Objektivitas Pemberitaan Media Cetak
(Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon
Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di
Harian Analisa dan Harian Waspada)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata (S1)
Disusun Oleh :
WINA VAHLUVI
050904062
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan mengenai kandidat pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan pada masa kampanye di dua harian besar di Kota Medan, yaitu harian Analisa dan harian Waspada.
Objektivitas isi dilihat pada harian Analisa dan Waspada di ukur dengan beberapa variabel yaitu, kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas, yakni melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari kelengkapan elemen berita dan narasumber yang dimuat, yang terdiri dari kategori kebenaran yang meliputi fakta sosiologis (kelengkapan 5W dan 1H), fakta psikologis (narasumber), dan cek dan ricek. Kategori relevansi yang terdiri dari keaktualan isi berita. Selanjutnya katagori objektivitas berita berdasarkan impartialitas yang terdiri dari keseimbangan yaitu peliputan dua sisi (cover both side) dan netralitas yaitu pencampuran fakta dan opini.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah berita kampanye pada tanggal 27 April sampai 8 Mei 2010, di dua harian yaitu Analisa dan Waspada, 45 item berita pada harian Analisa dan 50 item berita pada harian Waspada.
Penggunaan media massa dinilai memiliki andil yang sangat besar dalam
menghantarkan calon walikota dan wakil walikota dalam memenangkan pilkada. Karena hanya lewat media inilah khalayak dalan jumlah besar dapat diraih, surat kabar melalui fungsinya sebagai saluran informasi dapat menyebarluaskan pesan-pesan politik, yaitu berupa visi dan misi para calon sekaligus mengenalkan sosok calon tersebut kepada masyarakat dengan harapan target suara pada saat
pemilihan berlangsung.
Isi berita sebenarnya tidak lepas dari bagaimana orang-orang
media/wartawan memproduksi berita. Pada dasarnya isi berita adalah produk dari proses bagaimana wartawan mempresentasikan sesuatu dari hasil temuan di lapangan dan interaksi dengan sumber berita. Kemudian dalam penyajiannya, terdapat pertimbangan faktor seleksi dan penonjolan isi berita mana yang layak ditampilkan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Puji dan syukur atas rahmat Allah swt.
Tiada daya upaya selain dariNya yang begitu banyak memberikan rahmat dan
pertolongan kepada penulis untuk menunaikan salah satu syari’atNya, serta
shalawat beserta salam kepada Rasulullah saw, sebagai seorang junjungan yang
memberikan nilai-nilai mulia pada umatnya. Kepada kedua orang tua penulis,
Ayahanda Gunawan dan Ibunda Ramlah Nasution, tiada kata-kata yang mampu
menggambarkan ungkapan terima kasih penulis.
Penulisan skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak
(Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil
Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada),
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan
program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak bantuan dari berbagai pihak, baik
dorongan moril maupun materil, yang membantu penulis untuk menambah
wawasan berfikir dan semangat untuk mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya
kepada;
1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
4. Bapak Drs. Hendra Harahap, MSi, selaku dosen pembimbing
5. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang
telah memberikan bekal ilmu selama mengikuti perkuliahan
6. Seluruh keluarga penulis, adik-adik, Vinanda Lestari dan Nuri Pertiwi.
Almarhum adikku tercinta, Hendi Septian Tri Putra (terima kasih untuk 19
tahun kebersamaan kita)
7. Seluruh sahabat, teman, komunitas, atau apapun namanya. Terimakasih
karena saya di pilih Allah swt, menjadi bagian dari kalian. Juga
menjadikan kalian bagian dari saya.
8. Harian Analisa dan Harian Waspada,
9. Seluruh Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2005
Akhir kata peneliti memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas segala
kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan peneliti berharap penelitian ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin yaa rabbal ‘alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
II.1. Pendekatan-pendekatan Mengenai Isi Media ... 18
II.2. Kategori/ Jenis-jenis Isi Surat Kabar ... 26
II.3. Objektivitas Berita ... 41
II.4. Content Analysis (Analisis Isi) ... 49
II.5. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58
III.1. Metode Penelitian ... 58
III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60
III.2.1. Surat Kabar Harian Analisa ... 60
III.2.2. Surat Kabar Harian Waspada ... 63
III.3. Populasi dan Sampels ... 66
III.4. Operasionalisasi Konsep/Variabel Penelitian ... 70
III.4.1. Operasionalisasi Konsep ... 70
III.4.2. Operasionaloisasi Variabel ... 71
III.5. Metode Pengumpulan Data... 75
III.6. Teknik Analisis Data dan Validitas Hasil Penelitian ... 77
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN ... 59
IV.1. Gambaran Umum Isi Berita “Kampanye Pilkada Medan 2010” ... 61
IV.1.1. Jumlah Berita ... 61
IV.1.2. Narasumber dalam Pemberitaan “Kampanye Pilkada Kota Medan 2010” ... 61
IV.2. Objektivitas Pemberitaan “Kampanye Pilkada Kota Medan 2010” ... 63
IV.2.1. Faktualitas ... 63
IV.2.1.1. Kebenaran ... 63
IV.2.1.2. Relevansi ... 77
IV.2.2. Impartialitas ... 77
IV.2.2.1. Keseimbangan ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
V.1. Kesimpulan... 90 V.2. Saran ... 93
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Fakta Sosiologis (Kelengkapan unsur 5W dan 1H) pada harian Analisa ... 64
Tabel 4.2 : Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Analisa ... 64
Tabel 4.3 : Fakta Sosiologis (Kelengkapan unsur 5W dan 1H) pada harian Waspada ... 66
Tabel 4.4 : Unsur berita yang tidak lengkap unsur 5W dan 1H, pada harian Waspada ... 67
Tabel 4.5 : Fakta Psikologis (Narasumber) di harian Analisa ... 68
Tabel 4.6 : Fakta Psikologis (Narasumber) di harian Waspada ... 70
Tabel 4.7 : Cek dan ricek berita harian Analisa ... 72
Tabel 4.8 : Cek dan ricek berita harian Waspada ... 73
Tabel 4.9 : Keaktualan berita harian Analisa ... 74
Tabel 4.10 : Keaktualan berita harian Waspada ... 75
Tabel 4.11 : Keseimbangan/ peliputan dua sisi berita harian Analisa ... 77
Tabel 4.12 : Keseimbangan/ peliputan dua sisi berita harian Waspada ... 79
Tabel 4.13 : Netralitas berita di harian Analisa ... 80
Tabel 4.14 : Netralitas berita di harian Waspada... 81
Tabel 4.15 : Ukuran centimeter kolom berita kampanye pada harian Analisa dilihat dari pasangan calon walikota dan wakil walikota ... 82
Tabel 4.16 : Ukuran centimeter kolom berita kampanye pada harian Waspada dilihat dari pasangan calon walikota dan wakil walikota ... 84
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan mengenai kandidat pasangan calon walikota dan wakil walikota Kota Medan pada masa kampanye di dua harian besar di Kota Medan, yaitu harian Analisa dan harian Waspada.
Objektivitas isi dilihat pada harian Analisa dan Waspada di ukur dengan beberapa variabel yaitu, kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas, yakni melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari kelengkapan elemen berita dan narasumber yang dimuat, yang terdiri dari kategori kebenaran yang meliputi fakta sosiologis (kelengkapan 5W dan 1H), fakta psikologis (narasumber), dan cek dan ricek. Kategori relevansi yang terdiri dari keaktualan isi berita. Selanjutnya katagori objektivitas berita berdasarkan impartialitas yang terdiri dari keseimbangan yaitu peliputan dua sisi (cover both side) dan netralitas yaitu pencampuran fakta dan opini.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah berita kampanye pada tanggal 27 April sampai 8 Mei 2010, di dua harian yaitu Analisa dan Waspada, 45 item berita pada harian Analisa dan 50 item berita pada harian Waspada.
Penggunaan media massa dinilai memiliki andil yang sangat besar dalam
menghantarkan calon walikota dan wakil walikota dalam memenangkan pilkada. Karena hanya lewat media inilah khalayak dalan jumlah besar dapat diraih, surat kabar melalui fungsinya sebagai saluran informasi dapat menyebarluaskan pesan-pesan politik, yaitu berupa visi dan misi para calon sekaligus mengenalkan sosok calon tersebut kepada masyarakat dengan harapan target suara pada saat
pemilihan berlangsung.
Isi berita sebenarnya tidak lepas dari bagaimana orang-orang
media/wartawan memproduksi berita. Pada dasarnya isi berita adalah produk dari proses bagaimana wartawan mempresentasikan sesuatu dari hasil temuan di lapangan dan interaksi dengan sumber berita. Kemudian dalam penyajiannya, terdapat pertimbangan faktor seleksi dan penonjolan isi berita mana yang layak ditampilkan.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini manusia sangat membutuhkan informasi, dari kebutuhan tersebut
terdapat berbagai macam dan ragam kebutuhan manusia akan informasi tersebut.
Mulai dari media cetak sampai media elektronik. Karena itu tidak salah jika
dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, maka ia akan menguasai dunia.
Banyak media yang diterbitkan serta menyajikan berita dan peristiwa yang
memang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Dengan banyak media yang
bermunculan maka masyarakat lebih selektif dalam memilih media mana yang
akan mereka konsumsi, dan sangat tidak terlepas dari berita apa yang disajikan
media tersebut.
Perkembangan segala bentuk realitas informasi yang disampaikan media,
semakin tahun semakin menunujukkan bahwa media mempunyai andil yang
cukup besar untuk membentuk opini publik bahkan hingga tahap perubahan
prilaku. Ini cukup menjadi bukti bahwasannya manusia merupakan makhluk yang
haus akan segala bentuk informasi yang disajikan oleh media, tanpa terlebih dulu
menyaring apakah sebenarnya manfaat dari penyajian informasi tersebut.
Media cetak dianggap media yang mampu mendokumentasikan suatu
peritiwa dan sifatnya tidak baku. Artinya kapan saja orang masih bisa
membacanya karena tak hanya memuat narasi, media cetak juga memuat gambar
Media massa dalam kehidupan politik di alam modern memiliki posisi dan
peranan yang sangat vital. Media bukan saja sebagai informasi politik, melainkan
juga kerap menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan politik. Realitas
demikian tampak jelas ketika terjadi pemilihan kepala daerah (dalam hal ini
Walikota dan Wakil Walikota Medan). Salah satu berita yang diliput untuk
diberitakan adalah mengenai berita yang berhubungan dengan kegiatan kampanye
calon Walikota dan Wakil Walikota yang maju sebagai kandidat. Hal tersebut
dilihat dari banyaknya informasi yang diberitakan pada berbagai media massa
(televsi, radio, internet, dan surat kabar). Ada banyak peristiwa politik yang cukup
menarik perhatian masyarakat, dan cara untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
adalah dari media massa itu sendiri.
Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana
politik. Sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi, strategi pemberitaan
media massa ikut menentukan proses kampanye sebagai kekuatan politik untuk
merebut hati rakyat.
Sebuah berita tidak mungkin objektif dan tidak mungkin bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu. (Meadow,1980) Sebuah berita tidak mungkin
menyajikan seluruh fakta sosial dalam halaman surat kabar yang terbatas dan
terdapat proses seleksi terhadap fakta-fakta yang disajikan. Tidak semua peristiwa
layak dijadikan berita. Dan berita politik memang dapat menjangkau segmen
pembaca dari berbagai lapisan.
Dikatakan demikian, karena ada dua faktor yang menyebabkannya.
Pertama, saat ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation),
media massa. Yang terjadi malah para tokoh politik senantiasa berusaha menarik
perhatian wartawan agar kegiatan politiknya mendapat liputan dari media massa.
Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor
politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu
bersifat rutin belaka, seperti rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik
dengan para pendukungnya.(Ibnu Hamad, 2004:1).
Saat ini tak lama lagi akan berlangsung pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Medan untuk periode 2010-2015 pada Juni 2010. Tetapi pemberitaan
mengenai calon-calon kandidatnya sudah beredar luas di masyarakat kota Medan.
Bahkan, papan-papan spanduk dan poster-poster calon kandidat sudah banyak
beredar di sepanjang jalan kota Medan. Sejumlah nama pasangan calon yang
disebut-sebut akan meramaikan Pilkadasung Walikota Medan dan Wakil Walikota
Medan 2010, yakni Indra Sakti Harahap-Delyuzar, Maulana Pohan-Ahmad Arif,
Sigit-Nurlisa, Rahudman-Eldin, Bahdin-Kasim Siyo, Sjahrial-Yahya, Ajib
Shah-Binsar Situmorang, Sofyan Tan-Nelly Armayanti, Joko Susilo-Amir Mirza, dan
HM Arif-Supratikno.
Peristiwa politik sangat menarik perhatian masyarakat. Namun pada
kenyataannya, tidak semua surat kabar memuat berita atau kampanye politik
secara profesional. Ini terlihat dengan adanya berita yang tidak memuat
fakta-fakta yang lengkap dan juga tidak berimbang dalam liputan pemberitaan.
Pada prinsipnya, sebuah media dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya
dituntut untuk bersikap fair dan akurat. Pada berita atau artikel, unsur untuk
menarik perhatian khalayak ramai adalah judul berita (headline).(Kusumaningrat,
Disini penyusunan kata-kata yang komunikatif sangat berperan. Judul
berita tersebut akan bersifat komunikatif apabila kalimatnya sederhana, menarik,
tanpa kata-kata yang pleonastic atau mubazir dan tercetak dengan huruf yang
menonjol.
Suatu kewajiban moral bagi para penanggung jawab media di berbagai
wilayah untuk menjadikan netralitas, sikap independen terhadap kontestan politik,
sebagai suatu keutamaan yang harus terus diperjuangkan. Pengutamaan salah satu
kandidat politik – apa pun dasarnya (kesamaan suku, agama, ras, tingkat ekonomi,
dan lain-lain)-daripada yang lain adalalah mengingkari tugas dasar media untuk
tampil sebagai pewarta informasi yang tak memihak siapapun. Dengan kata lain,
media massa harus bersifat objektif, bukan subjektif.
Sekali tugas ini dilanggar, dan media jatuh dalam favoritisme terhadap
salah satu kandidat, media itu telah mudah dituding sebagai pengikut salah satu
kandidat dan meruntuhkan kepercayaan masyarakat atas liputan-liputannya.
Dengan kata lain, pers justru ikut dalam proses membodohi masyarakat dengan
keberpihakannya tersebut.
Oleh karena itu, pada umumnya surat kabar sangat berperan dalam
pelaksanaan politik, dan pada khususnya kandidat calon-calon untuk pemilihan
walikota itu sendiri. Liputan berita calon walikota yang diberitakan di harian
Waspada dan Analisa itu menarik perhatian penulis didasari atas keingintahuan
bagaimana sebenarnya liputan berita calon walikota Medan pada pemilihan
walikota Kota Medan tahun 2010 dilihat dari perspektif isi pemberitaan pada
Harian Waspada dan Analisa. Jelaslah bahwa surat kabar telah banyak digunakan
memfokuskan penelitian pada Harian Waspada dan Analisa, sebagai dua media
yang berpengaruh di Kota Medan. Peneliti ingin melihat apakah ada
keberpihakan kedua harian tersebut terhadap para kandidat calon walikota.
Peneliti beranggapan bahwa kedua harian ini dapat mewakili harian lokal lainnya
di Kota Medan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin
mengkaji bagaimana muatan isi berita kandidat calon walikota pada pemilihan
walikota Kota Medan tahun 2010 ini di Harian Waspada dan Analisa, dengan
judul : “Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan
Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Bagaimanakah objektivitas isi pemberitaan Kandidat Calon
Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada.”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar
penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan permasalahan sebagai
berikut :
2. Penelitian hanya dilakukan pada jenis berita straight news yang memuat
tentang pemberitaan pada masa Kampanye Kandidat Calon Walikota dan Wakil
Walikota Medan, mulai tanggal 27 April-8 Mei 2010.
3. Berita yang diteliti adalah pada isi berita, dan menghitung panjang
sentimeter kolom berita.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Tujuan Penelittian.
1. Untuk mengetahui objektivitas pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan
Wakil Walikota di Pilkada Kota Medan 2010 pada Harian Waspada dan
Harian Analisa.
2. Untuk mengetahui kecenderungan keberpihakan berita, bila berita dapat
dinyatakan tidak objektif.
- Manfaat Penelitian
1. Menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di Departemen
Ilmu Komunikasi FISIP USU terutama dalam bidang Jurnalistik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang pikir penulis dalam
melengkapi perbendaharaan penelitian mengenai analisis media.
3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini menjadi suatu referensi bagi
pengolaan berita kampanye di kedua harian tersebut.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsure yang
Mengungkap teori yang digunakan berarti mengemukakan teori-teori yang
relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau
menganalisis secara logis dan rasional fenomena social yang diteliti. Sebuah
penelitian kualitatif memerlukan suatu teori dalam memahami dan menjelskan
terjadinya fenomena social yang diteliti (Hamidi, 2005: 50)
Teori yang dianggap relevan untuk membantu penelitian ini adalah :
pendekatan-pendekatan mengenai isi media, kategori/jenis-jenis isi surat
kabar,objektifitas berita, dan pemilu.
I.5.1 Pendekatan-pendekatan mengenai isi media
Dalam proses menetukan pembentukan berita (newsroom), newsroom
dalam penelitian ini dianggap sebagai ruang hampa, yang bersikap netral dan
seolah hanyalah sekedar media yang menyalurkan informasi semati. Informasi
yang dimuat benar-benar bersifat pasti, artinya tidak kurang dan tidak pula
berlebih. Proses pembentukan berita, sebaiknya adalah proses yang rumit dan
memiliki banyak factor yang berpotensi untuk mempengaruhi.
Pada dasarnya apa yang disajikan media adalah akumulasi dari pengaruh
yang beragam. Pamela J.Soemaker dan Stephen D.Reese, meringkas berbagai
factor yang beragam kebijakan redaksi, yaitu meliputi sebagai berikut :
1. Faktor Individu
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang professional dari pengelola
media, level individual melihat bagaimana pengaruhnya aspek-aspek personal dari
pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada
2. Level Rutinitas Media (Media Routine)
Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan
kita. Sebagai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas
media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita.
3. Level Organisasi
Berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik
mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bkan orang tunggak
yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanyalah sebagian kecil daro
organisasi media itu sendiri.
4. Level Ekstra Media
Berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada
diluar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasusu mempengaruhi
pemberitan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan diluar
media yaitu sumber berita dan berita sumber penghasilan media.
5. Level Ideologi
Ideology disini diartikan sebagai kerangaka berpikir atau kerangka
referensi tertentu yang dipakai oleh individu utnuk melihat realitas bagaimana
mereka menghadapinya ini merupakan tataran yang secara lebih luas. Di sisni
dengan mudah kita dapat mendeteksi pers mengikuti gagasan (ideology) dominan
yang sedang berjalan atau diberlakukan oleh negara atau masyarakat atau
I.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa.
Tentunya banyak sekali defenisi dari komunikasi. Karena pada hakikatnya
manusia yang hidup dimuka bumi ini pastilah melakukan komunikasi untuk
menyampaikan tujuan ataupun pesannya kepada si penerima pesan. Percaya atau
tidak sebenarnya kita mulai berkomunikasi ketika bangun tidur hingga ketika jam
tidur kembali, itu artinya 70% dari waktu kita untuk berkomunikasi. Sejak jaman
Romawi sampai abad 21 sekarang ini terdapat definisi yang berbeda satu dengan
yang lain, hal ini disebabkan latar belakang dan sudut pandang para ahli yang
berbeda-beda
Awalnya komunikasi hanya dianggap sebagai suatu proses pernyataan
antar manusia yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan dengan
menggunakan bahsa sebagao penyalur. Bahasa yang dimaksud disini adalah pesan
(message) yang disampaikan oleh seorang pembicara (komunikator) kepada si
penerima (komunikan). Pesan sebenarnya terbagi atas dua aspek yaitu isi pesan (
the content of message), dan kedua lambing pesan (symbol). Kongkret nya isi
pesan itu adalah pikiran atau persaan, sedangkan lambangnya adalah
bahasa.(Effendy 2003:28).
Menurut Harold Laswell (Effedy 1993:10) untuk menjelaskan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to
Whom with What Effect?”. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa komunikasi
terdiri atas 5 unsur yaitu :
a. Komunikator (Source, Sender, Communicator)
b. Pesan (Message)
d. Komunikan (Receiver, Communicant)
e. Efek (Effect)
Sedangkan menurut Menurut Carl. I Hovland, komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain, dimana seseorang akan dapat mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasi yang dilakukan adalah
komunikasi yang komunikatif (Effendy, 1998 : 13).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian atau pengiriman sesuatu dapat berupa lambang atau simbol dalam
bentuk informasi, atau dengan kata lain komunikasi itu dapat dilakukan dengan
menggunakan media atau tanpa media. Media yang digunakan secara umum
dibagi dua yaitu menjadi media cetak dan media elektronik. Penggunaan media
dalam komunikasi sebagai proses dalam penyampaian pesan kepada khalayak
disebut dengan komunikasi massa.
Seiring dengan pertumbuhan manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan
akan informasi, komunikasi massa menempati urutan yang sangat penting dan
tidak dapat diabaikan begitu saja., secara sederhana komunikasi massa adalah
komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Komunikasi massa ini timbul
akibat dari komunikasi interpersonal yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk
tatap muka yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian
membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya dilakukan dalam bentuk
interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai jembatan bagi khalayak,
dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan semacam ini disebut dengan
komunikasi massa.
Freidshow (dalam Rachmad 1993 : 188) komunikasi massa dibedakan dari
jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi dialamatkan
kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu dari
beberapa individu atau sebagian khusus dari populasi.
Menurut Devito dalam bukunya “Communicatian : An Introduction To
The Study Of Communication” komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak, yang luar biasa banyaknya. Sedangkan
bentuknya yaitu ; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku (dalam
Effendy 1990 :21)
Jadi komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media
massa yang ditujukan kepada khalayak besar dan heterogen. Oleh karena itu sifat
dari komponen yang dimiliki komunikasi massa itu memiliki ciri khas sebagai
berikut:
A. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang memungkinkan tidak
terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator secara
langsung.
B. Komunikator pada komuniaksi massa bersifat melembaga (bersifat
organisasi)
C. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukan kepada
umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada
D. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan
kemampuan komunikasi massa untuk menumbuhkan pada pihak khalayak
dalam menerima pesan yang disebarkan.
E. Komunikasi bersifat heterogen, dan sebagai bentuk komunikasi yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
melakukan sosial kontrol (Effendy 1990 : 22)
I.5.3 Kategori/Jenis-jenis Isi Surat Kabar
Istilah pers berasal dari istilah asing, namun diterima sebagai istilah bahasa
Indonesia. Aslinya penulisan Press, yang berarti “percetakan” atatu “mesin cetak”.
Mesin cetak inilah rupanya yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga
orang mengatakan pers itu untuk maksud persuratkabaran. Dari gambaran tersebut
dapat dipahami adanya dua pengertian umum dari pers. Pertama, secara semit
pers dimaksudkan sebagai persuratkabaran. Kedua, secara umum, pers adalh
sarana yang menyiarkan prodik jurnalistik. Pada zaman modern sekarang ini
jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi
surat kabar atau majalah. Dan defenisi pers tidak hanya terbatas pada media ceta,
namuan juga media massa jurnalistik.
Menurut UU Pers No. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 diebrikan definisi pers
sebagai: “Lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliput, mencari, memperoleh, memiliki, meyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam betuk tulisan, suara, gambar
menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang
tersedia.”
Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi surat kabar terdiri atas beberapa
bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan
kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala
perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dari penyajian berita
inilah komsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah
wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.
Bagian kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik,
pandangan atau pendapat ini disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers,
perlu menyajikan pendapat atau pandangan, baik opini masyarakat (public
opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi
masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada system
kehidupan bermasyarakat yang merupakan control bagi pelaksanaan
pemerintahan.
Bagian ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan ini merupakan tempat
perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan
dimmungkinkan perusahaan surat kabar mendapatkan penghasilan tambahan,
selain itu dari menjual berita melalui langganan dan eceran. Bahkan manajemen
penerbitan per situ bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya.
Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut
:
1. Pemberitaan (News getter)
b. Berita Langsung (Straight news)
c. Penggalian Berita (Investigasitive news)
d. Pengemabangan Berita (Depth news)
e. Feature (Human interest news)
2. Pandangan atau pendapat (opinion)
a. Pendapat masyarakat (Public opinion)
Komentar Artikel
Surat Pembaca
b. Opini penerbit (Press opinion)
Tajuk Rencana Pojok Karikatur
c. Periklanan
Iklan Dislay Iklan Baris
Iklan Pariwara (advetorial)
I.5.4 Objektivitas Berita
Prinsip objektivitas memiliki yang tidak boleh dianggap remeh, terutama
dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Objektivitas adalah prinsip yang
acapkali hyanya dihubungakan dengan isi.
Objektivitas dihubungkan dengan surat kabar khususnya isi berita adalah
analisis lepas dariras perseorangan, tidak memihak, tidak miring sebelah, hanya
berhubungan dengan objeknya (Junaidi, 1991: 182)
Michael Bugeja (Ishwara, 2005: 41) memandang objektivitas yaitu melihat
dunia seperti apa adanya, bukan bagaiman yang seperi diharapkan semestinta
(objectivity is seeing the world it is, not how you wish it were).
Objketivitas dalam pengertian sempit yaitu hanya melaporkan apa yang
penting untuk dikatakan dan dilakukan dan kurang menghiraukan tentang sebab
musababnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa demi objektifitas, tidak perlu
untuk memberi suatu penjelasan terhadap suatu masalah dan membiarkan
pembaca untuk memecahkannya sendiri. Salah satu defenisi reportase objektif
adalah wartawan bertindak sebagai penonton dari berita dalam mengumpulkan
dan menyajikan fakta. Wartawan tidak terlibat dalam berita, artinya disini
wartawan hanya sebagai pangamat yang netral.
Berbagai komponen utama objektivitas berita yang ditampilkan oleh
J.Westersrhal, komponene tersebut diciptakan secara khusus untuk kepentingan
penilaian kadar netralisai dan keseimbangan pemberitaan. Penyajian laporan atau
berita secar objektifitas mencakup nilai-nilai dan fakta, dimana fakta tersebut
memiliki implikasi evaluatif (Mc.Quil,1987: 130).
Adapun komponen utama objektifitas berita (menurut Westerthal, 1983),
meliputi:
1. kefaktualan , yang terdiri atas :
- Kebenaran
- Relevansi
- Kesinambungan
- Netralitas
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai serta perumusan
kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan
hipotesis penelitian (Nawawi, 2001:40).
Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang akan dirumuskan terdiri dari
kategorisasi objektivitas berita yang meliputi:
1. Kategori objektivitas berita berdasarkan faktualitas
Kategori ini melihat dari sisi muatan isi berita yang terdiri dari
kelengkapan elemen berita dan narasumber. Berdasarkan ini yang diteliti
yaitu:
a. Kebenaran, yang terdiri dari:
Fakta sosiologis (Kelengkapan 5W + 1 H) Fakta Psikologis (Narasumber)
Cek dan ricek
b. Relevansi
Keaktualan
2. Kategori berita berdasarkan impartialitas
Kategorisasi ini melihat objektivitas berita dari sikap wartawan terhadap
suatu berita yang tertuang dalam bentuk tulisan. Berdasarkan yang diteliti
a. Keseimbangan, yang meliputi:
Peliputan dua sisi (cover both side)
b. Netralitas
BAB II
URAIAN TEORITIS
Media massa cetak merupakan salah satu media penyampai informasi yang
kini menyebar hampir di seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Surat kabar
misalnya, informasi yang terdapat dalam surat kabar sifatnya tetap dan dapat
dibaca berulang-ulang. Hal ini tentu berbeda dengan informasi yang disajikan di
media elektronik seperti radio dan televisi yang terikat dengan waktu. Informasi
tersebut nyatanya hanya dapat dinikmati beberapa saat dan tidak diperoleh
kembali dalam jangka waktu yang lama. Seiring dengan pertumbuhan manusia
yang tidak terlepas dari kebutuhan akan informasi, komunikasi massa menempati
urutan yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara
sederhana komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media
massa.
Komunikasi massa ini timbul akibat dari komunikasi interpersonal yang
pada umumnya dilakukan dalam bentuk tatap muka yang tidak sebanding dengan
jumlah penduduk yang kian membeludak. Pengiriman pesan yang biasanya
dilakukan dalam bentuk interpersonal tidak dapat menjangkau khalayak dalam
jumlah besar dan dalam waktu yang cepat. Untuk itu diperlukan media sebagai
jembatan bagi khalayak, artinya pesan yang disampaikan melaui suatu media
dapat diterima banyak orang dan dalam waktu yang singkat pula, kegiatan
II.1 Pendekatan-pendekatan Mengenai Isi Media
Dalam studi media, ada tiga pendekatan untuk menjelaskan isi media.
Pertama, pendekatan politik-ekonomi (the political-economy approach).
Pendekatan ini, berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor seperti pemilik
media, modal, dan pendapatan media dianggap lebih menentukan bagaimana
wujud isi media. Faktor-faktor inilah yang menentukan peristiwa apa saja yang
bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan, serta kearah mana
kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan.
Kedua, pendekatan organisasi (organizational approaches). Pendekatan
ini melihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan
dan produksi berita. Berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada dalam
ruang redaksi. Praktik kerja, profesionalisme, dan tata aturan yang ada dalam
ruang organisasi adalah unsur-unsur dinamik yang mempengaruhi pemberitaan.
Ketiga, pendekatan kulturalis (culturalist approach). Pendekatan ini
merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan pendekatan
organisasi. Proses produksi berita di sini dilihat sebagai mekanisme yang rumit
yang melibatkan faktor internal media (rutinitas organisasi media) sekaligus juga
faktor eksternal diluar media. Mekanisme yang rumit itu ditunjukkan dengan
bagaimana perdebatan yang terjadi dalam ruang pemberitaan. Media pada
dasarnya mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi,
tetapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat
dilepaskan dari kekuatan-kekuatan ekonomi politik di luar media (Sudibyo,
Isi media mencerminkan realitas sosial dengan dengan sedikit atau tidak
ada penyimpangan. Penelitian isi media dengan pendekatan mirror
mengasumsikan bahwa apa yang didistribusikan oleh media massa adalah refleksi
dari kekuatan realitas sosial kepada khalayaknya. Seperti pada saat kamera
meliput peristiwa-peristiwa di dunia. Efek null sama dengan meyakinkan bahwa
isi media merefleksikan realitas, tapi itu kelihatan realitas sebagai hasil perpaduan
antara informasi yang ditawarkan untuk media dan siapa yang membelinya; ini
memiliki kekuatan satu sama lain dan menghasilkan sebuah rangkaian periatiwa
yang objektif (Shoemaker, 1996:6).
Pada dasarnya, apa yang disajikan media adalah akumulasi dari pengaruh
yang beragam. Pamela J.Soemaker dan Stephen D. Reese, meringkas berbagai
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan
(Sudibyo, 2001:7-13).
Pertama, Faktor Individual
Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola
media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari
pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada
khlayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, sedikit
banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Mengapa media tertentu
cenderung memarjinalkan wanita atau mengapa agama islam di Maluku
digambarkan secara buruk oleh media tertentu? Kalau pendekatan individual yang
diambil, penjelasannya adalah karena aspek personalitas dari wartawan yang akan
Selain personalitas, level individu juga berhubungan dengan segi
profesionalisme dari pengelola media. Latar belakang pendidikan atau
kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi
pemberitaan media. Wartawan yang mempunyai orientasi politik tertentu, akan
memberitakan secara berbeda terhadap partai politik yang kebetulan menjadi
idolanya.
Kedua, Level Rutinitas Media (media routine)
Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan
berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang
disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita.
Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung setiap hari dan menjadi
prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media
ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada
sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian
tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke
proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Sebagai
mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media
mempengaruhi wujud akhir sebuah berita.
Dalam hal ini media massa memiliki standard operasional prosedur (SOP)
dalam mencari dan menemukan berita. Kemampuan media di dalam rutinitas
media juga dipengaruhi oleh :
- SDM
- Perlengkapan
Ketiga, Level Organisasi.
Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara
hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan
orang yang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian
kecil dari organisasi media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam
organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam
organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran,
bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya.
Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai
tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk
mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan berita agar
berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita
lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap
organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan
filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana
seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa
disajikan dalam berita.
Dialektika dalam level organisasi media ini dapat menjelaskan munculnya
kecenderungan pers era reformasi untuk mengedepankan berita-berita politik yang
tajam, sensasional, bahkan bombastis. Di era Orde Baru, tak dapat dibayangkan
munculnya genre pemberitaan yang semacam itu, perkembangan ini muncul
digantikan oleh dominasi market regulation. Persoalannya kemudian market
regulation ternyata lebih akomodatif terhadap genre pemberitaan yang seperti itu.
Dalam era market regulation, yang dibutuhkan adalah sajian-sajian yang dapat
menarik perhatian kalangan pengiklan dan pemirsa, termasuk berita-berita
bombastis itu tanpa terburu-buru menenggang perasaan pemerintah.
Pada perkembangannya kalangan redaksi mungkin bosan dengan genre
pemberitaan seperti itu, dan mencoba untuk mengembangkan angel-angel lain.
Namun pihak sirkulasi menuntut agar genre pemberitaan itu tetap dipertahankan
karena pasar pembaca ternyata menyukainya. Akhirnya, berita-berita sensasional
dan bombastis itu tetap disajikan oleh media.
Keempat, Level Ekstra Media
Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan diluar media. Meskipun
berada di luar organisasi media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal
di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi
pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar
media, yaitu :
- Sumber Berita
Sumber berita disini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang
memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan : memenangkan opini publik, atau
memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang
mempunyai kepentingan, sumber berita tentu saja memberlakukan politik
mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita
ini sering kali tidak disadari oleh media. Pengelola media tidak sadar, lewat teknik
yang canggih, sebetulnya orientasi pemberitaan telah diarahkan untuk
menguntungkan sumber berita. Media secara tidak sadar telah menjadi corong dari
sumber berita untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh sumber bertita
tersebut.
- Sumber Penghasilan Media
Sumber penghasilan media ini bisa berupa iklan, bisa juga berupa
pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup
kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi
mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang
berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk
memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi,
itu dilakukan diantaranya dengan cara memaksa media untuk mengembargo berita
yang buruk mengenai mereka. Tema tertentu yang menarik dan terbukti
mendongkrak penjualan, akan terus menerus diliput oleh media. Media tidak akan
menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak.
- Pihak Eksternal
Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini
sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media.
Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang
dominan dalam menentukan berita apa yang disajikan. Ini karena dalam negara
yang otoriter, negara menentukan apa yang tidak boleh dan apa yang boleh
media ingin tetap dan bisa terbit ia harus mengikuti batas-batas yang telah
ditentukan oleh pemerintah tersebut. Berita yang berhubungan dengan pemerintah
terutama berita buruk akan diembargo atau dibatalkan, daripada nasib media yang
bersangkutan akan mati. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang
demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada,
justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.
Kelima, Level Ideologi
Ideologi adalah ”world view” sebagai salah satu kerangka berpikir atau
kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan
bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang
tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau
posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pada level ideologi akan lebih dilihat
II.2 Kategori/Jenis-jenis Isi Surat Kabar
Sebagai lembaga yang dikelola secara bisnis, perusahaan penerbitan pers
juga menghasilkan produk yang dijual pada masyarakat. Beda dengan produk
barang lainnya, produk penerbitan pers mempunyai misi tersendiri, yaitu ikut
mencerdaskan masyarakat, dan menegakkan keadilan. Itulah sebabnya, produk
penerbitan pers tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Artinya, produk yang
dihasilkan harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat, dimana pers tersebut melaksanakan operasinya.
Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi kabar terdiri atas beberapa
bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan
kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala
perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dari penyajian berita
inilah konsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah
wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.
Kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik,
pandangan atau pendapat ini disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers,
perlu menyajikan pendapat atau pandangan (opini), baik opini masyarakat (public
opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi
masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem
kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksanaan
pemerintahan.
Ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan ini merupakan tempat
perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan
itu dari menjual berita melalui langganan dan eceran. Bahkan manajemen
penerbitan pers itu bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya.
Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut
:
3. Pemberitaan (News getter)
a. Pengertian Berita (Perception news)
b. Berita Langsung (Straight news)
c. Penggalian Berita (Investigative news)
d. Pengemabangan Berita (Depth news)
e. Feature (Human interest news )
4. Pandangan atau pendapat (opinion)
a. Pendapat masyarakat (Public opinion)
Komentar Artikel
Surat Pembaca
b. Opini penerbit (Press opinion)
Tajuk Rencana Pojok Karikatur
c. Periklanan
Iklan Display Iklan Baris
1. Pemberitaan (News getting)
a. Pengertian berita (Perception news)
Berita berasal dari bahasa Sanseketrta, yakni Vrit yang dalam bahasa
inggris disebut Write, yang artinya sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada
yang menyebut Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam
bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya W. J. Spoerwodarminta,
“berita” berarti kabar atau warna, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia terbitan balai pustaka, arti berita diperjelas menjadi : “Laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi, berita dapat dikaitkan
dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.
Berita terdiri dari beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data.
Data berasal dari datum, sedangkan datum diambil dari semua kejadian atau
peristiwa. Untuk bisa jadi berita, data harus dibuat atau diolah lebih dahulu.
Seseorang yang kebetulan melihat suatu kejadian atau peristiwa, orang tersebut
tidak bisa dikatakan mendapat berita, tetapi disebut orang yang melihat
kejadian/peristiwa. Jika orang tersebut kemudian menceritakan kejadian/peristiwa
tersebut kepada orang lain secara lisan atau tertulis, orang itulah yang disebut
mendapat atau mendengarkan berita.
Sampai sekarang, masih sulit mendefinisikan berita. Para sarjana
publisistik maupun jurnalistik belum merumuskan definisi berita secara pasti.
Ilmuwan, penulis dan para pakar ilmu komunikasi memberikan definisi berita,
dengan beraneka ragam, yaitu: Menurut Williard C. Bleyer, dalam
yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat
menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar; atau karena ia dapat
menarik pembaca-pembaca tersebut (Assegaf, 1991:22).
Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon
Bogart Kepala Desk kota Koran New york Sun, hampir seabad yang lalu Bogart
menemukan kata-kata yang sering dikutip mengenai berita, yaitu : ”when a dog
bites a man, that’s not news. But when a man bites a dog that is news” (“jika ada
anjing menggigit orang, itu bukan berita. Namun jika ada orang menggigit anjing,
itu baru berita”) (Torben dan Eric, 2001:17).
Sedangkan menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis
jurnalistik adalah ”laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh
staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca,
entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena
mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Apa yang menarik perhatian pembaca haruslah terdapat dalam sebuah
berita, namun dari semua itu yang terpenting adalah berita harus ditulis
berdasarkan peristiwa yang faktual atau benar-benar terjadi untuk menghindari
rekayasa dalam pembuatan berita karena sebuah berita memiliki banyak pengaruh
terhadap masyarakat.
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu:
• Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal
sebagian saja.
Untuk membuat berita yang baik, harus memahami unsur yang terdapat di
dalam berita. Agar berita dapat menarik perhatian pembaca, perlu diperhatikan
unsur-unsur seperti : aktual atau baru (termasa), jarak, terkenal, keluarbiasaan,
akibat, ketegangan, pertentangan, seks, kemajuan, human interest, emosi dan
humor.
b. Berita langsung (straight news)
Berita langsung adalah berita yang ditulis secara langsung. Artinya,
informasi yang dituangkan dalam berita itu diperoleh langsung dari sumber
beritanya. Biasanya diungkapkan dalam bentuk pemaparan (descriptive).
Penulisan berita langsung lebih mengutamakan aktualitas informasinya. Informasi
disini bisa berasal dari keterangan pejabat atau berdasarkan kejadian yang
sebenarnya.
Jika ada seorang pejabat atau pimpinan lembaga yang memberikan
keterangan tentang suatu kasus maka penjelasan-penjelasan pejabat tersebut bisa
dibuat berita secara langsung tanpa ditambah informasi lainnya. Fokus
pemberitaannya hanya tertuju pada penjelasan-penjelasan kasus tersebut. Jika
pejabat itu beropini, maka opini pejabat bisa menjadi fakta karena opini itulah
yang disebut fact in idea.
Berita langsung biasanya dibuat dengan gaya memaparkan, yaitu suatu
gaya penulisan berita yang memaparkan kejadian atau peristiwa yang terjadi,
dalam keadaan apa adanya saja, tanpa ditambah dengan penjelasan. Penulisan
c. Penggalian berita (investigative news)
Semua yang hidup di dunia ini pasti ada asalnya. Demikian juga dengan
berita. Sama dengan kehidupan yang lain. Asal berita, kita sebut dengan sumber
berita. Untuk dapat membuat berita harus ada kejadian atau peristiwa. Kejadian
atau peristiwa ini bisa disebut sebagai sumber berita.
Selain peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh manusia, kumpulan
dari berbagai berita bisa juga dijadikan sumber berita. Karena dari manusia dapat
kita peroleh data, sedangkan pada kumpulan berita juga bisa diambil datanya,
yang merupakan dasar untuk membuat berita. Sumber berita dibagi menjadi dua,
yaitu sumber berita utama (primer) dan sumber berita kedua (sekunder).
Sumber berita utama (primer) adalah kantor berita resmi dari
pemerintahan dalam hal menyampaikan pengumuman, pemberitahuan, dan
sebagainya. Sedangkan sumber berita kedua (sekunder) adalah media massa,
seperti surat kabar, siaran radio, televisi, dan sebagainya.
Berita harus dalam bentuk sederhana, lugas, langsung, tidak
berbunga-bunga, namun kaya akan data. Berita tidak boleh bersumber pada omong kosong,
isu, suara-suara halus, wangsit, cerita burung. Selain itu, berita juga harus
mendapatakan dukungan data otentik, kejelasan dan segala hal yang telah
diperkuat ”authority”. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering
disebut dengan istilah berita eksklusif. Artinya, berita tersebut jarang terjadi.
Tetapi kejadian itu pada akhirnya diketahui banyak orang. Dalam menggali berita
untuk mendapatkan sumber berita yang valid (dapat dipercaya) bisa dilakukan
dengan tiga cara :
2) Meliput acara,
3) Mengga li berita
d. Pengungkapan berita (explanatory news)
Explanatory news adalah pengungkapan berita atau bisa juga disebut
sebagai berita yang menjelaskan. Artinya, dalam hal penulisan berita, data yang
disajikan lebih banyak diuraikan daripada diungkap secara langsung. Explanatory
news lebih banyak kita jumpai pada reportase berita. Bentuk penulisan ini bisa
memadukan antara fakta dan opini. Fakta yang diperoleh dijelaskan secara rinci
dengan beberapa argumentasi oleh penulisannya sendiri.
Pengungkapan berita bisa ditulis secara panjang lebar. Jika memungkinkan
bisa disajikan secara bersambung dua sampai empat kali tulisan. Karena beritanya
panjang, diperlukan banyak data. Jika data yang diperoleh dari suatu peristiwa
atau kejadian hanya sebatas peristiwa atau kejadian itu saja, penulis bisa
melengkapi dengan data lain yang diungkapkan dari sumber lain. Tetapi data itu
harus masih ada hubungan dengan berita yang ditulisnya. Dalam penulisan
explanatory news, penulis dengan bebas memaparkan data yang baik dari orang
lain maupun dari hasil penyelidikan sendiri.
e. Penjelasan berita (interpretative news)
Interpretative news adalah bentuk berita yang penyajiannya merupakan
gabungan antara fakta dan interpretasi. Artinya, dalam penulisan berita seperti ini,
penulis boleh memasukkan uraian. Komentar dan sebagainya yang ada kaitannya
hal ini sumber berita memberikan data atau informasi yang dirasakan masih
kurang jelas arti dan maksudnya. Maka penulis wajib mencarikan penjelasan
terhadap arti dan maksud dari informasi tadi. Jika penulis punya banyak wawasan
terhadap informasi tersebut, bisa saja penulis mengartikan atau menjelaskan apa
arti dan maksud informasi yang diberikan oleh narasumber tersebut. Tetapi jika
tidak punya wawasan, penulis bisa mencari penjelasan dengan mewawancarai
kembali narasumber tersebut atau dengan narasumber yang lain, namun masih
tetap dalam lingkup permasalahan yang sama.
f. Pengembangan berita (depth news)
Pengembangan berita atau depth news, merupakan kelanjutan atau hampir
sama dengan investigative news. Bedanya, jika investigative news bermula dari
adanya isu atau data mentah yang kemudian dilakukan penelitian atau penggalian.
Sedangkan depth news, berasal dari adanya sebuah berita yang masih belum
selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali.
Lahirnya pengembangan berita ini karena banyaknya data yang didapat
pada satu peristiwa, tetapi data itu tidak saling terkait meskipun topiknya sama.
Jika data itu diungkap dengan straight news atau investigative news, rasanya
sangat dangkal karena bisa berdiri sendiri-sendiri. Untuk mengatasi ini penulis
berita berinisiatif mengembangkan data itu sesuai dengan klarifikasinya, dan
kemudian menambah dengan data lain yang sama topiknya. Upaya inilah yang
g. karangan khas (feature)
Feature adalah bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat
mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita, yaitu 5 W + 1 H. Feature
sampai sekarang banyak yang mengartikan berbeda. Sebagian pendapat
menganggap feature adalah karangan khas. Sebagian lain menyebut feature
adalah penyajian berita yang berbentuk human interest.
”Karangan khas (feature) dalam surat kabar sebenarnya ibarat ”asinan” di
dalam sajian makanan, yang tidak memberikan kalori utama. Akan tetapi ia
menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan khas merupakan bagian yang
cukup penting sehingga surat kabar tersebut bisa memenuhi pula fungsi ketiga
dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan (entertainment), disamping
fungsi memberi informasi dan pendidikan.” (Wolseley dan Campbell, Exploring
Journalism, Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini).
R. Amak Syarifuddin dalam bukunya Jurnalistik Praktis, membagi
sembilan topik yang bisa ditulis secara feature: (1) Sketsa human interest, (2)
sketsa kehidupan orang yang menarik publik, (3) Kilasan berita-berita yang
menarik, (4) Dokumen otobiografi kemanusiaan yang berkaitan dengan
pengalaman seseorang yang disoroti secara objektif, (5) Feature historis, (6)
Sketsa perjalanan, (7) Interpretative feature, (8) artikel pengetahuan populer
tentang ilmu pengetahuan, teknologi yang ditulis secara populer, dan (9)
2. Pandangan atau Pendapat (opinion)
Penerbitan pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya
menyediakan kolom atau rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan
(opini). Ini perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Opini
dalam penerbitan pers dapat berasal dari masyarakat luas yang disebut pendapat
umum (public opinion) dan yang berasal dari penerbitannya sendiri dinamakan
redaksi (desk opinion). Opini terbagi atas:
a. Pendapat umum (public opinion)
Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau
pemikiran lain dari masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu
permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers. Yang dimaksud dengan
masyarakat luas adalah orang-orang yang bukan pengelola penerbiatn pers itu
sendiri. Pendapat biasanya disajikan dalam 3 bentuk, yaitu:
1. Komentar
Pendapat, pandangan atau pemikiran yang disampaikan oleh masyarakat
khusus menanggapi terjadinya suatu peristiwa, kejadian, atau kebijakan
pemerintah yang dimuat dalam penerbitan pers. Komentar ini dilakukan
oleh perseorangan dan bersifat individu. Bisa jadi individu tersebut
mewakili suatu lembaga. Tetapi fokus pandangannya tetap tertuju pada
2. Artikel
Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang
berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi
bahkan olah raga. Bedanya dengan komentar, tulisannya terfokus untuk
menanggapi atau mengomentari nuansa/fenomena dari suatu permasalahan
yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekedar mengomentari
masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran
lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum
diketahui.
3. Surat pembaca
Surat pembaca (letter to the editor) adalah opini public yang cukup
menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca ini pula dijadikan sebagai
umpan balik (feedback) bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui
sejauhmana berita atau informasi yang disajikan itu dibaca/ditanggapi
pembacanya. Karena pengirim surat pembaca ini adalah publik yang pada
umumnya adalah pelanggan atau pembaca maka masalah yang ditulisnya
beraneka ragam, terutama yang menyangkut dengan kehidupan mereka.
Penulis surat pembaca harus menyertakan identitas diri dan mau dimuat
bersama dengan pemuatan suratnya. Surat pembaca seringkali dijadikan
sarana berkomunikasi antar sesama pelanggan.
b. Opini penerbit (desk opinion)
Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau opini dari
sajian dalam penerbitannya. Itu sebabnya, opini penerbit sering juga disebut
sebagai ”Suara Redaksi”. Yang mempunyai hak menulis adalah pemimpin redaksi
dari masing-masing penerbitan pers. Tetapi pada pelaksanaannya seringkali
pemimpin redaksi tersebut melimpahkan atau menugaskan orang lain. Penulisan
opini penerbit ini bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan,
mengkritik kebijakan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Opini penerbit biasanya ditulis dalam beberapa bentuk,
seperti: Tajuk rencana, Pojok, Catatan kecil, dan Karikatur.
1. Tajuk rencana
Tajuk rencana, ada juga yang menyebutnya sebagai ”Catatan Redaksi”,
atau bisa juga disebut ”Editorial”. Tajuk rencana adalah merupakan
sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan masyarakat. Menulis tajuk memerlukan situasi
atau kejadian dalam pemberitahuan sehari-hari. Tajuk rencana tidak bisa
mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk rencana
juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya.
Sikap itu bisa eksplisit atau implisit.
Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan
kesempatan kepada penulisannya memasukkan analisis dan menguraikan
permasalahan yang ingin diungkapkannya. Jenis tajuk rencana antara lain:
1. Meramalkan (forcasting)
2. Memaparkan (interpretating)
2. Pojok
Pojok adalah opini yang penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan
lucu terhadap sesuatu yang dimuat dalam penerbitannya. Beda dengan
tajuk, pojok ditulis amat singkat, lugas, menohok, tetapi tidak kehilangan
ketepatan dan antisipasi permasalahannya yang di ”Pojok”kan. Penulis
pojok bisa dilakukan oleh pemimpin redaksi, wartawan senior, atau orang
lain yang bisa mewakili penerbitannya.
3. Karikatur
Karikatur (carricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang
dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula karikatur ini
hanya selingan atau ilustrasi belaka. Tetapi perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan
gambar-gambar lucu dan menarik.
Beda dengan tajuk rencana maupun pojok, pembuat karikatur ini bukan
oleh pemimpin redaksi atau wartawan senior, tetapi oleh orang-orang
khusus yang bisa menggambar secara kontinyu. Namun demikian, ide dari
kritik yang digambarkan itu tetap berasal dari redaksi. Bisa jadi kartunis
(istilah penggambar karikatur) adalah orang luar yang mendapat
kepercayaan khusus dari redaksi atau orang tersebut memang diangkat
menjadi karyawan penerbitannya, khusus membuat gambar-gambar
c. Periklanan (advertisement)
Periklanan adalah kegiatan memasok penghasilan bagi perusahaan pers
dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada surat kabar atau majalah dalam
bentuk advertensi (advertising). Iklan nerupakan sumber pendapatan sampingan
(selain menjual berita) bagi perusahaan penerbitan pers. Jika dikelola dengan baik,
iklan dapat menjadi penghasilan utama yang sangat menunjang bagi bisnis media
massa cetak.
Dilihat dari bentuknya, iklan pada penerbitan surat kabar atau majalah
dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:
a. Iklan display
Iklan display memakai ukuran milimeter/kolom. Ukuran ini pula yang
menentukan harganya. Misalnya harga iklan Rp. 15.000,- per mm/kolom.
Artinya harga tersebut adalah untuk ukuran tiap satu milimeter, dalam satu
kolom. Cara menghitungnya, milimeter dihitung dari ujung bagian atas
iklan, kebagian bawah. Iklan display itu sendiri sebenarnya masih dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu: iklan display biasa, dispaly keluarga dan display
koloman.
b. Iklan baris
Iklan baris adalah iklan yang hanya terdiri dari baris huruf-huruf. Iklan
baris bisa dalam beberapa bentuk, seperti ”iklan baris dengan huruf biasa”.
”iklan baris dengan huruf lebih besar”, ”iklan baris positif” atau ”iklan
baris negatif (dasar hitam tulisan putih)”. Iklan baris jumlah kata-kata
yang diiklankan dibatasi barisnya dalam satu kolom. Misalnya minimal 4
c. Iklan pariwara
Pariwara, iklan yang berbentuk berita atau artikel. Itu sebabnya pariwara
disebut juga sebagai advertorial. Istilah advertorial merupakan gabungan
dari kata advertensi dan editorial. Sedangkan bentuk iklan pariwara antara
satu surat kabar dengan surat kabar lainnya berbeda. Ini ada kaitannya
dengan gaya penulisan berita pada masing-masing media cetak. Biasanya
bentuk penyajian iklan pariwara ditentukan pada saat penawaran dari
II.3 Objektivitas Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih
oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian
pembaca entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah
pula karena mencakupi human interest, emosi, ketegangan (Assegaf, 1991:24).
Berdasarkan definisi diatas, fokus dari berita adalah pada hasil penulisan.
Ditegaskan berita yang merupakan fakta haruslah bersifat objektif, tidak ada
pencampuran antara fakta dan opini. Berbeda dengan Assegaf yang menjelaskan
terdapat seleksi dalam penempatan berita, ini mengisyaratkan sepertinya terdapat
subjektivitas. Meskipun demikian berita-berita yang dihasilkan juga bersifat
objektif. Subjektif hanya berlaku dalam penyeleksian berita yang berkaitan
dengan kebijaksanaan redaksional yang telah ditentukan. Tapi dalam penulisan
berita prinsip objektivitas tetap dijunjung dan diterapkan.
Michael Bugeja (Ishwara, 2005:41) objektivitas adalah melihat dunia
seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan semestinya (objektivity
is seeing the world as it is, not how you wish it were).
Objektivitas memiliki fungsi yang tak boleh dianggap remeh, terutama
dalam kaitan kualitas informasi. Objektivitas mengandung sekian banyak
pengertian, antara lain merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi
yang dituntut oleh para wartawan sendiri. Prinsip itu sangat dihargai dalam
kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang diluar bidang media massa,
terutama dalam kaitan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi; mempunyai