

[image:35.579.71.546.91.706.2]

:...---

....

L - _ - - - - l

Gambar I. Kerangka Pemikiran

.... - .,

(36)

TujuaD Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

I. Mengetahui kondisi kegiatan budidaya daIam keramba jaring apung kaitannya

dengan daya dukung dan zonasi.

2. Mengetahui dan memahami dampak kogiatan budidaya ikan daIam Karamba jarring apWlg (KJA) terhadap kualitas air sepanjang tabun di waduk eirata. 3. MenyusWl baban kebijakan pengelolaan waduk berbasis budidaya ikon secara

lestari di Waduk Cirata.

Manfut Penelitian

(37)

2.1. Perairan Waduk

Kehutuhan manusia akan pasokan sumber air yang relatif stabil dari waktu

telah mendorong manusia untuk: membendung

Stmgai

menciptakan waduk.

Waduk dibuat manusia untuk dapat berfungsi sebagai sumberdaya untuk irigasi pertanian, pengendali banjir, transportasi air, wisata air, penggelontoran limbah domestik, pembangkit listrik tenaga air, air baku untuk keperluan domestik dan industri serta sebagai swnberdaya untuk perikanan penangkapan atau perikanan budidaya. Yuningsib dan Soewamo (1995) menyatakan bahwa waduk sebagai tempat menampung air dengan cara mernbendung alur sungai, Suwignyo (1981) juga menegaskan bahwa waduk sebagai barlan air

buatan

manusia dengan membendung sungai atau mengalihkan air dari sungai

dan

mengwungnya ke lerobah buatan. Sehingga dapat didefinisikao babwa perairan waduk sebenamya

sebuah danau yang terbentuk sebagai wbat adanya aktivitas manusia

membendung aliran sWlgai dengan jalan membuat

dam

yang menghalangi aliran air sungai Karena sifatnya yang buatan manusia maka perairan

waduk

meropunyai karaktetistik yang berbeda dari sebuab danau sebagai bagiao dari bentang alam yang proses pernbeotukaonya teljadi secara alaotiab.

Menurut fiyas et al.(199O) waduk mernpalam badan air yang karaktetistik fisik, kintia dan biologisnya berbeda dari sungai yang dibendung.

(38)

Waduk sebenarnya juga sebuah danau dalam pengertian beuda torsebut mempakan suatu voluma Massa

air

yang mempunyai komposisi khusus yang berisi berbagai beutuk kehidupan. Dauau alami adalab suatu bentuk perairau akibat adauya air yaug mengisi cekuugau-cekuugau alamiab, sedaugkan waduk terbeutuk sebagai akibat adauya massa air yaug mengisi lernbab sungai yaug aliraunya sudab dibendung oleh sebuah dinding.

Waduk berfungsi untuk menampung air di musim peughujan sorta untuk menyediakau air untuk berbagai keperluau di musim kernarau. Pada dasarnya bentuk perairau waduk mirip dengau danau, sehingga waduk seringka1i menjadi nama lain untuk dauau buatan manusia (man made lake). Hal ini sesuai dengau pendapat Straskraba dau Tundisi (1999) yaug menyatakan babwa waduk dibuat dau diciptakan oleh mauusia untuk tujuau tertentu, sehingga waduk seringkali menjadi nama

lain

untuk danau buatan manusia. NamWl demikian tujuan dibuatnya waduk seringka1i berbeda dengau danau, sehingga aspek pengelolaannyapun borbeda. Waduk telab memberikau keuntungau dau kontribusi yang sangat besar untuk manusia karena bisa

dimanfaatkan

untuk

pembangkit tenaga listrik, irigasi, ekoturisme, pertanian irigasi, pariwisata

dan

air minmn (Soernauto, 2001). Namun peruntukau yaug paling bauyak adalab sebagai sumber pembaugkit tenaga listrik karena menurnt UU. No.15 Tabun 1985 tentaug ketenagalistrikan "Penyelenggaraan usaha penyediaan tenaga listrik dalam

jumlah

yang cukup, mum dau keaudalauuya dengau harga yaug terjaugkau masyarakat merupakan masalab utama yang perlu diperhatikan".

Pada prinsipnya walaupun tujuau utama waduk diperuntukkan sebagai pembangkit tenaga listrik, namun peruntukauuya terlepas dari koraugka dasar kebijakan pemerintah dalam mernenuhi kebutubau masyarakat sebari-hari, karena itu maka tujuan dibuatnYa waduk adalab:

I. Pernenuban kebutubau berbagai kebutubau air baku, diautaranya untuk

memenuhi keperluan sehari-hari yakni untuk kebutuhan

Domestic, Municipal

and Industry (DMI) atau rumab taugga, kota dau industri (RIG); 2. Pengendali baujir;

(39)

4. Konservasi air;

5. Pembangkit tenaga listrik.

Karena adanya berbagai kebutuban tersebut, maka

penggunaan

air waduk dibuat system sebagai berikut. Pada tabap pertama air waduk dipergunakau uutuk meuggerakkan tuIbin guua membangkitkau tenaga listrik, dan pada tabap

berikutnya air dialirkan ke sungai kembali.

Waduk bauyak yang berfungsi sebagai waduk serbaguna, contob waduk serbaguna yang ada di Provinsi Jawa Barat antara lain adalah Waduk Saguiing, Waduk eirata dan Waduk Jatiluhur. Ketiga contob waduk tersebut dibangun dengan tujuan utama untuk pembangun PLT A guna pembangkit tenaga listrik. Namun demikiao dati PLTA tersebut sebenamya masib ada manfaat yang tidak langsung salah satunya untuk meuambah kehandalan pasokao air baku ke daerah hiIir, irigasi, pengendaJian banjir, konservasi air dan sarana rekreasi. Selain ito,

waduk juga dapa! dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan baik perikaoao urnuro maupun perikanao budidaya melalui jariog terapung.

2.2. Tipe

Waduk

Berdasarkan peruntukkaonya, waduk dibagi menjadi dua tipe yakni waduk serbaguua dan waduk untuk pembangkit tenaga listrik.

Waduk Serbaguua

(40)

Waduk-waduk yang dibangun olob pemerintah, sebagian besar berada di Pulau Jawa. Pada umumnya waduk yang dibangun di Pulau Jawa berfungsi sebagai waduk serbaguna, yang dimanfaatkan sebagai tempat penyediaan air baku, pengendali banjir dan irigasi teknis serta untuk pembangkit listrik tenaga

aIr.

Air yang terdapat di waduk serbaguna pada wnumnya dimanfaatkan untuk berbagai kebutnban yakni nntuk Domestic, Municipal and Industry (DMI) alau industri yang kebutuhannya pada tahun 1990 mencapai 124 m'/detik untuk irigasi meneapai 90 % dan total kebutuhan air yakni kurang lebih 950 m'/detik. Menurut Anonim (2001) pada tahun 2015 total reneana kebutnban air akan mencapai 1878 m3/detik, yang tenliri dan kebutnban DMI 239 m'/detik dan untuk irigasi 1639 m'/detik. Selanjutnya dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya peningkatan DMI dan irigasi di tahun 2015 ini perlu perbatian yang sangat serius, karena hal tersebut menunjukkan bahwa prioritas yang paling utama dan untuk pemenuhan kebutnban tersebut banya bisa dialasi dengau membangun waduk untuk menaIUpung air. Deugau demikian, maka keberadaan waduk untuk

masa

kini dan masa yang akan datang pedu mendapat perbatian yang cukup serius.

Tabel I. Beberapa Waduk Serbaguna di Indonesia

Waduk Luas (ha)

KedaI=

セ。セ]@

I

セ・エゥセ。ョ@

Fungsi Tabun

maks. m mdD! ulama <libangun

lawaBarat :

Saguling 5.340 90 18 625 E,F,I 1985

Cirata 6.200 106 34 250 E,F,! 1987

Jatiluhur 8.300 95 37 110 E,F,LW 1965

Jawa Tengah:

Wonogiri 8.800 28 8 140 E,F,I 1981

Wadaslintang 1.460 85 30 115 E,F,I 1987

Kedungombo 6.100 50 16 100 E,F,I 1989

Mrica 1.500 13 231 E,F,I 1989

Sempor 1.300 45 77 E,F,I 1987

Jawa Timur:

Karangkate> 1.500 70 23 270 E,F) 1972

Selorejo 400 46 16 600 E,F,I 1970

Lahor 260 50 14 300 E,F,! 1977

Wlingi 380 28 6 163 E,F,I 1983

Bening 570 10 8 11 F,I 1983

Senggu", 290 24 7 2% E,I 1987

[image:40.576.91.526.435.695.2]
(41)

Batuiai 890 14 2 4 fLセw@ 1983

Kalimantan

SeI_:

Riam Kanan 9.200 50 18 E,F,I 1983

Lampung:

WayRarem 1.400 25 6 60 F,I 1982

Way l..,,,,,, 220 15 FI 1976

Sumber: nyas et

at.

(1990)

Keterangan : eセ@ tenaga listrik; fセ@ pengendali banjir; iセ@ irigasi; wセ@ air minum. dpl セ@ eliatas pemmkaan laut

2.3, Kualitas Air

Pada dasamya kualitas lingkuugau perairan (kualitas air) yang terdapat eli suatu perairan akan mernpengambi kebidupan komuuitas biota yang bidup dalam ekosistern perairan torsebut Kualitas perairan tersebut akan berpengamb terhadap

suaru populasi biota air,

karena sifat parameter

kualitas air

yang ada

di

perairan

tersebul, dan adanya tingkat toleransi biota tetbadap parameter lingkuugau tertentu. Dalam bal ioj jika salah satu fiIktor linglrungan melewati batas toleransi suatu spesies atau jika

nilai

salah satu parameter kualitas air menlUlDl sampai di

bawah kebutuhan minimum spesies tersebut, maka parameter tersebut

akan

menjaeli faktor pembatas terhadap pertumbubau spesies torsebut (Odum, 19%). Parameter kualitas perairan yang berpengamb terhadap kebidupan biota air jumlahnya cukup banyak, namun parameter yang pengamhuya lebib be,ar dan biasa dianalisis antara lain adalah besamya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan, kedalaman perairan. kecerahan, suhu

air,

WarDa

air,

pH,

kandungau oksigen terlarul, kandungau Co, bebas, kandungau fnsfor total, alkatinitas, nitrit, nitrat, arnoniak, amonium, sultilt, fnstill, HoS, 800.., COD, bahan organik, deteljen, kandungau klorofil-a, kandungau fenol, kandungau pestisida, kandungau logam herat eli perairan serta pupulasi plankton yang ada dalam perairan tersebut.

Suhu dan Intensitas cabaya

(42)

kecepatan reaksi kimia di dalam air. Subu perairan juga mempengaruhi berbagai

proses fisiologis dalam tubuh biota air seperti proses osmoregulasi dan pemapasan

organisme

perairan,

sehingga meningkatnya subu pada kondisi ekstrim

dapat menyebabkan kernatian. Secara umum pengaruh subu terl!adap biota perairan mempengaruhi proses fisioiogis seeara langsWlg dalam hal reaksi

enzimatik:

pada

organisme. sehingga

akan

menentukan besar kecilnya metabolisme

dan

pertumbuhan organisme. Selain pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dati subu bisa dalam bentuk teIjadinya perubaban struktur dan dispersi hewau air (Nontji, 1984). Hal ini sesuai dengan pendapat Pescod (1975) yang mengatakan bahwa subu akan berpengaruh secara langaung pada kebidupan biota air, yakni akan menentukan kehadiran spesies-sposies akuatik, mempengaruhi pemijaban dan penetasan, aktivitas dan pertumbuban.

Subu perairan mempuuyai kaitan yang cuknp erat dengan besamya intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Dalam hal ini intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan akan menentukan derajat panas, yakni semakin banyak sinar matahari yang masuk: ke dalam suatu perairan,

semakin

tinggi

subu aimya. Namun semakin benambahnya kedalaman,

akan menurunkan subu perairan (Welch, 1980). Menurut Noniji (1987) subu yang terdeteksi di permukaan air dipengaruhi oleh keadaan metereologi seperti curah

hujan, penguapan, kelembaban udura, kecepatan angin dan intensitas radiasi sinar

matabari .

Kedalaman

(43)

Kedalaman perairan dapat diukur dengan berlJagai alaI, Damun alat yang paling wnwn digunakan adalah tongkat berskala alau tali berskala. Selain hal tersebut, kedalamau perairan juga akau menentukan lebarnya distribusi dan

dispersi bahau pencernar. Dalam hal ini perairan yang dalam, mernpunyai volwne air yang lebib banyak, akibatnya akau mendistribusikan bahau pencemaran lebib lnas, sehingga konsentrasi bahau pencemar di perairan relatif menjadi lebib kecil.

Kecerahan

Kecerahan

perauan pada dasamya merupakan suatu

kondisi yang

menggambarkan kemampuan penetrasi

cahaya

matahari

Wltuk

menernbus

permnkaan air sampai ke kedalaman tertentu (Parson dan Takahashi, 1973).

Besamya kecerahan suatu pentiran sangat tergantung pada warna air dan

kekernban, dalam hal ini semakin gelap wamanya dan semakin kemh suatu badan

air, mw kecerahaunya semakin rendah. Keeerahau ditentukan seCllIll visual

dengan menggunakan piring

secchi

dan nilainya

dinyatakan dalam satuan meter

atau person. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh cuaca, waktu pengukuran,

kekeruhan, padatan tersuspensi serta ketelitian pengukuruya.

Warna Peraino

Pada umunmya warna perairan dibagi menjadi dua yakni warna

sesunggubnya yang disebabkan oleh adanya bahau-bahan kimia terlarut serta

warna yang tampak yang merupakan basil perpaduao antara bahau terlarut dan

bahan

tersuspensi.

Secara umum warns perairan merupakan hasil perpaduan

warna yang berasal dan bahau organik dan bahau anorganik yang ada dalam

perairan.

wama plankton, hmnus

dan

ion-ion logam

serta bahan-bahan lain yang terdapat dalarn perairan tersebut.

Wama pentiran dapat diamati seCllIll visual, namun akan lehih akurat jika

diarnati dengan merobandingkan air sampel dengan wama standar. Warna pada

umunmya dapat meughambat penetrasi sinar matahari serta <lapa' mengakibalkan

(44)

pH

pH merupakan basil pengukuran aktivitas ion bidrogen dalam perairan yang menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Meourut Mack:ereth

ef al. (1989) pH terkait sangat erat dengan kandungan karbon dioksida dan

a1ka1initas. Pada pH yang kurang dari 5 a1ka1initasnya bisa tidal< terdeteksi. Makin tinggi nilai pH

semakin tinggi

nilai alkalinitas dan makin rendah kandungan karbon dioksida bebasnya.

Pada umumnya sebagian biota air sensitif terlJadap perubaban pH, dan bampir semua biota menyukai pH 7 - 8,5. Besaran pH sangat mempengaruhi proses biokimia yang tetjadi di suatu perairan, sebagai contob proses

nitrifikasi

akan terhenti manakala pH perairan rendah. Selain iru toksisitas

dari

logam

beratpun sangat dipengaruhi oleh besaran pH perairan (Novotny dan Olem, 1994). Jika dalam suam perairan terdapat kandungan bahan organik yang tinggi, maka bahan organik tersebut hams diuraikan, untnk ini diperlukan oksigen. Dalam keadaan ada oksigen akan dihasilkan karbon dioksida, uap air dan nitrat Dalam keadaan tidal< ada oksigen akan dihasilkan bidrogen sulfida (H,S), amonia (NH,) dan metana (CH.). Hampir semua senyawa yang dihasilkan tersebut bersifat asam yang pada akhimya dapat menurunkan pH. Zat tersebut akan digunakan untnk proses fotosintesis, sehingga kandungan karbondioksida akan menurun, dan ion bikarbonat (HCO,') akan berubah menjadi Co, dan ion 0If'. Adanya dominasi ion bidroksil ini mengakibatkan pH air meningkst

Jika dalam suatu perairan terdapat bahan organik yang tinggi, maka hasil dekomposisi bahan organik tersebut diantaIanya adalah karbon dioksida. Di dalam air karbondioksida ini akan membentuk asam karbonat (Moss, 1993); keadaan ini juga bisa teIjadi jika 1% dari karbon dioksida bereaksi dengan air, sehingga mernbentnk asam karbonat (Cole, 1988). Pada pernbentukan asam karbonat tersebut akan dihasilkan ion hidrogen yang mengakibatkan pH perairan menurun.

Olisigeo terlarnt (00)

(45)

tersebut. Oksigen terlarut merupakan zat yang paling penting dalam oistern keltidupan di pemiran, dalam bal ini berperan dslam proses metabolisme oleb makro dan mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dsri hasil fotosintesis. SeIsin itu juga mempunyai peranan yang penting dalam penguraian bahan-bahan organik oleb berbagai jenis mikroorganisme yang bersifat serobik (APHA, 1989), sehinggs jika k_sediaan oksigen tidsk mencukupi akan mengakibatkan lingkuugan perairan dan kehidupan dalam perairan menjadi terganggu, sekaligus akan menunmkan kualitas air.

Menurut Wardoyo (1975) kelarutan oksigen di perairan sangut dipeugaruhi oleb suhu, tekanan parsial gas yang ads di udsra serta tekanan parsial gas terlarut

dalam air tersebul. Selain ito juga dipengaruhi oleb aliran masuk (run off) dsri hujan dan pergerakan air dsri hulu. Kadar oksigen terlarut dalam air, selain penling untuk kehidupan, juga bisa dijadikan sebagai indikstor untuk melihat pencemaran yang tetjadi pads suato perairan yakui jika kandungan oksigeu dslam perairan lebih

dari

5 ppm mengandung

arti

bahwa perairan tersebut tercemar ringan, jika kandungannya 2 - 5 ppm berarti tercemar sedang dan 0 - 2 ppm berarti perairan tersebut tercemar berat (Sutamihardja, 1978).

Karbon Diokslda

(46)

Kandungan karbondioksida dalam air ini akan mempengaruhi pH air. Dalam hal ini jika karbondioksida dalam air membentuk asam karbonat, maka suasana perairan menjadi asam. Di lain pihak jika karbon dioksida membentuk ion bikarbonat alau ion karbona!, maka perairan akan bersifat basa. Dengan demikian maka keberadaan karbondioksida dalam perairan bisa terdapat dalam bentuk

karbon dioksida bebas, dalam bentuk ion bikarbonat atau ion karbonat

atall asam karbonat (Boney, 1989 dan Cole 1988).

Fosfor Total

Fosfor merupakan baramakro yang dimanfaaikau untuk perhnnbuhan jasad autotrof di perairan. Dalam ekosistem perairan

fosfOT

berada dalam bentuk senyawa anorganik yakni ortofosfat, metafosfat dan polifosfat. Sedangkan fosfat organik berada dalam tubuh organisme yang melayang di dalarn air; dan umunmya berada dalam bentuk ion fosfat (Goidman dan Horne, 1983).

Fosfat merupakan

salah

satu senyawa penting untuk sintesis protein

dan

berperan dalam anabolisme suatu organisme (Wardoyo, 1981). Dalam suatu perairan fosfat dapat berbentuk ortofosfa!, polifosfat dan fosfat organik. Namnn demikian haoya ortofosfat yang dapat dimanfaaikau secara langsung oleb jasad autotrof(APHA, 1989).

Fosfat

(PO, J-.P)

Pada umunmya fosfat yang berada di perairan banyak terdapat dalam bentuk fosfat organik dan fosfat anorganik, Sumber utama fosfat anorganik terutama berasal dari

penggouaan

dete!jen, alat pembersib untuk keperluan rmnah tangga serta berasal dan industri pupuk pertanian. Sedangkan fosfat organik berasal dan makanan dan buangan rmnah tangga. Semu. fosfat mengalami proses perubalum biologis menjadi fosfat anorganik yang selanjumya dignoakan oleh

tanaman untuk membuat energi, Fosfat sangat bergnna untuk pertumbuhan organisme dan merupakan faktor yang menentukan produktivitas badan air.

(47)

masukan bahan pencemar dalam jumlah yang tinggi dan meng,Uribatkan kandungan fosfatnya cukup tinggi depat meng,Uribatkan terjadinya proses

eutroftkasi atau keadaan lewat subur yang meag,Uribatkan terjadinya pertumbubao plaoktou yang tidak terkendali.

Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambarau kapasitas air untuk meteralkan asarn atau jumlah anion di dalam air yang depat meaetra1kan kation bidrogen. Selain definisi tersebut alkalinitas juga depat diartikan sebagai kapasitas peoyangga terbadap perubaban pH perairan. Penyusun alkilinitas perainm atau senyawa yaug membertkan kontribusi terbadaP a1kalinitas perahau adalah anion bikarbonat (HC03-), fosfat, sulfide dan amonia_ Narnun demikiau pemhentuk alkalinitas utama adalah ion bikarbonat, karbonat dau bidrnkside. Diantara ketiga ioo tersebut, di pentiran alami yang paling banyak didepatkan adalah ion bikarbonat

Di penriran tawar, kation utama yang mendominasi

adalah

kalsium

dan

magnesium,

sedan.gkan

anion utama yang mendominasi adalah karbonat

dan

bikarbonat Hal ini berbeda dengan perairan laut, karena kation yang

mendominasi

perairan

tawar adalah natrium

dan

magnesium, sedangkan anion

yang mendontinasinya adelah kloride (Barnes, 1989)_ Deagan demikian di perairan tawar, kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberikan kontribusi terbesar

terbadap

alkalinitas, juga terhadap kesadabanoya.

Alkalinitas

berperan

sebagai sistem penyangga yang akan berperan sebagai peoyangga perairan dalarn mempertabankan pH, sehingga perairau yang mempunyai a1kalinitas yang tinggi tidak akan mengalami perubahan pH secara drastis (Cole, 1988).

Nitrit. Nitrat.

Amonia dan

Amonium
(48)

dalam suatu perairan berasal dan difusi udara nitrogen dan udara (atroosfir). Tumbuhan jenis tertentu dapat memfiksasi secara langsung nitrogen dan udara bebas dan kilat pada waktu hujan, sehingga membentuk nilrik oksida (NO), yang akan teroksidasi lebih Ian jut membentuk NO,· dan pada akhimya akan terbawa hujan masuk ke perairan, dengan reaksi:

1. N, (g) + 0, (g) <:> 2NO (g) 2. 2NO (g)

+ 0,

(g) <:> 2NO, (g) 3. 3No,+H,O

Jika nitrogen dalam perairan ada dalam bentuk anunonia ataupun ammonium. maka senyawa ini tetap dapat dimanfaatkan eleh twnbuhan akuatik, atall senyawa

tersebut

mengalami proses nitrifikasi membentuk oitrat yang pada akhimya juga akan dimanfaatkan oleb jasad autotrof dalam air.

Menurut Koesoebiono (1980) proses pembentukan nitrat (nitrifikasi) tOljadi dua tabap, yakni

1. NH/ + 1 Y:zOz

2. NO,· +

y,o,

<:> NO,· + 2

II'

+

H,O, dan <:> NO,·

Adapun proses oksidasi ammonia

ini

dilakukan oleh bakteri-bakteri

chemoautotroph yang bersifat aerobik. yaitu bakteri Nitrosomonas pada

tahap

pertama,

dan

bakteri Nitrobaeter pada tahap kedn8. Pada proses nitrifikasi

ini

bakteri pada tabap pertama menggunakan anunonimn, sedangkan pada tabap kedua menggunakan nitrit sebagai smnber energi dan karbondioksida dalam air sebagai sumber karbon, sehingga bakteri-bakteri tersebut dapat mernproduksi baban organik (orgenik karbon) tanpa melalni proses kernosintesis.

Pada kondisi tanpa oksigen

(anaerobJ,

untuk keperluan respirasinya sejumlah mikroorgenisme dapat menggunakan oksigen yang terikat dalam nitrat ataupWl dalam senyawa teroksidasi lainnya. Proses

ini

disebut proses respirasi nitrat yang dikenal dengan nama denitrifikasi.
(49)

Nitrit (NO,)

Nitrit (NOi) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen ( denitrifikasi). Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlab yang sangat sedikit di perairan alami, wnumnya mempunyai kadar yang lebib kecil danpada nitrat karena nitrit bersifat tidak

stabil, dalam

arti

jika

terdapat

oksigen

akan

teroksidasi menjadi

oitrat. Keberadaan nitrit dalam perairan menggambarkan berlangsungnya proses biologis berupa perombakan baban organik dengan kadar oksigen terlarut songst rendab.

Nitrat (No,)

Nitrat (NO,) adalab bentuk nitrogen utama di perairnn alarni dan merupakan hara utama bagi pertumbuhau tanaman dan algae. Nittat nitrogen Sangst mudab lamt dalarn air dan bersifat stabil karena dihasilkan dan proses oksidasi sempwna senyawa nitrogen di perairan.

Kadar

nitrat

di peraira.n yang

tidak

tercemar biasanya lebib tinggi dan ammonium, pada perairan alarni kadar nittat-nitrogennya biasonya tidak melebihi 0,1 mg,1. Nittat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik

BOD,

BOD (biological oxygen demand) adalab banyaknya oksigen yang diperlukan oleh ntikroorganisme untuk mendekornposisi baban organik. Pada

analisis

BOD,

lama waktu inkubasinya bisa beraneka ragam, namun masa

inkubasi yang paling umum adalab lima hari, sehinggs diberi istilab BOD,. Nilai BOD, merupakan parameter yang menunjtikkan besamya oksigen yang dibutnhkan oIeh mikroorganisme untuk mengnraikan baban organik dalam proses dekomposisi secam biokintia (Boyd, 1982), dengan demikian maka BOD, merupakan nkuran banyaknya oksigen yang digunakan oleb mikroorganisme untuk mengoraikan baban-baban organik yang terdapat dalam air dalarn waktn lima hari (APHA, 1989).
(50)

BOD suatu perairan dipengaruhi faktor-faktor lain yang ada di lingkungannya_ yakni suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba serta jenis dan krmdungan baban organik.

Pada perairan a1ami yang belum terlalu banyak campur tangan manusia, sumber baban organik yang masuk ke dalam perairan berasal dari pembusukan tanaman, sehingga nilai BOD-nya rendab. Hal ini sesuai dengan pendapa! Jeffries dan Mills (1996) yang mengatakan babwa perairan a1ami memiliki nilai BOD antara 0,5 - 7,0 mWi. Perairan yang memiliki nilai BOD lebib dari 10 mWi dianggap telab mengalami pencernaran. Berdasarkrm nilai BOD, maka suatu perairan bisa dikategorikan kualitas aimya menjadi perairan

tidak

tercemar atau !ercernar ringan jika mempunyai BOD knrang dari 3 ppm; peralran

diklasifikasikan sebagai perairan tercemar ringan jika mempunyai

nilai BOD

3

-4,9 ppm. Perairan tercernar sedang mernpunyai BOD 5,0 - 15,0 ppm serta perairan yang mernpunyai BOD lebib dari 15 ppm dikategorikan pada perairan tercernar bera! (Lee, Wang dan Quo, 1978).

COD (Chemical Oxygen DeIlllUld)

COD (Chemical Oxygen Demand) menggambarkrm kebutuhan oksigen yang dibntuhkan nntuk menguraikan baban organik secara kirniawi dengan

oksidator kaliwn dikromat.

Dengan

adanya oksidator kalium dikromat

ini seringkali mengakibatkan kemampuan oksidasi

yang

lebib ringgi dari oksidasi secara biologi, karena dalarn uji COD baban-baban yang Slabil terbadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat teroksidasi, sehingga nilai COD lebib ringgi dari BOD. Sebagai contob serat selulosa yang stikar tenuai melalui reaksi biokirnia pada uji BOD, bam bisa terurai melalui reaksi kimia.

Bahan Organik daD Muatan Padatan Tenuspeosi

(51)

Tabel 2. Bentuk senyawa basil oksidasi bahan-bahan organik pada kondisi

aerobik

dan

alUlerobik

Dari Tabel 2 terlihat bahwa

basil

penguraian senyawa yang mengandung karbon dalam kondisi anaerob adalah gas metana, dati senyawa yang mengandung nitrogen

adalah

ammonia dan

amin.

dari senyawa yang mengandung sulfur terbentuk gas H,S yang berbau busuk, dan dari senyawa yang menganduug fosfor akan terlJentuk komponen fosfor yang mempunyai bau yang menyengat seperti ban anyir.

Muatan padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi yang tidak larut dalam air. Bahan-bahau ini baik organik, maupun anorganik yang keberadaannya autara lain berbentuk partikel dan tidak larut dalam air. Padatan tersuspensi juga mempengarubi kekernlum dan kecerahan air.

Menurut Wardoyo (1991) padatan tersuspensi mempengarubi kekeruban dan kecerahan perairan. Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukunm partikelnya sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa. Zat padat tersuspensi dapat dikJasifikasikan menjadi zat terapung yaug bersifat organik dan zat padat organik dan anorgaoik.

Canter dan Hill (1981) mernperlihaikan hubungan antara indeks kualitas air dengan kandungan muatan padatan tersuspensi. Kandungan muatan padatan tersuspensi tersebut kemudian dapat menjelaskan kondisi perairannya.

Tabel 3. Konsentrasi muatan padatan tenuspensi dan kategori kuaHtas Hngkungan perairao. <4 3 -10 10-15 15-20 20-35 Baik

[image:51.577.130.485.108.180.2]
(52)

Kekeruhan

Kekeruban adalah gambaran sifill opuk air dan suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar yang dipancarkan dan diserap olob partikel-partikel yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan juga disebahkan oleb partikel tersuspensi, bahan organik dan mikroorgaoisme perairan.

Kekeruban perairan dapat beraifilt penuanen dan semeotara. Kekeruban yang bersifat permanen disebabkan oleb bahan-bahan yang solit

terurai

seperti pencemaran oleb hidrokarbon yaitu mioyak dan lemak. Sedangkan kekeruban yang mudah terorai dapat disebahkan partikel organik yang terbawa oleb hujao, banjir, aliran draiuase, dan gerakan angin.

Klorofil

K1orofil adalah molekul kompleks yang tersusun dan 4 cincin karbon-nitrogen yang mengelilingi satu atom Mg, dan bila Mg torsebut terlepas dan k1orofil (matilterdegradasi), maka k1orofil tersebut disebut pbaeophitin

atau

phaeofigmen. K1orofil a adalah k1orofil yang dapat dilalui elektron, dalam hal ini dengan adanya sinar matahari akan mengakibatkan elektron berpindah, dan elektron ini selimjumya diubah monjadi menjadi energi kiinia yang herperan

dalam fotosintesis. Klorofil a

mempWlyai

kemampuan maksimum dalam

menyerap sinar matahari, kemampnan menyerap ini paling optimum pacta wilayah sinar merah dengan panjang gelornbang 680 om (Basmi, 2000). Berdaaarkan konsentrasi k1orofil a-nya Ryding dan Rast (1989) mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan menjadi 3, yaitu jib suatu perairan kandungan klorofil a-nya < 8 mglm3

berarti

perairan tersebut termasuk perairan oligotrofik, jika konsentrasinya 8 - 25 mglm' dikategorikan pacta perairan mesotrofik dan jika mencapai 25 - 27 mglm' masuk pacta perairan eutrofik.

Plankton

(53)

dasarnya plankton dapat berupa twnbuhan (fitoplankton) bisa juga berupa hewan (zooplankton).

Komposisi jenis fitoplankton yang umum dijumpai

di perairan

tawar

berasal dari kelas Bacillarinphyceae, Chlornpbyceae, Cluyptophyceae, Chrysopbyceae, Cyannphyceae, Dinnphyceae, Euglennphyceae, dan X8nthnphyceae. Kelas Cyannpbyceae dan Chlorophyceae merupakan jenis fitoplankton dominan di perairan tawar yang tergenang (Rutter, 1965).

Kelimpahan fitophmkton dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor fisika, kiutia, dan biologi yakni subu, kekeruhan, kecerahan. pH, gas-gas terlarut, unsur hara, serta dipengaruhi pula oleh adanya imeraksi dengan organisme lain.

Menurut Davis (1955) pada suatu perairan, di lokasi tertentu sering didapat jurulah individu plankton yang berlimpah, sedangkan pada lokasi lainnya di perairan yang sarna, jumlahnya sangat sedikit. Keadaan ini merupakan suatu petunjuk bahwa distribusi horizontal plankton di suatu perairan belum tentu homogen. Dalam hal distribusinya, ternyata tidak hanya distribusi horizontal yang tidak homogen, distribusi vertikalpun juga tidak homogen. Selanjutnya dikatalom bahwa kelimpahan fitnplankton terbesar ada pada beberapa sentimeter di bawah permukaan air.

LogamBerat

Logam dapat digolongkan ke dalarn dua kategori yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam yang untuk setiap em' meropunyai bobot 5 gram atan lebib, bobot ini lima kali dari bera! air, sehingga logam yang beratnya kurang dari 5 gram tertnasuk logam ringan.

Jika sejumlah logam mencemari lingkungan, maka logam tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup, karena beberapa jeDis logam saogat berbabaya bila ditemakan dalarn konsentrasi tinggi dalarn lingkungan (dalaro air, tanah dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubub makhluk hidup

(54)

sampai 7 dalam susunan berkala unsur -unsur kimia. Beberapa unsur logam berat tersebut antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), seng (Zn) dan

tembaga (Cu). Pada umumnya semua logam berat tersebar di seluruh permukaan bumi, baik di udara, tanab maupun air. Logam bera! uti dapot berbentuk baban organik, baban anorganik terl&ut yang terikat dalatU soatu partikel (Harabap, 1991).

Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan berasal dati debu -debu akibat kegiatan gunung berapi, erosi dan pelapukan tebing dan tanab, dan

berbagai aktivitas manusia meliputi pertambangan batubara, pelebunm dan

penyulingan minyak, penggunaan pestisida, penggunaan baban bakar, dan

sebagainya. Pencemaran logam berat terbadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Berdasarkan kegunaannya, logam berat doPat dihagi menjadi dua bagian yaitu unsur - unsur tertentu dengan konsentrasi tertentu yang berfimgsi sebagai bararnikro yang bermanfaat hagi keliidupan organisme perairan seperti Zn, Fe, Cu dan unsuNUlsm yang

tidak

diketahui sarna sekali manfiudnya seperti Hg, Pb

dan

Cd (Lu,I995). Kenyataannya semua logam, lermaSuk logam -logam baramikro yang esensial, jika berada dalam tubuli mahluk bidup dalam jumlali yang berlebib akan bersifat racun hagi organisme (Laws, 1993).

Logam yang dapat menyebabkan keracunan adalab jenis logam berat Logam ini termasuk logam yang esensial seperti Cu, Zn. Se

dan

yang nonesensial seperti Hg, Ph, Cd, dan As. Teljadinya keracunan logam herat yang paling sering teljadi, biasanya dimulai dengan teIjadinya pencemaran lingkungan oleb logam berat, seperti penggunaan logam sebagai pembasmi liama (pestisida), pemupukan maupun karena pernbuangan limbab pabrik yang menggunakan logam. Logam esensial

seperti

en

dan Zn dalam dosis tertentu dibutuhkan sebagai unsur nutrisi pada hewan, tetapi logam nonesensial seperti Hg, Ph, Cd dan As sama sekali belum diketahui kegunaannya walaupun dalam jumlah relatif sedikit dapat menyebabkan keracunan pada hewan (Dannono,I995).
(55)

nitrogen misalnya, lisin dan histidin imidazol lebih efektif. Selain itu logom-logam ini dapat mengganti ion-ion endogen pada garis

batas

(misal. Zn2+) dari metallo-enzim, yang menyebabkan enzim tidak aktif melalui perubahan secara konformasi. Logom kelas B bersama-sama denJl8l1 beberapa ion pada garis batas, membentuk ion - ion orJl8l1ometalik yang larut dalam lemak, sebago; contoh Hg dan Pb yang mampu

menembus membran biologis dan berakumulasi

di

dalam sel

dan orJl8l1el. Logom golonJl8l1 B di dalam metalo-protein bisa mengalami reaksi baik

oksidasi

maupun reduksi, sebagai contoh,

eu

2+ menjadi Cu + dan Cu +

dapat

mengubah integritas secara fungsional dan stroktural.

Pengaroh keberadaan logom berat terbadap biota wmnnnya digolongkan ke dalam dna kategori, yaitu dapat menyebabkan toksisitas letal secara langsung sehingga menimbulkan kematian dan dapat mengakibatkan terjadinya toksisitas subletal yaitu terjadinya kernsakan pada proses fisiologis atau bahkan pads perilaku snatu makhluk hidup. Ochiai (1977) in Connel (1995) membagi

mekanisme toksisitas

ゥッョセゥッョ@

logam ke dalam

tiga kategori yaitu dapat

menahan

gogos fungsi biologis yang esensial dalam biomolekul (misalnya protein dan enzim), dapat men8Jl8l1tikan ion logom esensial dalam biomolekul, dan dapat mengobab aktivitas biomolekul.

2.4_ Budidaya lkan dalam Karamba Jaring Apung

Dilihat dan tingkat kesubwaonya, waduk atau danau di Indonesia U1Dumnya bersifat oligotrofik (kesuburan rendah) hingga mesotrofik (kesuburan sedang), sehinggs dilibat dan tingkat kesuburannya, maka waduk atau danau sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan secara intensifdalam KJA.

Menurut Ryding dan Rust (1989) yang dimaksud denJl8l1 budidaya ikan

dalam kanunba adalah budidaya di perairan umUID denJl8l1 menggnnakan wadah

(56)
(57)

Karamba jaring apung sudah cukup lama dipakai di Degara kita, yakai sejak tabun 1920 Delayan kita sudah mulai menggunakan klIramba bambu terapung untuk memelihara benih

ikan

jeiawat (Leptobarbus houveni) basil tangkapannya Pada tabun 1940, di Bandung sudah dikenal keramba yang terbuat

dari bambu atau kayu, ditempatkan di dasar petairan sungai atau saluran tercemar balnm organik dan diperguoakan untuk memelihara ikao mas (Cyprinus carpio), sehingga ikan

ini

dapat memanfaatkan limbah dan hewan avertebrata yang jwnlalmya berlimpah dan hidup dengao memaofaatkan baban orgaoik tersebut

(V HaS dan Sacblan , 1957 in Beveridge, 1996, Costa-Pierce dan Effendi in

Beveridge, 1996).

UDtuk saat ini, klIramba tempat pemeliharaan ikao jarang terbuat dari bambu, namun biasanya menggnnakan bahan sintetis yang berlubang atau jaring. Menurut Sukadi el 01. 1989) klIramba jaring apung merupakan tempat pemeliharaan ikao yang terbuat dari baban jaring yang dapat menyebabkan keluar masukuya air dengao leluasa, sehingga teIjadi pertukaran air dari karamba ke perairan sekitamya, serta sisa pakan bisa dibuang dengan mudah. Menurut Sukadi

elol. 1989) klIramba jaring apung adalab sebagai tempat pemeliharaan ikan yang

terbuat dari bab . . jaring yang dapat menyebabkao keluar masukuya air dengao lelua .. sehingga teIjadi pertukaran air dari karamba ke perairan sekitamya, serta

sisa pakao bisa dibuang dengao mudah. Hal ini sejalao dengan pendapat Hardjamulia (1991), yang mengatakan babwa KJA adalab wadah yang sisi samping dan dasarnya dibatasi jaring dan dipakai untuk menampung ikao. Laojutnya dikatakao babwa pertukaran air dapat teIjadi antara dalam dan luar karamba, sehiDgga kotoran dan sisa-sisa pakan dari klIramba dapat ke luar dengao mudah ke

perairan

sekelilingnya.
(58)

Eutrofikasi

Danau yang tidak !erlalu banyak dipengarubi kegiatan mauusia (danau) alami, hiasanya mempuuyai kesuburan yaug berasal dan pengkayaau zat ham

yang terbawa oleh aliran sungai

dari

hasil pencucian

dan

erosi

di

lapisan

tanah

bagian atas. Proses penyuburan ini terjadi dalam

waktu

yang lama, sehingga

tidak

membahayakan perairan karena

terjadi

keseimbangan antara penyuburan

dan

tingkat pemanfaatan zat hara (Scahoemar e/ al., 1996).

Kepadatan pendudnk yang semakin meningkat menyebabkan banyak aktivitas yang mengganggn keseimbaugan lingknngan perainm wadnk. DaIarn keadaan seperti tin, laju penarnba1nm zat hara dan ba1nm organik lainnya seeara arttifisial menjadi bertarnbab dan tidak ditinbaugi laju pemanfaatauuya, sehingga seringka1i teIjadi penyuburan berlebiban atau eutrofikasi. Pada perainm tergenaug, laju pemasnkau zat hara seringkali lebih tinggi dan pada laju dekomposisi. Pada wadnk yang di dalamnya terdapat budidaya ikan dalam KJA dengan teknik budidaya intensif, pakan yang tersisa banyak mengandung baban anorganik yang mengandung fosfor, sulfat dan nitrogen, sehingga dengan aihmya

sisa

pakan

ini

akan

mempercepat terjadinya proses eutrofikasi

di

perairan-perairan

tersehut,. Pada proses eutrofikasi

ini

seringkali

diikuti

perkembangbiakan sangat cepat dan algae dan sangat merugikan (blooming algae). Algae tin seringka1i menghasilkan berbagai macam bahan yang toksik yang dapat mematikan bewan-bewan yang ada di perairan tersebut. Bahan-bahan toksik tersebut mnwnnya berasal dari Microcistis spp., Anabaena spp. dan Aphanezomenon spp. yang menghasilkan microsistin, anatoksin

dan

aphatoksin (Gorham

dan

Carmichael 1980).

2.S. Pemetaan Laban Perikanan Budidaya

Pelnksanaan kegiatan perikamm budi daya tidak terlepas dan ketersediaan laban yang cocok sesuai dengan kondisi lingkungannya. Data dan infonnasi luasan labau bagi perikanan budi daya yang diperoleh dan hasil kajiau ihniah umumnya ketersemaannya masih sangat kurang. Kalaupun

data

tersebut bisa

..

_ . _

-merupakan pilihan yang baik, karena dapat memberikan informasi terbaru dan akura!.

(59)

ditemukan kadang kala merupakan data lama ataupun data laksiranldugaan yang tingkat ketelitiannya sangat rendah.

Sesuai

dengan

kemajuan teknoiogi saat

ini

analisis luasan laban clapat dilakukan secara cepat dengan tingkat ketelitiau yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu dengan memanfalkan data spasial (peta atau citra sate1it)

dan

inderaja. Namun sayangnya teknologi

ini

masih sangat sedikit diterapkan di bidang perikanan budi daya dalam rangka membantu pengambil kebijakan.

Banyak sekali pengertian inderaja (remote sensing) yang telah diuraikan oleb beberapa boo (Cambel, 1996; Ricbards, 1994; Jensen, 1996; Lillesan & Kiefer, 2000). Pada tulisan ini pengertian inderaja mengacu pada Lillesan & Kiefer (2000) yaitu ilmu dan seni memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atan fenomena melalui analisis

data yang diperoleb dengan suatu alat

tanpa

konlak langsung dengan objek, daerab atau fenomena yang dikaji. Data yang didapat adalab basil perekaman kenampakan di bumi yang disebut dengan citra.

Penelitian di bidang perikanan budi daya sejauh ini belum hanyak yang memaofaalkan data inderaja. Green et al. (2000) mengemukakan beberapa contoh aplikasi pemanfaatan data inderaja di bidang perikanan budi daya di antaranya: inventarisasi lokasi buw daya perikanan deogan menggunakan

data

SPOT XS, kelayakan laban untuk budi daya udang menggunakan data Landsat TM dan SPOT XS, penentuan lokasi KJA mengunalcan Landsat TM, monitoring aktivitas budi daya mutiara menggllnakan SPOT XS, dan pendugaan lokasi untuk budi daya taut (maricuJture) menggnnakan tiga

data

citra yaitu Landsat MSS, Landsat TM, dan SPOT XS.

Pemanfaatan data inderaja untuk: menganalisis luasan laban yang dimanfaatkan untuk perikanan budi daya air tawar memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Namun terl,pas dan hal tersebut, jika dibandingkan dengan metode lainnya yang dikemukakan terdahulu metode dengan memanfaatkan

data

inderaja merupakan pilihan yang baik, karena dapat memberikan infnrmasi terbaru dan akurat.
(60)

memberikan infonnasi terbaru

(near real time) tentang

kondisi suatu lokasi yang

dikaji, daerah cakupan yang lnas dari data inderaja (contohnya Landsat 7 yang mempunyai eakupan wilayah meneapai 180 Ian) dapat memberikan gambaran yang menyeluruh bagi suatu kawasan pengembangan, data inderaja yang telah dimiliki <laPat diolah kembali unmk beberapa tabun ke depan dalam kaitaunya

melihat perubahan yang terjadi

pada

8uatu

kawasan tertentu.

Seisin

itu,

Indonesia

yang memiliki banyak polau-polau kecil adalah kendala jika setiap polau tersebut hams didatangi. Dengan data inderaja, lokasi-Iokasi yang jaub dan susab dijangkau atau terisolir dapat dipantau sehingga <laPat mengurangi wakru kunjungan lapangan (ground truth).

Pemanfaatan data inderaja sangat erat kaitaunya dengan SIG. Beberapa keunnmgan pemanfaatan inderaja dengan SIG di antaranya (Lillesan & Kiefer, 2000):

I. Data inderaja dapat digunakan unmk meng-update data terutarna daerah yang solit dijangkaulterisolir

2. SIG data <laPat menghasilkan data atribut unmk membantu klasifikasi atau analisis

data

inderaja sehingga meningkatkan akurasi dari pemetaan

3. Inderaja dapat mengjlasilkan multitemporal data yang dengan mudab di integrasikan ke dalam SIG

Beberapa langkah unmk pengintegrasian data inderaja kedalam SIG meliputi (Green et al. 2000; Lillesan & Kiefer, 2000):

1. Data inderaja (photo udara atall citra satelit) secara manual

diinterpretasikan

dalam benmk peta tematik kemudian didigitasi kedalam SIG

2. Data

inderaja dianalisis atan diklasifikasikan secara

digital,

hasilnya dalam

benmk hardcopy kemudian didigitasi kedalam SIG

3. Data inderaja diana1isis atall diklasifikasikan secara digital, hasilnya ditransfer secam digital kedalam SIG

(61)

3.1.

Waldu dan Tempat Penelilian

Penelilian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata Jaliluhur. Jawa Bara!. Kegiatan penelilian meliputi dua macam kegiatan yakni kegiatan di lapangan dan kegiatan di laboratoriurn. Kegiatan laboratoriurn berupa analisis parameter kualitas air dilakukan di Laboratoriurn LingJrungan, Balai Rise! Perikanan Budidaya Air Tawar Penelilian Bogor, kegiatan lapang dilaknkan selama satu tahun, yakni pada musim hujan, musim kemarau, musim peralihan I dan musim peralihan II yang dilaksanakan mulai Januari 2003 sampai dengan Desember 2003.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelilian ini adalah contoh air, sedimen dan biota air berupa ikan dan plankton yang diambil dati seliap stasiun pengarnatan, air

destilasi, dan bahan kimia baik uotuk analisis kualitas air. analisis logam berat maupun

untuk keperluan pengawetan.

Alat-alat yang digunakan dalarn penelitian adalab botol nansen, botol camerer, botol sample. freezer, peralatan analisis kimia

di

laboratorium. pH meter. DO-meter, petersen, plankton net dan AAS

(Atomic Absorption Spectroscopy),

GPS

(Global

Positioning System) dan peralatan lain yang digunakan untuk analisis kualitas air.

3.3.

Metode PenelitiaD

Penentuan Stasiun

Lokasi studi yang terletak di Waduk Cirata, Kahupaten Purwakarta yang terbentang dati 6° 40' -- 6° 48' LS dan 107° 14'--I 07° 22' BT. Lokasi ini dipilih karena keberadaan kegiatan budi daya ikan dalam KJA yang belakangan ini cukup mengkawatirkan, dimana sebaran KJA yang ada di lapangan dapat dikategorikan melebihi daya dukung lingkungan perairan tersebut (prihadi

et al., 2003).

(62)
[image:62.588.35.558.18.675.2]

gambar 2.

107"17'30"

107' ,7'30"

,56"

• Stasiun Pengamatan

D Waduk

107"21W'

Gombar 2. Lokasi stasiun pengamatuD

Penginderaan Jaub (Remote Sensing)

Dalam melakukan pemantauan perikanan budi daya di perairan waduk, dibutuhkan teknoiogi yang efektif dan efisien dan dapat melihat seeara menyeleruh dalam suatu kawasan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknik yang dewasa ini sudah terbukti dan banyak dimanfaatkan, yaitu data penginderaan jauh (remole sensing)

(63)

Data yang digunakan untuk kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diJ.nnnpulkan adalah data kedalaman perairan yang diperoJeh dengan mcnggunakan alat eco sounder SIMRAD yang dipadukan dengan global positioning sistem

CGPS).

Sebanyak 1.208 titik kedalaman telah dikumpulkan selama survey lapangan. Seharan titik kedalaman (tracking) dan lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 3. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari citra satelit Landsat 7 keluaran LAPAN saat rnllsim hlljan (29 April 2003) dan rnusim kernarall (20 September 2003) serta peta rupabumi skala 1 :25.000 keluaran Bakosurtanal. Data dan informasi yang diekstrak dari citra satclit Landsat 7 adaJah Iuasan penampang muka perairan waduk dan distribusi [image:63.576.64.533.16.802.2]

KJA, sedangkan

peta

rupabumi dan data titik pengecekan

Japangan

(ground control pomts) digunakan sebagai geo-reference bagi citra satelit Landsat 7.
(64)

Analisis data kondisi perairan Waduk Cirata dilakukan dengan memadukan data lapangan dengan data citra satelit Landsat 7. Penggabnngan ke dua data ini dilakukan dengan sistem infonnasi geografis (SIG). Diagram alur analisis ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Citra Satelit Landsat 7 Citra Satcli t Landsat 7

Septcm"" 2002

29 April 2002 2.

!

Peta Rupabumi dan

セ@ Goo-reference citra satelit

Ground Control Point Registrasi citra satelit

(OCP)

セョ。ェ。ュ。ョ@

citra satelit

I

I

lnterpretasi visual

I

I

On screen digitation

I

I.

SIG/data lapangan

1

I

April dan P ... September

..,"d

2002 Peta sebar8D budi daya ikan dalam KJA April dan September 2002

Gambar 4. Diagram aIur analisis

multi temporal

citra satelit Landsat 7

3.4. PengambilaD Contoh dan Pengukurao Parameter Fisika-Kimia

Parameter Fisika - Kimia Air

[image:64.584.79.509.64.790.2]
(65)

Parameter Kimia Sedimen

Pada setiap stasiun pengamatan selain dilakukan pengambilan contoh air, juga dilakukan pengambilan contoh sedimen Pengambilan contoh sedimen dilakukan dengan menggunakan petersen grab. Sedimen dasar diambil sebanyak

±

200 gr/tiap stasiun. Kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap subtratnya.

Parameter Biologi

Selain dilakukan pengambilan sampel air

dan

sedimen, pada penelitian ini juga

dil.kukan pengambilan sampel biota air berupa plankton dan bentos. Pengambilan sampel biota air ini dilakukan untuk melihat plankton yang meliputi jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Untuk lebih jelasny. parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota yang diamati, alat yang digunakan dan tempat dilakukan analisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel4 •

3.5. Teknik Sampling dan Metode Pengambilan Data

KuaJitas air yang diukur

in situ

Parameter-parameter kualitas air yang

diukur

in situ

diukur dengan menggunakan

peralatan seperti yang lertera pada Tabel 4. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan di semua lokasi penelitian, yakni di kedua belas stasiun yang sudab ditentukan.

Kualitss Air yang diukur di laboratorium

(66)

sampel dan diawetkan terlebih dahulu dengan menggunakan

!INa,

untuk sampel logam

beral, H2S0, untuk COD serta pengawetan

pada

suhu

<

4° C untuk parameter lainnya.

Selanjutnya sampel air dianalisis di Laboralorium lingkungan Balai Riset Perikanan

Budidata Air Tawar dengan menggunakan metode standar.

Tabel4. Parameter-parameter ku.Utas air, sedimen dan biota air yang diamati

PARAMETER

I SATUAN I ALAT ANALISIS I TEMPAT ANALISIS

Umum

Intensitas eahaya

Suhu udara

Kedalaman

X .. alltas Air

FioikaAir

I.

pH

2. Suhu air

3. Kekeruhan

4. Kecerahan

5. Warnaair

KimiaAir

Lux

'c

Meter

'C

NTU

em

Lux meter

Termometer

Taliperum

pH-meIer

Tennometer

Neohelomettik

Piring secchi

Visual

La

La

La

La

La

La

La

Laoangan

1. 00

mgil

DO-meIer

Lapangan

2.

CO,

ml'll

Titrasi

Laoangan

3. Total fosml

m.,t]

Titrasi

Laboralorium

4. Nittil (NO,"-N)

mg/l

Titrasi

Laboratorium

5. Nitral (NO,"-N)

m.,t]

Titrasi

Laboralorium

6.

aュッイオ。セセMnセGIセゥMセュセキョセエMセセtセゥエイ。ウセゥセセTMセセlセ。セ「ッセイ]id]ッセイゥ]オュ]Mセ@

7.

aュッイオオュセ@

-N)

mg/l

Titrasi

Laboratorium

8. Sulfal

m.,t]

Titrasi

Laboralorium

9. Orto posfat(!,O, "-P)

mgil

Titrasi

Laboratorium

10. Delerjen

mgil

Titrasi

Lahoratorium

11.

Fenol

m.,t]

Titrasi

Laboralorium

12.

COD

Mgil

Titrasi K,Cr,O,

Laboralorium

13. BOD

mgil

Titrasi

Laboralorium

14. H,S

mwl

Titrasi

Laboralorium

15. Bahan organjk total

mgil

Titrasi

Laboralorium

16. Kalsium (Ca

mgil

AAS

Laboralorium

17. MaRllOsium M£)

m.,t]

AAS

Lahoralorium

18. H£

mgil

AAS

Laboralorium

19. Pb

mgil

AAS

Laboralorium

20.

Zn

m.,t]

AAS

Lahoratorium

21. Mn

mgil

AAS

Laboratorium

22. Cr

mgil

AAS

Laboralorium

(67)

23. Fe mgiL AAS

Laboratorium

24. Cu mgil AAS

La

Gambar

Gambar I. Kerangka Pemikiran
Tabel I. Beberapa Waduk Serbaguna di Indonesia
Tabel 2. Bentuk senyawa basil oksidasi bahan-bahan organik pada kondisi aerobik dan alUlerobik
gambar 2. 107"17'30"
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 626/PMK.02/2004 tentang Penetapan Rincian Dana Penyesuaian Tahun Anggaran 2005 Kepada Daerah Propinsi,

Nilai rata-rata dari kemampuan menentukan kalimat fakta melalui kegiatan membaca intensif untuk deskripsi indikator 1 adalah kualifikasi lebih dari cukup (LDC)

Berdasarkan molecular docking, aktivitas analgetika dapat diketahui dari kestabilan ikatan senyawa HP2009 dengan enzim COX-2, yang terlihat dari score docking bahwa senyawa

Kapasitas Produksi/ Production Capasity Investasi / Invesment (Juta/Million Rp) Tenaga Kerja / Labor (2).. Bogor Utara.. 23 LAKSANA MANDIRI Jl. Tahu

Kegiatan menggunting pada hakikatnya adalah aktivitas untuk mengembangkan motorik halus pada diri individu, perubahan motorik halus berkembang karena adanya

Penulisan skripsi ini penulis memilih judul: PENERAPAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA MENURUT PASAL 340 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (STUDI KASUS

Penerapan pada studi kasus data Ekspor Indonesia dengan metode Wavelet Thresholding dan parameter Minimax threshold memberikan estimasi yang mulus dan nilai MSE

Dengan demikian strategi kultivasi fed batch dua tahap dimana tahap pertama (batch) ditujukan untuk memaksimumkan pembentukan biomassa menggunakan nutrisi seimbang,