• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan sosial

Oleh

Diah Yuniardi

NIM 1110015000095

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (s.Pd.)

Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Diah Yuniardi

NIM. 1110015000095

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

(3)

Mahasiswa 1110015000095, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakarta,l6 April 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NrP. 1 9730 42420080t1012

S ekretaris (S ekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Syaripulloh. M.Si

NrP . 19670909200101 1033

Penguji I

Drs. Slzaripulloh. M.Si NIP. 1 96709092007 0tt033

Penguji

II

Mochammad Noviadi Nugroho. M.Pd NIP. 19761 1 18201 101 1006

Tanggal

a

4- 7dtf

.t...

g-4

-LDls-AD

-+

-

2Dt5

<4_

.lh.-*:.fl.re

Dekan F Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof.

(4)

Diah Yuniardi

1 I 1001500009s

Pendidikan IPS/Ekonomi

Jl Siliwangi RT 004/Rw004 Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Nama

NIM

Jurusan

Alamat

Nama

NIP

Dosen Jurusan

: Drs. H. Nurochim, MM

:19590715 198403

I

003

:

Pendidikan IPS

Bahwa Skripsi yang berjudul "Implementasi Pendidikan

Karakter

dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMp PGRI 1 Ciputat,, adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Demikian surat pernyataan

menerima segala kon sekuensi

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 14 April2015

*,

Yanq Menyatakan

TERAfl MNPEL

(5)

i

Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriftif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. sumber data atau informan adalah kepala sekolah, dua guru IPS kelas delapan, sepuluh siswa dan sepuluh siswi kelas delapan SMP PGRI 1 Ciputat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa terdapat nilai karakter di silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang digunakan dalam proses pembelajaran. dalam perencanaan pembelajaran mencantumkan beberapa nilai karakter pada silabus dan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajarannya menerapkan dua belas nilai karakter dari delapan belas nilai karakter yang terdapat di pedoman pengembangan pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Untuk Evaluasi pembelajaran penilaian yang digunakan yaitu observasi untuk mengamati tingkah laku siswa, dan penugasan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

(6)

ii

Program at Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

This research aims to know the implementation of character education in social education learning at SMP PGRI 1 Ciputat. The research method used qualitative descriptive while using purposive sampling technique. The data sources or informant of this research were the headmaster, two of Social education teachers at eighth class, and ten students of girls and boys students at eighth class of SMP PGRI 1 Ciputat. The collected data of this research used observation, interview, and documentation.

Based on the result of this research revealed that there were character values on the syllabus and lesson plan which was applied in learning process. Hence, in learning process, it applied twelve of character values which was outed of eighteen of character values on the character education development guided which declared by National Education Ministry. The assessment of learning

evaluation used observation to observate students’ attitude and tasking to know

students learning development.

(7)

iii

Nya kepada penulis maka selesailah skripsi yang berjudul “Implementasi

Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP

PGRI 1 Ciputat” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga akhir nanti.

Penulis dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan, kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan serta kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Prof. DR Ahmad Thib Raya, MA. 2. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd. dan Bapak Syaripulloh, M.Si. selaku ketua

dan sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. H. Nurochim, M.M. selaku dosen pembimbing yang santiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

iv berlangsung.

7. Yang tercinta Ayahanda Supardi dan Ibunda Turiah yang telah memotivasi dengan moril maupun materil dan doa serta menjadi inspirasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Untuk adikku tersayang Nur Fidyah Ardi yang selalu memberikan semangat dan kecerian.

9. Sahabat-sahabatku Shoffie Afrianur, Nisa Eka Dewi, Zahrotul Kamilah, Jannie Listina, Rini Handayani, Nurfitria Harnia, Nuraini, Irot Rosita, Novi Mela Yuliani, Yustia Umamah, Bunga Anzelia, Siti Ubaydilah, Muhammad Akbar Sapruddin, Lc dan Muhammad Arham Khalid Musa, S.Ap yang selalu menyemangati, memberikan doa dan keceriaan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Teman-teman sejurusan IPS ekonomi 2010 yang telah memberikan warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan selama ini. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin

Jakarta, April 2015

(9)

v SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Hakikat Implementasi Pendidikan Karakter ... 8

1. Pengertian Implementasi ... 8

2. Pengertian Karakter ... 9

3. Pendidikan Karakter ... 10

4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ... 11

5. Nilai-nilai Karakter ... 13

6. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 22

7. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran ... 24

B. Hakikat Pembelajaran IPS ... 32

(10)

vi

C. Penelitian yang Relevan ... 38

D. Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sample Data ... 43

D. Teknik Pengumpulasn Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 48

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum SMP PGRI I Ciputat ... 51

1. Sejarah Singkat SMP PGRI I Ciputat ... 51

2. Visi dan Misi SMP PGRI I Ciputat ... 53

3. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 54

4. Jumlah Siswa ... 58

5. Sarana dan Prasarana ... 59

6. Tata Tertib SIswa SMP PGRI I Ciputat ... 62

B. Deskripsi Data 1. Pemahaman Terhadap Pendidkan Karakter ... 69

2. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI I Ciputat ... 78

(11)

vii

Pengetahuan Sosial di SMP PGRI I Ciputat ... 85

C. Temuan Utama Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. KESIMPULAN ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

viii

Tabel 2.2 Nilai-nilai Karakter ... 18

Tabel 2.3 Nilai-nilai karakter ... 20

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ... 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru IPS ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Siswa ... 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi ... 46

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Dokumentasi ... 47

[image:12.612.114.529.157.575.2]
(13)

ix

Lampiran 2 Lembar Wawancara Guru ... 95

Lampiran 3 Lembar Wawancara Siswa ... 101

Lampiran 4 Lembar Observasi ... 105

Lampiran 5 Lembar Dokumentasi ... 109 Lampiran 6 Silabus

Lampiran 7 RPP

Lampiran 8 Surat Bimbingan Skripsi

(14)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Ki Hajar Dewantara mengatakan, “mendidik adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya”.1

Pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.2

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, serta bertanggung jawab.3

Rumusan dari Kementrian Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Pendidikan Tinggi menjelaskan persoalan karakter bangsa kita kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog dan gelar

1 Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 1981) h. 9.

2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 7.

(15)

wicara di media elektronik. Selain itu di media masa, para pemuka masyarakat, para ahli dan para pengamat pendidikan dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan karakter bangsa diberbagai forum seminar baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Persoalan yang muncul di Masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi pembahasan hangat di media massa, seminar, dan diberbagai kesempatan.

Dengan situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan. Hal ini telah mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa menjadi arus utama pembangunan nasional. Secara konstitusional sesungguhnya sudah tercemin dalam misi pembangunan nasional yang memposisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005–2025 yaitu “...terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan pancasila, yang dicirikan dengan watak danperilakumanusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, brebudi luhur, toleran, bergotong royong berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi IPTEK.4

Solusi yang banyak dikemukakan untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah tersebut yakni pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif kerena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Harapannya melalui pendidikan permasalahan karakter anak

(16)

bangsa bisa teratasi, akan tetapi hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan tentu banyak hambatan dan rintangan yang membutuhkan komitmen bersama dari berbagai pihak. Apalagi kalau melihat beberapa hasil penelitian dan survey yang membuat dahi kita berkerut: 90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet. Rata-rata usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membuka situs porno disela-sela mengerjakan pekerjaan rumah.5

Belum lagi membaca berita seputar maraknya tawuran pelajar, Komnas Anak mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia. Arist Merdeka Sirait sebagai ketua umum Komnas anak mengatakan meningkatnya jumlah kasus tawuran merupakan indikasi gagalnya sistem perlindungan terhadap anak. Negara ikut bertanggung jawab atas kegagalan ini. Sistem pendidikan pemerintah kita cenderung mengejar intelektualitas semata, tanpa mementingkan pendidikan karakter.6

Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Saat ini pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan dalam mencerdaskan para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

Pendidikan karakter sudah tentu penting untuk semua tingkat pendidikan, yakni dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Secara umum, pendidikan karakter sesungguhnya dibutuhkan semenjak anak berusia dini. Apabila

5Siti Zubaidah, “Penanaman nilai karakter di sekolah (kajian pengembangan mata diklat pendidikan karakter dan budaya bangsa)”, 2013, h. 2.

6 Tempo. (

(17)

karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini, ketika dewasa tidak akan mudah berubah meski godaan atau rayuan datang begitu menggiurkan. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. Sungguh, pendidikan di Indonesia sangat diharapkan dapat mencetak alumni pendidikan yang unggul, yakni para anak bangsa yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mempunyai keahlian dibidangnya dan berkarakter

Pentingnya pendidikan karakter diperkuat oleh Schwartz bahwa pendidikan karakter terbukti membantu menciptakan perasaan sebagai anggota komunitas di sekolah, Schwartz lebih lanjut memberikan penjelasan sebagai berikut:

a.pendidikan karakter membantu para siswa mencapai sukses baik disekolah maupun dalam kehidupan.

b.pendidikan karakter membantu para siswa siap merespon berbagai tantangan kehidupan.

c.pendidikan karakter membantu meningkatkan perilaku prososial serta menurunkan sikap dan perilaku negatif para siswa.

d.Pendidikan karakter menjadikan pengajaran berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung lebih efisien.7

Pendidikan karakter juga dapat meningkatkan belajar siswa dengan program pendidikan karakter dari sekolah dapat meningkatkan kualitas hubungan manusia antar orang dewasa dengan anak-anak dan anak-anak dengan sesamanya, dengan demikian akan memperbaiki lingkungan untuk mengajar dan belajar. Hal ini didukung dari publikasi tahunan the character Education Partnership’s annual National Schools of Character, (www.character.org) bahwa data dari setiap sekolah yang sering memulai dengan pendidikan karakter karena rendahnya prestasi siswa dan masalah

(18)

kedispilinan. Setelah sekolah menerapkan program pendidikan karakter hasil tes meningkat dan menurunnya masalah kedipilinan.8

Pendidikan IPS yang dikatakan sebagai pendidikan nilai harus dilakukan revitalisasi. Pendidikan tanpa perspektif pendidikan nilai, tanpa menekankan pada pengembangan karakter peserta didik, akan kehilangan esensinya sebagai proses pendidikan yang sejati. Perlu pemikiran dan upaya untuk memposisikan esensi serta hakikat pendidikan secara tepat program pendidikan IPS

Penyelenggaraan pendidikan selama ini telah kehilangan ruh dan aspek moralitas, sehingga tidak jarang melahirkan kultur yang tidak sehat. Muncullah perilaku ketidakjujuran dalam pendidikan, seperti yang terjadi kasus pada UN, ijazah palsu, perjokian, plagiat, lemahnya internalisasi nilai pendidikan.

Proses pembelalajaran IPS sebagaimana pembelajaran pada umumnya, harus dibangun sebagai sebuah proses transaksi kultural yang harus mengembangkan karakter sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan IPTEK pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan saat ini yang lebih didominasi oleh praktek pendidikan di tingkat individual yang cenderung kognitif-intelektualistik, perlu diarahkan kembali sebagai wahana pengembangan pendidikan karakter bangsa, sebagai proses pembangunan kecerdasan, akhlak dan kepribadian peserta didik secara utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.9

Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya. Pembelajaran IPS diarahkan untuk melahirkan pelaku-pelaku sosial yang berdimensi

8 Thomas Lickona, Character Matters (persoalan karakter), Terj. Dari Character Matters

oleh Juma Abdu Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zien, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) Cet. 2, h. 150.

(19)

personal (misalnya, berbudi luhur, disiplin, kerja keras, mandiri), dimensi sosiokultural (misalnya, cinta tanah air, menghargai dan melestarikan karya budaya sendiri, mengembangkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, kepedulian terhadap lingkungan), dimensi spiritual (misalnya, iman dan taqwa, menyadari bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta), dan dimensi intelektual (misalnya, cendekia, terampil, semangat untuk maju).

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Karakter siswa yang menyimpang

2. Kurangnya penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran 3. Kurangnya perhatian guru dalam tingkah laku siswa

4. Kelakuan buruk siswa sudah terkontaminasi baik dari dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

C. Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti tentang proses penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di SMP PGRI 1 Ciputat.

D. Rumusan Masalah

(20)

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di SMP PGRI 1 Ciputat.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap dunia pendidikan

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah tentang implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1) Sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan pembelajaran yang telah didapatkan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta pengalaman yang dapat dijadikan proses perbaikan diri dimasa mendatang

3) Sebagai salah satu cara untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dari program pendidikan ilmu sosial

b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai perbaikan sekolah agar dapat menerapkan pendidikan karakter di sekolah bukan hanya pada mata pelajaran IPS.

(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Implementasi Pendidikan Karakter

1.Pengertian Implementasi

Implementasi didefinisikan secara sederhana oleh Syafruddin Nurdin ialah pelaksanaan atau penerapan. Majoe dan Wildavsky mengemukakan, kata “implementasi” sebagai evaluasi. Sedangkan Browne dan Wildavsky juga mengemukakan bahwa, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan, atau dapat pula dikatakan sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan.1 Maka implementasi dapat diartikan sebagai suatu

tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Nisa Cullen mengatakan, implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa: “implementation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa,

menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi.2

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai implementasi dapat disimpulkan bahwa Implementasi suatu proses, suatu aktivitas dan pelaksanaan yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk perencanaan yang sudah tersusun dan terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

1Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Padang: Quoantum Teaching, 2005), h. 70

(22)

2.Pengertian Karakter

Karakter secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Latin

kharakter, kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa Inggris characther dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter.3

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.4 Maka karakter merupakan budi pekerti, memiliki sifat-sifat kejiwaan, bertabiat dan berwatak yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Simon Philips mengatakan, “karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan”.5 Maka karakter memiliki arti nilai-nilai yang melandasi pemikiran kemudian ditampilkan dalam perilaku seseorang.

Nasir mengatakan, dalam terminologi psikologi karakter, karakter adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas, suatu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal sehingga bisa dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan sesorang.6 Maka karakter merupakan sifat khas yang dimiliki seseorang yang terjadi secara terus menerus sehingga menjadi identitas diri.

Thomas Lickona mengatakan, karakter adalah “character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral

3 Heri Gunawan, pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 1.

4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 623.

5Fatchul Mi’in, Pendidikan Karakater Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Yogyakarta; Ar-ruzz Media, 2011) h. 160

6 Yenni Suzana, “Pengembangan Nilai-nilai Karakter Mahasiswa dalam Pembelajaran melalui

Metode Blended Learning”, 2013, h. 75. (http://eprints.uny.ac.id/6970/1/Makalah%20Peserta%20

(23)

behavior”.7 Berdasarkan pendapat Lickona karakter itu mengacu kepada serangkaian pengetahuan, sikap dan perilaku dan internalisasi karakter tidak cukup berhenti pada pengetahuan tapi muaranya karakter itu diaplikasi dalam tindakan atau laku kehidupan sehari-hari.

Imam Ghozali mengartikan, bahwa karakter adalah lebih dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.8 Maka karakter disini memiliki arti sifat yang telah menyatu dalam diri dan telah menjadi kebiasaan sehingga ketika muncul menjadi hal yang biasa karena terbiasa.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dimaknai bahwa karakter adalah nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang yang menjadi ciri khas berupa landasan pemikiran sikap dan perilaku. Individu yang berkarakter baik merupakan seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara, pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

3. Pendidikan Karakter

Ratna Megawangi mengartikan pendidikan karakter sebagai, “sebuah usaha untu mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempratikkanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.9

Maka pendidikan karakter diartikan mengajarkan peserta didik dalam berperilaku

7 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 12.

8 Heri Gunawan, op. cit., h. 3.

(24)

dan mengambil keputusan dengan baik sehingga berdampak positif di masyarakat.

Sementara pendidikan karakter oleh Thomas Lickona adalah, pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidkan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.10 Dari hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan sebuah sarana untuk merubah dan membentuk sikap seseorang menjadi lebih baik dalam berprilaku dan menjadi sebuah kebiasaan.

Dirjen dikti menyatakan pendidikan karakter sebagai

pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidkan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.11

Berdasarkan hal di atas, pendidikan karakter merupakan nama lain dari pendidikan nilai, penidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak dan menanamkan sikap-sikap yang baik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter adalah upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai untuk membentuk kepribadian yang baik agar dapat diaplikasikan di seluruh kehidupannya sehingga berdampak positif di lingkungannya.

4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Masyarakat memandang pendidikan sebagai warisan kebudayaan atau nilai-nilai budaya, baik yang bersifat keterampilan, keahlian dari generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara

10 Heri Gunawan, op. cit., h. 23.

11 Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

(25)

kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu, pendidikan berarti berupaya pengembangan potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.

Sebagaimana dikutip dari Ahmad fikri bahwa fungsi pendidikan karakater adalah:

1. Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikiran dan berprilaku baik;

2. Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur untuk menjadi bangsa yang bermartabat;

3. Penyaring: untuk menyaring budaya yang negatif dan menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.12

Maka dapat diartikan fungsi pendidikan karakter itu terbagi tiga yaitu pengembangan potensi dasar, perbaikan perilaku dan penyaring budaya negatif baik dari dalam maupun dari dalam.

Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Kementrian Pendidikan Nasional adalah:

1. Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik”.

2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

3. Penyaring biaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.13

Adapun tujuan pendidikan karakter sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 3 ayat (3): “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang”.

12 Anas Salahudin dan Iwan Alkrienciechie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: Pusata Setia, 2002), h. 105.

(26)

Dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dirumuskan dalam pasal 3: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dirumuskan tujuan pendidikan karakter secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila dari pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, dan mencintai sesama umat manusia.

5. Nilai-nilai Karakter

Nilai atau value dalam bahasa inggris atau “valere” dalam bahasa latin yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat.14 Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai atau dapat menjadi obyek kepentingan.

Steeman mengatakan, nilai adalah yang memberi makna kepada hidup, yang memberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan, oleh sebab itu etika menyangkut nilai.15

Maka nilai memiliki arti sesuatu yang menyangkut tindakan bukan sekedar keyakinan dan dijunjung tinggi yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Djahiri mengatakan bahwa, nilai adalah suatu jenis

14 Mungin Eddy Wibowo, Etika dan moral dalam pembelajaran, (Jakarta: pusat Antar Universitas, 2001), h. 10-11.

(27)

kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai.16 Maka disini nilai adalah keyakinan yang diyakini seseorang, bagaimana ia sepatutnya dalam bersikap dan mampu memebedakan mana yang berharga dan yang tidak berharga untuk diraih.

Richard Eyre dan Linda menyebutkan bahwa nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. Selanjutnya Richard menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan nilai adalah suatu kualitas yang membedakan menurut, (1) kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah, meskipun sering diberikan kepada orang lain dan (2) kenyataan bahwa makin banyak nilai yang diberikan kepada orang lain makin banyak pula nilai serupa yang diterima atau dikembalikan dari orang lain.17

Pengertian nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.

Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.

Menurut Ari Ginanjar Agustian yang terkenal dengan konsepnya “Emotional Spriritual Question (ESQ)” mengajukan pemikiran, bahwa

setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah

16 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta , 2012)

h.31.

(28)

yang terdapat dalam asma Al-Husna (nama-nama Allah yang baik) yang berjumlah 99. Asma Al-Husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun, karena dalam asma al-husna terkandung tentang sifat-sifat Allah yang baik. Menurut Ari Ginanjar dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dri nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni: (1) jujur; (2) tanggungjawab; (3) disiplin; (4) visioner; (5) adil; (6) peduli dan (7) bijaksana.18

Maka nilai karakter itu harus merujuk kepada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Asma al-Husna dan merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan bijaksana.

Pada masa orde baru, saat kebudayaan masih dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di bawah otoritas Direktorat Jederal Kebudayan, telah diterbitkan buku saku pedoman penanaman Budi Pekerja Luhur. Di antara anggota tim (ada delapan orang anggota termasuk diantaranya Pater J. Drost, Arief Rachman, dan Anhar Gonggong) penyusun buku saku tersebut adalah Prof.Dr.Edi Sedyawati, Direktur Jenderal Kebudayaan pada saat itu. Dalam buku itu juga ditegaskan bahwa budi pekerti dapat dikatakan identik dengan morality (moralitas). Namun juga ditegaskan bahwa sesungguhnya pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Dalam kaitan ini sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut:

(i) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan (v) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.19

18 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h. 43.

(29)
[image:29.595.108.542.218.744.2]

Secara ringkas butir-butir nilai budi pekerti dan kaitannya dengan lima jangkauan tersebut digambarkan dibawah ini:

Tabel 2.1

Jangkauan sikap, perilaku dan butir- butir nilai budi pekerti

Jangkauan sikap dan perilaku Butir-butir nilai budi pekerti

Sikap dan perilaku dalam hubung annya dengan tuhan

Berdisplin, beriman, bertakwa, berpi kir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah pengab dian.

Sikap dan perilaku dalam hubung annya dengan diri sendiri

(30)

Sikap dan perilaku dalam hubugannya dengan keluarga

Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, bijaksana, cerdik, cermat, jujur, kemauan keras, lugas menghargai kesehatan, menghargai waktu, tertib, pemaaf, pemurah, pengabdian, ramah tamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, sabar, tegas, tepat janji/ amanah, terbuka.

Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa

Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, bijaksana, cerdik, cermat, jujur, kemauan keras, lugas menghargai kesehatan, menghargai waktu, tertib, pemaaf, pemurah, peng abdian, ramah tamah, rasa kasih sayang, rela berkorban, sabar, tegas, tepat janji/ amanah, terbuka.

Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar

Bekerja keras, berpikir jauh ke depan, menghargai kesehatan, pengabdian.

Catatan : seluruhnya ada 56 butir nilai budi pekerti.

(31)

Tabel 2.2 Nilai-nilai Karakter Terhadap tuhan Terhadap diri sendiri Terhadap keluarga Terhadap orang lain Terhadap masyarakat dan bangsa Terhadap alam lingkungan

1. Iman dan

takwa 2. Syukur 3. Tawakal 4. Ikhlas 5. Sabar 6. Mawas

7. diri

8. Displin 9. Berpikir jauh ke depan 10. Jujur 11. Amanah 12. Susila 13. Beradab 1. Adil 2. Jujur

3. Mawas diri

4. Displin

5. Kasih

sayang

6. Kerja keras

7. Pengam bil risiko 8. Berinisiatif 9. Kerja cerdas 10. Kreatif 11. Berpi

kir jauh ke

depan 12. Berpikir matang 13. Bersaha ja 14. Bersema ngat 15. Berfikir konstruk tif 16. Bertang gung jawab 17. Bijaksa na 18. Cerdik 19. Cermat 1. Adil 2. Jujur 3. Displin 4. Kasih sayang 5. Lembut hati 6. Berpikir jauh ke depan 7. Berpikir Konstruk tif 8. Bertang gung jawab 9. Bijaksa na 10. Hemat 11. Mengharg ai keseha tan 12. Pemaaf 13. Rela berkor Ban 14. Rendah hati 15. Setia 16. Tertib 17. Kerja 1. adil 2. jujur 3. displin 4. kasih sayang 5. lembut hati 6. bertang gung jawab 7. bijaksana 8. menghar gai 9. pemaaf 10. rela berkorban 11. rendah hati 12. tertib 13. amanah 14. sabar 15. tenggang rasa

16. bela rasa

17. pemurah 18. ramah tamah 19. sopan santun 20. sportif 21. terbuka 1. adil 2. jujur 3. displin 4. kasih sayang

5. lembut hati

6. berinisia

tif

7. kerja keras

8. kerja cerdas

9. berpikir jauh ke depan 10. berpikir konstruk tif 11. bertang gung jawab 12. bijaksana 13. menghar gai kesehatan 14. produktif 15. rela 16. berkor ban 17. setia/ro yal 18. tertib 19. amanah 20. sabar 1. adil 2. amanah 3. displin 4. kasih sayang

5. kerja keras

6. berinisiatif

7. kerja cerdas

[image:31.595.106.555.163.755.2]
(32)

Catatan: Budi pekerti Islami menurut Al-Quran dan Hadist20

Dari dua contoh tersebut dapat dilihat betapa banyaknya nilai karakter asli bangsa Indonesia yang dapat digali dari khazanah budaya Indonesia

20Ibid., h. 53.

20. Dinamis 21. Efisien 22. Gigih 23. Tangguh 24. Ulet 25. Berkemaua n keras 26. Hemat 27. Kukuh 28. Lugas 29. Mandiri 30. Menghar gai keseha tan 31. Pengen dalian diri 32. Produktif 33. Rajin 34. Tekun 35. Percaya diri 36. Tertib 37. Tegas 38. Sabar 39. Ceria/ pe riang keras 18. Kerja cerdas 19. Amanah 20. Sabar 21. Tenggang rasa

22. Bela rasa/

emapati 23. Pemurah 24. Ramah tamah 25. Sopan santun 26. Sportif 27. terbuka tenggang rasa

21. bela rasa

22. pemurah

23. ramah

tamah

24. sikap

(33)

Mulai tahun pelajarn 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter yang terdapat 18 nilai-nilai pendidikan karakter yaitu:

(1)religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokrastis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab. 21

Tabel 2.3 Nilai-nilai karakter

No Nilai

karakter

Uraian

1. Religius Sikap dan perilaku yang penuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama yang lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari

(34)

dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh– sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelasaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10. Semanagt kebangsaan

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta tanah

air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetian, kepeduliaan,, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

(35)

prestasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat atau

komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara. Bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) dan negara.

15. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

6. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

(36)

pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip seperti berikut:

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter 2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya

mencangkup pemikiran, perasaan dan perilaku.

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka sukses.

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa 8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral

yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10.Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11.Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.22

Sedangkan Dasyim Budimasyah mengatakan bahwa program pendidkan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. pendidikan karakter disekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.

2. pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran. Melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan

(37)

mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler.

3. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukan oleh agama.23

7. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik yang mengenal, menyadari atau peduli nilai-nilai dan mampu menerapkannya dalam bersikap sehari-harinya. Pendidikan karakter terintegrasi di dalam mata pelajaran dengan pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan menginternalisasikan nilai-nilai kedalam tingkah laku sehari-hari peserta didik melalui proses pembelajaran. Nilai-nilai yang sudah mulai terintegrasi pada semua mata pelajaran terutama pengembangan nilai religi, disiplin dan peduli lingkungan.

(38)

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksankan proses pembelajaran, dan evaluasi.24

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pendidikan karakter dalam IPS dilakukan saat penyusunan perencanaan pembelajaran. Penyususnan rencana pembelajaran dalam bentuk pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang telah dibuat dengan menambahkan/mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalkannya nilai-nilai.

1) Silabus pembelajaran

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2001). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, teknik, bentuk instrumen, contoh instrumen, alokasi waktu, sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.25

Agar memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta didk untuk mengembangkan karakter, setidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus seprti berikut:

a) Penambahan dan modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajran yang mengembangkan karakter.

b) Penambahan dan modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter.

24 Heri Gunawan, op. cit., h. 25.

(39)

c) Penambahan dan modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dpat mengembangkan dan mengukur perkembangan karakter.26

Penambahan kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang haru yang dicapai oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD sekaligus mengembangkan karakter.

2) Rencana pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajran (RPP) disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan standar isi dan dijabarkan dalam silabus.27 RPP tersusun atas SK, KD, alokasi waktu, tujuan pembelaran, materi ajar, metode pengajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan krakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:

a) Penambahan dan modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter.

26 Heri Gunawan, op cit., h. 225.

(40)

b) Penambahan dan modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terrkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter.

c) Penambahan dan modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dpat mengembangkan dan mengukur perkembangan karakter.28

3) Bahan/buku ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap terjadinya proses pembelajaran. Sekolah menggunakan program buku sekolah elektronik yang saat ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dari para penulis/penerbit. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan seperti kelayakan isi, bahasa dan grafika, bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter didalamnya. Oleh karena itu sesuai dengan yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran terdiri dari tahap kegiatan pendahuluan, inti dan penutup dengan memasukkan nilli-nilai karakter. agar peserta didik mempratikkan nilai-nilai karakter yang diharapkan, sepanjang proses pembelajaran perilaku guru menjadi model pelaksanaan nilai-nilai karakter bagi peserta didik.

1) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,

(41)

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, lalu guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang hendak dicapai dan menyampaikan materi.

Beberapa sejumlah cara yang dilakukan guru untuk mengenalkan dan menanamkan nilai, membangun kepedulian akan nilai karakter dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap awal pembelajaran ini seperti: a. Guru datang tepat waktu, untuk menanamkan nilai disiplin; b. Guru mengucapkan salam denga ramah kepada siswa ketika memasuki kelas, untuk menanamkan nilai santun dan peduli; c. Berdoa sebelum membuka pelajaran dan membaca Al Quran, untuk menanamkan nilai religius; d. Mengecek kehadiran siswa, untuk menanamkan nilai displin; e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya, untuk menanamkan nilai religius dan peduli; f. Memastikan setiap siswa datang tepat waktu, untuk menanamkan nilai displin; g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan, menanamkan nilai disiplin, santun dan peduli.

2) Kegiatan inti

(42)

didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan kelayakan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh oleh siswa.

Berikut proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang dapat membantu guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter.

a) Eksplorasi

(1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, nilai yang ditanamkan adalah mandiri, berfikir logis, kreatif dan kerja sama. (2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran dan sumber belajar lain, nilai yang ditanamkan adalah kreatif dan kerja keras.

(3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, nilai yang ditanamkan adalah kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan dan peduli sosial.

(4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, nilai yang ditanamkan adalah rasa percaya diri, dan mandiri.

(5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di lapangan, nilai yang ditanamkan mandiri, kerjasama dan kerja keras.

b) Elaborasi

(1) Membiasakan peserta didik mebaca dan menulis yang beragam melalui tugas, nilai yang ditanamkan adalh cinta ilmu, kreatif dan logis.

(43)

baik secara lisan maupun tertulis, nilai yang ditanamkan adalah kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai dan santun.

(3) Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, nilali yang ditanamkan kreatif, percaya diri dan kritis. (4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran

kooperatif dan kolaboratif, nilai yang ditanamkan adalah kerjasama, saling menghargai dan tanggung jawab. (5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat

untuk meningkatkan prestasi belajar, nilai yang ditanamkan jujur, disiplin, kerja keras dan menghargai. (6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi

yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, nilai yang ditanamkan adalah jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri dan kerjasama.

(7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, nilai yang ditanamkan adalah percaya diri, saling menghargai, mandiri dan kerjasama.

(8) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik, nilai yang ditanamkan adalah percaya diri, saling menghargai, mandiri dan kerjasama.

c) Konfirmasi

(44)

(2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, nilai yang ditanamkan adalah percaya diri, logis dan kritis. (3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, nilai yang ditanamkan adalah memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

(4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh atau dalam dan luas memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap, anatara lain guru membantu menyelesaikan masalah nilai yang ditanamkan dalah peduli, memberikan acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi nilai yang ditanamkan adalah kritis, memberikan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh nilai yang ditanamkan cinta ilmu dan memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif nilai yang ditanamkan peduli dan percaya diri.

3) Kegiatan penutup

(45)

c. Evaluasi Pembelajaran

Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan

tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa. Diantara teknik-teknik penilaian terdapat beberapa yang dapat digunakan untuk menilai pencapaian perserta didik baik dalam hal pencapaian akademik maupun keribadian.

Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan lembar observasi/lembar pengematan), penialain diri (dengan lembar penilaian diri/kuisioner), penialaian antarteman (lembar penilaian antar teman) dan tugas-tugas penguatan (terutama pengayaan) diberikan selain dapat meningkatkan penugasan yang ditargetkan, juga menanamkan nilai-nilai (panduan pendidikan karakter sekolah menengah pertama, kemendiknas, 2010).29

B. Hakikat Pembelajaran IPS

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran menurut Resnik adalah pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai alih informasi pengetahuan dan keterampilan ke dalam benak siswa-siswa. pembelajaran yang efektif seyogyanya membantu siswa dapat menempatkan dirinya dalam situasi yang didalamnya mereka mampu mengekspresikan dirinya secara tepat.30 Pembelajaran bukan hanya sekedar memberikan informasi dan keterampilan kepada siswa, pembelajaran harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif serta harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Dalam bukunya Abdul Majid mengemukakan pengertian pembelajaran menurut para ahli diantaranya adalah:

29 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaj Rosdakarya, 2011), h, 60.

(46)

a. Pembelajaran menurut UU SPN No tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

b. Pembelajaran menurut Oemar Malik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur, yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pembelajaran menurut Gagne dan Brigga adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.31

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi pendidik dengan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan yang didalamnya meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan prosedur, yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.

2. Pengertian IPS

S Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau panduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, atropologi, dan psikologi sosial.32 Maka IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang terdiri dari paduan sejumlah mata pelajaran sosial seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi dan psikologi yang semuanya berhubungan dengan peran manusia dalam bermasyarakat.

Moeljono Cokrodikardjo mengemukanan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi,

31 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 4.

(47)

antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi, ilmu politik, dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang sederhana agar mudah dipelajari.33 IPS suatu ilmu yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu sosial yang bertujuan untuk dapat mempermudah dalam mempelajarinya.

Charles R Keller mengemukakan IPS sebagai suatu paduan dari pada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan displin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan.34 Maka IPS memiliki arti sejumlah ilmu-ilmu sosial yang terikat dengan aktivitas pendidikan guna membina kecerdasan, pengetahuan dan sikap yang bermanfaat bagi siswa.

Sistrunk Massaon mengartikan IPS sebagai pengajaran yang membimbing para pemuda-pemudi ke arah menjadi warga negara yang cerdas, hidup fungsional, efektif, produktif dan berguna.35 Maka IPS merupakan pengajaran yang mendidik siswanya menjadi bangsa yang cerdas serta berguna dan produktif bagi negaranya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dimaknai bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah suatu paduan mata pelajaran dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, antropologi, ilmu politik dan ekologi dengan bertujuan membangun kecerdasan sosial siswa mampu berpikir kritis, kreatif, berwatak, berkepribadian luhur, produktif dan berguna bagi negara.

33Ibid.

34 Sapriya, dkk., Pembelajaran dan evaluasi hasil belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h.6.

(48)

3. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pembelajaran IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum dll). Menurut A Kosasih Djahiri ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS sebagai berikut:

1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu)

2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang displin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya.

3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri

agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis

4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai displin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengamalan, permasalahan, kebutuhan dan mproyeksikannya kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya. 5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat

stabil

6. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi

7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilan.

8. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melaui berbagai program.

9. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. 36

Berdasarkan penjelasan di atas maka ciri dan sifat utama pembelajaran ips tidak hanya dari satu bidang ilmu saja melainkan bersifat komprehensif, mengutamakan peran aktif siswa, dan hubungan antarmanusia serta tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan keterampilan.

(49)

4. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Nu’man Somantri mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, sebagai berikut:

1. Pertama yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di persekolahan adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan diorganisasikan secara terpisah-pisah sesuai dengan “body of knowledge” masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut.

2. Pendapat yang kedua bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Sifat warga negara yang baik akan mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaannya dari pada memusatkan perhatian pada displin ilmu yang terpisah-pisah seperti dilakukan di universitas. 3. Pendapat ketiga, pembelajaran IPS harus dapat menampung para

siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat.

4. Pendapat keempat, berpendapat bahwa pembelajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar personal. Bahan tabu tersebut yang timbul dari bidang ekonomi, politik, sejarah, sosiologi maupun ilmu-ilmu sosial lainnya.37

Adapun menurut Kosasih Djahiri mengemukakan lima tujuan pokok pembelajaran IPS:

(50)

1. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian atau pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdsipliner atau komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.

2. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktikkan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.

3. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.

4. Membina

Gambar

Tabel 2.1 Jangkauan sikap, perilaku dan butir- butir nilai budi pekerti ...................
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru IPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan Pasal 127 huruf h dan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Pelayanan

PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai

● Link-Local addresses didesain untuk digunakan sebagai pengalamatan perangkat di dalam link yang sama dengan tujuan sebagai konfigurasi otomatis, neighbor discovery, atau

Fakta ini melahirkan pemikiran bahwa terdapat kemungkinan untuk meniru kondisi yang sama bagi daerah-daerah yang tidak memiliki akses terhadap tanah vulkanik

Kegunaan penelitian ini, yaitu secara teoritis diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan referensi yang berkaitan dengan mobilitas penduduk terutama pada faktor yang

Berbeda dengan masyarakat berpenghasilan tinggi preferensi dalam memilih rumah dari urutan yang paling diminati adalah pencapaian, penyediaan infrastruktur,

Gubuk selebar 2x2 meter tanpa penutup pintu yang mungkin manusia pembuatnya saja sudah lupa pernah berteduh di sini, terlihat dari dinding kayunya yang jarang-jarang

Hasil klasifikasi secara manual seperti pada tabel 2.2 yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan model untuk melakukan klasifikasi pada data sejenis yang belum