• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERUBAHAN METODE ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI DESA CEMPA KECAMATAN

HINAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

ERIKSON MARBUN NIM. 051000085

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PERUBAHAN METODE ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI DESA CEMPA KECAMATAN

HINAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

ERIKSON MARBUN NIM. 051000085

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

ANALISIS PERUBAHAN METODE ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI DESA CEMPA KECAMATAN HINAI TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

Ketua Penguji

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 19490417 197902 1 001

Penguji II

ERIKSON MARBUN NIM: 051000085

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 JUNI 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 19640404 199203 1 005

drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19590818 198503 2 002

Penguji III

NIP. 19650112 199402 2 001

Medan, Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drh. Hiswani, M.Kes

(4)

ABSTRAK

Di Indonesia, program pembangunan nasional Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera. Namun penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor masih mengalami banyak kendala, seperti efektivitas alat kontrasepsi yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi menyebabkan terjadinya perubahan metode alat kontrasepsi. Dari data laporan klinik KB tingkat Sumatera Utara pada bulan mei terdapat 771 akseptor, bulan juli terdapat 588 akseptor, bulan agustus terdapat 300 akseptor, bulan September terdapat 123 akseptor, bulan oktober terdapat 617 akseptor, bulan nopember terdapat 551 akseptor yang berubah metode alat kontrasepsinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan metode alat kontrasepsi pada akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di Desa Cempa, sampel adalah semua akseptor KB yang bertempat tinggal di dusun 6 dan 7 yang berjumlah 97 Akseptor. Dusun terpilih ditentukan secara purposif dengan pertimbangan dusun yang memiliki cakupan akseptor KB terbesar dan memenuhi sampel minimal. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Dari hasil penelitian, prevalens rate perubahan metode alat kontrasepsi sebesar 34%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna yaitu ketersediaan pelayanan KB (p=0,000), dan ketercapaian tempat pelayanan KB (p=0,004) dengan perubahan metode alat kontrasepsi dan tidak ada hubungan asosiasi antara umur (p=0,677), umur menikah (p=0,153), pendidikan (p=0,481), pekerjaan (p=0,274), jumlah anak (p=0,060), pengetahuan (p=0,846), persepsi terhadap nilai anak (p=0,212), dan keterjangkauan biaya pelayanan KB (p=1,000) dengan perubahan metode alat kontrasepsi. Hasil analisis multivariate diperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi adalah ketersediaan pelayanan KB dengan persamaan regresi logistic y = 1,486 + 1,815X..

Perlu ditingkatkan penyuluhan tentang efektivitas setiap jenis alat kontrasepsi di Desa Cempa supaya setiap akseptor dapat memilih alat kontrasepsinya dengan pilihan yang rasional.

(5)

ABSTRACT

In Indonesia, the national development program of Family Planning (KB) has a particular significance in the human effort to realize a prosperous Indonesia. However, the use of contraceptives in the acceptor still has many obstacles, such as the effectiveness of contraceptives is not good and lack of information about the use of contraception leads to changes in methods of contraception. From the data reports the level of family planning clinics of North Sumatra in May there were 771 acceptors, in July there were 588 acceptors, in August there were 300 acceptors, in September there were 123 acceptors, in October there were 617 acceptors, in November there were 551 acceptors who changed methods of contraceptive devices. This study aims to analyze the changes in contraceptive methods in family planning acceptors in the Village District Cempa Hinai 2010. This was a cross sectional analytic design. The population in this study are all family planning acceptors who reside in the village of Cempa, samples are all family planning acceptors who reside in the hamlet of 6 and 7, which amounted to 97 Acceptors. Hamlet determined purposively selected with consideration of the hamlet that has the largest coverage of family planning acceptors and meet minimum sample. Statistical analysis was performed by univariate analysis, bivariate and multivariate. From the results of the study, the prevalence rate of change of contraceptive method by 34%. The result of bivariate analysis shows that there are two variables that have a significant association relationship is the availability of family planning services (p = 0.000), and the achievement of family planning services (p = 0.004) with changes in contraceptive method and there is no association relationship between age (p = 0.677) , age of marriage (p = 0,153), education (p = 0.481), occupation (p = 0.274), number of children (p = 0.060), knowledge (p = 0.846), perception of the value of children (p = 0.212), and affordability family planning service costs (p = 1.000) with changes in methods of contraception. Results obtained by multivariate analysis the dominant factor associated with changes in contraceptive method is the availability of family planning services with logistic regression equation y = 1.486 + 1.815 X.

Needs to be improved education about the effectiveness of each type of contraceptives in the village so that every acceptor Cempa can choose acontraceptive with a rational choice.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ERIKSON MARBUN

Tempat/Tanggal Lahir : P.O. HURLANG / 14 JANUARI 1987

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 6 dari 6 bersaudara

Nama ayah : D. Marbun

Nama Ibu : T. Br. Pasaribu

Alamat : Jl. Sibolga – Barus Km 25 Kolang

Tapteng

Riwayat Pendidikan : SD Negeri No 153000 Kolang SLTP Negeri 1 Kolang

SLTA Negeri 1 Sibolga

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judu l :

“Analisis Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan masukan untuk kebaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes, dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kebaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak drs. Abdul Jalil Amri Arma M.Kes dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Solekan, selaku Kepala Desa Cempa Kecamatan Hinai yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis di Desa Cempa

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

9. Kepada Orang Tua tercinta, Ayahanda (D. Marbun) dan Ibunda (T. Br. Pasaribu), Abang dan Kakak saya (B’Jonnedi, B’Juddy, B’Wilman, B’April, dan K’Melda) yang telah memberikan banyak semangat dan bantuan kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat Phosphoros (Asron, Lince, Hendra, Desnal, Revin, Sandro, dan Laya) dan Adik-adik The Witnesses (Arnold, Henokh, Johannes, Mandroy, Rinaldi, dan Boy) yang selalu memberikan perhatian, semangat, dukungan doa, maupun bantuan kepada penulis.

(9)

12.Sahabat-sahabat di Koordinasi UKM KMK USU dan POMK FKM yang terus mendukung di dalam doa agar penulis tetap semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 26

2.3.1. Pengetahuan ... 26

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 40

(11)

4.2.2. Waktu Penelitian ... 40

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

5.1.1. Geografis... 45

5.1.2. Demografi ... 45

5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 46

5.2. Analisis Univariat ... 47

5.2.1. Karakteristik Responden ... 48

5.2.2. Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 50

5.3. Analisis Bivariat ... 56

5.3.1. Hubungan umur akseptor dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 56

5.3.2. Hubungan umur menikah dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi... 57

5.3.3. Hubungan Pendidikan Akseptor dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 58

5.3.4. Hubungan Pekerjaan Akseptor dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 59

5.3.5. Hubungan Jumlah Anak dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 60

5.3.6. Hubungan Pengetahuan Akseptor dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 61

5.3.7. Hubungan Persepsi Terhadap Nilai Anak dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 62

5.3.8. Hubungan Ketersediaan Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 63

5.3.9. Hubungan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 64

5.3.10. Hubungan Ketercapaian Tempat Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 65

5.4. Analisis Multivariat ... 66

BAB 6 PEMBAHASAN ... 68

6.1. Analisis Univariat ... 68

6.1.1. Prevalens Rate Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 68

(12)

6.2.1. Hubungan Umur dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 70

6.2.2. Hubungan Umur Menikah dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 71

6.2.3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 73

6.2.4. Hubungan Status Pekerjaan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi .... 74

6.2.5. Hubungan Jumlah Anak dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 76

6.2.6. Hubungan Pengetahuan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 77

6.2.7. Hubungan Persepsi Terhadap Nilai Anak dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 79

6.2.8. Hubungan Ketersediaan Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 80

6.2.9. Hubungan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 82

6.2.10. Hubungan Ketercapaian Tempat Pelayanan KB dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi ... 84

6.3. Analisis Multivariat ... 86

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

7.1. Kesimpulan ... 87

7.2. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan umur di Desa Cempa Kecamatan

Hinai Tahun 2010 ... 46

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Cempa Tahun 2010 ... 46

Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 46

Tabel 5.4. Distribusi Sarana Pendidikan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 47

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Responden di Desa Cempa Tahun 2010 ... 48

Tabel 5.6. Prevalens Rate Perubahan Metode Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Desa Cempa Tahun 2010... 50

Tabel 5.7. Distribusi Perpindahan Alat Kontrasepsi ... 50

Tabel 5.8. Distribusi Responden Yang Mengganti Alat Kontrasepsi Berdasarkan Alasan ... 50

Tabel 5.9 Distribusi Responden berdasarkan jawaban pertanyaan... 51

Tabel 5.10. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur di Desa Cempa Tahun 2010 ... 56

Tabel 5.11. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur Menikah di Desa Cempa Tahun 2010 ... 57

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 58

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pekerjaan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 59

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Cempa Tahun 2010... 60

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pengetahuan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 61

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Persepsi Terhadap Nilai Anak di Desa Cempa Tahun 2010 ... 62

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Ketersediaan Pelayanan KB di Desa Cempa Tahun 2010 ... 63

Tabel 5.18. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB di Desa Cempa Tahun 2010 ... 64

Tabel 5.19. Tabulasi Silang Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Ketercapaian Tempat Pelayanan Kb di Desa Cempa Tahun 2010... 65

Tabel 5.20. Identifikasi Variabel Dominan Perubahan Metod Alat Kontrasepsi di Desa Cempa Tahun 2010 ... 66

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalens Rate Perubahan Metode Alat Kontrasepsi di

Desa Cempa Tahun 2010 ... 68 Gambar 6.2. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur

di Desa Cempa Tahun 2010 ... 70 Gambar 6.3. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Menikah di Desa Cempa Tahun 2010 ... 71 Gambar 6.4. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 73 Gambar 6.5. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Status

Pekerjaan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 74 Gambar 6.6. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah

Anak di Desa Cempa Tahun 2010 ... 76 Gambar 6.7. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

Pengetahuan di Desa Cempa Tahun 2010 ... 77 Gambar 6.8. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

Persepsi Terhadap Nilai Anak di Desa Cempa Tahun 2010 ... 79 Gambar 6.9. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

Ketersediaan Pelayanan KB di Desa Cempa Tahun 2010 ... 80 Gambar 6.10. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

Keterjangkauan Biaya Pelayanan KB di Desa Cempa

Tahun 2010... 82 Gambar 6.11. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan

(15)

ABSTRAK

Di Indonesia, program pembangunan nasional Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera. Namun penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor masih mengalami banyak kendala, seperti efektivitas alat kontrasepsi yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi menyebabkan terjadinya perubahan metode alat kontrasepsi. Dari data laporan klinik KB tingkat Sumatera Utara pada bulan mei terdapat 771 akseptor, bulan juli terdapat 588 akseptor, bulan agustus terdapat 300 akseptor, bulan September terdapat 123 akseptor, bulan oktober terdapat 617 akseptor, bulan nopember terdapat 551 akseptor yang berubah metode alat kontrasepsinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan metode alat kontrasepsi pada akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di Desa Cempa, sampel adalah semua akseptor KB yang bertempat tinggal di dusun 6 dan 7 yang berjumlah 97 Akseptor. Dusun terpilih ditentukan secara purposif dengan pertimbangan dusun yang memiliki cakupan akseptor KB terbesar dan memenuhi sampel minimal. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Dari hasil penelitian, prevalens rate perubahan metode alat kontrasepsi sebesar 34%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna yaitu ketersediaan pelayanan KB (p=0,000), dan ketercapaian tempat pelayanan KB (p=0,004) dengan perubahan metode alat kontrasepsi dan tidak ada hubungan asosiasi antara umur (p=0,677), umur menikah (p=0,153), pendidikan (p=0,481), pekerjaan (p=0,274), jumlah anak (p=0,060), pengetahuan (p=0,846), persepsi terhadap nilai anak (p=0,212), dan keterjangkauan biaya pelayanan KB (p=1,000) dengan perubahan metode alat kontrasepsi. Hasil analisis multivariate diperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi adalah ketersediaan pelayanan KB dengan persamaan regresi logistic y = 1,486 + 1,815X..

Perlu ditingkatkan penyuluhan tentang efektivitas setiap jenis alat kontrasepsi di Desa Cempa supaya setiap akseptor dapat memilih alat kontrasepsinya dengan pilihan yang rasional.

(16)

ABSTRACT

In Indonesia, the national development program of Family Planning (KB) has a particular significance in the human effort to realize a prosperous Indonesia. However, the use of contraceptives in the acceptor still has many obstacles, such as the effectiveness of contraceptives is not good and lack of information about the use of contraception leads to changes in methods of contraception. From the data reports the level of family planning clinics of North Sumatra in May there were 771 acceptors, in July there were 588 acceptors, in August there were 300 acceptors, in September there were 123 acceptors, in October there were 617 acceptors, in November there were 551 acceptors who changed methods of contraceptive devices. This study aims to analyze the changes in contraceptive methods in family planning acceptors in the Village District Cempa Hinai 2010. This was a cross sectional analytic design. The population in this study are all family planning acceptors who reside in the village of Cempa, samples are all family planning acceptors who reside in the hamlet of 6 and 7, which amounted to 97 Acceptors. Hamlet determined purposively selected with consideration of the hamlet that has the largest coverage of family planning acceptors and meet minimum sample. Statistical analysis was performed by univariate analysis, bivariate and multivariate. From the results of the study, the prevalence rate of change of contraceptive method by 34%. The result of bivariate analysis shows that there are two variables that have a significant association relationship is the availability of family planning services (p = 0.000), and the achievement of family planning services (p = 0.004) with changes in contraceptive method and there is no association relationship between age (p = 0.677) , age of marriage (p = 0,153), education (p = 0.481), occupation (p = 0.274), number of children (p = 0.060), knowledge (p = 0.846), perception of the value of children (p = 0.212), and affordability family planning service costs (p = 1.000) with changes in methods of contraception. Results obtained by multivariate analysis the dominant factor associated with changes in contraceptive method is the availability of family planning services with logistic regression equation y = 1.486 + 1.815 X.

Needs to be improved education about the effectiveness of each type of contraceptives in the village so that every acceptor Cempa can choose acontraceptive with a rational choice.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Pembangunan jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut salah satunya adalah melalui Keluarga Berencana (KB).1

Sejak Pelita V program KB nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional. Gerakan KB nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukkan bahwa Gerakan KB nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan keluarga kecil, dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan Keluarga Kecil Bahagia.2

(18)

dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 3

Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang masih rendah. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan jalan mengurangi jumlah kelahiran.4

Di Indonesia, program pembangunan nasional, Keluaga Berencana (KB) mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera, disamping progam pendidikan dan kesehatan. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.5

Sejak diresmikannya secara nasional program KB di Indonesia tahun 1970, telah terlihat hasil yang cukup memuaskan. Tercatat sebanyak 17,5 juta PUS yang secara aktif mempergunakan salah satu alat kontrasepsi.6

(19)

dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak serta memberikan kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sehingga membantu terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera untuk tercapainya masyarakat Indonesia yang sehat.7

Pada tahun 2003 di Indonesia, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 11,72 % (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 77,80 % (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI 2002-2003 kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9 %), implant (7,6 %), MOW (6,5 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 %).8 Tahun 2007 peserta KB mencapai 5,6 juta , diikuti peningkatan pada tahun 2008 menjadi 6,5 juta akseptor. Dan diperkirakan tahun 2009 akseptor mampu mencapai angka 7 juta orang.9

Pada tahun 2007 di Sumut, jumlah PUS sebanyak 1.964.236 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 63,64 %(1.250.028 peserta) merupakan peserta KB aktif dan sebanyak 12,49 % (245.271 peserta) merupakan peserta KB baru. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (35,64 %), suntikan (33,39 %), kondom (14.18 %), IUD/spiral (10.82 %), MOW (4,48 %), dan MOP (1,49 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntikan (39,99 %), pil (37,38 %). 10

(20)

Implant sebanyak 167 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 100 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 464 orang, pada bulan Juni tidak terdata, pada bulan Juli yang berganti ke IUD sebanyak 37 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 88 orang, yang berganti Suntikan sebanyak 229 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 232 orang, pada bulan Agustus yang berganti ke IUD sebanyak 28 orang, yang berganti ke MOW sebanyak 11 orang, yang berganti ke MOP sebanyak 3 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 49 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 55 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 154 orang, pada bulan September yang berganti ke IUD sebanyak 7 orang, yang beganti ke Implant sebanyak 18 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 60 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 38 orang, pada bulan Oktober yang berganti ke IUD sebanyak 11orang, yang berganti ke MOW sebanyak 12 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 35 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 142 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 417 orang, pada bulan Nopember yang berganti ke IUD sebanyak 53 orang, yang berganti ke MOW sebanyak 13 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 27 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 168 rang, yang berganti ke Pil sebanyak 390 orang.11

(21)

paling banyak digunakan adalah pil (44,70%), suntikan (33,90%), kondom (7,97%), MOP/WOP (5,28%), IUD/spiral (4,48%), dan implant (3,67%).12

Pada tahun 2009 di desa Cempa, jumlah PUS sebanyak 958 pasang, akseptor KB aktif sebanyak 654 orang. berdasarkan akseptor KB aktif kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil (381 orang), suntik (239 orang), MOW (18 orang), implant (7 orang), IUD (5 orang), dan kondom (4 orang).13

Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa pemakaian jenis alat kontrasepsi Pil dan Suntik baik di Provinsi Sumatera Utara, di Kabupaten Langkat, dan di Desa Cempa cenderung paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi di luar Pil dan Suntik.

Banyaknya akseptor KB yang berpindah ke alat kontrasepsi Pil dan Suntik di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa masih belum efektifnya pemakaian jenis alat KB lainnya sehingga pergantian metode alat kontrasepsi sering terjadi.

Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya dan sosial ekonomi. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi.7 Untuk itu perlu diteliti faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai.

(22)

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalens perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

b. Untuk mengetahui hubungan umur Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

c. Untuk mengetahui hubungan umur Akseptor KB saat menikah dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

(23)

e. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

g. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

h. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang nilai anak dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

i. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

j. Untuk mengetahui hubungan ketercapaian tempat pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

k. Untuk mengetahui hubungan keterjangkauan biaya pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

l. Untuk mengetahui faktor yang dominan yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi pada Akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

(24)

a. Sebagai bahan masukan bagi Desa Cempa dalam peningkatan pelayanan klinik KB di Desa Cempa .

b. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian yang sejenis berikutnya

c. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Perubahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perubahan berasal dari kata dasar

ubah yang artinya adalah lain, beda. Imbuhan Per dan an menyatakan suatu hal dan

kondisi. Jadi perubahan adalah Kondisi yang berbeda dari keadaan semula. Bentuk-bentuk perubahan perilaku adalah:14

2.1.1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

2.1.2. Perubahan Terencana (Planned Change)

(25)

2.1.3. Ketersediaan untuk berubah (Readiness to Change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut

Menurut pendapat Rogers dan Shoemaker, keputusan seseorang menerima atau menolak inovasi, proses keputusan inovasi disebut dengan adopsi yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :15

a. Tahap kesadaran, dimana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal tersebut. Sehubungan dengan masalah di atas, pada tahap ini seseorang mengetahui adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi tapi kurang informasi mengenai kontrasepsi yang efektif.

b. Tahap menaruh minat, dimana seorang mulai menaruh minat terhadap alat kontrasepsi dan mencari informasi yang lebih banyak mengenai alat kontrasepsi tersebut.

c. Tahap penilaian, dimana seseorang mengadakan penilaian terhadap alat kontrasepsi dan dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menetukan mencobanya atau tidak.

d. Tahap percobaan, dimana seseorang menerapkan alat kontrasepsi dalam skala kecil untuk menentukan kegunaanya apakah sesuai dengan situasi dirinya.

(26)

Teori di atas akhirnya diperbaharui oleh ahlinya sendiri menjadi empat tahap yakni : a. Pengenalan, dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dalam hal ini adalah

alat kontrasepsi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu.

b. Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak berkenaan terhadap alat kontrasepsi.

c. Keputusan,dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawa dirinya pada pemilihan untuk menerima atau menolak penggunaan alat kontrasepsi.

d. Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan

2.2. Alat Kontrasepsi19

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma.

Adapun Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi adalah :20 2.2.1. Kondom Pria

(27)

tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma setelah ejakulasi. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita.

a. Jenis/tipe kondom laki-laki adalah :

a.1. Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat, umumnya panjang 15-20 cm, tebal 0,03-0,08 mm, garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari standar.

a.2. Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan variasi kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa, dan beraroma.

a.3. Tersedia kondom anti alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan tidak dipralubrikasi.

a.4. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan terutama untuk hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS

b. Keuntungan Menggunakan Kondom laki-laki adalah : b.1. Murah dan dapat dibeli secara umum

(28)

b.4. Mudah cara pemakaiannya

b.5. Tingkat proteksi yang cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual (PMS)

b.6. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten b.7. Tidak mengganggu produksi

c. Indikasi

Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum menginginkan kehamilan

d. Kontra Indikasi penggunaan kondom laki-laki adalah

d.1. Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metoda ini d.2. Malformasi penis

d.3. Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks e. Efek samping penggunan kondom laki-laki adalah :

Kecewa karena gagal (bocor) dan alergi (namun jarang terjadi) f. Cara penaggulangan:

f.1. Jika bocor ganti kondom dengan kualitas yang lebih baik f.2. Anjurkan cara pemakaian yang benar

f.3. Ganti cara/metode kontrasepsi yang lain

(29)

Kondom untuk wanita adalah suatu sarung poliuretan dengan panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin poliuretan lentur. Cincin poliuretan ini berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom di vagina. Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta hanya sekali pakai. Efektifitas dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama dengan efektifitas dari penggunaan diafragma.

a. Indikasi penggunaan kondom wanita adalah:

a.1. Apabila pasangan menghendaki pihak wanita yang menggunakan metode barier reversible sebagai kontrasepsi

a.2. Untuk perlindungan maksimum terhadap infeksi menular seksual(IMS) b. Keuntungan penggunaan kondom wanita adalah:

b.1. Memberikan perlindungan yang tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS)

b.2. Tidak mengganggu produksi

b.3. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten

b.4. Bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil dibandingkan kondom laki-laki

c. Kekurangan penggunaan kondom wanita adalah :

c.1. Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat berhubungan intim

(30)

c.3. Pada awal menggunakan alat ini, proses pemasangannya agak sulit c.4. Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya ke dalam vagina c.5. Harganya masih mahal

2.2.3. PIL KB

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi.

a. Jenis-jenis tablet menurut kandungan hormon estrogennya a.1. Tablet dosis tinggi (High Dose): Berisi 50 mcg.

Adalah tablet yang mengandung estrogen 50-150 mcg dan progesterone 1-10 mg. yang termasuk jenis ini adalah :

a.1.1. Tablet KB Noriday (dari Population Council) a.1.2. Tablet KB Ovostat (PT Organon)

a.2. Pil dosis rendah (low dose) : berisi 30 mcg

(31)

a.2.1. Pil KB Microgynon 30 (PT Schering) atau kimia farma Lisensi Schering.

a.2.2. Pil KB Marvelon (PT organon) a.3. Pil Mini

Adalah pil yang mengandung hormon progesteron kurang dari 1 mg. yang termasuk dalam jenis ini adalah Pil KB Exluton.

b. Cara kerja Pil Kontrasepsi

b.1. Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur dari indung telur.

b.2. Mengendalikan lendir mulut rahim menjadi lebih kental sehingga sel mani atau sperma sukar dapat masuk ke dalam rahim

b.3. Menipiskan lapisan endometrium

c. Efektifitas :

Efektifitas pemakaian pil sangat tinggi ini tergantung pada disiplin pemakai. Kegagalan teoritis lebih dari 0,35%, tetapi dalam praktek berkisar 1-8% untuk pil kombinasi , 3-10% untuk pil mini.

d. Keuntungan :

d.1. Reversibilitasnya atau kembalinya kesuburan tinggi d.2. Mudah menggunakannya

(32)

d.4. Mencegah anemia defesiensi zat besi

d.5. Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik d.6. Mengurangi resiko kanker ovarium

d.7. Cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari PUS muda d.8. Tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang mengandung

progesterone antara lain exluton/mini pil d.9. Tidak mengganggu hubungan seksual e. Kerugian

e.1. Memerlukan disiplin dari pemakai

e.2. Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen e.3. Dapat meningkatkan resiko infeksi klamidia

e.4. Nyeri payudara

e.5. Berhenti haid, tapi pada penggunaan pil kombinasi jarang terjadi e.6. Mual, terutama pada 3 bulan pertama pemakaian

e.7. Dapat meningkatkan tekanan darah

e.8. Tidak dianjurkan pada wanita yang berumur diatas 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh.

f. Indikasi

f.1. Siklus haid tidak teratur f.2. Usia subur

(33)

f.5. Nyeri haid yang hebat g. Kontra Indikasi

g.1. Menyusui, kecuali pil mini g.2. Pernah sakit jantung g.3. Tumor/keganasan

g.4. Kelainan Jantung, varises dan darah tinggi

g.5. Perdarahan pervagina (perdarahan melalui liang senggama, kecuali tidak diketahui penyebabnya)

g.6. Migraine (sakit kepala yang hebat) g.7. Penyakit Hepatitis

h. Efek Samping

h.1. Perdarahan Pervagina/Spotting h.2. Tekanan darah meningkat h.3. Perubahan berat badan h.4. Kloasama

h.5. Tromboemboli h.6. Air susu berkurang h.7. Rambut rontok h.8. Varises

h.9. Perubahan libido h.10. Depresi

(34)

2.2.4. Suntikan KB a. Jenis Suntik KB

Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia adalah :

a.1. Yang mengandung hormon progesteron yaitu : a.1.1. Depo Provero 150 mg

a.1.2. Depo Progestin 150 mg a.1.3. Depo Geston 150 mg a.1.4. Noristerat 200 mg

a.2. Yang mengandung 25 mg Medroxy progesteron acetate dan 5 mg estradiol cypionate yaitu Cyclofem

b. Cara kerja suntik KB

b.1. Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita

b.2. Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga menghambat spermatozoa (sel mani) masuk ke dalam tahim

b.3. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan c. Efektifitas : efektifitas sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1% d. Keuntungan suntik KB :

d.1. Praktis, efektif dan aman

(35)

e. Kontra Indikasi suntik KB e.1. Tersangka hamil

e.2. Perdarahan akibat kelainan ginekologi atau (perdarahan dari liang senggama) yang tidak dketahui penyebabnya

e.3. Adanya tanda-tanda tumor/keganasan

e.4. Adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis (penyakit metabolisme paru berat)

f. Efek Samping pengunaan suntik KB f.1. Gangguan haid

f.2. Depresi f.3. Keputihan f.4. Jerawat

f.5. Perubahan Libido f.6. Perubahan berat badan f.7. Pusing dan sakit kepala f.8. Hematoma

f.9. Infeksi dan abses : akibatkan pemakaian jarum suntik yang tidak suci hama/steril

2.2.5. Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

(36)

Dengan disusupkannya kapsul silastik implant di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah levonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silasik tersebut.

Besar kecilnya levonorgestrel tergantung besara kecilnya permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding tersebut. Satu sel implant yang terdiri dari 2,4 atau 6 kapsul dapat bekerja secara efektif selama lima tahun b. Cara Kerja Dalam Mencegah Kehamilan

Dengan dilepaskannya hormon levonorgestrel secara konstan dan kontiniu maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan pil dan suntik terdiri dari 3 mekanisme dasar yaitu :

b.1. Menghambat terjadinya ovulasi

b.2. Menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi b.3. Mempertebal lendir laspisan endometrium

c. Efektifitas

Efektifitas penggunaan implant sangat tinggi, kegagalan teoritisnya adalah 0,2%, sedangkan dalam prakteknya 1-3%

d. Keuntungan Implant

d.1. Tidak menekan produksi ASI d.2. Praktis, efektif

d.3. Tidak ada faktor lupa

(37)

d.5. Membantu mencegah anemia

d.6. Kasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan implant

f. Kekurangan Implant

f.1. Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih

f.2. Implant lebih mahal daripada pil KB atau suntikan dan cara KB jangka pendek lainnya.

f.3. Implant sering mengubah pola haid

f.4. Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri

f.5. Beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang belum dikenalnya

f.6. Susuk mungkin dapat terlihat di bawah kulit. g. Kontra Indikasi

g.1. Hamil atau diduga hamil

g.2. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya g.3. Tumor /keganasan

g.4. Penyakit jantung,kelainan haid,darah tinggi, kencing manis. h. Efek Samping

h.1. Gangguan haid h.2. Depresi

(38)

h.4. Jerawat

h.5. Perubahan Libido h.6. Perubahan berat badan h.7. Hematoma

h.8. Infeksi

2.2.6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit tembaga , ada yang dililit tembaga bercampur , dan yang berisi hormon progesterone.

a. Jenis-jenis AKDR

a.1. AKDR generasi pertama : disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S ganda, terbuat dari plastik

a.2. AKDR generasi kedua ;

a.2.1. Cu T 200 B; berbentuk T yang batangnya dililit tembaga dengan kandungan tembaga

a.2.2. Cu 7; berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga a.2.3. ML Cu 250; berbentuk 3/3 lingkaran yang batangnya dililit

(39)

a.3. AKDR generasi ketiga :

a.3.1. CU T. 380 A: berbentuk huruf T dengan lilian tembaga yang lebih banyak dan perak

a.3.2. Ml Cu 375 batangnya dililit tembaga berlapis perak a.3.3. Nova T.Cu 200 A; batang dan lengannya dililit tembaga a.4. AKDR generasi keempat

Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri dari benang polipropilen monofilament dengan enam butir tembaga

b. Cara kerja AKDR

b.1. Meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap untuk menerima nidasi hasil konsepsi

b.2. Menimbulkan reaksi mikro infeksi, sehingga terjadi penumpukan sel darah putih, yang melarutkan blastokista

b.3. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas c. Efektifitas AKDR

Efektifitas AKDR tinggi, angka kegagalan berkisar 1% d. Keuntungan AKDR

d.1. Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang dan kembalinya masa kesuburan cukup tinggi

(40)

e. Indikasi Pemakaian AKDR

Merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat di prioritaskan pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan, dengan jenis AKDR mini.

g. Kontra Indikasi g.1. Kehamilan

g.2. Gangguan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya

g.3. Peradangan pada alat kelamin, endometrium dan pngkal panggul g.4. Kecurigaan tumor ganas di alat kelamin

g.5. Tumor jinak rahim dan kelainan bawaan rahim h. Efek samping penggunaan AKDR

Perdarahan dari liang vagina di luar haid h.1. Keputihan

h.2. Ekspulsi h.3. Nyeri h.4. Infeksi h.5. Translokasi

(41)

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama

a. Keuntungan vasektomi a.1. Tidak ada mortalitas a.2. Morbiditas kecil sekali

a.3. Pasien tak perlu dirawat di RS

a.4. Dilakukan dengan anestesi local/pembiusan setempat dan hanya berlangsung kurang lebih 15 menit

a.5. Efektif, karena dapat dicek kepastiannya di laboratorium a.6. Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya

b. Kerugian vasektomi

b.1. Harus dengan tindakan pembedahan

b.2. Masih adanya keluhan seperti kemungkinan perdarahan dan infeksi b.3. Harus menunggu sampai hasil pemeriksaan sperma 0 dalam

beberapa bebas agar tidak terjadi kehamilan

b.4. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi

c. Indikasi vasektomi

(42)

c.4. Mengetahui akibat-akibat vasektomi c.5. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun

c.6. Pasangan suami isteri telah mempunyai anak minimal 2 orang, dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun

d. Kontra Indikasi

d.1. Apabila ada peradangan kulit atau penyakit jamur di daerah skrotum

d.2. Apabila ada tanda-tanda orchitis/epididimis d.3. Apabila menderita DM yang tidak terkontrol d.4. Apabila menderita kelainan pembekuan darah e. Komplikasi

Komplikasi atau gangguan yang mungkin timbul pasca vasekomi antara lain :

e.1. Perdarahan e.2. Hematoma

e.3. Infeksi bisa terjadi pada kulit, epididimis atau orkitis e.4. Granuloma sperma

2.2.8. Tubektomi

(43)

Dengan demikian maka ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma karena adanya hambatan pada tuba.

Operasi dapat dilakukan segera setelah melahirkan,setelah abortus, dalam masa interval, bersamaan dengan operasi sesar atau pada saat operasi besar lain yang membuka perut.

a. Keuntungan Tubektomi

a.1. Tekniknya mudah, sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum a.2. Perlengkapan dan peralatan bedah sederhana

a.3. Dapat dilakukan di RS kecil atau di Puskesmas

a.4. Dapat dilakukan pada pasca persalinan, pasca keguguran dan masa interval

a.5. Dapat dilakukan dengan anestesi local

a.6. Luka pembedahan dapat diperlebar jika diperlukan

a.7. Kegagalan teknik sangat rendah dan keberhasilan hampir 100% a.8. Sebagai tekhnik pengganti jika teknik laparaskopik atau kuldoskopi

gagal

a.9. Waktu pembedahan singkat, biaya relatif murah a.10. Prosedur dapat dilakukan tanpa dirawat

a.11. Masa penyembuhan pasca beda singkat b. Komplikasi Tubektomi

(44)

b.2. Perdarahan karena perlukaan pembuluh darah besar b.3. Perporasi usus

b.4. Emboli udara b.5. Perforasi rahim

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Alat Kontrasepsi

2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo.S, 2003).13

Menurut Bloom (1908) yang terdapat dalam buku Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :13

i. Tahu (Know)

(45)

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

ii. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari

iii. Aplikasi (Aflication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

iv. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

v. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(46)

2.3.2. Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun ), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut.16

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.14

2.3.3. Pendidikan

(47)

Menurut teori perubahan sosial dan kebudayaan variabel pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan. Sebagaimana dikatakan Soerjono Soekamto 2006, “Pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran, serta menerima hal-hal baru, serta bagaimana caranya untuk berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia berpikir secara objektif, hal mana akan dapat memberikan kemampuan baginya untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya atau tidak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan mempunyai pengaruh bagi pemilihan alat kontrasepsi.17

Penelitian Nerseri dkk (1991) menunjukkan bahwa ada hubungan aspek pendidikan dengan perubahan pemakaian jenis alat kontrasepsi.23

2.3.4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seorang untuk memperoleh penghasilan, guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dimana pekerjaan tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal ini pekerjaan tersebut dapat mempengaruhi PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi .15

(48)

kemudian menjadi krisis multi-dimensi yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis moneter secara nyata berpengaruh pada rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok pangan. Ironisnya, selain mahal, alat kontrasepsi menjadi langka.21

Menurut The ford Foundation (2002) dalam Yustina memperlihatkan bahwa mahal dan langkanya alat kontrasepsi berdampak pada perilaku hubungan seksual suami istiri petani di pedesaan. Disisi lain, akibat ketidakmampuan menyisihkan sebagian pendapatannya yang relatif minim untuk membeli alat kontrasepsi, banyak para ibu yang terpaksa menerima kehamilannya. Di tingkat makro, kondisi tersebut secara agregatif diperhitungkan akan berdampak pada kenaikan jumlah penduduk. 2.3.5. Nilai Anak Dalam Keluarga.18

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orang tua. Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang sosial yang berbeda tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

(49)

Pandangan orang tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan bagi keberhasilan program KB.

Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat di desa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Dari penelitian Mohamad Koesnoe di daerah Tengger, petani yang mempunyai tanah luas akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek VOC (Value Of Children) menemukan bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya.

(50)

berkembang sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi.

Masri Singmimbun (1974) melakukan penelitian pada penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik

2.3.6. Kualitas Pelayanan KB

Menurut Gunawan dalam Ida Yustina (2007) Pelayanan Kesehatan merupakan hubungan antara klien yang memerlukan layanan kesehatan (pasien) dan professional sebagai pemberi layanan. Adapun akses terhadap pelayanan kesehatan antara lain meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia, serta keterjangkauan terhadap informasi.

(51)

tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang dan jasa.21

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat. Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya, dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi.8

Menurut Penelitian Hutauruk (2006) terdapat hubungan antara Kualitas pelayanan KB, yang terdiri dari ketersediaan pelayanan KB, Ketercapaian pelayanan KB, Keterjangkauan Pelayanan KB dengan utilitas pelayanan KB.22

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu di susun kerangka teori yang merupakan alur pikir peneliti, faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi seperti terlihat di bawah ini :

Faktor Independen

Faktor Dependen Perubahan Metode Alat

Kontrasepsi 1. Umur

(52)

3.2. Definisi operasional

3.2.1. Perubahan kontrasepsi adalah seluruh pergantian metode penggunaan alat kontrasepsi pada Akseptor KB. Dari satu metode ke metode yang lain.

1. Berubah, jika responden pernah menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi kemudian menggantinya dengan alat kontrasepsi yang lain 2. Tidak berubah, jika responden tidak mengganti alat kontrasepsi ke alat

kontrasepsi lain,

3.2.2. Alat Kontrasepsi adalah jenis alat kontrasepsi yang digunakan Akseptor KB : 1. Pil

2. Suntik 3. Implant 4. Spiral 5. Sterilisasi 6. Kondom wanita

3.2.3. Umur adalah ulang tahun terakhir PUS saat diwawancarai (dibulatkan pada yang lebih mendekati). Dikelompokkan atas :

(53)

Untuk uji statistik dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : 1. resiko tinggi ≥35 tahun

2. resiko rendah <35 tahun Skala: ordinal

3.2.4. Umur Saat Menikah adalah usia PUS terakhir saat menikah, dikelompokkan atas:

1. 14 – 15 tahun 2. 16 – 17 tahun 3. 18 – 19 tahun 4. 20 – 21 tahun 5. 22 – 23 tahun 6. 24 – 25 tahun 7. 26 – 27 tahun 8. > 27 tahun

Untuk uji statistik dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : 1. resiko tinggi <20 tahun

2. resiko rendah ≥20 tahun Skala: ordinal

3.2.5. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh Akseptor diukur dari ijasah yang diperolehnya yang terbagi atas tingkatan :

1. Tidak Sekolah / Tidak Tamat SD 2. Tamat SD

3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Akademi/PT

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas :

1. Pendidikan Rendah : Jika pendidikan akseptor Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD, Tamat SD, dan Tamat SLTP

(54)

Tamat Akademi/PT

3.2.6. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk menghasilkan sejumlah uang sebagai hasil pekerjaannya

1. Ibu Rumah Tangga 2. Petani

3. Wiraswasta 4. Buruh 5. PNS

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga

2. Bekerja : Petani, Wiraswasta, Buruh, PNS Skala Nominal

3.2.7. Pengetahuan adalah menyangkut pengetahuan responden perihal alat kontrasepsi.

1. Baik 2. TIdak Baik

Tingkat pengetahuan diukur dengan skala pengukuran, digunakan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 18 yang akan dijawab responden dan diberikan skor jawaban sebagai berikut :

1. Benar diberi skor 1 2. Salah diberi skor 0

Dengan kategori sebagai berikut:24

1. Pengetahuan baik, apabila jawaban benar 61-100 % ( 11 - 18 pertanyaan)

2. Pengetahuan cukup, apabila jawaban benar 41-60 % (7 - 10 pertanyaan)

3. Pengetahuan kurang, apabila jawaban benar 0-40 % ( 0 - 6 pertanyaan) Untuk uji statistik dikategorikan atas :

(55)

2. Rendah, jika skor < 61 % Skala : Ordinal

3.2.8. Persepsi tentang nilai anak adalah tanggapan dalam memahami adanya anak dalam keluarga oleh PUS. Terdiri dari:

1. Baik 2. Tidak Baik

Persepsi terhadap nilai anak diukur dengan skala pengukuran dengan sistem skoring. Jumlah pertanyaan sebanyak 4 pertanyaan yang diberi bobot ” 0 dan 1 ”. Dengan demikian bobot nilai tertinggi 4 dan bobot terendah 0. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. baik, jika responden mendapatkan nilai ≥ 61% - 100% dari nilai yang telah diberi skoring (2 – 4)

2. Tidak Baik, jika responden mendapatkan nilai < 60 % dari nilai yang telah diberi skoring (0 – 1)

Skala : Ordinal

3.2.9. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh responden dan yang masih hidup. Yang terdiri dari :

1. 1-2 orang 2. > 2 orang

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas: 1. Cukup : jumlah anak 1 – 2 orang

2. Lebih : Jumlah anak > 2 orang Skala : Ordinal

3.2.10.Ketersediaan Pelayanan KB adalah tersedianya tempat untuk memperoleh pelayanan KB dengan jenis alat kontrasepsi , yaitu :

(56)

Ketersediaan Pelayanan KB diukur dengan skala pengukuran dengan sistem skoring. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan yang mempunyai pilihan jawaban ”tidak tersedia” diberi bobot 0” dan ”tersedia, diberi bobot 1 ”. Dengan demikian bobot nilai tertinggi 7 dan bobot terendah 0. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Baik, jika responden mendapatkan nilai ≥ 61% - 100% dari nilai yang telah diberi skoring (4 - 7)

2. Tidak Baik, jika responden mendapatkan nilai < 60 % dari nilai yang telah diberi skoring (0 – 3)

Skala : Ordinal

3.2.11.Keterjangkauan biaya pelayanan KB adalah kemampuan responden untuk membayar biaya alat KB yang digunakan , yaitu :

1. Terjangkau 2. Tidak Terjangkau

Keterjangkauan biaya pelayanan KB diukur dengan skala pengukuran dengan sistem skoring. Jumlah pertanyaan sebanyak 3 pertanyaan yang diberi bobot ” 0 dan 1 ”. Dengan demikian bobot nilai tertinggi 3 dan bobot terendah 0. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

3. Terjangkau, jika responden mendapatkan nilai ≥ 61% - 100% dari nilai yang telah diberi skoring (2 – 3)

4. Tidak Terjangkau, jika responden mendapatkan nilai < 60 % dari nilai yang telah diberi skoring (0 – 1)

Skala : Ordinal

3.2.12.Ketercapaian tempat pelayanan KB adalah jarak dan kondisi yang dilalui oleh responden untuk mencapai tempat pelayanan KB, yaitu

(57)

Ketercapaian tempat pelayanan KB diukur dengan skala pengukuran dengan sistem skoring. Jumlah pertanyaan sebanyak 2 pertanyaan yang mempunyai pilihan jawaban ”tidak tercapai” diberi bobot 0” dan ”tercapai, diberi bobot 1 ”. Dengan demikian bobot nilai tertinggi 2 dan bobot terendah 0. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Tercapai, jika responden mendapatkan nilai ≥ 61% - 100% dari nilai yang telah diberi skoring (1-2)

2. Tidak Tercapai, jika responden mendapatkan nilai < 60 % dari nilai yang telah diberi skoring (0)

Skala : Ordinal

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan menggunakan desain cross sectional

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

(58)

4.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Nopember 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data serta penyusunan laporan akhir penelitian

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Akseptor KB yang ada di Desa Cempa Kecamatan Hinai yang terdiri dari 9 dusun sebesar 641 orang.

4.3.2. Sampel. a. Besar sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai.

Rumus ukuran sampel minimal untuk menaksir proporsi populasi adalah sebagai berikut :25

(59)

n : besaran sampel

N : besaran populasi ( 641 Akseptor)

e : nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalah penarikan sampel) sebesar 10 %

Maka besar sampel adalah : 641

n = 1+641(0,1)2 n= 86,5 ≈87

Jadi besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 87 b. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari populasi dengan metode pengambilan sampel secara non random, yaitu Purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel dengan pertimbangan peneliti. Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti, maka sampel diambil dari dua lingkungan (lingkungan 6 dan 7) yang berjumlah 97 akseptor dengan alasan lingkungan yang paling besar cakupan akseptor KB dan memenuhi jumlah sampel minimal dan penduduknya mempunyai karakteristik yang sama dengan penduduk di lingkungan lainnya dari segi pekerjaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi.

(60)

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang meliputi : umur, pendidikan, tingkat pengetahuan, pekerjaan, jumlah anak, persepsi tentang nilai anak, ketersediaan pelayanan KB, ketercapaian tempat pelayanan KB, keterjangkauan biaya pelayanan KB.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang akan dikumpulkan berkaitan dengan tujuan penelitian diperoleh dari Kantor Kepala Desa berupa data akseptor KB di Desa Cempa tiap dusun.

4.5. Teknik Analisa Data26

Data yang sudah terkumpul di olah secara manual dan dilanjutkan dengan bantuan computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning.

Jenis analisis yang dilakukan adalah: 4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

(61)

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

4.5.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap perubahan penggunaan alat kontrasepsi. Tahapan analisis multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap perubahan metode alat kontrasepsi adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.

2. Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan metode alat kontrasepsi, variabel yang akan dimasukkan adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,05.

(62)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

(63)

Desa Cempa terletak di Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 1180 ha/m2 dan memiliki 9 dusun.

Batas-batas wilayah Desa Cempa adalah : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Tanjung Pura. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Batu Malenggang. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Muka Payu.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Tualang 5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Desa Cempa sebanyak 5.840 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.932 jiwa dan perempuan sebanyak 2.908 jiwa. Secara rinci data kependudukan menurut umur dan jenis kelamin di Desa Cempa dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Cempa Tahun 2010

No Golongan Umur (Tahun) Total

f %

1 0-5 506 8,7

(64)

4 18-25 809 13,9

5 26-55 2179 37,3

6 >55 802 13,7

Total 5840 100

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Cempa Tahun 2010

No Jenis Kelamin Total

f %

1 Laki-Laki 2932 50,2

2 Perempuan 2908 49,8

Total 5840 100

5.1.3. SARANA DAN PRASARANA a. Sarana Kesehatan

Desa Cempa memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel 5.2 :

Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Cempa Tahun 2010

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 RSU Swasta 0

2 Balai Pengobatan 0

3 Puskesmas 0

4 Pustu 1

5 Poliklinik 0

6 Posyandu 8

Jumlah 9

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling banyak adalah posyandu yaitu sebanyak 8 unit.

b. Sarana Pendidikan

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Cempa Tahun 2010
Tabel 5.2.
Tabel 5.4.  Distribusi Sarana Pendidikan di Desa Cempa Tahun 2010
Tabel 5.6. Prevalens Rate Perubahan Metode Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi Akseptor KB di Puskesmas Jailolo.. Jurnal e-

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Mawea. Kecamatan

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi akseptor KB memilih alat kontrasepsi suntik, sehingga begitu banyak akseptor KB yang

Uswatun Farida, 462008069, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TEGALREJO SALATIGA, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihal Tahun 2010..

Uswatun Farida, 462008069, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TEGALREJO SALATIGA, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna yaitu ketersediaan pelayanan KB (p=0,000), dan ketercapaian tempat pelayanan