• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENCITRAAN

MOTION-MODE

DAN

COLOR FLOW

DOPPLER

ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN

PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR

FETUS KUCING (Felis catus)

SABRINA TRISNANDA DACHLAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

ABSTRACT

SABRINA TRISNANDA DACHLAN. Motion-mode and Color Flow Doppler Ultrasonography Imaging for Observation of Fetal Feline Cardiovascular Development. Supervised by DENI NOVIANA and HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN.

The study was conducted to examine the feline fetal heart and vascular development by optimizing M-mode and color flow Doppler imaging. Twelve queens were used in these studies which were previously mated before. The mating date was used to determine the day of gestation. Fetal heart rate was observed by using M-mode sonogram interpretation. Furthermore, the development of cardiovascular organ and blood flows was determined using color flow Doppler through the interpretation of it changes in color flows level.

M-mode and Doppler USG imaging was used to determine the development of vascular organ and fetal feline heart. The correlation between feline fetal heart rate and gestation age was shown using linear regression equation. The equation was y = 1.1023x + 218.77. Y is value of feline fetal heart rate and x is gestation age.

Vascularization in uterine artery was detected through color flow Doppler imaging at ≤ 14 days of gestation age. Color flow Doppler detected vascularization in placental and feline fetal heart at 14 days of gestation age. Vascularization of stomach in abdominal region was detected at 21-26 days of gestation age. Vascularization of aorta, cranial region (cerebrum) and extremity were detected at 27-33 days of gestation age. The color intensity of vascularization that was detected by color flow Doppler was increase along with increasing of gestation age which was 50-55 days of gestation age until parturition especially in heart and aorta.

(3)

ABSTRAK

SABRINA TRISNANDA DACHLAN. Pencitraan Motion-modedanColor Flow Doppler Ultrasonografi dalam Pengamatan Perkembangan Organ Kardiovaskular Fetus Kucing (Felis catus). Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perkembangan organ jantung dan vaskular (pembuluh darah) fetus kucing dengan menggunakan pencitraan Motion-mode (M-mode) dan color flow Doppler ultrasonography (USG). Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kucing betina yang dikawinkan terlebih dahulu kemudian dicatat tanggal kawinnya untuk penentuan hari kebuntingan. Perubahan yang terjadi diamati berdasarkan pengukuran fetal heart rate (debar jantung fetus) menggunakan M-mode dan interpretasi warna menggunakancolor flow DopplerUSG.

Ultrasonografi dapat digunakan dalam mengetahui perkembangan organ vaskular dan jantung fetus kucing melalui pencitraanM-mode danDoppler USG. Hubungan antara debar jantung fetus dengan hari kebuntingan ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi linear. Hasil persamaan yang didapat yaitu y = 1.1023x + 218.77, dengan y adalah nilai debar jantung fetus dan x adalah nilai umur kebuntingan.

Vaskularisasi pada pembuluh uteri telah terdeteksi melalui pencitraan color flow Doppler pada awal umur kebuntingan ≤ 14 hari. Color flow Doppler telah mendeteksi vaskularisasi pada plasenta dan jantung fetus pada umur kebuntingan 14 hari. Pada umur kebuntingan 21-26 hari, vaskularisasi yang terdeteksi melalui pencitraan color flow Doppler terlihat pada daerah abdomen (lambung). Vaskularisasi yang terdeteksi pada umur kebuntingan 27-33 hari melalui color flow Doppler telah mencapai aorta, daerah kepala (cerebrum), dan ekstremitas. Vaskularisasi yang terdeteksi melalui color flow Doppler mengalami peningkatan intensitas warna seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan, yaitu pada akhir umur kebuntingan 50-55 hari hingga menjelang partus khusunya pada jantung dan aorta.

(4)

PENCITRAAN

MOTION-MODE

DAN

COLOR FLOW

DOPPLER

ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN

PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR

FETUS KUCING (Felis catus)

SABRINA TRISNANDA DACHLAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(5)

Judul Skripsi : Pencitraan Motion-mode dan Color Flow Doppler Ultrasonografi dalam Pengamatan Perkembangan Organ Kardiovaskular Fetus Kucing (Felis catus)

Nama : Sabrina Trisnanda Dachlan

NRP : B04104170

Disetujui

Dr. drh. Deni Noviana drh. Huda Shalahudin Darusman

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan.

Karya kecil ini merupakan suatu proses perjalanan panjang yang tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada :

1 Dr. drh. Deni Noviana dan drh. Huda Shalahudin Darusman selaku pembimbing atas ilmu, keterampilan, nasehat, dan kesabarannya dalam membimbing penulis.

2 Dr. drh. Agus Wijaya, MSc selaku dosen penilai seminar dan Dr. drh. M. Agil, M.Agr selaku dosen penguji skripsi atas saran dalam penulisan skripsi.

3 Direktur Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor atas segala bantuan dalam peminjaman alat USG selama penelitian berlangsung.

4 Drh. Henny Indah A, MSc selaku pemilik Kawai Cat Lovers atas kebaikan hatinya dan bantuannya selama penelitian dilakukan.

5 Dr. drh. Fajar Satrija selaku pembimbing akademik.

6 Seluruh staf Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi (Mas Ulum, Kak Yoli, Kak Riki, Pak Katim, dan Pak Taryono) atas segala bantuannya baik tenaga maupun pikiran selama penelitian.

7 Ayah, ibu, kakak-kakak tersayang (syifa dan ifan) serta seluruh keluarga, atas segala doa, perhatian, dukungan moril, dan kasih sayang yang amat besar. 8 Teman-teman sepenelitian (Melka, Dimut, dan Yanti) atas kerjasama serta

kebersamaan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi.

9 Sahabat-sahabat terbaik (Dimut, Nini, Eva, Ccy, Fhoci, Nina, dan Dinul) atas segala bantuan, dukungan, semangat, suka dan duka yang dilalui bersama. 11 Teman-teman Asteroidea’41 dan rekan-rekan angkatan 40 atas bantuan,

persahabatan dan kebersamaan yang diberikan selama ini. 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan di dalamnya, namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Juli 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 1986 dari ayah Chambali Dachlan dan ibu Masniari Lubis. Penulis merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 1998 di SD Bhakti Jakarta Barat. Penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 111 Jakarta dan lulus tahun 2001.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 78 Jakarta dan pada tahun yang sama tercatat sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Profesi (Himpro) Satwaliar dan Himpro Hewan Kesayangan, Ketua Cluster Wild Marine Mammals Himpro Satwaliar pada tahun 2006-2007, Ketua Divisi Seni Peran Komunitas Seni Steril pada tahun 2005-2006 dan anggota tim kreatif Veterinary English Club pada tahun 2006-2007.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Kucing ... 3 Sistem Reproduksi ... 5 Sistem Kardiovaskular ... 7 Ultrasonografi ... 9 Definisi Ultrasonografi ... 9

Teknik Pencitraan Ultrasound ... 10

Doppler Ultrasonografi ... 11

Karakteristik Transduser ... 19

Tipe Transduser ... 20

Coupling agent ... 21

Teknik Pengambilan Gambar ... 21

Prinsip Interpretasi Gambar ... 21

BAHAN DAN METODE ... 22

Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

Alat Penelitian... 22 Bahan Penelitian... 23 Metode Penelitian ... 23 Pengambilan Gambar ... 23 Interpretasi Sonogram ... 24 Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

SIMPULAN DAN SARAN ... 39

Simpulan ... 39

Saran ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hubungan antara debar jantung fetus (fetal heart rate/FHR)

dengan umur kebuntingan ... 26 2 Diagnosa kebuntingan melalui ultrasonografi ... 30 3 Deteksi aliran darah dengancolor flow Dopplerpada umur

kebuntingan 1-20 hari ... 32 4 Deteksi aliran darah dengancolor flow Dopplerpada umur

kebuntingan 21-41 hari ... 34 5 Deteksi aliran darah dengancolor flow Dopplerpada umur

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pencitraan ventrikel kiri melaluiM-mode ... 11

2 Pencitraancontinous wave Doppler ... 13

3 Pencitraan pulsed wave Doppler ... 14

4 Pencitraancolor flow Doppler... 15

5 Pencitran USG pada kasus intrahepatik shunt di daerah abdomen ... 16

6 Pencitraan color flow Doppler pada Portosystemic Shunt ... 17

7 Pencitraan color flow Doppler pada dysplasia katup tricuspidalis dengan insufiensi hebat katup trikuspidalis dan cardiomegali ... 18

8 Area penerimaan pada sonogram ... 19

9 Alat USG dua dimensi tipestationer ... 22

10 Pengambilan gambar dengan arah dan posisi dorsal recumbency ... 23

11 Pengambilan gambar dengan arah dan posisi lateral recumbency... 24

12 Hubungan antara debar jantung fetus dengan umur kebuntingan serta standar deviasi yang ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear... 26

13 PencitraanM-modefetus kucing umur kebuntingan 21 hari ... 27

14 PencitraanM-modefetus kucing umur kebuntingan 40 hari ... 27

15 PencitraanM-modefetus kucing umur kebuntingan 56 hari ... 28

16 PencitraanM-modefetus kucing umur kebuntingan 63 hari ... 29

17 Pencitraancolor flow Dopplerfetus kucing umur kebuntingan 14-20 hari ... 33

18 Pencitraancolor flow Dopplerfetus kucing umur kebuntingan 21-41 hari ... 36

19 Pencitraancolor flow Dopplerfetus kucing umur kebuntingan 42 hari hingga partus ... 38

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak jaman prasejarah kucing memiliki hubungan yang sangat dekat dengan manusia. Terbukti dengan adanya sistem pemujaan kucing yang terdapat di Mesir kuno (Meadows & Flint 2006). Masyarakat modern saat ini memilih hewan peliharaan seperti kucing sebagai salah satu kegemaran hingga menjadi satu bagian penting dari kehidupan manusia. Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang digemari sebagaipet animal. Kedekatan hubungan ini membuat manusia ingin memberikan yang terbaik dalam memelihara kucing yaitu dengan memperhatikan kondisi kesehatan kucing. Begitu juga kondisi kebuntingan kuncing yang sangat diharapkan oleh pemilik maupunbreeder. Hal ini berkaitan dengan dukungan dokter hewan yang berperan penting dalam memperhatikan kondisi kesehatan hewan. Namun terdapat beberapa kesulitan dalam mendiagnosa suatu penyakit hewan seperti diagnosa harus diperoleh dengan cara yang tepat, cepat, dan banyaknya differensial diagnosa yang didapat.

Perkembangan teknologi masa kini telah menghadirkan alat-alat yang dapat mempermudah dalam menegakkan suatu diagnosa, antara lain Roentgenografi, Computed Tomography (CAT scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), fluoroscopy, biopsi, dan ultrasonography (USG) (Bartges et al. 2007). Roentgenografi (X-ray) dapat digunakan dalam mendiagnosa kebuntingan pada hewan kecil khususnya anjing. Namun diagnosa dapat dilakukan setelah terbentuknya kalsifikasi atau pertulangan pada fetus yaitu pada umur kebuntingan 15 hari (Robert 1971). Untuk itu USG menjadi salah satu alat Bantu diagnosa yang sangat penting di bidang kedokteran hewan. Teknik ini membantu dokter hewan mendapatkan informasi dengan cepat mengenai sistem tubuh secara umum dan mengetahui adanya kelainan fungsi organ. Selain itu, USG dapat digunakan dalam memberikan informasi terbaru untuk mengetahui anatomi dasar dan proses fisiologi (Goddard 1995).

Menurut Barr (1990), USG telah berkembang pesat dalam dunia kedokteran hewan sejak sepuluh tahun yang lalu. USG pertama kali digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan. Kebuntingan pada hewan kecil dapat di diagnosa

(13)

menggunakan USG pada umur kebuntingan 32-35 hari. (Robert 1997). Tetapi saat ini USG telah digunakan untuk mendiagnosa penyakit terutama dalam pencitraan jaringan lunak. Ultrasonografi bersifat non-invasive dan tidak menyebabkan timbulnya reaksi ionisasi, sehingga aman bagi dokter, hewan, atau pasien maupun klien. Belum pernah ada laporan yang menyatakan efek negatif dari ultrasonografi, prinsipnya adalah penggunaan yang tepat dan benar. Diagnostik ultrasonografi menggunakan prinsip pulse-echo total exposure pada jaringan tubuh dengan intensitas sangat rendah dan aman sehingga aman baik bagi operator maupun pasien (Barr 1990). Selain itu, diagnosa yang diperoleh melalui ultrasonografi dapat diperoleh dengan cepat karena dilakukan pada saat yang sama (real time).

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahahuan USG telah dilengkapi dengan M-mode (motion mode) dan fungsi Doppler yang digunakan dalam mempelajari perkembangan organ jantung dan vaskuler fetus. M-mode dapat menampilkan gambaran echo yang bergerak dari organ jantung (Stoylen 2006). Penggunaan M-mode menjadi salah satu variabel dalam mengetahui umur kebuntingan fetus. Doppler USG dengan bentuk yang sederhana telah digunakan beberapa tahun silam dalam dunia kedokteran hewan sebagai alat penunjang diagnosa kebuntingan. Ultrasonografi dengan fungsi Doppler merupakan teknologi yang dapat menghitung kecepatan dari aliran darah baik di pembuluh darah maupun di ruang jantung (Chaoui 2002). DopplerUSG merupakan metode non-invasive untuk pengkajian hemodinamika pada fetus. Pengkajian arteri umbilical dan uterina memberikan informasi vaskularisasi jaringan plasenta induk dan fetus. Penggunaan ultrasonografi Doppler pada beberapa organ fetus bermanfaat untuk mendeteksi pengaturan hemodinamika akibat hypoxemia pada fetus (Anonim 2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan organ jantung dan vaskuler (pembuluh darah) fetus kucing berdasarkan pengukuran debar jantung fetus melalui pencitraan M-mode dan interpretasi warna dengan pencitraancolor flow Doppler.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Kucing

Kucing merupakan hasil evolusi 40,000 tahun yang lalu. Kucing termasuk ke dalam family Felidae dan genus Felis yang memiliki dua group, yaitu genus kucing besar (Panthera genus) dan kucing kecil (Felis genus). Felis genus dikenal sebagai kucing domestik (Herridge et al. 2004). Taksonomi kucing menurut Linnaeus (1758) yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Superphylum :Deuterostomia Phylum :Chordata Subphylum :Vertebrata Infraphylum :Gnathostomata Superclass :Tetrapoda Class :Mamalia Ordo :Carnivora Subordo :Feliformia Family :Felidae Subfamily :Felinae Genus :Felis

Species :Felis catus

Kucing memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan manusia, seperti sistem sirkulasi, paru-paru, saluran pencernaan, sistem syaraf, lima indera dan lainnya. Beberapa diantaranya lebih berkembang dibandingkan dengan manusia, salah satunya adalah organ visual. Penglihatan kucing dilengkapi oleh sel kerucut dan sel batang yang terdapat pada retina,tapetum lucidum, membran niktitan. Sel kerucut memberikan tingkat ketajaman penglihatan yang tinggi dan cepat pada jarak yang jauh sehingga kucing dapat menghindar dari musuhnya. Tapetum lucidumyang terdapat pada mata kucing, berfungsi mengubah cahaya yang datang menjadi cahaya biru atau kehijauan pada saat malam hari. Kucing memiliki membran niktitan yang sering disebut sebagai kelopak mata ke tiga yang

(15)

berfungsi sebagai pelindung bola mata dan dapat merespon terjadinya inflamasi (Aiello 2007).

Kucing sangat sensitif terhadap suara karena mampu mendengar suara di atas dan di bawah frekuensi gelombang suara yang dapat didengar oleh manusia. Umumnya kucing menggerakan kepalanya ke arah suara yang datang (Aiello 2007).

Layaknya manusia tubuh hewan mempunyai berbagai mekanisme pertahanan untuk melindunginya terhadap mikroorganisme dalam lingkungan. Kulit berfungsi sebagai penghambat fisik, sedangkan selaput lendir dalam hidung, trakea, dan bronkus membantu menjebak benda-benda asing dan mencegah benda-benda tersebut tidak masuk ke dalam paru-paru. Penghambat utama yang lain termasuk asam dalam lambung yang membunuh organisme yang menyusup masuk, dan lendir yang diproduksi oleh lapisan usus. Hati berfungsi sebagai organ detoksikasi dengan menghancurkan racun yang dihasilkan oleh bakteri (Meadows & Flint 2006).

Dewasa kelamin pada kucing diperkirakan sekitar 6 bulan dan terkadang terjadi lebih awal bila terekspose sinar matahari. Perubahan khas dalam tingkah laku kucing dapat ditemukan pada kucing saat mengalami masa subur untuk pertama kali. Kucing menjadi bersikap jinak secara berlebihan, menggulingkan tubuhnya pada lantai dan mengeluarkan suara yang berbeda dari sebelumnya. Bagian punggung ke arah ekor akan terangkat dan mengangkat kaki belakang seperti sedang menginjak-injak jika kucing tersebut jika diberikan usapan (Meadows & Flint 2006).

Periode kebuntingan berkisar antara 63-65 hari tetapi rata-rata 63 hari atau 9 minggu (Dyce et al. 2002). Umur kebuntingan yang lebih dari 63 atau 64 hari harus berhati-hati dan dilaporkan kepada dokter hewan, pasien yang terlambat partus harus diperiksa setiap hari khususnya mendekati hari ke-70 karena berkaitan dengan batas maksimum waktu yang aman dari kebuntingan normal (Jackson 2004).

(16)

Sistem Reproduksi Betina

Sistem reproduksi betina sedikit lebih kompleks dibandingkan dengan jantan karena terdapat banyak fungsi di dalamnya. Organ reproduksi betina meliputi sepasang gonad (ovarium), tuba uterina (oviduk), uterus, vagina, vestibulum, pudendum feminum (vulva), dan klitoris. Ovarium menghasilkan gamet betina (ovum) dan hormon. Ovulasi terjadi secara periodik yang selanjutnya akan ditangkap oleh infundibulum dan diteruskan ke dalam oviduk. Pada saluran ini dapat terjadi dua kemungkinan yaitu terjadi atau tidak terjadinya proses fertilisasi (pembuahan) ovum oleh sperma lalu ditransportasikan ke uterus. Jika terjadi fertilisasi maka perkembanganblastocyststerjadi di dalam oviduk dan diteruskan ke cornua uteri kemudian terjadi implantasi pada salah satu cornua uteri (Evans & Christensen 1993).

Ovarium merupakan organ genital pada betina. Seperti testis pada organ genital jantan, ovarium berfungsi ganda yaitu sebagai penghasil sel-sel gamet (ovum) dan memproduksi hormon-hormon betina. Oogenesis merupakan proses produksi ovum sebagai sel reproduksi betina pada folikel di dalam ovarium. Hormon yang diproduksi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen diproduksi oleh sel folikel ovarium dan berperan terhadap perubahan fisik dan tingkah laku dalam mempersiapkan hewan untuk bereproduksi dan bunting. Sedangkan progesteron diproduksi oleh corpus luteum melalui perkembangan folikel yang telah melepas ovum (ovulasi). Progesteron berfungsi dalam mempersiapkan uterus pada proses implantasi dari fertilisasi ovum. Selain ituprogesteronpenting dalam memelihara kebuntingan (Colville & Bassert 2002).

Sepasang tuba uterina yang juga dikenal dengan tuba falopii atau oviduk secara fisik memiliki ukuran yang kecil, berbelit yang memanjang dari tepi cornua uteri. Tuba uterina berfungsi dalam transpor ovum menuju uterus yang selanjutnya akan berada pada salah satu sisinya untuk proses fertilisasi ovum oleh sperma. Tidak semua bagian tuba uterina berhubungan dengan ovarium. Saat terjadi ovulasi, tuba uterina menangkap ovum pada salah satu bagiannya yang berbentuk corong disebut dengan infundibulum. Infundibulum akan mempersempit lumennya saat ovum selesai diovulasikan. Setiap tuba uterina

(17)

berlokasi di antara lapis peritonium dari mesosalphinx dan berhubungan dengan rongga peritonium (Colville & Bassert 2002).

Uterus terdiri dari badan (corpus uteri) dan dua buah tanduk uteri (cornua uteri sinistra dan dekstra). Bentuk uterus menyerupai huruf Y, yang menghubungkan tuba uterina pada bagian kranial dan cervix di bagian kaudal. Keseluruhan organ tersebut difiksasi oleh mesometrium di bagian dorsal (Colville & Bassert 2002). Uterus pada kucing memanjang dengan cornua uteri yang berbentuk lurus (Royal Canin 2004). Kedua cornua uteri umumnya memiliki ukuran yang sama dan membentuk sudut lancip dengan corpus uteri (Biffurcatio uteri). Ujung kranial dari masing-masing cornua uteri berhubungan dengan ovarium melaluitubouterine junction. Corpus uteri terletak di antara tulang pelvis pada rongga abdomen (Evans & Christensen 1993).

Fungsi dari uterus adalah sebagai tempat implantasi dan berkembangnya zigot. Perkembangan zigot dimulai dari bentukan plasenta yang membungkusnya. Plasenta akan memberi nutrisi, mengeluarkan sisa metabolisme dan gas-gas pernapasan melalui pertukaran antara aliran darah fetus dan induk (Colville & Bassert 2002).

Cervix merupakan katup muskular yang membatasi uterus dari dunia luar. Cervix tersusun dari sphincter otot polos kuat yang terletak diantara corpus uteri dan vagina yang merupakan jalan masuk lumen uterus dari vagina. Dalam keadaan normal cervix akan tertutup dengan kuat namun keadaan ini akan berubah ketika estrus dan partus. Pembukaan cervix pada saat estrus untuk menerima spermatozoa setelah itu cervix akan tertutup kembali pada saat kebuntingan dan tidak akan terbuka hingga tiba saatnya partus (Colville & Bassert 2002).

Vagina merupakan saluran yang berfungsi menerima penis saat kopulasi dan berperan sebagai jalan kelahiran. Secara struktur vagina tersusun dari otot yang memanjang kaudal dari cervix dan menghubungkan dengan vulva. Vagina dilengkapi dengan kelenjar mukus berfungsi untuk melubrikasi. Meskipun lumen dari vagina tertutup dalam keadaan normal, tetapi merupakan komponen yang elastis saat kopulasi dan ketika partus (Evans & Christensen 1993).

(18)

Vulva merupakan satu-satunya bagian sistem reproduksi betina yang dapat terlihat dari luar. Vulva terdiri dari vestibulum, clitoris, dan labium. Klitoris pada betina homolog dengan penis pada jantan karena memiliki struktuk dasar yang mirip. Vulva dilapisi oleh labium atau bibir pada bagian eksternalnya (Evans & Christensen 1993).

Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular meliputi jantung dan pembuluh darah (arteri dan vena). Jantung berfungsi sebagai alat pemompa darah. Bagian kanan dari jantung memompa darah menuju paru-paru sehingga darah yang kembali dari paru-paru mengandung oksigen. Bagian kiri jantung memompa darah ke seluruh tubuh kemudian mengganti sisa metabolit tubuh (karbondioksida) dengan memberi suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan (Calvert 2007).

Pada umumnya jantung pada mamalia dan aves dibagi menjadi empat ruang dan dilengkapi oleh otot jantung yang dinamakan myokardium. Ruangan tersebut adalah ruang atas yang terbagi dua yaitu bagian kiri dan kanan dari jantung yang disebut atrium kiri dan kanan sedangkan, dua ruangan yang terletak di bawahnya kiri dan kanan yang disebut ventrikel kiri dan kanan (Borde 2007).

Aliran darah dari satu ruang ke ruang lainnya dibatasi oleh katup-katup yang terletak pintu masuk di tiap-tiap ruang jantung. Katup atrioventrikular terletak diantara atrium dan ventrikel, katup semilunar terletak diantara jantung dan aorta. Setiap ventrikel memiliki katup pada jalur masuk dan keluar. Ventrikel kiri dilengkapi katup mitral pada jalur masuk dan katup aortikus pada jalur keluar sedangkan ventrikel kanan dilengkapi katup trikuspidalis pada jalur masuk dan katup pulmonari pada jalur keluar (Darien 2007).

Darah yang berasal dari seluruh tubuh akan melewati dua vena besar yang disebut vena cava yang masuk ke atrium kanan. Saat ventrikel kanan berelaksasi, darah yang berada di atrium kanan mengalir menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Saat ventikel hampir dipenuhi oleh darah maka atrium kanan akan berkontraksi mendorong darah masuk ke dalam ventrikel kanan. Kemudian ventrikel kanan akan berkontraksi mendorong darah ke masuk ke arteri pulmonum menuju paru-paru dengan melalui katup pulmonari. Di dalam paru-paru darah

(19)

akan menyerap oksigen dan menukarnya dengan karbondioksida kemudian darah mengalir melalui vena pulmonari menuju atrium kiri. Saat ventrikel kiri berelaksasi, darah dalam atrium kiri mengalir melalui katup mitral menuju ventrikel kiri. Saat ventrikel kiri hampir dipenuhi oleh darah, atrium kiri akan berkontraksi mendorong darah masuk ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri kemudian akan berkontraksi mendorong darah melalui katup aortikus ke dalam aorta menuju ke seluruh tubuh. Darah yang didistribusikan mengandung oksigen dan akan disuplai ke seluruh tubuh kecuali paru-paru (Calvert 2007).

Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah debar jantung hingga berakhirnya debar jantung berikutnya disebut dengan siklus jantung. Siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yang disebut dengan diastol, yaitu periode pengisian jantung dengan darah dan diikuti oleh periode sistol yaitu periode pengeluaran darah jantung (Guyton & Hall 1996). Debar jantung yang pertama (diastol) merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis. Debar jantung yang kedua (sistol) merupakan suara menutupnya katup aortikus dan pulmonari. Ketika terjadi diastol, ventrikel berelaksasi dan sehingga jantung dipenuhi oleh darah sedangkan, sistol terdengar saat terjadi kontraksi jantung memompa darah keluar menuju seluruh tubuh (Borde 2007).

Debar jantung berasal dari sinyal elektrik pada nodus sinoatrial yang merupakan pace maker jantung. Ritme impuls elektrik atau dischargedari nodus sinoatrial menyebabkan kontraksi otot jantung. Nodus sinoatrial akan bekerja meskipun hewan sedang beristirahat dan dapat memberikan impuls sebesar lebih dari 200 kali per menit. Debar jantung sangat berhubungan dengan tekanan darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan darah maka debar jantung akan menurun dan debar jantung akan meningkat saat terjadi penurunan tekanan darah (Borde 2007).

Menurut Verstegenet al. (1993), pergerakan jantung dan frekuensi jantung anjing dan kucing terdeteksi pertama kali pada umur kebuntingan 23-29 hari setelah terjadi peningkatan LH (leutinizing hormon) dan pada umur kebuntingan 18-25 hari setelah kawin. Nilai rata-rata debar jantung fetus pada anjing sebesar 230.2 ± 15.4 debar per menit. Pada awal umur kebuntingan nilai debar jantung fetus sebesar 214 ± 13.3 debar per menit dan terlihat meningkat secara signifikan mencapai 238.2 ± 16.1 debar per menit pada umur kebuntingan 40 hari. Namun

(20)

nilai debar jantung fetus ini mengalami penurunan pada hari menjelang partus. Berbeda dengan anjing, pada kucing nilai debar jantung fetus umumnya stabil yaitu sebesar 228.2 ± 35.5 debar per menit.

Ultrasonografi

a. Definisi ultrasonografi

Ultrasound adalah frekuensi gelombang suara yang tinggi (Goddard 1995) yaitu antara 1 - 12 MHz (Stoylen 2006) frekuensi ini lebih besar dari suara yang dapat didengar manusia yaitu antara 20-20.000 MHz (Widmer et al. 2004). Diagnostik ultrasound (USG) adalah suatu teknik mendiagnosa gambaran organ yang dihasilkan oleh gelombang suara berfrekuensi tinggi (Barr 1990), untuk aplikasi diagnostik, frekuensi yang digunakan berkekuatan 1-10 MHz. Dengan bantuan prinsip pulse-echo, gambaran dapat dihasilkan pada scanner yang berhubungan dengan acoustic impedance atau resistensi jaringan yang dijumpai gelombang ultrasound (Goddard 1995).

Alat bantu yang digunakan dalam mentransmisikan gelombang suara disebut transducer atau probe. Transducer mengandung satu atau lebih kristal yang dilengkapi dengan piezo-electric. Efek piezo-electric tersebut berfungsi mengubah kristal menjadi ultrasound bila dilalui aliran listrik bertegangan tinggi (Goddard 1995; Barr 1990). Frekuensi vibrasi gelombang suara tergantung karakteristik kristal, sedangkan frekuensi resonansi kristal tergantung dari ketebalannya. Frekuensi yang dikeluarkan berbanding terbalik dengan panjang gelombang, misalnya pada frekuensi 2 MHz panjang gelombang yang dihasilkan 0,8 mm (Barr 1990).

Jikatransducer berkontak dengan permukaan tubuh maka gelombang suara akan diteruskan melewati jaringan (Barr 1990). Kekuatan refleksi ultrasound tergantung dari beberapa faktor, terutama ialah perbedaan accoustic impedance setiap jaringan yang dilalui, selain itu dipengaruhi juga oleh sudut saat gelombang berkontak dengan jaringan dan jarak yang dilalui (Goddard 1995). Setiap jaringan memiliki resistensi yang berbeda dalam meneruskan gelombang suara, kemampuan ini disebut acoustic impedance. Kecepatan rata-rata dari gelombang

(21)

suara yang dapat melewati jaringan lunak sekitar 1.540 m/s, tulang sekitar 4.000 m/s, dan udara sekitar 300 m/s (Barr 1990).

Ultrasound seperti suara biasa, tidak dapat dihantarkan pada ruang hampa udara tetapi dapat dihantarkan melalui media elastis sebagai gelombang tekan longitudinal. Media terbaik sebagai penghantar ultrasound adalah cairan melalui penghalusan gelombang-gelombang (Goddard 1995).

b. Teknik pencitraan ultrasound

Menurut Barr (1990), terdapat tiga tipe teknik dalam pencitraan ultrasonografi antara lain:

A mode (amplitude mode).TipeA mode merupakan tehnik pencitraan yang paling sederhana. A mode menggunakan gelombang suara tunggal dan akan direfleksikan sebagai echo berupa gambaran puncak sepanjang garis horizontal. Ketinggian dari setiap puncak menunjukkan kekuatan echo, sedangkan garis horizontal menunjukkan kedalaman struktur organ.

B mode (brightness mode). Pada tipe B mode gelombang suara yang digunakan adalah gelombang suara jamak. Echo yang direfleksikan akan memberikan gambaran berupa titik atau dot pada layar monitor. Posisi dari yang terlihat pada layar merupakan posisi dari refleksi struktur organ. Kekuatan dari echo ditunjukkan oleh keterangan (brightness) berupa titik pada layar sehingga gambaran dua dimensi menunjukkan potongan organ yang ditampilkan pada layar. Saat ini untuk gambaran B mode, hanya echo yang kuat yang dapat ditampilkan. Hal ini berarti tepi dari struktur dari organ yang diperiksa dapat dilihat tetapi hanya seperti gambaran yang tidak begitu jelas.

M mode (motion mode). M-mode merupakan USG pertama yang dapat menampilkan gambaran echo yang bergerak dari organ jantung. Dengan demikian gerakan dari fungsi myokardium dan katup jantung dapat terlihat. M-mode dapat langsung memberikan pencitraan tanpa harus melalui gambaran 2 dimensi (2D) (Stoylen 2006). Contoh pencitraan jantung melalui M-modeterlihat pada Gambar 1.

(22)

Gambar 1 Pencitraan ventrikel kiri melaluiM-mode(Stoylen 2006)

Gelombang suara yang digunakan pada tipe ini adalah gelombang suara tunggal yang akan direfleksikan sebagai echo berupa titik atau dot yang memanjang pada garis vertikal. Posisi dari titik yang memanjang pada garis menunjukkan kedalaman struktur organ yang direfleksikan. Keterangan (brightness) dari titik tersebut menunjukkan kekuatan echo. Garis tersebut terus berjalan horizontal pada layar. Gambar yang dihasilkan mewakili pergerakan dari struktur yang diamati sepanjang garis (Barr 1990).

c.Dopplerultrasonografi

Prinsip penggunaan Doppler pertama kali dikemukakan oleh Christian Andreas Doppler. Dia menunjukkan bahwa terjadi sebuah perubahan nyata dalam pengiriman frekuensi sebagai hasil dari gerakan sumber atau operator (Goddard 1995). Doppler dengan bentuk yang sederhana telah digunakan beberapa tahun silam dalam dunia kedokteran hewan sebagai salah satu alat penunjang diagnosa kebuntingan (Barr 1990).

Menurut Nicolaides et al. (2002), Doppler USG merupakan salah satu metode non invasive untuk pengkajian hemodinamika pada fetus. Pengkajian arteri umbilical dan uterina memberikan informasi vaskularisasi jaringan plasenta induk dan fetus. Penggunaan ultrasonografi Doppler pada beberapa organ fetus bermanfaat untuk mendeteksi pengaturan hemodinamika akibat hypoxemia pada fetus. Faktor yang mempengaruhi bentuk gelombang aliran darah antara lain:

Maternal posisition (posisi induk), hewan diletakkan pada posisi lateral rekumbensi. Hal ini ditujukan untuk mengurangi hipotensi yang disebabkan

(23)

penekanan pada caval; fetal heart rate (debar jantung fetus), terdapat hubungan antara debar jantung fetus dan panjang dari siklus jantung, karena itu debar jantung fetus mempengaruhi bentuk gelombang arteri padaDoppler. Ketika debar jantung menurun, fese diastol dari siklus jantung akan memanjang dan frekuensi akhir diastol akan menurun; fetal breathing movements (pergerakan nafas fetus), saat pergerakan dari pernapasan fetus terjadi, terdapat bentuk gelombang yang bervariasi dari pembuluh darah fetus. Oleh karena itu, pemeriksaan USGDoppler harus dilakukan hanya pada kondisi apnea dan tidak ditemukannya kondisi tersedak pada fetus atau pergerakan yang banyak; danblood viscosity (kekentalan darah).

Doppler ultrasonografi dapat digunakan untuk menghitung kecepatan dari aliran darah baik di pembuluh darah ataupun di ruang jantung (Barr 1990). Frekuensi yang direfleksikan akan diubah menjadi velositas atau kecepatan aliran darah pada organ. Perubahan frekuensi pada Doppler dapat digunakan untuk menghitung arah dan kecepatan gerakan dari organ. Teknik Doppler ultrasound dibagi terdiri dari dua yaitu 2-D dan M mode echocardiografi. Gambaran terbaik yang dihasilkan dari 2-D atau M mode saat gelombang suara diarahkan pada sisi kanan dari permukaan jantung. Pada 2-D danM modegambaran yang paling baik dihasilkan jika menggunakan tranduser dengan frekuensi tinggi yang memiliki resolusi yang baik. Bagaimanapun penggunaan tranduser dengan frekuensi rendah padaDopplerultrasonografi memiliki kemampuan dalam menampilkan kecepatan aliran darah yang lebih baik. Selain itu, tranduser dengan frekuensi rendah dapat menampilkan kecepatan aliran darah pada tingkat kedalaman yang tinggi. Hal ini sangat penting dalam pencitraan pada hewan besar misalnya kuda dan sapi (Goddard 1995).

Gelombang suara dengan frekuensi tinggi dipancarkan dapat melalui jaringan tubuh, ketika kembali ditangkap oleh tranduser terjadi perubahan panjang gelombang dan frekuensi dari gelombang suara yang direfleksikan (echo). Perubahan frekuensi ini dinamakan Doppler shift. Frekuensi dari Doppler shift ini dipengaruhi oleh gelombang suara yang dipancarkan, kecepatan refleksi permukaan dan kecepatan gelombang suara pada organ. Frekuensi Doppler shit yang umumnya digunakan berkisar antara 100 Hz-11 kHz akan menampilkan

(24)

kecepatan sekitar 10-100 cm/s (Barr 1990). Berdasarkan pencitraanya, Doppler terbagi menjadi empat tipe (Barr 1990), yaitu:

Continous wave Doppler (Doppler gelombang kontinyu). Kristal piezoelectric dalam tranduser memancarkan gelombang yang terus menerus. Echo dari gelombang yang dipantulkan diterima oleh tranduser yang berbeda dan dibandingkan dengan gelombang yang dipancarkan. Perubahan frekuensi dapat ditampilkan dalam bentuk gambar sebenarnya atau suara. Sistem ini dapat memberikan perhitungan ukuran luasan dan kecepatan, tetapi tidak dapat memberikan informasi tentang posisi pergerakan obyek yang diamati. Contoh pencitraancontinous wave Doppler terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pencitraancontinous wave Doppler(Stoylen 2006)

Pulsed wave Doppler . Ultrasound yang dipancarkan oleh tranduser dalam bentuk getaran yang berdenyut dan diterima dalam bentuk echo oleh tranduser yang sama. Keterlambatan penerimaan menunjukkan kedalaman dari organ yang memantulkan ultrasound. Hal tersebut dapat digunakan untuk menentukan posisi dari organ yang menimbulkan efek Doppler Shift. Akan tetapi, transmisi getaran berdenyut tersebut membatasi kecepatan maksimum yang telah diatur. Contoh pencitraanpulsed wave Doppler terlihat pada Gambar 3.

(25)

PW CW

Gambar 3 Pencitraan pulsed waveDoppler(Anonim 2002)

Duplex Doppler. Tipe Doppler ini merupakan kombinasi dari pulsed Doppler dengan dua dimensi (2-D) pencitraan secara real-time, memberikan penempatan yang tepat pada contoh Doppler. Sistem ini memakai dua tranduser dalam sebuah probe. Gambaran cross-sectional dan tampilan Doppler yang jelas ditunjukkan secara bersama-sama pada layar.

Color flow Doppler. Sistem ini memberikan informasi tentang kecepatan dari keseluruhan gambaran cross-sectoinal yang ditempilkan. Informasi yang ditambahkan adalah pewarnaan, warna dan intensitas penggambaran arah dan besaran dari kecepatan. Sebuah teknik yang jelas menawarkan potensi yang sangat besar untuk menyediakan fungsional informasi anatomi yang baik. Hanya saja, peralatannya masih sangat mahal. Pada Gambar 4 terlihat tampilan yang dihasilkan color flow Doppler berupa pencitraan warna. Warna tersebut terdiri dari warna merah, biru dan terang (turbulensi). Warna merah yang terlihat pada sonogram menunjukkan bahwa aliran darah yang terdeteksi mendekati arah tranduser sedangkan warna biru menunjukkan bahwa aliran darah yang terdeteksi menjauhi arah tranduser. Tampilan warna terang (turbulensi) menandakan bahwa posisi transduser terletak pada sisi kiri atau kanan pembuluh darah sehingga aliran darah yang mendekati ataupun yang menjauhi arah tranduser sulit dibedakan yang menyebabkan tampilan yang terlihat sebagai warna terang. Contoh pencitraancolor flow Dopplerterlihat pada Gambar 4.

(26)

Gambar 4 Pencitraancolor flow Doppler(Chaoui 2002)

Diagnosa kebuntingan melalui Doppler pada hewan kecil seperti anjing dapat dilakukan pada umur kebuntingan 32-35 hari (Robert 1971). Selain mendiagnosa kebuntingan, teknik ultrasound dan Doppler USG dapat mempermudah dalam penegakan diagnosa suatu kelainan ataupun penyakit. Salah satu kelainan yang sering terjadi pada hewan kecil yaitu Portosystemic Shunts(PSS). Penyakit ini merupakan kelainan aliran darah antara vena porta dan sirkulasi sistemik. Darah dari daerah abdomen melalui vena porta secara normal akan didetoksikasi oleh hati kemudian akan disirkulasikan ke seluruh tubuh. Pada penyakit PSS darah yang disirkulasikan ke seluruh tubuh tidak mengalami detoksikasi di hati sehingga darah mengandung toxin. PSS terdiri dari dua yaitu extrahepatic shunts danintrahepatic shunts. Umumnya PSS merupakan kelainan kongenital walaupun beberapa dapat terjadi secara dapatan (Mitchell 2004).

Tipe extrahepatic shunts dibedakan sesuai dengan pembuluh darah yang mengalami kelainan antara lainportocaval shuntmerupakan kelainan aliran darah antara vena porta dan vena cava; portoazygous shunt merupakan kelainan aliran darah antara vena porta dan vena azygus. Selain itu, PSS dapat terjadi pada daerah lambung kiri, gastroduodenal kiri, limpa, kaudal dan kranial mesenterika. Aliran darah terlihat memasuki vena porta dan kemudian menuju sirkulasi sistemik tanpa melalui hati. Pada keadaan normal darah dari usus, limpa, dan pankreas masuk ke vena porta dan selanjutnya akan didetoksikasi di hati.

(27)

Intrahepatic shunt umumnya terjadi pada bagian kiri dari organ hati atau sering dikenal dengan duktus venosus atau vena umbilikal kiri. Ekstrahepatik shunt umumnya terjadi kongenital pada anjing ras kecil dan intrahepatik shunt terjadi pada anjing ras besar. Pada kucing sering kali terjadi ekstrahepatik shunt dan kelainan aliran darah pada lambung kiri (Mitchell 2004).

Beberapa alat penunjang yang dapat digunakan dalam mendiagnosa adalah dengan X-ray dan USG. Gambaran radiografi pada kejadian PSS menampilkan perubahan ukuran hati yang terlihat lebih kecil dan pembesaran ginjal. Anjing atau kucing yang mengalami PSS memiliki kadar amonium yang tinggi sehingga dapat membentuk benda keras seperti batu. Bentukan batu tersebut dapat terlihat dengan menggunakan USG (Gambar 5) (Mitchell 2004). Selain itu, USG dapat mendeteksi aliran darah pada kejadian PSS khususnya dengan menggunakan pencitraan Doppler USG (Gambar 6) (Anonim 2006).

.

Gambar 5 Pencitran USG pada kasus intrahepatik shunt di daerah abdomen. Tanda panah menunjukkan daerah intrahepatik shunt (Mitchell 2004).

(28)

Gambar 6 Pencitraan color flow Doppler pada Portosystemic Shunt (Mitchell 2004).

Selain PSS kelainan pada aliran darah yang dapat dideteksi oleh USG adalah dysplasia katup mitral dan trikuspidalis. Pada beberapa ras anjing kelainan ini terjadi pada saat perkembangan embrional. Dysplasia katup mitral merupakan kelainan perkembangan atau malformasi dari katup mitral yaitu terjadinya regurgitasi pada atrium kiri sehingga aliran darah kembali masuk ke atrium kiri. Dysplasia katup trikspidalis terkadang terlihat pada anak kucing yang baru partus. Dysplasia katup trikspidalis merupakan kelainan pada katup trikuspidalis sehingga aliran darah kembali masuk ke atrium kanan. Kelainan ini menyebabkan terjadinyacongestive heart failurebagian kanan yaitu ditandai dengan akumulasi cairan pada daerah abdomen dan paru-paru, suara murmur, dan aritmia. Dysplasia katup dapat disebabkan oleh kegagalan perkembangan struktur katup atau kegagalan perkembangan otot yang menghubungkan katup dengan ventrikel. Jika terjadi kerusakan yang parah, maka dapat mengakibatkan gagal jantung (Calvert 2007). Malformasi atau kelainan pada katup dapat dideteksi melalui USG yaitu dengan melihat perubahan lokasi, bentuk (penebalan dinding chordae tendinae), pergerakan katup ataupun bentuk abnormal dari muskulus papillari dan dilatasi pada atrium dan ventrikel kiri. Doppler USG dapat memberikan gambaran

(29)

abnormal aliran darah pada kamar jantung kiri maupun kanan seperti regurgitasi atrium atau stenosis katup yang terlihat pada (Gambar 7) (Patterson 1996).

Gambar 7 Pencitraan color flow Doppler pada dysplasia katup tricuspidalis dengan insufiensi hebat katup trikuspidalis dan cardiomegali. Aliran darah dari ventrikel kanan (RV) ke atrium kanan (RA) iterlihat dengan warna biru dan warna turbulensi ditandai dengan warna hijau (Chaoui 2002).

d. KarakteristikTransducer

Kristal transducer menghasilkan gelombang suara yang memiliki karakteristik frekuensi. Semakin tinggi frekuensi suara yang dihasilkan semakin baik resolusi gambar yang didapat. Oleh sebab itu, transducer dengan frekuensi tinggi dipilih untuk menghasilkan resolusi dengan detil gambar yang baik namun tidak memerlukan penetrasi yang dalam, misalnya, pada mata digunakan frekuensi 7,5-10 MHz. Sedangkan tranducer dengan frekuensi rendah digunakan untuk mendapatkan gambar dengan penetrasi yang dalam tanpa mempertimbangkan resolusinya, misalnya, pada organ visceral thoraks dan abdominal di anjing besar digunakan frekuensi 3,5-5 MHz.

Gelombang suara yang diubah menjadi gelombang listrik dan membentuk kumpulan titik-titik pada sonogram memiliki tiga zona, yaitu Fresnel zone,focal zone, dan Fraunhofer zone. Fresnel zone ialah gambaran area yang memiliki frekuensi gelombang suara yang paling besar dan dekat dengan transducer

(30)

Fresnel zone zzzonezone

focal zone

Fraunhofer zone

transducer

sehingga terjadi difraksi gambar dan terlihat kurang fokus. Focal zone ialah gambaran area pada sonogram yang memiliki fokus gelombang suara terbesar pada jaringan sehingga menghasilkan resolusi gambar yang optimal. Sedangkan Fraunhofer zone ialah gambaran area yang memeperoleh sedikit frekuensi gelombang suara (Barr 1990). Gambaran ketiga area tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Area penerimaan pada sonogram (Barr 1990)

e. TipeTransducer

Ada dua tipe transducer yang biasa digunakan dalam ultrasonografi diagnostik, yaitu linear array transducer dan sector scanner transducer. Linear array transducerumumnya memiliki 60-256 kristal dalam satu baris. Transducer tipe ini menghasilkan gelombang suara yang membentuk persegi panjang. Keuntungannya, dapat memberikan suatu lapang pandang yang luas namun memerlukan permukaan kontak yang lebih luas. Biasa digunakan dalam diagnosa kehamilan pada manusia. Sector scanner transducer menghasilkan lapang pandang berbentuk seperti kipas. Bagian yang melebar memungkinkan semakin banyak struktur yang terlihat tapi resolusi yang dihasilkan kurang baik dibandingkan bagian yang menyempit (Barr 1990).

(31)

f.Coupling Agent

Untuk menghasilkan gambar dengan kualitas tinggi diperlukan transmisi gelombang suara yang maksimum ke dan dari pasien. Transmisi gelombang suara akan terhambat ketika melewati udara sehingga diperlukancoupling agentsebagai perantara antara transducer dengan pasien. Agen ini biasanya berupa gel yang digunakan pada permukaan tubuh pasien. Penggunaan gel harus dapat meminimalisir terbentuknya artefak pada sonogram serta tidak membahayakan pasien dan alatnya (Goddard 1995)

g. Teknik Pengambilan Gambar

Pemeriksaan organ-organ internal menggunakan ultrasound lebih mudah dalam posisi dorsal dan lateral recumbency. Begitu juga dalam memeriksa kebuntingan dianjurkan dalam posisi dorsal dan lateral recumbency. Untuk melihat organ hati, hewan dalam posisi dorsal recumbency dan sebaiknya lambung dalam keadaan kosong. Organ ginjal lebih mudah dilihat pada daerah flank untuk itu hewan harus dalam posisilateral recumbency. Dalam memeriksa organ-organ abdomen lainnya dengan ultrasound pada umumnya hewan berada dalam posisidorsal recumbency(Barr 1990).

h. Prinsip Interpretasi Gambar

Menurut Barr (1990), ada tiga prinsip yang digunakan dalam mendeskripsikan gambar pada sonogram, yaitu:

Hyperechoic;echogenic: echogenisitas terang, menampakan warna putih pada sonogram atau memperlihatkan echogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya. Contohnya, tulang, udara, dan kolagen.

Hypoechoic; echopoor: echogenisitas renggang, menampilkan warna abu-abu gelap pada sonogram atau memperlihatkan area dengan echogenitas lebih rendah daripada sekelilingnya. Contohnya, jaringan lunak.

Anechoic; echolucent; sonolucent; transonic: tidak ada echo menampilkan warna hitam pada sonogram dan memperlihatkan transmisi penuh dari gelombang. Contohnya, cairan.

(32)

Tulang dan udara mampu menghambat penerusan gelombang. Pada interface jaringan-udara, sekitar 99% gelombang direfleksikan, sedangkan pada jaringan lunak-tulang, sekitar 30% gelombang ditransmisikan dan sisa dari gelombang diserap dengan kuat.

Pencitraan melalui M-mode berasal dari echo yang bergerak berupa gelombang tunggal. Pada saat kursor tepat mengenai jantung dan fungsi dari M-mode diaktifkan, maka akan terlihat gelombang yang berkelanjutan. Untuk mengetahui besarnya debar jantung yang teramati maka, penghitungan dilakukan pada satu gelombang. Pada color flow Dopplertampilan yang dihasilkan berupa pencitraan warna yang terdiri dari warna merah, biru dan warna terang (turbulensi). Warna-warna yang ditampilkan memiliki arti antara lain tampilan warna merah pada layar monitor menandakan bahwa aliran darah yang terdeteksi mendekati arah tranduser, warna biru menandakan bahwa aliran yang terdeteksi menjauhi arah tranduser. Ragam warna yang terlihat diakibatkan oleh aliasing efek Doppler yang dihasilkan saat pulsed-respetition frekuensi rendah pada kecepatan aliran darah yang tinggi (Penninck & d’Anjou 2008).

(33)

A

B

C D

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Kawai Cat Lovers, Rumah Sakit Hewan Pendidikan Institut Pertanian Bogor, dan Pos Kesehatan Hewan DKI Jakarta .

Penelitian ini berlangsung selama satu tahun yaitu dimulai bulan Juni 2007 sampai dengan bulan Juni 2008.

Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah alat USG (Aloka Prosound 4000, Aloka SSD 550 dan Kaixin KX-5100) dengan fungsi Doppler dan M-mode,transducer atauprobedengan frekuensi 3-7,5 MHz tipesector scanner berbentuk kurva, tipe linear-array scanner, video recorder yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil gambar ultrasoundyang diam maupun bergerak,tissue, sisir, alat cukur dan kamera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan hewan coba.

Gambar 9 Alat USG dua dimensi tipe stationer: (A) Aloka Prosound 4000; dan tipe portable: (B) Kaixin KX 5100 (C) Aloka SSD 500. (D) Transducertipelinear array(kiri) dansector scanner(kanan)

(34)

Bahan Penelitian

Hewan percobaan. Hewan yang diamati pada penelitian ini adalah 12 ekor kucing betina yang telah dikawinkan sebelumnya dan dicatat tanggal kawinnya lalu diperiksa dengan USG.

Gel ultrasound. Gel yang digunakan sebagai media dalam penghantaran gelombang ultrasound terbuat dari bahan polimer, humectants, air, parfum, dan pengawet yang tidak memberikan efek negatif pada hewan coba.

Metode Penelitian

Pengambilan gambar. Kucing betina yang dikawinkan terlebih dahulu kemudian dicatat tanggal kawinnya untuk penentuan hari kebuntingan lalu diperiksa menggunakan ultrasound. Daerah orientasi ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan dan dilakukan pencukuran rambut agar didapatkan gambaran ultrasound yang lebih baik. Hewan diperiksa tanpa diberikan anaesthetikum. Pengambilam gambar dilakukan dengan posisi dorsal ataupunlateral rekumbency (Gambar 10 dan 11)dengan arah pengambilan sejajar dengan sumbu tubuh (sagital) maupun transversal, kemudian dilanjutkan dengan pemberian gel ultrasound di daerah yang akan diletakkan probe. Interpretasi bentukan dan perubahan ukuran yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Sonogram disimpan dalam bentuk gambar digital, bentuk video dengan handycam dan hewan didokumentasikan melalui kamera digital.

Gambar 10 Pengambilan gambar dengan arah dan posisi dorsal recumbency: (A). Dorsal recumbency dengan arah probe sagital dan (B). Dorsal recumbencydengan arah probetransversal

(35)

Gambar 11 Pengambilan gambar dengan arah dan posisi lateral recumbency: (A). Lateral recumbency dengan arah probe sagital dan (B). Lateral recumbencydengan arah probetransversal.

Interpretasi sonogram. Perubahan yang terjadi diamati langsung berdasarkan pengukuran fetal heart rate (debar jantung fetus) melalui M-mode, dan interpretasi warna melaluicolor flow Doppler.

Analisis data. Data fetal heart rate (debar jantung fetus) yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi. Nilai tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik berikut persamaan regresi linearnya.

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan M-mode USG, diperoleh hubungan antara debar jantung fetus (fetal heart rate) dengan umur kebuntingan serta nilai standar deviasi yang dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hubungan antara debar jantung fetus (fetal heart rate/FHR) dengan umur kebuntingan

Umur kebuntingan Hari

ke-Debar jantung fetus kali/menit ± standar deviasi

21-23 204 ± 16 24-26 227 ± 17 27-29 217 ± 17 30-32 236 ± 19 33-35 228 ± 10 36-38 235 ± 9 39-41 230 ± 15 42-44 217 ± 20 45-47 228 ± 7 48-50 227 ± 7 51-53 229 ± 7 54-56 239 ± 12 57-59 236 ± 5 60-62 230 ± 19 63-65 232 ± 11

Pada umur kebuntingan awal yaitu diantara hari ke 21-23 hari, debar jantung fetus dengan nilai standar deviasi sebesar 204 ± 16 kali per menit. Pada pertengahan umur kebuntingan ke 42-44 hari debar jantung fetus dengan nilai standar deviasi sebesar 217 ± 20 kali per menit. Terjadi peningkatan debar jantung fetus pada akhir umur kebuntingan ke 63-65 hari yaitu sebesar 232 ± 11 kali per menit.

(37)

Hubungan Umur kebuntingan dengan debar jantung fetus y = 1.1023x + 218.77 100 150 200 250 300 21-23 24-26 27-29 30-32 33-35 36-38 39-41 42-44 45-47 48-50 51-53 54-56 57-59 60-62 63-65 Umur kebuntingan (hari)

D e b a r ja n tu n g fe tu s (d e b a r p e r m e n it )

Nilaitertinggi Rata-rata Nilai terendah Linear (Rata-rata)

Secara umum debar jantung fetus mengalami peningkatan di akhir umur kebuntingan. Peningkatan yang terjadi dapat terlihat pada trendline yang tercantum pada Gambar 12.

Gambar 12 Hubungan antara debar jantung fetus dengan umur kebuntingan serta standar deviasi yang ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear.

Pada Gambar 6, terlihat hubungan antara debar jantung fetus dengan hari kebuntingan serta standar deviasi dengan menggunakan analisis regresi linear. Persamaan linear yang didapat yaitu y = 1.1023x + 218.77, dengan y adalah nilai debar jantung fetus dan x adalah nilai umur kebuntingan, sehingga usia kebuntingan dapat diketahui dengan persamaan x = y – 218.77 .

1.1023

Pada saat dilakukan pengukuran debar jantung fetus harus dapat dipastikan bahwa jantung fetus tersebut terlihat berdenyut sehingga pengukuran debar jantung fetus dilakukan dengan menempati kursor tepat pada jantung fetus kemudian dengan mengaktifkan fungsi M-mode pada mesin USG akan terlihat gambaran berupa gelombang. Untuk mengetahui jumlah debar jantung maka pengukuran dilakukan dari panjang dua gelombang. Dapat diketahui bahwa ketika debar jantung terlihat secara kasat mata, maka diperkirakan pembentukan dari organ sirkulasi (jantung) fetus tersebut telah terbentuk. lemah. Pencitraan M-mode pada umur kebuntingan 21 hari dapat terlihat pada Gambar 13.

Y

(38)

Gambar 13 PencitraanM-mode fetus kucing umur kebuntingan 21 hari (Bar = 1 cm). Debar jantung secara berturut-turut sebesar 375, 344, 366 debar per menit. Tanda panah menunjukkan area penghitungan debar jantung fetus.

Pencitraan M-mode pada umur kebuntingan 40 hari dapat terlihat pada Gambar 14.

Gambar 14 PencitraanM-mode fetus kucing umur kebuntingan 40 hari (Bar = 1 cm) Debar jantung secara berturut-turut sebesar 228 dan 225 debar per menit. Tanda panah menunjukkan area penghitungan debar jantung fetus.

Pengukuran debar jantung fetus pada umur kebuntingan 1-20 dengan menggunakan M-mode belum dapat dilakukan karena pada umur kebuntingan tersebut pembentukan organ jantung belum sempurna sehingga debar jantung

(39)

yang ditemukan masih sangat Pencitraan M-mode pada umur kebuntingan 56 hari terlihat pada Gambar 15.

Gambar 15 PencitraanM-mode fetus kucing umur kebuntingan 56 hari (Bar = 1 cm). Debar jantung secara berturut-turut sebesar 244, 244 debar per menit. Tanda panah menunjukkan area penghitungan debar jantung fetus

Pada hewan dewasa debar jantung berasal dari sinyal elektrik pada nodus sinoatrial yang merupakan pace maker jantung. Ritme impuls elektrik atau discharge dari nodus sinoatrial menyebabkan kontraksi otot jantung. Nodus sinoatrial akan bekerja meskipun hewan sedang beristirahat dan dapat memberikan impuls sebesar lebih dari 200 kali per menit. Dapat diketahui bahwa jumlah debar jantung fetus yang diukur melalui M-mode lebih tinggi dibandingkan debar jantung pada kucing dewasa. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya sejumlah darah yang dialirkan dari induk melebihi kapasitas yang diperlukan fetus sehingga jantung fetus akan berkontraksi lebih cepat untuk mengalirkan darah tersebut. Pencitraan M-mode pada umur kebuntingan 63 hari terlihat pada Gambar 16.

(40)

Gambar 16 PencitraanM-mode fetus kucing umur kebuntingan 63 hari (Bar = 1 cm). Debar jantung secara berturut-turut sebesar 220, 226 debar per menit. Tanda panah menunjukkan area penghitungan debar jantung fetus

Perkembangan jantung dari bentuk sederhana (buluh yang lurus) menjadi bentuk komplek (bentuk jantung dewasa) yang terdiri dari empat ruang terjadi sebagai akibat proses pelengkungan dari buluh jantung dan pembentukan sekat-sekat antar jantung. Bulboventrikel pada daerah tengah mengalami pemanjangan setelah terbentuknya buluh jantung. Daerah bulboventrikel berada bebas dalam ruang perikardial sedangkan truncus arteriosus dan atrium yang terfiksir berada di daerah ujung kranial dan kaudal. Hal ini mengakibatkan pemanjangan buluh jantung yang tidak disertai oleh perluasan ruang perikardium menyebabkan buluh daerah melengkung membentuk seperti huruf “S”. Proses pelengkungan buluh jantung buluh jantung seperti ini menyebabkan ventrikel berada pada daerah lengkung (ventral) dan atrium berada di sebelah dorsal dari ventrikel (McGeadyet al. 2006).

Selain pelengkungan, terjadi legokan yang membagi bulboventrikel menjadi ventrikel kanan dan kiri serta atrium menjadi atrium kiri dan kanan. Legokan antara atrium kanan dan kiri juga sebagai akibat tekanan trunkus arteriosus pada daerah tengah dari atrium. Selain itu terjadi perluasan masing-masing ruang dari jantung sehingga dari luar dapat dibedakan empat daerah penggelembungan yaitu dua ventrikel dan dua atrium (Djuwita 2000).

(41)

Pembentukan sekat-sekat antar ruang jantung terjadi pada trunkus arteriosus, bulbo-ventrikel, ventrike-atrium, dan atrium. Pembentukan sekat atrium dimulai dengan pertumbuhan sekat primer dari arah dorsal menuju ventral membagi atrium menjadi dua ruang yang masih saling berhubungan melalui foramen (ostium) primer. Pada saat sekat primer terbentuk sempurna, memisahkan kedua atrium dengan sempurna dan foramen primer tertutup, maka sekat ini kemudian mengalami peronggaan kembali yang disebut foramen sekunder. Selanjutnya pada sisi kiri sekat primer muncul sekat sekunder dari arah dorsal dan ventral (Djuwita 2000).

Pada saat perkembangan sekat sekunder, terdapat rongga di tengah yang disebut sebagai foramen ovale. Selanjutnya sisa dari sekat primer disebut katup ovale yang mengatur masuknya darah dari atrium kanan ke atrium kiri. Pembentukan sekat antara ventrikel kiri dan kanan (sekat interventrikularis) terjadi sebagai akibat pertumbuhan sekat dari arah ventral dan terjadi penebalan dinding ventrikel (Djuwita 2000).

Menurut Yeager et al. (1992) dan Zambeli et al. (2002), perkembangan organ fetus anjing dan kucing pada masa kebuntingan dapat diamati melalui USG yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Diagnosa kebuntingan melalui ultrasonografi Organ yang diamati Anjing

(hari setelahLH surge) Kucing (hari setelah dikawinkan) Kantung kebuntingan

Lapisan plasenta pada dinding uterus Debar jantung fetus

Pergerakan fetus Bentukan Tulang

Lambung dan vesica urinaria

Hati (hypoechoic) dan paru-paru (hyperechoic) 20 22-24 23-25 34-36 33-39 35-39 38-42 10 15-17 16-18 30-34 30-33 29-32 29-32

Pada fetus organ paru-paru belum terbentuk sempurna sehingga darah dialirka dari atrium kanan ke atrium kiri. Beberapa jam ketika lahir foramen ini akan tertutup sempurna (Djuwita 2000). Hal ini disebabkan oleh adanya

(42)

rangsangan dari peningkatan kadar oksigen dalam darah yang berasal dari paru-paru karena telah berfungsinya paru-paru-paru-paru.

Pada hewan dewasa sirkulasi darah yang berasal dari seluruh tubuh (vena cava anterior dan posterior) akan masuk ke atrium kanan. Darah tersebut kaya akan nutrisi (yang berasal dari hati dan pencernaan) dan karbondioksida. Darah ini masuk ke ventrikel kanan kemudian akan berkontraksi sehinggan darah menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Darah yang mengandung oksigen akan masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonalis kemudian masuk ke ventrikel kiri dan berkontraksi sehingga darah akan dialirkan ke seluruh tubuh (Reece 2006).

Besarnya kecepatan aliran darah dapat terdeteksi olehDopplerUSG. Color flow Doppler merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mendeteksi aliran darah pada organ vaskuler maupun jantung fetus. Color flowDopplerakan memberikan tampilan berupa pencitraan warna pada sonogram. Tampilan warna tersebut terdiri dari warna merah yang menunjukkan aliran darah tersebut mendekati arah transduser dan warna biru menunjukkan bahwa aliran tersebut menjauhi arahtransduser.

Tetapi terkadang ditemukan warna yang ditampilkan sebagai warna turbulensi atau warna terang. Hal ini disebabkan oleh posisi atau arah transduser tidak berada tepat di atas permukaan pembuluh darah, melainkan berada di sisi kiri atau kanan dari pembuluh darah. Selain itu pembuluh darah balik (vena) memiliki struktur dinding yang lebih tipis dibandingkan arteri dan secara anatomi kedua pembuluh darah tersebut terletak berdampingan yang mengakibatkan sulitnya transduser membedakan arah aliran darah tersebut sehingga warna akan ditampilkan sebagai warna terang (turbulensi). Deteksi aliran darah hari dengan color flow Dopplerpada umur kebuntingan 1-20 terlihat pada Tabel 3.

Pada awal kebuntingan yaitu 1-13 hari melalui B-mode terlihat tampilan gestational sacs (kantung kebuntingan). Pencitraan melalui color flow Doppler pada umur kebuntingan yang sama belum dapat mendeteksi vaskularisasi jantung fetus maupun organ vaskuler. Hal ini disebabkan oleh pembentukan organ vaskuler dan jantung pada masa embriogenesis belum terbentuk sempurna sehingga aliran darah masih sangat lemah.

(43)

Tabel 3 Deteksi aliran darah dengan color flow Dopplerpada umur kebuntingan 1-20 hari

Color flow Doppler

Hari

ke-Organ yang teridentifikasi dan perkembangannya

melaluiB-mode Struktur Fetus Uterus

1-13 Gestational sacs Belum terdeteksi warna merah-biru pada bentukan gestational sacs Belum terdeteksi warna merah-biru pada uterus

14 – 19 Fetus berbentuk “koma”

Terdeteksi warna merah-biru pada plasenta dan jantung Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri 20 - Jantung - Bentuk fetus

- Batas antara kepala dan badan belum terlihat

Terdeteksi warna merah-biru pada jantung yang semakin jelas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri

Pencitraan melalui B-mode pada umur kebuntingan 14 hari terlihat tampilan fetus yang berbentuk “koma” dan keberadaan jantung belum terlihat. Pada umur kebuntingan yang sama, pencitraan melalui color flow Doppler telah mendeteksi aliran darah fetus. Vaskularisasi tersebut terlihat pada plasenta, uterus dan jantung fetus yang ditandai dengan tampilan warna merah dan biru (Gambar 11). Hal ini menjadi nilai lebih dari tingginya sensitifitas Doppler USG dalam mengetahui perkembangan organ fetus melalui interpretasi warna yang dihasilkan oleh color flow Doppler. Vaskularisasi yang terdeteksi melalui pencitraan color flow Dopplerpada umur kebuntingan 14-20 hari terlihat pada Gambar 17.

Vaskularisasi yang terdeteksi pada jantung fetus melaluicolor flow Doppler terlihat semakin jelas berupa warna merah dan biru. Hal ini didukung dengan berkembangnya jantung fetus yang dapat terlihat pada umur kebuntingan 20 hari melalui pencitraanB-mode.

(44)

A d b c B a

Gambar 17 Pencitraan color Doppler fetus kucing umur kebuntingan 14 dan 20 hari

A. Umur kebuntingan 14 hari: (b).Vaskularisasi pada plasenta, (c).Vaskularisasi pada jantung, dan (d). Tampilan warna turbulensi pada pembuluh darah uteri. B. Umur kebuntingan 20 hari: (a).Vaskularisasi pada pembuluh darah uteri. (Bar = 1 cm).

Warna merah yang tampak pada sonogram menunjukkan bahwa aliran darah tersebut mendekati arah transduser, sedangkan warna biru menunjukkan aliran darah tersebut menjauhi arahtransduser. Tampilan warna terang diakibatkan oleh posisi atau arah transduser tidak berada tepat di atas permukaan pembuluh darah, melainkan berada di sisi kiri atau kanan dari pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sulitnya transduser membedakan arah aliran darah tersebut sehingga tampak sebagai warna turbulensi.

Seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan maka terjadi perkembangan organ-organ fetus lainnya selain jantung. Perkembangan ini terlihat dari aliran darah yang menuju pada daerah terbentuknya organ. Vaskularisasi yang terdeteksi olehcolor flow Dopplerpada umur kebuntingan 21-41 hari terlihat pada Tabel 4.

(45)

Tabel 4 Deteksi aliran darah dengan color flow Doppler pada umur kebuntingan 21-41 hari

Color flow Doppler

Hari

ke-Organ yang teridentifikasi dan perkembangannya

melaluiB-mode Struktur Fetus Uterus

21 – 26

- Jantung

- Bakal tulang punggung dan costae

- Lambung

- Batas antara kepala, leher dan badan terlihat lebih jelas

- Belum terlihat pergerakan fetus Terdeteksi warna merah-biru pada plasenta, jantung, dan daerah abdomen Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri 27 – 33 - Denyut jantung - Aorta terlihat jelas

- Bakal tulang punggung dan costae

- Lambung

- Batas antara kepala, leher dan badan terlihat jelas - Ada pergerakan fetus - Bakal kaki depan dan

belakang Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala, abdomen, dan ekstremitas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri 33 – 36 - Jantung - Katup jantung

- Tulang punggung terbentuk jelas

- Lambung membesar - Hati

- Paru-paru

- Jari jemari kaki depan dan belakang

- Orbita

- Bakal vesika urinaria -Cerebrum Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala, abdomen, dan ekstremitas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri

(46)

37-41

- Jantung (batas atrium dan ventrikel terlihat)

- Katup jantung

- Tulang punggung lebih jelas -Costae- Lambung - Hati (dominan) Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala, abdomen, dan ekstremitas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri

Perkembangan fetus yang terdeteksi oleh B-mode pada umur kebuntingan 21-41 hari adalah terbentuknya bakal tulang punggung dan costae; batas antara kepala, leher dan badan yang terlihat lebih jelas; dan terbentuknya lambung. Perkembangan lambung disertai dengan terlihatnya vaskularisasi pada daerah abdomen yang terdeteksi melaluicolor flow Doppler. Vaskularisasi ini kemudian berkembang lebih lanjut pada umur kebuntingan 27-33 hari. Melalui pencitraan color flow Doppler, vaskularisasi terlihat dengan ditandai adanya pewarnaan pada daerah kepala, aorta, dan ekstremitas. Intensitas warna yang lebih tinggi terlihat pada jantung fetus dan aorta (Gambar 18).

Hal ini disebabkan karena jantung fetus sudah bekerja memompa darah untuk menyuplai nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh fetus yang terlihat melalui pencitraan B-mode. Suplai nutrisi dan oksigen telah mencapai daerah ekstremitas yang ditunjukkan dengan adanya warna merah dan biru pada pencitraancolor flow Doppler.

Pada umur kebuntingan 33-36 hari, aliran darah yang terdeteksi oleh color flow Doppler pada daerah abdomen semakin jelas sejalan dengan pembentukan bakal hati dan vesika urinaria yang terlihat melalui pencitraan B-mode. Pembentukan tersebut membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang mencukupi agar sempurna. Intensitas warna yang terdeteksi melaluicolor flow Dopplerpada jantung terlihat semakin jelas. Hal ini disebabkan adanya pembentukan pada katup jantung yang dapat terlihat melalui pencitraan B-mode. Vaskularisasi pada daerah kepala melalui pencitraan color flow Doopler telah terlihat nyata karena pada daerah tersebut terjadi perbentukan bakal otak dan orbita. Pencitraan color flow Dopplerpada umur kebuntingan 21-41 terlihat pada Gambar 18.

(47)

Gambar 18 Pencitraancolor Dopplerfetus kucing umur kebuntingan 21-41 hari A.Umur kebuntingan 21 hari: Hrt = jantung fetus, bv = buluh darah uteri; B. Umur kebuntingan 29 hari: Jt = jantung fetus, cbrm = cerebrum, dan aorta; C. Umur kebuntingan 35 hari: spine = tulang vertebrae, (a). warna turbulensi; D. Umur kebuntingan 40 hari. (Bar = 1 cm).

Warna merah, biru serta turbulensi pada jantung fetus dan daerah kepala semakin terlihat jelas melalui color flow Doppler pada umur kebuntingan 37-41 hari. Vaskularisasi tersebut mengawali pembentukan bakal cerebrum dan pembentukan batas atrium-ventrikel yang terlihat melalui pencitraanB-mode.

Pada akhir masa kebuntingan, deteksi aliran darah melalui color flow Doppler pada organ vaskuler dan jantung fetus terlihat sangat jelas. Hal ini disebabkan karena organ tersebut membutuhkan suplai nutrisi dan oksigen dalam menjalankan fungsinya. Deteksi aliran darah dengan color flow Doppler pada umur kebuntingan 42 hari hingga partus terlihat pada Tabel 5.

A B

D C

(48)

Tabel 5 Deteksi aliran darah dengan color flow Doppler pada umur kebuntingan 42 hari hingga partus

Color flow Doppler

Hari

ke-Organ yang teridentifikasi dan perkembangannya melaluiB-mode

Struktur Fetus Uterus

42 – 44

- Tulang kaki depan dan belakang terbentuk (jari jemari)

- Diametergestational sacs lebih besar

- Cairan amnion berkurang

Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala dan ektremitas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri 45 – 49 - Jantung

- Ukuran lambung lebih besar

- Hati lebih jelas - Vesika urinaria

Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala dan ektremitas Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri 50 – 55 - Jantung

- Ukuran hati membesar (mendominasi)

-Cerebrumterlihat jelas - Vesika urinaria membesar - Lambung (ukuran mulai

mengecil)

Terdeteksi warna merah-biru pada jantung, aorta, daerah kepala dan ektremitas

Terdeteksi warna pada struktur arteri/vena uteri

Pada umur kebuntingan 42-44 hari aliran darah pada daerah ekstremitas yang terdeteksi oleh color flow Doppler memiliki intensitas warna yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur kebuntingan sebelumnya. Hal ini mengawali pembentukan tulang kaki depan dan jari jemari yang terlihat pada pencitraan B-mode. Deteksi aliran darah melalui pencitraan color flow Doppler pada umur kebuntingan 42 hari hingga partus terlihat pada Gambar 19.

Gambar

Gambar 1 Pencitraan ventrikel kiri melalui M-mode (Stoylen 2006)
Gambar 2 Pencitraan continous wave Doppler (Stoylen 2006)
Gambar 3 Pencitraan pulsed wave Doppler (Anonim 2002)
Gambar 4 Pencitraan color flow Doppler (Chaoui 2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usia mahasiswa yang menjadi subjek dalam penelitian yaitu 19-21 tahun, masuk dalam kategori tahap dewasa. Artinya karakteristik stabilitas dalam kepribadian mulai

Kepala TK telah memakai instrumen supervisi saat melaksanakan supervisi terhadap kinerja guru dan telah melakukan pencatatan terhadap hasil supervisi yang telah

Melakukan prediksi tingkat pembayaran kredit merupakan hal penting karena menjadi landasan kebijakan msalah pembayaran kredit dan algoritma Naive Bayes berbasis

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) meraih penjualan neto sebesar USD279,88 juta hingga periode 30 Juni 2017 naik dari penjualan neto USD182,51 juta di periode yang sama

Orang-orang tertentu ini yaitu figur lekat pengganti (significant other). Seringkali orangtua lebih cenderung untuk memasukkan anak-anaknya ke pondok pesantren untuk

Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata persentase kenaikan jumlah splenosit mencit galur Balb/c be- tina tertinggi pada hari ke-0 setelah infeksi ditemu- kan pada kelompok hewan uji

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi krom rata-rata dalam bahan acuan tanah bersertifikat (CRM) yang terlindi menggunakan alat Rotary Agitator adalah 14,18 ± 0,3407

Untuk hasil pengukuran efisiensi menggunakan standard QCRB pada detektor dengan efisiensi 35% pada jarak 24 cm dirangkum kurva kalibrasi pada gambar 10.. Ini menunjukkan