• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK INTERNAL GEREJA HKBP HUTAJULU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DI DESA HUTAJULU KECAMATAN ONAN GANJANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK INTERNAL GEREJA HKBP HUTAJULU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DI DESA HUTAJULU KECAMATAN ONAN GANJANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK INTERNAL GEREJA HKBP HUTAJULU DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

DI DESA HUTAJULU KECAMATAN

ONAN GANJANG KABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Persyaratan Sarjana Pendidikan

Oleh:

Budi Partogi Silaban

NIM. 308121032

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan kasih dan anugerahNya yang tiada batasnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat dalam menyelesaiakn perkuliahan pada jenjang S-1. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah :” Konflik Internal gereja HKBP Hutajulu dan pengaruhnya terhadap

Perubahan Sosial di desa Hutajulu Kecamatan Onan Ganjang kabupaten Humbang Hasundutan”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, dimana masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi literatur ilmu. Untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak baik yaitu berupa bantuan doa, moril dan materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A Sebagai pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hadjar selaku Rektor Universitas Negeri Medan 3. Bapak Drs. Restu, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan sekaligus Dosen pembimbing Akademik.

5. Ibu Dra. Hafnita Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah

(6)

6. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si dan Ibu Dra. Syamsidar Tanjung, M.Pd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran kepada Penulis 7. Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ilmu Sosial terkhusus Dosen pendidikan

Sejarah serta staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial

8. Orang tuaku yang terkasih, Ayahanda J. Silaban dan Ibunda S. br. Banjar Nahor yang senatiasa mendoakan, mendidik, memberikan semangat dan dorongan kepada penulis agar tetap semangat dan bisa memberikan yang terbaik dalam segala hal termasuk dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih buat kecukupan dana yang selalu diberikan, semoga senantiasa dalam penyertaan Tuhan.

9. Buat keluarga besarku teristimewa buat Oppung. Terkasih buat adik-adik ku (Tanto, Jarsuandani, Iknasus dan si pudan kami Agustina Ropelita Purnama). Terimakasih untuk dukungan dan penghiburan yang telah kalian berikan. Kasih Yesus senantiasa menyertai kita semua.

(7)

11.Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Sejarah khususnya stambuk 2008. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

12.Teman-teman seperjuangan di SPARTA, HISTORICAL, PANSER dan SERA juga buat Rio Berson Tambunan, Rudolf Simanullang, Iwan Banjar Nahor, Adrisno Situmeang, Donal, Daniard, Humala, Benari, Sanro, Dolung, Henrico, Ewin, Afriyani, Resnawati, Widya Rahmadani dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13.Terima kasih buat semua staff Kantor Bappeda Humbang Hasundutan, Kantor camat Onan Ganjang, dan kepala desa Hutajulu yang senantiasa membantu mengumpulkan data yang dibutuhkan.

14.Terimakasih buat seluruh masyarakat yang tinggal di desa Hutajulu yang telah memberiakan doa-doanya yang saya rasakan dan semangat yang telah diberikan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Kiranya kasih Allah menyertai kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis

(8)

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1Latar Belakang……….………..1

1.2Identifikasi Masalah……….………..5

1.3Rumusan Masalah……….……….5

1.4Tujuan Penelitian……….……..6

1.5Manfaat Penelitian……….…....6

BAB II KAJIAN PUSTAKA………7

2.1 Kerangka Teori………...7

2.1.1 Konflik……….………...7

2.1.2 Konflik Internal ... 9

2.1.2 Kekuasaan ... 10

2.1.3 Interaksi Sosial ... 12

2.1.4 Perubahan Sosial ... 13

(9)

ii

2.2 Kerangka Berpikir ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Metode penelitian ... 18

3.2 Lokasi Penelitian ... 18

3.3 Populasi, Sampel dan Informan ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel ... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5Teknik analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN ... 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 21

4.2. Hasil Penelitian ... 32

4.2.1. Sejarah berdirinya gereja HKBP Hutajulu ... 32

4.2.1. Interaksi sosial yang terjadi sebelum Terjadinya Konflik Internal gereja HKBP hutajulu ... 38

4.2.2. Latar belakang terjadinya konflik internal gereja HKBP Hutajulu ... 41

4.2.3. Proses terjadinya konflik Internal gereja HKBP Hutajulu ... 47

(10)

iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(11)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara 70 Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian 71 Lampiran 3 Daftar Informan 73 Lampiran 4 Foto-foto Penelitian 76

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari di desa Hutajulu yaitu dengan bercocok tanam, berternak hewan dan berladang.Mereka menjual hasil dari perternakan dan cocok tanam ke pasar (onan) pada hari tertentu.Secara historis, desa ini didirikan oleh Ompu Tahi Raja Banjar Nahor, yang pada awalnya hanya perkampungan kecil akan tetapi seiring berkembangnya zaman menjadi sebuah desa yang berkembang. Mayoritas penduduk di desa Hutajulu bermarga Banjar Nahor, yang merupakan keturunan dari Ompu Tahi Raja sebagai pendiri desa tersebut. Di desa ini masih berlaku sistem raja huta (kepala dusun).

Apabila terjadi suatu masalah ataupun kejadian dalam suatu dusun, raja huta inilah yang berperan serta dalam mengatasi hal masalah tersebut. Raja huta di desa ini adalah bermarga Banjar Nahor sebagai pamungka huta (Pendiri desa). Dalam setiap kegiatan acara adat, raja sangat berperan penting maupun dalam kegiatan-kegiatan lainnya. Tanah di daerah ini merupakan tanah milik raja, akan tetapi bisa dikerjakan oleh penduduk setempat tanpa dibayar ataupun dibeli.

(13)

2

Hutajulu dibawa oleh Ompu Mandapot Tua Banjar Nahor, St. Johannes Banjar Nahor dan Jaihutan Banjar Nahor yang merupakan putra asli Hutajulu. Di tanah Batak saat itu telah tersiar tentang agama Kristen yang dibawa oleh Nomensen ke tanah Batak dan didaerah lain telah berdiri beberapa gereja.

Ketika sedang melaksanakan perjalanan ke daerah Siborong-borong, mereka mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Nomensen dan para Zending protestan lainnya. Mereka menerima percaya akan injil yang disampaikan oleh Nomensen tersbut. Setelah itu atas bimbingan RMG atau zending protestan dari Jerman, mereka memberitakan tentang agama Kristen di desa Hutajulu, hal ini di terima baik oleh masyarakat. Sehingga pada tahun 1913 berdirilah gereja di desa Hutajulu, dan sebagian besar masyarakat masuk menjadi jemaat.

Berbeda dengan kondisi dijaman kependudukan Jepang, kegiatan ibadah minggu dan kegiatan gereja lainnya diberhentikan. Gereja sebagai tempat beribadah dijadikan Jepang sebagai markas mereka, mereka beristirahat dan menyimpan berbagai peralatan perangnya di gereja tersebut. Kondisi yang sama didapat juga hal demikian diawal kemerdekaan, perekonomian rakyat yang hancur menyebabkan kegiatan ibadah minggu tidak dilaksanakan. Demi memenuhi kebutuhan hidup, para kepala rumah tangga harus berjuang keras mencari nafkah di daerah orang lain di luar desa Hutajulu.

(14)

Kegiatan-3

kegiatan sosial dilakukan penuh kebersamaan seperti ibadah gereja, acara adat, gotong royong, dan lain-lain. Hubungan sehari-hari ataupun interaksi sosial yang terjadi terjalin dengan baik, hal ini terbukti dengan pembangunan gereja, kegiatan gotong royong yang terlaksana dengan baik, kegiatan ibadah yang berjalan dengan Hikmad dan lain-lain.

Tahun 1965 jabatan St. J. Lumban gaol sebagai guru huria berakhir, mulailah diadakan rapat penentuan guru huria berikutnya. Berdasarkan kesepakatan para penatua gereja, maka yang direncanakan menjadi calon guru huria yaitu St. M.C. Banjar Nahor dan St. J. Banjar Nahor. Dipandang masih baru masuk dalam kepengurusan gereja maka St. J. Banjar Nahor tidak diikutkan menjadi calon guru huria. Tidak lama setelah itu, jemaat mendukung St. M. Samosir untuk menjadi

calon. Dengan adanya dua calon yang dalam kepengurusan, tentunya harus diadakanlah pemilihan.

Pemilihan guru huria tersebut pun diadakan oleh seluruh jemaat yang disaksikan oleh penatua gereja. Berdasarkan penghitungan suara yang dilakukan, pemilihan guru huria tersebut St. M. Samosir memiliki lebih banyak dukungan jemaat dibanding kepada St. M. Banjar Nahor. Dengan hasil yang seperti itu, tidak ada yang mengalah sesuai dengan alasan dan keinginan masing-masing. Terjadilah konflik yang tidak bisa dihindarkan lagi, jemaat HKBP Hutajulu terpecah menjadi dua kelompok.

(15)

4

berpihak kepada St. M. Samosir tidak mengikuti ibadah minggu tersebut. Berbeda dengan disaat St. M. Samosir yang memimpin ibadah minggu, kelompok yang berpihak kepada St. M.C. Banjar Nahor tetap mengikuti ibadah minggu.

Perebutan status ini menimbulkan konflik yang berakhir dengan berdirinya sebuah organisasi gereja baru di Hutajulu yang lebih bersifat nasional yang bernama GKPI. Konflik yang terjadi tidak hanya berpengaruh terhadap kerenggangan dan perpecahan didalam gereja saja, akan tetapi di luar gereja atau lingkungan sehari-hari yang berdampak pada interaksi sosial masyarakat di desa Hutajulu. Masyarakat di desa Hutajulu juga terbentuk menjadi dua kelompok yang menimbulkan kerenggangan, dan mementingkan kelompok masing-masing. Rasa kebersamaan dan gotong royong tidak dapat terlihat lagi, kebersamaan itu hanya ada pada kelompok masing-masing.

Konflik tersebut berakhir dengan adanya perdamaian yang dilakukan pada tahun 1970 oleh semua penduduk di desa Hutajulu. Mereka berjanji untuk tidak mengulang hal yang sama dan agar saling mendoakan. Sejak dari situ, hubungan sosial semakin diperbaiki baik secara individu maupun secara kelompok. Jadi di desa Hutajulu saat ini terdapat dua organisasi gereja Protestan yaitu HKBP dan GKPI. HKBP yang berpredikat sebagai gereja etnis dan GKPI yang lebih bersifat nasional.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti tentang “Konflik

(16)

5

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu

2. Interaksi sosial sebelum terjadinya Konflik Internal gereja HKBP Hutajulu 3. Latar belakang terjadinya Konflik HKBP Hutajulu

4. Proses terjadinya Konflik HKBP Hutajulu

5. Interaksi sosial setelah terjadinya Konflik Internal Gereja HKBP Hutajulu

C. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah penelitian, maka untuk mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu?

2. Bagaimana Interaksi sosial sebelum terjadinya konflik internal gereja HKBP Hutajulu?

3. Bagaimana Latar belakang terjadinya konflik HKBP Hutajulu? 4. Bagaimana Proses terjadinya konflik HKBP Hutajulu?

(17)

6

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu

2. Untuk mengetahui Interaksi sosial sebelum terjadinya konflik internal gereja HKBP Hutajulu

3. Untuk mengetahui Latar belakang terjadinya konflik HKBP Hutajulu 4. Untuk mengetahui Proses terjadinya konflik HKBP Hutajulu

5. Untuk mengetahui Interaksi sosial setelah terjadinya konflik internal Gereja HKBP Hutajulu

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini memberikan manfaat:

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang konflik yang pernah terjadi di kalangan jemaat HKBP Hutajulu yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu skripsi.

2. Memberi informasi kepada pembaca khususnya jemaat HKBP tentang konflik yang terjadi di kalangan masyarakat jemaat HKBP.

3. Sebagai bahan masukan dan sumbangan kepada masyarakat jemaat HKBP agar mampu menciptakan kerukunan intern umat beragama.

(18)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Sebelum masuk dan berkembangnya agama Kristen di desa Hutajulu, masyarakat menganut sistem kepercayaan animisme dalam bahasa setempat disebut dengan sipelebegu atau parbegu.

2. Masuknya gama Kristen didesa ini dibawa oleh St. Jakkobus Banjar Nahor, St. Johannes Banjar Nahor dan Raja Ihutan Banjar Nahor yang dipimpin oleh RMG atau zending protestan dari Jerman. Perkembangan penyebaran agama Kristen di daerah ini dengan berdirinya gereja HKBP Hutajulu pada tahun 1913 dan penduduk masuk menjadi jemaatnya.

3. Seluruh masyarakat yang tinggal di desa Hutajulu masuk menjadi jemaat gereja, sehingga interaksi sosial pada waktu itu lebih baik dan kompak. Meninggalkan masa lalu dan berkumpul dalam satu wadah persekutuan Kristen.

4. Kegiatan ibadah minggu sempat berhenti yaitu pada zaman pendudukan Jepang, karena digunakan sebagai markas Jepang. Di tahun 1949 kembali melakukan ibadah minggu atas gagasan pemuda-pemuda di daerah ini. Tahun 1953, St. J. Lumban Gaol dipilih menjadi guru huria pertama gereja HKBP Hutajulu dan masa jabatannya berakhir pada tahun 1965.

(19)

67

5. Pemilihan guru huria pada dua calon yang memiliki status yang berbeda, juga kesepakatan yang telah dibuat diawal berubah kembali. Sehingga mereka bertahan dan tidak ada yang mengalah maka terjadilah konflik. 6. Puncak dari konflik tersebut adalah pecahnya jemaat HKBP, yang

berakhir dengan terbentuknya organisasi gereja baru yang bersifat nasional yaitu GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia). Meskipun telah terpecah menjadi dua organisasi gereja, konflik semakin panas dengan adanya sindiran ataupun ejekan yang disampaiakan kepada kelompok lain. Hal ini memicu terjadinya perkelahian yang akhirnya diamankan oleh pihak yang berwajib.

7. Pada saat konflik Hubungan kekerabatan yang mengatur interaksi sosial dalam batak Toba menjadi renggang, sehingga interaksi sosial pun tidak terjalin dengan baik. Akan tetapi lebih mementingkan kelompok masing-masing yang sepihak dengannya.

8. Konflik berakhir dengan adanya perjanjian perdamaian yang dilakukan oleh seluruh masyarakat yang tinggal di desa Hutajulu pada tahun 1970. Mereka saling mendoakan , tidak mengulang kesalahan yang sama lagi, dan saling memaafkan satu sama lainnya.

(20)

68

10.Sampai saat ini hanya ada dua gereja di desa Hutajulu yaitu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) sebagai gereja protestan yang berpredikat suku dan GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) yang bersifat lebih nasional.

B. SARAN

1. Bagi seluruh umat beragama marilah saling menghargai dan menghormati agar tetap terjaga kedamaian, juga mewujudkan apa yang diajarkan dalam agama masing-masing sehingga tidak terjadi perpecahan.

2.

Bagi seluruh jemaat gereja HKBP agar semakin menghidupi dan menerapkan apa yang menjadi tritugas panggilan gereja yaitu: koinonia (bersekutu), diakonia (melayani) dan marturia (bersaksi). Dengan demikian konflik tidak akan terjadi, akan tetapi akan damai dan hidup rukun.

3. Bagi para penatua gereja HKBP khususnya, agar bisa menjadi teladan bagi seluruh jemaat melalui perkataan dan sikap yang sesuai agar bisa dicontoh dan di ikuti oleh jemaat. Dan juga memiliki ketegasan dalam mengambil setiap keputusan yang bijaksana dan baik. Tanpa adanya sikap yang diskriminasi dalam melayani seluruh jemaat namun melayani dengan motivasi yang tulus dan murni.

(21)

69

terulang kembali. Kembali mengingat sejarah dan mengambil sisi positif yang dianggap berguna demi kebaikan bersama.

5. Bagi seluruh pelayan gereja agar bersikap terbuka bagi sesama, dengan demikian dapat mengetahui masalah yang dihadapi dan tidak da yang ditutup-tutupi demi kebaikan kerjasama. Lebih rendah hati dalam menghadapi setiap perbedaan, tentunya perbedaan sering menyebabkan terjadinya konflik.

(22)

Daftar Pustaka

Azenis, 2010. Konflik Organisasi. http://azenismail.wordpress.com/2010/11/15/bab- 7-8-konflik-organisasi/. Diakses 15 Mei 2012

Kristina, Lucy. 2011. Konflik perebutan Hak kepemilikan Tanah Gambut dan

Pengaruhnya terhadap hubungan kekerabatan masyarakat Desa Nagasaribu dengan desa Lumban julu Kecamatan Lintongnihuta (1997-sekarang). Universitas

Negeri Medan: Medan

Laeyendecker, Leonardus. 1983. Tata, Perubahan, dan Ketimpangan. PT Gramedia: Jakarta

Muthalib, Abdul.2009. Konflik Internal dalam Organisasi. http://id.shvoong.com/humanities/1947724-konflik-internal-dalam-organisasi/. Diakses 15 Mei 2012

Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan. Ani Offset: Yogyakarta

Manurung, Lonita. 2010. Dampak Konflik HKBP Terhadap kehidupan sosial budaya

masyarakat jemaat HKBP di kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir (1998-sekarang). Universitas Negeri Medan: Medan

Muthalib, Abdul.2009. Konflik Internal dalam Organisasi. http://id.shvoong.com/humanities/1947724-konflik-internal-dalam-organisasi/. Diakses 15 Mei 2012

Napitupulu, Bonar. Almanak HKBP 2011. HKBP: Tarutung

Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta Setiadi dkk, 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media Group: Jakarta Simanjuntak, 2009.Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yayasan Obor

Indonesia: Jakarta

Simanjuntak, 2009.Pikiran Kritis Untuk Rakyat Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Simanjuntak dan Sasrodihardjo, 2009.Metode Penelitian Sosial. Bina Media Perintis: Medan Simanjuntak dan Nasikoen, 2008.Kapita Selekta Teori-teori Antropologi dan Sejarah

Sosiologi. Bina Media Perintis

(23)

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Hutajulu lebih banyak yang menyatakan tidak setuju tentang masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan

Perubahan gaya masyarakat yang terjadi pada naposobulung di Gaya Baru II seperti dalam acara natal di gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) ketika mandok hata

Penulisan skripsi yang berjudul “Makna Sinamot Dalam Penghargaan Keluarga Isteri Pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (Studi Kasus Pada Masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP

Huria Kristen Batak Protestan yang disingkat HKBP adalah persekutuan orang Kristen dari suku Batak bangsa Indonesia di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia