KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hadiratkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang melimpah, serta kemampuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Kinerja Pegawai Negri
Sipil (PNS) dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di
Kabupaten Mandailing Natal”.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara, dalam memperoleh gelar sarjana ilmu administrasi negara. Semoga
rahmata dan karunia dari Allah SWT selalu mengalir dan menyertai penulis dalam
menyempurnakan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk ide atau gagasan, moral,
maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Ilmu Sosial Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara,
3. Ibu Dra, Elita Dewi, M.Sp, selaku sekretaris Departemen Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
4. Bapak Ridwan Rangkuti sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skirpsi ini baik dalam keadaan penulis kesulitan Bapak selalu memberikan
dukungan dan semangat.
5. Dosen-Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
politik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis dari
awal hingga detik ini.
6. Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu penulis dalam
urusan administrasi di kampus.
7. Terkhusus dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya untuk kedua orang tua penulis, Bapak Najamuddin Lubis
dan Ibu Siti Hafsah Lubis , yang selama ini telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang, mendidik dan mengajari penulis hingga detik
ini dan semua yang kalian berikan takkan tergantikan hanya do’a yang
dapat ku persembahkan semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan
panjang umur hingga nanti kalian dapat melihat putri mu berhasil seperti
yang kalian harapkan selama ini kepada ku dan aku akan menyanyangi
kalian selama hidupku . Tak lupa juga kepada adik-adik ku yang paling
ku sayangi di dalam hidup ku Riski Maulida Lubis, Muhammad Huzein
Lubis, dan si bungsu Ahmad Rizal Lubis, maaf jika kakak kalin ini
8. Terkhusus juga buat Bou ku, Rosmaida Lubis yang selalu memberikan
dukungan dan jalan bagi penulis,apabila penulis menemui jalan buntu di
dalam masa perkuliahan.
9. Buat keluarga besar ku , tante-tente ku terimakasih penulis ucapkan
kepada kalian semua yang selama nih telah membantu penulis baik dalam
materi maupun non materi,dan buat semua sepupu ku Lanni Sari, Nila
Sari, Zahira Kayla Ikhwan yang selalu buat penulis tertawa dengan tingkah
lucunya dan yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu namanya
maksih atas semua kebersamaanya.
10.Bapak H. Imron Lubis, S.pd. MM., selaku Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal.
11. Bapak H. Khoirul Bahri, S.sos selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal.
12.Buat Bapak / Ibu Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
yang telah membantu penulis selama penelitian di lapangan . terima kasih
khususnya buat Bapak Sahrin nasution atas informasi yang diberikan ,
sehingga penulis bisa menyelesaikan skiripsi.
13.Buat Bapak Khairil Anwar Piliang Dan Bapak Aliruddin Dari SMA 3 Dan
1 Siabu , yang telah memberikan penulis mengenai informasi tentang
pelayanan Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
14.Kepada sahabat ku tersayang Sortauli Purba , Rintin Rinanda, Hadiyanti
Arini Lina Susanti Dhuha, Afrita Fatma Dwi, yang senantiasa menjadi
15.Kepada, Benny Sianturi, bang Bontor Tambunan, Renaldi, Rio Calvary
dan Mianhot, Rizal Mahfud , yang telah memotivasi, dan kawan berbagi
dikala jenuh dan rasa bosan melanda dan menjadi keluarga baru penulis di
AN.
16.Kelompok magang Desa Petuaran Hilir (Fitri, Amel, Nurul, Decy, Ana,
Benny, Rio, Mianhot, Bontor, Syahprizal) yang selalu saling memotivasi
dan menjadi keluarga baru di AN.
17.Buat teman-teman Kebijakan Publik (Rintin Rinanda, Sortauli purba, Sri
Amelia, Ana kehe, Widodo, Syafrizal, Beni Sianturi, Beni Sihombing,
Bontor Tambunan, Mianhot, Renaldi, Rio Calvary, Doli Ompusungu,
18.Teman-Teman AN’09 yang tidak dapat disebut satu per satu. Terima kasih
sudah membagi banyak cerita selama masa perkuliahan kita. Semoga kita
selalu menjadi keluarga yang tidak pernah putus.
19.Kepada kakak kos ku di Jln. Dr Sofyan 88, terimakasih atas
kebersamaannya dan telah banyak mengajari penulis tentang artinya
berbagi dan saling menyanyangi di kala senang dan duka.
20.Dan kepada kedua Ibu kos ku Buk Lidya dan Bu, Maryam terimakasih
telah menjadi pengganti kedua orang tua penulis selama masa perkuliahan,
dan telah memberikan nasihat-nasihat terhadap penulis.
21.Spesial buat seseorang yang ku sayangi ( Ali Akbar Sigalingging ) yang
selalu menyediakan waktunya dan membantu penulis menyelesaikan tugas
akhir,dan sebagai kawan sharing bagi penulis dan berbagi dalam suka dan
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.
Terima kasih.
Medan, Mei 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...x
DAFTARLAMPIRAN...xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Rumusan Masalah...6
1.3. Tujuan Penelitian...7
1.4. Manfaat Penelitian...7
1.5. Kerangka Teori...8
1.5.1.Kebijakan Publik...8
1.5.2.Analisis Kebijakan Publik...12
1.5.2.1. Prosedur Analisis Kebijakan Publik...16
1.5.2.2. Proses Pembuatan Kebijakan ...17
1.5.3. Kinerja Pegawai Negri Sipil...17
1.5.3.1. Pengertian Kinerja Pegawai Negri Sipil...17
1.5.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja ..…18
1.5.3.3. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja Pegawai Negri Sipil….…...19
1.5.3.4. Tata Cara Penilaian ………...24
1.5.3.5. Penyampaian Daftar Penilaiaan Pelaksanaan Pekerjaan …....25
1.5.4. Kualitas Pelayanan...28
1.5.4.1. Pengertian Kualitas Pelayanan …...……28
1.5.4.2. Prinsip Pelayanan Publik.………...31
1.5.5. Pendidikan...32
1.5.5.1. Pengertian Pendidikan ………...32
1.5.5.2. Tujuan dan Proses Pendidikan………...33
1.5.5.3.Kriteria dan Kebijakan Pendidikan………...33
1.6. Defenisi Konsep ………...35
1.7. Defenisi Operasional………...….36
1.8. Sistematika Penulisan………...40
BAB 2 METODE PENELITIAN 2.1.Bentuk Penelitian...41
2.2.Lokasi Penelitian...41
2.3.Informan Penelitian...41
2.4.Instrument Penelitian...42
2.5.Teknik Pengumpulan Data ...43
2.6. Teknik Analisa Data...44
2.5.Rencana Pengujian Keabsahan Data...44
BAB 3 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Mandailing Natal………...45
2. Letak Geografis………...………...46
3.2. Ganbaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Nata…..47
1. Visi Dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal...…47
2. Sturuktur Perangkat Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal...50
3. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal...52
4.Rencana Strategis 2011 ………..…....80
3.3. Gambaran Umum Pegawai Negri Sipil Dinas Pendidikan ………...81
3.4. Lembaga Pendidikan Dinas Pendidikan ………..88
3.5. Gambaran SMAN 3 Panyabungan………....89
3.6. Gambaran SMAN1 Siabu ……….90
BAB 4 PENYAJIAN DATA 1. Deskirpsi Hasil Wawancara …………...91
2. Deskripsi Data Sekunder……….96
BAB 5 ANALISIS DATA Analisis Data………….………...…104
BAB 6 PENUTUP Kesimpulan………...………….117
Saran………...………..……….120
DAFTAR PUSTAKA………...…..122
DAFTAR TABEL
Tabel.1 :Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal………...81
Tabel.2 : Jumlah Pegawai Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal………...82
Tabel.3 : Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Berdasarkan Kualitas Tahun 2011…………...83
Tabel.4 : Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Berdasarkan Kuantitas Tahun 2011………...84
Tabel.5 : Pendidikan Bidang Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011………..85
Tabel. 6 : Karakteristik Pengawasan Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011………...86
Tabel.7 : Tingkat Kehadiran dan Absensi Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011………...87
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar wawancara dan hasil wawancara
Lampiran 2 : Rahasia Daftar Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negri Sipil Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 3 : Gambar Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 4 : Gambar SMAN3 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 5 : Gambar SMAN 1 Siabu Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 6 : Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 7 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skiripsi
Lampiran 8 : Berita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
Lampiran 11 : Surat Izin Melakukan Penelitian Dari Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 12 : Surat Izin Melakukan Penelitian Dari SMAN 3 Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal
Lampiran 13 : Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing
ABSTRAK
NAMA : NUR FITRI HAYATI LUBIS
NIM : 090903021
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
DOSEN : DRS. M.RIDWAN RANGKUTI , M.SI
JUDUL : PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS ) DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN MANDAILING NATAL
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting sebagai penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi organisasi dimulai dari usaha mengelola sumber daya manusia khususnya dalam meningkatkan kinerja secara maksimal.. Kinerja menunjuk pada suatu hasil kegiatan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil akhir yang di dasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.Kinerja Pegawai Negri Sipil (PNS) merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai tujuan organisasi.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kinerja Pegawai Negri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan unsur- unsur Penilaian Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negri Sipil yaitu Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, dan Kerjasama.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sumber data infoman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi kasus/ kepustakaan.Dari analisis data dapat diketahui bahwa informan mengatakan Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Kabupaten Mandailing Natal sudah baik. Dapat dilihat dari unsur Penilaian Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negri Sipil yaitu, Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, Dan Kerjasama.
Dan dari hasil wawancara dengan kepala Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendidikan bahwasanya Pegawai Negri Sipil Dinas sudah sesuai dengan unsur-unsur Pelaksanaan Penilaian Kinerja yaitu Prestasi Kerja,Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, dan Kerjasama Pegawai Negri Sipil, hanya saja Peningkatan Kinerja Pegawai Negri Sipil Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal masih perlu di tingkatkan terutama dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan sesuai bidang tugas masing-masing kepada masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal. Kata Kunci: Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), Prestasi Kerja, Tanggung
ABSTRAK
NAMA : NUR FITRI HAYATI LUBIS
NIM : 090903021
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
DOSEN : DRS. M.RIDWAN RANGKUTI , M.SI
JUDUL : PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS ) DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN MANDAILING NATAL
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting sebagai penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi organisasi dimulai dari usaha mengelola sumber daya manusia khususnya dalam meningkatkan kinerja secara maksimal.. Kinerja menunjuk pada suatu hasil kegiatan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil akhir yang di dasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.Kinerja Pegawai Negri Sipil (PNS) merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai tujuan organisasi.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kinerja Pegawai Negri Sipil Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan unsur- unsur Penilaian Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negri Sipil yaitu Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, dan Kerjasama.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sumber data infoman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi kasus/ kepustakaan.Dari analisis data dapat diketahui bahwa informan mengatakan Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Kabupaten Mandailing Natal sudah baik. Dapat dilihat dari unsur Penilaian Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negri Sipil yaitu, Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, Dan Kerjasama.
Dan dari hasil wawancara dengan kepala Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendidikan bahwasanya Pegawai Negri Sipil Dinas sudah sesuai dengan unsur-unsur Pelaksanaan Penilaian Kinerja yaitu Prestasi Kerja,Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, dan Kerjasama Pegawai Negri Sipil, hanya saja Peningkatan Kinerja Pegawai Negri Sipil Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal masih perlu di tingkatkan terutama dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan sesuai bidang tugas masing-masing kepada masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal. Kata Kunci: Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), Prestasi Kerja, Tanggung
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangatlah penting karena
sebagai penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktivitas dalam mencapai
tujuan, yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Berhasil
tidaknya suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi organisasi dimulai
dari usaha mengelola sumber daya manusia, khususnya dalam meningkatkan
kinerja secara maksimal.Kinerja harus dipahami oleh seluruh kepentingan
organisasi sebagai metode untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap
menurun atau memburuknya kinerja individu, kelompok, atau tim organisasi.
Kinerja menunjuk pada suatu hasil kegiatan sumber daya manusia yang ada dalam
organisasi secara bersama-sama membawa hasil akhir yang didasarkan pada
tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.
Kemampuan sumber daya manusia tersebut dititikberatkan pada
pelaksanaaan keseluruhan tugas-tugas dalam tingkatan kinerja.Tugas-tugas
tersebut biasanya berdasarkan indikator-indikator keberhasilan yang sudah
ditetapkan. Untuk hasil yang maksimal, memerlukan sumber daya manusia yang
memiliki keahlian dan kemampuan yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan
organisasi, untuk mencapai kinerja yang diharapkan dalam suatu sorganisasi atau
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang
pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal berupaya seoptimal mungkin dalam menggali dan
memanfaatkan segenap potensi yang ada. Pemanfaatan tersebut diarahkan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dengan tetap
mengembangkan ketahanan sosial budaya sebagai landasan dalam rangka
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan melalui pemanfaatan
sumber daya daerah secara berkesinambungan.Berdasarkan konteks tersebut
Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal menetapkan tujuan untuk
memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional di bidang pendidikan
khususnya Daerah Mandailing Natal, sehingga dengan demikian diharapkan
sektor pendidikan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka mendorong
terwujudnya Madina yang Madani. Untuk menerapkan tujuan yang
menyelenggarakan urusan Pemerintah Daerah di bidang pendidikan di Kabupaten
Mandailing Natal, dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam berbagai
tugas dan pekerjaan yang dihadapinya.
Fenomena yang terjadi di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal, kinerja pegawai berdasarkan kualitas dan kuantitas belum
seperti yang diharapkan.Hal ini terlihat dari kemampuan pegawai yang tidak
menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagaimana mestinya, sehingga terjadi
permasalahan dalam bidang pekerjaan pegawai yang dilihat berdasarkan kualitas
seperti pada bidang program sarana dan prasarana, bidang pendidikan dasar, dan
kualitas seharusnya sesuai dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang telah
ditetapkan untuk memberikan gambaran akurat mengenai keberhasilan kinerja
dari pelaksanaan suatu pekerjaan.
Kinerja pegawai secara kuantitas dapat dilihat dari program kerja yang
belum terealisasi sesuai dengan target yang telah di tetapkan organisasi. Program
kerja yang tidak terlepas dari visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
jangka pendek atau jangka panjang di Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing
Natal tidak terorganisir dengan baik dalam mencapai keberhasilan
organisasi.Untuk mewujudkan tujuan kinerja yang efektif, keberhasilan kinerja
pegawai baik secara kualitas maupun kuantitas umumnya dikaitkan dengan
pencapaian hasil kerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan sasaran
akhir organisasi.Berdasarkan kualitas dan kuantitas kinerja yang dicapai oleh
pegawai belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Akhir- akhir ini dunia pendidikan Indonesia diresahkan oleh merosotnya
mutu hampir disemua jenjang dan jenis pendidikan, ditandai oleh rendahnya hasil
ujian akhir yang diperoleh siswa serta makin lebarnya ketidaksesuaian antara
lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada. Hal
ini disebabkan oleh berbagai factor, antara lain kurikulum yang kurang
mendorong siswa untuk memiliki kompetensi, proses pembelajaran yang kurang
efektif, kualitas guru yang rendah karena kurangnya kesempatan mengembangkan
diri, bahan ajar yang terlalu padat dan tidak mampu membuat anak belajar.
Disamping itu lingkungan belajar yang tidak kondusif untuk mendorong anak
biaya pendidikan yang makin terbatas, serta sarana dan prasarana pendidikan yang
kurang serta tidak mampu mengikuti perkembangan kebutuhan dilapangan.
Masyarakat masih merasakan kenyataan bahwa mutu pendidikan kita yang
belum memuaskan.Hal ini disebabkan oleh belum sepakatnya para penyelenggara
pendidikan menetapkan standar mutu yang harus dicapai serta beberapa
departemen penyelenggara pendidikan, yang ternyata tidak mudah untuk
mencapai kesepakatan tentang standar mutu tersebut. Salah satu indikasi bahwa
mutu pendidikan kita masih rendah, yakni sangat kecilnya jumlah lulusan yang
mampu memperoleh nilai yang baik, minimnya jenis keterampilan yang sesuai
dengan kebutuhan lapangan kerja, sulitnya menembus pasar kerja tingkat nasional
dan global, sehingga terjadi penumpukan kelompok pengangguran terdidik.
Panyabungan.Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menyiapkan sejumlah program untuk mewujudkan dan mengembangkan pelayanan pendidikan yang prima dan bermutu. Menurut Kadis Pendidikan Imron Lubis, Selasa (4/10), program tersebut tercantum dalam RPJM. “Kita sudah membuat rencana program mulai dari pendidikan anak usia dini, wajib belajar 12 tahun, pendidikan nonformal dan informal dan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan,” sebutnya.Dikatakannya, untuk program pendidikan anak usia dini, pihaknya sudah menyiapkan workshop Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bantuan operasional play group, dana rintisan desa binaan, peringatan hari anak nasional , bantuan operasional PAUD lanjutan, biaya operasional TK hingga lomba melukis dan mewarnai TK.
program-program pendidikan nonformal, di antaranya bantuan PAUD, pelatihan kursus bordir untuk warga belajar, bantuan dana pengelolaan TBM, pelatihan kursus menjahit untuk warga belajar, kursus komputer, kursus bahasa Inggris di SKB, pelatihan gordang sembilan, tari multi etnis Sumatera Utara, pembinaan sanggar kesenian dan pagelaran seni.“Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan akan kita buat lomba kreativitas pendidik PAUD, workshop PAUD, pelatihan tutor PAUD, pembinaan penilik luar sekolah, pembekalan guru kelas VI untuk bidang studi yang di UN kan, pelatihan tutor kesetaraan paket A, B dan C,” terangnya.Permasalahan Disdik Madina saat ini adalah ketersediaan pelayanan PAUD yang berkualitas masih terbatas. Kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu belum sepenuhnya dapat terwujud, ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan relevansi pendidikan jenjang menengah masih belum memadai dan pelaksanaan sistim tata kelola dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan masih belum mantap.1
cobaan, dan kami tetap bersyukur masih bisa mendapatkan pendidikan walapun tidak seperti saudara-saudara saya yang sekolah di kota sana,” ujar Rafiin diamini Maisaroh.Sementara Kepala SD 109 Siobon menuturkan, siswa yang terlambat sekolah sudah lumrah, itu sudah dimaklumi mengingat jarak sekolah dengan sebagian kampung siswa sangat jauh.“Memang itulah salah satu kendala di sekolah ini, tapi kita tidak bisa berbuat banyak, kita maklum saja karena jauhnya sekolah dengan rumah mereka.Jarak 6 kilometer itu bukan jarak yang dekat. Jadi solusi yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi itu, agar jam belajar tidak berkurang, kita memperlambat jam masuk, yang seharusnya pukul 07.30 WIB kita buat menjadi pukul 08.00 WIB dan untuk jam pulang kita perpanjang yang seharusnya pukul 13.00 WIB menjadi pukul 13.30 WIB,” ujarnya.Masih kata Kepala Sekolah, kondisi seperti ini sudah lama terjadi, ini di karenakan sulitnya angkutan di Desa Siobon. Kalau angkutan ada, mungkin siswa tidak akan terlambat tiba di sekolah. (BS-026.beritasumut).2
1
http://www.speedtest.net/?utm_source=tb&utm_medium=button&utm_term=Speed%2BTest&ut m_campaign=AVG.(diakses pada 21.00 Wib, 15 Desember 2012)
2
http://www.mandailingonline.com/2012/05/murid-sd-di-madina-harus-jalan-kaki-6-km-ke-sekolah/(diakses pada 22.00 Wib, 15 Desember 2012)
Melihat kutipan tersebut, kita bisa menganalisis bahwa pelayanan
pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal masih kurang dimana pelayanan
pendidikan belum merata dan masih terjadi kesenjangan antara pelayanan
pendidikan di kota dan di desa, termasuk sarana dan prasarana dalam menunjang
proses pendidikan bagi siswa di daerah. Dan bisa kita bandingkan dari jumlah
siswa, sekolah, dan guru yang terdapat di kota dan di desa. Dan ini menunjukkan
bahwa kinerja Pegawai Negri Sipil belum optimal dalam hal Peningkatan Kualitas
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dan juga penjelasan diatas maka
penulis pun tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan judul:
" Pelaksanaan Kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Pendidikan dengan Unsur- unsur Penilaian Kinerja
yaitu Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, dan kerjasama
(Studi Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Madina )”.
1.2.Rumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan penelitian ini selanjutnya dan supaya peneliti
dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data dalam pembahasannya.
Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis
mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal hal yang akan dicari
jawabnya melalui kegiatan penelitian. (Arikunto,2002:47). Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang menjadi perhatian
penulis dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan unsur-
unsur penilaian pelaksanaan kinerja Pegawai Negri Sipil (PNS) yaitu
Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan , Kejujuran, dan Kerjasama
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten
1.3.Tujuan Penelitian
Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang
hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten
Mandailing Natal dengan unsur- unsur penilaian pelaksanaan kinerja
Pegawai Negri Sipil yaitu Prestasi Kerja, Tanggung Jawab,Ketaatan,
Kejujuran, dan Kerjasama”.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam pelaksanaan penelitian
ini adalah:
1. Secara ilmiah, untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi
pengembangan teori-teori dalam ilmu Administrasi Negara khususnya
dalam kaitannya dengan Kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Mandailing
Natal
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan
Departemen Ilmu Administrasi Negara
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau
sumbangan pemikiran bagi Pegawai Negeri Sipil dalam Meningkatkan
1.5.Kerangka Teori
Menurut Hoy dan Miskel (Sugiyono. 2004:55) teori adalah seperangkat
konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.Sebelum melakukan penelitian
yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai
landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti
masalah yang dipilihnya. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat
peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
variabel pokok, sub variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.
(Arikunto. 2002:92).
Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu dan sebagai bahan
referensi dalam penelitian.Kerangka teori diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang
diteliti.
1.5.1.Kebijakan Publik
Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari bahasa
Inggris. Kata policy diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau pernyataan
mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan,
partai politik, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang
kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan pengertian publik itu sendiri bisa
diartikan sebagai, umum, masyarakat ataupun negara.
Menurut Thomas R. Dye (1981), kebijakan publik adalah apapun yang
dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.3 Namun para ahli
menganggap pengertian ini belum bisa mendefenisikan kebijakan publik dengan
rinci. Banyak para ahli yang mencoba untuk mendefenisikan pengertian kebijakan
publik dengan lebih luas. Menurut Easton (1969) dalam Hesel N Tangkilisan
(2003 : 2) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.
Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan
kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang
dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai
kepada masyarakat.4 Sedangkan menurut Budi Winarno, pendapat James
Anderson (1975) adalah defenisi yang lebih tepat dibandingkan pendapat para ahli
yang lain.
Menurut Anderson, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini
dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan
atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.5
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan dan
langsung maupun melalui lembaga lembaga lain yang mampu mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Jadi pada dasarnya kebijakan publik berorientasi pada
pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat.
Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup serangkaian
kegiatan yang menyangkut pengesahan/legislasi, pengorganisasian dan
pengerahan atau penyediaan sumber sumber daya yang diperlukan. Program itu
sendiri memiliki ruang lingkup yang relatif khusus dan cukup jelas
batas-batasnya. Program- program atau sub-sub program dipandang sebagai sarana
(instrumen) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
pemerintah. Menurut Anderson (1975) terdapat beberapa implikasi dari suatu
kebijakan, yaitu6:
1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan tindakan yang berorientasi pada tujuan
2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah
3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan
4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu
5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada
3Budi warno.2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik.(Yogyakarta : Media Pressindo ) hal 15
4
Hesel Nogi Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta : YP 5
Budi Winarno. op. cit,hal 16
Adapun kebijakan publik memiliki tahap tahap yang cukup kompleks karena
memiliki banyak proses dan variable yang harus dikaji. Menurut William Dunn
(1998) tahap tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut7:
1. Tahap Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu
untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa
masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada
tahap ini suatu masalah mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa
yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang
lama.
2. Tahap Formulasi Kebijakan (Policy Formulation) Masalah yang telah
masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
kebijakan.Masalah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk
memcahkan masalah.
3. Tahap Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
Dari sekian banyak alternative kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus
antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4. Tahap Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program
tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah
diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni
dilaksanakan oleh badan badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di
tingkat bawah.Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-uit
administrasi yang memobilisasikan sumber daya financial dan manusia. Pada
tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa
implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beber
1.5.2.Analisis Kebijakan Publik
Berdasarkan pengertian terhadap kebijakan publik sebagai substansi
maupun proses, tentu akan lebih mudah dipahami pengertian analisis kebijakan.
Analisis secara harfiah berarti menguraikan, memilah-milah sesuatu menjadi
unsur-unsur yang lebih kecil, dan berupaya untuk mencari keterangan dan
Lantas, apabila analisis digabungkan dengan kebijakan menjadi kalimat”
analisis kebijakan”, maka pengertiannya adalah menguraikan kebijakan (baik
substansi dan prosesnya) untuk memperoleh pengertian yang mendalam tentang
rincian atau detil kebijakan. Perlu diingat, memperoleh pengertian yang
mendalam, bukan berfilsafat (mencari makna yang hakiki).
6.Hesel Nogi Tangkilisan.Op.cit, hal 2
7 Budi Winarno.Op.cit, hal 28-30
8
Nugroho, Riant, 2003, Kebijakan Publik Formulasi,Impelementasi,dan Evaluasi, Jakarta:Elex Media Komputindo.h.88.
Carl W.Patton dan David S.Savicky, menjelaskan bahwa analisis
kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan,
baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai
konsekuensi kebijakan yang ada9. Analisis kebijakan (policy analysis) merupakan
suatu aktifitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara
kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses
kebijakan.
Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan
argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan, yaitu10:
1. Nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama yang melihat
apakah masalah telah teratasi.
2. Fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan
3. Tindakan yang penerapannya dapat mengahasilkan pencapaian nilai- nilai.
Riant Nugroho mengatakan bahwa analisis kebijakan yang baik adalah
analisis kebijakan prespektif, karena memang peranannya adalah memberikan
rekomendasi kebijakan yang patut diambil oleh eksekutif. Oleh karena itu, setiap
analisis kebijakan banyak dipakai selalu menyusun sturuktur analisisnya sebagai
berikut:
9
Dunn,William N,2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Yogyakarta:Gajah MadaUniversity Press.h 44
10
Nugroho,Riant.op.cit,h.
Alternatif Kebijakan
Alternative Terpilih
Rencana impelemnetasi Masalah Kebijakan
Kebijakan merupakan objek analisis dalam analisis kebijakan.objek ini
dapat sebagai substansi (kebijakan itu sendiri) maupun prosesnya (masukan
kebijakan pembuatan kebijakan, hasil kebijakan, dampak kebijakan). Berdasarkan
objek ini, maka secara umum analisis kebijakan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu 11:
1. Analisis kebijakan yang menekankan pada isi kebijakan (policy content),
yaitu menguraikan unsur- unsur dari kebijakan itu sendiri dalam suatu
perspektif atau sudut pandang tertentu.
2. Analisis kebijakan yang menekankan pada proses kebijakan (policy
process), yaitu menguraikan bagaimana cara, teknik, jalan, hubungan dan
jaringan suatu kebijakan dibuat, dilaksanakan dan dinilai. Pada umumnya
lebih banyak berurusan dengan isu-isu organisasi dan pengambilan
keputusan (decision making process) dalam organisasi.
Analisis terhadap isi kebijakan tidak dapat dipisahkan dengan analisis
terhadap proses kebijakan. Dalam kerangka ini, analisis terhadap keduanya yaitu
isi dan proses kebijakan juga disebut sebagai studi kebijakan (policy studies).
Dalam studi kebijakan, analisis dapat dikategorikan menjadi dua jenis , yaitu12:
1) Analisis kebijakan (analiysis for policy), yaitu analisis isi kebijakan dalam
2) Analisis dari kebijakan (analysis of policy), yaitu analisis isi kebijakan
dalam tahap pelaksanaan kebijakan (policy implementation) dalam rangka
evaluasi kebijakan (policy evaluative)
Seorang penganalisis kebijakan umumnya lebih menaruh perhatian kepada
hal yang disebutkan terakhir, yaitu analisis dari kebijakan yang menekankan pada
tahap pelaksanaan dalam rangka penilaian kebijakan. Sedangkan analisis untuk
kebijakan lebih banyak dilakukan oleh politisi, junalis, pengamat politik dalam
bentuk pengembangan isu-isu kebijakan(policy advocacy).
11
http://elib.pdii.lipi.go.id/catalog/imdex.php/searchkatalog/byld/1449 12
Aminullah, Erman; Analisis Kebijakan(Pendekatan, Metode,dan Teknik Analisis), Warta Pengelolaan LITBANG Pengembangan IPTEK, Vol,8,No.20,1997:6.
1.5.2.1. Prosedur Analisis Kebijakan
Dalam menggunakan analisis kebijakan sebagai proses pengkajian
(inqury), maka perlu dibedakan anatara metodologi, metode, dan teknik
metodologi analisis kebijakan menggabungkan standar, aturan, dan prosedur.
Prosedur merupakan subordinat dari standar plausabilitas dan relevansi kebijakan,
sehingga peranan prosedur adalah mengahasilkan informasi mengenai masalah
kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja
kebijakan. Metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum
yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: Defenisi,
Prediksi,Preskripsi, Deskripsi, dan Evaluasi.
Dalam analisis kebijakan, prosedur-prosedur tersebut memiliki nama
khusus. Perumusan masalah (defenisi) menghasilkan informasi mengenai
kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. Peramalan (Prediksi) menyediakan
informasi mengenai konsekuensi dimasa mendatang dari penerapan alternative
kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu. Rekomendasi (Preskripsi)
menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relative dari konsekuensi di
masa depan dari suatu pemecahan masalah. Pemantauan (Deskripsi) menghasilkan
informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya
alternatif kebijakan. Evaluasi, yang mempunyai nama yang sama dengan yang
dipakai dalam bahasa sehari-hari, menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan dari konsekuensi pemecahan masalah. Kelima Prosedur Analisis
Kebijakan tersebut berguna sebagai alat untuk menggambarkan keterkaitan antar
metode-metode dan teknik-teknik analisis.
1.5.2.2.Proses Pembuatan Kebijakan
Proses Analisis Kebijakan adalah serangkaian aktifitas intelektual
yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis.
Aktifitas politik tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan
divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan
Kebijakan,Adopsi Kebijakan, Implementasi Kebijakan, Dan Penilaian Kebijakan.
Proses Pembuatan Kebijakan Publik melibatkan aktivitas pembuatan keputusan
yang cenderung mempunyai percabangan yang luas, mempunyai persektif jangka
panjang dan penggunaan sumber daya kritis untuk meraih kesempatan yang
diterima dalam kondisi lingkungan yang berubah pembuatan kebijakan
merupakan proses sosial yang dinamis dengan proses intelektual yang lekat
didalamnya.
1.5.3. Kinerja Pegawi Negri Sipil
1.5.3.1. Pengertian Kinerja Pegawai Negri Sipil
Kinerja birokrasi pada Era Reformasi telah menjadi masalah strategis,
bahkan menjadi isu publik bagi setiap kalangan. Pada akhirnya istilah kinerja
bagaikan barang komditi yang laris di jual baik oleh mereka dari kalangan
praktisi, pemerhati, maupun akademisi.
Joko Widodo (2005:77) mengatakan kinerja berasal dari kata”to
performance”. Istilah kinerja sendiri menurut beberapa ahli diartikan
Mangkunegara (2005:9) kinerja (prestasi kerja) Kinerja adalah melakukan suatu
kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang sedang diharapkan. Sedangkan kinerja menurut suryadi
prawirosentono (dalam joko widodo 2005 : 78 ) kinerja yaitu hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
Kinerja Pegawai juga merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seorang
dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman , serta kesungguhan waktu ( Hasibuan , 2002: 34 ).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pegawai merupakan
prestasi kerja yang dicapai oleh Pegawai pada periode waktu tertentu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam
mencapai tujuan organisasi.
1.5.3.2.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Pegawai
Faktor Kinerja Pegawai adalah kecenderungan apa yang membuat
Pegawai dalam menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari segi kualitas
maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.
Menurut Keith Davis (dalam Anwar Prabu Mangkunegara 2006 : 67 ) ada
beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian Kinerja Pegawai yaitu :
1. Factor Kemapuan (Ability )
Secara psikologis, kemampuan (Ability ) Pegawai terdiri dari Kemampuan
Potensi (IQ) dan Kemampuan Reality (Knowledge+Skill). Artinya , setiap
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ110-120 ) apalagi IQ superior, very
superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya
dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan
2. Faktor Motivasi (Motivation )
Motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi. Sikap mental yang mendorong diri pegawai untuk
berusaha mencapai kinerja secara maksimal. Sikap mental pegawai harus sikap
mental yang siap secara psikofisik( siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi ).
Artinya, seorang pegawai harus memiliki sikap mental, mampu secara fisik,
mamahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai , mampu
memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
1.5.3.3. Unsur- Unsur Penilaian Kinerja Pegawai Negri Sipil
Hasil Penilaian Kinerja Pegawai Negri Sipil digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negri Sipil , antara lain pengangkatan,
kenaikan pangkat , pendidikan dan pelatihan serta pemberian penghargaan.
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1997 adapun unsur-
unsur yang dinilai dalam melaksanakan penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah :
a. Kesetiaan
Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, dan
pengabdian kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah. Unsur kesetiaan terdiri atas sub-sub unsur penilaian sebagai berikut:
1. Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan,
2. Menjunjung tinggi kehormatan Negara dan atau Pemerintah, serta
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri
sendiri, seseorang, atau golongan;
3. Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelaiari haluan Negara,
politik Pemerintah, dan rencana-rencna Pemerintah dengan tujuan untuk
melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna;
4. Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak pernah terlibat
dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila
Undang-Undang Dasar 1945, bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia, atau Pemerintah;
5. Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan tindakan
yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
b. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi
kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan ,
pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan. Unsur
prestasi kerja terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
1. Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasnya
dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya;
3. Mempunyai pengalaman di bidang tugasnya dan bidang lain yang
berhubungan dengan tugasnya;
4. Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan
tugasnya;
5. Mempunyai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik;
6. Melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasilguna;
7. Hasil kerjanya melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik dalam
arti mutu maupun dalam arti jumlah.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya
atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas sub-sub
unsur sebagai berikut:
1. Selalu menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya dan tepat pada
waktunya;
2. Selalu berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan;
3. Selalu mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri,
orang lain, atau golongan;
4. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada
orang lain;
5. Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang
6. Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaik-baiknya
barang-barang milik Negara yang dipercayakan kepadanya.
d. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku,
menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Unsur ketaatan
terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
1. Menaati peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang
berlaku
2. Menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang
dengan sebaik-baiknya;
3. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan bidang tugasnya;
4. Bersikap sopan santun
e. Kejujuran
Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran, adalah ketulusan hati
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk
tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur kejujuran
terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas dengan ikhlas;
3. Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang
sebenarnya
f. Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang
ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
Unsur kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:
1. Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan bidang
tugasnya;
2. Menghargai pendapat orang lain;
3. Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila
yakin bahwa pendapat orang lain itu benar;
4. Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang
lain;
5. Selalu mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu
dan bidang tugas yang ditentukan;
6. Selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun
tidak sependapat
g. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari
1. Tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan, mengambil keputusan
atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya,
tetapi tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum pimpinan
2. Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai dayaguna dan
hasilguna yang sebesar besarnya;
3. Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna kepada
atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan tugas
h. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk
melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas sub-sub unsur
sebagai berikut:
1. Menguasai bidang tugasnya;
2. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;
3. Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain;
4. Mampu menentukan prioritas dengan tepat
5. Bertindak tegas dan tidak memihak;
6. Memberikan teladan baik;
7. Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama;
9. Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam
melaksanakan tugas;
10.Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan:
11.Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan.
1.5.3.4. Tata Cara Penilaian
Penilaian dilakukan oleh Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung Pegawai
Negeri Sipil yang dinilai, dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan
atau pejabat lain yang setingkat dengan itu. Pejabat Penilai melakukan penilaian
pelaksanaan pekerjaan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang berada dalam
lingkungannya pada akhir bulan Desember tiap-tiap tahun.Jangka waktu penilaian
adalah mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun yang
bersangkutan. Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka
sebagai berikut:
1. Amat Baik = 91 - 100
2. Baik = 76-90
3. Cukup = 61-75
4. Sedang = 51-60
5. Kurang = 50 ke bawah
Nilai untuk masing-masing unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan, adalah
rata-rata dari nilai sub-sub unsur penilaian.Setiap unsur penilaian ditentukan dulu
nilainya dengan angka, kemudian ditentukan nilai sebutannya.Hasil penilaian
pelaksanaan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.
telah membawahkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan. Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
diperlukan untuk suatu mutasi kepegawaian, sedangkan Pejabat Penilai belum 6
(enam) bulan membawahi Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, maka Pejabat Penilai
tersebut dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan mengunakan
bahan-bahan yang ditinggalkan oleh Pejabat Penilai yang lama.
1.5.3.5. Penyampaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah diisi diberikan oleh
Pejabat Penilai kepada Pegawai Negeri Sipil yang dinilai. Apabila Pegawai Negeri
Sipil yang dinilai menyetujui penilaian terhadap dirinya seperti tercantum dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, maka ia membubuhkan tanda tangannya
pada tempat yang tersedia. Pegawai Negeri Sipil wajib mengembalikan Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditandatangani olehnya kepada
Pejabat Penilai selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditandatangani oleh Pejabat Penilai
dan oleh Pegawai Negeri Sipil yang dinilai dikirimkan oleh Pejabat Penilai kepada
Atasan Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung dari Pejabat Penilai,
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung mulai diterimanya kembali Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
Apabila Pegawai Negeri Sipil yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam
Daftar Penilaian Pekerjaan baik sebagian atau seluruhnya, maka ia dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Atasan Pejabat Penilai. Keberatan
tersebut dikemukakan dalam tempat yang tersedia dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan disertai alasan-alasannya.Keberatan tersebut di atas
disampaikan melalui saluran hirarki dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tersebut.Keberatan yang diajukan melebihi batas waktu 14 (empat belas) hari
tidak dapat dipertimbangkan lagi. Pejabat Penilai memberikan tanggapan tertulis
atas keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai pada tempat yang tersedia
dan mengirimkan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut kepada Atasan
Pejabat Penilai selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung mulai saat ia
menerima kembali Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dari Pegawai Negeri
Sipil yang dinilai.
A. Keputusan Atasan Pejabat Penilai
Atasan Pejabat Penilai memeriksa dengan saksama Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan yang disampaikan kepadanya.Apabila terdapat
alasan-alasan yang cukup, Atasan Pejabat Penilai dapat mengadakan perubahan nilai
yang tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Perubahan yang
dilakukan oleh Atasan Pejabat Penilai tidak dapat diganggu gugat.Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan baru berlaku sesudah ada pengesahan dari Atasan Pejabat
Penilai Pejabat Penilai Yang merangkap Sebagai Atasan Pejabat Penilai Pejabat
Pejabat Penilai dan Atasan Pejabat Penilai tertinggi dalam lingkungan
masing-masing.
Daftar Penilaian Pekerjaan yang dibuat oleh Pejabat Penilai yang
merangkap menjadi Atasan Pejabat Penilai tidak dapat diganggu gugat Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Yang Menjabat Sebagai
Pejabat Negara Atau Ditugaskan Di Luar Instansi Induknya.Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dibuat oleh Pejabat Penilai dari
instansi asal tempat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bertugas sebelum
diangkat sebagai Pejabat Negara. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil yang dipekerjakan/ diperbantukan pada instansi pemerintah lain
dibuat oleh Pejabat Penilai pada instansi tempat Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dipekerjakan/diperbantukan.Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan diinstansi/badan lain diluar instansi
induknya dibuat oleh Pejabat Penilai dengan bahan-bahan yang diperoleh dari
instansi/badan lain tempat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan ditugaskan.
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil menjalankan
tugas belajar oleh Pejabat Penilai dengan bahan-bahan yang diperoleh dari
pimpinan lembaga pendidikan tempat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
menjalankan tugas belajar.Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil yang menjalankan tugas belajar di luar negeri dibuat oleh Pejabat
Penilai dengan bahan-bahan yang diperoleh dari Kepala Perwakilan Republik
B.Penyampaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan merupakan dokumen kepegawaian
yang bersifat rahasia. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan disimpan untuk
selama 5 (lima) tahun mulai tahun pembuatannya. Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan yang telah lebih dari 5 (lima) tahun tidak digunakan lagi dan dapat
dimusnahkan menurut tata cara yang diatur dalam perundang-undangan yang
berlaku.
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang
berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke bawah dibuat dalam 1 (satu)
rangkap. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang
berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas dibuat dalam 2 (dua) rangkap,
yaitu 1 (satu) rangkap dikirimkan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara dan
l (satu) rangkap disimpan oleh instansi yang bersangkutan.
1.5.4. Kualitas Pelayanan
1.5.4.1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasamanusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Kinerja pelayanan publik akan menyentuh masalah kualitas layanan yang
diberikan oleh organisasi publik padamasyarakat sebagai pelanggan. Kualitas
pelayanan umumnya berfokus pada masyarakat,sehingga produk pelayanan
didesain, diproduksi serta diberikan untuk memenuhi keinginanan kepuasan
Birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih
profesional,efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan
adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti
meningkatkan kapasitas individu danmasyarakat untuk secara aktif menentukan
masa depannyasendiri (Effendi dalam Widodo, 2001). Arah pembangunan
kualitas manusia tadi adalahmemberdayakan kapasitas manusia dalam arti
menciptakan kondisi yang memungkinkansetiap anggota masyarakat
mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk mengaturdan menentukan
masa depannya sendiri
Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berupa keputusan MenPAN (Menteri
Pendayagunaan Aparatur) Nomer 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai penyempurnaan dari keputusan
menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1995 tentang pedoman
tata laksana pelayanan umum, bahwa pelayanan yang berkualitas hendaknya
sesuai dengan sendi – sendi pelayanan prima yaitu :
1) Kesederhanan, dalam arti bahwa prosedur / tata cara pelayanan
diselenggarakan dengan :
a. Prosedur mudah
b. Pelayanan lancar
d. Pelayanan tidak berbelit – belit
2) Kejelasan dan kepastian , dalam arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai :
a. Prosedur / tatacara
b. Persyaratan pelayanan
c. Pengetahuan petugas
d. Tanggung jawab petugas
3) Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat
memberikan
pelayanan dalam hal :
a. Keamanan pelayanan
b. Kenyamanan pelayanan
c. Kemampuan petugas
d. Kepastian hukum
4) Keterbukaan, dalam arti prosedur / tatacara, persyaratan, satuan kerja / pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan umum dalam hal :
a. Waktu penyelesaian
b. Kepastian biaya
c. Akurasi sistem
d. Fasilitas dan peralatan
5). Efisien dan Ekonomis dalam arti
a. Persyaratan ringan.
c. Kewajaran biaya pelayanan
d. Sesuai kemampuan ekonomis mayarakat
6) Keadilan yang merata, dalam arti cakupan / jangkauan pelayanan umum
diusahakan
a. Keadilan mendapatkan pelayanan
b. Perhatian terhadap kepentingan masyarakat
c. Kesediaan dan ketanggapan petugas membantu
d. Pendistribusian yang merata
7) Ketepatan waktu dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat
diselesaikan.
a. Informasi waktu
b. Kecepatan pelayanan
c. Realisasi waktu
d. Kepastian jadwal pelayanan
1.5.5.2. Prinsip Pelayanan Publik
(Skelcher, 1992) mengungkapkan tujuh prinsip dalam pelayanan kepada
masyarakat yaitu :
1. Standar, yaitu adanya kejelasan secara eksplisit mengenai tingkat
pelayanan di dalamnya termasuk pegawai dalam melayani masyarakat
2. Openness, yaitu menjelaskan bagaiman pelayanan masyarakat
dilaksanakan, berapa biayanya, dan apakah suatu pelayanan sudah sesuai
3. Informationyaitu informasi yang menyeluruh dan mudah dimengerti
tentang suatu pelayanan
4. Choice, yaitu memberikan konsultasi dan pilihan kepada masyarakat
sepanjang diperlukan,
5. Non Discrimination, yaitu pelayanan diberikan tanpa membedakan ras dan
jenis kelamin,
6. Accessbility, pemberian pelayanan harus mampu menyenangkan
pelanggan atau memberikan kepuasan kepada pelanggan
7. Redress, adanya sistem publikasi yang baik dan prosedur penyampaian
komplain yang mudah. Keberhasilan dalam melaksanakan prinsip dan
hakekat pelayanan berkualitas sangat tergantung pada proses pelayanan
publik yang dijalankan. Proses pelayanan publik pada dua pihak yaitu
birokrasi (pelayan) dan masyarakat (yang dilayani).
1.5.5.Pendidikan
1.5.5.1.Pengertian Pendidikan
Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan
setiap warga negara menjadi suatu bangsa.melalui pendidikan, setiap peserta didik
difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warganegara yang menyadari dan
merealisasikan hak dan kewajibannya. Pendidikan juga merupakan alat yang
ampuh untuk menjadikan setiap peserta didik dapat duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi.Undang - Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
1.5.5.2. Tujuan dan Proses Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.Sebagai
komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara
komponen-komponen pendidikan lainnya.
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil
pencapaian tujuan pendidikan. Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang
lingkup makro,meso,dan mikro. Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa
kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU
Pendidikan, Peraturan Pemerintah, SK Mentri,SK Dirjen, serta
dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.
1.5.5.3. Kriteria Kebijakan Pendidikan
1. Memiliki tujuan pendidikan.
Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih khusus, bahwa
ia harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk
memberikan kontribusi pada pendidikan.
2. Memenuhi aspek legal-formal.
Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka perlu adanya
pemenuhan atas pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan pendidikan
itu diakui dan secara sah berlaku untuk sebuah wilayah.
3. Memiliki konsep operasional
Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum,
tentunya harus mempunyai manfaat operasional agar dapat
diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk memperjelas
pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan akan
kebijakan pendidikan adalah fungsi pendukung pengambilan keputusan.
4. Dibuat oleh yang berwenang
Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang
memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan
kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan. Para
administrator pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dan para politisi
yang berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur minimal
pembuat kebijakan pendidikan.
Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang
sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau
dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa
diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan memiliki karakter dapat
memungkinkan adanya evaluasi terhadapnya secara mudah dan efektif
6. Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga, oleh
karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh
aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki
efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan
pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh
strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan
satu sama lainnya.
1.6.Defenisi Konsep
Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian yakni
dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena
yang hendak diteliti secara tepat.
Defenisi konsep dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
kualitas layanan yang diberikan oleh organisasi publik pada masyarakat
sebagai pelanggan. Kualitas pelayanan umumnya berfokus pada
masyarakat,sehingga produk pelayanan didesain, diproduksi serta
diberikan untuk memenuhi keinginanan kepuasan pelanggan.
2. Kinerja pegawai merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai
pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai organisasi.
Adapun indicator dalam Penilaian Kinerja Pegawai Negri Sipil dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pendidikan dalam Penelitian ini adalah :
1. Prestasi Kerja
2. Tanggung Jawab
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
1.7.Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur satu variabel. Sehingga dengan pengukuran ini dapat
diketahui indicator- indicator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari
variabel-variabel tersebut (Singarimbun 1995:46).