• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak

(Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon

Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di

Harian Analisa dan Harian Waspada)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata (S1)

Disusun Oleh :

WINA VAHLUVI

050904062

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan mengenai kandidat pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan pada masa kampanye di dua harian besar di Kota Medan, yaitu harian Analisa dan harian Waspada.

Objektivitas isi dilihat pada harian Analisa dan Waspada di ukur dengan beberapa variabel yaitu, kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas, yakni melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari kelengkapan elemen berita dan narasumber yang dimuat, yang terdiri dari kategori kebenaran yang meliputi fakta sosiologis (kelengkapan 5W dan 1H), fakta psikologis (narasumber), dan cek dan ricek. Kategori relevansi yang terdiri dari keaktualan isi berita. Selanjutnya katagori objektivitas berita berdasarkan impartialitas yang terdiri dari keseimbangan yaitu peliputan dua sisi (cover both side) dan netralitas yaitu pencampuran fakta dan opini.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah berita kampanye pada tanggal 27 April sampai 8 Mei 2010, di dua harian yaitu Analisa dan Waspada, 45 item berita pada harian Analisa dan 50 item berita pada harian Waspada.

Penggunaan media massa dinilai memiliki andil yang sangat besar dalam

menghantarkan calon walikota dan wakil walikota dalam memenangkan pilkada. Karena hanya lewat media inilah khalayak dalan jumlah besar dapat diraih, surat kabar melalui fungsinya sebagai saluran informasi dapat menyebarluaskan pesan-pesan politik, yaitu berupa visi dan misi para calon sekaligus mengenalkan sosok calon tersebut kepada masyarakat dengan harapan target suara pada saat

pemilihan berlangsung.

Isi berita sebenarnya tidak lepas dari bagaimana orang-orang

media/wartawan memproduksi berita. Pada dasarnya isi berita adalah produk dari proses bagaimana wartawan mempresentasikan sesuatu dari hasil temuan di lapangan dan interaksi dengan sumber berita. Kemudian dalam penyajiannya, terdapat pertimbangan faktor seleksi dan penonjolan isi berita mana yang layak ditampilkan.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Puji dan syukur atas rahmat Allah swt.

Tiada daya upaya selain dariNya yang begitu banyak memberikan rahmat dan

pertolongan kepada penulis untuk menunaikan salah satu syari’atNya, serta

shalawat beserta salam kepada Rasulullah saw, sebagai seorang junjungan yang

memberikan nilai-nilai mulia pada umatnya. Kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda Gunawan dan Ibunda Ramlah Nasution, tiada kata-kata yang mampu

menggambarkan ungkapan terima kasih penulis.

Penulisan skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak

(Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil

Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada),

merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan

program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak bantuan dari berbagai pihak, baik

dorongan moril maupun materil, yang membantu penulis untuk menambah

wawasan berfikir dan semangat untuk mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya

kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

(4)

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, MSi, selaku dosen pembimbing

5. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang

telah memberikan bekal ilmu selama mengikuti perkuliahan

6. Seluruh keluarga penulis, adik-adik, Vinanda Lestari dan Nuri Pertiwi.

Almarhum adikku tercinta, Hendi Septian Tri Putra (terima kasih untuk 19

tahun kebersamaan kita)

7. Seluruh sahabat, teman, komunitas, atau apapun namanya. Terimakasih

karena saya di pilih Allah swt, menjadi bagian dari kalian. Juga

menjadikan kalian bagian dari saya.

8. Harian Analisa dan Harian Waspada,

9. Seluruh Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2005

Akhir kata peneliti memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas segala

kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan peneliti berharap penelitian ini

bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin yaa rabbal ‘alamin.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

II.1. Pendekatan-pendekatan Mengenai Isi Media ... 18

II.2. Kategori/ Jenis-jenis Isi Surat Kabar ... 26

II.3. Objektivitas Berita ... 41

II.4. Content Analysis (Analisis Isi) ... 49

II.5. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

III.1. Metode Penelitian ... 58

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60

III.2.1. Surat Kabar Harian Analisa ... 60

III.2.2. Surat Kabar Harian Waspada ... 63

III.3. Populasi dan Sampels ... 66

III.4. Operasionalisasi Konsep/Variabel Penelitian ... 70

III.4.1. Operasionalisasi Konsep ... 70

III.4.2. Operasionaloisasi Variabel ... 71

III.5. Metode Pengumpulan Data... 75

III.6. Teknik Analisis Data dan Validitas Hasil Penelitian ... 77

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN ... 59

IV.1. Gambaran Umum Isi Berita “Kampanye Pilkada Medan 2010” ... 61

IV.1.1. Jumlah Berita ... 61

IV.1.2. Narasumber dalam Pemberitaan “Kampanye Pilkada Kota Medan 2010” ... 61

IV.2. Objektivitas Pemberitaan “Kampanye Pilkada Kota Medan 2010” ... 63

IV.2.1. Faktualitas ... 63

IV.2.1.1. Kebenaran ... 63

IV.2.1.2. Relevansi ... 77

IV.2.2. Impartialitas ... 77

IV.2.2.1. Keseimbangan ... 77

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

V.1. Kesimpulan... 90 V.2. Saran ... 93

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Fakta Sosiologis (Kelengkapan unsur 5W dan 1H) pada harian Analisa ... 64

Tabel 4.2 : Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Analisa ... 64

Tabel 4.3 : Fakta Sosiologis (Kelengkapan unsur 5W dan 1H) pada harian Waspada ... 66

Tabel 4.4 : Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Waspada ... 67

Tabel 4.5 : Fakta Psikologis (Narasumber) di harian Analisa ... 68

Tabel 4.6 : Fakta Psikologis (Narasumber) di harian Waspada ... 70

Tabel 4.7 : Cek dan ricek berita harian Analisa ... 72

Tabel 4.8 : Cek dan ricek berita harian Waspada ... 73

Tabel 4.9 : Keaktualan berita harian Analisa ... 74

Tabel 4.10 : Keaktualan berita harian Waspada ... 75

Tabel 4.11 : Keseimbangan/ peliputan dua sisi berita harian Analisa ... 77

Tabel 4.12 : Keseimbangan/ peliputan dua sisi berita harian Waspada ... 79

Tabel 4.13 : Netralitas berita di harian Analisa ... 80

Tabel 4.14 : Netralitas berita di harian Waspada... 81

Tabel 4.15 : Ukuran centimeter kolom berita kampanye pada harian Analisa dilihat dari pasangan calon walikota dan wakil walikota ... 82

Tabel 4.16 : Ukuran centimeter kolom berita kampanye pada harian Waspada dilihat dari pasangan calon walikota dan wakil walikota ... 84

(8)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan mengenai kandidat pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan pada masa kampanye di dua harian besar di Kota Medan, yaitu harian Analisa dan harian Waspada.

Objektivitas isi dilihat pada harian Analisa dan Waspada di ukur dengan beberapa variabel yaitu, kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas, yakni melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari kelengkapan elemen berita dan narasumber yang dimuat, yang terdiri dari kategori kebenaran yang meliputi fakta sosiologis (kelengkapan 5W dan 1H), fakta psikologis (narasumber), dan cek dan ricek. Kategori relevansi yang terdiri dari keaktualan isi berita. Selanjutnya katagori objektivitas berita berdasarkan impartialitas yang terdiri dari keseimbangan yaitu peliputan dua sisi (cover both side) dan netralitas yaitu pencampuran fakta dan opini.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah berita kampanye pada tanggal 27 April sampai 8 Mei 2010, di dua harian yaitu Analisa dan Waspada, 45 item berita pada harian Analisa dan 50 item berita pada harian Waspada.

Penggunaan media massa dinilai memiliki andil yang sangat besar dalam

menghantarkan calon walikota dan wakil walikota dalam memenangkan pilkada. Karena hanya lewat media inilah khalayak dalan jumlah besar dapat diraih, surat kabar melalui fungsinya sebagai saluran informasi dapat menyebarluaskan pesan-pesan politik, yaitu berupa visi dan misi para calon sekaligus mengenalkan sosok calon tersebut kepada masyarakat dengan harapan target suara pada saat

pemilihan berlangsung.

Isi berita sebenarnya tidak lepas dari bagaimana orang-orang

media/wartawan memproduksi berita. Pada dasarnya isi berita adalah produk dari proses bagaimana wartawan mempresentasikan sesuatu dari hasil temuan di lapangan dan interaksi dengan sumber berita. Kemudian dalam penyajiannya, terdapat pertimbangan faktor seleksi dan penonjolan isi berita mana yang layak ditampilkan.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini manusia sangat membutuhkan informasi, dari kebutuhan tersebut

terdapat berbagai macam dan ragam kebutuhan manusia akan informasi tersebut.

Mulai dari media cetak sampai media elektronik. Karena itu tidak salah jika

dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, maka ia akan menguasai dunia.

Banyak media yang diterbitkan serta menyajikan berita dan peristiwa yang

memang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Dengan banyak media yang

bermunculan maka masyarakat lebih selektif dalam memilih media mana yang

akan mereka konsumsi, dan sangat tidak terlepas dari berita apa yang disajikan

media tersebut.

Perkembangan segala bentuk realitas informasi yang disampaikan media,

semakin tahun semakin menunujukkan bahwa media mempunyai andil yang

cukup besar untuk membentuk opini publik bahkan hingga tahap perubahan

prilaku. Ini cukup menjadi bukti bahwasannya manusia merupakan makhluk yang

haus akan segala bentuk informasi yang disajikan oleh media, tanpa terlebih dulu

menyaring apakah sebenarnya manfaat dari penyajian informasi tersebut.

Media cetak dianggap media yang mampu mendokumentasikan suatu

peritiwa dan sifatnya tidak baku. Artinya kapan saja orang masih bisa

membacanya karena tak hanya memuat narasi, media cetak juga memuat gambar

(10)

Media massa dalam kehidupan politik di alam modern memiliki posisi dan

peranan yang sangat vital. Media bukan saja sebagai informasi politik, melainkan

juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik. Realitas

demikian tampak jelas ketika terjadi pemilihan kepala daerah (dalam hal ini

Walikota dan Wakil Walikota Medan). Salah satu berita yang diliput untuk

diberitakan adalah mengenai berita yang berhubungan dengan kegiatan kampanye

calon Walikota dan Wakil Walikota yang maju sebagai kandidat. Hal tersebut

dilihat dari banyaknya informasi yang diberitakan pada berbagai media massa

(televsi, radio, internet, dan surat kabar). Ada banyak peristiwa politik yang cukup

menarik perhatian masyarakat, dan cara untuk mengetahui peristiwa-peristiwa

adalah dari media massa itu sendiri.

Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana

politik. Sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi, strategi pemberitaan

media massa ikut menentukan proses kampanye sebagai kekuatan politik untuk

merebut hati rakyat.

Sebuah berita tidak mungkin objektif dan tidak mungkin bebas dari

kepentingan-kepentingan tertentu. (Meadow,1980) Sebuah berita tidak mungkin

menyajikan seluruh fakta sosial dalam halaman surat kabar yang terbatas dan

terdapat proses seleksi terhadap fakta-fakta yang disajikan. Tidak semua peristiwa

layak dijadikan berita. Dan berita politik memang dapat menjangkau segmen

pembaca dari berbagai lapisan.

Dikatakan demikian, karena ada dua faktor yang menyebabkannya.

Pertama, saat ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation),

(11)

media massa. Yang terjadi malah para tokoh politik senantiasa berusaha menarik

perhatian wartawan agar kegiatan politiknya mendapat liputan dari media massa.

Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor

politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu

bersifat rutin belaka, seperti rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik

dengan para pendukungnya.(Ibnu Hamad, 2004:1).

Saat ini tak lama lagi akan berlangsung pemilihan Walikota dan Wakil

Walikota Medan untuk periode 2010-2015 pada Juni 2010. Tetapi pemberitaan

mengenai calon-calon kandidatnya sudah beredar luas di masyarakat kota Medan.

Bahkan, papan-papan spanduk dan poster-poster calon kandidat sudah banyak

beredar di sepanjang jalan kota Medan. Sejumlah nama pasangan calon yang

disebut-sebut akan meramaikan Pilkadasung Walikota Medan dan Wakil Walikota

Medan 2010, yakni Indra Sakti Harahap-Delyuzar, Maulana Pohan-Ahmad Arif,

Sigit-Nurlisa, Rahudman-Eldin, Bahdin-Kasim Siyo, Sjahrial-Yahya, Ajib

Shah-Binsar Situmorang, Sofyan Tan-Nelly Armayanti, Joko Susilo-Amir Mirza, dan

HM Arif-Supratikno.

Peristiwa politik sangat menarik perhatian masyarakat. Namun pada

kenyataannya, tidak semua surat kabar memuat berita atau kampanye politik

secara profesional. Ini terlihat dengan adanya berita yang tidak memuat

fakta-fakta yang lengkap dan juga tidak berimbang dalam liputan pemberitaan.

Pada prinsipnya, sebuah media dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya

dituntut untuk bersikap fair dan akurat. Pada berita atau artikel, unsur untuk

menarik perhatian khalayak ramai adalah judul berita (headline).(Kusumaningrat,

(12)

Disini penyusunan kata-kata yang komunikatif sangat berperan. Judul

berita tersebut akan bersifat komunikatif apabila kalimatnya sederhana, menarik,

tanpa kata-kata yang pleonastic atau mubazir dan tercetak dengan huruf yang

menonjol.

Suatu kewajiban moral bagi para penanggung jawab media di berbagai

wilayah untuk menjadikan netralitas, sikap independen terhadap kontestan politik,

sebagai suatu keutamaan yang harus terus diperjuangkan. Pengutamaan salah satu

kandidat politik – apa pun dasarnya (kesamaan suku, agama, ras, tingkat ekonomi,

dan lain-lain)-daripada yang lain adalalah mengingkari tugas dasar media untuk

tampil sebagai pewarta informasi yang tak memihak siapapun. Dengan kata lain,

media massa harus bersifat objektif, bukan subjektif.

Sekali tugas ini dilanggar, dan media jatuh dalam favoritisme terhadap

salah satu kandidat, media itu telah mudah dituding sebagai pengikut salah satu

kandidat dan meruntuhkan kepercayaan masyarakat atas liputan-liputannya.

Dengan kata lain, pers justru ikut dalam proses membodohi masyarakat dengan

keberpihakannya tersebut.

Oleh karena itu, pada umumnya surat kabar sangat berperan dalam

pelaksanaan politik, dan pada khususnya kandidat calon-calon untuk pemilihan

walikota itu sendiri. Liputan berita calon walikota yang diberitakan di harian

Waspada dan Analisa itu menarik perhatian penulis didasari atas keingintahuan

bagaimana sebenarnya liputan berita calon walikota Medan pada pemilihan

walikota Kota Medan tahun 2010 dilihat dari perspektif isi pemberitaan pada

Harian Waspada dan Analisa. Jelaslah bahwa surat kabar telah banyak digunakan

(13)

memfokuskan penelitian pada Harian Waspada dan Analisa, sebagai dua media

yang berpengaruh di Kota Medan. Peneliti ingin melihat apakah ada

keberpihakan kedua harian tersebut terhadap para kandidat calon walikota.

Peneliti beranggapan bahwa kedua harian ini dapat mewakili harian lokal lainnya

di Kota Medan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin

mengkaji bagaimana muatan isi berita kandidat calon walikota pada pemilihan

walikota Kota Medan tahun 2010 ini di Harian Waspada dan Analisa, dengan

judul : “Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan

Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: “Bagaimanakah objektivitas isi pemberitaan Kandidat Calon

Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar

penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan permasalahan sebagai

berikut :

(14)

2. Penelitian hanya dilakukan pada jenis berita straight news yang memuat

tentang pemberitaan pada masa Kampanye Kandidat Calon Walikota dan Wakil

Walikota Medan, mulai tanggal 27 April-8 Mei 2010.

3. Berita yang diteliti adalah pada isi berita, dan menghitung panjang

sentimeter kolom berita.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

- Tujuan Penelittian.

1. Untuk mengetahui objektivitas pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan

Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 pada Harian Waspada dan

Harian Analisa.

2. Untuk mengetahui kecenderungan keberpihakan berita, bila berita dapat

dinyatakan tidak objektif.

- Manfaat Penelitian

1. Menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Departemen

Ilmu Komunikasi FISIP USU terutama dalam bidang Jurnalistik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang pikir penulis dalam

melengkapi perbendaharaan penelitian mengenai analisis media.

3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini menjadi suatu referensi bagi

pengolaan berita kampanye di kedua harian tersebut.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsure yang

(15)

Mengungkap teori yang digunakan berarti mengemukakan teori-teori yang

relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau

menganalisis secara logis dan rasional fenomena social yang diteliti. Sebuah

penelitian kualitatif memerlukan suatu teori dalam memahami dan menjelskan

terjadinya fenomena social yang diteliti (Hamidi, 2005: 50)

Teori yang dianggap relevan untuk membantu penelitian ini adalah :

pendekatan-pendekatan mengenai isi media, kategori/jenis-jenis isi surat

kabar,objektifitas berita, dan pemilu.

I.5.1 Pendekatan-pendekatan mengenai isi media

Dalam proses menetukan pembentukan berita (newsroom), newsroom

dalam penelitian ini dianggap sebagai ruang hampa, yang bersikap netral dan

seolah hanyalah sekedar media yang menyalurkan informasi semati. Informasi

yang dimuat benar-benar bersifat pasti, artinya tidak kurang dan tidak pula

berlebih. Proses pembentukan berita, sebaiknya adalah proses yang rumit dan

memiliki banyak factor yang berpotensi untuk mempengaruhi.

Pada dasarnya apa yang disajikan media adalah akumulasi dari pengaruh

yang beragam. Pamela J.Soemaker dan Stephen D.Reese, meringkas berbagai

factor yang beragam kebijakan redaksi, yaitu meliputi sebagai berikut :

1. Faktor Individu

Faktor ini berhubungan dengan latar belakang professional dari pengelola

media, level individual melihat bagaimana pengaruhnya aspek-aspek personal dari

pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada

(16)

2. Level Rutinitas Media (Media Routine)

Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan

kita. Sebagai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas

media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita.

3. Level Organisasi

Berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik

mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bkan orang tunggak

yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanyalah sebagian kecil daro

organisasi media itu sendiri.

4. Level Ekstra Media

Berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada

diluar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasusu mempengaruhi

pemberitan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan diluar

media yaitu sumber berita dan berita sumber penghasilan media.

5. Level Ideologi

Ideology disini diartikan sebagai kerangaka berpikir atau kerangka

referensi tertentu yang dipakai oleh individu utnuk melihat realitas bagaimana

mereka menghadapinya ini merupakan tataran yang secara lebih luas. Di sisni

dengan mudah kita dapat mendeteksi pers mengikuti gagasan (ideology) dominan

yang sedang berjalan atau diberlakukan oleh negara atau masyarakat atau

(17)

I.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa.

Tentunya banyak sekali defenisi dari komunikasi. Karena pada hakikatnya

manusia yang hidup dimuka bumi ini pastilah melakukan komunikasi untuk

menyampaikan tujuan ataupun pesannya kepada si penerima pesan. Percaya atau

tidak sebenarnya kita mulai berkomunikasi ketika bangun tidur hingga ketika jam

tidur kembali, itu artinya 70% dari waktu kita untuk berkomunikasi. Sejak jaman

Romawi sampai abad 21 sekarang ini terdapat definisi yang berbeda satu dengan

yang lain, hal ini disebabkan latar belakang dan sudut pandang para ahli yang

berbeda-beda

Awalnya komunikasi hanya dianggap sebagai suatu proses pernyataan

antar manusia yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan dengan

menggunakan bahsa sebagao penyalur. Bahasa yang dimaksud disini adalah pesan

(message) yang disampaikan oleh seorang pembicara (komunikator) kepada si

penerima (komunikan). Pesan sebenarnya terbagi atas dua aspek yaitu isi pesan (

the content of message), dan kedua lambing pesan (symbol). Kongkret nya isi

pesan itu adalah pikiran atau persaan, sedangkan lambangnya adalah

bahasa.(Effendy 2003:28).

Menurut Harold Laswell (Effedy 1993:10) untuk menjelaskan komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to

Whom with What Effect?”. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa komunikasi

terdiri atas 5 unsur yaitu :

a. Komunikator (Source, Sender, Communicator)

b. Pesan (Message)

(18)

d. Komunikan (Receiver, Communicant)

e. Efek (Effect)

Sedangkan menurut Menurut Carl. I Hovland, komunikasi adalah proses

mengubah perilaku orang lain, dimana seseorang akan dapat mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasi yang dilakukan adalah

komunikasi yang komunikatif (Effendy, 1998 : 13).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

penyampaian atau pengiriman sesuatu dapat berupa lambang atau simbol dalam

bentuk informasi, atau dengan kata lain komunikasi itu dapat dilakukan dengan

menggunakan media atau tanpa media. Media yang digunakan secara umum

dibagi dua yaitu menjadi media cetak dan media elektronik. Penggunaan media

dalam komunikasi sebagai proses dalam penyampaian pesan kepada khalayak

disebut dengan komunikasi massa.

Seiring dengan pertumbuhan manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan

akan informasi, komunikasi massa menempati urutan yang sangat penting dan

tidak dapat diabaikan begitu saja., secara sederhana komunikasi massa adalah

komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Komunikasi massa ini timbul

akibat dari komunikasi interpersonal yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk

tatap muka yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian

membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya dilakukan dalam bentuk

interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam

waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai jembatan bagi khalayak,

(19)

dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan semacam ini disebut dengan

komunikasi massa.

Freidshow (dalam Rachmad 1993 : 188) komunikasi massa dibedakan dari

jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi dialamatkan

kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu dari

beberapa individu atau sebagian khusus dari populasi.

Menurut Devito dalam bukunya “Communicatian : An Introduction To

The Study Of Communication” komunikasi massa adalah komunikasi yang

ditujukan kepada massa, kepada khalayak, yang luar biasa banyaknya. Sedangkan

bentuknya yaitu ; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku (dalam

Effendy 1990 :21)

Jadi komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media

massa yang ditujukan kepada khalayak besar dan heterogen. Oleh karena itu sifat

dari komponen yang dimiliki komunikasi massa itu memiliki ciri khas sebagai

berikut:

A. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang memungkinkan tidak

terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator secara

langsung.

B. Komunikator pada komuniaksi massa bersifat melembaga (bersifat

organisasi)

C. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukan kepada

umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada

(20)

D. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan

kemampuan komunikasi massa untuk menumbuhkan pada pihak khalayak

dalam menerima pesan yang disebarkan.

E. Komunikasi bersifat heterogen, dan sebagai bentuk komunikasi yang

berfungsi untuk menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan

melakukan sosial kontrol (Effendy 1990 : 22)

I.5.3 Kategori/Jenis-jenis Isi Surat Kabar

Istilah pers berasal dari istilah asing, namun diterima sebagai istilah bahasa

Indonesia. Aslinya penulisan Press, yang berarti “percetakan” atatu “mesin cetak”.

Mesin cetak inilah rupanya yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga

orang mengatakan pers itu untuk maksud persuratkabaran. Dari gambaran tersebut

dapat dipahami adanya dua pengertian umum dari pers. Pertama, secara semit

pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran. Kedua, secara umum, pers adalh

sarana yang menyiarkan prodik jurnalistik. Pada zaman modern sekarang ini

jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi

surat kabar atau majalah. Dan defenisi pers tidak hanya terbatas pada media ceta,

namuan juga media massa jurnalistik.

Menurut UU Pers No. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 diebrikan definisi pers

sebagai: “Lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik meliput, mencari, memperoleh, memiliki, meyimpan,

mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam betuk tulisan, suara, gambar

(21)

menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang

tersedia.”

Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi surat kabar terdiri atas beberapa

bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan

kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala

perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dari penyajian berita

inilah komsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah

wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.

Bagian kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik,

pandangan atau pendapat ini disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers,

perlu menyajikan pendapat atau pandangan, baik opini masyarakat (public

opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi

masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada system

kehidupan bermasyarakat yang merupakan control bagi pelaksanaan

pemerintahan.

Bagian ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan ini merupakan tempat

perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan

dimmungkinkan perusahaan surat kabar mendapatkan penghasilan tambahan,

selain itu dari menjual berita melalui langganan dan eceran. Bahkan manajemen

penerbitan per situ bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya.

Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut

:

1. Pemberitaan (News getter)

(22)

b. Berita Langsung (Straight news)

c. Penggalian Berita (Investigasitive news)

d. Pengemabangan Berita (Depth news)

e. Feature (Human interest news)

2. Pandangan atau pendapat (opinion)

a. Pendapat masyarakat (Public opinion)

 Komentar  Artikel

 Surat Pembaca

b. Opini penerbit (Press opinion)

 Tajuk Rencana  Pojok Karikatur

c. Periklanan

 Iklan Dislay  Iklan Baris

 Iklan Pariwara (advetorial)

I.5.4 Objektivitas Berita

Prinsip objektivitas memiliki yang tidak boleh dianggap remeh, terutama

dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Objektivitas adalah prinsip yang

acapkali hyanya dihubungakan dengan isi.

Objektivitas dihubungkan dengan surat kabar khususnya isi berita adalah

(23)

analisis lepas dariras perseorangan, tidak memihak, tidak miring sebelah, hanya

berhubungan dengan objeknya (Junaidi, 1991: 182)

Michael Bugeja (Ishwara, 2005: 41) memandang objektivitas yaitu melihat

dunia seperti apa adanya, bukan bagaiman yang seperi diharapkan semestinta

(objectivity is seeing the world it is, not how you wish it were).

Objketivitas dalam pengertian sempit yaitu hanya melaporkan apa yang

penting untuk dikatakan dan dilakukan dan kurang menghiraukan tentang sebab

musababnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa demi objektifitas, tidak perlu

untuk memberi suatu penjelasan terhadap suatu masalah dan membiarkan

pembaca untuk memecahkannya sendiri. Salah satu defenisi reportase objektif

adalah wartawan bertindak sebagai penonton dari berita dalam mengumpulkan

dan menyajikan fakta. Wartawan tidak terlibat dalam berita, artinya disini

wartawan hanya sebagai pangamat yang netral.

Berbagai komponen utama objektivitas berita yang ditampilkan oleh

J.Westersrhal, komponene tersebut diciptakan secara khusus untuk kepentingan

penilaian kadar netralisai dan keseimbangan pemberitaan. Penyajian laporan atau

berita secar objektifitas mencakup nilai-nilai dan fakta, dimana fakta tersebut

memiliki implikasi evaluatif (Mc.Quil,1987: 130).

Adapun komponen utama objektifitas berita (menurut Westerthal, 1983),

meliputi:

1. kefaktualan , yang terdiri atas :

- Kebenaran

- Relevansi

(24)

- Kesinambungan

- Netralitas

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai serta perumusan

kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

hipotesis penelitian (Nawawi, 2001:40).

Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang akan dirumuskan terdiri dari

kategorisasi objektivitas berita yang meliputi:

1. Kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas

Kategori ini melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari

kelengkapan elemen berita dan narasumber. Berdasarkan ini yang diteliti

yaitu:

a. Kebenaran, yang terdiri dari:

 Fakta sosiologis (Kelengkapan 5W + 1 H)  Fakta Psikologis (Narasumber)

 Cek dan ricek

b. Relevansi

 Keaktualan

2. Kategori berita berdasarkan impartialitas

Kategorisasi ini melihat objektivitas berita dari sikap wartawan terhadap

suatu berita yang tertuang dalam bentuk tulisan. Berdasarkan yang diteliti

(25)

a. Keseimbangan, yang meliputi:

Peliputan dua sisi (cover both side)

b. Netralitas

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Media massa cetak merupakan salah satu media penyampai informasi yang

kini menyebar hampir di seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Surat kabar

misalnya, informasi yang terdapat dalam surat kabar sifatnya tetap dan dapat

dibaca berulang-ulang. Hal ini tentu berbeda dengan informasi yang disajikan di

media elektronik seperti radio dan televisi yang terikat dengan waktu. Informasi

tersebut nyatanya hanya dapat dinikmati beberapa saat dan tidak diperoleh

kembali dalam jangka waktu yang lama. Seiring dengan pertumbuhan manusia

yang tidak terlepas dari kebutuhan akan informasi, komunikasi massa menempati

urutan yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara

sederhana komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media

massa.

Komunikasi massa ini timbul akibat dari komunikasi interpersonal yang

pada umumnya dilakukan dalam bentuk tatap muka yang tidak sebanding dengan

jumlah penduduk yang kian membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya

dilakukan dalam bentuk interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam

jumlah besar dan dalam waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai

jembatan bagi khalayak, artinya pesan yang disampaikan melaui suatu media

dapat diterima banyak orang dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan

(27)

II.1 Pendekatan-pendekatan Mengenai Isi Media

Dalam studi media, ada tiga pendekatan untuk menjelaskan isi media.

Pertama, pendekatan politik-ekonomi (the political-economy approach).

Pendekatan ini, berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh

kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor seperti pemilik

media, modal, dan pendapatan media dianggap lebih menentukan bagaimana

wujud isi media. Faktor-faktor inilah yang menentukan peristiwa apa saja yang

bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan, serta kearah mana

kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan.

Kedua, pendekatan organisasi (organizational approaches). Pendekatan

ini melihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan

dan produksi berita. Berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada dalam

ruang redaksi. Praktik kerja, profesionalisme, dan tata aturan yang ada dalam

ruang organisasi adalah unsur-unsur dinamik yang mempengaruhi pemberitaan.

Ketiga, pendekatan kulturalis (culturalist approach). Pendekatan ini

merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan pendekatan

organisasi. Proses produksi berita di sini dilihat sebagai mekanisme yang rumit

yang melibatkan faktor internal media (rutinitas organisasi media) sekaligus juga

faktor eksternal diluar media. Mekanisme yang rumit itu ditunjukkan dengan

bagaimana perdebatan yang terjadi dalam ruang pemberitaan. Media pada

dasarnya mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi,

tetapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat

dilepaskan dari kekuatan-kekuatan ekonomi politik di luar media (Sudibyo,

(28)

Isi media mencerminkan realitas sosial dengan dengan sedikit atau tidak

ada penyimpangan. Penelitian isi media dengan pendekatan mirror

mengasumsikan bahwa apa yang didistribusikan oleh media massa adalah refleksi

dari kekuatan realitas sosial kepada khalayaknya. Seperti pada saat kamera

meliput peristiwa-peristiwa di dunia. Efek null sama dengan meyakinkan bahwa

isi media merefleksikan realitas, tapi itu kelihatan realitas sebagai hasil perpaduan

antara informasi yang ditawarkan untuk media dan siapa yang membelinya; ini

memiliki kekuatan satu sama lain dan menghasilkan sebuah rangkaian periatiwa

yang objektif (Shoemaker, 1996:6).

Pada dasarnya, apa yang disajikan media adalah akumulasi dari pengaruh

yang beragam. Pamela J.Soemaker dan Stephen D. Reese, meringkas berbagai

faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan

(Sudibyo, 2001:7-13).

Pertama, Faktor Individual

Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola

media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari

pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada

khlayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, sedikit

banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Mengapa media tertentu

cenderung memarjinalkan wanita atau mengapa agama islam di Maluku

digambarkan secara buruk oleh media tertentu? Kalau pendekatan individual yang

diambil, penjelasannya adalah karena aspek personalitas dari wartawan yang akan

(29)

Selain personalitas, level individu juga berhubungan dengan segi

profesionalisme dari pengelola media. Latar belakang pendidikan atau

kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi

pemberitaan media. Wartawan yang mempunyai orientasi politik tertentu, akan

memberitakan secara berbeda terhadap partai politik yang kebetulan menjadi

idolanya.

Kedua, Level Rutinitas Media (media routine)

Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan

berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang

disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita.

Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung setiap hari dan menjadi

prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media

ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada

sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian

tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke

proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Sebagai

mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media

mempengaruhi wujud akhir sebuah berita.

Dalam hal ini media massa memiliki standard operasional prosedur (SOP)

dalam mencari dan menemukan berita. Kemampuan media di dalam rutinitas

media juga dipengaruhi oleh :

- SDM

(30)

- Perlengkapan

Ketiga, Level Organisasi.

Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara

hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan

orang yang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian

kecil dari organisasi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam

organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam

organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran,

bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya.

Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai

tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk

mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan berita agar

berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita

lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap

organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan

filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana

seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa

disajikan dalam berita.

Dialektika dalam level organisasi media ini dapat menjelaskan munculnya

kecenderungan pers era reformasi untuk mengedepankan berita-berita politik yang

tajam, sensasional, bahkan bombastis. Di era Orde Baru, tak dapat dibayangkan

munculnya genre pemberitaan yang semacam itu, perkembangan ini muncul

(31)

digantikan oleh dominasi market regulation. Persoalannya kemudian market

regulation ternyata lebih akomodatif terhadap genre pemberitaan yang seperti itu.

Dalam era market regulation, yang dibutuhkan adalah sajian-sajian yang dapat

menarik perhatian kalangan pengiklan dan pemirsa, termasuk berita-berita

bombastis itu tanpa terburu-buru menenggang perasaan pemerintah.

Pada perkembangannya kalangan redaksi mungkin bosan dengan genre

pemberitaan seperti itu, dan mencoba untuk mengembangkan angel-angel lain.

Namun pihak sirkulasi menuntut agar genre pemberitaan itu tetap dipertahankan

karena pasar pembaca ternyata menyukainya. Akhirnya, berita-berita sensasional

dan bombastis itu tetap disajikan oleh media.

Keempat, Level Ekstra Media

Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan diluar media. Meskipun

berada di luar organisasi media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal

di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi

pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar

media, yaitu :

- Sumber Berita

Sumber berita disini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang

memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk

mempengaruhi media dengan berbagai alasan : memenangkan opini publik, atau

memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang

mempunyai kepentingan, sumber berita tentu saja memberlakukan politik

(32)

mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita

ini sering kali tidak disadari oleh media. Pengelola media tidak sadar, lewat teknik

yang canggih, sebetulnya orientasi pemberitaan telah diarahkan untuk

menguntungkan sumber berita. Media secara tidak sadar telah menjadi corong dari

sumber berita untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh sumber bertita

tersebut.

- Sumber Penghasilan Media

Sumber penghasilan media ini bisa berupa iklan, bisa juga berupa

pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup

kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi

mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang

berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk

memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi,

itu dilakukan diantaranya dengan cara memaksa media untuk mengembargo berita

yang buruk mengenai mereka. Tema tertentu yang menarik dan terbukti

mendongkrak penjualan, akan terus menerus diliput oleh media. Media tidak akan

menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.

- Pihak Eksternal

Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini

sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media.

Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang

dominan dalam menentukan berita apa yang disajikan. Ini karena dalam negara

yang otoriter, negara menentukan apa yang tidak boleh dan apa yang boleh

(33)

media ingin tetap dan bisa terbit ia harus mengikuti batas-batas yang telah

ditentukan oleh pemerintah tersebut. Berita yang berhubungan dengan pemerintah

terutama berita buruk akan diembargo atau dibatalkan, daripada nasib media yang

bersangkutan akan mati. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang

demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada,

justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.

Kelima, Level Ideologi

Ideologi adalah ”world view” sebagai salah satu kerangka berpikir atau

kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan

bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang

tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau

posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pada level ideologi akan lebih dilihat

(34)

II.2 Kategori/Jenis-jenis Isi Surat Kabar

Sebagai lembaga yang dikelola secara bisnis, perusahaan penerbitan pers

juga menghasilkan produk yang dijual pada masyarakat. Beda dengan produk

barang lainnya, produk penerbitan pers mempunyai misi tersendiri, yaitu ikut

mencerdaskan masyarakat, dan menegakkan keadilan. Itulah sebabnya, produk

penerbitan pers tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Artinya, produk yang

dihasilkan harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang terjadi

ditengah-tengah masyarakat, dimana pers tersebut melaksanakan operasinya.

Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi kabar terdiri atas beberapa

bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan

kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala

perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dari penyajian berita

inilah konsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah

wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.

Kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik,

pandangan atau pendapat ini disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers,

perlu menyajikan pendapat atau pandangan (opini), baik opini masyarakat (public

opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi

masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem

kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksanaan

pemerintahan.

Ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan ini merupakan tempat

perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan

(35)

itu dari menjual berita melalui langganan dan eceran. Bahkan manajemen

penerbitan pers itu bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya.

Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut

:

3. Pemberitaan (News getter)

a. Pengertian Berita (Perception news)

b. Berita Langsung (Straight news)

c. Penggalian Berita (Investigative news)

d. Pengemabangan Berita (Depth news)

e. Feature (Human interest news )

4. Pandangan atau pendapat (opinion)

a. Pendapat masyarakat (Public opinion)

 Komentar  Artikel

 Surat Pembaca

b. Opini penerbit (Press opinion)

 Tajuk Rencana  Pojok Karikatur

c. Periklanan

 Iklan Display  Iklan Baris

(36)

1. Pemberitaan (News getting)

a. Pengertian berita (Perception news)

Berita berasal dari bahasa Sanseketrta, yakni Vrit yang dalam bahasa

inggris disebut Write, yang artinya sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada

yang menyebut Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam

bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya W. J. Spoerwodarminta,

“berita” berarti kabar atau warna, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia terbitan balai pustaka, arti berita diperjelas menjadi : “Laporan

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi, berita dapat dikaitkan

dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.

Berita terdiri dari beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data.

Data berasal dari datum, sedangkan datum diambil dari semua kejadian atau

peristiwa. Untuk bisa jadi berita, data harus dibuat atau diolah lebih dahulu.

Seseorang yang kebetulan melihat suatu kejadian atau peristiwa, orang tersebut

tidak bisa dikatakan mendapat berita, tetapi disebut orang yang melihat

kejadian/peristiwa. Jika orang tersebut kemudian menceritakan kejadian/peristiwa

tersebut kepada orang lain secara lisan atau tertulis, orang itulah yang disebut

mendapat atau mendengarkan berita.

Sampai sekarang, masih sulit mendefinisikan berita. Para sarjana

publisistik maupun jurnalistik belum merumuskan definisi berita secara pasti.

Ilmuwan, penulis dan para pakar ilmu komunikasi memberikan definisi berita,

dengan beraneka ragam, yaitu: Menurut Williard C. Bleyer, dalam

(37)

yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat

menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar; atau karena ia dapat

menarik pembaca-pembaca tersebut (Assegaf, 1991:22).

Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon

Bogart Kepala Desk kota Koran New york Sun, hampir seabad yang lalu Bogart

menemukan kata-kata yang sering dikutip mengenai berita, yaitu : ”when a dog

bites a man, that’s not news. But when a man bites a dog that is news” (“jika ada

anjing menggigit orang, itu bukan berita. Namun jika ada orang menggigit anjing,

itu baru berita”) (Torben dan Eric, 2001:17).

Sedangkan menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis

jurnalistik adalah ”laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh

staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca,

entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena

mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

Apa yang menarik perhatian pembaca haruslah terdapat dalam sebuah

berita, namun dari semua itu yang terpenting adalah berita harus ditulis

berdasarkan peristiwa yang faktual atau benar-benar terjadi untuk menghindari

rekayasa dalam pembuatan berita karena sebuah berita memiliki banyak pengaruh

terhadap masyarakat.

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu:

• Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal

sebagian saja.

(38)

Untuk membuat berita yang baik, harus memahami unsur yang terdapat di

dalam berita. Agar berita dapat menarik perhatian pembaca, perlu diperhatikan

unsur-unsur seperti : aktual atau baru (termasa), jarak, terkenal, keluarbiasaan,

akibat, ketegangan, pertentangan, seks, kemajuan, human interest, emosi dan

humor.

b. Berita langsung (straight news)

Berita langsung adalah berita yang ditulis secara langsung. Artinya,

informasi yang dituangkan dalam berita itu diperoleh langsung dari sumber

beritanya. Biasanya diungkapkan dalam bentuk pemaparan (descriptive).

Penulisan berita langsung lebih mengutamakan aktualitas informasinya. Informasi

disini bisa berasal dari keterangan pejabat atau berdasarkan kejadian yang

sebenarnya.

Jika ada seorang pejabat atau pimpinan lembaga yang memberikan

keterangan tentang suatu kasus maka penjelasan-penjelasan pejabat tersebut bisa

dibuat berita secara langsung tanpa ditambah informasi lainnya. Fokus

pemberitaannya hanya tertuju pada penjelasan-penjelasan kasus tersebut. Jika

pejabat itu beropini, maka opini pejabat bisa menjadi fakta karena opini itulah

yang disebut fact in idea.

Berita langsung biasanya dibuat dengan gaya memaparkan, yaitu suatu

gaya penulisan berita yang memaparkan kejadian atau peristiwa yang terjadi,

dalam keadaan apa adanya saja, tanpa ditambah dengan penjelasan. Penulisan

(39)

c. Penggalian berita (investigative news)

Semua yang hidup di dunia ini pasti ada asalnya. Demikian juga dengan

berita. Sama dengan kehidupan yang lain. Asal berita, kita sebut dengan sumber

berita. Untuk dapat membuat berita harus ada kejadian atau peristiwa. Kejadian

atau peristiwa ini bisa disebut sebagai sumber berita.

Selain peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh manusia, kumpulan

dari berbagai berita bisa juga dijadikan sumber berita. Karena dari manusia dapat

kita peroleh data, sedangkan pada kumpulan berita juga bisa diambil datanya,

yang merupakan dasar untuk membuat berita. Sumber berita dibagi menjadi dua,

yaitu sumber berita utama (primer) dan sumber berita kedua (sekunder).

Sumber berita utama (primer) adalah kantor berita resmi dari

pemerintahan dalam hal menyampaikan pengumuman, pemberitahuan, dan

sebagainya. Sedangkan sumber berita kedua (sekunder) adalah media massa,

seperti surat kabar, siaran radio, televisi, dan sebagainya.

Berita harus dalam bentuk sederhana, lugas, langsung, tidak

berbunga-bunga, namun kaya akan data. Berita tidak boleh bersumber pada omong kosong,

isu, suara-suara halus, wangsit, cerita burung. Selain itu, berita juga harus

mendapatakan dukungan data otentik, kejelasan dan segala hal yang telah

diperkuat ”authority”. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering

disebut dengan istilah berita eksklusif. Artinya, berita tersebut jarang terjadi.

Tetapi kejadian itu pada akhirnya diketahui banyak orang. Dalam menggali berita

untuk mendapatkan sumber berita yang valid (dapat dipercaya) bisa dilakukan

dengan tiga cara :

(40)

2) Meliput acara,

3) Mengga li berita

d. Pengungkapan berita (explanatory news)

Explanatory news adalah pengungkapan berita atau bisa juga disebut

sebagai berita yang menjelaskan. Artinya, dalam hal penulisan berita, data yang

disajikan lebih banyak diuraikan daripada diungkap secara langsung. Explanatory

news lebih banyak kita jumpai pada reportase berita. Bentuk penulisan ini bisa

memadukan antara fakta dan opini. Fakta yang diperoleh dijelaskan secara rinci

dengan beberapa argumentasi oleh penulisannya sendiri.

Pengungkapan berita bisa ditulis secara panjang lebar. Jika memungkinkan

bisa disajikan secara bersambung dua sampai empat kali tulisan. Karena beritanya

panjang, diperlukan banyak data. Jika data yang diperoleh dari suatu peristiwa

atau kejadian hanya sebatas peristiwa atau kejadian itu saja, penulis bisa

melengkapi dengan data lain yang diungkapkan dari sumber lain. Tetapi data itu

harus masih ada hubungan dengan berita yang ditulisnya. Dalam penulisan

explanatory news, penulis dengan bebas memaparkan data yang baik dari orang

lain maupun dari hasil penyelidikan sendiri.

e. Penjelasan berita (interpretative news)

Interpretative news adalah bentuk berita yang penyajiannya merupakan

gabungan antara fakta dan interpretasi. Artinya, dalam penulisan berita seperti ini,

penulis boleh memasukkan uraian. Komentar dan sebagainya yang ada kaitannya

(41)

hal ini sumber berita memberikan data atau informasi yang dirasakan masih

kurang jelas arti dan maksudnya. Maka penulis wajib mencarikan penjelasan

terhadap arti dan maksud dari informasi tadi. Jika penulis punya banyak wawasan

terhadap informasi tersebut, bisa saja penulis mengartikan atau menjelaskan apa

arti dan maksud informasi yang diberikan oleh narasumber tersebut. Tetapi jika

tidak punya wawasan, penulis bisa mencari penjelasan dengan mewawancarai

kembali narasumber tersebut atau dengan narasumber yang lain, namun masih

tetap dalam lingkup permasalahan yang sama.

f. Pengembangan berita (depth news)

Pengembangan berita atau depth news, merupakan kelanjutan atau hampir

sama dengan investigative news. Bedanya, jika investigative news bermula dari

adanya isu atau data mentah yang kemudian dilakukan penelitian atau penggalian.

Sedangkan depth news, berasal dari adanya sebuah berita yang masih belum

selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali.

Lahirnya pengembangan berita ini karena banyaknya data yang didapat

pada satu peristiwa, tetapi data itu tidak saling terkait meskipun topiknya sama.

Jika data itu diungkap dengan straight news atau investigative news, rasanya

sangat dangkal karena bisa berdiri sendiri-sendiri. Untuk mengatasi ini penulis

berita berinisiatif mengembangkan data itu sesuai dengan klarifikasinya, dan

kemudian menambah dengan data lain yang sama topiknya. Upaya inilah yang

(42)

g. karangan khas (feature)

Feature adalah bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat

mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita, yaitu 5 W + 1 H. Feature

sampai sekarang banyak yang mengartikan berbeda. Sebagian pendapat

menganggap feature adalah karangan khas. Sebagian lain menyebut feature

adalah penyajian berita yang berbentuk human interest.

”Karangan khas (feature) dalam surat kabar sebenarnya ibarat ”asinan” di

dalam sajian makanan, yang tidak memberikan kalori utama. Akan tetapi ia

menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan khas merupakan bagian yang

cukup penting sehingga surat kabar tersebut bisa memenuhi pula fungsi ketiga

dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan (entertainment), disamping

fungsi memberi informasi dan pendidikan.” (Wolseley dan Campbell, Exploring

Journalism, Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini).

R. Amak Syarifuddin dalam bukunya Jurnalistik Praktis, membagi

sembilan topik yang bisa ditulis secara feature: (1) Sketsa human interest, (2)

sketsa kehidupan orang yang menarik publik, (3) Kilasan berita-berita yang

menarik, (4) Dokumen otobiografi kemanusiaan yang berkaitan dengan

pengalaman seseorang yang disoroti secara objektif, (5) Feature historis, (6)

Sketsa perjalanan, (7) Interpretative feature, (8) artikel pengetahuan populer

tentang ilmu pengetahuan, teknologi yang ditulis secara populer, dan (9)

(43)

2. Pandangan atau Pendapat (opinion)

Penerbitan pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya

menyediakan kolom atau rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan

(opini). Ini perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Opini

dalam penerbitan pers dapat berasal dari masyarakat luas yang disebut pendapat

umum (public opinion) dan yang berasal dari penerbitannya sendiri dinamakan

redaksi (desk opinion). Opini terbagi atas:

a. Pendapat umum (public opinion)

Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau

pemikiran lain dari masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu

permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers. Yang dimaksud dengan

masyarakat luas adalah orang-orang yang bukan pengelola penerbiatn pers itu

sendiri. Pendapat biasanya disajikan dalam 3 bentuk, yaitu:

1. Komentar

Pendapat, pandangan atau pemikiran yang disampaikan oleh masyarakat

khusus menanggapi terjadinya suatu peristiwa, kejadian, atau kebijakan

pemerintah yang dimuat dalam penerbitan pers. Komentar ini dilakukan

oleh perseorangan dan bersifat individu. Bisa jadi individu tersebut

mewakili suatu lembaga. Tetapi fokus pandangannya tetap tertuju pada

(44)

2. Artikel

Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang

berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi

bahkan olah raga. Bedanya dengan komentar, tulisannya terfokus untuk

menanggapi atau mengomentari nuansa/fenomena dari suatu permasalahan

yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekedar mengomentari

masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran

lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum

diketahui.

3. Surat pembaca

Surat pembaca (letter to the editor) adalah opini public yang cukup

menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca ini pula dijadikan sebagai

umpan balik (feedback) bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui

sejauhmana berita atau informasi yang disajikan itu dibaca/ditanggapi

pembacanya. Karena pengirim surat pembaca ini adalah publik yang pada

umumnya adalah pelanggan atau pembaca maka masalah yang ditulisnya

beraneka ragam, terutama yang menyangkut dengan kehidupan mereka.

Penulis surat pembaca harus menyertakan identitas diri dan mau dimuat

bersama dengan pemuatan suratnya. Surat pembaca seringkali dijadikan

sarana berkomunikasi antar sesama pelanggan.

b. Opini penerbit (desk opinion)

Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau opini dari

(45)

sajian dalam penerbitannya. Itu sebabnya, opini penerbit sering juga disebut

sebagai ”Suara Redaksi”. Yang mempunyai hak menulis adalah pemimpin redaksi

dari masing-masing penerbitan pers. Tetapi pada pelaksanaannya seringkali

pemimpin redaksi tersebut melimpahkan atau menugaskan orang lain. Penulisan

opini penerbit ini bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan,

mengkritik kebijakan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat. Opini penerbit biasanya ditulis dalam beberapa bentuk,

seperti: Tajuk rencana, Pojok, Catatan kecil, dan Karikatur.

1. Tajuk rencana

Tajuk rencana, ada juga yang menyebutnya sebagai ”Catatan Redaksi”,

atau bisa juga disebut ”Editorial”. Tajuk rencana adalah merupakan

sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah-masalah yang

sedang hangat dibicarakan masyarakat. Menulis tajuk memerlukan situasi

atau kejadian dalam pemberitahuan sehari-hari. Tajuk rencana tidak bisa

mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk rencana

juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya.

Sikap itu bisa eksplisit atau implisit.

Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan

kesempatan kepada penulisannya memasukkan analisis dan menguraikan

permasalahan yang ingin diungkapkannya. Jenis tajuk rencana antara lain:

1. Meramalkan (forcasting)

2. Memaparkan (interpretating)

(46)

2. Pojok

Pojok adalah opini yang penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan

lucu terhadap sesuatu yang dimuat dalam penerbitannya. Beda dengan

tajuk, pojok ditulis amat singkat, lugas, menohok, tetapi tidak kehilangan

ketepatan dan antisipasi permasalahannya yang di ”Pojok”kan. Penulis

pojok bisa dilakukan oleh pemimpin redaksi, wartawan senior, atau orang

lain yang bisa mewakili penerbitannya.

3. Karikatur

Karikatur (carricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang

dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula karikatur ini

hanya selingan atau ilustrasi belaka. Tetapi perkembangan selanjutnya,

karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.

Dikatakan sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan

gambar-gambar lucu dan menarik.

Beda dengan tajuk rencana maupun pojok, pembuat karikatur ini bukan

oleh pemimpin redaksi atau wartawan senior, tetapi oleh orang-orang

khusus yang bisa menggambar secara kontinyu. Namun demikian, ide dari

kritik yang digambarkan itu tetap berasal dari redaksi. Bisa jadi kartunis

(istilah penggambar karikatur) adalah orang luar yang mendapat

kepercayaan khusus dari redaksi atau orang tersebut memang diangkat

menjadi karyawan penerbitannya, khusus membuat gambar-gambar

(47)

c. Periklanan (advertisement)

Periklanan adalah kegiatan memasok penghasilan bagi perusahaan pers

dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada surat kabar atau majalah dalam

bentuk advertensi (advertising). Iklan nerupakan sumber pendapatan sampingan

(selain menjual berita) bagi perusahaan penerbitan pers. Jika dikelola dengan baik,

iklan dapat menjadi penghasilan utama yang sangat menunjang bagi bisnis media

massa cetak.

Dilihat dari bentuknya, iklan pada penerbitan surat kabar atau majalah

dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:

a. Iklan display

Iklan display memakai ukuran milimeter/kolom. Ukuran ini pula yang

menentukan harganya. Misalnya harga iklan Rp. 15.000,- per mm/kolom.

Artinya harga tersebut adalah untuk ukuran tiap satu milimeter, dalam satu

kolom. Cara menghitungnya, milimeter dihitung dari ujung bagian atas

iklan, kebagian bawah. Iklan display itu sendiri sebenarnya masih dibagi

menjadi 3 (tiga), yaitu: iklan display biasa, dispaly keluarga dan display

koloman.

b. Iklan baris

Iklan baris adalah iklan yang hanya terdiri dari baris huruf-huruf. Iklan

baris bisa dalam beberapa bentuk, seperti ”iklan baris dengan huruf biasa”.

”iklan baris dengan huruf lebih besar”, ”iklan baris positif” atau ”iklan

baris negatif (dasar hitam tulisan putih)”. Iklan baris jumlah kata-kata

yang diiklankan dibatasi barisnya dalam satu kolom. Misalnya minimal 4

(48)

c. Iklan pariwara

Pariwara, iklan yang berbentuk berita atau artikel. Itu sebabnya pariwara

disebut juga sebagai advertorial. Istilah advertorial merupakan gabungan

dari kata advertensi dan editorial. Sedangkan bentuk iklan pariwara antara

satu surat kabar dengan surat kabar lainnya berbeda. Ini ada kaitannya

dengan gaya penulisan berita pada masing-masing media cetak. Biasanya

bentuk penyajian iklan pariwara ditentukan pada saat penawaran dari

(49)

II.3 Objektivitas Berita

Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih

oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian

pembaca entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah

pula karena mencakupi human interest, emosi, ketegangan (Assegaf, 1991:24).

Berdasarkan definisi diatas, fokus dari berita adalah pada hasil penulisan.

Ditegaskan berita yang merupakan fakta haruslah bersifat objektif, tidak ada

pencampuran antara fakta dan opini. Berbeda dengan Assegaf yang menjelaskan

terdapat seleksi dalam penempatan berita, ini mengisyaratkan sepertinya terdapat

subjektivitas. Meskipun demikian berita-berita yang dihasilkan juga bersifat

objektif. Subjektif hanya berlaku dalam penyeleksian berita yang berkaitan

dengan kebijaksanaan redaksional yang telah ditentukan. Tapi dalam penulisan

berita prinsip objektivitas tetap dijunjung dan diterapkan.

Michael Bugeja (Ishwara, 2005:41) objektivitas adalah melihat dunia

seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan semestinya (objektivity

is seeing the world as it is, not how you wish it were).

Objektivitas memiliki fungsi yang tak boleh dianggap remeh, terutama

dalam kaitan kualitas informasi. Objektivitas mengandung sekian banyak

pengertian, antara lain merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi

yang dituntut oleh para wartawan sendiri. Prinsip itu sangat dihargai dalam

kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang diluar bidang media massa,

terutama dalam kaitan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi; mempunyai

Gambar

Gambar : komponen utama objektivitas berita (menurut  Westersthal, 1983)
Table 4.2 Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Analisa
Tabel 4.4 Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Waspada
Tabel 4.5 Fakta Psikologis (Narasumber) di harian Analisa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan kinetika adsorpsi tawas sintetik dari kaleng bekas terhadap zat warna Rhodamin B adalah penentuan massa tawas,

keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus adalah sebagai. berikut

Observasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan model Duo TT An Competitive Prise (Dua tinggal dua tamu) yang dilakukan oleh

Dalam pelaksanaan pemberian jaminan keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja ini sangat di perlukan oleh pekerja,karena pekerja tersebut perlu untuk di lindungi sehingga tidak

Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio nilai pasar secara simultan terhadap return saham Perusahaan

Dapat diketahui yang tergolong kategori tidak mendukung sebanyak 12,5% atau 4 responden, hal ini menunjukkan bahwa guru kurang optimal dalam memberikan materi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rekapitulasi jawaban angket responden tentang pengaruh suasana kelas terhadap hasil belajar PPKn siswa kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik (berupa nilai pretest dan posttest) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tinambung,