• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan Tahun 1954-1981

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan Tahun 1954-1981"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI

TOBA HASUNDUTAN TAHUN 1954-1981

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : ASIMA H. NABABAN

NIM : 070706031

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skrpsi

PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI TOBA

HASUNDUTAN TAHUN 1954-1981

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : ASIMA H. NABABAN

NIM : 070706031

PEMBIMBING :

Drs. Sentosa Tarigan, M. Sp

NIP. 130678616

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI TOBA

HASUNDUTAN TAHUN 1954-1981

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : ASIMA H. NABABAN NIM : 070706031

Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Drs. Sentosa Tarigan, M. Sp Drs. Edi Sumarno, M. Hum

NIP. 130678616 NIP. 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN (1954-1981)

Yang diajukan oleh:

Nama : Asima H. Nababan

Nim : 070706031

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing

Tanggal:

Drs. Sentosa Tarigan, M.Sp NIP. 130678616

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Tanggal:

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP. 196409221989031001

(6)

Lembar Pengesahan Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M, Hum ( )

2. Dra. Nurhabsyah M.Si ( )

3. Drs. J. Fachruddin Daulay ( )

4. Drs. Sentosa Tarigan, M.Sp ( )

(7)

ABSTRAK

Perkembangan gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan 1954-1981 membawa dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat Balige terutama dengan masuknya para missionaris Kristen di tengah-tengah masyarakat balige dan kemajuan Balige.

Masyarakat Batak Toba yang semula menganut kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Di antara sesama mereka sering terjadi perang antara satu kampung dengan kampung yang lain. Sehingga untuk mengubah cara berpikir masyarakat Batak Toba tersebut, para missionaris berusaha mengenalkan pendidikan.

Adapun missionaris yang datang ke tanah Batak, yaitu dengan tujuan untuk memberitakan Injil kepada masyarakat Batak sebelum masyarakat Batak mengenal agama Kristen. Sebelumnya masyarakat Kristen masih menganut agama animisme atau penyembahan berhala. Masyarakat masih dalam dunia kegelapan rohani. Namun setelah datangnya para misssionaris ke tanah Batak, masyarakat Batak semakin mengenal Tuhan dan mulai mengikuti ibadah yang diajarkan oleh para missionaris tersebut.

Dengan masuknya agama Kristen di tengah masyarakat Batak Toba khususnya Balige, mendapat tantangan baik dari pihak Belanda, para missionaris dan masyarakat batak Toba yang ada di Balige. Masuknya agama Kristen di Balige mengakibatkan daerah Balige muncul sebagai pusat pendidikan ditambah dengan adanya ajaran agama Kristen.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta Karunia-Nya dengan memberikan kesehatan, ketabahan serta ketekunan dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhirnya. Adapun penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana jurusan Strata 1 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengangkat tentang permasalahan studi gereja yang berjudul “Perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige Distik XI Toba Hasundutan Tahun 1954-1981”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda M. Nababan dan Ibunda

K.H. Nainggolan yang telah memberikan doa dan dukungannya serta semangat, materi,

terlebih atas pengorbanan yang sangat luar biasa yang diberikan untuk membesarkan dan mendidik penulis. Tanpa Ayahanda dan Ibunda, penulis tidak dapat menyelesaikan study di Fakultas Ilmu Budaya USU ini sampai selesai.

Terima kasih juga kepada keluarga Abang Riduan Nababan, Kakak ipar (Br. Sianturi), yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis. Dan kepada adik-adik saya, Sukisno Nababan, Hasan Basri Nababan, Lestari Mardianty, Aprilan Sisco, dan Andrew Nicholas. Tetap semangat dan gapailah cita-cita adinda.

(9)

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Drs. Husnan Lubis, M.A selaku Pembantu Dekan I Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs.Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Edi Sumarno, M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Dra. Nurhabsyah M.Si selaku sekretaris Departemen Ilmu Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bekal ilmu kepada penulis.

3. Drs. Sentosa Tarigan, M.Sp selaku dosen pembimbing atas segala ketekunan, kesabaran dan rela menyediakan waktunya untuk membimbing dan memperbaiki skripsi ini hingga selesai.

4. Seluruh dosen di Fakultas Ilmu Budaya USU, terutama dosen di Departemen Ilmu Sejarah yang membantu saya dalam segala bekal ilmu yang telah diberikan sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan penulisan ini dan Bang Amperawira yang membantu penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Kepada rekan-rekan saya KMK Fakultas Ilmu Budaya USU “Remiel” (Kakanda Sere Murni, April, Meisia, Okta). Di organisasi inilah penulis dapat bertumbuh dan merasakan kasih dan perjuangan yang sangat berharga.

(10)

7. Kepada My Family (T. Harry, T. Yessicha, T. Drayden, T. Banggas), dan semua keluarga saya yang lainnya yang membantu dan mendukung saya.

8. Rekan-rekan kost “Bidan Vina” (Ria, Kia, Capunk, Irma, Eka, Wika, Elsa, Puja dan kawan-kawan lainnya). All of you are my best friends forever.

9. Kepada rekan-rekan GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Di dalam organisasi inilah penulis merasakan kasih dan perjuangan.

10. Buat semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terima kasih atas dukungannya.

Medan, 2011 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 9

BAB II SEJARAH BERDIRINYA GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN ... 11

2.1 Sejarah Ringkas Gereja HKBP Ressort Balige ... 11

2.2 Pertumbuhan Gereja HKBP di tengah-tengah masyarakat Balige ... 17

BAB III PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN ... 24

3.1 Masuknya para missionaris Kristen di tengah-tengah masyarakat Balige ... 24

(12)

3.3 Struktur Organisasi HKBP ... 41

BAB IV PERANAN GEREJA HKBP DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN 1954-1981 ... 51

4.1 Tata Pelayanan ... 51

-Dalam bidang sosial ... 55

-Dalam bidang kepercayaan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

DAFTAR INFORMAN

(13)

ABSTRAK

Perkembangan gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan 1954-1981 membawa dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat Balige terutama dengan masuknya para missionaris Kristen di tengah-tengah masyarakat balige dan kemajuan Balige.

Masyarakat Batak Toba yang semula menganut kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Di antara sesama mereka sering terjadi perang antara satu kampung dengan kampung yang lain. Sehingga untuk mengubah cara berpikir masyarakat Batak Toba tersebut, para missionaris berusaha mengenalkan pendidikan.

Adapun missionaris yang datang ke tanah Batak, yaitu dengan tujuan untuk memberitakan Injil kepada masyarakat Batak sebelum masyarakat Batak mengenal agama Kristen. Sebelumnya masyarakat Kristen masih menganut agama animisme atau penyembahan berhala. Masyarakat masih dalam dunia kegelapan rohani. Namun setelah datangnya para misssionaris ke tanah Batak, masyarakat Batak semakin mengenal Tuhan dan mulai mengikuti ibadah yang diajarkan oleh para missionaris tersebut.

Dengan masuknya agama Kristen di tengah masyarakat Batak Toba khususnya Balige, mendapat tantangan baik dari pihak Belanda, para missionaris dan masyarakat batak Toba yang ada di Balige. Masuknya agama Kristen di Balige mengakibatkan daerah Balige muncul sebagai pusat pendidikan ditambah dengan adanya ajaran agama Kristen.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Masyarakat Batak Toba dulunya sering terjadi perang antara satu kampung dengan kampung yang lain. Masyarakat Batak Toba di Balige saat itu sangat takut dengan kekuatan jimat. Untuk mengubah cara berpikir masyarakat Batak Toba tersebut, para missionaris berusaha mengenalkan pendidikan. Masuknya agama Kristen kemudian mengakibatkan semakin berkurang terjadinya perang antarkampung. Hal ini tidak terlepas dari usaha para missionaris yang datang ke Tanah Batak untuk memajukan masyarakat dan mengubah cara berpikirnya melalui pendidikan ditambah dengan ajaran agama Kristen.1

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, ada catatan bahwa pertumbuhan gereja tidak selamanya berjalan lancar. Ada kalanya pertumbuhan gereja mengalami kendala, seperti jumlah warga gereja mulai berkurang dan akhirnya lenyap sama sekali. Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Tapanuli. Pada abad 17 di Eropa suatu organisasi gereja tertentu bisa hilang atau mengikuti keputusan raja di wilayah tertentu karena pergeseran sosial dan politik akibat timbulnya Reformasi. Pada masa itu di Eropa sedang terjadi

1

(15)

pertumbuhan gereja yang negatif secara relatif. Itu karena adanya pengaruh materialisme dan rasionalisme. Ada juga pertumbuhan gereja yang bersifat positif, baik yang mutlak maupun yang relatif sedang terjadi. Banyak gereja di Indonesia yang sedang bertumbuh saat ini, karena Roh Kudus tetap berkarya dan memberi kuasa untuk bersaksi serta menghasilkan pertumbuhan gereja.2

Berbicara tentang gereja, khususnya Gereja Protestan harus berbicara juga tentang Martin Luther sebagai tokoh pertama Reformasi gereja

3

pada abad ke-16. Ada delapan organisasi gereja di Indonesia yang mengaku penganut paham atau termasuk aliran Lutheran serta menjadi anggota LWF (The Lutheran World Federation), yaitu HKBP, GKPS, GBKP, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, dan GKPM. Semuanya berpusat di Sumatera Utara dan sekitarnya. Salah satu yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).4

Pada tahun 1881 seorang pendeta yang bernama Pdt. Pilgram mengadakan rapat bersama jemaat untuk merencanakan pembangunan Gereja HKBP Balige. Semua peserta rapat saat itu setuju dengan pembangunan Gereja tersebut. Persetujuan akan pembangunan

2

Gondowijoyo, Pertumbuhan Gereja, Yogyakarta : Tanpa Penerbit, 1994, hal.19. 3

Melalui gerakan reformasi yang terjadi di dalam sejarah dunia, adalah prinsip-prinsip yang lahir dari terjadinya peristiwa reformasi gereja. Reformasi gereja tercetus pertama kali di dalam suatu zaman, yaitu abad ke-16 yang terjadi di Eropa Barat.

Reformasi gereja ini terjadi akibat banyaknya ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik Roma pada saat itu. Ketidakpuasan ini terjadi di Bohemia, Inggris dan di tempat-tempat yang lain. Para pemimpin gereja pada masa itu hidup secara munafik dan bertentangan dengan Kitab Suci. Rakyat menyaksikan kerusakan moral gereja yang bahkan melebihi kerusakan moral dalam kalangan orang biasa. Tetapi rakyat tidak berhak mengkritik karena adanya anggapan bahwa para pemimpin adalah wakil Tuhan dan rakyat harus mentaati mereka. Keadaan ini membuat orang-orang mulai meninggalkan gereja, namun mereka tetap terikat oleh gereja sebab adanya pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam gereja dan di luar gereja pasti binasa.

4

(16)

Gereja bukan hanya dalam perkataan saja, tetapi nyata saat itu dana sudah trekumpul. Pembangunan Gereja baru dan lumayan besar dapat selesai dengan semangat yang luar biasa tepatnya tanggal 26 April 1883 dan dipakai menjadi Gereja yang disebut namanya Gereja HKBP Balige, oleh ompu Ephorus Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen yang datang ke Tanah Batak .5

Pada tanggal 23 Agustus 1906 HKBP Balige dan jajarannya mengadakan Jubileum 25 tahun. Pada saat jubileum itu telah berdiri di Toba Hasundutan sebanyak 11 gereja dengan jumlah anggota jemaat sebanyak 3644 jiwa, Sekolah Minggu 1108 jiwa. Pesta jubileum pertama dihadiri hampir semua orang Kristen di Balige, dan banyak undangan dari Humbang, Silindung. Bahkan pesta Jubileum itu dihadiri tamu dari Luar Negeri sebanyak 25 orang. Jubileum pertama (25 tahun) menjadi momen yang sangat penting dan sungguh mahal, sebab pada saat itu Ephorus HKBP Pdt. I.L. Nomensen dengan penuh semangat serta percaya diri menyuarakan serta memberitahu arti Jubileum.6

5

Simanjuntak, Hot Marulak MP, Sejarah Jubileum HKBP Balige, Balige : 2006, hal.15. 6

Jubileum merupakan peresmian atau suatu pembebasan. Jubileum sama seperti merayakan ulang tahun.“Simanjuntak, Hot Marulak MP, Sejarah Jubileum HKBP Balige”

(17)

Gereja HKBP cukup berperan aktif terhadap masyarakat. Para pendeta, penatua dan bahkan pengajar Sekolah Minggu pun ikut berpartisipasi dengan masyarakat Balige. Bahkan kerja keras panitia Gereja menunjukkan kerjasama yang baik, sehingga anggota jemaat turut mendukung kebersamaan tersebut. Di samping itu juga, melihat dari kondisi Gereja HKBP Balige yang sangat indah, bersih dan memiliki panitia yang selalu aktif melayani masyarakat, maka banyak jemaat yang datang dari luar Balige beribadah disana, sebab pada saat itu HKBP Balige merupakan gereja terbesar dan terindah pada zamannya. Pendeta dan penatua Gereja sangat dihormati dan disenangi oleh masyarakat tersebut karena pelayanannya yang sangat baik.

Adapun struktur Organisasi HKBP dari pusat hingga ke resort adalah:

(18)

pelayanannya, seorang pendeta HKBP biasanya dibantu oleh Guru Huria, sementara ada pula jabatan lain yaitu Bibelvrouw dan diakones.7

Dalam kehidupan manusia, masa lampau memang tidak dapat ditampilkan lagi seutuhnya. Meskipun demikian, manusia perlu mempelajari sejarah masa lampau, masa

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas maka dibuatlah suatu perumusan masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian. Penelitian ini dibuat untuk membahas perkembangan Gereja HKBP di Balige (1954-1981). Untuk mempermudah tulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka pembahasannya dirumuskan dalam masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan?

2. Bagaimana perkembangan gereja HKBP Ressort Balige tahun 1954-1981?

3. Apa peranan Gereja HKBP terhadap kehidupan sosial masyarakat Balige?

1.3 Tujuan dan Manfaat

7

(19)

kini dan masa yang akan datang karena akan memberikan pelajaran bagi manusia untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada masa kini dan akan datang.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Gereja HKBP Ressort Balige.

2. Menjelaskan perkembangan Gereja Ressort Balige 1954-1981.

3. Menjelaskan peranan Gereja HKBP dalam kehidupan sosial masyarakat Balige.

Di samping tujuan di atas, juga diharapkan akan menghasilkan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan.

2. Memberikan motivasi dan dorongan bagi pembaca sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya bagi yang ingin meneliti permasalahan yang sama atau yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

1.4 Tinjauan Pustaka

(20)

Dalam hal ini, adapun buku yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Dalam buku Berkhof, H (2005) yang berjudul Sejarah Gereja, yang menjelaskan bahwa Gereja senantiasa berusaha mengajarkan ajarannya yang sah dan murni, sesuai dengan Firman Tuhan, berhadapan dengan segala ajaran yang sesat yang timbul di sekelilingnya. Penyelidikan sejarah Pekabaran Injil akan menyatakan pula kepada kita bagaimana Gereja telah melakukan tugasnya terhadap sekalian orang yang belum mengenal cinta kasih Allah. Bilamana hidup Gereja ditinjau dari sudut persekutuan anggota-anggotanya dengan Kristus dan satu sama lain, maka nampaklah kesalehan seseorang, ibadah jemaat, usaha-usaha sosial, dan lain sebagainya.

Dalam buku Locher, G.P.H (1997) yang berjudul Tata Gereja-Gereja Protestan di

Indonesia, yang menjelaskan bahwa fungsi Tata Gereja dalam gereja ialah menciptakan

suasana sopan dan teratur, dan menetapkan peraturan-peraturan yang harus diikuti untuk mewujudkannya. Tata gereja merupakan sarana yang dipakai Kristus dalam memerintah Gereja-Nya. Tata gereja itu merupakan aturan dan pedoman untuk menjaga supaya di dalam gereja dan di dalam masyarakat segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur.

Adapun buku lain yang mendukung penelitian ini antara lain Buku Sejarah

Jubileum 125 Tahun HKBP Balige (2006) yang diterbitkan oleh ketua seksi sejarah yang

(21)

menerima Firman Tuhan, banyak ajaran yang muncul. Bermacam cara mereka lakukan untuk menarik minat anggota jemaat HKBP Balige dan jemaat cabang agar meninggalkan HKBP. Namun berkat kegigihan para pendeta, dimana segala usaha mereka lakukan agar jemaat HKBP tidak tertarik dengan ajaran itu. Dan pada akhirnya pun ajaran tersebut gagal tanpa hasil, malah mereka menuai kerugian moral dan material.

1.5 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan penulisan sejarah yang deskriptif analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan. Tahapan-tahapan ini ada empat bagian yaitu sebagai berikut:

Tahap pertama, Heuristik (pengumpulan data) yang sesuai dengan objek yang diteliti. Hal ini menggunakan metode penelitian kepustakaan/studi literatur dan metode penelitian lapangan/studi lapangan. Dalam penelitian kepustakaan tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan beberapa buku, artikel, dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya yang berkaitan dengan judul yang telah dikaji. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan dengan cara menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini, khususnya informan yang merupakan sebagai pelaku perkembangan Gereja HKBP di Balige.

(22)

isi atau fakta baik yang bersifat tulisan misalnya, buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan perpustakaan daerah. Kritik ekstern yang dilakukan untuk menentukan keabsahan data dan dilakukan dengan cara pengujian untuk menentukan keaslian sumber, baik dari buku maupun wawancara dengan narasumber.

Tahap ketiga, Interpretasi yaitu tahap menafsir atau menganalisis suatu sumber atau data yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk berupaya menghilangkan kesubjektifitasan data, walaupun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total. Interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data sementara sebelum peneliti menuangkannya dalam penulisan. Kemudian menghasilkan suatu kesimpulan dari objek yang diteliti baik secara analisi maupun sintetis.

(23)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA HKBP RESSORT BALIGE

DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN TAHUN 1954-1981

2.1 Sejarah Ringkas Gereja HKBP Ressort Balige

Pada tanggal 6 Mei 1956, Johannes Warneck ditempatkan di Balige. Sebelum melakukan misi zending Johannes Warneck melakukan observasi didampingi oleh para penginjil lainnya seperti G. Pilgram, Pohlig, Jung, dan Bruch selama 3 hari di daerah penginjilan Tanah Batak yaitu pada bulan Maret 1957. Dalam observasi tersebut mereka mendapat sambutan yang baik dari para raja serta menjamu mereka dengan makan dengan khas Batak. Dari hasil observasi itulah dia memilih daerah Balige sebagai tahap awal untuk melakukan pengabaran Injil dan sebagai pos penginjilan untuk Tanah Batak.8

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan arti “silsilah”, dua arti untuk kata “sejarah” yang perlu dikutip di sini.9

8

J. R. Hutauruk, Tebarkanlah Jalamu, Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 2010. hal 43. 9

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, 1976, hal. 887.

(24)

mengenai fakta tersebut. Ada perbedaan antara peristiwa dari masa lampau, dan ilmu yang menguraikan peristiwa yang dimaksud.

Dalam pemakaian kata sehari-hari kedua arti seringkali saling ditukar. Kita mengatakan: “orang ini meneliti sejarah gereja Batak”, artinya masa lampau. Tetapi juga dikatakan: “saya belajar sejarah gereja”, artinya ilmu sejarah gereja.10

Perbedaan ini patut diperhatikan, karena inilah yang dapat menjelaskan kepada kita apa yang hendak dicapai oleh imu sejarah. Pertama ada peristiwa dan kejadian, kenyataan dari masa lampau yang dapat dihubungkan dengan nama-nama dan tanggal-tanggal. Semula hal ini adalah fakta objektif, yaitu hal yang dapat ditetapkan dengan kepastian. Kadang-kadang sulit untuk menetapkan fakta ini, khususnya kalau suatu peristiwa telah terjadi jauh di masa lampau, sehingga perlu penelitian ilmiah terhadap sumber-sumber di arsip-arsip.

11

Inti dan hakekat ilmu sejarah adalah uraian mengenai peristiwa yang pernah terjadi. Ilmu sejarah mencoba menafsirkan fakta historis, menetapkan arti dan makna dari apa yang terjadi pada masa lampau, juga dalam hubungannya dengan peristiwa lain. Ilmu sejarah mencoba mempersatukan kepingan-kepingan dari masa lampau menjadi satu cerita atau satu gambar yang jelas. Untuk itu ilmu sejarah mencari hubungan antara satu peristiwa dengan yang lain. Tujuan dari segala usaha menguraikan dan menafsirkan zaman lampau ini ialah untuk menciptakan suatu gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang masa yang telah silam.12

10

De Jonge, C, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hal. 14. 11

Ibid, hal. 15. 12

(25)

Oleh karena itu defenisi sejarah gereja harus menghubungkan kedua hal ini: uraian kenyataan dan penilaian theologis13

HKBP adalah Gereja, bukan lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Oleh sebab itu yang dibutuhkan oleh jemaat HKBP adalah pelayanan yang takut akan Tuhan, bukan pelayanan yang memiliki gelar. Jika pelayanan HKBP memiliki rasa takut akan Tuhan, maka yang namanya pendeta materialistis, gila hormat tidak ada dalam daftar pelayanan HKBP. HKBP juga bukan lembaga pelestarian budaya Batak. Tujuan dari dipeliharanya adat Batak oleh para missionaris dari Jerman adalah agar orang Batak bisa menerima 100% Firman Tuhan yang mereka bawa. Itu adalah salah satu starategi penginjilan untuk memenangkan Kristus.

, sehingga menjadi nyata bahwa sejarah gereja adalah pertanggungjawaban masa silam gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus. Defenisi yang berikut boleh menjadi kesimpulan di atas: ilmu sejarah gereja meneliti bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Tuhan.

14

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gerej masyarakat Gereja ini tumbuh dari misi RMG ini, HKBP memiliki lebih dari 3 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai

13

Theologi; berasal dari bahasa Jerman yang artinya ilmu ketuhanan, ajaran tentang Allah secara Am ajaran tentang agama Kristen. Oleh karena itu tujuan ilmu theologia adalah berbicara tentang Allah atau memperhadapkan Firman Allah kepada dunia (Karl Barth).

Istilah teologi, dalam bahasa Yunani adalah "theologia". Istilah yang berasal dari gabungan dua kata "theos, Allah" dan "logos, logika". Arti dasarnya adalah suatu catatan atau wacana tentang, para dewa atau Allah.

14

(26)

beberapa gereja di Luar Negeri, seperti di

15

Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini

juga16

HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan Gereja-gereja yang

menganut sistem episkopal seperti

pertama adalah Dr. sejumlah Kepala Departemen. Di bawahnya adalah gereja, sementara di bawah distrik terdapat di tingkat yang paling bawah adalah jemaat individual yang dipimpin oleh17

15

Berkhof, H, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hal. 13. 16

Ephorus HKBP, Bonar Napitupulu, Wawancara, 2 April 2011. 17

(27)

Adapun daftar Ephorus HKBP dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

1962 Terpilih dalam Sinode Godang Istimewa.

4. Pdt. G.H.M. Siahaan 1974 Tabel 1.1.

Sumber :Distrik XI Toba Hasundutan

Sebelum berdirinya gereja HKBP Balige secara fisik, masyarakat masih mengadakan ibadah di lapangan terbuka. Melihat keadaan itulah maka Pdt. Pilgram mengajak masyarakat untuk membangun gereja yang besar dan lebih bagus. Kemudian pada tanggal 14 Mei 1881, diadakan rapat yang dipimpin oleh Pdt. Pilgram untuk merencanakan pembangunan Gereja. Semua peserta rapat saat itu setuju dan persetujuan akan pembangunan gereja bukan hanya dalam perkataan saja, tetapi benar-benar nyata saat itu dana terkumpul sebanyak 700 ringgit. Pembangunan gereja baru dapat selesai tepatnya pada tanggal 26 April 1883 dan dimasuki menjadi Gereja yang disebut dengan HKBP Balige oleh ompu Ephorus Pdt. DR. Ingwer Ludwig Nommensen.18

Pada saat diresmikannya gereja HKBP Balige, ketegangan terjadi di seluruh tanah Batak. Banyak dari orang yang telah menerima Kristus murtat akibat kejamnya perang

18

(28)

antara Belanda dengan Sisingamangaraja. Namun sebagian besar penduduk Humbang dan Balige semakin kokoh dan bersatu dalam mewujudkan pembangunan gereja seperti halnya di Paindoan dan Tampubolon. Pdt. Pilgram selalu hadir dalam segala kegiatan masyarakat Toba Balige, sehinga pada tahun 1954 sebanyak 606 orang menerima Babtisan Kudus.

Sudah semakin banyak masyarakat Balige yang semakin tertarik akan Firman Tuhan dan juga dikarenakan ketenangan yang sudah semakin membaik. Karena dari sejak awal Pdt. DR. Ingwer Ludwig Nommensen selalu menekankan agar putera bangsa semakin giat belajar dan menekuni Firman Tuhan supaya nanti mampu memimpin HKBP maupun bangsa Indonesia. Dan juga Missionaris yang paling berhasil adalah DR. I.L. Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya menyebarkan agama di wilayah Tapanuli. DR. I.L. Nommensen dalam misinya selalu berpedoman kepada apa yang Ia pelajari di Jerman melalui beberapa buku tentang Suku Batak (Tanah Batak).19

19

Simanjuntak, Pahala, Wawancara, 26 Maret 2011.

2.2 Pertumbuhan Gereja HKBP di Tengah-Tengah Masyarakat Balige

(29)

Jika konsep gereja yang bertumbuh itu diartikan dengan perluasan dan perkembangan, maka rasul-rasul itu bisa dikatakan tidak berhasil dalam mendirikan gereja – karena sekarang gereja-gereja yang dilayani para rasul dulu tinggallah puing-puing saja. Ini harus menjadi pemikiran kita mengenai apa artinya gereja yang bertumbuh. Karena itu, gereja yang bertumbuh tidak berarti harus selalu eksis di sepanjang zaman dan terus memperbanyak diri.

Adapun Gereja yang bertumbuh menurut Alkitab yaitu:

Pertama, kita harus menangkap spirit dan bukan permukaan atau gejala lahiriah. Jika kita hanya menangkap hal-hal lahiriah, maka kita akan kecewa karena gereja mula-mula tidak ada bekasnya sekarang. Spirit gereja yang bertumbuh adalah terdiri dari jemaat yang sudah lahir baru dan bertobat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Jemaat mula-mula adalah jemaat yang berpusat pada Tuhan, ada tindakan-tindakan nyata yang mereka lakukan. Perubahan yang esensial adalah perubahan tujuan hidup, kalau dulu untuk kepentingan diri sekarang untuk kemuliaan Allah yang kita sembah. Allah yang kita sembah adalah Raja di atas segala raja yang patut kita sembah. Hidup kristen bukan hidup untuk dirinya lagi. Kita sudah dibeli dan harganya telah lunas dibayar karena itu kita harus memuliakan Allah dengan seluruh hidup kita. Ini hal yang sangat mendasar tentang gereja yang bertumbuh. Jika kita sudah memiliki dasar ini, jelas responnya akan berbeda.

(30)

adalah pertumbuhan tingkat kualitas rohani atau pertumbuhan kedewasaan rohani anggota jemaat. Sedangkan Pertumbuhan gereja/jemaat kuantitatif adalah pertumbuhan jumlah anggota. Pertumbuhan ini dapat berasal dari tiga sumber, yaitu (a) kelahiran biologis dari anggota keluarga jemaat; (b) perpindahan anggota dari gereja/jemaat lain; dan (c) penambahan anggota jemaat sebagai hasil dari pemberitaan injil. Pertumbuhan gereja yang dimaksud dalam bahasan ini adalah pertumbuhan gereja yang kuantitatif yang merupakan hasil dari usaha pemberitaan Injil.20

Pada dasarnya pertumbuhan gereja mencakup dua bidang paradigma spiritual dan organisasional. Hal yang demikian ini diungkapkan dengan jelas oleh teori penginjilan modern bahwa jika seseorang mengalami pembaharuan rohani dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya, Roh Kudus akan mendorong hatinya untuk bersaksi kepada

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, ada catatan bahwa pertumbuhan gereja

tidak selamanya berjalan lancar. Ada kalanya pertumbuhan gereja mengalami kendala, seperti jumlah warga gereja mulai berkurang dan akhirnya lenyap sama sekali. Pertumbuhan Gereja khususnya di Gereja HKBP terjadi melalui pemberitaan Injil para rasul dan murid lainnya. Mula-mula para rasul menjadi pelopor dalam memberikan kesaksian. Kemudian murid-murid lainnya yang merupakan gerakan semua umat Kristen ikut melakukan tugas itu. Kesaksian para rasul dan murid lainnya merupakan dua gerak yang berjalan bersama serta saling mengisi. Keduanya merupakan mitra yang saling melengkapi. Yang satu menunjang yang lain, yang satu membutuhkan dan memperkuat yang lain. Keduanya mewujudkan gerak harmonis dari satu tubuh Kristus.

20

(31)

sesamanya yang belum menerima Kristus. Adapun tujuan pertumbuhan gereja yaitu untuk melipatgandakan dan mendewasakan gereja. Dengan kata lain, yaitu untuk lebih mengefektifkan penyebaran Injil dan melipatgandakan gereja-gereja di daerah baru.21

Gereja yang sehat adalah gereja yang bertumbuh secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, gereja mula-mula hanya 120 orang, setelah Pentakosta jumlah mereka bertambah 3000 jiwa. Adapun ciri-ciri pertumbuhan gereja adalah (a) penekanan terhadap Firman Tuhan. Jemaat mula-mula menempatkan Firman Tuhan (pengajaran rasul-rasul) sebagai fondasi dan kehidupan sebagai jemaat. Gereja tidak akan mengalami pertumbuhan jika hanya berisikan ajaran moral atau kata-kata motivasi dari manusia. (b) adanya persekutuan yang indah. Persekutuan jemaat mula-mula ditunjukkan dengan sering berkumpul, bersatu, saling menolong, dan makan bersama. Tanpa persekutuan, gereja tidak bisa bertumbuh. Di dalam persekutuan kita dapat saling member dan menerima karena ada banyak orang yang membutuhkan kasih dan perhatian kita. (c) mengadakan Perjamuan Kudus. (d) bertekun dalam doa. Tanpa persekutuan doa, gereja tidak mungkin bisa maju, Karena Tuhan yang member pertumbuhan. Tanpa doa berarti kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.22

Terdapat perbedaan besar antara kehidupan jemaat mula-mula dengan kehidupan gereja dewasa ini. Di kota-kota besar, pertumbuhan gereja hampir seirama dengan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, seperti mall, pusat bisnis, dan lain sebagainya. Jemaat mula-mula tumbuh dalam kesederhanaan, tetapi dalam tuntunan Roh yang sangat kuat.

21

Wawancara dengan Pdt. Pahala Simanjuntak, tanggal 26 Maret 2011.

22

(32)

Persekutuan yang erat menjadi ciri utama serta manifestasi dari kuasa Roh Kudus, yang memberanikan mereka menjadi saksi-saksi Kristus yang tangguh. Jumlah orang percaya terus bertambah walau banyak rintangan dan bahaya yang dihadapi.23

23

Ibid, hal. 29.

Dengan adanya pertumbuhan gereja khususnya di gereja HKBP Balige, maka dengan semangat kekristenan di Balige semakin menampakkan mutu keimanan mereka, sebab pada tahun 1934 HKBP Balige kembali membangun Sekolah Frobel (STK). Jemaat HKBP Balige dan cabangnya diwajibkan memberi sumbangan namun jumlah sumbangan tidak ditentukan besarnya, RS HKBP Balige tetap turut ambil bagian dalam semua pembangunan yang diprakarsai gereja, yang walau beban dan tanggung jawab mereka sungguh berat. Namun mereka tetap memberikan yang terbaik bagi pembangunan sekolah tersebut.

(33)

[Survei Antar Sensus BPS Kabupaten Toba Samosir, 1980]

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk kecamatan Balige yang menganut agama Kristen protestan sebanyak 36.881 jiwa, yang beragama Islam 19.004 jiwa, yang beragama Kristen Katolik sebanyak 22.997 jiwa.

(34)

bagan ini, semua bagian dari HKBP dapat dilihat mulai dari Sinode Agung sampai kepada bagian seksi gereja HKBP. HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan Gereja-gereja yang menganut sistem episkopal seperti yang pertama adalah Dr. Jenderal dan sejumlah Kepala Departemen.24

24

(35)

BAB III

PERKEMBANGAN GEREJA HKBP RESSORT BALIGE DISTRIK XI

TOBA HASUNDUTAN TAHUN 1954-1981

3.1 Masuknya Para Missionaris Kristen di Tengah-Tengah masyarakat Balige

Sebelum Belanda masuk ke Indosesia, Batak Toba berada pada satu kerajaan, yaitu kerajaan Batak yang berpusat di Bakara, Kerajaan Batak yang berada dalam pemerintahan dinasti Sisingamangaraja membagi Kerajaan Batak dalam 4 (empat) wilayah yang disebut Raja Maropat, yaitu:

1. Raja Maropat Silindung

2. Raja Maropat Samosir

3. Raja Maropat Humbang

4. Raja Maropat Toba25

25

J. R. Hutauruk, Tebarkanlah Jalamu, Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 2010, hlm. 23-24

Setelah kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia tetap menjadikan Tapanuli

menjadi sebuah keresidenan. Dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan Residen Tapanuli yang

pertama. Ada sedikit perubahan dilakukan pada nama namun pembagian wilayah tetap sama.

Nama Afdeling Batak landen misalnya diubah menjadi Luhak Tanah Batak dan luhak pertama

(36)

Ketika penyerahan kedaulatan ke tangan RI pada permulaan 1960, Keresidenan

Tapanuli yang sudah disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 (empat)

kabupaten baru, yaitu:

1. Kabupaten Tapanuli Utara (sebelumnya Kabupaten Tanah Batak)

2. Kabupaten Tapanuli Tengah (sebelumnya Kabupaten Sibolga)

3. Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelumnya Kabupaten Padang Sidempuan)

4. Kabupaten Nias

.

Pada tahun 1961 missionaris datang ke tanah Batak, yaitu dengan tujuan untuk memberitakan Injil kepada masyarakat Batak sebelum masyarakat Batak mengenal agama Kristen. Sebelumnya masyarakat Kristen masih menganut agama animisme atau penyembahan berhala. Masyarakat masih dalam dunia kegelapan rohani. Namun setelah datangnya para misssionaris ke tanah Batak, masyarakat Batak semakin mengenal Tuhan dan mulai mengikuti ibadah yang diajarkan oleh para missionaris tersebut.

(37)

Pada tahun 1963 jumlah orang Batak Toba yang tinggal di Tanah Batak (Balige) sudah ribuan orang. Kedatangan mereka ke Balige setelah terbentuknya Balige sebagai daerah otonom lebih banyak dengan kenderaan umum dan datang secara pribadi tanpa membawa keluarganya. Setelah mendapat pekerjaan yang pasti dan dapat memberikan kehidupan yang layak kepada keluarga baru mereka menyuruh keluarganya untuk datang ke Balige. Kebanyakan orang rantau Batak Toba tidak ingin kembali walupun tidak mendapat pekerjaan. Jika tidak dapat bekerja di bidang pemerintahan mereka lebih memilih membuka usaha yang baru dan hidup menetap di Balige.

Sebagian dari mereka memeluk agama Kristen dan sebagian lagi memeluk agama lain. Mereka tinggal di ladang-ladang dengan memakan ubi dan sedikit beras. Kehidupan orang Batak di Balige tidaklah nyaman karena prajurit Belanda sering mendatangi rumah-rumah penduduk untuk meminta makanan dan uang. Penjajahan Hindia Belanda daerah Balige menjadi satu Onder Afdeling yang dipimpin oleh Controleur yang berkebangsaan Belanda.

Adapun hubungan sosial dalam masyarakat Batak Toba ditinjau dari fungsi marga, dengan adanya marga akan memudahkan untuk saling mengenal hubungan dan kedudukan masing-masing pihak. Nama panggilan seseorang adalah nama marganya bukan nama pribadinya, jadi apabila orang Batak Toba bertemu maka yang pertama ditanya adalah nama marganya. Dengan mengetahui marga, maka akan mengikuti proses penelusuran silsilah untuk mengetahui kekerabatan di anatara mereka yang sering disebut dengan

(38)

Pada awal tahun 1964 Gereja Babtis Inggris mengutus 2 (dua) orang missionaris ke Tanah Batak yaitu Pdt. Burton dan Pdt. Ward. Mereka berlabuh dan mendarat ke Bengkulen (Bengkulu sekarang) untuk menjumpai kepala pemerintahan Belanda di Sumatera (Gouverneur). Tuan Raffles yang pada saat itu memangku jabatan sebagai gubernur Sumatera. Setelah beberapa lama tinggal di Bengkulu, sambil belajar bahasa dan kebiasaan orang Batak, barulah mereka berangkat menuju ke Silindung (Tarutung) melalui pelabuhan Sibolga-Barus.

Dari Barus, kedua pendeta dengan berjalan kaki melalui hutan dan perbukitan sampai di Silindung. Sungguh sangat heran kedua pendeta (Burton dan Word) melihat orang-orang Batak yang datang melihat dan mendengar akan maksud dan tujuan kehadiran mereka. Setelah orang-orang Batak yang hadir pada pertemuan itu mendengar maksud dan tujuan kedua pendeta, secara spontan mereka menyoraki dan pulang meninggalkan mereka. Dari sini dapat dikatakan missi kedua pendeta gagal dan mereka kembali ke Sibolga melanjutkan perjalanan sampai ke Padang (Sumatera Barat).

(39)

banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP, HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat.26

Pada tanggal 24 Desember 1964 Zending Barmen mengutus dan memberangkatkan Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen ke Sumatera dengan tujuan tanah Batak. Selama 142 hari di perjalanan melalui laut (kapal laut), beliau tiba di Padang tepatnya tanggal 14 Mei 1965. Pdt. Ingwer Ludwig Nommensen tinggal di Padang hanya 39 hari, sambil belajar bahasa dan budaya Batak, yang walau telah pernah dipelajarinya dari buku N. Van Der Tuuk. Selama dalam perjalanan dari Padang tanggal 23 Juni 1965, tibalah Pdt. I.L. Nommensen di Sibolga- Barus.27

Nommensen yang pertama kali berangkat dari Sipirok ke Silindung melalui jalan yang sungguh sulit, dimana hutan dan perbukitan yang terjal harus ia lalui, dan tidak hanya itu, dia harus selalu waspada dari raja-raja yang harus dilaluinya serta binatang berbisa maupun harimau yang memang pada saat itu disebut harimau sumatera.

Selama kurang lebih 6 bulan Pdt. I.L. Nommensen di Barus, dia selalu berkomunikasi dengan pendeta yang ada di Sipirok, Angkola dan juga di Parau Sorat. Barulah beliau resmi meninggalkan Barus dan tinggal di Sipirok. Selama 6 bulan Nommensen tinggal di Parau Sorat, namun hati dan pikirannya selalu tertuju ke Silindung. Daerah Silindung dan Toba itulah target kehadiran Nommensen, sesuai dengan pesan Inspektur Barmen yang pada saat itu dipimpin oleh Rhoden.

26 Alamanak HKBP, 1960.

(40)

Kunjungan ke Silindung saat itu memang benar-benar ditekuni dan direncanakan, tapi apa daya, Nommensen tidak dapat bertemu dengan masyarakat Silindung, beliau hanya dapat memandang daerah itu dari bukit Siatas Barita (saat ini disebut Wisata Rohani Salib Kasih), disanalah Nommensen berdoa agar kiranya Tuhan Allah memberikan kepadanya kekuatan dan kemampuan untuk dapat menginjakkan kaki di Silindung.

Nommensen dalam missinya selalu berpedoman kepada apa yang Ia pelajari di Jerman melalui beberapa buku tentang Suku Batak (tanah Batak). Ia teringat akan pesan inspektur Rhoden dari Jerman, bahwa setiap tempat di tanah Batak, harus terlebih dahulu menemui raja setempat. Pada awalnya penduduk Silindung termasuk Raja Pontas Lumbantobing sungguh sangat sulit untuk menerima pengajaran akan Firman Tuhan, bahkan banyak orang yang membencinya. Benar-benar Tuhan selalu menyertai dan memimpin setiap langkah hambaNya Nommensen.

Nommensen dalam setiap kehidupannya tidak hanya mengajarkan Firman Tuhan, tetapi sekaligus melakukan pengobatan dan bahkan menebus orang-orang yang telah dijual orang tuanya menjadi pembantu akibat kekalahan bermain judi. Dengan kehadiran Nommensen di daerah Silindung kenyamanan, keamanan dan perang antar kampung mulai reda. Hampir setiap hari diadakan pengajaran akan Firman Tuhan dan juga soal kebersihan serta menulis dan membaca. Nommensen membangun rumah sekolah dan tempat pengobatan yang di bantu oleh Raja Pontas Lumbantobing. Ketenangan dan damai serta kesehatan masyarakat di Silindung sudah mulai tersiar ke Humbang dan Toba.28

(41)

Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing (Raja Batak pertama yang dibabtis) untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa Ia tidak diterima baik oleh penduduk. Setelah tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah 1.250 jiwa.

3.2 Perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige

Sesuai perkembangan gereja, pada masa awal gerakannya berciri sosial budaya dan keagamaan. Pengorganisasiannya terjadi menurut daerah asal, suku atau agama serta kemudian ideologi, dengan tujuan yang mula-mula lebih terkait pada soal sosial budaya dan ekonomi. Organisasi “suku-suku Kristen” lebih merupakan organisasi kesukuan atau kedaerahan daripada keagamaan, walaupun dipimpin dan beranggotakan mayoritas orang Kristen. Tetapi organisasi-organisasi ini diuraikan di sini karena memperlihatkan latar belakang sosial dan politik orang Kristen Indonesia, serta sekaligus menjadi wadah alternatif. Memang organisasi-organisasi itu tidak dapat dianggap langsung menjalankan atau mewakili pihak Kristen dalam pergerakan nasional, kecuali yang jelas menegaskan diri sebagai organisasi Kristen.

(42)

dapat merasakan betapa besarnya peranan Gereja, termasuk pendeta yang tak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk dapat beribadah di gereja tersebut. Hal itulah yang terus meningkatkan perkembangan gereja HKBP tersebut.

Setelah Kristen dapat di terima dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh para missionaris, pada tahun 1966 HKBP melakukan tugasnya untuk menjalankan misi yaitu mengkristenkan seluruh tanah Batak yang masih berkepercayaan sipelebegu (penyembah berhala) secara damai dan tidak secara paksaan. HKBP di Balige semakin bermasyarakat dimana program yang dilaksanakan oleh para missionaris zending ini di Tanah Batak berkembang dengan pesat karena mencakup aspek-aspek yang berkaitan langsung kepada pembaharuan kehidupan.29

Tibanya Jepang ke Tanah Batak merupakan hambatan bagi para missionaris untuk menjalankan programnya. Setelah Jepang berkuasa diseluruh Tanah Batak, mereka menangkap Bangsa Eropa termasuk Pendeta-Pendeta Jerman yang bertugas untuk program misinya. Selama kepemimpinan Jepang di Indonesia program kristenisasi terhambat.

Perkembangan HKBP di Balige ditandai dengan berdirinya Distirk XI Toba Hasundutan. Akan tetapi distrik ini mengalami kekosongan karena zaman itu berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia dan masuknya tentara Jepang untuk menguasai seluruh Asia yang bersemboyangkan gerakan 3A yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Dengan gerakan ini Jepang berhasil menguasai sebagian Asia termasuk Indonesia.

29

(43)

Jepang melakukan perampasan harta dan asset-aset HKBP seperti rumah sakit, gereja, sekolah, dan tempat tinggal pendeta untuk dijadikan sebagai keperluan perang, dan gedung digunakan sebagai pos tentara Jepang. Walaupun Jepang tidak mendukung program kristenesasi, HKBP tetap menjalankan misinya.30

Kalau diterjemahkan Huria Kristen Batak adalah wadah persekutuan dari orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di seluruh dunia ini, yang dibaptis ke dalam Nama Allah Bapa, Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Gereja ini adalah suatu perwujudan nyata dari Tubuh Kristus, yang menyaksikan kesatuan orang percaya di seluruh dunia ini.

Pada tahun 1968 perkembangan gereja HKBP Balige juga dilihat dari segi bangunan yang besar karena dari tahun ke tahun gereja HKBP tersebut tidak pernah lepas dari pembangunan. Selain itu juga, banyak jemaat yang beribadah ke gereja tersebut karena melihat situasi dan kondisi gereja yang nyaman dan panitia gereja juga yang tidak hentinya mengajak masyarakat untuk melakukan ibadah dan mengabarkan Injil.

Dalam Almanak HKBP 1968 di halaman 3 ditulis:

Huria Kristen Batak Protestan ima pardomuan ni halak Kristen sian sude marga,

houm dohot bangso di Indonesia on dohot di sandok portibi on, na tardidi tu bagasan Goar

ni Debata Ama, AnakNa Tuhan Jesus Kristus dohot tondi Parbadia. Ima sada hapataran di

pamatang ni Kristus na marpanindangion na manghamham na porsea di sandok portibi on.

31

30

Skripsi, Sejarah HKBP di Tapanuli Utara, Universitas Negeri Medan.

31

(44)

Gereja merupakan suatu organisme yang hidup dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sehingga dapat menyembah, bersekutu, bertumbuh, melayani, dan menginjili. Namun gereja yang hidup, dinamis, dan berkembang juga membutuhkan organisasi yang tertib supaya dapat berjalan baik. Inilah yang dihadapi jemaat mula-mula dalam tahun-tahun permulaan gereja. Pada saat jemaat masih kecil dan urusan belum banyak, para rasul masih dapat menangani banyak hal. Namun ketika gereja bertumbuh menjadi besar, perkara gereja pun bertambah. Apalagi bila jemaat berasal dari multi etnis dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda, seperti jemaat mula-mula.32

Sejak perkembangan HKBP, masalah ibadah telah mendapat perhatian besar para zendeling RMG yang melayani di Gereja Batak. Sikap dan perhatian ini dibuktikan dengan disusun sebagai cara untuk mengatur anggota jemaat yang semakin bertambah, terutama di daerah Silindung dan sekitarnya. Para zending mulai mengusahakan untuk membangun jemaat yang teratur dan sanggup membendung pengaruh “kekafiran” di Tanah Batak.

HKBP telah menuangkan pengertian khusus “ibadah” atau “kebaktian” dalam Garis-garis Besar Pembinaan dan Pengembangan HKBP tahun 1969 yang menyatakan bahwa kebaktian adalah upacara Gerejawi di mana sejumlah orang percaya berkumpul untuk mengadakan persekutuan dengan Allah Bapa. Sifat-sifat kebaktian HKBP sama dengan sifat-sifat kebaktian pada jemaat mula-mula, yaitu perasaan dan pengertian yang diterangi oleh Roh Kudus tentang perbuatan-perbuatan besar Allah.

33

32

Iskandar, Andrea, Op, Cit, hal 73.

33

(45)

Di dalam Tata Jemaat itu dimuatlah aturan mengenai kehidupan jemaat Kristen, kebaktian Minggu dan ibadah harian. Dan untuk membantu terselenggaranya aturan-aturan ini, diangkatlah beberapa orang untuk menjadi sintua, diakones dan guru anak-anak. Dalam tata kebaktian pada waktu itu sudah ada pembacaan Dasa Titah sebelum pengakuan dosa dan pengampunan dosa.

Sebelumnya, Agenda sudah disusun, walaupun pemakaiannya belum seragam di semua Gereja. Semua hal yang menyangkut ibadah di HKBP sampai sekarang tetap merupakan hal yang sangat penting untuk digumuli melalui rapat-rapat pendeta dan sidang-sidang Sinode Agung. Unsur-unsur yang berperan penting dalam kebaktian HKBP sepanjang sejarah HKBP adalah liturgi (Agenda), kalender Gerejawi, pelayanan ibadah,

nyanyian Gerejawi dan musik.

Berdasarkan Agenda tahun 1970 ada 11 tata kebaktian yang telah disediakan untuk menjalankan setiap jenis kebaktian, yaitu: Tata kebaktian hari Minggu, tata kebaktian pembaptisan anak-anak, penerimaan calon baptis dewasa, pembaptisan orang dewasa, peneguhan sidi, pemberkatan nikah, persiapan perjamuan kudus, perjamuan kudus bersama dengan persiapannya, perjamuan kudus (di rumah dan di tempat lain, penahbisan penginjil bibelvrouw dan diakones, dan penahbisan gedung Gereja.

(46)

suku, kaum dan bangsa yang berada di wilayah Indonesia dan di seluruh dunia mendapat baptisan di dalam nama Allah Bapa.

HKBP Balige terletak di pusat ibu kota kabupaten Toba Samosir (Tobasa). Memiliki warga jemaat 1500 KK dilayani 3 orang Pendeta 1 orang Guru Huria dan 1 orang Bibelvrouw dan 40 orang Parhalado. Kini HKBP Balige telah berusia 128 tahun. Tuan Pandita Pilgram dikenal sebagai missionaris perintis benih injil (sitastas nambur) di daerah ini. Untuk melayani warga jemaat yang berjumlah 4000 jiwa ini kebaktian diadakan 3 kali setiap minggunya dengan menggunakan bahasa batak Toba. Rata-rata warga jemaat yang mengikuti kebaktian 900-1000 jiwa. Kehadiran Pendidikan Diakones, Akademi Perawat (AKPER) HKBP, Rumah Sakit HKBP dan SD swasta HKBP persis di samping gereja menuntut pelayanan yang maksimal.34

oleh itu, Toba telah menjadi salah satu distrik pada yakni

Pada Distrik XI Toba Hasundutan ada sebanyak 8 (delapan) (dua puluh delapan) gedung gereja HKBP.

Distrik XI Toba Hasundutan yang berkantor di Pearaja Tarutung memimpin 8 Resort

yaitu :

1. Ressort Balige

34

(47)

2. Ressort Tampahan

3. Ressort Tambunan

4. Ressort Huta Gaol

5. Ressort Hinalang Silalahi

6. Ressort Parik Sabungan

7. Ressort Bonan Dolok

8. Ressort Laguboti

Resort-resort dipimpin oleh Pendeta Resort dan menaungi jemaat-jemaat yang dipimpin

oleh Guru Huria.

(48)

menanamkan modalnya di sekitar Balige yang tentu membawa kemajuan bagi masyarakat sekitar.35

Ketika mahasiswa sekolah Pendeta mengadakan kunjungan gerejawi ke HKBP Balige pada tahun 1976, warga jemaat memberikan perhatian terhadap fungsi gereja sebagai tempat bersekutu dengan Tuhan. Mulai dari anak Sekolah Minggu hingga orangtua silih berganti mengikuti kebaktian. Dalam kesempatan ini pula mahasiswa sekolah Pendeta menyaksikan beberapa koor puji-pujian. Kunjungan ini sudah lama dinanti-natikan warga jemaat mengingat Pendeta HKBP Ressort Balige yakni Pahala Simanjuntak dan Gr Monang Lumban Tobing (Guru Huria) adalah alumni Seminarium Sipoholon. Ketika mahasiswa memperdengarkan koor puji-pujian tersebut warga jemaat merasa imannya dibangunkan.36

Untuk menggambarkan perkembangan gereja sejak tahun 1954, dalam beberapa hal perlu kembali pada masa lalu dengan menguraikan pertumbuhan bagian-bagian tertentu organisasi gereja dalam abad ke-19 dan ke-20. Dengan demikian nyatalah dengan jelas betapa keadaan telah berubah sejak tahun 1954, tetapi juga masih ada kesinambungan dengan masa lalu.37

35

Ramlo R. Hutabarat, Tapanuli Dari Suatu Masa Pada Suatu Ketika.

sebagai salah satu sumber tertulis dalam opininya pada Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi Jumat, 5 Januari 2006.

36

Wawancara, Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh.

37

Locher, G.P.H, Tata Gereja-GerejaProtestan di Indonesia : Suatu Sumbangan Pikiran Mengenai

(49)

Perang dengan Jepang menghasilkan perubahan secara radikal. Hal ini disebabkan oleh penjajahan Indonesia dengan tentara Jepang, tak mungkin lagi mempertahankan pola kepengurusan gereja yang ada, di mana Pengurus Gereja untuk sebagian besar memegang pimpinan gereja. Kepengurusan itu harus dilaksanakan menurut cara yang lain. Ketika Jepang kalah, ternyata orang mendambakan reorganisasi gereja. Ketika hubungan dengan gereja di negeri Belanda pulih kembali, cara pelaksanaan rencana itu mengalami pengaruh pembaruan yang telah berlansung semasa perang dalam Gereja Hervornd Belanda. Hal itu nyata sekali dari rancangan tata gereja yang pada awal tahun 1978 diserahkan kepada gereja oleh Komisi Teologi (Komisi itu dibentuk kembali oleh Pengurus Gereja sesudah perang).38

Sesuai dengan perkembangan gereja HKBP Balige yang diawali pada tahun 1954 sejak Ephorus HKBP meresmikan Distrik XI Toba Hasundutan. Pada waktu peresmian gereja HKBP Balige pada tahun 1954, diadakan pesta besar menyambut kehadiran pimpinan HKBP dalam rangka peresmian distrik Toba Hasundutan. Dengan adanya perkembangan gereja HKBP Balige, maka semakin banyak jemaat yang datang beribadah ke gereja tersebut. Hal ini disebabkan karena tata pelayanan Pengurus Gereja yang sangat baik dan mengajak masyarakat Balige untuk melaksanakan ibadah di gereja HKBP tersebut.

39

Sesuai dengan perkembangan gereja, maka disini penulis membahas perkembangan pembangunan gereja HKBP Balige, sekolah HKBP Balige, sampai ke Rumah Sakit HKBP

38

Ibid, hal. 170. 39

(50)

Balige yang satu aliran dan ajaran agama yang sangat memperkuat iman masyarakat, sehingga masyarakat semakin banyak yang beribadah di gereja tersebut dan sekaligus banyak yang sudah memberitakan Injil ke daerah-daerah lain. Adapun perkembangan yang ditunjukkan HKBP Balige ini yaitu pembangunan Gereja HKBP Siahaan yang berada di Hinalang, HKBP Nasangkae yang berada di Pardede Onan, dan HKBP Tampubolon yang berada di Tampubolon.40 Ketiga gereja ini dibangun pada tahun yang sama, dan selesai pada tahun yang sama juga. Dan HKBP Balige pun dibagi menjadi 4 bagian ditambah dengan gereja HKBP Balige yang dibahas sekarang.41

Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pembangunan pelayanan HKBP Balige sampai ke Sihailhail dan Ranggitgit. Mulai saat itu lingkungan pelayanan HKBP Balige semakin luas. Dengan bertambahnya pelayanan ini, maka pelayanan pun tentu sangat dibutuhkan. Sehingga disepakati untuk menambah Sintua di lingkungan itu satu orang, Pada tanggal 31 Oktober 1954 tepatnya peresmian Distrik XI Toba Hasundutan, gereja HKBP Balige mengadakan pembangunan Gereja Ina (gereja Kaum Ibu) dan pembangunan sekolah guna untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Adapun sekolah yang dibangun antara lain SD HKBP Balige ada 3 bagian (SD HKBP I, SD HKBP II, dan SD HKBP III). Kehadiran SD HKBP ini adalah sebagai bukti keterampilan dan keuletan para tenaga pengajar (guru), sehingga pada saat itu SD HKBP Balige sangat digemari. SD HKBP Balige ini dipimpin oleh Ibu Delpina Pardede dibantu 7 orang PNS dan 4 orang honor, jumlah murid 259 orang.

40

Hutauruk, Bertauli, Wawancara, 19 Februari 2011. 41

(51)

yaitu St.B.Panjaitan yang diharapkan mampu melayani dan menjadi perpanjangan tangan HKBP Balige. HKBP Balige sebagai pusat pelayanan Distrik, maka segala kegiatan di Distrik ini selayaknyalah diketahui HKBP Balige dan Ressort Balige.

3.3 Struktur Organisasi HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah wadah persekutuan dari orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di seluruh dunia ini yang dibaptiskan ke dalam nama Allah Bapa, Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Gereja itu adalah suatu perwujudan nyata dari Tubuh Kristus, yang menyaksikan kesatuan orang beriman di seluruh dunia ini. Sehingga gereja HKBP mempunyai visi, misi dan prinsip untuk mengembangkan kehidupan yang bermutu melalui pelayanan-pelayanan yang telah diajarkan kepada jemaaat HKBP. Selain itu juga HKBP merupakan lambing tubuh Kristus yang harus diterima oleh jemaat yang beragama Kristen.

Adapun visi, misi dan prinsip HKBP tersebut adalah:

a. Visi, HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen.

(52)

amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.

c. Prinsip, Untuk melaksanakan misi menuju visi tersebut di atas, HKBP berpegang teguh pada prinsip di bawah ini.

1). Melayani, bukan dilayani 2). Menjadi garam dan terang

3). Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.42

Di dalam melakukan pelayanan HKBP terbagi atas HKBP umum (pusat), Distrik, Resort, Huria, dan Jemaat. Ditingkat HKBP umum adalah kesatuan segenap HKBP yang meliputi jemaat, resort, distrik, lembaga-lembaga maupun yayasan-yayasan yang dipimpin oleh Ephorus. Pelayanan umum dilakukan oleh Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, Kepala Departemen Marturia, Kepala Departemen Diakonia, yayasan, Ketua Rapat Pendeta, Majelis Pekerja Sinode, Badan Audit HKBP, Badan Usaha HKBP, Badan Penyelenggara Pendidikan HKBP, Badan Penelitian Pengembangan HKBP, Bendahara Umum, dan komisi.

Maksud dan Tujuan HKBP yaitu :

1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan.

2. Memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan.

3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. 4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP.

42

(53)

Distrik adalah kesatuan dari beberapa resort untuk memantapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di distrik itu. Pelayanan Distrik dipimpin oleh Praeses, Sekretaris Distrik, Bendahara Distrik, Kepala Bidang Kononia, Kepala Bidang Marturia, dan Kepala Bidang Diakonia. Resort adalah persekutuan jemaat-jemaat setempat untuk memantapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di tengah-tengah jemaat-jemaat. Pelayanan Resort dipimpin oleh Pendeta Resort, Majelis Resort, Sekertaris Resort, Pendeta yang dibantu oleh Bibelvrouw, Diakones, dewan

pengurus kegiatan tingkat Resort. Jemaat setempat adalah persekutuan beberapa warga HKBP

di suatu tempat tertentu, yang dipimpin oleh pimpinan jemaat setempat. Pelayanan tingkat

jemaat dipimpin oleh Guru Huria, Parhalado Huria, Seksi-seksi pengurus kegiatan di Huria,

Panitia pembangunan.

Menurut Pendeta JR. Hutauruk, tipe organisasi HKBP yang tersusun rapi yang

berbentuk piramida berlaku sistem presbiterial, sinodal dan episkopal. Dalam lapisan jemaat

berlaku ketiganya, namun yang menonjol ialah pesbiterial, yaitu jemaat melalui majelis jemaat

mengatur dirinya, sehingga lapisan-lapisan di atasnya bisa hidup teratur. Unsur sinodal

mendapat tekanan baik di lapisan resort maupun di lapisan resort maupun di lapisan teratas

Sinode Godang. Seluruh kepemimpinan presbiterial dan sinodal itu dikuatkan lagi oleh unsur

episkopal, yaitu dalam jabatan Eporus termasuk Praeses dan Pendeta Resort.

Adapun jabatan-jabatan struktural di HKBP berdasarkan Aturan dan Peraturan HKBP

adalah sebagai berikut:

1. Ephorus

(54)

dengan Konfesi, Tata Gereja dan Siasat Gereja HKBP. Periode kepemimpinannya selama 4 tahun dan dia dapat dipilih kembali untuk mimpin selama 2 periode.

Adapun yang menjadi tugas-tugas Eporus sesuai dengan Aturan dan Peraturan HKBP 1979 adalah sebagai berikut:

a. Menggembalakan jemaat-jemaat dan pelayan-pelayan di segenap HKBP.

b. Melaksanakan pembinaan terhadap pelayan-pelayan tahbisan dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan tugas-tugas pelayanannya, terutama dalam pelayanan firman dan penggembalaan.

c. Memelihara dan menyuarakan tugas kenabian HKBP terhadap pemerintah atau penguasa melalui kata-kata maupun perbuatan nyata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengahtengah bangsa dan negara.

d. Mewakili HKBP terhadap pemerintah, gereja, dan badan-badan lain di dalam maupun di luar negeri.

e. Memimpin segenap HKBP bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen berdasarkan Alkitab, Konfessi, Aturan Paraturan, dan Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja sebagai manifestasi kepatuhannya kepada Yesus Kristus, Raja Gereja. Ephorus dapat mendelegasikan wewenang melaksanakan tugas-tugas tertentu kepada Sekretaris Jenderal, kepala departemen, atau praeses sesuai dengan kebutuhannya.

f. Menyelenggarakan Sinode Agung sesuai dengan ketentuan persidangan Sinode Agung.

g. Memimpin Rapat Pimpinan HKBP.

(55)

i. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Induk Pengembangan Pelayanan HKBP yang akan disampaikan kepada Sinode Agung untuk ditetapkan.

Syarat Menjadi Ephorus

a. Paling sedikitnya sudah 20 tahun menerima tahlbisall kependetaan di HKBP dan bekerja terus di HKBP. Pendetapendeta yang oleh HKBP diutus bekerja di gereja atau lembaga lain, mereka dianggap tetap bekerja di HKBP.

b. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja HKBP.

2.Praeses

Adapun tugas praeses adalah sebagai berikut:

a. Memimpin distrik bersama-sama dengan para kepala bidan

b. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan distrik sesuai dengan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, dan Rapat Pimpinan HKBP.

c. Membina dan menggembalakan pelayan-pelayan tahbisan dalam pekerjaan yang sesuai dengan tugas pelayanannya masing-masing.

d. Membimbing dan mengawasi semua kegiatan yan berkenaan dengan kerohanian dan kekayaan di jemaat-jemaat dan resort-resort.

(56)

3. Sekertaris Jenderal

Tugasnya yaitu :

a. Menyertai Ephorus memimpin HKBP bersama-sama dengan kepala departemen.

b. Memimpin administrasi HKBP sesuai dengan Aturan Peraturan HKBP

c. Mewakili Ephorus melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Ephorus sesuai dengan kebutuhannya.

d. Menerima laporan pelayanan dari organ-organ pelayanan di bawahnya.

e. Bersama-sama dengan kepala departemen menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung.

4. Pendeta Resort

Tugasnya yaitu :

1. Memimpin resort bersama-sama dengan majelis resort.

2. Memimpin jemaat induk resort bersama-sama dengan pelayan tahbisan lainnya.

3. Memimpin rapat resort, rapat majelis resort, dan rapat-rapat lain di tingkat ressort.

(57)

5. Membimbing jemaat-jemaat yang tergabung dalam resort itu untuk memenuhi tanggungjawabnya.

6. Melaksanakan keputusan Sinode Agung, Rapat Majelis Pekerja Sinode, sinode distrik, rapat majelis pekerja distrik, dan rapat resort.

7. Mengawasi keuangan dan kekayaan jemaat-jemaat yang dalam resssort itu.

8. Membuat evaluasi dan memberikan laporan pekerjaan, statistik, dan keuangan resort ke rapat resort dan praeses.

Pelayan tahbisan di HKBP

Jabatan tahbisan adalah jabatan gerejawi yang diembankan kepada seseorang pelayan melalui penahbisan sesuai dengan Agenda HKBP. Jenis Jabatan Tahbisan ada enam jenis di HKBP sesuai dengan Konfesi dan Agenda HKBP: Pelayan Tahbisan di HKBP. Pendeta adalah yang menerima jabatan kependetaan dari HKBP melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP.

Syarat Menjadi Pendeta adalah:

a. Lulusan Sekolah Tinggi Teologi HKBP atau sekolah tinggi teologi lain yang diakui oleh HKBP yang sama kurikulumnya dengan Sekolah Tinggi Teologi HKBP jurusan kependetaan.

(58)

c. Sudah praktek sedikit-dikitnya dua tahun di HKBP, dan dianggap sudah mampu menerima jabatan kependetaan sesuai dengan rekomendasi praeses dan pendeta resort.

d. Sehat rohani dan jasmani.

e. Menerima tahbisan jabatan kependetaan dari HKBP.

f. Pendeta yang diutus oleh gereja lain yang seiman dengan HKBP diperhitungkan sama dengan pendeta HKBP.43

4. Gereja yang hanya berfokus pada dirinya sendiri sebenarnya bukan gereja.

Pemahaman tentang gereja sebagai instrumen kerajaan Allah sejak jaman Perjanjian Lama merupakan konsep yang sangat penting bagi pelayanan pastoral, karena :

1. Gereja sebagai keturunan perempuan akan terus berada dalam pertentangan dengan keturunan ular. Pertentangan ini bersifat konsisten dan rohani.

2. Dalam peperangan ini gereja mendapatkan jaminan kemenangan berdasarkan kesetiaan Allah pada rencana-Nya dan karya Kristus di kayu salib.

3. Fokus pelayanan gereja harus tertuju pada kepentingan Allah (pelebaran kerajaan-Nya) di muka bumi.

44

Pada tahun 1980, gereja HKBP Balige dapat dilihat dari organisasi yang semakin berkembang. Banyak jemaat yang datang beribadah ke gereja tersebut, dilihat dari peranan pendeta gereja yang sangat aktif untuk mengajak masyarakat untuk mengadakan ibadah di gereja HKBP Balige tersebut. Karena gereja merupakan tubuh Kristus, yang terdiri dari

43

J.R. Hutauruk, Bagan Organisasi HKBP, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1990. 44

(59)

umat-Nya yang dikumpulkan bersama untuk mendengarkan Firman-Nya, menaati dan bertindak sesuai dengan Firman-Nya.

Untuk “bertindak” sebagai anggota Tubuh Kristus, melibatkan hidup beriman dalam semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu, sebagai Tubuh Kristus, gereja mewakili Dia di dalam dunia, menyatakan hidup-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Gereja harus mempercayai Allah dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam dunia, hidup dalam kesatuan dan tak terpisahkan dari Allah.

(60)

BAB IV

PERANAN GEREJA HKBP DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT

BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN (1954-1981)

4.1 Tata Pelayanan

Selain melayani (diakonia), bentuk pelayanan gereja harus mensejahterakan masyarakat sekitar, seperti apa yang dikatakan Nabi Yeremia. Maka Gereja menjadi tempat mengadu bagi semua jemaat dan masyarakat sekitanya. Kalau Gereja sudah menjadi tempat mengadu, maka Gereja sudah menjadi titik sentral dalam rangka melayani masyarakat itu. “Bukan Gereja yang mengadu pada masyarakat, tapi masyarakat yang mengadu pada Gereja. Itu harus dimulai dari Gereja yang membuka diri. Gereja sebagai institusi harus mendorong masyarakatnya. Jadi kalau Gereja menanamkan, membangun dan membina kepercayaan itu di tengah-tengah masyarakat, maka masyarakat pun akan percaya. Kalau masyarakat tidak percaya pada Gereja yang bisa menolong atau membantu, bagaimana masyarakat itu mau datang ke Gereja.45

Bahwa ada 3 tritugas Gereja, yaitu koinonia, marturia, dan diakonia. Gereja terlalu memprioritaskan pembangunan fisik gereja tetapi kurang melakukan peran untuk peningkatan iman jemaatnya. Sehingga meskipun Gereja bertambah, tetapi iman jemaatnya tidak meningkat seperti peningkatan gedung-gedung Gereja. Dalam kerangka kehidupan

45

(61)

bersama sebagai suatu bangsa, peranan Gereja dan kontribusinya pada masyarakat dan negara sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja.

Gereja sebagai persekutuan orang percaya senantiasa membutuhkan keteraturan dan ketertiban dalam pelaksanaan pelayanan. Untuk itu diperlukan warga jemaat yang tergerak untuk terlibat dalam pelayanan agar gereja dapat secara teratur melaksanakan kegiatannya. Disinilah warga jemaat dipanggil untuk mewujud nyatakan peran sertanya. Misalnya ada kesediaan diri untuk dipilih menjadi Penatua, Diaken, Pelayan di Komisi Pembinaan atau di Kepanitiaan suatu kegiatan. Kalau tidak ada warga jemaat yang tergerak untuk terlibat dalam penataan pelayanan, bisa dipastikan gereja atau jemaat akan mengalami kelesuan.

Tentulah tidak ada seorangpun menghendaki hal itu terjadi. Satu hal yang patut diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa setiap orang yang tergerak untuk terlibat dalam penataan pelayanan haruslah mengutamakan kehendak Tuhan. Artinya, keterlibatan itu bukan karena ingin menonjolkan diri atau agar dihormati oleh orang lain, melainkan agar kehendak dan karya Tuhan sendiri yang berlaku.

Sekalipun gereja membutuhkan penataan organisasi, namun pada hakekatnya organisasi itu tidak memiliki jiwa hirarkhis (adanya atasan dan bawahan), artinya seorang pemimpin bukanlah penguasa, sedangkan warga bukanlah yang harus selalu tunduk. Organisasi itu berlandaskan prinsip pembagian kerja sesuai dengan talenta masing-masing. Seseorang terhadap seseorang lainnya adalah sejajar. Dalam bahasa Alkitab seorang

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 1.2 Sumber: Kantor Camat Balige

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus kajian ini difokusk:an pada eksistensi kemajemukan hukum dalam organisasi agama, Huria 3 Kristen Batak Protestan (HKBP), tennasuk juga dalam kehidupan

Penulisan skripsi yang berjudul “Makna Sinamot Dalam Penghargaan Keluarga Isteri Pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (Studi Kasus Pada Masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP

S, salah satu majelis di Gereja “X” Bandung, beliau mengatakan bahwa tujuan didirikannya Gereja “X” di Bandung adalah sebagai wadah persekutuan umat Kristen dari

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Kualitas Hidup Ibu Rumah Tangga Suku Batak yang Terinfeksi HIV di HKBP AIDS Ministry Balige Tahun 2019”