• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng di Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng di Tapanuli Selatan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PRODUKTIVITAS SALAK (Salacca sumatrana)

DAN STATUS HARA TANAH MENURUT KEMIRINGAN

LERENG DI TAPANULI SELATAN

TESIS

OLEH

MASTIAGOM SIREGAR

NIM. 107001041

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PRODUKTIVITAS SALAK (Salacca sumatrana) DAN

STATUS HARA TANAH MENURUT KEMIRINGAN LERENG DI

TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi Program Pascasarjana

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MASTIAGOM SIREGAR NIM. 107001041

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Hubungan Produktivitas Salak (Salacca sumatrana)

dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan

Lereng di Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Mastiagom Siregar

Nomor Pokok : 107001041

Program Studi : Agroekoteknogi

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D Ketua

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Program Studi

Anggota

Prof. DR. Ir. Abdul Rauf MP

Dekan

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

(4)

Telah di uji pada hari : Kamis

Tanggal : 7 Februari 2013

---

Panitia Penguji Tesis :

(5)

ABSTRACT

Generally, Salacca sumatrana is growing the moderate to steep slopes. Hence, the slopes condition is prone to erosion. This study aimed to evaluate the correlation attitude of Ground and component of plant production to ward production of sallaca sumatrana in various of sloped the study used regretion analysis, soil chemicaled and plant production components analysis.

The result showed that soil chemical of the ground which influence toward the production of Salacca sumatrana (T1) in pH, C-organic, N-total, Kdd, Mgdd T2 pH, C-organic , Kdd Mgdd T3 C-organic and Kdd T4 pH, C-organic, P and Mgdd, T5 C-organic, P and Mgdd. The highest production of Salacca sumatrana was found in T2, the lowest was found in T1. The component factor of productin which was influence to ward the production of Salacca sumatrana was resulted the bunch of the fruit, the stem of fruit in T3 and T5 and the total of fruit in T2 area. Therefore, the production of Salacca sumatrana was not influenced by slopes. Fertilizer was needed in this area.

(6)

ABSTRAK

Secara umum tanaman Salak Sidimpuan ( Salcca Sumaterana ) berada

pada lahan yang bertofografi miring yang berpotensi terjadinya erosi yang mengakibatkan rendahnya kandungan hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman terhadap produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lahan yang berbeda. Analisa yang digunakan Regresi berganda, parameter yang diamati mencakup sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman

Hasil penelitian menunjukkan sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada T1 pH tanah, N-total, K-tukar dan Mg-tukar. Pada T2 pH tanah, C-organik dan K-Mg-tukar. Pada T3 C-oragnik dan K-tukar,. Pada T4 pH tanah, C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Pada T5 C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T5 sebesar 1025.6 kg/ha. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan yang dihasilkan adalah jumlah tandan buah secara umum, jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T5 dan jumlah total buah pada daerah T2. Oleh karena itu produksi salak Sidimpuan tidak berpengaruh oleh tingkat kemiringan lahan, tetapi unsur hara hampir disetiap kemiringan lahan keberadaannya rendah sehingga untuk meningkatkan produksi salak Sidimpuan harus dilakukan pemupukan.

Kata kunci : Salak, Padangsidimpuan, Slope, Produktivitas

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Produktivitas Salak

(Salacca sumatrana) Dan Status Hara Tanah Menurut Kemiringan Lereng

di Tapanuli Selatan”.

Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui

lembaran ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis almarhum Payungan Siregar dan Ibunda Tiria

serta Bapak dan ibu mertua, yang telah memberikan pembelajaran secara

sempurna mulai dari kecil sampai sekarang.

2. Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik yang bersifat

membangun.

3. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing II atas kesabaran,

bantuan, bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan kepada penulis

terutama dalam hal penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Lutfi AM.Siregar, SP. M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Dr. Ir.

Hamidah Hanum, MP selaku Dosen Penguji II atas segala masukan yang

telah di berikan.

5. Suamiku tercinta Ali Imran Harahap yang dari sebelah rusuknya aku

(8)

6. Anak-anakku tercinta (Asrul Aziz Ali Ananta Harahap dan Alma Rifaldy

Harahap ) yang telah memberikan semangat dan dorongan yang luar biasa.

7. Rekan – rekan S2 AET 2010 (Pak De, Kak Ida, Kak Yus, Kak Nini, Kak

Lanna, Kak Sri, Bang Tom, Kak Erlina dan yang lainnya) yang

meluangkan waktunya sebagai mitra diskusi selama penelitian dan

penulisan tesis berlangsung.

8. Bang Rombatua sekeluarga yang telah memberikan bantuan dan arahan

serta doa yang tulus serta semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya tesis ini.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari

bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1972 di Pintulangit Jae

Padangsidimpuan Propinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ke sembilan

dari sepuluh bersaudara dari pasangan alm Kali Payungan dan Tiria.

Penulis menempuh pendiddikan formal yaitu SD Negeri 142472

Pintulangit Kabupaten Tapanuli Selatan dan lulus tahun 1985, kemudian

melanjutkan ke SLTP Negeri Pokenjior Kabupaten Tapanuli Selatan dan lulus

tahun 1988, dan menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Parapat Kabupaten

Simalungun Jurusan Ilmu-ilmu Biologi dan lulus pada tahun 1991. Penulis

melanjutkan pendidikan Strata – 1 di Universitas Muhammadiyah Tapanuli

Selatan dan lulus pada tahun 1997. Selama menempuh pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Tapanuli Selatan penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan

Mahsiswa Islam di cabang Padangsidimpuan periode 1995 – 1997.

Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan sebagai tenaga honor di

Dinas Pertanian kota Padangsidimpuan sebagai penyuluh pertanian lapangan.

Pada tahun 2004 penulis juga mendapat kesempatan sebagai tenaga pengajar di

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Pada tahun

2007 penulis diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil di Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluh Pertanian kota Padangsidimpuan sebagai tenaga Penyuluh. Pada

tahun 2010 melanjutkan pendidikan Strata-2 di program Magister program studi

Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada tanggal

7 Februari 2013, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-2 di

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Profil Kabupaten Tapanuli Selatan ... 5

B. Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 6

C. Kemiringan Lereng dan Produksi ... 9

D. Potensi Lahan ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Bahan dan Alat ... 21

C. Metode Penelitian ... 22

D. Pelaksanaan Penelitian ... 24

E. Parameter Pengamatan ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A.Hasil Penelitian ... 27

(11)

1. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lahan 0-8 % (T1). ... 31

2. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 8 – 15 %

(T2 ). ... 31 3.Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 15 - 25 % (T3 ) ... 33 4. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan 25 – 45 %

(T4 ) ... 35 5. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi

terhadap Produksi Salak pada Kemiringan Lahan > 45 % (T5). ... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. ... K esimpulan ... 39 B. ... S

aran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Kriteria Sifat Kimia Tanah Secara Umum. ... 19 2. Data yang Diambil di Lapangan ... 22 3. Kelas Kemiringan Lahan ... 22 4. Hasil Analisis Contoh Tanah Kebun Salak Sidimpuan di Tapanuli

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian ... 20 2. Tahapan Kegiatan Penelitian... 23 3. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Hasil Pengamatan. ... 43

2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap produksi salak Sidimpuan pada Kemiringan 0-8% ... 44 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada kemiringan 8-15%. ... 45 4. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan 15-25%. ... 46

5. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan 25-45%. ... 47 6. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Sifat Kimia Tanah dan

Komponen Produksi terhadap Produksi salak Sidimpuan pada Kemiringan >45%. ... 48 7. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 0-8 %. ... 49

8. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 8-15 %. ... 50

9. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan Produksi salak sidimpuan pada kemiringan lereng 15-25 %. ... 51

10. Korelasi sifat kimia tanah dan komponen produksi dengan produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng 25-45 %. ... 52 11. Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan

Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lereng >45 %. ... 53 12. Peta administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 54 13. Lokasi Penelitian dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan ... 55

14. Tabel Rataan Tahunan Curah Hujan Kec A. Barat, B Toru dan Batang Angkola Kecamatan ... 56

15. Titik Lokasi Penelitian pada 30 Lokasi di Enam (6) Kecamatan ... 57

(15)

ABSTRACT

Generally, Salacca sumatrana is growing the moderate to steep slopes. Hence, the slopes condition is prone to erosion. This study aimed to evaluate the correlation attitude of Ground and component of plant production to ward production of sallaca sumatrana in various of sloped the study used regretion analysis, soil chemicaled and plant production components analysis.

The result showed that soil chemical of the ground which influence toward the production of Salacca sumatrana (T1) in pH, C-organic, N-total, Kdd, Mgdd T2 pH, C-organic , Kdd Mgdd T3 C-organic and Kdd T4 pH, C-organic, P and Mgdd, T5 C-organic, P and Mgdd. The highest production of Salacca sumatrana was found in T2, the lowest was found in T1. The component factor of productin which was influence to ward the production of Salacca sumatrana was resulted the bunch of the fruit, the stem of fruit in T3 and T5 and the total of fruit in T2 area. Therefore, the production of Salacca sumatrana was not influenced by slopes. Fertilizer was needed in this area.

(16)

ABSTRAK

Secara umum tanaman Salak Sidimpuan ( Salcca Sumaterana ) berada

pada lahan yang bertofografi miring yang berpotensi terjadinya erosi yang mengakibatkan rendahnya kandungan hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman terhadap produksi salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan lahan yang berbeda. Analisa yang digunakan Regresi berganda, parameter yang diamati mencakup sifat kimia tanah dan komponen produksi tanaman

Hasil penelitian menunjukkan sifat kimia tanah yang berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada T1 pH tanah, N-total, K-tukar dan Mg-tukar. Pada T2 pH tanah, C-organik dan K-Mg-tukar. Pada T3 C-oragnik dan K-tukar,. Pada T4 pH tanah, C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Pada T5 C-organik, P-tukar dan Mg-tukar. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T5 sebesar 1025.6 kg/ha. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan yang dihasilkan adalah jumlah tandan buah secara umum, jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T5 dan jumlah total buah pada daerah T2. Oleh karena itu produksi salak Sidimpuan tidak berpengaruh oleh tingkat kemiringan lahan, tetapi unsur hara hampir disetiap kemiringan lahan keberadaannya rendah sehingga untuk meningkatkan produksi salak Sidimpuan harus dilakukan pemupukan.

Kata kunci : Salak, Padangsidimpuan, Slope, Produktivitas

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salak (Salacca sumatrana) termasuk dalam suku palmae (Araceae) yang

tumbuh berumpun, merupakan tanaman asli Indonesia. Di Padangsidimpuan salak

merupakan komoditi unggulan yang ditetapkan secara nasional

(Anonymous,1996). Kecamatan Angkola Barat adalah sentra tanaman salak di

Provinsi Sumatera Utara dan dianggap daerah asal tanaman salak

Padangsidimpuan, dan dari daerah ini menyebar ke daerah-daerah lain sehingga

saat ini tanaman salak Padangsidimpuan dapat dijumpai hampir diseluruh

Kabupaten Tapanuli Selatan. Varietas salak Padangsidimpuan cukup banyak,

yang didasarkan pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna kulit buah)

atau lokasi dimana salak ditanam atau dibudidayakan. Pada saat ini terdapat 3

varietas salak sesuai keputusan Menteri Pertanian yaitu salak PadangSidimpuan

Merah (SK.No.763/Kpts/TP.240/6/99), Salak PadangSidimpuan Putih

(SK.No.764/Kpts/TP.240/6/99) dan salak Sibakua (SK.No.427/Kpts/ TP.240/7

2002) (BPSP, 2009).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton.

Sebanyak 259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera

Utara. Jika angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara

mampu menghasilkan buah salak sebanyak 31.25 persen dari 829.014 ton jumlah

buah salak.

(18)

Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan

sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km2 terdiri atas

80 desa dengan ketinggian dari 200 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung

Lubuk Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km2 terdiri atas 30 desa dengan

ketinggian 250 m dpl sampai 1800 m dpl dan kecamatan Angkola Selatan 123.45

km2

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di kecamatan Angkola

Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha

dengan produksi 236. 793 ton / tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia

15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak

Tapanuli Selatan 91.39 persen dari produksi salak Sumatera Utara. Produksi salak

Sidimpuan di Kota Padangsidimpuan tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007

menjadi 7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian

penurunan pada tahun ini sebesar 3.45 % (BPS Padangsidimpuan, 2010).

terdiri atas 34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli

Selatan merupakan lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya

berada di pantai barat pulau Sumatera.

Perubahan ketinggian dari wilayah dataran rendah ke dataran tinggi cukup

tajam, menjadikan Kabupaten Tapanuli Selatan banyak memiliki topografi miring.

Topografi miring tersebut pada umumnya cocok untuk tanaman salak, karena

topografi miring umumnya memiliki drainase yang baik (Anonymous,1996). Hal

ini dikarenakan zona perakaran tanaman salak relatif dangkal dan akarnya tidak

tahan terhadap genangan air dan kekeringan. Perkebunan salak di Kabupaten

(19)

sepenuhnya pada hujan, sehingga faktor curah hujan dan tekstur tanah mempunyai

peranan yang besar terhadap pertumbuhan tanaman salak.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat bahwa permasalahan

yang dirasakan sekarang terjadi penurunan kualitas buah dan produksi dari buah

salak tersebut. Hal ini mungkin disebabkan bahwa teknik dalam pengelolannya

masih mengikut tradisi dari terdahulu dimana tanaman dipangkas tidak mengikuti

aturan dan tidak pernah dilakukan pemupukan. Kemerosotan sumber daya tanah

dan lingkungan memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan

penggunaan lahan secara berkelanjutan. Pengaruh iklim, kesuburan tanah

mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta produksi tanaman. Oleh Karena itu

perlu di lakukan penelitian tentang pengaruh kemiringan lereng dan kesuburan

tanah terhadap produktifitas salak di Kabupaten Tapanuli Selatan.

B. Perumusan Masalah

Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai

mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak Sidimpuan (Salacca

sumatrana), memiliki ciri khusus dimana buahnya berukuran lebih besar dan

mempunyai rasa manis-manis asam (sepat) dan berdaging putih serta putih

kemerahan dibandingkan jenis salak lainnya. Jenis salak ini mempunyai nilai

komersial yang tinggi. Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini terjadinya

penurunan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam pengelolaannya

salak Sidimpuan masih melakukan tradisi secara turun temurun dimana tanaman

dipangkas tidak menurut aturan yang sebenarnya dan juga tidak pernah dilakukan

(20)

Pesatnya pembangunan diberbagai sektor yang berkepentingan dengan

ruang, berdampak terhadap makin terbatasnya lahan potensial untuk

pengembangan penanaman tanaman salak, karena alih fungsi lahan pertanian

produktif ke penggunaan nonpertanian. Langkanya lahan pertanian yang subur

dan potensial diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan

topografi, iklim, tanah dan lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh

tanaman yang diusahakan.

Usaha untuk pemecahan masalah ini sebagai langkah pertama perlu

diketahui tingkat kesuburan tanahnya dengan menganalisis sifat kimia tanahnya.

Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan tanahnya, juga

diperhatikan tindakan-tindakan agronomi yang diterapkan baru dilakukan

karakteristik lahan salak Sidimpuan dalam meningkatkan kembali produksi

tanamannya melalui teknologi konservasi lahan yang ada.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi hubungan sifat kimia Tanah dan produksi salak Sidimpuan

pada berbagai kemiringan lereng.

2. Mengevaluasi hubungan komponen produksi dan produksi salak

Sidimpuan pada berbagai kemiringan lereng.

D. Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi dan kajian bagi fihak-fihak yang memerlukan

dalam pengembangan budidaya tanaman salak Padangsidimpuan di Kabupaten

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kabupaten Tapanuli Selatan

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut

Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh seorang Residen yang

berkedudukan di Padangsidimpuan. Dengan keluarnya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 37 dan 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus

2007 tentang Pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas

(BPS Tapanuli Selatan, 2010) maka Kabupaten Tapanuli Selatan telah

dimekarkan menjadi empat Kabupaten dan satu Kotamadya, sehingga luas

wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan secara otomatis semakin berkurang.

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0058’35”- 2007’33”

Lintang Utara dan 98042’50” – 99034’16” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara. Sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang

Lawas Utara, sedangkan sebelas Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Mandailing Natal. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal

dan juga Samudera Indonesia. Luas Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4.367.05

km2

Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung tidak merata

disepanjang tahunnya. Pada bulan Maret terjadi curah hujan tertinggi (1.508 mm).

Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi Bulan November yaitu 22 hari.

, sedangkan ketinggiannya berkisan antara 0 – 1.925.3 di atas permukaan laut.

Dari luasan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tersebut tersebar pada

(22)

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan konservasi, hutan

produksi, hutan produksi terbatas, dan area penggunaan lain (Apl). Luas Wilayah

hutan Tapanuli Selatan mencapai 451.225 ha dimana persentase terbesar luas

hutan adalah areal penggunaan lain yaitu 32.17 persen dari keseluruhan luas

hutan. Setelah areal penggunaan lain, persentase kedua adalah hutan lindung

dengan 28.99 persen, hutan produksi 19.71 persen, hutan produksi terbatas 16.11

persen dan hutan konservasi sebesar 3.0 persen. Jumlah penduduk Kabupaten

Tapanuli Selatan berdasarkan angka agregat hasil Sensus Penduduk 2010 (SP

2010) sebesar 264.10 jiwa yang terdiri dari 131.43 jiwa penduduk laki-laki dan

132.67 jiwa penduduk perempuan, sedangkan jumlah rumah tangganya sebanyak

60.79 rumah tangga.

Berdasarkan lapangan usaha utama dapat dilihat bahwa penduduk yang

bekerja di sektor pertanian menempati urutan teratas yaitu 78.28 persen, kemudian

sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yaitu 8.76 persen dan

sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5.27 persen (BPS Tapanuli Selatan, 2010).

Areal produksi salak di Tapanuli Sealatan terdapat di Kecamatan Angkola

Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Keecamatan Angkola Timur. Luas

pertanaman salak 13.928 ha dengan produksi 236.793 ton/tahun. Areal

pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas

tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan

terus meningkat (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011).

B. Tanaman Salak dan Pengembangannya

Tanaman Salak termasuk dalam suku Palmae (araceae) yang tumbuh

(23)

tersusun rapat dan berduri. Pada tanaman yang sudah tua, batangnya akan melata

atau menjulur kesamping dan dapat bertunas. Pada umumnya tunas ini dibiarkan

hidup menjadi pokok baru (Santosa et.al., 1996).

Daun majemuk menyirip, helaian daunnya panjang, pelepah dan

tangkainya berduri. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun menyempit,

cembung, bersegmen banyak dan tidak sama. Panjang daun 4 – 7 m (Tjahjadi,

1988)

Kebanyakan berumah dua (dioseus), karangan bunga terletak dalam

tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh

seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut.

Tongkol bunga jantan 50 – 100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris

yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga kemerahan

terletak diketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm,

bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm

(Purwantoro, 2005)

Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur

terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat diujungnya, panjangnya 2.5-10 cm

terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning kecoklatan sampai coklat merah

mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah

putus di ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah tebal berdaging, kuning

krem sampai keputihan, berasa manis, masam atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat

sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya (Verheij dan Coronel, 1997).

Tanaman salak sesuai bila ditanam didaerah berzona iklim Aa, bcd, Babc

(24)

bulan/tahun dan C 5-7 bulan/tahun. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100

mm sudah tergolong dalam bulan basah, serta membutuhkan tingkat

kebasahan/kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari

penuh (100%), tetapi cukup 50%-70% karena itu diperlukan adanya tanaman

peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-300

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat

keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4.5-7.5. Kebun

salak tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan

kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100 – 500 m

dpl (BPP Iptek, 2010).

C. Salak membutuhkan kelembaban

tinggi tetapi tidak tahan terhadap genangan air (BPP Iptek, 2010).

Buah salak dipanen pada saat umur buah mencapai 6 bulan sejak hari

penyerbukan. Saat yang tepat untuk memanen adalah menjelang buah matang

pohon, buah memiliki rasa enak dan aroma yang khas.

Ciri-ciri visual buah salak yang layak dipanen pada stadium matang di

pohon adalah warna kulit buah bersih dan mengkilat, bila dipegang atau dipijat

terasa empuk dan dan kulitnya tidak kasar, serta beraroma khas, bahkan

kadang-kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah dikupas warna bijinya coklat

kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk dan duri-duri kecil buah

sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas

dari tangkai buah (Rahmat, 2003).

Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu

musim tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat empat

(25)

sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli (3) panen kecil pada bulan Pebruari, Maret,

dan April (4) masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan

Oktober (BPP Iptek, 2010).

Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah

untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasar luar

negeri. Di Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari

tahun 1983-1987. Bila ditahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun

sedikit ditahun 1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi

buah salak melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih

banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan

1989 mengalami penurunan (BPP Iptek, 2010).

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola

Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Angkola Timur. Luas

pertanaman salak 13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton/tahun. Areal

pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas

tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan

kecendrungan terus meningkat (Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011).

C. Kemiringan Lereng dan Produksi

Degradasi lahan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas sifat fisika

tanah,kemudian sifat-sifat fisik tanah tercermin antara lain menurunnya kapasitas

infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan

ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah sehingga

dapat menyebabkan terjadinya erosi (Arsyad, 2000). Berkaitan dengan hal

(26)

berkaitan dengan proses erosi adalah jenis penggunaan lahan dan kemiringan

lereng.

Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan

panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30%-45%)

memiliki pengaruh gaya berat (grafity) yang lebih besar dibandingkan lahan

dengan kemiringan lereng agak curam (15%-30%) dan landai (8%-15%). Hal ini

disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya

permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan

mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation)

dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).

Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat

dalam memindahkan bahan – bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin

besar pula.Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%,

maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan

seiring dengan semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal tersebut, diduga

penurunan sifat fisik tanah akan akan lebih besar terjadi pada lereng 30%-45%.

Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30%-45%) terjadi erosi

terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan

organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang

rendah dibandingkan dengan tanah-tanah didaerah datar yang air tanahnya dalam.

Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi

tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi ditempat

(27)

Vegetasi berperan penting dalam melindungi tanah dari erosi. Menurut

Morgan (1979), keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi

di pengaruhi oleh tinggi tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi dan kerapatan

perakaran. Sedangkan menurut Arsyad (2000), faktor–faktor yang berpengaruh

terhadap besarnya aliran permukaan maupun erosi adalah kondisi fisik lingkungan

yang meliputi iklim, topografi, dan pola penggunaan lahan.

Sifat –sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief tanah adalah

tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horizon A, kandungan air tanah

warna tanah, tingkat perkembangan horizon, pH tanah, kandungan garam mudah

larut, jenis tingkat dan perkembangan padas, suhu dan sifat dari bahan induk tanah

(Hardjowigeno, 1993).

Pada daerah yang berlereng curam akan terjadi erosi yang terus menerus,

sehingga tanah - tanah di tempat ini bersolum dangkal. Kandungan bahan organik

rendah dan perkembangan horizon lambat di bandingkan dengan tanah - tanah

di daerah datar yang air tanahnya dalam. Sebagai akibat adanya keragaman sifat

fisik dan kimia tanah tersebut maka terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan

produksi tanaman yang diperolehnya.

D. Potensi Lahan

Secara umum suatu keberhasilan pengembangan pertanaman ditentukan

oleh status hara dan lingkungan dimana komoditas itu dikembangkan. Agro

ekosiostem atau faktor biofisik seperti tanah dan iklim menjadi peluang atau

kendala dalam pembangunan komoditas tersebut (Efendi, 2011).

Kesuburan tanah sebagai status tanah yang menunjukkan kapasitas untuk

(28)

tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur manapun. Pengertian

tersebut menunjukkan bahwa tanah yang subur mempunyai kemampuan memasok

unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang kepada tanaman, sehingga

tanaman tumbuh dan berkembang dengan sehat dan berproduksi dengan

potensinya (Munawar, 2011).

1. Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa

penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus

mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang

terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman,

sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk

mempertinggi produksi.

Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Di dalam tanaman

N berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon. Klorofil, vitamin dan

enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Ia menyusun 40% - 50% bobot

kering protoplasma, bahan sel hidup tanaman. Oleh karena itu, N diperlukan

dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman.

Metabolisme N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun.

Tanaman yang mendapat pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik

dengan ciri warna hijau tua, tetapi pasokan yang terlalu banyak dapat menunda

pembungaan dan pembentukan buah. Sebaliknya, kekurangan pasokan N

menyebabkan daun menguning, pertumbuhan kerdil dan gagal panen (Munawar,

(29)

Keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya

dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena

mampu mensistesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman.

Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor

terutama ketersediaan air, unsur hara dalam tanah terutama nitrogen. Intensitas

cahaya berpengaruh terhadap aktivitas fotosintesis. Untuk membentuk klorofil,

dibutuhkan ATP (energi) yang cukup tinggi dan untuk asimilasi CO2

2. Fosfor

juga

diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein (Suharno dkk, 2007).

Fosfor (P) adalah unsur hara esensial penyusun beberapa senyawa kunci

dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Ia berperan

dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang

sangat berguna bagi tanaman. Itulah peran vital P di dalam nutrisi tanaman agar

tanaman dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan normal.

Meskipun perannya begitu penting untuk tanaman, jumlah yang dapat

dipasok oleh tanah pada umumnya terbatas. Kandungan P dalam tanah sendiri

sangat beragam, yaitu antara 0.02% sampai 0.5%, dengan rata-rata 0.05%. Jumlah

P pada tanah atasan rata-rata 1000 kg P/ha, tidak begitu besar dibandingkan

dengan jumlah yang diangkut tanaman sejumlah 4 sampai 40 kg P/ha setiap

tahun. Hal ini karena sebagian besar fraksi P di dalam berada dalam bentuk

mineral atau senyawa yang tidak mudah dimanfaatkan oleh tanaman (Munawar,

2011).

Di dalam tanah, fosfat dapat berbentuk organik dan anorganik yang

(30)

organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang

mengandung fosfat. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat

berlangsung secara kimia dan biologis, baik untuk bentuk fosfat organik maupun

anorganik. Mikroorganisme pelarut fosfat membutuhkan adanya fosfat dalam

bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya.

Mekanisme pelarutan fosfat secara kimia merupakan mekanisme

pelarutan fosfat utama yang dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme

tersebut mengekskresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti

oksalat, propionat, glikolat, glutamat, glioksilat, malat dan fumarat. Meningkatnya

asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH.

Pelarutan fosfat secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut

menghasilkan enzim antara lain enzim fosfatase dan enzim fitase. Fosfatase

merupakan enzim yang akan dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah.

Fosfatase diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroorganisme dan di dalam

tanah yang lebih dominan adalah fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme.

Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi

bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim

fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh

senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia.

3. Kalium

Di dalam tanaman unsur hara K dan P ada saling ketergantungan. Unsur

K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar

termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh

(31)

transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar proses transportasi unsur hara

maupun asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam

tanaman harus optimal (Taufiq, 2002).

Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur hara

esensial primer bagi tanaman yang diserasp oleh tanaman dalam jumlah yang

lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun

kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi daripada

yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, seringkali hanya sebagian kecil

K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai

dari 0,1% - 3%, dengan rata-rata 1% K. Tetapi, sebagian besar (sampai 98%) K

tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan,

banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar masih tanggap terhadap

pemberian pupuk. Di dalam tanah, interaksi antara K dan mineral tanah sangat

menentukan ketersediaan K bagi tanaman (Munawar, 2011).

Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K

dapat ditukar (Kdd) dan K larutan (K+), serta sebagian kecil K tidak dapat

ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+ (Silahooy, 2008).

4. Magnesium

Hara makro Magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial yang

sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (chlorofil) dan sebagai

co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti proses

fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer

energi serta mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keseluruh jaringan

(32)

Menurut Munawar (2011), Magnesium tanah berasal dari komposisi

batuan yang mengandung mineral biotir, dolimit, hornblende, serpentin, epsomit,

dan olivin. Kandungan Mg di dalam tanah beragam, tergantung kepada jenis

tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar 0.05 % di tanah-tanah berpasir

atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0.5% pada tanah-tanah

bertekstur liat pada daerah cekungan/depresi. Seperti halnya Ca, bentuk Mg di

dalam tanah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu Mg larut air, Mg

dapat ditukar (K-tukar), dan Mg tidak dapat ditukar. Ketiga bentuk Mg tersebut

saling berkeseimbangan.

5. C_ Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik

asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi

tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, dalam Simanungkalit 2

(pupuk organik dan pembenah tanah), dikemukakan bahwa pupuk organik adalah

pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang

berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan

bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan c-organik atau bahan

organik daripada kadar haranya; nilai c-organik itulah yang menjadi pembeda

dengan pupuk anorganik. Bila c-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan

pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah

tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau

(33)

Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam-

macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah

mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan

unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan

dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur hara yang terkandung dalam sisa bahan

tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami

dekomposisi dan mineralisasi.

6. pH

pH di definisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan.

Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Di

bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Asam menurut

teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) ke beberapa

senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang

cenderung menerimanya.

Pengaruh utama pH di dalam tanah adalah pada ketersediaan dan sifat

meracun unsur seperti Fe (besi), Al (Alumunium), Mn (Mangan), B (Boron), Cu

(seng). Di dalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktifitas dan

dominasi mikroorganisme, dalam hubungannya dengan peoses proses yang sangat

erat hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi,

denitrifikasi), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik

dan transport gas ke atmosfer.

Di bidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk

memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan

(34)

pH Tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan

antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah, dimana dapat dijabarkan

sebagai berikut :

- Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka

suasana larutan tanah menjadi asam

- Apabila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka

suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan

tanaman, pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman adalah antara

5.6-6.0. Jika pH tanah lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan

tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara

penting seperti posfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada

umumnya terjadi kenaikan Al3+

Menurut Munawar (2011), banyak unsur didalam tanah mengalami

perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan

perubahan tingkat kelarutan senyawa dari unsur-unsur tersebut di dalam tanah

dengan pH lingkungan di dalam tanah. Oleh karena itu, pH tanah

bertanggungjawab terhadap ketersediaan hari bagi tanaman.

dalam larutan tanah yang berdampak

secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga

pertumbuhan tanaman menjadia terhambat.

Menurut Hardjowigeno (19950 kriteria sifat kimia tanah secara umum

(35)

Tabel 1. Kriteria Sifat Kimia Tanah Secara Umum

Sifat Tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kebun salak yang berada di enam

kecamatan, yaitu : Kecamatan Angkola Timur, Kecamatan Angkola Barat,

Kecamatan Angkola Selatan, Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Marancar dan

Kecamatan Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian

(37)

Pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan pada

bulan Mei sampai dengan Juli 2012. Analisis sifat kimia tanah ini dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU. Data sekunder juga diperlukan

seperti data iklim, Varietas, data produksi salak 2 tahun terakhir dan lainnya yang

berkaitan dengan lokasi kebun salak.

B. Bahan dan Alat

Bahan tanaman terdiri dari pohon salak dengan kriteria berada pada kebun

salak, usia tanaman salak > 10 tahun, varietas sama yaitu salak Sidimpuan putih,

sudah pernah berbuah, pohon salak dalamkeadaan tidak diserang hama penyakit.

Alat yang digunakan terdiri dari peta rupa bumi Kabupaten Tapanuli

Selatan berupa peta administrasi kabupaten, Global positioning system (GPS),

cangkul, bor belgie, abney level, soil tester, timbangan, alat-alat laboratorium,

perangkat komputer dan data curah hujan.

C. Metode Penelitian

Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu

berdasarkan pada tegakan Salak yang usia produktif, pada setiap ring terdiri dari

6 titik sampel, pada setiap sampel terdiri dari 5 tanaman salak, kemudian di

kompositkan dan diambil rataannya seterusnya di tabulasi berdasarkan indikator

dan parameter yang sudah ditentukan guna mendapatkan nilai ratan dari masing –

masing indikator dan parameter tersebut. Demikian juga dengan sampel tanah,

pada setiap titik diambil 5 sampel tanah kemudian di kompositkan dan dianalisa di

(38)

Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder (Tabel 2).

Tabel 2. Data yang Diambil di Lapangan

No Nama Data Jenis Sumber Thn Ket

2. Komponen produksi

tanaman (Bobot buah total, Jumlah total buah, Jumlah tangkai buah, Jumlah tandan buah)

Primer Kebun salak 2012

3. Data curah hujan Sekunder BPP.Huta holbung dan

Tabel 3. Kelas Kemiringan Lahan

No Simbol Tingkat Kemiringan Lahan (%)

1.

Sumber : Kementerian Kehutanan (2006) dalam Rahmawaty,et al.2011.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil sebanyak 30

(39)

Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian

Data yang diperoleh di lapangan selanjutnya ditabulasi berdasarkan indikator dan

parameter yang sudah ditentukan guna mendapatkan nilai rataan dari

masing-masing indikator atau parameter tersebut. Untuk melihat hubungan antara sifat

kimia tanah dan komponen produksi tanaman dengan produksi dikaji dengan

analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaan matematis yaitu :

Ŷ = a + b1 X1 + b2X2+....+b10 X

Keterangan :

10

Ŷ = variabel terikat (produksi salak)

X = variabel bebas (status hara tanah, komponen produksi) Pengambilan data komponen produksi

Penimbangan Produksi Kebun salak di Tapanuli

Selatan

Kemiringan Lereng

Pengambilan sampel tanah

Analisis laboratorium

Analisis data

(40)

a = intersep dari garis pada sumbu Y

Menurut Gomes dan Gomes (1995) koefisien determinasi adalah kuadrat

koefisien korelasi (R

= Jumlah tandan buah /pohon

2

) yang disebutnya sebagai koefisien penentu yang

menunjukkan besarnya variasi yang terjadi pada peubah respon (dependen) dapat

dijelaskan melalui variasi yang ada dalam variabel predikator (independen),

sedang sisanya (bila ada) dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel predikator.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap tanaman sampel

dengan kedalaman tanah 0 – 20 cm yang ditetapkan untuk keperluan analisis

sifat-sifat kimia tanah di laboratorium. Untuk setiap jenis kemiringan lereng diambil

sebanyak 6 sampel tanah dan sampel salak. Untuk penghitungan rata-rata

produksi salak maka dilakukan perhitungan terhadap hasil salak yang dihasilkan

(41)

Setiap pohon dicatat jumlah tandan dan tangkai buahnya. Panen

dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tingkat kematangan buah yang siap

panen dan penimbangan buah salak dilakukan setiap panen dan dihitung tangkai,

tandan dan buah yang dipanen.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diambil antara lain :

1. pH tanah

Dilakukan dengan metode Elekrimeter dengan menggunakan Soil tester.

2. Penetapan kandungan bahan Organik tanah

Bahan organik tanah adalah hasil peruraian tubuh bekas jasad hidup

(tumbuhan dan hewan), sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran,

bangun, komposissi dan watak fisika – kimia dari aslinya dan telah

menyatu dengan jarah - jarah penyusun tanah lainnya. Penetapan

kandungan bahan organik tanah dilakukan dengan metode Walkley dan

Black.

3. Penetapan N

Dilakukan dengan metode Kjehdal

4. Penetapan P

Dilakukan dengan metode Bray II

5. Kapasitas Tukar Kation ( K, Mg ).

(42)

6. Bobot buah total / pohon

Bobot buah total / pohon

7. Jumlah total buah / pohon

diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel

dengan cara menimbang seluruh buah yang ada pada tanaman sampel

disetiap wilayah penelitian dengan menggunakan alat ukur timbangan.

Jumlah total buah / pohon diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel

dengan cara menghitung seluruh buah salak yang ada di tanaman

sampel disetiap wilayah penelitian

8. Jumlah tangkai buah / pohon

Jumlah tangkai buah/ pohon diamati dari ke-6 pohon tanaman sampel

dengan cara menghitung seluruh tangkai buah disetiap tandan yang ada

di tanaman sampel disetiap wilayah penelitian.

9. Jumlah tandan buah / pohon

Jumlah tandan buah/ pohon diamati dari ke – 6 pohon tanaman sampel

dengan cara menghitung seluruh tandan buah yang ada ditanaman

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian membahas tentang hubungan produktivitas tanaman

salak padangSidimpuan berdasarkan status hara tanah dan kemiringan lereng di

Kabupaten Tapanuli Selatan yang dilihat dari beberapa peubah amatan yaitu hara

tanah (pH, C- Organik, N, P, K dan Mg), dan peubah komponen produksi (bobot

buah total, jumlah buah total, jumlah tangkai buah , jumlah tandan buah).

Data dari pada produksi salak akibat dari pengaruh peubah statatus hara

tanah dan peubah komponen produksi pada masing-masing kemiringan lereng

dapat dilihat pada Gambar 3.

1025.6

2013

1656.6 1713.3

1833.3

0 500 1000 1500 2000 2500

T1 T2 T3 T4 T5

Gambar 3. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan Produksi Salak Sidimpuan pada Berbagai Kemiringan Lereng.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa produksi salak tertinggi dijumpai

pada kemiringan lahan 8%-15% (T2) dengan produksi 2013 kg /ha, kemudian

(44)

pada kemiringan lahan > 45% (T5) dengan produksi 1833.3 kg/ha, kemudian pada

kemiringan lahan 25%-45% (T4) degan produksi 1713.3 kg/ha selanjutnya pada

kemiringan lahan 15%-25 % (T3) dengan produksi 1656.6 kg/ ha sedangkan yang

terendah dijumpai pada kemiringan 0%-8 % (T1)dengan produksi 1025.6 kg /ha.

1. Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah yang dilakukan di

Laboratorium USU Medan, kebun salak Sidimpuan pada berbagai kemiringan

lahan di kemukakan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Contoh Tanah Kebun Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan.

(Excg) me/100 g Produksi Kg / Ha Sumber: Hasil analisis data Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian

(45)

2. Komponen produksi tanaman salak Sidimpuan

Berdasarkan hasil analisis komponen produksi tanaman yang diamati pada

berbagai kemiringan lahan yang berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Rata- rata Pertumbuhan Komponen Produksi Salak Sidimpuan

No Kelerengan

Untuk mengkaji pengaruh masing – masing karakteristik kimia tanah dan

komponen produksi pada berbagai kemiringan lahan terhadap produksi salak

Sidimpuan yang dihasilkan, maka dibuat suatu model persamaan regresi

(46)

B. Pembahasan

1. Hubungan Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi Tanaman

terhadap Produksi Salak Sidimpuan pada Kemiringan Lahan 0-8 % (T1)

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang

berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng

0-8% adalah pH tanah, kadar nitrogen tanah, kadar kalium, kadar magnesium,

jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen

produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai

berikut:

Y=206,842 + 120,526 pH +46,537 N +139,876 Kdd +335,573 Mgdd – 199,581

Jtd R2

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi

tanaman dengan produki salak Sidimpuan cenderung sama dengan analisis

regresi (Lampiran 8). Kadar kalium tanah, bobot buah total, jumlah total

buah, jumlah tangkai buah secara nyata berkorelasi positif dengan produksi

salak Sidimpuan. Peningkatan nilai c-organik akan meningkatkan kadar

nitrogen tanah dan kadar fosfor tanah.

= 1,00

Hasil ini mengindikasikan bahwa tanah pada kemiringan lereng 0-8%

seperti pada lokasi penelitian kadar kalium tanah dan komponen produksi

tanaman, bobot buah total, jumlah buah total dan jumlah tangkai buah sangat

berperan dalam peningkatan produksi salak Sidimpuan. Analisis korelasi

menunjukkan c- organik tanah berkorelasi positif nyata terhadap Nitrogen

tanah dan phosfor tanah dan menurunkan Kalium tanah, Magnesium tanah,

bobot buah total dan jumlah tangkai buah. Perbaikan kadar c- organik tanah

(47)

produksi salak Sidimpuan, dimana c-organik merupakan salah satu bahan

yang sangat penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara kimia,

fisika maupun biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan

daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menanadakan

bahwa daya pegang tanah terhadap unsur–unsur hara cukup tinggi dan

selanjutnya melepaskannya untuk diserap oleh tanaman (Bintaran, 2007).

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa fosfor tanah yang dijumpai pada

lokasi penelitian berada pada kisaran 4.1 – 9.18 dalam kategori rendah.

Rendahnya P tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan,

hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan, dimana petani belum melakukan

pemupukan pada tanaman salak. Sesuai dengan pendapat Rankine dan

Thomas (1998) P tersedia tanah penting untuk mempengaruhi laju

pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar, berpengaruh terhadap

pemasakan buah, berperan dalam sejumlah sistem fisiologis yang berasosiasi

dengan nutrisi dan respirasi.

2. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi

salak pada kemiringan lahan 8% – 15 % ( T2 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang

berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng

8%-15% adalah pH tanah, kadar c- organik tanah, kadar kalium tanah, jumlah

total buah, jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan

komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = - 1373,430 + 217,930 pH – 7,427 C-organik – 9,923 K + 47,646 Jtb – 1,349

(48)

R2

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi

tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 9).

Kadar bobot buah total, jumlah total buah, secara nyata berkorelasi positif

terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai pH tanah akan

meningkatkan kadar nitrogen tanah.

= 1,00

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan

8%-15% (T2) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar

pH tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak

Sidimpuan yang optimum. Perbaikan pH tanah dan nitgen tanah diduga akan

meningkatka produksi salak Sidimpuan, dimana pH tanah berperan terhadap

tersedianya unsur – unsur hara dalam tanah, baik hara makro maupun hara

mikro. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai

pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.15 – 0.26 dalam kategori rendah

– sedang. Rendahnya nitrogen tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi

salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak

Sidimpuan tidak melakukan pemupukan dalam proses pengambilan unsur

hara yang terangkut dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan

unsur hara yang tersedia dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah–

pelepah daun dari hasil pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak.

Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman

berkisar kurang dari 5% dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat

nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah.

(49)

pentingnya peran nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai

unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Soepardi

(1983), diantara berbagai hara tanaman, nitrogen mendapatkan porsi paling

banyak diteliti karena unsur hara ini di perlukan dalam jumlah besar dan

pengaruhnya pada tanaman jelas dan cepat. Tanaman yang kekurangan

nitrogen secara berlebihan akan melemahkan pertumbuhan, trubus akan

berhenti lebih cepat dan pengguguran daun lebih awal. Tanaman yang

kekurangan nitrogen juga tumbuh jelek, lemah dan tidak akan menginisiasi

bunga sebanyak pohon yang sehat sehingga buahnya sedikit (Poerwanto,

2003).

3. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi

salak pada kemiringan lahan 15% - 25 % ( T3 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang

berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng

15%-25% (T3) adalah c-organik, kalium tanah, jumlah total buah, jumlah

tangkai buah,dan jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan

komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi

sebagai berikut :

Y = - 278,009 + 31,300 C-org + 7,958 K + 49,926 Jtb + 29,984 Jtk + 23,523

R

Jtd

2

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi

tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 10).

Kadar bobot buah total dan jumlah total buah secara nyata berkorelasi positif

terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai pH tanah akan

meningkatkan kadar nitrogen tanah.

(50)

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan

15%-25% (T3) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar

pH tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak

Sidimpuan yang optimum. Perbaikan pH tanah dan nitrogen tanah diduga

akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan, dimana pH tanah berperan

terhadap tersedianya unsur – unsur hara dalam tanah, baik hara makro

maupun hara mikro. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nitrogen tanah

yang dijumpai pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0.22 – 0.33 dalam

kategori sedang. Kadar nitrogen tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi

salak Sidimpuan, hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak

Sidimpuan tidak melakukan pemupukan, kehilangan unsur hara dalam proses

pengambilan unsur hara yang terangkut di dalam proses produksi tidak

pernah diperhitungkan akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang

tersedia di dalam tanah, hasil perombakan pelepah – pelepah daun dari hasil

pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan

jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5%

dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci

mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh

negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang

merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas (1998)

menyebutkan unsur Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun

klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan pertumbuhan

(51)

faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang

mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan

generatifnya akan baik.

4. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi

salak pada kemiringan lahan 25% – 45% ( T4 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang

berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng

25%-45% (T4) adalah pH tanah, c-organik, fosfor tanah, magnesium tanah

dan jumlah tandan buah. Pengaruh sifat – sifat kimia tanah dan komponen

produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = -10193,761 + 1900,259pH + 236,76 C-ogk – 221,931P -494,392 Mg +

152,910 Jtd R2

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi

tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 10).

Kadar bobot buah total dan jumlah total buah secara nyata berkorelasi positif

terhadap produksi salak Sidimpuan. Peningkatan nilai c-organik tanah akan

meningkatkan kadar nitrogen tanah.

= 1,00.

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan

25%-45 % (T4) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar

c-organik tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak

Sidimpuan yang optimum. Perbaikan c-organik tanah dan nitrogen tanah

diduga akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan. Hasil analisis tanah

menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian

(52)

tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi

karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan

pemupukan dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut dalam

proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia

dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah – pelepah daun dari hasil

pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan

jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5%

dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci

mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh

negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen yang

merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas (1998)

menyebutkan unsur Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun

klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan pertumbuhan

daun dan batang, menjadikan tanaman lebih baik. Metabolisma N merupakan

faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman yang

mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan

generatifnya akan baik.

5. Hubungan sifat kimia tanah dan komponen produksi terhadap produksi

salak pada kemiringan lahan > 45% ( T5 )

Analisa regresi berganda menunjukkan bahwa sifat kimia tanah yang

berpengaruh terhadap produksi salak Sidimpuan pada kemiringan lereng

>45% (T5) adalah c-organik, phosfor tanah, magnesium tanah dan jumlah

(53)

komponen produksi tanaman tersebut tercermin dalam persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = 135,538 + 2769,284c-org – 738,510p -1789,375mg – 287,962jtk

+984,752jtd R2

Analisis korelasi antara sifat-sifat kimia tanah dan komponen produksi

tanaman dengan produki salak Sidimpuan dapat dilihat pada (Lampiran 11).

Kadar c-organik, nitrogen tanah, kalium tanah, bobot buah total dan jumlah

total buah secara nyata berkorelasi positif terhadap produksi salak Sidimpuan.

Peningkatan nilai c-organik tanah akan meningkatkan kadar nitrogen tanah,

bobot buah total, jumlah total buah.

= 1,00

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa pada tanah kemiringan lahan

>45% (T5) untuk tanaman salak Sidimpuan harus memperhatikan kadar

c-organik tanah dan nitrogen dalam tanah untuk mencapai produksi salak

Sidimpuan yang optimum. Perbaikan c-organik tanah dan nitrogen tanah

diduga akan meningkatkan produksi salak Sidimpuan. Hasil analisis tanah

menunjukkan bahwa nitrogen tanah yang dijumpai pada lokasi penelitian

berada pada kisaran 0.17% – 0.35% dalam kategori sedang. Kadar nitrogen

tersedia dalam tanah mempengaruhi produksi salak Sidimpuan, hal ini terjadi

karena pembudidayaan tanaman salak Sidimpuan tidak melakukan

pemupukan dalam proses pengambilan unsur hara yang terangkut di dalam

proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia

dalam tanah, dari hasil perombakan pelepah – pelepah daun dan hasil

pemangkasan yang di rumpuk disekitar tegakan salak. Hal ini juga disebabkan

jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5%

dari 78% dari jumlah nitrogen di udara serta sifat nitrogen yang mudah

(54)

berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran

nitrogen yang merupakan unsur hara esensial serta sebagai unsur pembatas

bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rankine dan Thomas

(1998) menyebutkan unsur nitrogen memegang peranan penting sebagai

penyusun klorofil yang berperan dalam proses fotosintesa, meningkatkan

pertumbuhan daun dan batang, menjadikan tanaman lebih baik. Metabolisma

N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang dan daun. Tanaman

yang mendapatkan pasokan N cukup, maka pertumbuhan vegetatif dan

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor status hara tanah (kimia tanah) yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan pada daerah (T1) pH tanah, Nitrogen tanah, Kalium tanah dan Magnesium, pada daerah (T2) pH tanah, C-organik, Kalium tanah, pada daerah (T3) C-organik dan kalium tanah, pada daerah (T4) pH tanah, C-organik, Fosfor tanah dan Magnesium tanah, pada daerah (T5) C-organik, Fosfor tanah dan Magnesium tanah. Produksi salak yang tertinggi di jumpai pada daerah T2 sebesar 2013 kg/ha disusul daerah T5 sebesar 1833.3 kg/ha sedang yang terendah pada daerah T1 sebesar 1025.6 kg/ha.

2. Faktor komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi salak Sidimpuan secara umum adalah jumlah tandan buah dan jumlah tangkai buah pada daerah T3 dan T4 dan total buah pada daerah T2.

B. Saran

Gambar

Tabel 1. Kriteria Sifat Kimia Tanah Secara Umum
Tabel 2. Data yang Diambil di Lapangan
Gambar  3.  Hubungan  Sifat Kimia Tanah dan Komponen Produksi dengan     Produksi Salak Sidimpuan pada Berbagai Kemiringan Lereng
Tabel 5. Hasil Analisis Contoh Tanah Kebun Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah analisis perhitungan harga pokok produksi stiker dengan menggunakan metode harga pokok pesanan pada CV Esa Media

System harus bisa mengatur jumlah konsumen yang menggunakan sistem ini dalam melakukan pengiriman barang baik perhari, minggu, bulan dan tahunan guna mengetahui persentase

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mencari tipe-tipe dari Cohesion dalam pidato Obama “Time Has Come to Reaffirm Our Enduring Spirit” yang menekankan pada

Tri Jaya Abadi, maka dibuatlah suatu sistem informasi kontrol stok retail yang sistematis sehingga perusahaan dapat melakukan transaksi dan menyajikan laporan transaksi secara

Karantina Pertanian dalam proses pengakuan, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dapat menugaskan tim guna melakukan peninjauan fasilitas

Hasil penelitian deskriptif menunjukan bahwa indikator tingkat pendidikan yang terdiri dari jenjang pendidikan yang mendapat 83,80% dan indikator kesesuaian jurusan yang

Melihat pentingnya pembelajaran konsumen melalui celebrity endorser dan pengulangan pesan pada iklan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Celebrity

Model pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning) adalah model yang melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan