• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Design Tempat Duduk Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Penjahit Kecil Menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Design Tempat Duduk Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Penjahit Kecil Menengah"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DESAIN TEMPAT DUDUK KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN PENJAHIT PADA

PERUSAHAAN KONVEKSI KECIL DAN MENENGAH

SKRIPSI

OLEH :

SITI KHAIRINA LUBIS 061301072

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

PENGARUH DESIGN TEMPAT DUDUK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN PENJAHIT KECIL MENENGAH

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, November 2011

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi yang penulis susun untuk memenuhi tugas akhir ini, yaitu “Perbedaan Kepausan Pernikahan Antara Suami dan Isteri Dalam Dual Career Family”.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua saya, yang telah memberikan semangat dan dukungan, baik itu dukunganmateril maupun dukungan moril. Apa yang telah kalian berikan kepada saya merupakan kekuatan terbesar saya untuk menyelesaikan skripsi saya ini.

2. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp(AK) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.

(4)

4. Ibu Meidriani Ayu Siregar, MKes selaku dosen pembimbing akademik saya, yang telah memberikan semangat dan masukan-masukan yang bermanfaat kepada saya selama dalam proses perkuliahan.

5. Ibu Elvi Andriani, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan waktunya kepada saya untuk hadir pada persidangan saya dan memberikan saran-saran dan evaluasi yang sangat membangun kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Lili Garliah, M.Si selaku penguji III yang telah memberikan waktunya kepada saya untuk hadir pada persidangan saya dan memberikan saran-saran dan evaluasi yang sangat membangun kesempurnaan skripsi ini.

7. Saudara-saudara kandung saya, yang telah memberikan semangat kepada saya saat menyelesaikan skripsi ini.

8. Abang /Kakak/Bapak/Ibu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian saya sehingga skripsi saya bisa terselesaikan.

9. Hendro Setyo tercinta yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti buat saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat saya (Irma, Ulfa, dan Rosya) serta teman-teman satu stambuk 2006 yang telah bersedia menjadi tempat yang nyaman untuk curhat.

(5)

12. Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas sumbangsihnya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis,

(6)

Pengaruh Design Tempat Duduk Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Penjahit Kecil Menengah

ABSTRAK

Bentuk keluarga yang dominan terjadi sekarang ini adalah dual career family. Muchinsky (2003) menjelaskan bahwa pasangan dalam dual career family dicirikan sebagai pasangan suami isteri yang memiliki karir masing-masing dan mencoba untuk menyeimbangkan karir mereka dengan urusan rumah tangga. Dalam dual career family, ketegangan-ketegangan yang dirasakan oleh suami dan isteri akan lebih sering muncul dibandingkan dengan keluarga tradisional. Walters dan McKanry (dalam Rini,2002) menyatakan bahwa ketika suami dan isteri tidak dapat menyeimbangkan peran mereka, maka akan menghasilkan stres yang akan berdampak pada kepuasan pernikahan. Menurut Lemme (1992) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan isteri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sejumlah data mengenai perbedaan kepuasan pernikahan antara suami dan isteri dalam dual career family. Subjek dalam penelitian berjumlah 54 orang atau 27 pasang suami isteri yang sama-sama bekerja. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Alat ukur yang digunakan, yaitu dengan metode skala kepuasan pernikahan yang dikemukakan oleh Olson & Fower (1989). Adapun beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan, antara lain communication, leisure activity, religious orientation, conflict resolution, financial management, sexual orientation, family and friend, children and parenting, personality issues, dan egalitarian role.

Hasil reliabilitas alat ukur dengan menggunakan SPSS versi 15 adalah sebesar 0,966. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa t = 1,124 dengan nilai p = 0,266 dimana p > 0,1, yang berarti tidak ada perbedaan kepuasan pernikahan antara suami dan isteri dalam dual career family. Namun, hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara suami dan isteri pada aspek religious orientation dan egalitarian role dari skala kepuasan pernikahan dengan nilai p = 0,069 dan p = 0,073 dimana nilai p < 0,1.

(7)

ABSTARCT

Faculty of Psychology of North Sumatera University November 2011

The Difference of Marital Satisfaction between Husband and Wife in Dual Career Family

The dominant form of family in present day is a dual career family. Muchinsky (2003) describes that a couple in dual career family indicated by a couple who have each career and take effort to balance their career and household affairs. In dual career family, the stress felt by husband and wife

always appear than in traditional family. Walters and McKanry (in Rini ,2002) said that when a couple can not balance their role, it will

cause the stress that influence the marital satisfaction.

This research aims to get more data about the difference of marital satisfaction between husband and wife in dual career family. The subject in this research are 54 persons or 27 couple who both of them have career. The sampling method in this research is an incidental sampling. And the measurement tool is a method of marital satisfaction scale developed by Olson & Fowers (1989).

All of data are processed by using SPSS version 15 software. The reliability is 0,966. Based on result of research it indicates that t = 1,124 and p = 0,266 in which p > 0,05. Therefore, Ha is rejected and can be conclude that there is not difference of marital satisfaction between husband and wife in dual career family.

(8)

DAFTAR ISI

B. Prinsip-Prinsip Ergonomi ... 15

C. Ukuran-Ukuran Kerja... 15

D. Desain Kursi ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

B. Definisi Operasional Variabel ... 28

C. Rancangan Penelitian ... 29

D. Populasi Penelitian... 32

E. Instrumen Dan Alat Ukur Penelitian ... 32

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reabilitas Alat Ukur 35 G. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 37

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40

I. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 45

B. Pembahasan ... 56

BAB V : KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 59

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan Sebelum Uji Coba 34

Tabel 2 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba 36

Table 3 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan yang Digunakan Saat

Penelitian 37

Tabel 4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 43

Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jumlah Anak 44

Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Pernikahan 45

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir 46

Tabel 8 Uji Normalitas 47

Tabel 9 Uji Homogenitas 48

Tabel 10 Hasil Perhitungan Utama Uji t 49

Tabel 11 Deskriptif Skor Skala Kepuasan Pernikahan 50

Tabel 12 Kategorisasi Norma Nilai Kepuasan Pernikahan 50

Tabel 13 Data Tingkat dan Klasifikasi Skor Kepuasan Pernikahan 51

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Uji Normalitas 47

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Kepuasan Pernikahan

Lampiran 2 Skor Data Mentah Uji Coba

Lampiran 3 Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem

Lampiran 4 Skor Data Mentah Penelitian

Lampiran 5 Hasil Analisa Data Penelitian

(12)

Pengaruh Design Tempat Duduk Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Penjahit Kecil Menengah

ABSTRAK

Bentuk keluarga yang dominan terjadi sekarang ini adalah dual career family. Muchinsky (2003) menjelaskan bahwa pasangan dalam dual career family dicirikan sebagai pasangan suami isteri yang memiliki karir masing-masing dan mencoba untuk menyeimbangkan karir mereka dengan urusan rumah tangga. Dalam dual career family, ketegangan-ketegangan yang dirasakan oleh suami dan isteri akan lebih sering muncul dibandingkan dengan keluarga tradisional. Walters dan McKanry (dalam Rini,2002) menyatakan bahwa ketika suami dan isteri tidak dapat menyeimbangkan peran mereka, maka akan menghasilkan stres yang akan berdampak pada kepuasan pernikahan. Menurut Lemme (1992) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan isteri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sejumlah data mengenai perbedaan kepuasan pernikahan antara suami dan isteri dalam dual career family. Subjek dalam penelitian berjumlah 54 orang atau 27 pasang suami isteri yang sama-sama bekerja. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Alat ukur yang digunakan, yaitu dengan metode skala kepuasan pernikahan yang dikemukakan oleh Olson & Fower (1989). Adapun beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan, antara lain communication, leisure activity, religious orientation, conflict resolution, financial management, sexual orientation, family and friend, children and parenting, personality issues, dan egalitarian role.

Hasil reliabilitas alat ukur dengan menggunakan SPSS versi 15 adalah sebesar 0,966. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa t = 1,124 dengan nilai p = 0,266 dimana p > 0,1, yang berarti tidak ada perbedaan kepuasan pernikahan antara suami dan isteri dalam dual career family. Namun, hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara suami dan isteri pada aspek religious orientation dan egalitarian role dari skala kepuasan pernikahan dengan nilai p = 0,069 dan p = 0,073 dimana nilai p < 0,1.

(13)

ABSTARCT

Faculty of Psychology of North Sumatera University November 2011

The Difference of Marital Satisfaction between Husband and Wife in Dual Career Family

The dominant form of family in present day is a dual career family. Muchinsky (2003) describes that a couple in dual career family indicated by a couple who have each career and take effort to balance their career and household affairs. In dual career family, the stress felt by husband and wife

always appear than in traditional family. Walters and McKanry (in Rini ,2002) said that when a couple can not balance their role, it will

cause the stress that influence the marital satisfaction.

This research aims to get more data about the difference of marital satisfaction between husband and wife in dual career family. The subject in this research are 54 persons or 27 couple who both of them have career. The sampling method in this research is an incidental sampling. And the measurement tool is a method of marital satisfaction scale developed by Olson & Fowers (1989).

All of data are processed by using SPSS version 15 software. The reliability is 0,966. Based on result of research it indicates that t = 1,124 and p = 0,266 in which p > 0,05. Therefore, Ha is rejected and can be conclude that there is not difference of marital satisfaction between husband and wife in dual career family.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan bidup dan kehidupannya, Akan tetapi tidak jarang di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam dunia keija kita menjadi mudah merasa lelah. Suma'mur (2003) mengatakan bahwa pada prinsipnya, kelelahan kerja seorang karyawan sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik tempat kerja seorang karyawan tersebut bekerja. Lebih lanjut lagi Nurmianto (2003) mengkonfirmasi bahwa kelelahan kerja karyawan jika dihubungkan dengan prinsip ergonomi mencakup kesesuaian antara lingkungan kerja dengan kondisi karyawan itu sendiri. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa, kelelahan kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan kesesuaian lingkungan kerja tersebut dengan karyawan.

(15)

tubuhnya artinya ukuran kursi terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dengan postur badannya (Haanen, 1986).

Dean (2005) juga berpendapat bahwa karyawan akan terhindar dari kelelahan kerja jika karyawan mendapatkan fungsi fisik lingkungan kerja yang optimal, artinya bahwa desain lingkungan fisik kerja disinyalir menjadi prediktor kenyamanan kerja pada karyawan. Menurut Nurmianto (2003), bahwa kelelahan kerja adalah mekanisme perlindungan tubuh yang dirasakan secara subjektif yang terjadi akibat kerja fisik atau mental secara berulang sehingga menyebabkan ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang ditandai oleh adanya pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan kelelahan fisik.

Siswanto (1991) perpendapat bahwa kelelahan kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan, Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun, Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja, Status kesehatan (penyakit) dan status gizi, monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan.

(16)

Kebisingan (noise), pencahayaan (lighting), bau-bauan (odor), warna (color), kelembapan (humidity), desain tempat duduk, sirkulasi udara, getaran mekanis, tata ruang, dan suhu (temperature).

Faktor lingkungan kerja yang tersebut di atas khususnya desain tempat duduk, secara signifikan mempengaruhi tingkat kelelahan kerja karyawan. Hoang (2008) mengatakan bahwa desain tempat duduk harus sesuai dengan tuntutan kerja dan kondisi fisik karyawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dean (2005) bahwa desain tempat duduk kerja mempengaruhi seorang karyawan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab kerjanya. Dean menegaskan bahwa desain tempat duduk kerja dapat digolongkan menjadi dua yakni desain tempat duduk yang ergonomik dan desain tempat duduk yang tidak ergonomis.

(17)

menegaskan bahwa hal ini tentu akan menyebabkan kelelahan kerja yang hebat pada karyawan tersebut.

Desain tempat duduk yang tidak ergonomik menimbulkan perancangan antropemetrik yang tidak tepat dan terbentuk suatu kursi yang tidak memungkinkan pemakainya untuk menyandarkan punggung atau kakinya pada permukaan, maka ketidakstabilan tubuh akan meningkat dan tenaga otot tambahan akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Makin besar tingkat tenaga atau kontrol otot yang diperlukan, maka makin besar pula kelelahan kerja dan ketidaknyamananan yang ditimbulkan. Sehingga kondisi yang demikian tentu akan menyebabkan timbulnya kelelehan kerja karyawan (Panero, 2003).

Penelitian yang dilakukan Lam (1999), menyatakan bahwa desain tempat duduk yang tidak ergonomik akan menyebabkan posisi badan menjadi membungkuk sehingga sangat membebani struktur jaringan lunak^ vertebra pada diskus intervertebra, ligament dan otot. Kondisi ini disinyalir dapat

(18)

Di pihak lain, penerapan desain tempat duduk yang ergonomik justru memberikan kenyamanan kerja pada karyawan. Desain tempat duduk yang ergonomik adaiah komponen kegiatan yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, dengan tujuan tercapainya kenyamanan karyawan dalam bekerja dan efesiensi yang setinggi-tingginya melalui faktor manusia seoptimal-optimalnya. Dean (2005) juga menambahkaan bahwa penerapan desain tempat duduk yang ergonomik ini dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang nyaman dalam bekerja.

Dengan sikap yang yang nyaman ini diharapkan efisiensi kerja dan dan tingkat kenyamanan kerja karyawan meningkat. Desain tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995:20).

Desain tempat duduk yang ergonomik juga didasarkan pada data antropometrik yang dipilih dengan tepat, sehingga hasil rancangan tersebut akan dapat menciptakan kenyamanan bagi pemakainya. Saat menenrukan ukuran kursi, aspek-aspek antroponetri harus dihubungkan dengan kebutuhan biomekanika yang terlibat. Stabilisasi tubuh bukan hanya melibatkan landasan duduk saja, tetapi juga kaki, telapak kaki, punggung yang juga bersandar pada bagian lain permukaan kursi. (Suma'mur, 1996).

(19)

meja kerja dengan antropometri pekerja. Maka untuk itu diperlukan data mengenai ukuran meja dan kursi yang digunakan serta ukuran antropometri pada ukuran tersebut diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap alat dan antropometri pekerja (suma'mur, 1996).

Sastrowinoto (2008) mengatakan bahwa penerapan desain tempat duduk yang ergonomik akan mempengaruhi sikap duduk karyawan, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat, dan hal ini merupakan persyaratan bagi efisiensi dan kenyamanan kerja yang tinggi. Suma'mur, (1996) juga berpendapat yang sama, dia mengatakan bahwa desain tempat duduk yang ergonomik mempunyai peranan besar dalam meningkatkan kenyamanan kerja. Desain tempat duduk yang ergonomik akan memungkinkan penyesuaian dan keselarasan antara ukuran alat kerja dan antropometri tenaga kerja sebingga meningkatkan optimasi serta efisiensi kerja secara maksimal. Mengingat antropometri manusia tidak dapat dibuat, maka ukuran-ukuran, kemampuan dan keterbatasannya harus menjadi dasar rancangan alat kerjanya.

(20)

tulang belakang, kelelahan otot-otot kaki, otot pinggul dan otot-otot bahu pada karyawan penjahit di CV. Oscar. Dalam kondisi yang sedemikian, maka karyawan penjahit CV. Oskar tersebut sering terkena mesin jahit Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti "Pengaruh Desain Tempat Duduk Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Penjahit pada Perusahaan Konveksi Kecil dan Menengah”.

B. RUMUSAN MASALAH

Secara terperinci, rumusan masalah dalam penelitian ini diajukan melalui pertanyaan:

1. Seberapa besar pengaruh desain tempat dudnk kerja terhadap kelelahan kerja karyawan penjahit pada perusahaan konveksi kecil dan menengah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan data secara langsung mengenai pengaruh desain tempat duduk terhadap kelelahan kerja karyawan penjahit pada perusahaan konveksi kecil dan menengah. Data yang diperoleh nantinya akan digunakan dan diolah untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

(21)

mengenai pengaruh desain tempat duduk terhadap kelelahan kerja karyawan penjahit pada perusahaan konveksi kecil dan menengah.

2. Manfaat Praktis

a. Mengetahui tingkat kelelahan kerja pada karyawan penjahit.. b. Mengetahui pengaruh desain tempat duduk bagi karyawan penjahit

c. Perusahaan mendesain kursi yang ergonomis bagi para karyawan penjahit.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan yang disusun dalam penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori- teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan desain tempat duduk dan produktivitas kerja.

Bab III: Metodologi Penelitian

(22)

Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data

Penelitian Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan juga membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KELELAHAN A.1. Definisi Kelelahan

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur P.K., 1996). Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003).

Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat.

(24)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kelelahan akibat kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh yang dirasakan secara subjektif yang terjadi akibat kerja fisik atau mental secara berulang sehingga menyebabkan ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang ditandai oleh adanya pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan kelelahan fisik.

A.2. Jenis Kelelahan

A. Menurut Tarwaka, 2004 jenis kelelahan dapat diklelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, berdasarkan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan kelelahan fisik.

a. Berdasarkan pelemahan kegiatan, meliputi : 1) Perasaan berat di kepala

2) Lelah seluruh badan 3) Berat di kaki

4) Menguap 5) Pikiran Kacau 6) Mengantuk

7) Ada beban pada mata

8) Pergerakan canggung dan kaku 9) Berdiri tidak stabil

(25)

b. Berdasarkan pelemahan motivasi, meliputi : 1) Susah berfikir

2) Lelah untuk bicara 3) Gugup

4) Tidak berkonsentrasi 5) Sulit memusatkan perhatian 6) Mudah lupa

7) Kepercayaan diri berkurang 8) Merasa cemas

9) Sulit mengontrol sikap 10) Tidak tekun dalam pekerjaan c. Berdasarkan kelelahan fisik, meliputi :

1) Sakit di kepala 2) Kaku di bahu 3) Nyeri di punggung 4) Sesak nafas

5) Haus 6) Suara serak 7) Merasa pening

(26)

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok menurut Suma’mur (1999), yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Berdasarkan proses, meliputi:

1) Kelelahan otot (muscular fatigue)

Kelelahan otot menurut Suma’mur (1999) adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot.

2) Kelelahan Umum

Pendapat Grandjean (dalam Tarwaka, dkk, 2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

b. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi:

1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi (Budiono, 2003).

c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi:

(27)

2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004:55).

A.3. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi d. kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan. b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang

berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

Menurut Suma’mur (1989: 69) terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu:

a. Keadaan monoton

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental

(28)

B. PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI

Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu :

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penenpatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara, harus menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).

2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain. 3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan

penempatan alat-alat industri harus sesuai dengan ukuran tubuh si pemakai.

C. UKURAN-UKURAN KERJA

Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, dangkan paha dalam keadaan datar.

2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.

3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.

(29)

5) Dalam hal ini tidak mungkin, kepada pekerjaan diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27 ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed). Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan, gerakan ke atas harus dihindari. Berilah papan penyokong pada setiap lengan yang melelahkan. Gerakan ritmis seperti mendayung pedal, memutar roda, dan lain-lain memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga yang paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan tenang.

(30)

D. DESAIN KURSI D.1. Kursi Ergonomi

Penerapan ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995).

Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi: 1) Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki.

2) Panjang alas duduk

(31)

3) Lebar alas duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm.

4) Sandaran pinggang

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

5) Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu).

6) Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi san daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm.

7) Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur.

D.2. Sikap Duduk

(32)

belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa (sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandatan punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak (Santoso, 1997). Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2) Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan sirkulasi darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja sambil duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2) Melengkungkan punggung dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk (Suma’mur, 1997)

Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back point (LBP) yaitu otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan akhirnya menurunkan kemampuan melakukan aktivitas.

Atas dasar ukuran-ukuran yang dimiliki, ukuran tempat duduk untuk menurut Santoso (1997) adalah:

1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel di antara 38 – 48 cm,

(33)

3) Dalamnya topangan pinggang adalah 35 sampai 38 dari ujung depan alas duduk (Depnaker RI, 1994).

4) Dalamnya alas duduk 36 cm.

Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem kerja duduk.

Selain pemakaian kursi yang tidak sesuai kita juga harus memperhatikan sikap duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus. Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri

pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki.

(34)

D.3. Nyeri Pinggang

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Pinggang adalah rasa nyeri pinggang

muskulosketal yaitu sindroma Klinik yang ditandai adanya rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak didaerah tubuh bagian belakang dari rusuk terakhir vetebra torakal 12 sampai bagian bawah pantat atau anus dan dapat menjalar kekaki terutama bagian belakang dan samping luar. Tulang belakang manusia terdiri dari 33 ruas tulang. Satu sama lain dihubungkan oleh sistem yang unik, terdiri atas tulang rawan, otot serta jaringan ikat. Sistem itu bekerja sama untuk mempertahankan tubuh pada posisi tegak. Gangguan pinggang biasanya Aberhubungan dengan tiga ruas tulang pinggang atau dengan organ di sekitarnya seperti ginjal dan indung telur. (Suzilawat, 2006:1)

Nyeri pinggang diakibatkan bergesernya bantalan tulang belakang, lebih dikenal dengan Herniated Nucleus Pulposus. Bantalan tulang belakang (discus intervertebrale) adalah struktur yang kuat dan tidak menimbulkan rasa nyeri jika

pembungkusnya tak utuh. Bantalan ini sendiri bentuknya lunak, mirip jeli. Robeknya pembungkus bantalan menyebabkan keluarnya inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga tulang belakang. Hal tersebut dapat menekan

pembuluh darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri. Iritasi akibat penekanan dari bantalan tulang tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan (Sutrisno, 2004).

(35)

syaraf sendiri, kelainan tulang belakang maupun kelainan di tempat lain. (Pearce, 1999). Timbulnya nyeri pinggang erat kaitannya dengan cara kerja, sikap kerja, dan posisi kerja, desain alat kerja, fasilitas kerja, tata letak, sarana kerja dan sebagainya. Dengan memperhatikan dan menata factor-faktor penyebab dan pencetusnya, insiden nyeri pinggang kerja dapat dieliminir atau di tunda kehadirannya. Bebarapa factor kaitan dengan beban angkat-angkat yang mempengaruhi timbulnya nyeri pinggang kerja adalah berat beban, besar beban, bentuk beban, jenis beban, tinggi beban, dan sebagainya. (Depnaker, 1995).

D.4. Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut Vertebra atau ruas tulang. Pada orang dewasa panjang tulang dapat mencapai 57-67cm. Tulang belakang memiliki 33 ruas yang terdiri 24 buah ruas merupakan tulang-tulang yang terpisah dengan 9 ruas lainnya bergabung membentuk 2 tulang. Diantara tiap 2 ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang belakang. Vertebra dikelompokkan menjadi beberapa bagian dan diberi nama sesuai dengan daerah yang ditempatinya yaitu:

1. Vertebra servikalis atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk yang terdiri dari 7 buah.

2. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torak atau dada yang terdiri dari 7 buah.

(36)

4. Vertebra sokralis atau rus tulang belakang membentuk sakru yang terdiri dari 5 buah.

5. Vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang konfigus yang terdiri dari 4 buah (Evelyn, 1998).

Gambar Tulang belakang

(37)

D.5. Etiologi Nyeri Pinggang

Nyeri Pinggang disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologi yang mengenai berbagai macam organ. Beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainan atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Rasa sakit dapat ditimbulkan oleh segala sesuatu yang menekan atau menegangkan syaraf pada tubuh bagian belakang dan di otot-otot. Menurut Audre L (2003) secara garis besar faktor penyebab nyeri

pinggang dapat dibedakan menjadi :

1. Sakit pinggang akibat sikap yang salah. Posisi tubuh yang tidak tepat pada saat bekerja karena kursi yang digunakan tidak ergonomis. (Nadesul, 2002).

2. Sakit pinggang pada kelainan tulang belakang. Dapat disebabkan antara lain: cidera, infeksi, tumor, dan osteoporosis.

3. Sakit pinggang pada penyakit organ dalam tubuh yang sering dijumpai adalah sakit pinggang akibat penyakit prostate, batu ginjal, penyakit lambung, kandungan. Sakit pinggang pada penyakit rematik antara lain: Osteoaritis, rematoid dan arthritis.

4. Karena Penyakit Reumatik.

(38)

D.6. Mekanisme Nyeri Pinggang

Tubuh dilengkapi berbagai macam mekanisme. Pengawasan, kompensasi dan perlindungan untuk mengantisipasi perubahan-peruahan lingkungan baik diluar maupun didalam tubuh. Mekanisme tersebut ada yang didasari dan tidak didasari nyeri salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Rangsangan nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yaitu reaksi yang secara sadar mengalami rasa nyeri dan reaksi yang tidak disadari berupa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti menghindari sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot. Untuk menghantarkan nyeri dalam tubuh terdapat ujung saraf aferen sebagai reseptor nyeri yang mengubah Rangsangan fisik kimia dan biologi dan menjadi 3 jenis reseptor rasa mekanisme reseptor berbagai rasa tidak enak proses perubahan ini disebut transduksi. Ketiga reseptor tersebut tersambung dengan syaraf aferen yang terdiri dari saraf A alfa, A delta, dan saraf C.

(39)

korteks asosiasi sehingga dapat dirasakan intensitas, Lokasi dan Lamanya nyeri. Proses perjalanan nyeri dinamakan Transmisi (Guyton, 1999).

D.7. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang sering di jumpai pada penderita nyeri pinggang antara lain:

1. Rasa nyeri di daerah pinggang dan menjalar ke bokong, paha, belakang tumit sampai telapak kaki.

2. Pegal atau nyeri radikuler.

3. Dengan foto rontgen terlihat adanya destruksi.

4. Dengan cara palpasi dijumpai adanya benjolan yang berpulsi.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dalam bab pendahuluan yaitu ingin melihat seberapa besar pengaruh desain tempat duduk kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan penjahit pada perusahaan konveksi kecil dan menengah.

Penelitian eksperimen merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment terhadap suatu variabel atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Penelitan ini menggunakan metode kuantitatif eksperimental dengan desain prea-test post prea-test experimental desigm.

(41)

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung : Kelelahan kerja

2. Variabel bebas : Desain tempat duduk

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Myers dan Hansen (2006) menyatakan terdapat 2 jenis definisi operasional dalam penelitian eksperimental, yaitu : definisi operasional eksperimental (experimental operational definition) dan definisi operasional terukur (measured operational definition). Definisi operational ekperimental menjelaskan secara

lengkap bagaimana variable bebas dalam penelitian diukur, berapa banyak kondisi variable bebas, dan definisi variable bebas itu sendiri. Definisi operasional terukur mendeekripsikan prosedur-prosedur yang ditempuh peneliti untuk mengukur dampak dari berbagai kondisi yang diciptakan, termasuk didalam respon-respon spesifik yang ditampilkan oleh subjek penelitian, bagaimana mengukur respon tersebut dan penjelasan mengenai pengukuran respon tersebut.

1.definisi operasional eksperimental a. Desain Tempat Duduk

desain tempat duduk adalah desain yang nyaman serta tidak menimbulkan kelelahan, sakit punggung pada subjek.

Dalam penelitian ini adapun desain tempat duduk yang dimaksudkan adalah desain tempat duduk yang ergonomis sesuai dengan criteria kursi yaitu :

(42)

3. Lebar alas duduk 4. Sandaran pinggang 5. Sandaran tangan 6. Sudut alas duduk

2.Definisi operasional terukur a. Kelelahan kerja

Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan subjek dalam bekerja yang disebabkan oleh :

1) Kelelahan visual 2) Kelelahan fisik umum 3) Kelelahan saraf

4) Kelelahan oleh lingkungan yang monoton

5) Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai factor secara menetap.

Adapun pengukuran kelelahan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada jenis-jenis kelelahan kerja yang dikemukakan oleh Suma’mur yakni sebagai berikut:

1) Kelelahan otot (muscular fatigue) 2) Kelelahan umum

C. RANCANGAN PENELITIAN

(43)

menggunakan kelompok kontrol. Shadish, Cook, & Campbell (2002) menyatakan bahwa pada One-Group Pretest-Posttest Design, Pretest dilakukan terhadap kelompok subjek penelitian, setelah itu diberikan treatment, kemudian dilakukan posttest dengan pengukuran yang sama. Kelompok yang dikenai Pretest dan

Posttest adalah kelompok yang sama (within subject design) . Pretest dilakukan

dengan memberikan skala kelelahan kerja. Sedangkan treatment yang diberikan berupa kursi yang biasanya di gunakan oleh subjek ketika bekerja. Lalu, setelah satu hari diberikan posttest dengan memberikan skala kelelahan kerja dengan instruksi yang sama dengan pada saat memberikan prettest. Dengan pertimbangan waktu bahwa satu hari merupakan waktu yang cukup untuk dapat melihat seberapa besar pengaruh treatment yang diberikan, apabila diberikan treatment pada hari itu juga efek ketika menggunakan kursi non ergonomis masih terasa seperti kelelahan pada punggung.

Bagan 1. Alur Penelitian

(44)

Kondisi selama eksperimen

Kondisi setelah eksperimen

Bagan 2. Rancangan Penelitian

Rancangan ini dinyatakan dengan notasi sebagai berikut:

R : Rancangan eksperimen

X : Perlakuan yang diberikan, berupa pemberian kursi ergonomis

O1 : Pengukuran sebelum perlakuan dengan cara pemberian skala kelelahan kerja

O2 : Pengukuran setelah perlakuan dengan cara pemberian skala kelelahan kerja

Denah Lokasi Ruang Kerja Karyawan CV. OSCAR

Treatment

Posttest

eksperimen Kelompok

(subjek penelitian) Kelompok eksperimen (subjek penelitian)

(45)

D. POPULASI PENELITIAN 1. Karakteristik Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja industri kecil dan menengah CV. OSCAR sebanyak 15 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 15 orang pekerja industri kecil dan menengah CV. OSCAR Medan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. OSCAR yang berada di Jl. Pandu Baru no 10.

E. INSTRUMEN DAN ALAT UKUR PENELITIAN 1. Instrumen Penelitian

Terkait dengan kelancaran penelitian, maka peneliti harus dapat melengkapi beberapa instrumen, yaitu :

a. Kayu dan perlengkapan membuat kursi berdesain ergonomis b. Informed consent

Lembar ini berisi penjelasan mengenai waktu, tujuan, tata cara, dan resiko penelitian yang ditujukan kepada subjek. Dalam lembar ini peneliti juga meminta kesedian subjek untuk berpartisipasi.

c. Surat pernyataan kesediaan berpartisipasi.

Lembar ini berisi pernyataan kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian.

(46)

2. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala kelelahan kerja.

a. Skala kelelahan kerja

Alat ukur kelelahan kerja ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pengukuran kelelahan kerja yang dikemukakan oleh Suma’mur, yakni:

Kelelahan otot ( muscular fatigue)

Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hal ini ditandai dengan kinerja otot berkurang dan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu.

Kelelahan umum

Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan.

(47)

Table 1. Blue print skala kelelahan kerja

No Aspek Indikator Perilaku

(48)

F. UJI VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM DAN REABILITAS ALAT UKUR

Uji coba alat ukur dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Uji coba dilaksanakan kepada responden yang menyerupai karakteristik subjek penelitian. Jawaban diskor kemudian dihitung reliabilitasnya menggunakan koefisien alpha yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows. Aitem-aitem yang reliable akan digunakan mengukur semangat kerja.

1. Validitas Alat Ukur

(49)

2. Uji Daya Beda Aitem

Setelah melakukan validitas isi, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar,2000).

Pengujian daya beda aitem dalam penelitian ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Azwar,2000). Besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan 1.00 dan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.00 (Azwar,2006). Batasan nilai indeks daya beda aitem (riX) dalam penelitian ini adalah 0,275 sehingga setiap aitem yang memiliki nilai riX ≥ 0,275 saja yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

(50)

satu kali tes pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan koefisien reabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 For Windows. Reliabilitas memiliki rentang 0 s/d 1, semakin mendekati angka 1

maka akan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, apabila semakin mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

(51)

1. Hasil Uji Coba Skala Semangat Kerja

Hasil uji coba skala semangat kerja menghasilkan 21 aitem yang diterima dari 48 aitem yang diujicobakan. Korelasi antara skor aitem dan skor total pada aitem yang valid bergerak dari 0.572 s/d 0.896. Setelah dilakukan pengujian daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas pada aitem-aitem yang valid. Hasil perhitungan reliabilitas skala semangat kerja diperoleh nilai α =

0.879. Distribusi aitem yang diterima dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba

(52)

Merasa pening 22 46 2

Tabel 3. Blue print skala semangat kerja yang akan digunakan dalam penelitian

No Aspek Indikator Perilaku

(53)

H. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Peneliti mencari informasi di CV. OSCAR

Informasi yang dicari mengenai jumlah karyawan yang ada sebagai pertimbangan untuk menentukan jumlah sampel, desain kursi kerja yang digunakan oleh para pekerja dan kondisi kerja karyawan CV. OSCAR

b. Penyusunan alat ukur

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Pada tahap ini, alat ukur yaitu skala kelelahan kerja yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Peneliti membuat 48 aitem untuk skala kelelahan kerja. Model skala yang digunakan adalah model skala likert. Dimana bentuk pernyataannya mengarahkan ke SS;S;TS;STS. Masing-masing aitem diberi bobot nilai berdasarkan pernyataan favorable atau unfavorable. Favorable artinya bentuk pernyataan seiring atau

mendukung gejala yang akan diungkap dan sebaliknya unfavorable artinya aitem pernyataan tersebut tidak seiring atau tidak mendukung gejala yang akan diungkap.

c. Perizinan

(54)

d. Uji coba alat ukur

Sebelum melakukan pengambilan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur penelitian untuk mengetahui kualitas dari masing-masing butir pernyataan pada skala semangat kerja tersebut. Uji coba alat ukur akan dilakukan pada 60 orang karyawan konveksi kecil dan menengah. Uji coba akan dilaksanakan dengan memberikan skala kelelahan kerja tersebut kepada karyawan konveksi kecil dan menengah. Hadi (2000) mengatakan bahwa uji coba dilakukan dengan tujuan :

1) Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya.

2) Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

3) Memperbaiki pernyataan-pernyataan yang biasa dilewati (dihindari) atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban dangkal.

4) Menambah aitem yang sangat perlu ataupun meniadakan aitem yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.

e. Revisi alat ukur

(55)

f. Konfirmasi kesediaan subjek mengikuti penelitian.

Peneliti menanyakan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Penelitian ini diawali dengan melihat dan mengukur kursi kerja yang biasa digunakan karyawan CV. OSCAR, mengambil data-data mengenai kondisi kursi kerja ukuran. Didapatkan bahwa ukuran ruangan kerja karyawan CV. OSCAR yaitu : 50cm x 25cm x100cm. Dengan kondisi kursi yang terlalu rendah dengan mesin jahit dan tidak memiliki sandaran punggung.

b. Lalu peneliti memberikan kursi yang biasanya digunakan oleh para karyawan CV. OSCAR tanggal 7 Juli 2011.

c. Setelah itu peneliti memberikan skala kelelahan kerja kepada karyawan CV. OSCAR dan menginstruksikan kepada mereka untuk mengisi skala tersebut pada tanggal 7 Juli 2011. Dan memberikan kesempatan bertanya kepada mereka apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti.

d. Setelah selesai pengambilan data yang pertama (pretest) maka peneliti merancang kursi ergonomis untuk para karyawan yang sesuai dengan teori Siswanto (treatment) yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2011.

(56)

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah selesai pengambilan data, dilakukan pengolahan data. Data hasil penelitian, yaitu kelelahan kerja diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS version 17.0 For Windows.

I. METODE ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian memberi kode (coding) untuk memudahkan melakukan tabulasi. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan data diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi dalam uji deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan presentasi untuk data demografi. Setelah itu dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis

1. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik Smirnov Test yang dikatakan normal jika p > 0,05. Penggunaan uji

(57)

Penghitungan uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 For Windows.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek yang digunakan dalam penelitian ini homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan Levene’s Test. Pendekatan Levene menggunakan mean sebagai ukuran tendensi sentral, oleh karena itu lebih peka terhadap ketidaknormalan data. Penghitungan uji homogenitas dalam peneliian ini menggunakan Program SPSS versi 17.0 for windows.

2. Uji hipotesis

(58)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisa data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data.

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 15 orang karyawan CV. OSCAR. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.

a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Gambaran jenis kelamin subjek dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Pria 10 66,67

Wanita 5 33,33

Jumlah 15 100

(59)

laki-laki 67% perempuan

33%

Bagan 3. Diagram subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Gambaran usia subjek dapat dikategorikan berdasarkan pembagian usia kerja di Indonesia (Kuncoro, 1999). Pembagian usia tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia (tahun) N Persentase %

Anak (10-14) 0 0

Muda (15-24) 1 6.67

Prima (25-54) 14 93.33

Senior >55 0 0

Jumlah 15 100

(60)

Bagan 4. Diagram subjek penelitian berdasarkan usia

c. Gambaran Subjek Berdasarkan Tinggi Badan

Gambaran subjek berdasarkan tinggi badan dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 7.Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tinggi badan

Tinggi Badan N %

0-1 thn (baru) 8 73%

1-3thn (sedang) 2 18%

>3thn (lama) 1 9%

Jumlah 11 100 %

(61)

Bagan 5. Diagram subjek penelitian berdasarkan lama bekerja

2. Hasil Penelitian

a. Hasil Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji-t (paired t- test), maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian.

1) Uji Normalitas

(62)

Tabel 8. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pretest posttest

N 15 15

Normal Parameters(a,b) Mean 47.53 37.47

Std. Deviation 1.407 1.598

Most Extreme Differences Absolute .163 .148

Positive .129 .148

Negative -.163 -.118

Kolmogorov-Smirnov Z .632 .574

Asymp. Sig. (2-tailed) .819 .897

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat nilai probabilitas skor kelelahan kerja pada saat pretest adalah p = 0.819 dan pada saat posttest adalah p = 0.897 ; dengan p > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi secara normal. Data yang terdistribusi secara normal berarti memiliki sebaran yang normal.

2) Uji Homogenitas

(63)

Tabel 9. Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.675 5 9 .236

Berdasarkan Tabel 9, hasil uji homogenitas kelelahan kerja pada saat pretest dengan pada saat posttest diperoleh F = 1.675 dan p = 0.236, dimana Sig

(0.236 > α (0.05), maka dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel bersifat homogen.

b. Hasil Uji Hipotesis

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh desain tepat duduk terhadap kelelahan kerja. Metode analisis data yang tepat adalah uji-t (paired t- test) terhadap kelompok eksperimen yang diberikan pretest dan posttest berupa skala kelelahan kerja untuk membandingkan hasil

sebelum dan sesudah diberi treatment (pemberian kursi ergonomi). Pengajuan Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak ada pengaruh desain tempat duduk terhadap kelelahan kerja

Ha : ada pengaruh desain tempat duduk terhadap kelelahan kerja

(64)

Tabel 10. Paired Samples Statistics menunjukkan gambaran karakteristik kelelahan kerja sebelum dan sesudah pemberian kursi ergonomi

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest

15 .834 .000

posttest

Tabel 10 menunjukkan hasil penelitian bahwa terjadi peningkatan rata-rata (Mean) yang bermakna setelah dilakukan pemberian kursi ergonomi. Mean sebelum dilakukan pemberian kursi ergonomi adalah sebesar 47.53 (SD = 1.407) menurun menjadi 37.47 (SD = 1.598) setelah dilakukan pemberian kursi ergonomi.

Tabel 11. Paired Samples Correlations menunujukkan besarnya korelasi antara kelelahan kerja sebelum dan sesudah pemberian kursi ergonomic

Paired Samples Statistics

(65)

Correlation (r) jika dikuadratkan menunjukkan sumbangan desain tempat

duduk terhadap perubahan kelelahan kerja. Terlihat bahwa sumbangan desain tempat duduk terhadap penurunan kelelahan kerja adalah 0.834² = 0.69 (69%) . 69% penurunan kelelahan kerja dikarenakan desain tempat duduk kerja sisanya 31 % disebabkan faktor lain.

Tabel 12. Paired samples T-Test menguji perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah diberikan kursi ergonomis

Paired Samples Test

Tabel 12 menunjukkan dari hasil uji statistik didapat bahwa pemberian kursi ergonomi kerja terhadap kelelahan kerja karyawan CV. OSCAR dengan taraf signifikansi 0.000 (p ≤ 0.05) . Sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pemberian kursi ergonomis efektif terhadap penurunan kelelahan kerja karyawan CV.OSCAR.

Pada analisa penelitian didapat signifikansi 0.000 (p≤0.05) , hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh desain kursi ergonomis terhadap kelelahan kerja karyawan CV. OSCAR.

(66)

tabel = 2.228. keputusan : t-hitung > t tabel atau [-44.118 > 2.228] maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh kursi ergonomi terhadap kelelahan kerja karyawan.

3. Kategorisasi Penelitian

Kategorisasi skor kelelahan kerja subjek penelitian dapat dilihat melalui uji signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean hipotetik. Skala kelelahan kerja terdiri dari 21 item dengan 4 alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari rentang 1 sampai dengan 4, sehingga dihasilkan total skor minimum sebesar 21 dan skor maksimum sebesar 84. Sehingga luas jarak sebarannya 84-21 = 63. Dari skala kelelahan kerja diperoleh mean hipotetik sebesar 31.5 dan standar deviasinya sebesar 63/6 = 10,5.

Tabel 13. Rangkuman nilai empirik dan hipotetik kelelahan kerja

Variabel Empirik Hipotetik

Kelelahan Kerja

Min Max Mean SD Min Max Mean SD 35 40 37.47 1.598 21 84 31,5 10,5

Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil perbandingan empirik dan hipotetik dari variabel kelelahan kerja menunjukkan pH < pE yaitu 31.5 <37.47. sehingga dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja pada subjek penelitian lebih tinggi daripada kelelahan kerja pada populasi umumnya.

(67)

Tabel 14. Perbedaan kelelahan kerrja sebelum dan sesudah diberikan kursi ergonomi

Subjek

Skor kelelahan kerja Sebelum (Pretest)

Tabel 14 menunjukkan perbedaan skor kelelahan kerja subjek penelitian pada saat pretest dengan pada saat posttest. Norma kategorisasi yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 15. Norma Kelelahan Kerja

Rentang Nilai Kategori

X < μ - 1,0 σ kelelahan kerja rendah μ – 1,0 σ ≤ X < μ + 1,0 σ kelelahan kerja sedang

μ + 1,0 σ ≤ X kelelahan kerja tinggi

Sehingga dari tabel 15 tersebut diperoleh data pada tabel 16 :

Tabel 16. Rangkuman Kategorisasi Data Kelelahan Kerja

Rentang Nilai Kategori

(68)

Dari rangkuman kategorisasi data kelelahan kerja, maka pengkategorisasian kelelahan kerja dari masing-masing kelompok subjek dapat dilihat pada tabel 17 :

Tabel 17. Kategorisasi kelelahan kerja sebelum dan sesudah pengecatan ulang ruang kerja

Tabel 17 menunjukkan kategorisasi skor subjek penelitian pada saat pretest dan pada saat posttest. Setelah dilakukan kursi ergonomi dapat dilihat

adanya penurunan kelelahan kerja subjek penelitian.

(69)

Tabel 18. Penggolongan Subjek Penelitian

Test Kategori Jumlah Subjek Persen

Pretest Kelelahan Kerja Rendah 0 0%

Kelelahan Kerja Sedang 0 100% Kelelahan Kerja Tinggi 15 0%

Total 15 100%

Posttest Kelelahan Kerja Rendah 0 0%

Kelelahan Kerja Sedang 15 100% Kelelahan Kerja Tinggi 0 0%

Total 15 100%

B. PEMBAHASAN

Peneliti membandingkan kelelahan kerja karyawan sebelum dan sesudah pemakaian kursi ergonomi dalam satu kelompok yaitu kelompok treatment dalam penelitian ini. Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.

(70)

dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut.

Perubahan kelelahan kerja karyawan dapat dilihat dari perubahan skor kelelahan kerja sebelum diberikan kursi ergonomi dengan sesudah dilakukan pemberian kursi ergonomi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata skor kelelahan kerja pada saat pretest yaitu sebesar 47,53 (SD = 1.407) meningkat menjadi 37.47 (SD = 1.598) pada saat posttest. Pada saat sebelum dan sesudah dilakukan treatment pemberian kursi ergonomi diperoleh perbedaan secara signifikan p = 0.000 dengan α = 0.05 (p<0.05). Dari hasil uraian

(71)
(72)

BAB V

KESIMPILAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelelahan kerja karyawan CV.OSCAR mengalami penurunan setelah dilakukan pemberian kursi ergonomi.

2. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Paired Samples T-test menggambarkan bahwa ada pengaruh desain kursi yang ergonomi terhadap kelelahan kerja.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik merupakan hal penting yang harus diperhatikan salah satunya adalah desain kursi. Desain kursi yang ergonomi yang sesuai dapat menurunkan kelelahan kerja karyawan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya dan juga bermanfaat bagi CV. Oscar.

1. Saran Praktis

(73)

pekerjaannya maka kelelahan kerja karyawan pun akan berkurang dan meningkatkan hasil produksi.

2. Saran Metodologis

a. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desain kursi yang ergonomi menurunkan kelelehan kerja serta meningkatkan produktivitas para karyawan. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti faktor-faktor lain seperti lingkungan tempat bekerja yang mempengaruhi kelelahan kerja dan tingkat produktivitas para karyawan.

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ilham. (2003). Kado Buat Mempelai. Yogyakarta : Absolut.

Adisubroto, Dalil. (1992). Jurnal Psikologi : Sifat Religiusitas Pada Suku Bangsa Jawa Dan Suku Bangsa Minangkabau.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Berg, Barbara. (1986). The Crisis Of The Working Mother : Resolving The Cinflict Between Family and Work. [on-line]. Tanggal akses : 19 April 2010.

http//www. enotes. com/crisis-working-mother-salem/crisis. working-mother.

Basow, S. (1992). Gender, Stereotype, & Role. California : Brooks/ Cole Pub. Co.

Berk, Laura. E. (2007). Through the Life Span. Boston : Person Education.

Clark, Warren. (1998). Religious Observance : Marriage and Family. Canada : Canada Social Trends.

Dariyo, Agoes. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : P. Grasindo Anggota Ikapi.

DeGenova, Maty Kay. (2009). Intimate, Relationship, Marriage & Families. Seventh Edition. New York : McGraw Hill Companies.

(75)

Gunarsa & Gunarsa. (2000). Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research (Jilid 1). Yogyakarta: Penerbit Andi.

---. (2000). Metodologi Research (Jilid 3). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hendrick, S & Hendrick, C. (1992). Liking, Loving & Relating (2nd ed). California : Brooks/ Cole Publishing Company Pacific Grove.

Hughes, F.P & Nopp, L.D. (1985). Human Development Across The Life Span. New York : West Publishing Company.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Judi, J. P. (1985). Gender and Communication. Athena : Wm. C. Publishers.

Kail, Robert .V & Cavanaugh. J. C. (2000). Human Development : A life Span View 2th ed. United States : Wadsworth Thomson Leraning.

Kuswaraharja, Dadan. (2008). Detikfinance. Pekerja Wanita di Indonesia Bertambah 3,3 Juta Orang. [on-line]. Tanggal akses : 19 April 2010.

http://www.deticfinance.com

Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood. USA : Allyn & Bacon.

(76)

Olson, D. H., Fowers, B. J. (1989). Enrich Marital Inventory : A Discriminant Validity and Cross-Validity Assesment. [online]. Tanggal Akses : 2 Maret 2010. Available FTP : www.prepareenrichcanada.com/studies/study3.html.

Papalia, D.E., Olds. S.W., & Feldman R. D. (2007). Human Development 10th ed. New York : McGraw Hill. Companies.

Pratikno, Ananto. (2005). Keluarga dan Tuntutan Karir. (2003). [on-line]. Tanggal akses : 30 Januari 2010. Available FTP :

Prawitasari, A. K ; Purwanto, Y ; Yuwono, S. (2007). Indigenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Hubungan Work-Family Conflict Dengan Kepuasan Kerja

Pada Karyawati Berperan Jenis Kelamin Androgini di PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Cabang Purbalingga. Vol 9, no. 2.

Pujiastuti, E & Retnowati, S. (2004). Humanitas Indonesian Psychological Journal. Kepuasan Pernikahan Dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah

Yang Bekerja Dan Yang Tidak bekerja. Vol. 1. No.2

Putrianti, F. C. (2007). Indigineous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi : Kesuksesan Peran Ganda Wanita Karir ditinjau dari Dukungan suami, Optimisme, dan Strategi Coping. Vol 9, No. 1, hal 3-17.

Rini, J. F.(2002). Wanita Bekerja.http://www.e-psikologi.com/keluarga/280502.htm.[online]. Tanggal akses : 1 Desember 2009.

Santrock, John. W. (1998). Adolesence 7th ed. New York : McGraw Hill. Companies.

(77)

Shaevitz, M. H. (2000). Wanita Super. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Wibisono, Yusuf. (2005). Metode Statistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wilcox, L ; Matthew ; Carole, W. Minor. (1989). Journal of Counseling & Development. The Dual Career Couple : Concern, Benefit, and Counseling

Implication. [online]. Tanggal akses : 26 September 2009. Available FTP : (http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasidosen/KELUARGA

Gambar

Gambar Tulang belakang
Tabel 3. Blue print  skala semangat kerja yang akan digunakan dalam penelitian Jenis Aitem
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N)  Persentase (%)
tabel berikut ini :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya berdasar pada patokan distribusi normal dari data dengan mean dan

Uji normalitas data dapat mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang berbentuk lonceng ( bell

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji

Uji Normalitas data adalah untuk menguji apakah model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data pada variabel bebas dan terikat normal atau tidak, karena distribusi normal menjadi dasar dalam

Setelah dilakukan uji normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk didapatkan bahwa distribusi data pretest tidak normal yaitu 0,000 (p&lt;0,05), maka digunakan

Uji normalitas data adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel residu memiliki distribusi normal atau tidak.. Menurut (Ghozali,