PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN
KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III
DAN IV PADA PEMERINTAH
KOTA TEBING TINGGI)
TESIS
Oleh
AYU ZURLAINI DAMANIK
087017089/Akt
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN
KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III
DAN IV PADA PEMERINTAH
KOTA TEBING TINGGI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
AYU ZURLAINI DAMANIK
087017089/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERIS-TICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)
Nama Mahasiswa : Ayu Zurlaini Damanik
Nomor Pokok : 087017089
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 09 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh
Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja
Manajerial (pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing
Tinggi).
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011
Yang Membuat Pernyataan
PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)
Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal Characteristics (BGC), Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial secara simultan dan parsial.
Populasi penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 336 orang dengan sampel 77 orang. Data kualitatif berupa data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dilakukan analisis faktor untuk semua karakteristik dari BGC
sehingga diperoleh satu nilai yang mewakili BGC yang akan diuji secara bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terhadap data sampel. Pengujian kedua yaitu karakteristik dari BGC diuji bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian pertama BGC dan Keadilan Prosedural baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial. Pada pengujian kedua dari kelima karakteristik BGC
hanya Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Keadilan Prosedural yang berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap Kinerja Manajerial.
THE INFLUENCE OF BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS AND PROSEDURAL JUSTICE TO MANAGERIAL PERFORMANCE
(FUNCTIONARY OF ECHELON III AND IV IN PEMKO TEBING TINGGI)
Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina. SE, MSi, Ph.D, Ak, and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyse influence of Budgetary Goal of Characteristics (BGC), Prosedural Justice to Managerial Performance by simultan and parsial.
The population of this research are functionary of echelon III and IV in Pemko Tebing Tinggi which amount 336 people, sampel are 77 people. The qualitative data used in this research are primary data. Hypothesis testing by 2 way, first analysed factor for all characteristic of BGC so that obtained one value which represent BGC to test together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis after the quality test of data and the classical assumption test of sample data. Second test all the characteristic of BGC tested together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis.
The Result of the first test indicate that BGC and Prosedural Justice either through simultan and also by parsial have an effect to Managerial Performance. The second test result from the fifth characteristics of BGC only Budgetary Participation and Prosedural Justice having an effect either through simultan and also by parsial to Managerial Performance.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh
Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja
Manajerial (pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing
Tinggi”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata
Dua (S2) pada Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan
kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk
perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
penulisan untuk menyusun tesis ini.
6. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan
untuk menyusun tesis ini.
7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis
ini.
8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.
9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Studi Akuntansi yang telah banyak
membantu administrasi penelitian ini.
10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Papa Zainuddin Damanik dan Ibu Lailan
Syafini Nasution, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang
11. Putra terkasih dan tersayang Afiya Irhamna, terima kasih nak untuk doa dan
kesabaranmu, maafkan Bunda bila tak selalu ada di sampingmu.
12. Papa Afiz tersayang, terima kasih atas dukungan dan cintanya hingga Bunda
dapat menyelesaikan semua ini.
13. Rekan-rekan kerja di Pemko Tebing Tinggi, terima kasih atas dukungannya
hingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
14. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang
berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun
perhatiannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Jasa mereka semua tidak ternilai, penulis tidak dapat membalasnya, dan
dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah
Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala
perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan
kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis
serta berbagai pihak yang memerlukan.
Medan, Februari 2011
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Rumusan Masalah ...6
1.3. Tujuan Penelitian ...6
1.4. Manfaat Penelitian ...7
1.5. Originilitas ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9
2.1. Landasan Teori...9
2.1.1. Pengertian Anggaran...9
2.1.2. Budgetary Goal Characteristics (BGC)...10
2.1.2.1. Partisipasi penyusunan anggaran (budgetary participation)......11
2.1.2.2. Kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity)...12
2.1.2.3. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)...12
2.1.2.4. Umpan balik anggaran (budgetary feedback) ...13
2.1.2.5. Kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty) ...14
2.1.3. Keadilan Prosedural ...14
2.1.4. Kinerja Manajerial ...16
2.1.5. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah ...18
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ...21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ...26
3.1. Kerangka Konsep ...26
BAB IV METODE PENELITIAN ...30
4.1. Jenis Penelitian...30
4.2. Lokasi Penelitian...30
4.3. Populasi dan Sampel ...31
4.4. Metode Pengumpulan Data ...32
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel...33
4.5.1. Kinerja Manajerial (Variabel Dependen) (Y)... 33
4.5.2. Budgetary Goal Characteristics (Variabel Independen)... 34
4.5.3. Keadilan Prosedural (Variabel Independen) (X6)... 35
4.6. Metode Analisis Data...36
4.6.1. Uji Kualitas Data...37
4.6.2. Uji Asumsi Klasik ...38
4.6.3. Model Pengujian Hipotesis ...40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...43
5.1. Hasil Penelitian ...43
5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian ...43
5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian...43
5.2. Hasil Uji Kualitas Data ...44
5.2.1. Uji Validitas ...44
5.2.2. Uji Reliabilitas ...47
5.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ...48
5.3.1. Uji Normalitas...48
5.3.2. Uji Multikolinearitas ...49
5.3.3. Uji Heteroskedastisitas...50
5.4. Uji Hipotesis ...51
5.4.1. Uji Hipotesis Model I...51
5.4.1.1. Uji signifikansi simultan (uji statistik F) model I ...52
5.4.1.2. Uji signifikansi parsial (uji statistik t) model I...53
5.4.2. Uji Hipotesis Model II ...54
5.4.2.1. Uji signifikansi simultan (uji statistik F) model II ...54
5.4.2.2. Uji signifikansi parsial (uji statistik t) model II ...55
5.4.3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)...56
5.4.4. Hasil Persamaan Regresi...57
5.4.4.1. Hasil persamaan regresi model I ...57
5.5. Pembahasan 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...64
6.1. Kesimpulan ...64
6.2. Keterbatasan Penelitian...65
6.3. Saran...66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Peneliti Terdahulu ... 24
4.1 Daftar Populasi dan Sampel... 31
4.2 Definisi Operasional ... 36
5.1 Data Hasil Kuesioner ... 43
5.2 Deskriptif Statistik ... 44
5.3 Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner... 45
5.4 Hasil Pengujian Validitas... 46
5.5 Uji Reliabilitas Variabel ... 48
5.6 Collinerity Statistics Coefficients... 50
5.7 Uji Statistik F...52
5.8 Uji Statistik t...53
5.9 Uji Statistik F ... 54
5.10 Uji Statistik t ... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep... 26
5.1 Pengujian Normalitas Data ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner... 72
2. Data Hasil Kuesioner... 80
3. Data Hasil Olahan untuk Regresi pada Persamaan Model I... 82
4. Data Hasil Olahan untuk Regresi pada Persamaan Model 2... 84
5. Deskriptif Statistik... 86
6. Uji Validitas dan Reabilitas ...87
7. Total Variance Explained...91
8. Persamaan Regresi Model I ...94
9. Persamaan Regresi Model 2...98
10. Deskripsi Hasil Penelitian... 102
11. Waktu Penelitian... 105
12. Tabel Distribusi t... 106
PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)
Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal Characteristics (BGC), Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial secara simultan dan parsial.
Populasi penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 336 orang dengan sampel 77 orang. Data kualitatif berupa data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dilakukan analisis faktor untuk semua karakteristik dari BGC
sehingga diperoleh satu nilai yang mewakili BGC yang akan diuji secara bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terhadap data sampel. Pengujian kedua yaitu karakteristik dari BGC diuji bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian pertama BGC dan Keadilan Prosedural baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial. Pada pengujian kedua dari kelima karakteristik BGC
hanya Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Keadilan Prosedural yang berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap Kinerja Manajerial.
THE INFLUENCE OF BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS AND PROSEDURAL JUSTICE TO MANAGERIAL PERFORMANCE
(FUNCTIONARY OF ECHELON III AND IV IN PEMKO TEBING TINGGI)
Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina. SE, MSi, Ph.D, Ak, and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyse influence of Budgetary Goal of Characteristics (BGC), Prosedural Justice to Managerial Performance by simultan and parsial.
The population of this research are functionary of echelon III and IV in Pemko Tebing Tinggi which amount 336 people, sampel are 77 people. The qualitative data used in this research are primary data. Hypothesis testing by 2 way, first analysed factor for all characteristic of BGC so that obtained one value which represent BGC to test together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis after the quality test of data and the classical assumption test of sample data. Second test all the characteristic of BGC tested together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis.
The Result of the first test indicate that BGC and Prosedural Justice either through simultan and also by parsial have an effect to Managerial Performance. The second test result from the fifth characteristics of BGC only Budgetary Participation and Prosedural Justice having an effect either through simultan and also by parsial to Managerial Performance.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda
pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Sejalan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat serta adanya pengaruh globalisasi yang
menuntut adanya keterbukaan maka pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah
tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 mengakibatkan pemerintah
daerah semakin dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan
Mangkunegara (2000) memberikan suatu kesamaan antara kinerja dengan
prestasi kinerja, dengan suatu konsep definisinya, yaitu: istilah kinerja berasal dari
Job Performance atau Actual Performance (kinerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai oleh seseorang). Kinerja adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah
dicapai oleh para personil yang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk
melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan
operasional perusahaan. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan,
investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan
perwakilan. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk
meningkatkan efektivitas organisasi (Handoko, 1996). Kinerja akan dikatakan efektif
apabila pihak-pihak bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam
proses penyusunan anggaran.
Lahirnya otonomi daerah mengakibatkan pergeseran sistem pemerintahan dari
sentralisasi menjadi desentralisasi dan memberikan jalan bagi pemerintah daerah
untuk melakukan pembaharuan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah
khususnya penganggaran dan penatausahaan keuangan daerah di mana
pertanggungjawaban keuangan daerah lebih ditekankan pada konsep penganggaran
kinerja atau berdasarkan prestasi kerja.
Penganggaran kinerja atau berdasarkan prestasi kerja adalah penganggaran
memiliki konsekuensi pada mekanisme penyusunan anggaran yang lebih partisipatif
dan dilaksanakan oleh tataran pejabat pemerintahan daerah pada tingkatan paling
bawah yaitu para pejabat eselon IV atau setingkat kepala sub bagian, kepala sub
bidang dan kepala seksi dan pejabat setingkat di atasnya yaitu pejabat eselon III atau
setingkat sekretaris, kepala bagian dan kepala bidang.
Anggaran merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan agar
dapat melakukan pengendalian terhadap pencapaian tujuan organisasi dalam hal ini
pemerintah daerah. Anggaran dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk
menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana dan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Selanjutnya, mengingat pentingnya fungsi anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian dalam organisasi maka proses penyusunan,
pelaksanaan dan evaluasi anggaran perlu dilakukan agar dapat disesuaikan dengan
tujuan anggaran. Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun berdasarkan pada
sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Oleh karena itu,
dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, maka pemerintah daerah (eksekutif) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) menyusun Kebijakan Umum APBD
(KUA) yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati
sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Penyusunan Kebijakan Umum APBD
pada dasarnya merupakan upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan memperhatikan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan standar pelayanan
minimum yang telah ditetapkan pemerintah.
Diberlakukannya otonomi daerah beberapa tahun belakangan ini, menjadikan
seluruh evaluasi anggaran merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah
masing-masing. Permasalahan yang terjadi di beberapa daerah yang menjadi kendala
pencapaian tujuan anggaran itu sendiri adalah ketidakmampuan SKPD dalam
merencanakan dan mengelola anggaran dengan baik. Seperti yang terjadi
di Pemerintah Kota Tebing Tinggi, banyak program kerja yang terlambat
dilaksanakan. Diketahui bahwa Pemko Tebing Tinggi hanya mampu menyerap
anggaran senilai Rp. 349 milyar dari Rp. 396 milyar Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2009. Ketidakmampuan merealisasikan
anggaran ini kelihatannya akan berlanjut di tahun 2010. Data realisasi penyerapan
dana sampai dengan bulan September 2010 pada 3 SKPD terbesar di Kota Tebing
Tinggi yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan
rata-rata hanya mampu menyerap dana APBD sebesar 40% dari anggaran yang telah
ditetapkan.
Kenis, (1979) menyimpulkan bahwa variasi dalam penyusunan anggaran
manajer tingkat atas seperti yang direfleksikan dalam Budgetary Goal Characteristics
(BGC) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari manajer tingkat
penyusunan anggaran dan penerapannya harus memperhatikan 5 komponen BGC
yaitu: partisipasi penyusunan anggaran (budgeting participation), kejelasan sasaran
anggaran (budget goal clarity), evaluasi anggaran (budgeting evaluation), umpan
balik anggaran (budgeting feedback), dan kesulitan sasaran anggaran (budgeting goal
difficulty).
Selain BGC, keadilan prosedural juga dapat mempengaruhi kinerja
manajerial. Keadilan prosedural berhubungan dengan keadilan dan kelayakan
prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengalokasikan keputusan-keputusan
dalam organisasi. McFarlin dan Sweeny, (1992) menjelaskan bahwa keadilan
prosedural berhubungan dengan persepsi bawahan mengenai seluruh proses yang
diterapkan oleh atasan mereka, sebagai sarana untuk mengkomunikasikan feedback
kinerja dan untuk menentukan reward bagi mereka seperti promosi atau kenaikan
gaji. Pengaruh keadilan prosedural juga disebut sebagai pengaruh proses yang adil
karena persepsi mengenai keadilan dari proses dapat berpengaruh dalam
meningkatkan outcome bahkan ketika outcome tersebut mempunyai implikasi yang
tidak diinginkan (Saunders et al, 2002). Beberapa studi tentang pembuatan keadilan
prosedural banyak dikaitkan dengan kinerja manajerial dan memiliki hasil positif
(Milani, 1975; Kenis, 1979; Early & Lind, 1987, sementara Kanfer et al. (1987))
menemukan korelasi yang sebaliknya.
Beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Bawono (2009)
terhadap kinerja manajerial dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial
melalui BGC juga terbukti berpengaruh positif. Penelitan Ulupui (2005) juga
menyimpulkan hal yang sama bahwa partisipasi berpengaruh terhadap kinerja,
sedangkan keadilan prosedural menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja dinas.
Kurnia (2004) menghasilkan pendapat yang berbeda yaitu BGC tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Pendapat ini juga didukung
oleh penelitian Murthi dan Sujana (2008) BGC tidak berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
Dari beberapa peneliti terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian
sehingga penulis ingin melakukan penelitian ulang dengan mengubah BGC dan
keadilan prosedural sebagai variabel bebas. Permasalahan yang menjadi focus
perhatian dalam penelitian ini adalah: Apakah Budgetary Goal Characteristics dan
keadilan prosedural secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial pada pejabat eselon III dan IV pada Pemerintah Kota
Tebing Tinggi?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas penulis ingin menguji
pengaruh budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural terhadap kinerja
keadilan prosedural secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dimaksudkan
untuk: Memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal
Characteristics dan keadilan prosedural secara simultan dan parsial terhadap kinerja
manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan
peneliti di bidang akuntansi keuangan daerah pada umumnya hubungan antara
keadilan prosedural dengan kinerja manajerial pada khususnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
3. Dapat menjadi masukan bagi rekan-rekan yang berminat dan tertarik
memperdalam penelitian kinerja pemerintah daerah.
4. Dapat menambah wacana tentang pencapaian kinerja pada organisasi sektor
publik yang selanjutnya dapat dijadikan informasi tambahan atas penelitian
1.5. Originilitas
Penelitian ini terinspirasi dari penelitian Bawono (2009) dengan judul “Peran
Budgetary Goal Characteristics sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan antara
Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV
pada Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta)”.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bawono adalah:
1. Pada penelitian ini variabel BGC sebagai variabel independen sedangkan
peneliti sebelumnya variabel BGC sebagai variabel intervening.
2. Penelitian ini dilakukan di Pemko Tebing Tinggi sedangkan peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai pengaruh budgetary goal
characteristic dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial. Menjabarkan
teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan
yang dikumpulkan selama penelitian.
2.1.1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber
daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Secara umum
anggaran dimaksud menggambarkan tentang rencana manajemen secara
komprehensif untuk masa yang akan datang dan bagaimana rencana tersebut dapat
dicapai dengan baik (Garrison dan Norren, 2000). Anggaran dalam arti lain adalah
suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan
moneter standar dan satuan ukuran lain yang mencakup jangka waktu tertentu
biasanya satu tahun (Mulyadi, 2001).
Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001) yaitu:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan
3. Anggaran berfungsi sebagai alat penghubung berbagai unit organisasi dalam
perusahaan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur yang dipakai sebagai pembanding
hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen menunjuk bidang yang kuat dan yang lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi
manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan organisasi.
2.1.2. Budgetary Goal Characteristics (BGC)
Sistem penganggaran merupakan komponen-komponen yang berperan serta
dalam mewujudkan tersusunnya suatu rencana keuangan baik rencana jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan penggunaan anggaran secara terus menerus, maka
fungsi anggaran sebagai alat pengendalian akan tercapai.
Kenis (1979) mengemukakan lima Budgetary Goal Characteristics (BGC)
yaitu:
1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (Budgetary Participation).
2. Kejelasan Sasaran Anggaran (Budget Goal Clarity).
3. Evaluasi Anggaran (Budgetary Evaluation).
4. Umpan Balik Anggaran (Budgetary Feedback).
2.1.2.1 Partisipasi penyusunan anggaran (budgetary participation)
Menurut Brownell (1982), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan
pengaruh individu dalam penyusunan anggaran sementara Chong (2002) menyatakan
sebagai proses di mana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk
terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran.
Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah kepada seberapa besar
tingkat keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk
mencapai target anggaran (Kenis, 1979).
Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat
pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan
pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran. Partisipasi memungkinkan
terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta bekerjasama
dalam tim untuk mencapai tujuan.
Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja aparat
pemerintah akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu
tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka pegawai akan
menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan pegawai juga memiliki
rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat
dalam penyusunannya (Milani, 1975). Semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer
dalam proses penyusunan anggaran, akan semakin meningkatkan kinerja (Indriantoro,
2.1.2.2. Kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity)
Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang
dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung
jawab terhadap pencapaiannya (Kenis, 1979). Penelitian Ivancevich (1976)
menunjukkan hasil bahwa kejelasan dan spesifikasi sasaran anggaran mempunyai
dampak yang positif terhadap komitmen pencapaian sasaran dan timbulnya kepuasan
terhadap pegawai.
Locke (1968) menyatakan bahwa mencantumkan sasaran anggaran secara
spesifik adalah lebih produktif dibandingkan dengan tidak adanya sasaran yang
spesifik dan hanya mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik. Sasaran yang
tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dari
pegawai.
Kenis (1979) menemukan bahwa manajer memberi reaksi positif dan secara
relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan tujuan anggaran. Manajemen
tingkat atas dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan
memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan
efisiensi biaya manajer tingkat bawah secara signifikan meningkatkan kejelasan dan
ketegasan tujuan anggaran mereka.
2.1.2.3. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)
Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri
sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen (Kenis, 1979). Hal ini akan
mempengaruhi tingkah laku, sikap dan kinerja manajer. Punitive approach dapat
mengakibatkan rendahnya motivasi dan sikap yang negatif, sedangkan supportive
approach dapat mengakibatkan sikap dan perilaku yang positif
Evaluasi secara mendasar mempunyai 4 tujuan yaitu 1) meyakinkan bahwa
kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan, 2) memudahkan
untuk membandingkan antara kinerja individu satu dengan yang lainnya, 3) sistem
evaluasi kinerja dapat memicu suatu isyarat tanda bahaya, memberi sinyal mengenai
masalah-masalah yang mungkin terjadi dan 4) untuk menilai pembuatan keputusan
manajemen.
2.1.2.4 . Umpan balik anggaran (budgetary feedback)
Kenis (1979) menyatakan bahwa umpan balik terhadap sasaran anggaran yang
dicapai adalah variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Jika
anggota organisasi tidak mengetahui hasil yang diperoleh dari upayanya untuk
mencapai sasaran, maka ia tidak mempunyai dasar untuk merasakan kesuksesan atau
kegagalan, dan tidak ada insentif untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan
pada akhirnya menjadi tidak puas (Becker dan Green, 1962). (Steers, 1975)
mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara umpan
balik anggaran dengan kinerja. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Hackman and
Lawler, 1971) memperoleh hasil yang berbeda yaitu tidak adanya hubungan antara
2.1.2.5. Kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty)
Kenis (1979) mengemukakan bahwa kesulitan sasaran anggaran mempunyai
rentang sasaran dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak
dapat dicapai. Muslimah (1998) menyatakan bahwa sasaran anggaran yang lebih ketat
menimbulkan motivasi yang lebih tinggi, namun jika melewati batas limitnya, maka
pengetatan sasaran anggaran justru akan mengurangi motivasi.
Locke, (1968) menyimpulkan bahwa sasaran anggaran yang lebih sulit akan
mengakibatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sasaran anggaran yang
lebih mudah. Carroll dan Tosi, (1970) menemukan hubungan yang positif dan
signifikan antara kesulitan sasaran anggaran dan kinerja. Namun penelitian yang
dilakukan dan (Steers, 1975) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak terdapat
hubungan yang positif antara kesulitan sasaran anggaran dengan motivasi dan kinerja.
2.1.3. Keadilan Prosedural
Keadilan prosedural berhubungan dengan persepsi bawahan mengenai seluruh
proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka,
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan feedback kinerja dan menentukan reward
bagi mereka seperti promosi atau kenaikan gaji (McFarlin dan Sweeny, 1992).
Anggapan adil atau tidak adil mengenai proses dan prosedur yang diterapkan
menunjukkan tingginya atau rendahnya keadilan prosedural menurut bawahan.
Keadilan prosedural merupakan sisi keadilan dalam penganggaran yang
anggaran. Leventhal (1980) mengusulkan beberapa kriteria yang dapat digunakan
dalam mengevaluasi keadilan dalam suatu proses pengalokasian:
Respresentativeness: proses tersebut menggabungkan minat dan nilai-nilai dari semua
subgroup penting dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh keputusan itu; Accuracy:
keputusan-keputusan yang berdasarkan informasi yang benar dan akurat, pendapat
yang mengandung informasi yang baik; Competency: semua orang yang dipengaruhi
oleh proses menerima perlakuan yang sama (konsistensi antar orang) dan proses yang
digunakan dibuat dalam cara yang sama setiap saat (konsistensi antar waktu); Bias
Suppression: pengambil keputusan tidak memiliki kepentingan pribadi dalam
keputusan tersebut dan memberikan semua pandangannya dengan pertimbangan yang
cukup; Correctability: proses tersebut memungkinkan melakukan koreksi terhadap
keputusan yang buruk; dan Ethicality: proses tersebut sesuai dengan standar etika dan
moralitas pribadi.
Lau dan Lim (2002) dan Wasisto dan Sholihin (2004) mengukur keadilan
prosedural persepsian dengan seberapa adil prosedur yang digunakan organisasi
untuk mengevaluasi kinerja. Hal ini mengindikasikan bahwa seberapa jauh sebuah
organisasi menekankan pentingnya keadilan prosedural, maka hal tersebut akan
mendorong bawahan untuk selalu mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada
anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Ahadiyat (2005) menyebutkan salah satu dimensi keadilan prosedural adalah
penyimpangan. Bagaimanapun, ketika organisasi menerapkan prosedur yang adil
dalam menilai kinerja terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya termasuk
anggaran, maka persepsi bawahan terhadap evaluasi penyimpangan anggaran akan
meningkat.
2.1.4. Kinerja Manajerial
Mahoney et.al, (1965) mendefinisikan kinerja manajerial didasarkan pada
fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik, yaitu seberapa
jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi:
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi
dan perwakilan. Menurut Indriantoro (1993) dan Supomo (1998), kinerja dikatakan
efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat
atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan
mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran,
menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat
menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem
penghargaan (reward) dan konflik.
Selain itu, menurut Kenis (1979), kinerja manajer juga dapat diukur dari
kelima dimensi BGC, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan
anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran.
Kelima dimensi BGC tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan
karena partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka
butuhkan kepada atasannya dan partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk
memilih tindakan yang dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung
jawab atas apa yang telah dipilih. Oleh karena itu, partisipasi dalam hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial secara keseluruhan. Kejelasan
sasaran anggaran mencerminkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara
spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang bertanggung jawab dalam
pencapaiannya. Apabila sasaran tidak disebutkan secara spesifik akan menyebabkan
kebingungan yang akan berdampak buruk terhadap kinerja. Tujuan anggaran adalah
range dari “sangat longgar dan mudah dicapai” sampai dengan “sangat ketat dan
tidak dapat dicapai” (Munawar, 2006). Tujuan anggaran yang mudah dicapai akan
gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan dan memiliki sedikit
pengaruh motivasi. Sebaliknya tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai
mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, dan tingkat aspirasi yang rendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa yang menjadi tingkat kesulitan untuk tujuan anggaran adalah
“ketat, tetapi dapat dicapai”. Evaluasi dan umpan balik terhadap sasaran anggaran
merupakan variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Dengan
adanya umpan balik yang diperoleh dari pencapaian sasaran anggaran dan
dilakukannya evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, maka
karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja untuk meminimalkan
Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja individu
dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, investigasi, koordinasi,
evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan.
2.1.5. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. PP No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
7. Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
8. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
11. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/
pengguna barang. Sedangkan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/
pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Kepala
SKPD diberikan wewenang oleh Kepala Daerah untuk membuat rencana kerja
anggaran sebagai dasar untuk menentukan anggaran periode berikutnya.
Kepala SKPD dibantu oleh KaSubdis atau Kasubbid untuk menentukan
rencana kerja anggaran. Wewenang pelaksanaan anggaran berada di tangan
Bendahara penerima dan pengeluaran, PPTK, kuasa BUD yang
dipertanggungjawabkan dananya oleh kepala SKPD. Tahapan pelaksanaan APBD,
yaitu:
1. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD).
2. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan (DPAL-SKPD).
3. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA-SKPD).
5. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD).
6. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
7. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM).
8. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
9. Pelaksanaan Belanja.
10. Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).
11. Sistem akuntansi Pemerintah Daerah, yang terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang
mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja.
b. Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), yang
mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah.
Selain itu sistem akuntansi PPKD ini juga melaksanakan fungsi
sebagai konsolidator yang mencatat akun-akun kontrol selama periode
pelaksanaan anggaran dan melakukan penyusunan laporan konsolidasi
di akhir periode.
c. Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya. Secara spesifik tujuan laporan keuangan
pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan
keuangan memuat informasi mengenasi entitas pelaporan dalam hal:
aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, transfer,
pembiayaan dan arus kas. Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh
masing-masing SKPD. Selanjutnya laporan keuangan tersebut
dikonsolidasikan oleh sistem akuntansi PPKD menjadi laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
Laporan keuangan pemerintah Provinsi/kabupaten/kota terdiri dari: i. Laporan realisasi APBD
ii. Neraca
iii. Laporan Arus Kas
iv. Catatan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan dan
dilampiri laporan keuangan Perusahaan Daerah yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain oleh Kurnia (2004)
mengenai Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial
dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Moderating Variabel
(Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah III) hasil yang
diperoleh budgetary goal characteristics tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja manajerial.
Ulupui (2005) meneliti Pengaruh Partisipasi Anggaran, Persepsi Keadilan
Distributif, Keadilan Prosedural, dan Goal Komitmen terhadap Kinerja Dinas
kesimpulan yang didapat partisipasi berpengaruh terhadap kinerja. Keadilan
distributif tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja, sedangkan keadilan
prosedural menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja dinas. Goal komitmen
tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja.
Murthi dan Sujana (2008) meneliti tentang Pengaruh Budgetary Goal
Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota
Denpasar hasilnya budgetary goal characteristics tidak berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pada rumah sakit pemerintah di kota Denpasar. Budaya paternalistik
mampu memperlemah pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja
manajerial dan komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh budgetary
Harefa (2008) meneliti Analisis Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan
Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi sebagai Variabel
Moderating pada PT BNI Tbk Medan hasil yang didapat partisipasi manajer dalam
penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komunikasi.
Penelitian Maisyarah (2008) mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi dan Komitmen sebagai
Variabel Moderating pada PDAM Provinsi Sumatera Utara mendapatkan hasil
partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial, sedangkan komunikasi dan komitmen bukanlah variabel moderating.
Bawono (2009) meneliti Peran Budgetary Goal Characteristics sebagai
Variabel Intervening dalam Hubungan antara Keadilan Prosedur dan Kinerja
Manajerial (studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks
Karesidenan Surakarta) hasil yang diperoleh keadilan prosedural berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Ringkasan hasil penelitian berupa tahun penelitian, nama peneliti, judul
Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu
Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Ratnawati
Pengaruh Budgetary Goal
Characteristics terhadap kinerja dinas. Goal komitmen tidak
Pengaruh Budgetary Goal
Lanjutan Tabel 2.1
Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Kornelius Variabel Moderating pada PT BNI Tbk Medan.
Peran Budgetary Goal
Characteristics sebagai
se-BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini memberikan perhatian pada hubungan variabel Budgetary Goal
Characteristics (BGC) dan keadilan prosedural dengan kinerja manajerial yang
disajikan sebagai berikut:
BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS
Partisipasi Penyusunan Anggaran
X1
Keadilan Prosedural X6
Kejelasan Sasaran Anggaran X2
Umpan Balik Anggaran X5
Kesulitan Sasaran Anggaran X3
Evaluasi Anggaran X4
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Kinerja manajer akan dikatakan efektif apabila tujuan organisasi yang telah
tertuang dalam anggaran dapat dicapai. Kenis (1979), kinerja manajer juga dapat
diukur dari kelima dimensi BGC, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran,
kejelasan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan sasaran
anggaran. Kelima dimensi BGC tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja.
Partisipasi penyusunan anggaran sebagai suatu mekanisme dalam pertukaran
informasi memungkinkan karyawan untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas
tentang pekerjaan mereka. Partisipasi tersebut juga membantu mereka untuk
memperbaiki kesalahan, yang akhirnya dapat mempengaruhi kinerja manajerial
(Hopwood, 1976).
Partisipasi dapat meningkatkan kinerja karena partisipasi memungkinkan
bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya dan
partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih tindakan yang dapat
membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah
dipilih. Oleh karena itu, partisipasi dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan
kinerja manajerial secara keseluruhan.
Kejelasan sasaran anggaran mencerminkan sejauhmana tujuan anggaran
ditetapkan secara spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang
spesifik akan menyebabkan kebingungan yang akan berdampak buruk terhadap
kinerja.
Tujuan anggaran adalah range dari “sangat longgar dan mudah dicapai”
sampai dengan “sangat ketat dan tidak dapat dicapai” (Munawar, 2006). Tujuan
anggaran yang mudah dicapai akan gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk
partisipan dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Sebaliknya tujuan yang sangat
ketat dan tidak dapat dicapai mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, dan tingkat
aspirasi yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa yang menjadi tingkat kesulitan
untuk sasaran anggaran adalah “ketat, tetapi dapat dicapai”.
Evaluasi dan umpan balik terhadap sasaran anggaran merupakan variabel
penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Dengan adanya umpan balik
yang diperoleh dari pencapaian sasaran anggaran dan dilakukannya evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, maka karyawan akan termotivasi
untuk meningkatkan kinerja untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan terhadap
anggaran.
Early dan Lind (1987), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keadilan
prosedural berkorelasi positif dengan kinerja manajer. Mereka menemukan bukti
bahwa persepsi manajer lini terhadap cara mengevaluasi, proses promosi dan umpan
balik dalam mengkomunikasikan kinerja akan mempengaruhi kinerja manajerial para
manajer lini. Kinerja manajerial akan meningkat jika persepsi bawahan (manajer lini)
Tang dan Baldwil (1996) dalam (Bawono, 2009) melakukan penelitian
terhadap karyawan yang diberi perlakuan yang berbeda. Mereka menemukan bukti
bahwa jika manajer dapat menerapkan peraturan secara adil dan konsisten ke seluruh
karyawan dan memberikan penghargaan/imbalan bagi mereka berdasarkan kinerja
dan kelebihan yang dilakukan tanpa bias pribadi, maka karyawan akan memiliki
persepsi positif mengenai keadilan prosedural.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang, tinjauan pustaka dan kerangka konsep
pengaruh budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural terhadap kinerja
manajerial dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Budgetary goal characteristics
dan keadilan prosedural berpengaruh positip terhadap kinerja manajerial baik secara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, (Erlina, 2008) menyebutkan
penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang
menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai
variabel.
Tujuan penelitian untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan responden
yang diteliti. Hasil pengujian dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang dikembangkan dari
telaah teoritis. Penelitian ini akan mengidentifikasi bagaimana variabel independen
mempengaruhi variabel dependen.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi, yang
menjadi objek penelitian adalah para pejabat eselon III dan IV pada setiap Satuan
dengan Januari 2011. Namun, penyebaran dan pengumpulan kembali kuesioner
sendiri dilakukan di bulan Nopember 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing
Tinggi yang berjumlah 336 orang sampai dengan Mei 2010. Pengambilan pejabat
eselon III dan IV dikarenakan rata-rata pejabat terkait adalah pejabat level tengah dan
bawah yang bertanggung jawab pada penyusunan anggaran pada setiap unit kerjanya
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pejabat eselon II tidak diikut sertakan
dalam penelitian ini dikarenakan pejabat eselon II merupakan pengguna anggaran
di dinas dan badan, sehingga tidak akan tepat untuk diukur keadilan proseduralnya.
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified
random sampling.
Tabel 4.1. Daftar Populasi dan Sampel
No SKPD Populas Estimas Realisasi
1. Dinas Pendidikan 15 4 orang 2 orang 10. Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil 15 3 orang 3 orang 11. Kantor Pemberdayaan Perempuan 4 1 orang 1 orang 12. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan 15 3 orang 3 orang 13. Dinas Pemuda dan Olah Raga 12 3 orang 3 orang
14. Kesbang Linmas 15 3 orang 3 orang
Lanjutan Tabel 4.1
No SKPD Populas Estimas Realisasi
16. Sekretariat DPRD 9 2 orang 2 orang
Pada Tabel 4.2 daftar populasi berjumlah 26 SKPD dari yang seharusnya 30
SKPD hal ini disebabkan 5 kecamatan digabung menjadi 1 SKPD. Jumlah sampel
yang akan diambil sebanyak 77 orang dari 30 SKPD yang ada di lingkungan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Jumlah 77 orang berdasarkan kriteria kecukupan
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang
terdiri dari data primer. Data primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuesioner
yang telah diisi oleh pejabat eselon III dan IV di setiap bagian, dinas, badan, dan
kantor di lingkungan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi. Instrumen dalam kuesioner
Budgetary Goal Characteristics diambil dari penelitian Milani (1975), untuk
kuesioner keadilan prosedural diadopsi dari penelitian Laventhal (1980), sedangkan
untuk kuesioner kinerja manajerial diambil dari penelitian Mahoney, Jerdee dan
Caroll (1963). Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dengan konotasi positif
dan negatif dengan skor 1 sampai 5 untuk variabel keadilan prosedural dan BGC
sedangkan variabel kinerja manajerial diberi skor 1 sampai 5, untuk pertanyaan yang
berkonotasi negatif dalam proses pengolahan data skor tersebut akan dibalik.
Langkah-langkah pengambilan data primer atau pengiriman kuesioner yaitu,
kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi. Setelah 1 minggu, peneliti
mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden. Jika ada responden yang belum
mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1
minggu lagi. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan
oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul
sudah mencapai 77, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba kembali
untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
4.5.1. Kinerja Manajerial (Variabel Dependen) (Y)
Kinerja manajerial merupakan tingkat keberhasilan para pejabat terkait yang
mencakup tingkat kecakapan dalam melaksanakan aktivitas manajemen meliputi
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf,
negosiasi dan perwakilan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen
sembilan item kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney et al (1963). Skala
pengukurannya adalah interval dengan skor 1 sampai 5.
4.5.2. Budgetary Goal Characteristics (Variabel Independen)
Budgetary Goal Chracteristics merupakan suatu sistem rencana jangka
pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam
proses pemrograman yang terdiri dari 5 karakteristik penganggaran yaitu:
1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (budgetary participation) (X1) yaitu tingkat
keterlibatan pejabat eselon III dan IV dalam penyusunan anggaran.
2. Kejelasan Sasaran Anggaran (budget goal clarity) (X2) adalah luasnya
sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti
oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya.
3. Kesulitan Sasaran Anggaran (budget goal difficulty) (X3). Rentang sasaran
dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak dapat
4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation) (X4) adalah tindakan yang
dilakukan untuk menelusuri penyimpangan atas anggaran ke SKPD yang
bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja SKPD.
5. Umpan balik anggaran (budgetary feedback) (X5). Hasil yang diperoleh dari
upayanya untuk mencapai sasaran sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan
atau kegagalan.
Kelima karakteristik sistem penganggaran diukur dengan menggunakan 25
item kuesioner yang telah digunakan oleh (Kenis, 1979) dan (Muslimah, 1998).
Setiap item diberi skor 1 sampai 5. Skala pengukurannya adalah interval.
4.5.3. Keadilan Prosedural (Variabel Independen) (X6)
Keadilan prosedural adalah keadilan yang dipahami individu berdasarkan
proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan (reward) tentang seluruh
proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka.
Variabel ini diukur dengan empat indikator yaitu evaluasi kinerja, promosi jabatan,
komunikasi dan keterlibatan dalam kegiatan. Untuk mengetahui indikator tersebut
penelitan menggunaan instrumen empat item kuesioner yang digunakan oleh
(Leventhal, 1980), (Lau dan Lim, 2002), (Solihin, 2002) dan (Wasisto dan Sholihin,
2004) dengan setiap item diberi skor 1 sampai 5. Skala pengukurannya adalah
Tabel 4.2. Definisi Operasional
Jenis Variabel Nama Variabel
Definisi Variabel Pengukuran Variabel Skala
Dependen Kinerja Manajerial
Merupakan tingkat keberhasilan para pejabat terkait yang mencakup tingkat kecakapan dalam melaksanakan aktivitas manajemen meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan.
Merupakan suatu sistem rencana
jangka pendek yang disusun
berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses pemrograman.
Meliputi lima indikator, yaitu: sistem penganggaran, yaitu: partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan sasaran anggaran.
keadilan yang dipahami individu berdasarkan proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan (reward) tentang seluruh proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka.
Variabel ini diukur dengan empat indikator adil dalam evaluasi kinerja, promosi jabatan,
4.6. Metode Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan teknik
statistik deskriptif dan inferensial dalam menganalisis data multivariate. Tujuan
penelitian di samping mendeskripsikan distribusi data, juga menguji dependensi dan
interdependensi antar variabel yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1998). Analisis
dependensi merupakan metode statistik dalam analisis multivariate yang digunakan
beberapa variabel independen. Analisis interdependensi merupakan metode statistik
dalam analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui struktur dari
sekelompok variabel atau objek.
4.6.1. Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat
dievaluasi melalui uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing
untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan
instrumen. Ada 2 prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur
kualitas data, yaitu:
1. Uji validitas, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji tersebut dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah
instrumen penelitian yang telah disususun benar-benar akurat sehingga
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner tersebut. Jika r
hitung untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau
pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2002).
2. Uji reliabilitas, yaitu untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono dan Utami, 2004).
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan alat bantu program statistik.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda perlu dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis
agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji asumsi klasik meliputi:
1. Uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho,
2005). Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat
melalui normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
disribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2002).
2. Uji multikolinieritas, bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) pada model regresi. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas (multiko).
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas
diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses
pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas
pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model tersebut
dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF =
10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
3. Uji heteroskesdastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokesdastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada
suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut
(Nugroho, 2005). Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot
dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot
(Studenzized) dibandingkan dengan hasil prediksi. Jika titik-titik sebar
membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian
4.6.3. Model Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 1 variabel dependen dan 2 variabel independen
maka untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan alat analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu
variabel dengan variabel lain.
Budgetary Goal Characteristic terdiri dari 5 karakteristik, pengujian
dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama dilakukan analisis faktor untuk seluruh
karakteristik dari BGC. Hasil pengujian akan diperoleh satu nilai yang mewakili BGC
yang akan digunakan sebagai nilai yang mewakili variabel BGC dan nilai ini akan
diuji secara bersama-sama variabel Keadilan Prosedural untuk melihat pengaruhnya
terhadap Kinerja Manajerial. Persamaan regresi yang digunakan:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ε
Di mana:
Y = kinerja manajerial a = konstanta
X1 = budgetary goal characteristics
X2 = keadilan prosedural
b1, b2 = koefisien regresi
ε = error
Cara kedua yaitu karakteristik dari BGC akan diuji secara bersama-sama
dengan variabel Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial sehingga
persamaan regresinya adalah
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5 + b6X6 + ε
Di mana: