INVENTARISASI ALPUKAT (Persea americana Mill) PADA
BERBAGAI KETINGGIAN DI KABUPATEN BENER MERIAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NOPRIZA PUTRA 041202004
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
INVENTARISASI ALPUKAT (Persea americana Mill) PADA
BERBAGAI KETINGGIAN DI KABUPATEN BENER MERIAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI
Oleh:
NOPRIZA PUTRA 041202004
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
INVENTARISASI ALPUKAT (Persea americana Mill) PADA
BERBAGAI KETINGGIAN DI KABUPATEN BENER MERIAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI
Oleh:
NOPRIZA PUTRA
041202004/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Lembar Pengesahan
Judul Penelitian : Inventarisasi Alpukat (Persea americana Mill) pada Berbagai Ketinggian di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Nama : Nopriza Putra NIM : 041202004 Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Budi Utomo, SP., MP. Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS.
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
NOPRIZA PUTRA: Inventarisasi Alpukat (Persea americana Mill) pada Berbagai Ketinggian di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.
Ada beberapa keunggulan alpukat di Kabupaten Bener Meriah yang tidak dimiliki alpukat pada daerah lain. Untuk itu dilakukan sebuah penelitian penyebaran alpukat pada berbagai ketinggian di daerah tersebut pada Juli – Agustus 2010 dengan menggunakan metode deskriptif. Parameter yang diamati adalah banyaknya jumlah tanaman alpukat, jenis alpukat, serangan hama dan penyakit, serta produktivitas tanaman alpukat yang ditemukan berdasarkan ketinggian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jumlah alpukat tidak didasarkan atas ketinggian di atas permukaan laut. Alpukat tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 1500 meter di atas permukaan laut. Alpukat ditemukan di 5 kecamatan yang terdiri atas 44 desa. Alpukat ijo panjang lebih banyak ditemukan (562 tanaman) daripada alpukat ijo bundar (459 tanaman) dari jumlah total 1021 tanaman.
ABSTRACT
NOPRIZA PUTRA: Inventory Avocado (Persea americana Mill) at Different Altitude in Bener Meriah Regency Province of Nanggroe Aceh Darussalam. Supervised by BUDI UTOMO and EDY BATARA MULYA SIREGAR.
There are several benefits of avocados in the Bener Meriah Regency that are not owned avocados in other regions. Therefore, a research was conducted the distribution avocados at different elevations in the area in July-August 2010 by using descriptive method. Parameters measured were the large number of plant avocado, avocado species, pests and diseases, and productivity of avocado plants found on altitude.
The results showed that the large number of avocado is not based on altitude above sea level. Avocados grow well at altitude 1000 - 1500 meters above sea level. Avocados are found in 5 districts comprising 44 villages. Avocado Ijo Panjang were more common (562 plants) than avocado Ijo Bundar (459 plants) from a total of 1021 plants.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 6 Nopember 1985 dari ayah
Zulfan, S.Pd dan ibu Asnawati, S.Pd.I. Penulis merupakan putra kedua dari tiga
bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 11, Medan dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Budidaya Hutan,
Departemen Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sylva, sebagai pengurus Badan Kemakmuran Mushalla Baytul
Asyjaar Departemen Kehutanan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum Perhutani
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Inventarisasi Alpukat (Persea americana Mill) pada Berbagai Ketinggian di
Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP. MP dan Dr. Ir. Edy Batara Mulya
Siregar, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus kepada
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bener Meriah atas izin melakukan
penelitian dan dalam hal pengumpulan data, penulis mengucapkan terima kasih.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di program studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Bener Meriah ... 3
Kedudukan Kabupaten Bener Meriah 3 Letak Kabupaten Bener Meriah ... 3
Teknik Perbanyakan Alpukat ... 10
Budidaya Alpukat ... 11
Hama dan Penyakit ... 11
Hama ... 11
Penyakit ... 12
Manfaat Tanaman Alpukat ... 13
Kandungan Kimia Tanaman Alpukat ... 14
Adaptasi Tanaman Alpukat Terhadap Iklim ... 15
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian... 16
Bahan dan Alat ... 16
Jumlah Alpukat yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian ... 21
Lokasi Alpukat yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian ... 21
Jenis Alpukat yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian ... 26
Teknik Silvikultur Alpukat ... 28
Kendala yang Menghambat Pemeliharaan Alpukat ... 29
Serangan Hama Dan Penyakit ... 31
Produktivitas Alpukat ... 33
Pemanenan Alpukat ... 35
Manfaat Alpukat ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38
Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Jumlah penduduk Kabupaten Bener Meriah menurut kecamatan tahun 2003
hingga 2007 ... 5
2. Jumlah penduduk Kabupaten Bener Meriah menurut kecamatan tahun 2003 hingga 2007 ... 6
3. Contoh pengelompokan jumlah berdasarkan ketinggian ... 14
4. Pengelompokan jumlah alpukat berdasarkan ketinggian ... 21
5. Lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan jumlah pohon alpukat ... 23
6. Perbandingan suhu dan kelembapan pada berbagai kelas ketinggian .... 25
7. Persentase budidaya alpukat yang dipilih responden... 28
8. Serangan hama dan penyakit berdasarkan ketinggian ... 32
9. Data produksi alpukat Kabupaten Bener Meriah... 34
10.Produktivitas buah alpukat berdasarkan ketinggian ... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Peta Kabupaten Bener Meriah ... 3
2. Peta penyebaran alpukat ... 17
3. Diagram hubungan ketinggian tempat dan jumlah alpukat ... 22
4. (a). Alpukat ijo bundar (b). Alpukat ijo panjang ... 23
5. Diagram perbandingan jumlah alpukat ijo panjang dengan ijo bundar .. 24
6. Tanaman alpukat di pekarangan rumah ... 26
7. Alpukat yang “mati beru” ... 29
8. Tanaman alpukat yang terserang benalu ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Kuisioner penelitian ... 41
2. Daftar pertanyaan wawancara ... 44
3. Karakteristik responden pada tanaman alpukat ... 45
4. Titik koordinat lokasi penelitian ... 46
ABSTRAK
NOPRIZA PUTRA: Inventarisasi Alpukat (Persea americana Mill) pada Berbagai Ketinggian di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.
Ada beberapa keunggulan alpukat di Kabupaten Bener Meriah yang tidak dimiliki alpukat pada daerah lain. Untuk itu dilakukan sebuah penelitian penyebaran alpukat pada berbagai ketinggian di daerah tersebut pada Juli – Agustus 2010 dengan menggunakan metode deskriptif. Parameter yang diamati adalah banyaknya jumlah tanaman alpukat, jenis alpukat, serangan hama dan penyakit, serta produktivitas tanaman alpukat yang ditemukan berdasarkan ketinggian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jumlah alpukat tidak didasarkan atas ketinggian di atas permukaan laut. Alpukat tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 1500 meter di atas permukaan laut. Alpukat ditemukan di 5 kecamatan yang terdiri atas 44 desa. Alpukat ijo panjang lebih banyak ditemukan (562 tanaman) daripada alpukat ijo bundar (459 tanaman) dari jumlah total 1021 tanaman.
ABSTRACT
NOPRIZA PUTRA: Inventory Avocado (Persea americana Mill) at Different Altitude in Bener Meriah Regency Province of Nanggroe Aceh Darussalam. Supervised by BUDI UTOMO and EDY BATARA MULYA SIREGAR.
There are several benefits of avocados in the Bener Meriah Regency that are not owned avocados in other regions. Therefore, a research was conducted the distribution avocados at different elevations in the area in July-August 2010 by using descriptive method. Parameters measured were the large number of plant avocado, avocado species, pests and diseases, and productivity of avocado plants found on altitude.
The results showed that the large number of avocado is not based on altitude above sea level. Avocados grow well at altitude 1000 - 1500 meters above sea level. Avocados are found in 5 districts comprising 44 villages. Avocado Ijo Panjang were more common (562 plants) than avocado Ijo Bundar (459 plants) from a total of 1021 plants.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komoditi unggulan Kabupaten Bener Meriah dari sektor
tanaman buah-buahan adalah alpukat. Alpukat daerah ini terkenal memiliki rasa
yang manis, lebih gurih dan ukuran yang lebih besar dibanding alpukat yang
berasal dari daerah-daerah lain. Tingginya produktivitas tanaman alpukat disini
membuat Kabupaten ini sebagai sentra penghasil alpukat untuk wilayah Aceh
hingga ke beberapa kawasan di Pulau Sumatera.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah ini karena Kabupaten Bener Meriah
memiliki faktor iklim dan ketinggian yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
alpukat. Alpukat pada kawasan ini juga lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat yang
memiliki tanaman tersebut.
Keunggulan yang dimiliki tanaman alpukat di daerah ini perlu dikaji
keberadaannya sebagai perbandingan untuk tanaman alpukat yang terdapat di
daerah lain yang tidak memiliki keunggulan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian di wilayah ini, pada ketinggian berapa saja tanaman alpukat bisa
tumbuh lebih baik dan pada perbandingan antarketinggian berapa tanaman ini
berproduksi optimum. Informasi tersebut bermanfaat untuk pengembangan
alpukat pada daerah-daerah lain, baik daerah pengembangan yang baru maupun
Tujuan Penelitian
Untuk menggambarkan penyebaran jenis Persea americana Mill pada
berbagai ketinggian di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang
penyebaran alpukat sehingga tanaman ini dapat direkomendasikan dalam gerakan
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam selama dua bulan yaitu pada bulan Juli - Agustus 2010. Topografi
cukup beragam dari dataran rendah, berbukit dan bergelombang dengan
ketinggian dari permukaan laut berkisar 0 – 3000 mdpl.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman alpukat, lokasi
ditemukan tanaman alpukat (Persea americana Mill) pada masing-masing kelas
ketinggian 0 – 3000 mdpl yang diacak ke dalam tiap kelompok topografi. Alat
yang digunakan adalah peralatan survei seperti GPS. Peralatan lain yang
digunakan adalah peralatan tulis, termo-hygrometer serta kamera digital.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu
penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0 – 3000 mdpl dengan
kriteria desa yang memiliki tanaman alpukat. Jumlah alpukat dihitung berdasarkan
ketinggian dan disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini:
Tabel 3. Contoh pengelompokan jumlah berdasarkan ketinggian
No Ketinggian (mdpl) Jumlah
1 2 3 4
> 1500 1000 – 1500
600 – 1000 < 600
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
a. Kuisioner
Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada para petani
pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran
kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian.
b. Wawancara
Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan
dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat.
c. Pengamatan
Survei langsung dengan melihat alpukat berdasarkan ketinggian tempat.
2. Data Sekunder
a. Identifikasi alpukat berdasarkan pengamatan di lapangan
b. Studi pustaka
Analisis Data
1. Data analisis adaptasi jumlah dan jenis alpukat berdasarkan ketinggian tempat
disajikan dalam bentuk tabulasi.
2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan dalam bentuk tabulasi berdasarkan
berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Dalam menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus penentuan sampel
menurut Sarwono (2006):
1 ) ( 2 + =
d N
N n
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = derajat kebebasan
Rumus di atas digunakan untuk mendapatkan jumlah masyarakat yang dijadikan
sebagai sampel. Untuk semakin besar tingkat kesalahan yang ditoleransi maka
semakin kecil jumlah sampel yang diambil. Daftar jumlah populasi dan sampel
terlihat di tabel Sugiyono (2002). Berdasarkan data BPS (2007) jumlah seluruh
penduduk Kabupaten yang diuji yaitu 118.660 orang. Berdasarkan rumus di atas
maka jumlah responden sebanyak 99,91 orang, maka digenapkan menjadi 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan di lapangan dan survei disajikan dalam bentuk peta
penyebaran alpukat di beberapa ketinggian di Kabupaten Bener Meriah. Lokasi
tempat ditemukannya tanaman alpukat terdiri atas 44 desa di 5 kecamatan yaitu
Kecamatan Pintu Rime Gayo, Timang Gajah, Permata, Wih Pesam dan
Kecamatan Bukit. Sedangkan di Kecamatan Bandar dan Syiah Utama tidak
ditemukan tanaman alpukat pada saat survei. Lokasi atau desa ditemukannya
tanaman alpukat berada pada ketinggian 751 sampai pada ketinggian 1567 mdpl.
Peta Penyebaran Alpukat
Jumlah Alpukat Yang Ditemukan Di Berbagai Ketinggian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan diperoleh data jumlah alpukat
yang ditemukan dan dibagi berdasarkan pengelompokkan kelas ketinggian.
Kabupaten Bener Meriah terletak pada ketinggian antara 200 – 2500 mdpl.
tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. Pengelompokan jumlah alpukat berdasarkan ketinggian
No Ketinggian (mdpl) Jumlah
1 2 3 4
> 1500 1000 – 1500
600 – 1000 < 600
45 808 168
-Dari tabel di atas terlihat bahwa alpukat yang ditemukan berdasarkan kelas
ketinggian hanya tidak ditemukan pada kelas ketinggian < 600 – 1000 mdpl. Ini
menunjukkan bahwa alpukat merupakan tanaman yang mudah menyesuaikan
dengan lingkungannya. Alpukat dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 2000 mdpl.
Tetapi alpukat paling cocok ditanam pada ketinggian antara 200 - 1000 mdpl.
Pada ketinggian ini akan diperoleh produksi yang optimum. Di dataran tinggi
tanaman alpukat lebih produktif karena putik dan tepung sari matang dalam waktu
yang sama (homogami).
Lokasi Alpukat yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian
Setelah dilakukan survei di kabupaten ini ditemukan 44 desa yang terdapat
tanaman alpukat. Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa pertumbuhan alpukat
terkecil ditemukan di desa Buntul Kemumu dengan ketinggian 1567 mdpl dengan
jumlah hanya 1 pohon alpukat jenis ijo bundar. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak tidaknya jumlah alpukat tergantung peminat untuk melakukan penanaman
di berbagai ketinggian. Ini berarti tidak ketinggian tidak mempengaruhi
ketinggian. Sebenarnya sangat gampang untuk mengetahui pada ketinggian
berapa saja alpukat dapat kita temukan di daerah ini. Alpukat dapat ditemukan di
ketinggian dimana pada daerah tersebut memiliki tanaman kopi arabika, sebab
jika kopi dapat hidup pada ketinggian tersebut pasti kita dapat menemukan
tanaman alpukat yang juga digunakan sebagai tanaman naungan. Atau pemilik
lahan sengaja menanam alpukat untuk memperoleh buahnya yang dapat dijual ke
penampung sehingga mendapat penghasilan pada saat buah kopi tidak tersedia.
Untuk daftar nama-nama desa yang ditemukan tanaman alpukat dapat dilihat pada
Tabel 5. Lokasi berdasarkan ketinggian tempat dan jumlah pohon alpukat
No Nama Desa Kecamatan Ketinggian
(mdpl)
Jumlah Alpukat Total
Ijo Panjang Ijo Bundar 1 Simpang Lancang Singah Mulo
Darul Aman Ramung Jaya Wih Tenang Uken Buntul Kemumu Suka Rame Atas Merie I
Gambar 3. Diagram hubungan ketinggian tempat dan jumlah alpukat
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
K
et
in
ggi
a
n m
dpl
Nama Desa
Hubungan Ketinggian Tempat dan Jumlah Pohon Alpukat
Ketinggian mdpl
Perbandingan pertumbuhan alpukat dengan ketinggian 777 mdpl dengan
ketinggian 1567 mdpl memiliki selisih jumlah tanaman yang cukup jauh. Pada
ketinggian 777 mdpl terdapat 16 tanaman alpukat sedangkan pada ketinggian
1567 alpukat ditemukan sebanyak 1 tanaman alpukat. Perbedaan jumlah alpukat
yang ditemukan tidak dapat ditentukan berdasarkan ketinggian tempat tumbuh. Ini
terbukti karena pada di setiap desan jumlah alpukat ditemukan hampir sama atau
ada perbedaan yang sangat mencolok di ketinggian yang saling berdekatan.
Misalnya pada desa Simpang Lancang yang memiliki ketinggian ketinggian 920
mdpl terdapat 12 tanaman alpukat dan pada desa Tingkem yang memiliki
ketinggian 1357 mdpl terdapat 11 alpukat. Pada kedua desa ini memiliki
perbedaan ketinggian yang cukup jauh, namun jumlah alpukat yang ditemukan
hanya berbeda satu tanaman. Contoh lain yaitu pada desa Kute Teras yang
memiliki ketinggian 1208 mdpl memiliki 13 tanaman alpukat sedangkan desa
Wonosari yang miliki ketinggian 1210 mdpl terdapat 22 tanaman alpukat. Dilihat
dari ketinggian kedua desa memiliki perbedaan hanya 2 mdpl tetapi jumlah
tanaman berbeda hampir mencapai dua kali lipat.
Tabel 6. Perbandingan suhu dan kelembapan pada berbagai kelas ketinggian
No Ketinggian (mdpl) Suhu rata-rata(0 C) Kelembapan (%) Jumlah Alpukat
1
Tidak adanya perbedaan yang mencolok dari jumlah alpukat yang
ditemukan juga tampak jika dilihat dari perbandingan berdasarkan ketinggian dan
sesuai dengan tanaman alpukat akan membantu proses kematangan tepung sari
dan putik sehingga terjadi pembuahan dan akhirnya menjadi buah.
Jenis Alpukat Yang Ditemukan Di Berbagai Ketinggian
Berdasarkan pengamatan di lapangan, alpukat yang terdapat di Kabupaten
Bener Meriah ditemukan 2 jenis alpukat yaitu alpukat ijo panjang dan alpukat ijo
bundar. Daging buah berwarna kuning seperti mentega dan putih seperti susu.
Alpukat tersebut merupakan tanaman yang sudah ada dan sudah tumbuh sejak
puluhan tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dari besarnya diameter pohon yang
banyak ditemukan di lokasi pengamatan.
Gambar 4. (a). Alpukat ijo bundar (b). Alpukat ijo panjang
Pertumbuhan alpukat telah dapat berproduksi setelah berumur > 5 tahun
dan berbuah secara terus menerus. Pada umumnya alpukat yang telah memiliki
umur > 20 tahun akan mengakibatkan kesulitan dalam proses pemanenan
buahnya. Hal ini dikarenakan semakin sulitnya dalam pemetikan buah sebab
pohon alpukat yang cukup tinggi dan berdiameter batang yang besar.
Alpukat yang ditemukan di lokasi pengamatan mulai dari ketinggian 777
sampai 1567. Berdasarkan ketetapan Menteri Pertanian (1987) dalam Prihatman
(2000) menyebutkan 3 tipe alpukat, yaitu: Ras Meksiko dapat tumbuh dengan
ketinggian antara 2400 - 2800 mdpl, Ras Guatemala dapat tumbuh dengan
ketinggian antara 800 – 2400 mdpl, dan Ras Hindia Barat dapat tumbuh dengan
ketinggian di bawah 800 mdpl.
Gambar 5. Diagram perbandingan jumlah alpukat ijo panjang dengan ijo bundar
Jumlah pertumbuhan alpukat yang ditemukan berbeda-beda di setiap desa.
Ini disebabkan masih sedikitnya masyarakat sekitar yang belum atau tidak
mengetahui manfaat penanaman serta sistem perbanyakan serta pemasaran buah
alpukat tersebut. Selama ini mereka hanya memanfaatkan atau memanen alpukat
yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu atau sistem perbanyakan yang 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jum
la
h A
lpuka
t
Nama Desa
Perbandingan Jumlah Alpukat Ijo Panjang dan Ijo Bundar
Teknik Silvikultur Alpukat
Hasil pengamatan yang diperoleh melalui kuisioner yang diberikan kepada
masyarakat, teknik silvikultur yang sangat sederhana yaitu dengan memindahkan
anakan alpukat. Untuk lebih lengkap data dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 7. Persentase budidaya alpukat yang dipilih responden
No Budidaya Alpukat Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa 97 % masyarakat yang memiliki
tanaman alpukat membudidayakan melalui cara pemindahan anakan dan dengan
cara mencangkok sebanyak 3 %. Ini menunjukkan kurangnya pengetahuan
mereka akan pembudidayaan yang tepat selain cara pemindahan anakan agar
produktivitas alpukat tersebut lebih tinggi.
Teknik perbanyakan yang didominasi dengan pemindahan anakan
menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara perbanyakan lain
seperti stek akar, stek pucuk bagi tanaman alpukat itu sendiri. Kebanyakan
penduduk hanya memindahkan anakan yang tumbuh dengan menggalinya dan
memindahkan ke kebun ataupun ke pekarangan rumah mereka. Anakan alpukat
diperoleh dari sekitar tanaman induk yang sudah ada sejak dahulu dan tidak
diketahui kapan ditanam serta siapa yang menanamnya.
Umumnya tanaman alpukat di Kabupaten Bener Meriah dijadikan sebagai
tanaman pekarangan. Ini terlihat dari banyaknya pohon-pohon alpukat yang
berada di sekitar rumah-rumah penduduk. Tanaman ini belum dibudidayakan
Gambar 6. Tanaman alpukat di pekarangan rumah
Masyarakat banyak memanfaatkan pohon alpukat sebagai tanaman peneduh bagi
tanaman kopi yang merupakan sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten
Bener Meriah. Ini terlihat dari banyaknya pohon alpukat yang tidak terawat atau
bahkan buahnya tidak dipanen. Ini menunjukkan alpukat merupakan tanaman
yang mudah tumbuh dan tidak perlu perawatan secara khusus.
Alpukat merupakan tanaman tanaman yang sangat mudah untuk tumbuh
dengan suhu yang sesuai dan tidak dipengaruhi oleh ketinggian. Menurut
Sunarjono (1997) alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Semua tipe alpukat menghendaki tanah yang tidak mengandung cadas keras atau
yang tandus. Tanaman tidak tahan terhadap genangan air yang terus-menerus,
tetapi tanaman lebih senang hidup di daerah beriklim basah.
ekologi. Kerusakan organ tanaman yang mengganggu proses metabolisme pohon
tersebut dapat menyebabkan penurunan produktivitas bahkan menyebabkan
kematian pada tanaman itu sendiri.
Secara umum tanaman alpukat di daerah ini terlihat dalam kondisi baik,
terbebas dari gangguan hama dan penyakit. Kalaupun ada tanaman yang terserang
hama atau penyakit para pemilik tanaman tersebut membiarkan tanaman itu begitu
saja atau memotongnya dan mengganti dengan tanaman lain. Hal menunjukkan
minimnya pengetahuan penduduk cara bagaimana pemberantasan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman alpukat. Selama ini penduduk hanya
memberantas serangan hama hanya secara mekanik yaitu dengan mengambil
ulat-ulat atau kepompong yang terlihat di sekitar pohon. Bahkan ada masyarakat yang
membiarkan tanaman alpukat yang terserang hama atau penyakit begitu saja. Hal
ini tentu akan mengganggu pertumbuhan alpukat itu sendiri sehingga menurunkan
produksi buah, penurunan kualitas buah atau menimbulkan kematian.
Cuaca yang tidak menentu menyebabkan sulitnya diprediksi kapan musim
buah yang akan datang. Beberapa tahun belakangan ini produksi buah semakin
lama semakin berkurang. Ini tentu saja akan mengurangi pendapatan pemilik
tanaman alpukat. Meskipun alpukat bukan tanaman utama yang diusahakan
masyarakat setempat, tetapi pendapatan dari hasil menjual buah alpukat tentu saja
membantu perekonomian keluarga mereka.
Faktor perawatan tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan alpukat.
Gersangnya areal sekitar tanaman alpukat menyebabkan menurunnya produksi
buah atau tidak berbuah sama sekali. Namun hal ini dapat diupayakan dengan
Pemberian pupuk kandang juga dapat membantu kesuburan tanah di sekitar pohon
alpukat karena adanya pemasukan unsur-unsur organik ke dalam tanah.
Selain itu belakangan ini muncul permasalahan yang baru yaitu seringnya
terjadi pencuriah buah alpukat dari kebun masyarakat. Letak kebun yang jauh dari
pemukiman pemilik lahan tersebut membuat sering terjadi pencurian ketika
musim buah tiba. Para pemilik kebun ini susah mengontrolnya karena masyarakat
umumnya bekerja di kebun-kebun mereka dari pagi hingga sore. Sementara para
pencuri mengambil buah alpukat pada sore hari setelah pemilik pulang ke
rumahnya ataupun pada malam hari.
Serangan Hama dan Penyakit Pada Alpukat
Dilihat dari segi ketahanan terhadap serangan hama, alpukat yang terdapat
di Kabupaten Bener Meriah memiliki ketahanan yang tinggi. Ini terbukti dari
pengamatan yang terlihat di lokasi pengamatan hampir tidak ditemukan tanaman
alpukat yang terserang penyakit ataupun terkena serangan hama. Umumnya
tanaman yang terkena penyakit pada tanaman yang sudah tua. Tindakan atau
perlakuan pengendalian terhadap penyakit itu pun dibiarkan saja karena tanaman
yang sudah tua tidak produktif lagi.
Namun di desa Gajah Putih yaitu di ketinggian 1024 mdpl terdapat satu
tanaman alpukat yang mengalami gangguan penyakit. Gejala penyakit ini antara
lain tanaman mulai menggugur kan daun-daun sehingga akhirnya tanaman tersebut
atau cabang-cabang yang masih muda mengakibatkan tanaman tersebut menjadi
mati.
Gambar 7. Alpukat yang “mati beru”
Hama yang paling sering ditemukan pada tanaman alpukat yaitu hama
penggerek batang. Apabila tanaman sudah terserang hama ini maka harus cepat
dilakukan tindakan pencegahan. Karena hama ini dapat menyebabkan layu pada
bagian pucuk, pembusukan pada bagian batang, cabang, dan tangkai buah
sehingga menyebabkan kerontokan sebelum pemanenan. Hal ini tentu saja
mengurangi produksi alpukat. Cara yang paling sederhana yaitu dengan
memotong cabang atau dahan yang terserang.
Tabel 8. Serangan hama dan penyakit berdasarkan ketinggian
No Ketinggian (mdpl) Hama Penyakit
1
Benalu, Mati beru -
-
Kendala lain yang dialami penduduk yang memiliki tanaman alpukat yaitu
sering muculnya benalu pada cabang atau ranting-ranting. Munculnya benalu
tentu saja mengganggu proses metabolisme yang terjadi pada tanaman alpukat.
Benalu memanfaatkan unsur hara yang diserap oleh akar tanaman dan
serius karena dapat tumbuh subur jika tidak diberantas hingga mendominasi pada
tajuk tanaman dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman inangnya. Seperti
yang terlihat pada Gambar 8, benalu mendominasi permukaan tajuk pohon alpukat
yang seharusnya permukaan tajuk dipenuhi warna hijau daun tetapi berubah
menjadi kekuning-kuningan akibat dipenuhi benalu.
Gambar 8. Tanaman alpukat yang terserang benalu
Biasanya tanaman yang terserang benalu menunjukkan kurangnya
perawatan terhadap pohon alpukat sebagai tanaman inangnya. Cara yang terbaik
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengambil benalu-benalu yang telah
menempel pada cabang-cabang tanaman alpukat atau memotong cabang yang
terdapat benalu tersebut. Dengan begitu alpukat akan kembali dapat berproduksi
optimal seperti sebelumnya.
Produktivitas Alpukat
penurunan produksi alpukat dari tahun 2008. Untuk lebih lengkap data dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Data produksi alpukat Kabupaten Bener Meriah
Tahun Triwulan Total Produksi
(Kwintal)
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian Bener Meriah
Alpukat memiliki produktivitas yang cukup tinggi, buah alpukat tidak
mengalami kekosongan pembuahan pada tanaman. Dari tabel 9 tersebut terlihat
bahwa alpukat berbuah terus-menerus. Perbedaan angka di setiap triwulan
disebabkan oleh tidak samanya jumlah pohon yang berbuah pada saat musim yang
sama. Selain itu jumlah pohon yang rusak/tua juga mempengaruhi produktivitas
alpukat. Banyak tanaman alpukat yang sudah tua, tidak terawat, penebangan
pohon alpukat menyebabkan berkurangnya produksi alpukat secara keseluruhan
di Kabupaten ini..
Semakin tua tanaman tersebut maka akan semakin banyak buah yang
dihasilkan. Namun yang menjadi permasalahan yaitu buah sulit dipanen
dikarenakan besarnya diameter batang sehingga sulit dipanjat dan tingginya
cabang tempat buah bergantung.
Tabel 10. Produktivitas buah alpukat berdasarkan ketinggian
No Ketinggian (mdpl) Bobot buah/pohon (kg) Jumlah buah/pohon
1
Alpukat biasanya dipanen di penghujung musim hujan sebab bunga
raya biasanya terjadi pada bulan Juni – Agustus. Satu tanaman alpukat yang baik
dapat menghasilkan 100 buah dengan berat rata-rata 200 – 500 gram. Tabel 10
menunjukkan semakin tingginya angka produksi yang dihasilkan pohon alpukat
karena pohon alpukat sudah cukup berumur. Umumnya tanaman alpukat yang
dimiliki responden adalah tanaman tua atau rata-rata sudah berumur lebih dari 20
tahun. Pohon alpukat sudah ada di tanah yang mereka beli sebelumnya atau yang
ditinggalkan orang tua mereka. Pohon alpukat yang sudah tua mampu
menghasilkan buah dalam jumlah yang banyak karena pohon alpukat tersebut
memiliki banyak cabang dan bertajuk lebat sehingga banyak cabang atau ranting
yang dapat menumbuhkan bunga dan kemudian menjadi buah. Pohon yang baik
akan mampu menghasilkan buah yang berukuran dan jumlah yang besar. Bahkan
pada musim panen raya satu pohon ada yang sampai menghasilkan 200 kg/pohon.
Sedangkan harga buah alpukat di tingkat petani dibeli dengan harga antara Rp 800
– 1000/kg.
Buah alpukat yang berukuran kecil biasanya dihasilkan dari pohon yang
kurang terawat. Ini tentu saja merugikan petani dari segi ekonomi karena alpukat
yang berukuran kecil tidak laku di pasaran. Petani alpukat biasanya menjual buah
ke penampung-penampung atau agen alpukat yang secara langsung datang
membeli dan memanennya.
Pemanenan Alpukat
guncangkan akan terdengar bunyi tumbukan antara biji dengan dengan daging
buahnya. Buah yang telah tua akan matang 2 – 3 hari setelah dipetik.
Pemanenan dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan memanjat
pohon dan memetik buah. Apabila buah tidak dapat dijangkau dengan tangan,
biasanya pemanjat menggunakan alat bantu berupa galah yang diberi kaitan pada
ujungnya. Jarang sekali ditemukan pemanenan yang mempergunakan jaring/net
yang berguna untuk menampung buah yang jatuh agar tidak mengalami benturan
ke tanah. Benturan akan mengurangi kualitas buah tersebut sehingga akan
menimbulkan bekas memar yang kemudian tidak tahan lama karena akan cepat
busuk.
Pengemasan biasanya dilakukan untuk buah yang akan dijual ke tempat
jauh. Pengemasan yang dilakukan agen-agen alpukat yaitu membuat kotak yang
terbuat dari potongan-potongan kayu. Kotak ini dibuat untuk mencegah rusaknya
buah alpukat sebelum sampai di tempat tujuan pengiriman sebab bila tidak diberi
kotak, buah alpukat akan tertimpa oleh alpukat lain yang berada di atasnya.
Pada gambar di atas terlihat seorang agen alpukat sedang mempersiapkan
kotak yang terbuat dari kayu sebelum alpukat dikirim ke daerah tujuan. Alpukat
yang akan dikirim terlebih dahulu disortir menurut jenis dan ukuran buahnya.
Alpukat dimasukkan dan disusun ke dalam kotak tersebut sehingga menghemat
tempat dan dapat mencegah kerusakan akibat benturan dan tertimpa antarsesama
alpukat. Para agen biasanya mengirim alpukat setelah mendapat pesanan dari
pelanggan luar kota. Pegiriman yang sering dilakukan para agen berkisar antara
500 – 800 kg/minggu.
Manfaat Alpukat
Alpukat merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari
buah, daun, batang dan lain-lainnya. Pada lokasi penelitian masyarakat telah
mengenal berbagai pemanfaatan yang ada tetapi masih terfokus dalam hal
memanfaatkan buah alpukat saja. Ini terbukti dari hasil kuisioner yang dilakukan
di lokasi pengamatan yang tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 11. Persentase manfaat alpukat menurut responden
No Manfaat Alpukat Jumlah Responden Persentase (%) 1
2 3 4
Sebagai bahan makanan/minuman Untuk obat-obatan
Pemanfaatan kayu
Sebagai tanaman naungan
85
Tabel 11 menunjukkan bahwa 85 % responden memanfaatkan alpukat
sebagai bahan makanan/minuman. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah
rebusannya, menggunakan buah alpukat sebagai masker yang berguna untuk
menghaluskan kulit wajah.
Selain itu masyarakat memanfaatkan tanaman alpukat sebagai tanaman
naungan, baik itu di sekitar rumah ataupun di sela-sela tanaman kopi. Pohon
alpukat berguna untuk melindungi tanaman kopi langsung terkena sinar matahari.
Dengan adanya pohon alpukat masyarakat mendapat dua keuntungan sekaligus
karena selain sebagai tanaman naungan terhadap tanaman utama yaitu tanaman
kopi juga dapat menikmati buah alpukat yang dapat membantu perekonomian
mereka.
Alpukat memiliki akar tunggang yang cepat sekali pertumbuhannya. Hal
tersebut akan menguntungkan tanaman ini sebab membuat tanaman ini lebih
kokoh dari terpaan angin kencang. Alpukat memiliki tajuk yang besar sehingga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Banyaknya jumlah alpukat tidak didasarkan atas ketinggian di atas permukaan
laut.
2. Alpukat yang tumbuh terbaik terdapat pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl.
3. Alpukat ditemukan di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Pintu Rime Gayo,
Timang Gajah, Permata, Wih Pesam dan Kecamatan Bukit.yang terdiri atas 44
desa.
4. Alpukat yang terbanyak ditemukan di desa Blang Jorong pada ketinggian
1243 mdpl dengan jumlah 75 tanaman dan paling sedikit ditemukan yaitu di
desa Buntul Kemumu pada ketinggian 1567 mdpl dengan jumlah 1 tanaman.
5. Alpukat ijo panjang lebih banyak ditemukan (562 tanaman) daripada alpukat
ijo bundar (459 tanaman) dari jumlah total 1021 tanaman.
Saran
Perlua adanya penanganan yang tepat untuk membudidayakan alpukat
sehingga hasil yang diperoleh maksimal. Sedangkan saran dalam hal penelitian
yaitu perlunya dicari waktu yang tepat dalam hal wawancara ataupun mencari
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Volume Eksport dan Import Komoditas Sayuran di Indonesia Periode 2003-2007. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakart com_content&task=view&id=134&Itemid=167
Indriani, Y.H dan E. Sumiarsih, 1992. Alpukat; Penanaman Jenis Komersial, Aspek Pemasaran. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Nasution, R. 2010. Survei dan Identifikasi Penyebab Kematian (Dieback) pada Tanaman Alpukat (Persea Americana Mill.) di Kabupaten Garut, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Nazaruddin dan F. Muchlisah, 1994. Buah Komersial. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Prihatman K, editor. 2000. Alpukat / Avokad (Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth ). Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan,BAPPENAS. Jakart alpukat.pdf [22-12-2009]
Saputra, A.L.H. 2009. Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) pada Tikus Putih Jantan. [skripsi]. Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Suara Merdeka. 14 Mei 2009. Asam Folat dalam Alpukat. Suara Merdeka.
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sunarjono, H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarti, S. dan Y. Purnomo, 2006. Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana. Surabaya.