PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Oleh
KHAIRANI FITRI 127032069/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF LECTURING METHOD COUNSELING ABOUT THE DANGER OF DRUGS ON THE STUDENTS’ KNOWLEDGE
AND ATTITUDE AT SMA RAKSANA, MEDAN, IN 2014
THESIS
BY
KHAIRANI FITRI 127032069/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
KHAIRANI FITRI 127032069/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA RAKSANA MEDAN
TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Khairani Fitri Nomor Induk Mahasiswa : 127032069
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Telah diuji
Pada Tanggal : 3 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2014
Khairani Fitri
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang terjadi di kalangan remaja adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat dan berdasarkan survei Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 90% penyalahguna narkoba coba pakai adalah kalangan pelajar/mahasiswa. Penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Salah satu hal yang menyebabkan pelajar/mahasiswa menyalahgunakan narkoba adalah kurangnya informasi tentang bahaya narkoba. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba adalah melalui penyuluhan dengan metode ceramah.
Penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan static group comparison experimental design yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Raksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana sebanyak 383 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswa diberikan perlakuan dan 20 siswa tidak diberikan perlakuan atau dijadikan kelompok kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis dengan uji
paired samples t-test pada taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswi dengan nilai p untuk pengetahuan 0,001 dan untuk sikap 0,001.
Disarankan kepada para guru untuk memberikan edukasi kepada siswa bahaya narkoba. Kepada pihak sekolah membentuk organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menghindari bahaya narkoba dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam memberikan edukasi secara rutin tentang bahaya narkoba.
ABSTRACT
One of the problems of adolescent is drug abuse which keeps increasing from year to year. Based on the result of survey conducted by the National Narcotics Board (BNN) about 90% of drug abuse occurred among the students and it brings negative influence on the continuity of national development. One of the factors causing the students to get involved in drug abuse was less of information about the danger of drug. One of the efforts that can be done to give the information about the danger of drug is through extension with lecturing method
The purpose of this quasi experimental study with static group comparison experimental design was to explain the impact of extension with lecturing method on the danger of drug on the knowledge and attitude of the students SMA Raksana. The population of this study was all of 383 students of SMA Raksana and 40 of them were selected to be the samples for this study comprising 2 groups, 20 students for treatment group and 20 students for control group. The data for this study were obtained in April 2014 through questionnaire distribution and analyzed through paired sample t-test level of confidence 95%.
The result of this analysis showed that the extension on danger of drug had influence on the attitude (p=000,1) and knowledge (p=000,1) of the students. The teachers are suggested to provide the students with education on drug. School management is suggested to establish an organization to increase the students’ creativity in avoiding the danger of drug and to cooperate with the National Narcotics Board (BNN) in providing in routine education on the danger of drug.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014”
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan,
bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu
izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga
terselesaikannya tesis ini.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M sebagai komisi penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Drs. Eddy Syahrial, M.S sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
8. Dosen dan staf Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
9. Kepala sekolah, guru dan staff SMA Raksana Medan yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Raksana Medan.
10. Petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Utara yang
telah meluangkan waktu untuk menjadi pembicara pada kegiatan penyuluhan di
SMA Raksana Medan.
11. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis
Ayahanda Alm. Chalid dan ibunda Almh. Rasidah tercinta atas restunya yang
pendidikan tinggi seperti harapan dan keinginan kedua orangtua penulis yang
selama hidup memberi motivasi, nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang serta
doa yang tak bisa penulis balas dalam bentuk apapun. Hanya doa yang tulus buat
ayahanda dan ibunda yang bisa penulis panjatkan semoga Allah memberi tempat
yang terbaik buat ayahanda dan ibunda tercinta.
12. Terimakasih yang tak terhingga penulis untuk almarhum ayahanda mertua dan
ibunda mertua yang telah memberi dorongan moril, nasehat dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
13. Terimakasih buat kakakku tercinta Nuraisyah, abang-abangku serta adikku
Afriani atas segala perhatian, kasih sayang dan motivasi serta doanya.
Terimakasih banyak telah menjadi motivator yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
14. Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis curahkan kepada suami tercinta
Hadi Sucipto, SE dan anak-anak tersayang Khairida Nurul Hadi, Shafira Amalia
Hadi, M. Rizki Triashadi dan M. Reza Saptahadi yang telah turut memberikan
doa dan cinta serta sabar karena kehilangan banyak waktu bersama dalam
masa-masa menempuh pendidikan ini dan banyak sekali memberikan motivasi serta
dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.
15. Buat Ibunda Amriani, Free Agustina, Syarifah Rina, Sari Emma, Suliani, Sity
Sufatmi, Bertha, Karmila dan Arif Kristian Lawolo yang telah penulis sebagai
adik sendiri serta rekan-rekan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
mengajarkan penulis arti kekeluargaan, tanggung jawab dan kepedulian.
Terimakasih banyak atas segala kebersamaan dan waktu yang diberikan kepada
penulis selama perkuliahan sampai tesis ini selesai.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Juni 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Khairani Fitri lahir pada tanggal 2 Januari 1970 di Medan dari pasangan
ayahanda Alm. Chalid dan ibunda Almh. Rasidah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di sekolah Dasar Negeri
Harhanud Medan selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Medan
selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Medan selesai tahun1989, S1
Program Studi Farmasi Fakultas MIPA USU Medan selesai tahun 1995, Profesi
Apoteker Fakultas MIPA USU Medan selesai tahun 1998.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan akan menyelesaikan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Hipotesis ... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAU PUSTAKA ... 11
2.1. Penyuluhan ... 11
2.1.1. Definisi Penyuluhan ... 11
2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi ... 14
2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi ... 17
2.1.4. Efek Komunikasi ... 21
2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan ... 24
2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan ... 28
2.1.7. Penyuluhan Narkoba ... 32
2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah ... 35
2.2. Narkoba ... 37
2.2.1. Definisi Narkoba ... 37
2.2.2. Jenis-jenis Narkoba ... 37
2.2.3. Bahaya Narkoba ... 47
2.2.4. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 48
2.2.5. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba ... 50
2.3. Pengetahuan ... 51
2.4. Sikap ... 53
2.5. Landasan Teori ... 54
BAB 3. METODE PENELITIAN... 57
3.1. Jenis Penelitian ... 57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58
3.3. Populasi dan Sampel ... 58
3.3.1. Populasi ... 58
3.3.2. Sampel ... 58
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 60
3.4.1. Data Primer... 60
3.4.2. Data Sekunder ... 60
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60
3.4.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 62
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 64
3.5.1. Variabel ... 64
3.5.2. Definisi Operasional ... 64
3.6. Metode Pengukuran ... 64
3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 65
3.7.1. Pengolahan Data ... 65
3.7.2. Analisis Data ... 65
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 67
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67
4.2. Karakteristik Responden ... 68
4.3. Analisis Univariat ... 69
4.3.1. Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba ... 69
4.3.2. Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba ... 78
4.4. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Postest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ... 92
4.5. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 94
4.5.1. Pengetahuan ... 94
4.5.2. Sikap ... 94
BAB 5. PEMBAHASAN ... 96
5.1. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan Responden ... 96
5.2. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Sikap Responden ... 100
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103
6.1. Kesimpulan ... 103
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Komunikasi S-M-C-R ... 56
2.3. Kerangka Konsep Penelitian... 56
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Keadaan Siswa di SMA Raksana Medan ... 58
3.2. Jumlah Sampel Masing-masing Kelas ... 59
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas,
Umur dan Jenis Kelamin ... 68
4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba
pada Kelompok Perlakuan ... 69
4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba
pada Kelompok Kontrol ... 75
4.4. Distribusi Hasil Skor Pretes dan Postes Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 77
4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada
Kelompok Perlakuan ... 79
4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada
Kelompok Kontrol ... 86
4.7. Distribusi Hasil Pretes dan Postes Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Siswa
SMA Raksana Medan ... 90
4.8. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 92
4.9. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Postest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 93
4.10. Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan
4.11. Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Sikap Siswa
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang terjadi di kalangan remaja adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat dan berdasarkan survei Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 90% penyalahguna narkoba coba pakai adalah kalangan pelajar/mahasiswa. Penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Salah satu hal yang menyebabkan pelajar/mahasiswa menyalahgunakan narkoba adalah kurangnya informasi tentang bahaya narkoba. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba adalah melalui penyuluhan dengan metode ceramah.
Penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan static group comparison experimental design yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Raksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana sebanyak 383 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswa diberikan perlakuan dan 20 siswa tidak diberikan perlakuan atau dijadikan kelompok kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis dengan uji
paired samples t-test pada taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswi dengan nilai p untuk pengetahuan 0,001 dan untuk sikap 0,001.
Disarankan kepada para guru untuk memberikan edukasi kepada siswa bahaya narkoba. Kepada pihak sekolah membentuk organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menghindari bahaya narkoba dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam memberikan edukasi secara rutin tentang bahaya narkoba.
ABSTRACT
One of the problems of adolescent is drug abuse which keeps increasing from year to year. Based on the result of survey conducted by the National Narcotics Board (BNN) about 90% of drug abuse occurred among the students and it brings negative influence on the continuity of national development. One of the factors causing the students to get involved in drug abuse was less of information about the danger of drug. One of the efforts that can be done to give the information about the danger of drug is through extension with lecturing method
The purpose of this quasi experimental study with static group comparison experimental design was to explain the impact of extension with lecturing method on the danger of drug on the knowledge and attitude of the students SMA Raksana. The population of this study was all of 383 students of SMA Raksana and 40 of them were selected to be the samples for this study comprising 2 groups, 20 students for treatment group and 20 students for control group. The data for this study were obtained in April 2014 through questionnaire distribution and analyzed through paired sample t-test level of confidence 95%.
The result of this analysis showed that the extension on danger of drug had influence on the attitude (p=000,1) and knowledge (p=000,1) of the students. The teachers are suggested to provide the students with education on drug. School management is suggested to establish an organization to increase the students’ creativity in avoiding the danger of drug and to cooperate with the National Narcotics Board (BNN) in providing in routine education on the danger of drug.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari
kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang
cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai
perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik
dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang
lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual
dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005:15).
Salah satu konflik yang paling besar terjadi di kalangan remaja adalah
penyalahgunaan narkoba, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya.
Penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat,
sementara fenomena narkoba itu sendiri bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang
tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak atau di bawah
permukaan laut (Hawari, 2001:6).
Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di dunia
sungguh luar biasa dahsyat. Berdasarkan data dari Word Drugs Report yang
dikeluarkan oleh United Nations Office on Drug and Crime (UNODC) menunjukkan
bahwa setiap tahunnya negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1.000 ton heroin,
(ATS). Selain itu jumlah current users di seluruh dunia pada tahun 2005/2006
diperkirakan mencapai sekitar 200 juta orang dan pada tahun 2006/2007 meningkat
menjadi 208 juta orang dan terus akan meningkat. Dengan fakta ini, maka
diperkirakan tingkat pertumbuhan penyalahgunaan narkoba di dunia mencapai 4 %
per tahun. Kemudian diperkirakan antara 155 sampai dengan 250 juta orang (3,5 s/d
5,7% dari penduduk yang berumur 15-64 tahun) menggunakan narkoba minimal
sekali dalam setahun (BNN Sumatera Utara, 2013:9)
Menurut laporan UNODC pada tahun 2013 menyatakan 149 sampai 272 juta
penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali
dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta
penduduk dunia dengan prevalensi sebesar 2,8%-4,5% (UNODC, 2013:16).
Dalam lingkup Asia Tenggara, semua negara ASEAN telah mengakui adanya
masalah yang mereka hadapi terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Asia tenggara
memiliki potensi besar untuk menjadi lahan subur penyalahgunaan narkoba
dikarenakan adanya segitiga emas penghasil dan penyalur gelap narkoba di wilayah
ini yang terdiri dari Myanmar, Kamboja, dan Thailand yang memungkinkan distribusi
produk narkotika melalui media transport darat, laut, maupun udara ke semua negara
di wilayah ini, tak luput juga Indonesia (BNN Sumatera Utara, 2013:13)
Demikian halnya di Indonesia, kasus penyalahgunaan narkoba meningkat
dengan cepat. Meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya,
Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang
dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus narkoba meningkat dari
sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau
meningkat 28,9% pertahun. Berdasarkan hasil survei BNN bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memperkirakan prevalensi
penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia
berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010 prevalensi tersebut diproyeksikan naik
menjadi 2,21% dan tahun 2015 naik menjadi 2,8% atau setara dengan 5,1-5,6% juta
orang (BNN, 2011:18).
Seluruh provinsi di Indonesia tidak ada yang bersih dari kasus narkoba.
Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi terbesar ketiga pengguna narkotika dan zat
adiktif lain di Indonesia setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pada tahun tahun
2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk.
Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan
jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun
2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka (BNN Sumatera Utara, 2013:15).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Polda Sumut diketahui bahwa pada
tahun 2012 jumlah tersangka kasus narkoba sebanyak 3.237 tersangka. Angka ini
meningkat pada tahun 2013 menjadi 4.209 tersangka. Dari data tersebut juga
diketahui bahwa kota Medan menduduki peringkat pertama dengan jumlah 886
tersangka pada tahun 2012 dan 1.318 tersangka pada tahun 2013 (Dit Res Narkoba
didapatkan oleh kepolisian resort kota Medan sektor Medan baru dan 4 tersangka
merupakan pelajar dan mahasiswa (Kepolisian Resort Kota Medan Sektor Medan
Baru, 2014). Hasil temuan BNN provinsi Sumatera Utara tahun 2013 diketahui
diantara 525 siswa yang di test urinenya, 21 diantaranya terindikasi menggunakan
narkoba (BNN, 2014).
Hasil survei BNN diperkirakan jumlah penyalahguna coba pakai sekitar 807
ribu sampai 938 ribu orang, dimana sekitar 90%-nya adalah kelompok
pelajar/mahasiswa. Pada tahun 2008 diperkirakan terdapat sebanyak 16.9 juta
pelajar/mahasiswa. Sekitar 4.6% dari total jumlah pelajar/mahasiswa diperkirakan
menyalahgunakan narkotika dan zat adiktif lain. Disamping itu, hasil survei juga
menunjukkan bahwa usia pertama kali pakai narkotika dan zat adiktif pada usia 16-18
tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA). Pada usia ini, didapati remaja mendapat tekanan begitu besar
baik dari kelompok pergaulannya (peer group), rasa keingintahuan atau coba-coba,
serta rasa ego yang mendorong untuk pakai narkotika dan zat adiktif (BNN,
2008:15).
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan
membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila
masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan
hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba,
muda (remaja) merupakan usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus,
karena pada posisi ini, taraf pencarian jati diri dan cenderung masih bersifat labil.
Pola pikir kaum muda kadang kala hanya bersifat instan, dan mencari yang termudah
mana kala menghadapi sesuatu yang sulit. Walaupun semua kecenderungan itu
wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba (Soetjiningsih, 2007:3).
Ada beberapa faktor sebagai penyebab atau yang mempengaruhi perilaku
seorang remaja, diantaranya : faktor pertemanan, perkembangan teknologi informasi,
pengaruh budaya, gaya hidup hedonis. Beberapa faktor itulah sebagai pemicu dalam
setiap pola hidup maupun dasar pemikiran seseorang, termasuk dalam hal
penyalahgunaan narkoba. seringkali seorang anak muda terjebak kedalam lembah
hitam narkoba hanya karena faktor pertemanan sehingga memunculkan keinginan
coba-coba. Jika di analisa pengaruh teman sebaya menjadi metode paling ampuh
untuk urusan peredaran gelap narkoba (BNN, 2013:6).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Afiatin (2008:15) bahwa ada beberapa
alasan yang menyebabkan banyaknya remaja terjerumus ke dalam bahaya narkoba.
Pertama, karena dorongan ingin tahu, kedua keadaan keluarga yang tidak kondusif
atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai resiko relatif anak/ remaja yang
kurang perhatian dari orang tuanya cenderung terlibat kedalam bahaya
penyalahgunaan narkoba. Ketiga, besarnya pengaruh teman, Umumnya asal mula
seseorang memakai narkoba adalah karena bujukan teman. Bujukan teman bisa
yang berada dilingkungan sekolahnya. Penolakan terhadap tekanan ini sering
mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hal ini membuat remaja menjadi
merasa tidak memiliki pergaulan, akibatnya remaja harus mengikuti bujukan teman
dan terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba.
Fenomena di atas jelas menggambarkan akan adanya bahaya bagi
kelangsungan pembangunan nasional apabila generasi penerus bangsa menjadi rusak
karena penyalahgunaan narkoba. Apabila seorang pelajar menyalahgunakan narkoba
maka akan sangat merugikan bagi dirinya sendiri karena sering tertidur di kelas, tidak
dapat mengikuti pelajaran dengan kontinu dan sering bolos sekolah, sehingga banyak
penyalahguna narkoba menjadi putus sekolah dan akhirnya mereka merasa tidak
punya harapan akan masa depan. Jika dibiarkan berlanjut penyalahguna narkoba akan
menjadi beban keluarga yang sangat berat, dan berdampak kepada masyarakat dan
negara (BNN, 2013:34)
Menurut Rahayuwati (2004:23) pada siswa di sekolah, teman merupakan
orang yang tepat untuk berbagi informasi tentang narkoba, namun hampir
keseluruhan siswa tidak mendapat informasi yang memadai padahal sekolah
merupakan tempat yang tepat untuk memberikan informasi tentang narkoba untuk
menghindari siswa dari penyalahgunaan narkoba. Sekolah adalah lembaga yang
sangat penting dalam upaya pencegahan narkoba, mengingat pemakainya sebagian
besar usia remaja yang masih menjadi seorang pelajar. Berdasarkan permasalahan
kalangan pelajar melalui Anti Drugs Compaign Goes To School dalam rangka
membentengi generasi penerus bangsa dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
Upaya perubahan perilaku sehat telah dilaksanakan melalui program
Pendidikan Kesehatan (Health Education) atau Promosi Kesehatan. Promosi
Kesehatan kemudian dilakukan dalam bentuk kegiatan Penyuluhan. Penyuluhan
merupakan metode pendididkan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat dalam upaya kesehatan, sesuai dengan sosial budaya setempat. Upaya
penyuluhan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode ceramah
dan metode lainnya. Pada metode ceramah peran komunikator sebagai sumber pesan
sangat penting. Selain metode, penggunaan media seperti media cetak seperti leaflet,
ataupun elektronik seperti pemutaran video, maupun media ruang sangat mendukung.
Dalam hal ini media digunakan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap
perubahan perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007).
Pilihan terhadap remaja sebagai target sasaran penyuluhan, didasari pada
asumsi bahwa secara psikologis karakteristik kepribadian remaja bersifat labil. Oleh
karenanya dalam rangka merubah persepsi yang keliru tentang narkoba perlu dicegah
dengan pemberian informasi tentang narkoba. Adapun tujuan dari sadar cegah
narkoba di kalangan remaja ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman remaja terhadap narkoba dan bahaya penyalahgunaannya, serta
dalam membentengi diri, lingkungan, pergaulan dari bahaya penyalahgunaan narkoba
(Depkes, 2006).
Penyuluhan narkoba merupakan salah satu program kegiatan yang sering
dilakukan oleh BNN. BNN merupakan suatu badan non kementrian yang bertugas
untuk mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Upaya yang dilakukan
untuk melaksanakan tugas yang diemban antara lain dengan melakukan
pemberdayaaan dengan membentuk kader-kader pemberantasan penyalahgunaan
Narkoba dan juga melakukan berbagai penyuluhan tentang bahaya narkoba (BNN
Provinsi Sumatera Utara, 2013 : 5).
SMA Raksana Medan merupakan salah satu sekolah yang berada di Kota
Medan. Berdasarkan informasi yang didapat dari kantor BNN Provinsi Sumatera
Utara diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang berada di
daerah rawan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Hal ini disebabkan karena di
sekitar sekolah tersebut adalah kuburan atau dikenal masyarakat dengan sebutan
“Kampung Kubur” yang sering dijadikan sebagai tempat transaksi narkoba dan
tempat tongkrongan remaja. Kondisi ini diperburuk karena di lingkungan tersebut ada
tempat pelacuran yang beroperasi sampai pagi hari. Lingkungan SMA Raksana
Medan tersebut menjadikan siswa SMA Raksana Medan mempunyai resiko besar
untuk terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala SMA Raksana Medan diketahui bahwa pernah ada siswa
staff BNN dan kepala sekolah juga diketahui bahwa belum pernah dilakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba di sekolah ini.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya
narkoba untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh penyuluhan tentang bahaya narkoba terhadap
pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014.
1.2 Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Raksana Medan mempunyai resiko besar untuk terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba sehingga
peneliti ingin mengetahui “bagaimana pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah
tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan
Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dengan
metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penyuluhan dengan
metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA
Raksana Medan Tahun 2014
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
masukan dalam perencanaan program pencegahan dan penanganan narkoba
secara lebih komprehensif dan integratif.
2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
masukan dalam pembuatan kebijakan dalam mencegah dan menangani narkoba
di lingkungan sekolah.
3. Sebagai masukan bagi pihak sekolah SMA Raksana dalam penanganan dan
pencegahan siswa mengonsumsi narkoba.
4. Sebagai informasi yang dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan
2.1.1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk
menerangi keadaan gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan
dimaksudkan untuk memberikan penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang
disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.
Clear dalam Mundakir (2006 : 56) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan
pendidikan khusus dalam memecahkan masalah (problem solving) yang berorientasi
pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi,
tetapi tidak mealakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program
yang non edukatif.
Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang
kesehatan. Dalam Depkes (2008 : 1) diungkapkan beberapa definisi penyuluhan
kesehatan seperti di bawah ini :
a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan
pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan
perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh
seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus
yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau
menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan
tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara
mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku
tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.
b. Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari
program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan
untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang
dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk
dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah
mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan
datang.
c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi
pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku
yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran
dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai
kombinasi pengalaman belajar.
d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang
adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan di dalam kesehatan
dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.
e. UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan
kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi.
Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah
adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh
melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut
adalah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.
b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan
demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya
makna kesehatan dan berperilaku sehat.
c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana
2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap komunikator dalam
melakukan komonikasi. penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar
komunikasi yang dilakukan menjadi lebih efektif. Komunikasi dikatakan efektif,
apabila terdapat perubahan sikap pada subjek penerima pesan sesuai dengan
kehendak komunikator (Depkes, 2008:107).
a. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek penerima pesan.
Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi sebagai penjual. Ini
berarti ia harus dapat memasarkan pesan atau gagasan kepada subjek penerima
pesan. Apabila penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima
pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti komunikator gagal sebagai
penjual. Oleh karenanya penjual harus dapat menguasai taktik penjualan.
Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek penerima pesan dalam
komunikasi adalah pengakuan terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini
bertitik tolak dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai harga
diri. Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam komunikasi
pengakuan terhadap harga diri subjek penerima pesan sangat penting. Sebaliknya
apabila harga diri penerima pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka
dapat dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar. Selain
pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan dalam komunikasi seorang
komunikator harus dapat mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini
terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu membangkitkan rasa ingin tahu
dari subjek penerima pesan, maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang
disampaikan oleh komunikator akan timbul.
b. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan
Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin mampu
berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan, maka
makin mudah pesan-pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek
penerima pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan, maka
penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu dengan alat-alat peraga. Dengan
penggunaan alat peraga tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar
saja, tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami sendiri
terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut bahwa
pesan-pesan tersehut perlu. Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto dalam
Depkes (2008) menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga
hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator menggunakan alat peraga
yang dapat dilihat, maka hasilnya meningkat menjadi kurang lebih 55%.
Sedangkan apabila subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya
menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka komunikasi
seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat peraga tersebut dapat berupa
alat pandang dengan seperti overhead projector (OHP), film slide projector dan
c. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti oleh subjek
menerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan
yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. Agar
pesan pesan itu mudah dimengerti oleh subjek penerima pesan, maka
komunikator melakukan hal-hal berikut :
1. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas urutan-urutannya dari
pokok ke bagian-bagian atau sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau
sebaliknya
2. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang nyata,
misalnya dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan
atau menguraikan hal-hal yang berlawanan
d. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogianya selalu diulang-ulang
Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang selalu
diulang-ulang oleh komunikator akan memudahkan subjek penerima pesan untuk
mengingat pesantersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang diulang,
tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang perlu diulang-ulang. Dengan
pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang dipandang penting oleh
komunikator akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan.
e. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogianya mempunyai nilai
guna kepada subjek penerima pesan. Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran
bahwa pesan-pesan yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek
Disamping itu pula pesan-pesan yang dianggap mempunyai manfaat oleh subjek
penerima pesan, akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan. Oleh karena
itu bagi komunikator perlu memperhatikan sampai berapa jauh kegunaan pesan
tersebut terhadap subjek penerima pesan.
2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi
Dalam Depkes (2008 :111) Ada beberapa aspek penting dalam komunikasi,
yaitu :
a. Cara Penyajian Pesan
Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut untuk
menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik mungkin. Demikian pula
dalam menyajikan pesan tersebut kepala subjek penerima pesan. Suatu pesan
akan mudah dipahami oleh subjek penerima pesan apabila penyajian pesan itu
menggunakan pola-pola tertentu.
Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam komunikasi diantaranya :
1. Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat.
Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya dari sudut sebab
akibat. Misalnya, pesan yang ingin disampaikan pesan di atas, komunikator
akan membahas, mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan dan apa
akibatnya apabila produksi pangan gagal.
2. Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang tertentu
Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas pesan-pesannya dari
produksi pangan ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan
dan lain sebagainya.
3. Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan masalah
Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama komunikasi membahas
pesannya dengan menggunakan urutan bahasan sebagai berikut :
a. Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi
b. Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan tersebut
c. Mengajukan beberapa altematif pemecahan permasalahan dengan
memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan masing-masing altematif
tersebut
d. Memilih salah satu alternatif yang terbaik
4. Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat.
Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesan-pesan dengan
bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan mengenai "Peningkatan
Produksi Pangan". Komunikator dalam menyampaikan pesan itu, memulai
dengan membahas bagaimana peningkatan produksi pangan dilakukan di
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan lain sebagainya
5. Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu
Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesan-pesan dengan
menggunakan urutan waktu. Misalnya membahas peningkatan produksi
pangan pada masa perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde
6. Penyajian yang integral
Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan
beberapa pola secara integral. Misalnya penyajian pesan menggunakan pola
pemecahan masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat.
b. Sistem Penyajian Pesan
Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan kegiatan yang harus
dilakukan oleh komunikator dalam menyajikan pesannya kepada subjek
penerima pesan. Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan
yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum menyajikan suatu pesan
kepada subjek penerima. Kelima urutan kegiatan itu adalah :
1. Persiapan
Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang akan dijadikan pesan.
Untuk itu ia harus mempersiapkan bahan tersebut dengan mencari
bahan-bahan tersebut dari tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku,
bahkan kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil pengumpulan bahan
tersebut kita catat pokok-pokoknya, sehingga fikiran kita mempunyai
kerangka yang jelas terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan.
2. Penyusunan
Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokok-pokoknya selanjutnya
kita susun dalam suatu susunan yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam
penyusunan bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek penerima
diperhatikan gaya penyampaian yang akan kita lakukan. Gaya ini penting
karena akan dapat pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek
penerima pesan.
3. Penyimpanan bahan dalam ingatan
Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka bahan-bahan itu perlu kita
simpan dalam ingatan kita. Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan
dimaksud untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan. Tetapi
walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula dibantu dengan catatan
bagian-bagian bahan yang penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat
dihilangkan, apabila komunikator, mempunyai kepercayaan terhadap diri
sendiri akan muncul, apabila komunikator menguasai isi pesan yang akan
disampaikan.
4. Tulisan
Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke papan tulis, maka
tulisan tersebut harus jelas sehingga dapat dibaca semua subjek penerima
pesan.
5. Suara
Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan harus jelas dapat
didengar oleh semua subjek penerima pesan. Demikian pula kata-kata yang
2.1.4. Efek Komunikasi
Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri
penerima (komunikan) karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan
ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi
dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan seperti yang
diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap atau perilaku, atau ketiganya.
Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan
penerima sebagai umpan balik (Wiryanto,2006:36).
Ada 4 faktor yang memengaruhi tanggapan menurut Schram dalam Wiryanto
(2006:37) yaitu: pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian
komunikan serta konteks kelompok ketika komunikan menjadi kelompoknya.
Menurut Berelson dalam Wiryanto (2006:38) bahwa berbagai jenis saluran
komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik bagi berbagai jenis orang
yang berada dalam berbagai jenis kondisi yang menimbulkan berbagai jenis efek.
Ada 5 faktor penting dalam formulasi Berelson yang dikutip Wiryanto (2006:38)
yaitu :
1. Jenis saluran komunikasi yang digunakan, dalam hal ini efektivitas komunikasi
dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat salurannya.
a. Semakin pribadi suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam
b. Semakin informal suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam
memengaruhi opini publik. Kontak-kontak pribadi yang tidak formal lebih
efektif daripada komunikasi massa yang bersifat formal.
c. Semakin khusus suatu saluran komunikasi, semakin kuat pengaruhnya atas
khalayak dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lebih umum.
d. Isi yang sifatnya reportorial (penyampaian apa adanya) umumnya lebih
efektif daripada isi yang bersifat editorial (mengandung pendapat lembaga)
atau yang bersifat interpretatif (mengandung pendapat pribadi kolumnis atau
komentator)
e. Peristiwa umumnya lebih efektif daripada kata-kata
f. Isi yang bersifat emosional cenderung lebih efektif dibandingkan dengan isi
yang bersifat rasional
2. Jenis persoalan
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini masyarakat berubah-ubah
menurut sifat persoalannya
a. Persoalan yang baru atau belum tersusun (tidak bertalian secara khusus
dengan sikap kelompok) umumnya lebih efektif, sebab untuk jenis persoalan
semacam ini publik belum memiliki kesan atau pengalaman dan karena itu
memiliki daya pengaruh.
b. Komunikasi cenderung lebih efektif bila persoalannya tidak tegas. Dalam hal
ini, relevance quotien atau intensity quotient mempunyai hubungan yang
c. Isi komunikasi yang menyangkut pribadi-pribadi umumnya lebih kuat
dibandingkan dengan argumentasi-argumentasi yang bersifat persoalan.
3. Jenis orang
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut
sifat orang atau komunikannya.
a. Semakin kuat predisposisi orang terhadap suatu persoalan semakin sulit untuk
diubah. Komunikasi massa biasanya amat efektif untuk memperkuat
predisposisi yang sudah ada daripada mengubahnya
b. Semakin sedikit pengetahuan orang tentang suatu persoalan semakin mudah
komunikasi massa memengaruhi mereka
4. Jenis kondisi
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut
sifat kondisinya.
a. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung dalam kondisi monopoli lebih
efektif dibandingkan dengan yang berlangsung dalam kondisi pesaingnya.
Agar lebih efektif, kita harus berusaha memperkecil pengaruh para pesaing
tersebut.
b. Penampilan komunikasi yang dibuat-buat, disengaja atau direncanakan sering
kurang efektif dibandingkan dengan penampilan yang dibuat seakan-akan
tanpa disengaja atau direncanakan. Keuntungan psikologisnya adalah akan
5. Jenis efek
Berdasarkan perspektif dapat dilihat beberapa efek komunikasi :
a. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek
b. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan
c. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan
d. Efek yang langsung dan efek tidak langsung
e. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja
f. Efek besar dan efek kecil
g. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan
2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes,
2008:114)
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi
1. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan
penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak
diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini
adalah metode ceramah.
b. Metode sokratik
Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang
memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat
pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas
dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi,
demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
2. Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–
pendapat tadi dilakukan kemudian.
3. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide,
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
4. Bermain peran (role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
5. Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai
5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan.
6. Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
7. Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya,
yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu.
Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang
mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat
disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga
berupa rekaman.
2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi
melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar)
dan media eletronik (televisi, radio)
3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
4. Berdasarkan indera penerima
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran
dinding, Pemutaran Film
b. Metode pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl
c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dicoba)
2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Depkes,
2008:143). Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : alat
peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide atau gagasan yang
terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan:
a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok
besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya
tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain :
- Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain
sebagainya.
- Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dan lain-lain.
- Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dan lain-lain.
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan
lain-lain.
- Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan
sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk
memengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
- Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
- Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk
topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal
yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa
hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga
kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu
mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun
psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.
Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang
informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan
instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.
d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.
- Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album
dan dokumentasi lepasan
- Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide
cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali,
dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak
- Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan
pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar,
dan kolosal.
2.1.7. Penyuluhan Narkoba
Penyuluhan narkoba adalah semua upaya secara sadar dan berencana yang
dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan,
yakni pada tingkat sebelum seseorang menggunakan narkoba, agar mampu
menghindar dari penyalahgunaannya. Sebaliknya perlu kewaspadaan dalam
memberikan informasi dalam penyuluhan tentang narkoba kepada anak dan remaja
karena dapat membangkitkan keingintahuan, lalu mencoba (Depkes, 2006:5)
Beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam penyuluhan narkoba
adalah sebagai berikut (Depkes, 2006:6) :
a. Pendekatan pemberian informasi
Model ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyalahgunaan
narkoba dan efeknya akan membawa perubahan sikap dengan menurunnya
perilaku penyalahgunaan narkoba. Umumnya informasi yang diberikan
cenderung menakut-nakuti.
b. Pendekatan edukasi afektif
Model ini ditujukan pada pengembangan interpersonal dan sosial dengan
meningkatkan :
- Pengertian tentang diri sendiri dan menerimanya melalui konseling
Pendekatan edukatif saja tidak akan berhasil, oleh karena itu upaya ini harus
dikombinasikan dengan upaya yang menekankan pada kemampuan ketrampilan
sosial dalam mengatasi tekanan dari teman sebaya.
c. Pendekatan alternatif
Model ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam tim dan meningkatkan rasa
percaya diri melalui berbagai kegiatan seperti relaksasi, meditasi, olah raga dan
pendidikan ketrampilan. Ada 3 kegiatan pada pendekatan ini, yaitu menyediakan
berbagai macam aktifitas sesuai kebutuhan, mendukung remaja untuk mengikuti
kegiatan yang positif, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
inisiatif sendiri untuk beraktifitas.
Beberapa aktifitas yang dapat diberikan pada pendekatan ini adalah aktifitas
dalam bidang hiburan, akademik, olah raga, kegiatan keagamaan, dan aktifitas
yang berhubungan dengan hobi.
d. Pendekatan ketahanan sosial
Pendekatan ini memperkenalkan situasi dimana penyalahgunaan terjadi karena
penagruh tekanan teman sebaya sangat besar. Tujuan pendekatan ini adalah
meningkatkan ketrampilan diri untuk mampu menolak tawaran narkoba, mampu
menyaakan keinginan dengan cara yang abik dan dapat diterima oleh lingkungan
dan mampu membina komunikasi yang lebih efektif dengan guru, orang tua dan
teman sebaya. Untuk ini perlu dibuat perencanaan bagaimana menghindarkan
diri dari situasi tersebut termasuk mengajarkan ketrampilan bagaimana berkata
e. Pendekatan peningkatan kemampuan
Pendekatan ini ditekankan pada interaksi diantara individu yang bersangkutan
dan lingkungannya serta penggunaan ketrampilan dalam bersosialisasi.
Tujuannya adalah mengajarkan individu untuk mengetahui bagaimana
mengendalikan masalahnya secara sistematik dalam situasi tertentu, mengajarkan
strategi untuk mengatasi stress dan kecemasan dan mengembangkan ketrampilan
asertif baik verbal maupun non verbal.
Materi penyuluhan narkoba diarahkan tidak hanya pada masalah
penyalahgunaan narkoba (bahaya dan akibatnya) tapi lebih ditujukan pada
pemahaman nilai-nilai, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan penyesuaian
diri, tanggung jawab dan pengembangan kepribadian secara menyeluruh. Penyuluhan
narkoba ini bersifat sangat spesifik, berbeda dengan penyuluhan kesehatan lainnya
(Depkes, 2006:17).
Materi pada penyuluhan pada anak remaja adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (tidak menggunakan
narkoba, rokok, alkohol dan melakukan seks pra nikah)
b. Pengetahuan dan ketrampilan interpersonal untuk mampu mengambil keputusan
dan menoak bujukan/tawaran yang merugikan kesehatan
c. Pengetahuan mengenai jenis-jenis dan bahaya narkoba
d. Stress dan cara mengatasinya
f. Ketrampilan berkomunikasi yang efektif dan asertif serta mampu membina
hubungan dengan orang lain.
g. Masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
h. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah/
lingkungan.
i. Undang-undang Narkotika dan Psikotropika
j. Nama-nama lembaga dan orang yang bergerak dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan narkoba.
2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan
paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran
penyuluhan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk
menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan
kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Murdikanto,
2008:18).
Dalam Depkes (2008:135), ceramah digunakan apabila ingin memberikan
suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun
kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan
sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan
banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5)
Menurut Kariyoso (2006:54), ceramah adalah bentuk kegiatan yang
disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu berupa satu atau berbagai masalah
yang sifatnya lebih mengandung pendidikan, penerangan dan pengajaran. Dalam
menggunakan metode ceramah seseorang harus menguasai materi dengan sistematika
yang baik serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran yang dibutuhkan.
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok
besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15
orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini
menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan
memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan,
bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi
pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang
kurang memahami (Elwees, 2004:43).
2.2. Narkoba
2.2.1. Definisi Narkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran BNN No. SE/03/IV/2002
merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh
baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan l