PERAN KOMUNIKASI BAGI PUSTAKAWAN
Makalah
D I S U S U N Oleh:
JUNAIDA, S.Sos NIP. 197806022003122004
ILMU PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi...i
Kata Pengantar...ii
BAB I Pendahuluan...1
BAB II Peran Komunikasi Bagi Pustakawan
2.1 Pengertian Komunikasi dan Pustakawan...3
2.2 Etika Berkomunikasi...4
2.3 Kemampuan dan Keterampilan Pustakawan Dalam Berkomunikasi...5
2.4 Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Pustakawan...6
2.5 Komunikasi Efektif...9
2.6 Pentingnya Keterampilan Berbahasa Asing Dalam Berkomunikasi....14
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan...16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat
kami selesaikan. Makalah ini yang berjudul “Peran Komunikasi Bagi Pustakawan”
Disusun untuk mengajukan Fungsional Pustakawan. Dalam makalah ini dibahas
mengenai bagaimana tingkat kemampuan seorang pustakawan dalam
berkomunikasi di perpustakaan untuk membantu pengguna dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan membantu pengguna cara
menggunakan bahan pustaka juga informasi lainnya, supaya komunikasinya
berjalan lancar.
Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam
mempelajari dan memahami bagaimana pelaksanaan peran komunikasi bagi
pustakawan yang baik dan benar. Penulis menyadari makalah ini belum bisa
dikatakan sempurna, masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah kami selanjutnya dan berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Terima kasih.
Wassalam,
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikan
kepada penerima berupa suara, tulisan, atau simbol. Kata komunikasi berasal
dari communication (bahasa Inggris), communis, communico, communicare
(bahasa Latin) berarti membuat sama atau to make common. Melalui komunikasi
yang baik diharapkan mampu memperluas informasi, meningkatkan
pengetahuan, melestarikan warisan budaya, dan membangun peradaban.
Dengan ketrampilan komunikasi seseorang akan mampu mengembangkan diri
secara optimal dalam bidang atau karir tertentu.
Sedangkan pustakawan diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau
profesinya terkait dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Bahan pustaka
dapat berupa buku, majalah, surat kabar, bahan pandang dengar, dan multi
media. Pustakawan sebagai orang yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan
dan informasi perlu memiliki dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Dengan kemampuan ini pustakawan dapat membentuk diri, menunjukkan
eksistensi diri, menjalin jaringan, dan mengekspresikan diri.
Pustakawan sebagai individu memiliki potensi diri yang dapat
dikembangkan secara optimal. Pengembangan diri ini dapat terlaksana dengan
baik apabila mereka mampu menjalin komunikasi yang efektif. Melalui berbagai
media komunikasi, pustakawan dapat mengekspresikan diri, menpengaruhi
pustakawan mampu menjalinkan komunikasi efektif dan juga mampu
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan baik dalam melayani
pengguna di perpustakaan karena tidak semua bisa menggunakan
fasilitas-fasilitas yang ada atau bahan pustaka yang diperlukan oleh si pengguna, maka
seorang pustakawan perlu membantu pengguna dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sipenanya, maka oleh sebab itu pustakawan
harus menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan bahasa yang bagus,
sopan dan enak didengar oleh pengguna perpustakaan.
Peran komunikasi bagi pustakawan sangat berperan terdadap pengguna
dalam membantu menggunakan bahan pustaka. Jadi pustakawan harus memiliki
etika berkomunikasi yang baik. Dalam berkomunikasi baik maksudnya
pustakawan melayani atau menjawab pertanyaan pengguna harus menggunakan
komunikasi yang baik, dan juga pustakawan harus meningkatkan kemampuan
berkomunikasi supaya terjadinya komunikasi yang lancar baik itu secara lisan
maupun tulisan supaya pengguna senang datang keperpustakaan dan tidak
bosan, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan berkomunikasi seorang pustakawan yang ramah, sopan dan
beretika baik dalam melayani pertanyaan-pertanyaan pengguna baik itu secara
lisan maupun tulisan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul
BAB II
Peran Komunikasi Bagi Pustakawan
2.1 Pengertian Komunikasi dan Pustakawan
1. Pengertian Komunikasi
Dibawah ini diuraikan beberapa pendapat tentang pengertian komunikasi
sebagai berikut:
Menurut Ross, Raymond S (1983:8) mendefenisikan komunikasi sebagai
suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian
rupa, sehingga membantu pendengar serupa dengan yang dimaksudkan oleh
sang kominikator.
Rogers, Everett M. (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses di manan dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling
pengertian yang mendalam.
Sedangkan Berelson, Bernard (1964:527) mendefinisikan komunikasi
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya.
Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan di atas, tentu belum mewakili
semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun paling tidak kita telah
2. Pengertian Pustakawan
Pengertian Pustakawan menurut Hermawan, Rachman. (2006:45) kata
“pustaka” . dengan demikian penambahan kata “wan” diartikan sebagai orang
yang pekerjaannya atau profesinya terkait dengan dunia pustaka atau bahan
pustaka. Bahan pustaka dapat berupa buku, majalah, surat kabar, bahan
pandang dengar, dan multi media.
Pengertian pustakawan adakalanya dikaitkan dengan Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Yaitu PNS yang mendapat surat keputusan (SK) sebagai pejabat
pustakawan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan adalah dalam organisasi
perpustakaan seorang pustakawan harus mempunyai keterampilan atau
kemampuan berkomunikasi yang baik, ramah terhadap pengguna perpustakaan.
2. 2 Etika Berkomunikasi
Banyak fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dalam rangka dalam
penyelenggaraan perpustakaan, yang pada akhirnya agar perpustakaan dapat
berdaya guna dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Selain
memiliki wawasan dan keterampilan dibidangnya pustakawan juga dituntut
mimiliki keterampilan komunikasi yang baik dan beretika. soalnya etika tidak bisa
diabaikan begitu saja dalam melaksanakan komunikasi terutama komunikasi
lisan. Pengaruh etika ini merupakan salah satu strategi memberhasilkan tujuan
Ada beberapa kebiasaan sehari-hari produk komunikasi yang cendrung
kurang atau tidak beretika dikalangan pustakawan. Umumnya ketika menjawab
permintaan bantuan pengguna untuk mencari bahan pustaka dibutuhkanya
kepada pustakawan. contohnya seperti kalimat-kalimat dibawah ini :
Tidak ada, Cari ke rak sendiri, kenapa mondar mandir disitu, jangan
bongkar buku dan saya tidak tahu. Sedangkan contoh kalimat yang beretika oleh
pustakawan untuk menjawab bantuan pengguna seperti : Ada yang perlu
dibantu, Maaf ya bu, buku sedang dibaca atau dipinjam, Sebaiknya kita lihat
katalog dulu, Sabar ya bu dicariin buku dirak .
Bagaimana seorang pustakawan berkomunikasi dengan efektif sehingga
pesan yang disampaikan bisa mengambarkan sikap dan etika kepropesian
pustakawan selanjutnya bisa diterima baik oleh sipenerima pesan.
2.3 Kemampuan dan Keterampilan Profesi Kepustakawan Dalam Berkomunikasi
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada
pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan kepada
penggunnya. Agar dalam berkomunikais dapat lebih imfresif dengan dasar
win-win solution maka perlu people skills yang handal.
Menurut Ahmad (2001) yang mengutip Abernathy (1999) perkembangan
teknologi akan lebih perevasive tetapi kemampuan tentang komputer tidaklah
cukup untuk mencapai sukses. Karena itu membutuhkan people Skills yang kuat
1. Pemecahan masalah (kreatifitas pencair konflik)
2. Etika (diplomasi, jujur dan profesional)
3. Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis, berfikir positif)
4. “Perayu” (Keterampilan komunikasi dan mendengarkan atentif)
5. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai kemampuan
memotovasi)
6. Berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan)
People skills dapat dikembangkan dengan membaca dan mendengarkan
kaset-kaset, berkenalan dengan orang yang positif, bergabung dengan
organisasi yang fositif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktifitas
sehari-hari.
2. 4 Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting dalam pengembangan
perpustakaan terutama dalam peningkatan pelayanannya. Oleh karena itu
sangat diperlukan peningkatan kemampuan komunikasi bagi seluruh staf
perpustakaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan
komunikasi yang efektif. Untuk meningkatkan komunikasi yang efektif ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni peningkatan kemampuan
mendengarkan, peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan pengguna
perpustakaan, peningkatan komunikasi nonverbal,dan melakukan simulasi
1. Peningkatan Kemampuan Mendengarkan
Mendengar dengan mendengarkan memiliki perbedaan arti. Mendengar
merupakan aktivitas yang bersifat pasif, sedangkan mendengarkan merupakan
aktivitas yang bersifat aktif. Kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan
untuk memahami perasaan, keinginan, dan aspirasi orang lain, baik untuk
hubungan ke dalam (komunikasi antar pegawai) maupun ke luar (komunikasi
antara pegawai dengan pengguna perpustakaan). Untuk keberhasilannya, setiap
petugas perpustakaan harus belajar atau menyiapkan diri mampu mendengarkan
ide dan masalah orang lain dengan baik dan tulus. Jadi, akan sangat baik jika
semua pegawai perpustakaan memiliki kemampuan mendengarkan, sehingga
diharapkan dapat menekan ketidakmampuan mendengarkan secara bijaksana.
Syarat seorang pustakawan mempunyai kemampuan mendengarkan, yakni:
Mampu mengungkapkan keinginan pengguna, terutama dalam pelayanan
referensi dan penelusuran informasi.
· Mampu memahami pandangan seseorang, tingkah laku, perasaan dan rasa
kekhawatiran.
. Mampu menyerap informasi sebagai bahan membuat keputusan.
· Mampu menangkap umpan balik tentang penampilan diri seseorang.
2. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi dengan Pengguna Perpustakaan
Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien bagi petugas perpustakaan
sangatlah penting. Berkomunikasi dengan pengguna perpustakaan melibatkan
kemampuan mengkomunikasikan bagaimana menelusur informasi dengan
menggunakan salah satu program komputer, bisa menemukan lokasi buku yang
ada di perpustakaan dengan cepat; dan dapat menggunakan teknologi informasi
yang baru. Oleh karena itu, dalam hal ini, seorang pustakawan harus mampu
berkomunikasi secara verbal dan nonverbal untuk berkomunikasi seperti ini.
3. Peningkatan Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sangat penting dalam konteks secara keseluruhan.
Diantara komunikasi nonverbal atau bahasa isyarat adalah pandangan mata,
anggukan kepala, ekspresi wajah, gerakan tangan, dan cara berpakaian. Perlu
dipahami bahwa pandangan mata, senyum, dan anggukan kepala misalnya,
dapat membuat komunikasi terasa lebih baik. Demikian pula pembicaraan kita
akan terasa lebih akrab dan bermakna apabila dalam berkomunikasi saling tatap
muka atau berpandangan. Hubungan antara orang berbicara dan yang
mendengarkan akan terasa lebih hangat. Hal ini akan memungkinkan komunikasi
kita berlangsung lebih lama. Tetapi sebaliknya, jika kita mencoba berkomunikasi
tampa ekspresi wajah, tanpa senyum maka dalam waktu singkat komunikasi kita
akan terhenti.
Dalam pengembangan komunikasi nonverbal juga terdapat masalah. Seperti
bagaimana pandangan mata dan senyum yang baik itu. Pandangan mata dan
senyum yang berlebihan akan mengundang anggapan yang mungkin kurang baik
komunikasi nonverbal. Hal ini karena bahasa nonverbal yang berlebihan sama
jeleknya dengan bahasa nonverbal yang kurang baik (misalnya kita melayani
pengguna dengan cemberut).
4. Melakukan Simulasi Kemampuan Berkomunikasi di PerpustakaanSeorang
pimpinan ataupun staf perpustakaan yang memiliki kemampuan komunikasi
yang baik akan cenderung lebih berhasil dibanding mereka yang lemah dalam
berkomunikasinya. Oleh karena itu, untuk pengembangan karier di perpustakaan
baik sebagai pimpinan ataupun staf, maka harus dimulai dari pengembangan
kemampuan berkomunikasi. Salah satu kegiatan dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi antarpribadi adalah dengan melakukan
2.5 Komunikasi Efektif
Kemampuan berkomunikasi menjadi sangat penting dalam
pengembangan dan peningkatan layanan perpustakaan. Karenanya peningkatan
kemampuan komunikasi bagi seluruh staf perpustakaan untuk dapat
berkomunikasi secara efektif sangat diperlukan.
Peningkatan kemampuan Pustakawan untuk dapat berkomunikasi efektif
mencakup hal-hal berikut.
Aspek penting dari komunikasi efektif adalah menyimak (listen) apa yang
akan dikatakan oleh orang lain, dan bukan hanya mendengar (hear).
Menyimak (listen) dan mendengar (hear) memiliki perbedaan makna diman
kegiatan mendengar bersifat pasif, sedangkan menyimak bersifat aktif.
Menjadi penyimak aktif melibatkan upaya memahami pandangan dan
pikiran seseorang tentang sesuatu yang dibicarakan dengan seksama agar
dapat meresponi pesan secara verbal (ujaran) dan nonverbal (non-ujaran).
Sebagai penyimak aktif, Pustakawan perlu memberi respon aktif dalam
bentuk verbal (mengungkapkan sudah paham, mengerti atau bertanya);
Respon nonverbal, misalnya dengan mengangguk, tersenyum, kontak mata,
dan bahasa tubuh lainnya.
Dengan kata lain, menyimak merupakan kemampuan memahami
perasaan, keinginan, dan aspirasi orang lain, baik dalam kegiatan komunikasi
internal (antar-pustakawan) maupun komunikasi eksternal (antara
pustakawan dan pengguna perpustakaan). Karena itu, setiap pustakawan
harus dapat menyiapkan diri untuk dapat menjadi pendengar yang baik,
yaitu dengan memperhatikan, memahami dan mengingat apa-apa yang
diperlukan oleh pengguna perpus sehingga layanan yang akan diberikan juga
dapat prima.
2. Perhatikan Pesan-pesan Non-verbal
Selain serius menyimak pembicaraan verbal, komunikator efektif juga perlu
memperhatikan perilaku pembicara yang nonverbal. Terkadang, segala
ditampilkan berbeda dengan makna yang verbal. Dalam kasus seperti ini,
menjadi penting untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perasaan rekan
bicara dengan melakukan tatapan kontak mata, melihat ekspresi wajah.
Istilah jargonnya, “mulut bisa menyampaikan apa-apa yang ingin
disampaikan tapi pada saat bersamaan menyembunyikan apa-apa yang tidak
akan dikatakan, tetapi ekspresi wajah sulit untuk menyembunyikan segala
sesuatu yang tidak dikatakan”.
3. Komunikasi Jelas dan Langsung
Anggota suatu Perpustkaan (sebagai suatu organisasi/lembaga) dengan relasi
sosial yang sehat akan mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya secara
jelas dan langsung. Hal ini penting ketika berupaya menyelesaikan masalah
yang timbul antar-pustakawan, dengan pimpinan perpustakaan, dan antara
staf perpustakaan dengan pengguna perpustakaan. Komunikasi tidak langsung
dan samar-samar tidak hanya gagal menyelesaikan masalah, tetapi juga akan
berkontribusi pada timbulnya kekurangakraban dan blokade emosi
antar-pihak yang terlibat, dan atau bahkan menimbulkan konflik tersembunyi.
4. Berpikir Positif
Menghadapi pengguna pustaka yang bermasalah atau kekeliruan teman
sekerja dalam menjalankantugas acap kali tanpa disadari diselesaikan dengan
komunikasi negatif, seperti marah-marah, menegur dengan suara tinggi atau
bahkan mungkin membanting-banting sesuatu; komunikasi efektif haruslah
Hasil penelitian Fatmawati (2007) mengemukakan bahwa gaya
komunikasi pustakawan yang paling banyak dipersepsikan pengguna yang
dapat membantu penelusuran informasi di perpustakaan adalah gaya
komunikasi pustakawan yang ramah/akrab dalam membantu pengguna
menelusuri informasi di perpustakaan. Hal ini menjadi petunjuk bahwa
komunikasi yang bersahabat (friendly communication) dalam melayani
pengguna perpus merupakan salahsatu kunci mencitrakan pesona perpus.
Selanjutnya, agar komunikasi dapat berlangsung mulus dan tidak
bermasalah maka perlu dipahami bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan
berinteraksi untuk mencapai kesamaan makna. Dan kegiatan komunikasi di
lingkup Perpustakaan, sebagai suatu institusi, akan melibatkan banyak pihak
dengan latar belakang pendidikan, field experience, dan culltural background
yang berbeda.
Dengan demikian, untuk memperoleh hasil positif komunikasi daklam
menghadapi keragaman komunikan (pengguna Perpus) maka Pustakawan perlu
memperhatikan hal-hal berikut (lihatTubbs dan Moss).
1. Pengertian, yaitu kecermatan menerima pesan komunikasi yang
dimaksudkan oleh pengguna Perpustakaan (sumber pesan) dalam mencari
informasi yang diperlukan.
2. Menyenangkan, yaitu dengan berkomunikasi yang bukan sekedar
menyampaikan informasi untuk dimengerti, tetapi untuk juga menimbulkan
keakraban melalui penyampaian pesan (informasi) komunikasi yang jelas
3. Menumbuhkan relasi sosial (emotional appeals) dan hubungan baik (good
rapport) dengan memahami faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi
tindak komunikasi seseorang. Sebagai contoh, gaya berkomunikasi
(penggunaan bahasa, gerak tubuh) yang dipakai dalam melayani pengguna
Perpus yang tergolong orangtua (senior citizen) tentu akan berbeda ketika
melayani pengguna Perpus yang muda belia (mahasiswa).
4. Kemampuan berkomunikasi secara verbal (ujaran) atau nonverbal
(non-ujaran/bahasa tubuh).
a) Secara verbal, petugas Perpus harus memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan cara-cara menelusuri informasi dengan
menggunakan salahsatu program komputer, menemukan lokasi buku
yang dicari dengan cepat, dan dapat menggunakan teknologi informasi
terkini (current technology).
b) Secara non-verbal, seorang pustakawan harus mampu menampilkan
gerak-gerik komunikasi yang bersahabat (friendly communication),
mulai dari ekspresi wajah, cara bersenyum, tatapan mata, anggukan
kepala, dan gerakan tubuh (tangan). Tatapan mata yang ramah,
senyum yang manis, dan gerakan tangan serta anggukan kepala yang
bersahabat merupakan media untuk menumbuhkan kenyamanan
berkomunikasi.
Sebagai ilustrasi, percakapan antara petugas Perpustakaan dan
pengguna akan terasa hangat jika saling bertatap-muka dengan penuh
berlangsung dengan baik. Sebaliknya, Ekpresi wajah yang garang (sangar),
tidak ada senyum (masam muka) atau bahasa tubuh yang cenderung
melecehkan akan menyebabkan komunikasi berantakan (breakdown
communication). Lebih parah lagi jika akhirnya menimbulkan persepsi dan
makna baru terhadap layanan perpustakaan secara keseluruhan
(kelembagaan).
2. 6 Pentingnya Keterampilan Berbahasa Asing Dalam Berkomunikasi
Pustakawan sebagai pihak penyedia informasi selain beretika juga perlu
meningkatkan kemampuan cara berkomunikasinya dengan memiliki
pengetahuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Kemampuan bahasa Ingris minimal bersifat pasif sebab pustakawan mampu
menunjukkan sumber-sumber literature yang dibutuhkan pengguna pada saat
mencarinya diperpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi lebih
banyak berbasis bahasa asing terutama bahasa Inggris. Keterampilan ini bisa
menjadi wadah terutama pustakawan bertugas dilayanan reference disamping
sebagai pendamping pengetahuan dalam teknik berkomunikasi dengan
pengguna perpustakaan. Teknik berkomunikasi dalam prakteknya ada yang
dikenal dalam istilah “ sense making”.
Hasugian, Jonner (2006) mengatakan sense making adalah telah
digunakan sebagai landasan inovasi praktis dalam dalam bidang pusdokinfo
dengan neuteral questioning infosheet, dan good newspaper. Selanjutnya
pustakawan rujukan (refrens) atau pemberi layanan jasa informasi. Teknik ini
berdasarkan premis dasar sense-making (pengguna dan penciptaan informasi)
adalah situasional bahwa individu berjalan melintas ruang dan waktu serta usaha
dan individu untuk menjembatani kesenjaagan dan making-sense merupakan
sesuatu pola universal. Pertanyaan pertanyaan dalam neutral questioning
terlepas dari isi, tetapi kontekstual dengan perjalanan informasi melintas ruang
BAB III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan yaitu peran
komunikasi bagi pustakawan sangatlah penting sekali dalam hal berkomunikasi
dengan sipengguna perpustakaan baik secara lisan atau tulisan karena
perpustakaan merupakan pusat Informasi tanpa informasi proses komunikasi
tidak akan bisa berjalan dengan baik. Maka kehadiran perpustakaan sebagai
pengelola informasi menjadi pendukung dan pelancar proses komunikasi bagi
pustakawan.
Demikian pula sebaliknya bahwa perpustakaan sebagai organisasi
membutuhkan bentuk komunikasi yang efektif dan efisien untuk berjalannya
perpustakaan tersebut dengan baik. Kunci komunikasi efektif adalah mencoba
mengerti dan melakukan tindakan untuk memuaskan keinginan pemakai
perpustakaan. Dengan demikian, jumlah pengguna perpustakaan akan semakin
bertambah seiring dengan peningkatan mutu layanan yang diberikan dan juga
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2001. Profesionalisme Pustakawan di era global makalh disampaikan pada rapat kerja pusat XI Ikatan Pustakawan Indonesia XI dan Seminar Ilmiah. Jakarta:
Bernard, Barelson and Gary A. Steiner. 1964. Human behavior: an inventory of scientfic finding. New York: Harcourt Brace Javanovich.
Fatmawati, Endang (2007). Gaya Komunikasi Pustakawan Terhadap Pengguna: Pengaruh Terhadap Kualitas Layanan Di Perpusstakaan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Unit S1 Reguler. Semarang: Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Hasugian, Jonner. 2006. Kajian pemakai (user study). bahan kuliah untuk mata kuliah kajian informasi
Hermawan S, Rachman. 2006. Etika kepustakawanan: suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan indonesia. Jakarta: Sagung Seto
Pamungkas, Dwijokangko Putra, 2011. Optimalisasi pengembangan kinerja pustakawan untuk meningkatkan kualitas di era globalisasi informasi (studi kasus pada UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar). Septiyantono, Tri. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
Rogers, Everett M and D. Lawrence Kincaid. 1981. Communication Network: towards a new paradigma for research. Newyork: Free press
Ross, Raymond S. 1983. Speech Communication: fundamentals and practice. Englewood cliffs. New Jersey: prentice hall.
Peranan Komunikasi Dalam Perpustakaan. Jakarta: UT