• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR

KOMODITAS KERTAS INDONESIA KE NEGARA

ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)

LUTHFAN FAHMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Luthfan Fahmi

(4)

ABSTRAK

LUTHFAN FAHMI. Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

OKI dibentuk untuk menyelenggarakan pasar bersama antar negara Islam. Ekspor Indonesia ke negara OKI dominan pada empat komoditas utama. Kertas adalah satu dari empat komoditas utama yang di ekspor Indonesia ke negara OKI. Kertas menjadi produk yang potensial untuk dikembangkan karena tidak ada negara anggota OKI lain yang merupakan produsen dan eksportir kertas terbesar dunia seperti Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing komoditas kertas menggunakan metode RCA dan EPD, serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor menggunakan Gravity model. Hasil analisis RCA menunjukkan produk kertas Indonesia memiliki daya saing komparatif yang kuat pada 18 negara tujuan OKI. Hasil EPD menunjukkan produk kertas Indonesia memiliki daya saing kompetitif pada beberapa negara tujuan OKI. Variabel pengaruh ekspor adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, harga ekspor, nilai tukar riil, jarak ekonomi, dan populasi negara tujuan. Variabel GDP Indonesia, jarak ekonomi dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor. Variabel harga ekspor, populasi dan GDP negara OKI tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor.

Kata Kunci :Daya Saing, Determinan Ekspor, Gravity Model, Kertas, OKI

ABSTRACT

LUTHFAN FAHMI. Analysis of Competitiveness and Determinant that Affects Indonesian Paper Export Trade to OIC Countries. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.

OIC formed to organize multilateral trade system between Islamic countries. There are four dominant commodity export of Indonesia that has a big quantities to OIC market. Paper (commodity) is the one of them. Paper has been crowned and becomespotential product to be developed at, because no other OIC countries has the same paper productivity and export like Indonesia. The purpose of this research is to analyze competitiveness of paper commodities from Indonesia at OIC market with RCA and EPD methods and analyzes the factors that affect export quanity with Gravity models. RCA analysis shows Indonesian paper products have a strong competitiveness in 18 OIC countries. EPD analysis shows that Indonesian paper products have strong market position in some of OIC countries. Gravity analysis shows the real GDP of Indonesia, Remoteness Index and exchange rate index have significant effects for exports flow. Price index, market population and GDP of OIC importer variables are not influence exports flow.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ESTIMASI DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR

KOMODITAS KERTAS INDONESIA KE NEGARA

ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)

LUTHFAN FAHMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan gelar sarjana ekonomi. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah perdagangan, dengan judul Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Kertas Indonesia ke Negara OKI. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 hingga bulan Juni 2016.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik selaku pembimbing atas semua arahan, motivasi, dukungan dan ilmu yang diberikan, kepada ibu Dr. Tanti Novianti sebagai penguji utama, dan ibu Ranti Wiliasih SP M.SI selaku penguji dari Komisi Akademik. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak Kholifah dan bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA selaku mentor dan teman diskusi yang telah memberi masukannya dalam penelitian ini, dan juga kepada semua dosen ekonomi syariah atas ilmunya. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh teman angkatan 48 ekonomi syariah IPB terutama Mega, Syifa, Mimi, Dika, Ziad, Ridwan, Rizha, Akbar, Wido dan Shofiyanto atas saran dan bantuanya dalam proses penyelesaian penelitian ini.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk keluarga inti, yakni kedua orang tua, Bapak (Edy Fasichin) dan Ibu (Umi Hayati), Adik pertama (Dinan), dan adik kedua (Lola) yang telah berada di surga-Nya. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih pula kepada teman-teman terdekat pada organisasi kampus yang pernah diikuti yaitu dari BEM FEM IPB Prioritas yaitu Dendi, Amin, Kak Rian, Kak Dila, Dina dan dari Aiesec IPB Batch 2014 yaitu Reza, Angga, Adly, Maudi, Meska dan Melinda yang telah memberikan doa, dukungan semangat dan rasa persaudaraan yang telah terjalin sejak masa pengurusan dan kuliah sampai penelitian ini selesai.

Bogor, September 2016

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Landasan Teori 8

Penelitian Terdahulu 16

Kerangka Pemikiran 18

Hipotesis Penelitian 20

METODE PENELITIAN 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Analisis dan Pengolahan Data 21

Pemilihan Model Panel Data Melalui Uji Kesesuaian 24

Definisi Operasional Variabel 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Perkembangan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI Importir

Utama 28

Analisis Daya Saing Produk Kertas Indonesia di Pasar Negara OKI 30 Faktor-faktor Memengaruhi Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara

OKI 34

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 43

(11)

DAFTAR TABEL

1 Data 10 Negara Produsen Kertas Terbesar Dunia (Jenis Writting and

Printing Paper) Tahun 2011-2014 3

2 Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto atas dasar Harga Konstan (2000) menurut lapangan usaha pada tahun

2011-2014 (dalam Trilliun Rupiah) 4

3 Data 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Komoditas Kertas Indonesia

2010-2014 (ragam jenis olahan kertas) 5

4 Sumber Data 21

5 Kategori posisi pasar 23

6 Hasil perhitungan RCA 30

7 Hasil perhitungan EPD 31

8 Hasil Estimasi Gravity Model Ekspor kertas Indonesia ke Negara OKI 34

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan total volume ekspor Indonesia ke negara OKI 2011-2014 2 2 Kurva konsep dasar perdagangan internasional 9

3 Alur Diagram kerangka pemikiran 19

4 Kuadran posisi pasar bedasarkan analisis EPD 22 5 Agregat volume ekspor kertas Indonesia ke 18 negara OKI selama

2008-2014 28

6 Perkembangan ekspor komoditas kertas Indonesia ke negara OKI

selama tahun 2008-2014 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data (Ln) variabel dependen dan Independen ekspor kertas Indonesia ke negara OKI 43 2

Hasil analisis daya saing komparatif (RCA) komoditas kertas Indonesia ke negara OKI 45

3 Hasil analisis daya saing kompetitif (EPD) komoditas kertas Indonesia ke negara OKI 46

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap negara di dunia memiliki keterbatasan untuk memenuhi semua jenis kebutuhan masyarakatnya sendiri. Hal tersebut terjadi karena kondisi geografis yang berbeda sehingga tidak semua sumberdaya tersedia lengkap dan setiap negara memiliki kekhasan jenis sumberdaya sendiri (natural advantage). Karena itu, diperlukan kerja sama dengan negara lain melalui kegiatan perdagangan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Kegiatan perdagangan mencerminkan tingkat kemakmuran yang ada pada masyarakat. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dalam sistem ekonomi terbuka antara dua negara dari negara dengan suplai produksi berlebih ke negara yang membutuhkan suplai barang dan jasa. Keuntungan yang negara peroleh dari kegiatan perdagangan, yakni peningkatan konsumsi barang jasa dan pencapaian produksi yang lebih efisien untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, negara melakukan perdagangan juga memiliki tujuan untuk mencapai skala ekonomi/economic of scale yang direncanakan (Salvatore 1997).

Islam sebagai agama universal memandang perdagangan sebagai hal penting. Ketika membangun masyarakat baru di Madinah, Rasulullah menempatkan pilar ekonomi dan perdagangan sebagai yang utama setelah dasar agama. Dalam Al-quran disebutkan bahwa perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan Allah untuk menghindarkan manusia dari cara yang batil dalam melakukan pertukaran barang untuk pemenuhan kebutuhan, seperti yang disebut dalam hadist dibawah :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan ketetapan di antara kamu,...” (QS An-nisa [4]: 29).

(14)

2

OKI dibentuk tahun 1957 pada awalnya untuk memperjuangkan perlindungan terhadap hak dan kepentingan negara muslim. Seiring waktu, kerjasama tersebut mengarah pada hal yang lebih kompleks. Salah satu bentuk kesepakatannya yaitu kerjasama ekonomi dan perdagangan intra negara muslim yang mengarah pada pembentukan pasar bersama antar negara Islam. Indonesia bergabung dengan OKI sejak tahun 1969. Data 5 tahun terakhir dari 2010 hingga 2014 menunjukkan total ekspor Indonesia ke negara OKI memiliki tren yang meningkat walaupun fluktuatif. Agregasi nilai seluruh komoditas ekspor Indonesia ke negara organisasi dagang tersebut tahun 2010 adalah 18.4 miliar US$ dan meningkat menjadi 24.7 miliar US$ pada tahun 2014 meskipun sempat turun pada tahun 2013.

Sumber : ITC Trademark 2015 (diolah)

Gambar 1 Pertumbuhan total volume ekspor Indonesia ke negara OKI 2011-2014 Selama beberapa tahun terakhir ekspor Indonesia ke negara OKI didominasi oleh 4 komoditas utama. Posisi pertama dan kedua dominan oleh produk minyak, yaitu produk animal, vegetable fats and oil, cleavage product

dengan kode Harmonized System (HS 15) sebesar 6.3 milliar US$ dan kode (HS 27) pada produk mineral fuels, oils, distillation product sebesar 4.27 milliar US$.

Kertas (HS 48) berada di posisi empat dengan nilai ekspor 1.12 miliar US$ dibawah produk vehicle other than railway, tramway (HS 87). Dari beberapa komoditas primadona tersebut, kertas sebenarnya dapat menjadi produk yang paling potensial untuk dikembangkan Indonesia untuk pasar OKI. Hal itu dapat ditinjau dengan indikator secara empiris dan normatif. Secara faktual, tidak ada negara di lingkup perdagangan OKI yang menjadi pesaing Indonesia sebagai produsen kertas terbesar dunia. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk menghasilkan banyak produk hasil alam yang tidak bisa diproduksi oleh negara non-tropis (Saptana et al 2006).

Untuk komoditas minyak sendiri dalam lingkup OKI sudah ada beberapa negara produsen minyak terbesar dunia seperti Aljazair, Brunei, Iran, Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Arab Saudi (Azizah 2014). Data yang dihimpun dari

(15)

Completely Knocked Down (CKD) di dalam negeri dan kemudian di ekspor ulang. Untuk komoditas minyak hewan dan nabati, Malaysia yang merupakan eksportir terbesar ke OKI. Sementara untuk ragam produk kertas dan pulp HS 48, Indonesia menempati posisi pertama eksportir produk tersebut ke OKI dengan total nilai ekspor US$ 3.8 milliar dollar dan memiliki presentase 44% dari total ekspor dunia ke OKI selama 5 tahun terakhir (Trademap 2016).

Data tahun 2011 hingga 2014 menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 6 negara produsen kertas dunia dengan rata-rata nilai produksi sebesar 4 juta ton setiap tahun. Cina menjadi produsen utama kertas dunia membawahi Indonesia dan negara lain dengan nilai produksi yang jauh diatas kompetitor. Produksi kertas yang tinggi di Indonesia didukung oleh ketersediaan lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai media tanam bahan baku. Kertas berasal dari pohon-pohon hutan, terutama dari pohon Akasia dan Eukaliptus. Indonesia memiliki luas HTI sekitar 4.2 juta ha yang telah termanfaatkan untuk industri kertas dan berbagai produk olahan hasil hutan lain. (Handayani 2008).

Tabel 1 Data 10 Negara Produsen Kertas Terbesar Dunia (Jenis Writting and

(16)

4

Tabel 2 Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto atas dasar Harga Konstan (2000) menurut lapangan usaha pada tahun 2011-2014

Sektor Industri Pengolahan (dalam Trilliun Rupiah) Rata-rata Kontribusi

2011 2012 2013 2014 (%) B. Total Industri Non Migas 587.00 624.74 662.83 698.19 _

1). Makanan, minuman

dan tembakau 174.6 187.787 194.063 208.106 29.72 2). Tekstil, kulit & Alas

Kaki 56.13 58.528 62.077 63.537 9.34 3). Kayu & hasil hutan

lainnya. 19.428 18.818 19.981 21.447 3.10

4). Kertas dan Barang

Cetakan 27.931 26.604 27.787 29.495 4.35

5). Pupuk, Kimia &

Barang dari karet 75.658 83.599 85.45 86.531 12.87 6). Semen & Barang

galian bukan logam 17.425 18.784 19.347 19.641 2.92 7). Logam Dasar Besi &

Baja 8.916 9.438 10.092 10.516 1.51 8). Alat Angkut, Mesin &

Peralatannya 202.892 217.153 240.032 254.565 35.55 9). Barang lainnya 4.08 4.034 4.006 4.363 0.64

Sumber : BPS 2015

(17)

Tabel 3 Data 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Komoditas Kertas Indonesia 2010-2014 (ragam jenis olahan kertas)

No. Negara Volum Ekspor Kertas (Ribu ton)

Total

Kontribusi total ekspor dua negara OKI tersebut bisa menjadi dukungan peluang bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor kertas ke negara non-tradisional yang selama ini rentan pada isu dumping dan memberi tuduhan kualitas. Isu Green Economics dengan ketat terus diusung oleh dunia internasional sebagai pencegahan kerusakan alam yang terjadi akibat aktivitas ekonomi. Hasil kesepakatan konferensi ITTO (International Tropical Timber Organization) pada tahun 1990 menetapkan bahwa tahun 2000 merupakan awal diberlakukan kebijakan Ecolabelling pada produk kayu untuk memenuhi standar kualitas dan sistem manajemen lingkungan. Semua produk kayu tropis yang diperdagangkan harus berasal dari hutan yang diproduksi secara lestari (Suratmo 2000). Kebijakan ekolabel akan berdampak pada daya saing terkait dengan perubahan biaya produksi dan akses pasar internasional terkait dengan standar kualitas serta status dampak lingkungan. Tujuan standarisasi tersebut terkadang dimanfaatkan oleh negara maju yang juga produsen kertas untuk memberi barrier

pasar untuk negara berkembang yang memiliki teknologi produksi yang terbatas. Dalam hal ini Indonesia juga pernah mendapat tuduhan dumping kualitas dari beberapa negara, diantarannya dari Korea tahun 2009, Jepang tahun 2012, dan Amerika tahun 2015 (Kementrian Perindustrian). Hal tersebut merupakan tuduhan sepihak yang digunakan untuk menghambat perdagangan.

(18)

6

sebagai media baca manusia, namun permintaan untuk komoditas kertas tidak terlalu turun secara signifikan.

Perumusan Masalah

Tuduhan dan isu dari negara lain yang pernah menyerang produk kertas Indonesia membuat nilai ekspor komoditas tersebut menjadi tidak stabil di negara importir. Karena itu pemerintah harus bisa mencari target baru dari negara tujuan ekspor kertas tradisional sebagai strategi diversifikasi pasar. Negara OKI menjadi salah satu alternatif bagi pasar komoditas kertas Indonesia. Sebagai salah satu negara eksportir kertas dunia, Indonesia harus mampu menjaga pasar dari isu agar nilai ekspor terus positif. Selain itu diversifikasi negara tujuan ekspor tradisional juga dilakukan untuk memperluas pangsa pasar ekspor dan mengurangi resiko penurunan ekspor (Siska 2015).

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keuntungan alamiah yang bersifat mutlak karena pohon Akasia dan Eukaliptus bisa berkembang lebih cepat dibandingkan dengan di negara subtropis. Hanya butuh waktu enam tahun untuk panen (Nugroho 2009). Hal itu sesuai dengan teori Adam Smith yang mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki keuntungan alamiah (natural advantage) dan keuntungan mutlak (absolute advantage) pada suatu komoditas dapat melakukan spesialisasi produksi di perdagangan internasional untuk komoditas itu. Indonesia bisa melakukan spesialisasi sebagai negara eksportir utama produk kertas di lingkup OKI karena dukungan kemampuan spesialisasi tersebut, selain itu tidak ada negara anggota OKI lain yang memiliki hutan tropis industri seluas Indonesia menjadikan peluang spesialisasi tersebut semakin absolut.

Dengan dukungan data produksi kertas dan upaya untuk meningkatan kapasitas nilai ekspor ke OKI dan diversifikasi pasar tujuan ekspor komoditas kertas Indonesia, maka kajian tentang kinerja daya saing dan faktor pengaruh ekspor kertas menjadi hal yang perlu dianalisis untuk tinjauan strategi penetrasi pasar kertas Indonesia ke Negara OKI dari negara tujuan ekspor tradisional. Dari uraian tersebut beberapa rumusan masalah yang dapat dibentuk adalah:

1. Bagaimana kinerja perkembangan ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan anggota OKI?

2. Bagaimana tingkat daya saing komoditas kertas Indonesia dengan komoditas serupa dari negara lain di pasar negara OKI?

3. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ekspor kertas indonesia ke negara OKI?

Tujuan Penelitian

Bedasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan perkembangan ekspor komoditas kertas Indonesia ke dunia dan negara anggota OKI.

2. Mengestimasi nilai daya saing komoditas kertas Indonesia terhadap ekspor ke negara anggota OKI.

(19)

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang potensi ekspor kertas Indonesia ke negara OKI. Hasil analisis dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk membangun strategi kebijakan ekspor ke negara tujuan non-tradisional dan juga penelitian ini diharap dapat menjadi referensi bagi akademisi untuk penelitian berikutnya yang terkait perdagangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Mengacu pada latar belakang perumusan masalah dan tujuan yang telah dijelaskan, penelitian ini akan menganalisis daya saing komoditas kertas Indonesia di negara OKI yang dilihat dari metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Produk Dynamic (EPD). Selain itu penelitian ini juga akan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kertas Indonesia secara umum menggunakan analisis Gravity Model sehingga dapat menjadi rumusan strategi kebijakan yang dapat mendukung pencapaian peningkatan daya saing dan kapasitas ekspor komoditas kertas Indonesia ke negara OKI. Lalu disamping analisis kuantitatif, sebagai tambahan juga akan diberikan tinjauan deskriptif tentang perdagangan dari segi syariah Islam dalam penelitian ini. Data sekunder menggunakan sumber ITC Trademap dengan kode

Harmonized System 4 digit. Periode yang dilihat pada analisis daya saing RCA dan EPD ekspor komoditas kertas di pasar OKI adalah 7 tahun (2008-2014) menggunakan data 8 tahun dari tahun 2007 hingga 2014. Periode yang digunakan untuk analisis determinan ekspor adalah selama 8 tahun dengan data yang yang sama, yaitu data tahun 2007 hingga 2014.

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Konsep Perdagangan Internasional dalam tinjauan umum dan Islam

Dalam tinjauan konvensional terdapat tiga paham aliran yang pernah menjadi dasar teori perdagangan Internasional (Soelistyo 1987). Ketiga paham tersebut adalah paham Merkantilisme, aliran Klasik dan pemikiran Hekscher-Ohlin yang merupakan teori modern perdagangan yang umum dipakai saat ini. Merkantilisme menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi negara akan meningkat jika mampu menumpuk logam emas yang banyak di dalam negeri dari surplus perdagangan internasional dan menekan impor barang lain. Surplus logam didalam negeri akan meningkatkan jumlah uang dan modal agar aktivitas ekonomi domestik dapat tumbuh. Ekspor logam mulia dilarang, tenaga kerja dilarang bermigrasi, modal dan bahan mentah produksi tidak boleh di ekspor serta pemerintah memegang penuh monopoli perdagangan. Hal tersebut dilakukan agar terbentuk negara yang menguasai pasar dengan kuat dan tidak tersaingi akibat berkembangnya faktor produksi di negara lain.

Setelah itu berkembang teori klasik yang terbentuk dari sejumlah kritik terhadap kebijakan di zaman merkantilisme. Kaum klasik mengatakan bahwa penumpukan logam dalam negeri akan berimbas pada peningkatan jumlah uang beredar dan hal tersebut berakibat naiknya harga barang dalam negeri. Hal itu kemudian akan berdampak pula pada tingkat daya saing dan permintaan ekspor. Mereka berpendapat bahwa perdagangan internasional yang dilakukan tidak terhalang dan tanpa hambatan pemerintah (Laisses-Faire) akan membuat setiap negara untuk melakukan spesialisasi komoditas unggulan. Spesialisasi dilakukan pada komoditas yang dapat diproduksi oleh negara tersebut secara lebih efisien karena dari keunggulan mutlak (natural advantage) yang dimiliki baik itu berupa kondisi alam geografis, tenaga kerja ataupun kekayaan modal. Spesialisasi perdagangan dapat memberikan gain of trade yang timbul berupa kenaikan produksi serta konsumsi barang jasa, hal tersebut juga dapat memberikan alokasi penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih efisien (Adam Smith dalam Soelistyo 1987).

(21)

sebagai jarak ekonomi dan menjadi dalam salah satu indikator dalam konsep ‘gravitasi’ yang menjadi standar model untuk analisis perdagangan kontemporer.

Keterangan:

PA : Harga domestik di negara A (pengekspor) sebelum adanya perdagangan internasional.

DA : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor) tanpa adanya perdagangan internasional.

X : Kuantitas barang komoditi yang diekspor negara A.

PB : Harga domestik di negara B (pengimpor) sebelum adanya perdagangan internasional.

DB : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa adanya perdagangan internasional.

M : Kuantitas barang komoditi yang diimpor oleh negara B (pengimpor). P* : Harga keseimbangan antar kedua negara setelah perdagangan internasional. Q* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana

jumlah yang diekspor (ES) selaras dengan jumlah yang diimpor (ED).

Sementara itu tinjauan Islam dalam konsep perdagangan internasional didasarkan dari hukum muamalah sederhana antar dua pihak (mikro) dan dapat diambil hukumnya untuk lingkup perdagangan yang lebih luas secara makna keumuman dalil. Semua perdagangan pada dasarnya adalah mubah/diperbolehkan selama hal tersebut berada dalam jalur syara’ yakni segala hal kebaikan yang tidak kontradiktif dengan segala yang dilarang Allah SWT. Hukum tersebut termakjul dalam kaidah fikih dasar tentang jual beli yaitu:

Pada dasarnya hukum asal suatu muamalah itu diperbolehkan sampai ada dalil yang mengharamkannya.” (Nawawi 2012).

Beberapa tinjauan ayat dalam Al-quran dapat dikolaborasikan dan diambil maknanya secara keumuman dalil untuk menerangkan tentang perdagangan internasional. Pada surat Al-baqarah ayat 30 menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Selain itu pada surat Al-hujurat

ayat 13 Allah menerangkan bahwa manusia tercipta bermacam suku dan bangsa untuk saling mengenal. Makna ‘khalifah’ yakni manusia diberi tanggung jawab untuk menggali potensi kekayaan alam yang ada dimuka bumi dan mengelolanya dengan baik untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan beribadah kepada Allah. Makna ‘saling mengenal’ pada surat Al-hujurat ayat 13 yaitu manusia harus berkelana ke penjuru dunia untuk dapat menjalin silaturahmi dengan sesama dan menggali rezeki dari wilayah yang luas. Kedua gabungan ayat tersebut

(22)

10

mengandung penafsiran bahwa sesungguhnya Allah memerintah umat muslim untuk menjadi pemain pasar perdagangan yang saling menolong dengan sesama dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak hanya menjangkau market domestik namun juga market global.

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi,...

(QS Al-baqarah [2]: 30).

Hai manusia, sesungguhnya Aku menciptakan kamu dengan bermacam suku dan bangsa dengan tujuan untuk saling mengenal, dan yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu ialah yang paling bertakwa.”(QS Al-hujurat [49]: 13).

Jauh sebelum masa Adam Smith atau merkantilisme, ekonom muslim Ibnu Khaldun merumuskan bahwa perdagangan antar dua wilayah terjadi karena adanya perbedaan permintaan barang antar keduanya, teori ini disebut dengan teori Market Interdependence atau ketergantungan pasar. Jika satu wilayah memiliki permintaan barang dengan jumlah yang lebih sedikit dari suplai, maka negara tersebut akan mengirim barang ke wilayah yang memiliki lebih banyak permintaan untuk dijual (Azizah 2014). Ibnu Khaldun bersama Ibnu Taimiyah sepakat mendukung perdagangan bebas antar negara dengan syarat pasar bekerja secara alami tanpa ada hambatan. Definisi bebas tersebut dijelaskan pada beberapa faktor yaitu: Informasi yang lengkap terkait komoditas termasuk harga, keleluasaan masuk keluar pasar, tidak ada penimbunan (Ihtikar) dan jenis barang yang diperdagangkan tidak melanggar syariat. Penetapan harga dan tingkat permintaan juga harus bekerja sempurna tanpa adanya intervensi, hal tersebut terdapat pada ucapan Rasulullah Saw di kota Madinah yang diriwayatkan dalam hadist berikut:

sesungguhnya Allah-lah sang pemilik ketetapan, Dia-lah yang yang maha melapangkan dan menahan rejeki, kelak saat aku menemui-Nya, tak seorang pun dari kalian yang menuntutku akan kezaliman harta. ”(Ensiklopedi Hadist Masterpiece Muhammad. Payande 2011)

Ucapan Rasul tersebut mengandung pengertian bahwa harga pasar itu terjadi sesuai kehendak Allah yang sunatullah atas mekanisme perubahan supply

(23)

dagang/jual-beli adalah termasuk pada hukum terhadap kepemilikan hartanya, bukan hanya hukum terhadap harta yang dimiliki (Rusydiana 2009).

Daya Saing

Terbentuknya konsep spesialisasi dari kegiatan perdagangan internasional mendorong masing-masing negara untuk memiliki komoditas unggulan. Daya saing dimiliki pada setiap komoditas yang diproduksi suatu negara sebagai salah satu kriteria kemampuan produk tersebut untuk berhadapan dengan produk sejenis dari negara lain di pasar internasional. Konsep daya saing sering dikaitkan dengan produktivitas dan dimana terdapat perhitungan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Terdapat berbagai faktor yang dapat menentukkan dayasaing yaitu faktor produksi, faktor pemasaran, faktor keuangan, faktor sumber daya manusia dan lingkungan bisnis (Porter 1990).

Kriteria faktor yang membentuk daya saing suatu produk dibagi menjadi faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari mutu komoditi, biaya produksi atau harga jual, intensitas promosi, penentuan saluran pemasaran, dan layanan purna-jual (after sales service). Intinya faktor langsung merupakan kondisi internal dan alur proses yang ada pada kegiatan perdagangan tersebut. Faktor tidak langsung merupakan kondisi sarana pendukung ekspor dari lingkup luar proses perdagangan, contohnya fasilitas transportasi dan fasilitas birokrasi dari pemerintah atau lembaga perdagangan dunia (Amir 2004).

Selain itu faktor penting lain seperti masalah lingkungan dan sosial juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan daya saing produk pada masa sekarang karena adanya tuntutan pasar yang mengarah kepada produk hijau dan pengembangan masyarakat (Rosadi 2005). Kemampuan produk untuk masuk pasar dan bertahan direfleksikan pada tingkat permintaan yang tinggi oleh konsumen luar negeri dan nilainya yang cenderung stabil apabila pasar dimasuki oleh kompetitor. Masing-masing negara berusaha untuk meningkatkan dayasaing produk barang dan jasa agar dapat masuk dan mempertahakan produk barang dan jasa negara ke pasar internasional. Keberhasilan dayasaing suatu negara akan terjadi apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam produktivitas, efisiensi, dan profitabilitas, yang secara global akan membentuk spesialisasi pada setiap negara tersebut.

Teori Keunggulan Komparatif

(24)

12

Adam Smith yang merupakan tokoh kaum klasik menyatakan bahwa keunggulan komparatif diperoleh dari produksi dengan kondisi yang efisien dibanding negara lain apabila negara tersebut melakukan spesialisasi. Produk yang memiliki keunggulan absolut akan membentuk spesialisasi dan impor dari negara lain akan dilakukan pada produk yang tidak memiliki keunggulan absolut. Spesialisasi ini akan membentuk kondisi penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan akan meningkatkan output negara tersebut.

Pada abad 19 David Ricardo mengemukakan teori keunggulan komparatif dalam bentuk lebih lengkap. Ricardo menyatakan suatu negara akan tetap melakukan perdagangan ke luar negeri meskipun yakni kondisi yang kurang efisien dalam memproduksi kedua komoditi dibanding negara lain. Negara tersebut masih bisa melakukan spesialisasi dalam ekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil. Selain itu keuntungan di kedua negara masih dapat diperoleh selama rasio harga antar kedua negara memiliki perbedaan ketika terjadi perdagangan dengan tidak adanya perdagangan. Faktor upah tenaga kerja (Labour Efficiency) dalam produksi suatu komoditi akan memengaruhi biaya produksi dan harga komoditi (Salvatore 1996).

Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dinilai memiliki efisiensi dalam sudut pandang ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis karena kondisi suatu pasar akan terus berubah dengan meningkatnya pihak pengekspor yang masuk ke pasar. Selain itu banyak faktor lain di luar kondisi pasar yang memengaruhi keunggulan komparatif untuk berubah. Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu harus mampu mempertahankan dan menghadap persaingan pasar dengan negara lain.

Teori Keunggulan Kompetitif

Era globalisasi dan perkembangan teknologi berimplikasi pada terbukanya pasar bebas dengan kondisi persaingan yang lebih kompleks bagi pelaku ekspor. Menurut Porter, dalam jurnal berjudul The Competitive Advantage of Nation

tahun 1990 mengemukakan bahwa keunggulan suatu negara tidak bergantung pada spesialisasi dan jumlah faktor produksi saja, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan para produsen untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang mampu masuk dalam persaingan pasar internasional.

(25)

Ekspor dan Impor

Konsep mengenai ekspor dan impor merupakan implikasi kegiatan dari dilakukannya perdagangan internasional. Ekspor merupakan kegiatan menjual keluar barang dari suatu negara ke negara lain dalam perjanjian dagang internasional secara legal, sedangkan impor merupakan kegiatan memasukan atau membeli barang dari suatu negara ke negara lain dalam perdagangan internasional secara legal (Pradipta 2014). Kebijakan ekspor dilakukan untuk peningkatan devisa melalui income dari penjualan barang ke luar negeri, sementara kebijakan impor dilakukan untuk usaha melindungi keseimbangan pasokan kebutuhan domestik dan penghematan devisa (Hady 2004). Apabila dilihat dari sisi pengeluaran suatu negara, kegiatan ekspor dan impor dalam perdagangan internasional merupakan salah satu komponen pembentukan PDB (Salvatore 1997).

Aktivitas perdagangan internasional yang terwujud pada kegiatan ekspor sangat penting untuk meningkatkan daya saing produsen dalam negeri untuk bisa mengembangkan pasar lebih luas dari lingkup domestik. Kegiatan impor juga dibutuhkan produsen terutama pada impor bahan baku dan teknologi yang belum ada dari suplier dalam negeri. Promosi ekspor dipandang sebagai salah satu faktor utama dalam strategi pembangunan jangka panjang yang dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi. Donald (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan ketika perusahaan atau negara memutuskan untuk mengekspor barang, yaitu untuk memperoleh keuntungan dari hasil penjualan ekspor, mempertahankan harga kompetitif di pasar dalam negeri karena suplai yang terjaga dan tidak berlebih, dan memperluas penetrasi pada lingkup konsumen baru.

Peraturan dalam negeri yang memuat pasal tentang ekspor dan impor diatur dalam undang-undang kepabeanan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia nomor 10 tahun 1995 yang kemudian diubah ke UU no 17 tahun 2006. UU tersebut dalam pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah pabean. Kemudian pasal 1 ayat 13 menyatakan impor merupakan kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean. Daerah pabean merupakan kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Pasal 1 ayat 2).

Islam memandang ekspor dan impor sebagai sesuatu yang penting dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan suatu negara. Kegiatan Ekspor impor tidak dilarang Islam apabila barang dan ketentuan jual-belinya tidak bertentangan dengan hukum syara. Sedikit ketentuan ekspor dalam Islam yaitu, tidak boleh melakukan ekspor ke negeri kafir harbi pada barang yang dapat digunakan untuk menghancurkan kaum Islam seperti senjata atau mortir, karena hal itu termasuk ta’awun ‘alal itsmi wal ‘udwan atau tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Hadist Shahih Bukhari 11/35). Dalam suatu hadist, rasul mengatakan bahwa ‘Pengimpor yang menghadirkan barang ke pasar kita laksana pejuang di jalan Allah’ (Payande 2011).

Harga Ekspor

(26)

14

dinyatakan dalam satuan timbangan tertentu. Pada konsep ekonomi sederhana, harga selalu berbanding terbalik dengan permintaaan. Dalam harga ekspor terdapat beberapa kombinasi harga faktor-faktor produksi yang digunakan pada produksi komoditas tersebut. Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap barang tersebut, sehingga menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan mengalami penurunan (Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997).

GDP Riil

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan ukuran nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu perekonomian negara selama kurun waktu tertentu (Mankiw 2008). Pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi penduduk dari suatu wilayah negara secara geografis, termasuk perhitungan dari hasil output yang diproduksi perusahaan/orang asing yang ada di negara tersebut. Perusahaan multinasional menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli dari negara asal ke negara dimana proses produksi beroprasi. Hal tersebut akan menjadi nilai output tambahan bagi negara tempat produksi tersebut dan dihitung dalam pendapatan nasional (Rahayu 2012).

GDP dapat digunakan untuk melihat perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Peningkatan GDP erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran suatu negara. Melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor impor dan peningkatan konsumsi suatu negara sehingga mengakibatkan GDP meningkat. Terdapat dua jenis perhitungan dalam mencari GDP yaitu GDP nominal dan GDP riil. Pada penelitian ini yang digunakan adalah GDP riil, perhitungan secara riil digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa menggunakan koreksi perbandingan GDP nominal dengan tetapan harga tahun dasar sebagai acuan. Dengan itu maka perubahan output secara riil dapat dilihat jelas dari perubahan kuantitas secara nyata dan bukan berubah dari peningkatan harga karena inflasi.

Nilai Tukar Riil

Merupakan konsep harga relatif dari perbandingan nilai mata uang suatu negara untuk membeli mata uang negara lain yang dinyatakan dalam bentuk kurs. Nilai tukar mata uang akan mengalami fluktuasi karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti harga barang dan jasa di luar negeri dan domestik. Nilai kurs dibagi atas nilai kurs nominal dan nilai kurs riil. Dalam pandangan Islam nilai tukar didefiniskan dengan nama ‘Al-Sharf’. Definisi‘Al-Sharf’adalah sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran suatu transaksi dengan negara lain. Hal yang ditekankan Islam tentang konsep Al-Sharf adalah kepada fungsinya yaitu sebagai alat pertukaran, bukan merupakan hal yang dapat menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan seperti pada konsep kapitalisme. Dalam Islam, mekanisme transaksi suatu pertukaran harus berupa nilai yang ditetapkan dalam satu hari disaat kontrak dimulai. Kurs ditetapkan pada satu hari yang menjadi acuan nilai yang tidak akan berubah sampai transaksi selesai.

(27)

pembeli asing (Denantica 2012). Nilai tukar erat kaitannya untuk memengaruhi harga ekspor dan pada akhirnya memengaruhi kuantitas yang diminta. Kurs yang digunakan dalam analisis faktor penelitian ekspor adalah nilai tukar riil efektif. Kurs riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw 2008). Kurs riil disebut sebagai penentu utama tentang berapa banyak barang dan jasa yang di ekspor dan impor suatu negara. Rumus mencari nilai tukar riil bisa melalui nilai tukar nominal yang dikali dengan harga konsumen atau bisa juga rumus kedua yaitu nilai tukar nominal yang dikali dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Harga relatif adalah perbandingan harga-harga di dalam negeri dengan pembagi harga-harga di luar negeri (Mankiw 2008). Indeks harga konsumen adalah satuan indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga dari semua barang secara makro dalam suatu negara. Berikut cara menghitung nilai tukar riil dihitung dengan menggunakan perkalian dengan indeks harga konsumen:

(1) Jika kurs riil suatu negara berada pada level tinggi maka harga barang di luar negeri relatif lebih murah, dengan itu impor akan meningkat dan ekspor akan menurun. Sementara jika kurs riil rendah maka harga barang di luar negeri akan lebih mahal, dengan itu akan meningkatkan nilai ekspor dan menurunkan nilai impor. Setiap negara memiliki mitra dagang lebih dari satu negara lain. Karena itu penting untuk mengetahui komparasi nilai tukar mata uang suatu negara dengan semua mata uang negara lain. Nilai tukar riil efektif menggunakan perhitungan bobot relatif nilai tukar riil suatu negara terhadap mata uang negara lain di dunia. Kemudian hasil pembobotan tersebut dikonversi menjadi indeks dengan menggunakan periode dasar. Dengan itu, secara lebih detail bisa diketahui indeks kekuatan nilai tukar mata uang negara tersebut di lingkup dunia.

Jarak Ekonomi

Faktor lain yang menentukan tingkat ekspor komoditas suatu negara yaitu jarak ekonomi (Remoteness Index). Jarak ekonomi merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadap oleh suatu negara dalam kegiatan ekspor. Perhitungan jarak ekonomi yaitu dengan menjumlah variabel jarak geografis Indonesia dan negara tujuan ekspor dikali dengan komparasi antara GDP negara tujan ekspor dibagi dengan GDP total seluruh negara yang diteliti. Berikut rumus menghitung jarak ekonomi :

(2) Dimana:

EcoDist : Jarak Ekonomi negara OKI importir dengan Indonesia GeoDist : Jarak Geografis negara OKI importir dengan indonesia GDPi : GDP negara importir yang diteliti

(28)

16

meningkat, sehingga jika jarak ekonomi meningkat maka tingkat ekspor akan menurun. Karena linier dengan biaya, variabel jarak ekonomi suatu negara dinilai sebagai penghalang dalam aktivitas perdagangan internasional (Wulandari 2009). Populasi Negara Tujuan

Penduduk suatu negara merupakan refleksi dari peluang besar pasar yang akan dimasuki oleh komoditas yang akan di ekspor. Pada saat jumlah penduduk suatu negara meningkat, maka akan membuat kuantitas kebutuhan akan barang dan jasa di negara tersebut meningkat. Saat kondisi produksi barang dan jasa domestik di negara tersebut tidak mencukupi kebutuhan penduduknya, maka negara tersebut akan menjadi pengimpor dan hal tersebut menjadi peluang bagi negara lain untuk menjadi pengekspor komoditas yang mengalami kekurangan produksi di negara tersebut. Peningkatan jumlah penduduk suatu negara akan menyebabkan tenaga kerja meningkat sehingga faktor produksi meningkat dan output pun akan meningkat.

Pada saat output meningkat melebihi kebutuhan dalam negeri maka kelebihan tersebut akan diekspor yang pada akhirnya akan membuat ekspor negara tersebut meningkat (Budiasih 2009). Dari sisi penawaran atau dari negara importir, adanya peningkatan populasi akan meningkatkan konsumsi domestik yang berarti meningkatkan permintaan domestik akan suatu komoditas (Salvatore 1997). Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ibnu Taimiyyah yang menyebutkan peningkatan populasi akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan akan barang (Muhamad 2013).

Penelitian Terdahulu

Azizah (2014) melakukan penelitian yang berjudul Peramalan dan Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran Ekspor Indonesia ke Negara OKI. Penelitian ini menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving Average

(ARIMA) untuk analisis peramalan ekspor dan menggunakan gravity model untuk melihat faktor pengaruh ekspor. Hasil analisis gravity model menunjukkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap besaran ekspor. Variabel populasi dan trade openness index memiliki pengaruh signifikan secara positif terhadap perubahan kuota ekspor, sementara itu GDP importir dan jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Hasil peramalan data dengan ARIMA menilai bahwa ekspor Indonesia masih akan meningkat hingga bulan Juli 2015 dengan prediksi laju 0.58% setiap bulan.

Sunardi (2015) meneliti daya saing dan faktor penentu ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara OKI. Metode perhitungan daya saing menggunakan metode Export Product Dynamic (EPD), Revealed Comparative Advantage

(RCA) dan Intra Industry Trade (IIT). Analisis faktor menggunakan metode

Gravity Model. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua komoditas yang dianalisis memiliki nilai RCA diatas 1 yang berarti barang tersebut memiliki daya saing, kecuali komoditas cars (incl. station wagon) dengan nilai RCA 0.98 dan

(29)

EPD menunjukkan bahwa terdapat tujuh komoditi yang berada pada posisi rising star, sedangkan sisanya berada pada posisi falling star dan lost opportunity.

Kemudian analisis faktor menggunakan model gravitasi memberikan hasil bahwa hanya variabel nilai tukar riil yang tidak memengaruhi perubahan ekspor, sedangkan variabel lainnya berpengaruh signifikan terhadap perubahan ekspor.

Rizka (2013) melakukan penelitian yang berjudul Analisa Daya Saing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Internasional. Analisis RCA dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk melihat keunggulan komparatif dan kompetitif produk. Kemudian untuk melihat faktor dinamika daya saing menggunakan metode Constant Market Share (CMS). Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa jenis kertas chemical pulp dan writing paper memiliki daya saing komparatif yang kuat dengan nilai indeks > 2.5, sementara itu kertas jenis

other paperboard memiliki nilai indeks RCA yang paling rendah. Pada analisis ISP didapatkan hasil keunggulan kompetitif untuk jenis writing paper dengan tahapan perdagangan dalam tingkat ‘pematangan’. Produk other paperboard

memiliki nilai ISP yang terkecil dibanding jenis lain. Bedasarkan analisis CMS, faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor pada 4 komoditas ini adalah faktor pertumbuhan standard dan faktor komposisi komoditas.

Safitri (2014) melakukan penelitian mengenai Daya Saing Komoditas Pulp Dan Kertas Indonesia Di Negara Importir Utama. Analisa Daya di negara importir utama dianalisis dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage

dan Constant Market Share Analysis. Hasil analisis RCA dan CMSA menyimpulkan bahwa pulp dan kertas Indonesia memiliki keunggulan komparatif di seluruh negara importir utama namun tidak semua mengalami peningkatan daya saing selama tahun 2000-2012. Daya saing pulp Indonesia meningkat di pasar Korea Selatan, India, Jepang, Taiwan, dan sebaliknya daya saing pulp Indonesia menurun di pasar Cina. Daya saing kertas Indonesia meningkat di pasar Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, dan sebaliknya daya saing kertas Indonesia menurun di pasar Australia dan Cina.

Abidin et al. (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Analysis of Trade Pattern Between Malaysia and OIC Member Countries: Gravity Model Analysis”. Penelitian tersebut menganalisis pola perdagangan antara Malaysia dengan negara OKI periode 1997 hingga 2009 dengan metode panel data. Hasil estimasi data menujukkan bahwa PDB total dan PDB per kapita memiliki pengaruh yang positif pada perdagangan. Setiap kenaikan PDB Malaysia akan menaikan ekspor Malaysia ke OKI sebesar 0.002 persen dan setiap kenaikan PDB perkapita akan meningkatkan arus perdagangan sebesar 0.38 persen. Variabel lain juga memiliki pengaruh positif terhadap arus perdagangan, yakni variabel Foreign Direct Investmen (FDI), keterbukaan ekonomi dan indeks persepsi korupsi. Kemudian variabel jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap arus perdagangan Malaysia dengan OKI.

Gundogdu (2009) melakukan penelitian berjudul “Determinant of Intra

(30)

18

Variabel jarak memiliki signifikansi negatif pada model OLS dan model REM terhadap dependen. Variabel tarif berpengaruh signifikan negatif terhadap dependen pada semua jenis model. Variabel common colonizer berpengaruh positif pada dependen di model OLS namun tidak di model lain. Variabel border effect, same country dan nilai perbandingan Dolar ke Euro tidak berpengaruh signifikan pada semua model terhadap variabel dependen.

Sebelumnya memang telah ada beberapa penelitian mengenai OKI termasuk dalam hal kebijakan, kinerja perdagangan ataupun pertumbuhan ekonomi anggota OKI namun belum ada yang membahas secara lengkap mengenai potensi komoditas yang spesifik dari negara Indonesia sebagai eksportir di pasar OKI. Penelitian Azizah (2014) dan Deki (2015) juga meneliti kinerja perdagangan Indonesia ke OKI namun pembahasan yang diberikan lebih secara umum pada banyak komoditas, bukan spesifik pada satu komoditas dan kondisi pasar pada komoditas itu secara lengkap. Perbedaan pada alat analisis RCA dan EPD yang detail membahas komoditas kertas juga terdapat dalam penelitian ini. Selain itu perbedaan variabel determinan ekspor, perbedaan negara tujuan ekspor kertas (dengan sebelum OKI) dan perbedaan tahun analisis juga terdapat pada penelitian ini dibanding penelitian lain.

Kerangka Pemikiran

Ekspor Indonesia ke negara OKI didominasi oleh empat komoditas utama yaitu minyak CPO, minyak mineral hasil penyulingan, produk kendaraan bermotor, dan komoditas kertas beserta olahannya. Komoditas kertas dapat menjadi produk yang paling potensial dikembangkan di negara OKI karena Indonesia merupakan eksportir utama kertas ke lingkup perdagangan tersebut. Negara tradisional importir utama produk kertas Indonesia beberapa melakukan

barrier dengan tuduhan kualitas yang tidak sesuai standar ecolabelling. Didukung dengan luas hutan tanaman industri (HTI) terbesar diantara anggota OKI lain, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi market leader produk hasil hutan (termasuk olahan kertas) di lingkup perdagangan OKI. Dengan berkembangnya globalisasi dan teknologi informasi maka celah meningkatnya arus perdagangan komoditas di pasar internasional semakin terbuka.

(31)

Perkembangan total ekspor komoditas utama Indonesia ke negara OKI 5 tahun terakhir

Kertas menjadi komoditas

Hasil penelitian untuk rekomendasi implikasi dan strategi peningkatan ekspor kertas Indonesia ke OKI

Gambar 3 Diagram alur kerangka pemikiran penelitian

Dumping Claim dari standar ecolabelling negara importir

(32)

20

Hipotesis Penelitian

Bedasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah disusun, maka dapat ditarik beberapa dugaan, penelitian ini yaitu:

1. GDP riil (Indonesia dan negara tujuan ekspor) menunjukkan tingkat konsumsi agregrat dalam suatu negara. Konsumsi yang tinggi menunjukkan tingkat demand yang tinggi terhadap suatu barang. Karena itu interaksi GDP riil terhadap volume ekspor kertas Indonesia diduga memiliki hubungan yang positif. Ketika terjadi kenaikan GDP maka akan mengakibatkan peningkatan volume ekspor kertas Indonesia ke negara OKI.

2. Harga komoditas kertas (satuan per ton = 1000Kg) akan berdampak pada peningkatan kuantitas yang diminta secara cateris paribus, sehingga variabel tersebut diduga akan memiliki pengaruh negatif terhadap volume ekspor. Apabila harga meningkat maka akan volume ekspor kertas Indonesia ke OKI akan mengalami penurunan.

3. Jarak ekonomi merupakan variabel yang merepresentasikan hambatan dalam perdagangan yang berupa biaya transportasi. Tingkat jarak ekonomi yang meningkat maka akan menyebabkan peningkatan hambatan perdagangan. Karena itu jarak ekonomi Indonesia dengan negara OKI tujuan ekspor kertas diduga memiliki pengaruh negatif. Semakin jauh jarak ekonomi ke negara tujuan ekspor maka akan menyebabkan volume ekspor berkurang (UNCTAD 2012).

4. Populasi atau jumlah penduduk negara OKI tujuan ekspor diduga berpengaruh positif terhadap jumlah volume ekspor. Apabila jumlah penduduk negara importir meningkat maka akan menyebabkan peningkatan volume ekspor kertas Indonesia ke negara OKI (Lehmann 2003).

5. Nilai tukar riil Indonesia terhadap mata uang negara tujuan ekspor diduga memiliki pengaruh negatif terhadap volume ekspor kertas Indonesia. Perubahan nilai tukar akan menyebabkan terjadinya perubahan harga relatif komoditas bagi konsumen di negara tujuan ekspor. Ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah maka akan menyebabkan harga barang yang turun, sehingga barang menjadi murah dan akan meningkatkan nilai impor komoditas kertas di negara OKI tujuan.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

(33)

kertas yang menjadi objek penelitian ini adalah jenis uncoated writting and printing paper dengan kode HS (Harmonized System) 4802. Data yang digunakan terlampir pada lampiran 1.

Tabel 4 Sumber Data

No. Data yang digunakan Sumber

1 Volume dan nilai ekspor Kertas 2007-2014

4 Jarak Geografis Centre d’Etudes Prospectives et d’Information (CEPII)

5 Nilai Tukar United Nations Conference on

Trade and Development

(UNCTAD)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ekspor tahun 2007-2014 komoditas kertas Indonesia dengan kode HS 4802 jenis

printing and writing paper pada 18 negara tujuan OKI pilihan. Variabel bebas yang digunakan adalah variabel GDP riil Indonesia dan GDP negara tujuan (LnGDPRT), harga ekspor (LnHPT), populasi negara tujuan (LnPOP), nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar (LnERID) dan variabel jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan (LnJE). Sumber informasi lain yang terkait dengan penelitian diperoleh dari literatur, buku teks, jurnal tertulis, media massa, maupun media elektronik (internet) juga disebutkan dalam daftar pustaka.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kuantitatif. Analisis metode kuantitatif dilakukan dengan analisis data panel menggunakan perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic

(EPD) dan Gravity Model. Pada penelitian ini, untuk menganalisis keunggulan komparatif menggunakan metode pengolahan data RCA. Metode ini digunakan untuk menganalisis dan mengukur posisi daya saing komoditi kertas Indonesia di negara anggota OKI Importir. Analisis EPD digunakan untuk menganalisis posisi dayasaing komoditi atau barang pada suatu negara berdasarkan performa keunggulan kompetitif ekspor yang dimiliki dalam komoditi atau barang tersebut. Analisis data panel menggunakan gravity model dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Indonesia ke negara-negara anggota OKI. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan bantuan software

atau perangkat lunak Microsoft Excel 2013 dan Eviews 6. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

(34)

22

suatu produk ekspor yang diteliti dengan nilai jumlah seluruh produk yang diekspor negara tersebut dan dibagi dengan perbandingan ekspor dunia dari produk komoditas yang diteliti dan ekspor seluruh produk dunia ke negara tersebut. Jika persentase jumlah ekspor produk negara tersebut lebih besar dari pangsa ekspor dunia, maka negara pengekspor tersebut memiliki keunggulan komparatif pada komoditas itu. Negara pembanding dihitung dalam perbandingan untuk melihat kemampuan Indonesia dalam kemampuan daya saing ekspor. Terdapat beberapa peubah yang digunakan untuk menghitung daya saing komoditas dengan menggunakan metode RCA, berikut merupakan bentuk rumus perhitungan metode tersebut:

(3) Dimana:

Xi : Nilai ekspor komoditas kertas Indonesia ke negara OKI importir Xt : Nilai total ekspor seluruh komoditas Indonesia ke negara OKI importir Wi : Nilai ekspor komoditas kertas dunia ke negara OKI importir

Wt : Nilai total ekspor seluruh komoditas Indonesia ke negara OKI importir Dari hasil perhitungan melalui metode RCA ditarik kesimpulan, apabila nilai RCA lebih besar dari 1 maka dinyatakan komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif dan saya saing kuat dalam persaingan pasar ekspor kertas ke negara OKI. Nilai RCA yang kurang dari satu menyatakan bahwa komoditas tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif atau memiliki daya saing yang kurang.

Analisis Export Product Dynamic (EPD)

Metode EPD adalah perhitungan kuantitatif yang digunakan untuk mencari nilai keunggulan kompetitif suatu komoditas yang diekspor negara ke pasar internasional serta melihat pertumbuhan nilainya dalam bentuk pergerakan yang dinamis. Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk pada pasar negara tujuan ekspor. Informasi kekuatan bisnis diukur bedasarkan pertumbuhan market share produk negara itu pada pasar negara tujuan. Kombinasi perhitungan dari dari kedua variabel tersebut menghasilkan karakter posisi pasar produk yang terbagi atas empat kategori. Dengan menggunakan analisis EPD maka dapat terlihat apakah suatu produk memiliki tujuan yang kontinu (dinamis) atau tidak. Keempat kategori itu adalah rising star, falling star, lost opportunity, dan retreat (Esterhuizen 2006). Berikut gambaran matriks posisi pasar bedasarkan analisis EPD:

Y

X

(35)

Dimana :

Sumbu X : peningkatan pangsa ekspor produk di negara tujuan tertentu Sumbu Y : peningkatan pangsa pasar suatu produk di perdagangan dunia

Tabel 5 Kategori posisi pasar Share Product in

World Trade

Share of Country’s Export Product in World Trade

Falling (Non-Competitive)

Rising (Competitive)

Rising (Dynamic) Lost Opportunity Rising Star

Falling (Stagnant) Retreat Falling star

Terdapat masing-masing intrepretasi yang menggambarkan kondisi yang ada pada keempat kategori diatas. Rising star merupakan posisi paling ideal yang menggambarkan suatu negara meraih pangsa pasar yang tinggi dan produk diindikasikan memilki pertumbuhan kuantitas dengan cepat. kategori lost opportunity merupakan posisi yang paling tidak diinginkan karena posisi ini menunjukkan suatu negara kehilangan kesempatan meraih pangsa pasar pada produk yang dinamis. Posisi falling star juga kategori yang tidak diinginkan, namun posisi ini tidak seburuk dibandingkan dengan lost opportunity. Hal ini dikarenakan pada posisi tersebut pasar mengalami peningkatan meskipun tidak terjadi pada produk yang dinamis. Sementara itu posisi Retreat merupakan kondisi produk sudah tidak diinginkan lagi oleh pasar dan memiliki permintaan produk yang negatif, sehingga pergerakan produk beralih pada produk yang dinamis (Rahmadhini 2015). Berikut rumus perhitungan dalam mencari posisi matriks kedua sumbu tersebut :

Sumbu X : pertumbuhan kekuatan bisnis

Sumbu X = (4)

Sumbu Y : pertumbuhan daya tarik pasar

Sumbu Y = (5)

Dimana:

Xi : Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara OKI importir Wi : Nilai ekspor produk i dunia negara OKI importir

Xd : Nilai total ekspor Indonesia ke negara OKI importir Wd : Nilai total ekspor dunia ke negara OKI importir T : Jumlah tahun analisis

Gravity Model

(36)

24

(6) Dimana :

Fij : Interaksi perdagangan antar dua negara

Mi : Ukuran ekonomi untuk negara eksportir (GDP)

Mj : Ukuran ekonomi untuk negara importir (GDP)

Dj : Jarak ekonomi kedua negara

G : Konstanta

Model gravitasi ekonomi juga menguji peran jarak ekonomi yang merupakan representasi biaya transportasi terhadap perdagangan suatu komoditi (Vido dan Prentice 2013). Setelah membentuk persamaan standar tersebut, konstanta G diubah menjadi bagian dari βo dan juga menggunakan GDP sebagai ukuran ekonomi. Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut diubah kedalam model linier sebagai konsep dari ekonometrika yang mengarahkan pada bentuk yang lebih umum dari gravity model.

Selain itu faktor-faktor lain yang pada ekspor dalam model tersebut dari ukuran ekonomi negara eksportir (Mi) dan dari sisi ukuran ekonomi negara importir (Mj) menjadi beberapa variabel independen yakni variabel nilai tukar, variabel GDP riil negara asal dan negara tujuan, variabel harga komoditas, dan variabel populasi negara tujuan ekspor. Kemudian variabel dependennya adalah nilai ekspor komoditas produk yang diteliti di negara tujuan. Sehingga estimasi model secara lengkap bisa dirumuskan sebagai berikut:

(7)

Dimana:

EKSit : Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara tujuan (US$)

NTit : Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap Rupiah

GDPIt : GDP riil Indonesia pada tahun ke-t (US$)

GDPJit : GDP riil negara tujuan ekspor pada tahun ke-t (US$)

HEit : Harga ekspor komoditas pada tahun ke-t (US$)

JEit : Jarak ekonomi antar negara Indonesia dan negara tujuan

POJit : Populasi negara tujuan ekspor pada tahun ke-t

eit : error term

β : intercept

βn : slope (n= 1, 2, ...)

Pemilihan Model Panel Data Melalui Uji Kesesuaian

Salah satu bentuk struktur data yang sering digunakan pada studi ekonometrika adalah jenis data panel. Metode data panel adalah struktur pengolahan data yang memiliki gabungan bentuk time series dan cross section.

(37)

data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect model), dan model efek acak (random effect model). Pendekatan FEM dan REM dibedakan bedasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas regressor.

Pooled Least Square (PLS)

Pendekatan pertama menggunakan pendekatan kuadrat terkecil, metode ini menggunakan gabungan dari seluruh data cross section dan time series (pooled) yang dilihat pada pendugaan, sehingga akan terlihat N (jumlah unit) x T (periode waktu) observasi. Pada setiap observasi terdapat regresi sehingga datanya berdimensi tunggal. Dengan menggunakan pooling seluruh observasi sebanyak N dan T, maka dapat dirumuskan fungsi dari pooled sebagai berikut:

(8) Dimana :

: variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i : intersep yang berbeda antara unit cross section

: variabel independen i di waktu t : parameter variabel ke i

: error term di waktu t untuk unit cross section

Dengan menggunakan semua unit N x T maka akan meningkatkan derajat bebas sehingga akan memberikan hasil estimasi yang lebih efisien. Akan tetapi pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias. Model ini mengasumsikan slope koefisien dari dua variabel adalah identik untuk semua unit cross section, sehingga PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama atau sebaliknya.

Fixed Effect Model (FEM)

Model ini didapatkan ketika peubah-peubah dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep pada cross section dan time series. Ada korelasi antara efek individu dan peubah penjelas dengan Xit yang memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Berikut dua tipe yang ada pada FEM:

o Untuk komponen one way error : (9) o Untuk komponen two way error : (10) o

Random Effect Model (REM)

Model ini muncul ketika tidak ada korelasi antara efek individu dan regressor. Asumsi tersebut membuat komponen error dari efek individu dan waktu akan dimasukan ke dalam error, berikut perumusannya:

o Untuk komponen one way error : (11)

o Untuk komponen two way error : (12)

Uji Kesesuaian Model

(38)

26

1. Kriteria Pemilihan Model terbaik (Uji Statistik)

Dalam memilih model terbaik diantara 3 jenis model tersebut, maka dilakukan pengujian statistika terhadap data panel. Uji kesesuaian model statistik menggunakan 3 teknik yaitu Uji chow, Uji Hausman, Uji LM.

A. Uji Chow

Pengujian F statistik melalui uji Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara Pooled least squares dengan fixed effect. Hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut :

: Model Pooled least squares

: Model Fixed effect

B. Uji Hausmann

Hausman test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih model terbaik menggunakan model fixed effect atau random effect. Dengan menggunakan model fixed effect, adanya penambahan peubah dummy

ke dalam model akan mengurangi besar derajat bebasnya (degree of freedom). Dalam Hausman test hipotesa nol (Ho) yang akan diuji sebagai berikut:

: Model Random Effect

: Model Fixed Effect

C. Uji Langrange Multiplier (LM) atau The Breusch Pagan

Uji LM merupakan pengujian untuk memilih model terbaik antara Random Effects Model (REM) dan Pooled Least Square (PLS). Hipotesis pada pengujianini adalah sebagai berikut :

: Pooled Least Square

: Random Effects Model

Dasar penolakan terhadap pengujian dapat diperoleh dengan menggunakan hitung statistika terhadap Chi-squared. Apabila hasil statistika uji LM lebih besar dari tabel Chi-squared, maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol, sehingga dapat dikatakan model yang terbaik adalah Random Effects Model

(REM).

2. Kriteria Ekonomi

Uji kesesuaian kriteria ekonomi melihat tanda dan besaran dari tiap koefisien dugaan yang telah diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori ekonomi yang menjadi dasar penelitian (Rahmadhani 2015).

3. Kriteria Ekonometrika (uji asumsi klasik) A. Uji Heteroskedastisitas

(39)

B. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas menyebabkan R-Squared tinggi, tetapi sedikit koefisiennya yang nyata bahkan tanda hubungan dapat terbalik. Cara mendeteksinya dengan Spearman’s Rho Correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0.8 maka dapat dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas.

C. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan dengna cara membandingkan Durbin Watson (DW) hasil estimasi dengan DW tabel. Jika nilai DW berada pada area non-autokorelasi mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah autokrelasi.

D. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi error term apakah sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Cara mendeteksi uji normalitas ini ialah degan melihat nilai probabilitas yang dihasilkan. Jika nilai probabilitas lebih dari taraf nyata (5%) maka dapat dinyatakan bahwa model tersebut menyebar normal.

Definisi Operasional Variabel

1. Nilai ekspor (ribu US$) adalah nilai ekspor komoditas kertas Indonesia ke 18

negara OKI importir utama.

2. GDP riil (US$) adalah nilai produksi barang dan jasa berdasarkan harga

konstan atau harga yang hanya berlaku pada tahun dasar. GDP riil menggambarkan kuantitas atau tingkat produksi barang dan jasa yang berubah dari waktu ke waktu dan merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui tingkat produksi barang dan jasa dari suatu perekonomian (Mankiw, 2008).

3. Nilai tukar riil adalah suatu nilai di mana seseorang dapat memperdagangkan

barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw, 2008). Nilai tukar riil yang dipakai merupakan perhitungan antara nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang negara importir, data ini diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

4. Harga ekspor (US$) merupakan harga atas komoditas pada satuan besaran

tertentu di pasar dunia pada kurun waktu penelitian, data ini diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

5. Jarak ekonomi (Km/GDP) menjadi variabel utama dalam aliran perdagangan

gravity model. Jarak ekonomi merupakan pendekatan yang mewakili biaya transportasi, dinyatakan dalam bentuk kilometer. Data jarak ekonomi diubah dalam logaritma natural (ln).

6. Populasi (jumlah manusia) adalah total jumlah penduduk yang ada di negara

Gambar

Gambar 1 Pertumbuhan total volume ekspor Indonesia ke negara OKI 2011-2014
Tabel 1  Data 10 Negara Produsen Kertas Terbesar Dunia (Jenis Writting and Printing Paper) Tahun 2011-2014
Tabel 2  Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto atas dasar Harga Konstan (2000) menurut lapangan usaha pada tahun 2011-2014
Tabel 3  Data 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Komoditas Kertas Indonesia 2010-2014 (ragam jenis olahan kertas)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang mendukung adalah yang dilaksanakan oleh Pare, Amiruddin dan Leida (2012), yang menemukan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam film "Alangkah Lucunya (Negeri Ini)" , maka dapat penulis simpulkan

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari menyebarkan kuisioner kepada konsumen yang telah melihat tayangan iklan Yamaha Jupiter MX

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa untuk Rasio Likuiditas dan Rasio Keuntungan mampu memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang pada perusahaan Farmasi

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh dapat penulis simpulkan bahwa, interaksi sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang dinamis baik dilakukan oleh perorangan maupun

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

[r]

114 CIBITUNG SINDANGKERTA 03 AHMAD SAEPUDIN L KP.TAMANSARI.. 115 CIBITUNG SINDANGKERTA 03 OPIK