Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi S-1 Program Studi Akuntansi
Oleh:
Nama : Susan Siti Hasanah Nim : 21108036
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
Indra Bastian & Gatot Seopriyant., (2002)., Sistem Akuntansi Sektor Publik., salemba Empat: Jakarta
Mulyadi., (2005)., Sistem Informasi Akuntansi., Salemba Empat: Jakarta
Revirson Baswir., (1997)., Akuntansi Pemerintahan Indonesia., BPFE:Yogyakarta
Soemarso., (1995)., Akuntansi Suatu Pegantar Edisi Keempat., PT. RINEKA CIPTA: Jakarta
Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 04 Mei 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Terusan Kapten Halim No.29 Rt.19 Rw.08
Desa Tanjung Sari Kecamatan Pondok Salam
Kabupaten Purwakarta 41118
DATA PENDIDIKAN
SDN NEGERI III TANJUNG SARI PURWAKARTA 1996 - 2002
MTS MAI PURWAKARTA 2002 - 2005
MAN PURWAKARTA 2005 - 2008
Sampai sekarang ini masih tercatat sebagai mahasiswi di UNIVERSITAS
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan judul “Tinjauan atas Prosedur Pengeluaran Kas Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat.” Alasan disusunnya laporan kerja praktek ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh mata kuliah kerja praktek di
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
Meskipin penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun terbatasnya
pengetahuan, kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari laporan kerja praktek ini
masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun demi kebaikan laporan kerja praktek ini
akan penulis terima dengan senang hati.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini, merupakan kebanggan tersendiri
bagi penulis. Namun penulis menyadari bahwa laporan Kerja Peraktek ini dapat
diselesaikan tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, do’a dan kepedulian dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Surtikanti, S.E., M.Si. Selaku Dosen Wali yang telah mengarahkan saya
selama mengikuti akademik dikampus ini.
5. Surtikanti, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat
berharga dalam menyusun laporan kerja praktek.
6. Seluruh staf pengajar/dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia yang telah memberikan pengajaran dan didikan
sepanjang proses perkuliahan.
7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat
yang telah membantu dalam proses kerja praktek, khususnya pada Bagian
Keuangan dan Bagian Pendanaan.
8. Agus Gunawan S.Kom. selaku dosen pembimbing perusahaan yang selalu
membantu dan mengarahkan selama penulis kerja praktek.
9. Agus Gunawan S.E. selaku pihak Bappeda Provinsi Jawa Barat di Bagian
arahan-senyum dan gembira yang terpancar dari wajah kalian, seolah memberikan
semangat tersendiri bagi saya.
12.Sahabat terbaik, Reni Rosita, Ressa Putra, Giska Septa Rahdianawati, Ridwan
Setiadi dan Windy Widiastuti yang selalu ada dalam suka dan duka serta
selalu mendukung dan memberi bantuan dalam penyususnan laporan kerja
praktek ini.
13.Ressa Putra teman bareng saat kerja praktek, terimakasih selalu membantu
dalam proses kerja praktek pada Bappeda Provinsi Jawa Barat.
14.Jaya Sumitra (Abi) yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
berbagai kegiatanku.
15.Teman-teman 4Ak1 yang tidat dapat disebutkan namanya satu persatu,
semoga kita sukses.
16.Dan pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan kerja praktek
ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis mengharapkan
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Akuntansi Pemerintahan (termasuk didalamnya akuntansi untuk
lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah bidang akuntansi yang
berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak bertujuan
mencari laba. Walaupun lembaga pemerintahan senantiasa berukuran besar,namun
sebagai mana perusahaan, ia tergolong sebagai lembaga mikro.Sehingga akuntansi
pemerintahan,sebagaimana akuntansi perusahaan, digolongkan pula sebagai
akuntansi mikro.Sementara itu dalam Akuntansi Pemerintahan terdapat Anggaran
Penerimaan dan Anggaran Pengeluaran, dalam anggaran pengeluaran ini menunjukan
seberapa besar pengeluaran kas yang terjadi pada satu periode tertentu. (Revrisond
Baswir,1988).
Pengeluaran Kas merupakan catatan atas semua pengeluaran uang yang
dilakukan perusahaan (Soemarso 1995). Upaya mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik membutuhkan komitmen kuat, tekad untuk berubah menjadi lebih baik,
sikap konsisten, dan waktu yang tidak singkat karena diperlukan pembelajaran,
pemahaman, serta implementasi nilai-nilai atau prinsip-prinsipnya secara utuh oleh
seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. Di
dapat diwujudkan demi mencapai masa depan bangsa dan negara yang lebih
baik.Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip utama dalam tata kepemerintahan yang
baik, yakni transparansi, partisipasi, penegakan hukum dan akuntabilitas. Berbagai
pihak mengembangkan dan melakukan elaborasi lebih lanjut dalam berbagai prinsip
turunan tata kepemerintahan yang baik, serta melaksanakannya sesuai dengan tugas
pokok organisasi, seperti prinsip wawasan ke depan, supremasi hukum, demokrasi,
profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, koefisienan dan keefektifan,
desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat, komitmen pada
pengurangan kesenjangan, komitmen pada lingkungan hidup, dan komitmen pada
pasar yang fair (Bambang Yudhoyono).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda
adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Pembangunan
daerah Jawa Barat yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2003 - 2008
telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat,maka
untuk tahun berikutnya demi tercapai berbagai rencana pembangunan perlu
persiapan-persiapan yang sangat matang, contohnya mencatat semua kegiatan
perencanaan pembangunan, evaluasi dan pelaporan internal capaian kinerja dan
keuangan sesuai dengan rencana yang dilaporkan oleh pihak terkait kepada bagian
rencana pembangunan, selain mencatat semua rencana-rencana pembangunan hal lain
juga perlu dilakukan misalnya rapat bulanan atau rapat yang berhubungan dengan
pembangunan perlu diadakannya prosedur-prosedur yang terkait dengan kegiatan
yang akan dilakukan, karena evaluasi dan pelaporan internal capaian kinerja dan
keuangan merupakan termasuk kedalam kegiatan rutin setiap bulan atau setiap
tahunnya (Agus Gunawan).
Dengan diadakan kegiatan yang disebut diatas maka perlu dilakukan
persiapan-persiapan yang mendukung kelancaran kegiatan yang akan
dilakukan,diantaranya biaya perjalanan dinas yang berhubungan dengan rapat,
menyusun acara rapat, memberikan undangan-udangan pada peserta rapat, jamuan
makanan, minum, fhotocopian bahan rapat dan honorarium untuk narasumber/tenaga
ahli,maka sehubungan dengan persiapan tersebut perlu diadakan berbagai persiapan
terutama persiapan dalam pengajuan SPP (Surat Perintah Pembayaran),karena
kelancaran suatu kegiatan perlu didukung dengan dana atau pengeluaran kas yang
mencukupi pula, kegiatan yang hampir rutin dilakukan tiap minggu atau tiap
bulannya tak lepas dari pengajuan-pengajuan SPP (Surat Perintah Pembayaran) dan
SPD (Surat Penyediaan Dana) Pengajuan Dana Tersebut tersebut berasal dari
pengajuan BPP (Bendahara Pengeluaran Pembantu) yang sesuai dengan DPA
(Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Akan tetapi semua kegiatan tidak selamanya
sesuai dengan SPD, sangat sering sekali SPD yang diajukan tidak selamanya
mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan kegiatan, seperti pada kegiatan
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Capaian Kinerja dan Keuangan tahun
menjadi Rp 14.346.000 hal ini menjadikan dana harus mengeluarkan dua kalilipat
dari dana yang sebelumnya diperlukan, maka BPP harus mengajukan SPP GU ke
Bagian BP (Bendahara Pengeluaran) sebesar Rp 7.173.000 kembali.Akibat dari
ketidak cukupan dana tersebut maka pengeluaran pada suatu kegiatan semakin
bertambah besar dibanding dengan rencana pengeluaran yang sebelumnya. Dengan
adanya berbagai kegiatan dan disertai dengan pengajuan-pengajuan yang
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan maka hal tersebut akan
berpengaruh terhadap pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi jawa Barat.(Agus
Gunawan).
Dengan adanya berbagai kegiatan-kegiatan yang ada pada Bappeda, tentunya
akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang menyangkut dengan
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, salah satunya adalah pengeluaran kas untuk
melaksanakan kegiatan yang menyangkut perencanaan pembangunan yang diajukan
oleh setiap daerah. (Agus Gunawan)
Melihat dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk mengetahui bagaimana Pengeluaran Kas yang ada pada Bappeda Provinsi Jawa
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud dengan melakukan kerja praktek ini, penulis ingin bermaksud untuk
mengetahui pelaksanaan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi
Jawa Barat.
1.2.1 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan yang dicapai dari laporan kuliah kerja praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa
Barat.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi
Jawa Barat.
1.3Kegunaan Kerja Praktek
Informasi–informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek ini baik
yang diperoleh dari perusahaan maupun literatur, diharapkan akan memberikan
manfaat bagi penulis, bagi instansi, serta masyarakat secara umum.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang memadai
tentang bagaimana prosedur pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa
2. Bagi Instansi
Dapat dijadikan masukan dan bahan untuk mengevaluasi pelaksanaan
prosedur pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
3. Bagi Pihak Lainnya
Sebagai bahan referensi dan acuan untuk pembaca dan penulis selanjutnya
serta sebagai tambahan informasi bagaimana prosedur pengeluaran kas
pada Bappeda Provinsi Jawa Barat.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam kerja praktek ini menggunakan metode Block
Release yaitu dimana penulis melakukan pengamatan secara langsung,mempelajari
kegiatan-kegiatan yang ada dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan
materi yang dibahas oleh penulis,dimulai pada hari senin-jum’at dari jam 08:00-16:00
WIB .
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut (Umi Narimawati dkk,2010:39):
1. Observasi (Pengamatan Langsung)
Melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data
yang diperlukan.Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan universitas
yang berhubungan dengan variabel penelitian.Hasil dari observasi dapat
2. Wawancara atau interview
Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.Penulis
mengadakan hubungan langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.Dalam teknik
wawancara ini,penulis mengadakan Tanya jawab kepada sumber yang dapat
memberikan data atau informasi-informasi itu berupa yang berkaitan dengan
penerimaan kas dan pengeluaran kas.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang
terdapat pada perusahaan.Mulai dari literatur,buku-buku yang ada.Adapun
dokumen-dokumen yang menggambarkan penerimaan kas dan pengeluaran
kas.
4. Kajian Pustaka atau Library Research
Peneliti melakukan suatu kegiatan dengan cara menulis,mencari dan
1.4Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Dalam melakukan kerja praktek penulis melakukan kerja praktek ini di Badan
Perencanaan dan Pengembangan (Bappeda) Provinsi Jawa Barat dibagian Keuangan
di Jalan Ir.H.Juanda No.287 Bandung 40135.
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Penulis melakukan kegiatan kerja praktek dimulai pada tanggal 4 Juli 2011
s/d tanggal 4 Agustus 2011. Berikut ini adalah aktivitas kerja praktek dan aktivitas
[image:17.612.126.506.472.616.2]pada Bappeda Provinsi Jawa Barat:
Tabel 1.1
Aktifitas Kerja Praktek dan Aktifitas di Kantor
No. Aktivitas Hari Waktu
1. Kerja Praktek Senin s/d Jum’at 08:00-16:00 WIB
2. Istirahat Senin s/d Kamis 12:00-13:00 WIB
Jum’at 11:30-13:00 WIB
Tabel 1.2
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
No Kegiatan
Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan Kerja Praktek
1.Mengambil Surat Izin Kerja
Praktek
2.Mencari Tempat Kerja Praktek
3.Pengajuan Kerja Praktek ke
Instansi
4.Persetujuan Kerja Praktek
5.Mendapat absen untuk KP
2. Pelaksanaan Kerja Praktek
1.Registrasi
2.Kerja Praktek
3.Selesai KP
3. Pelaporan Kerja Praktek
1.Pengajuan Judul
2.Mulai Bimbingan Kerja Praktek
dengan Dosen Pembimbing
3.Revisi
4.Pengumpulan Data
5.Ujian Kerja Praktek
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1Sejarah Singkat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jawa Barat
Pada tahun 1969, suatu badan yang menangani pembangunan daerah
Provinsi Jawa Barat disebut Badan Pembangunan Daerah atau BAPEMDA. Badan ini
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No.163 Tahun 1969. Pada Tahun
1972 BAPEMDA kemudian disempurnakan menjadi Badan Perancang Pembangunan
Daerah atau disingkat BAPPEMDA. Namun, berdasarkan Surat Keputusan Presiden
no.15 Tahun 1979, BAPPEMDA kemudian diganti menjadi Badan Perencanaan
Daerah atau BAPPEDA. Seiring dengan adanya otonomi daerah, yang berlandaskan
Undang – Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Kepala
Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan
daerah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), maka
berdasarkan Undang – Undang No.16 Tahun 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Jawa Barat, BAPPEDA berganti nama menjadi Badan Perencanaan Daerah
atau BAPEDA. Pada tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Badan ini memiliki
tugas pokok : melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis perencanaan pembangunan dan peyusunan serta pelaksanaan kebijakan perencanaan
pembangunan Daerah
2.2Struktur Organisasi Bappeda Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, serta
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Barat, maka susunan organisasi BAPPEDA adalah sebagai berikut :
1. Kepala
2. Sekretariat, membawahkan:
1. Subbagian Perencanaan dan Program;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Kepegawaian dan Umum;
3. Bidang Penelitian, pengendalian dan Evaluasi (PPE) membawahkan:
1. Sub Bidang PPE, Fisik, Ekonomi dan Pendanaan Pembangunan;
2. Sub Bidang PPE Sosial, Budaya dan Pemerintahan;
4. Bidang Fisik, membawahkan:
2. Subbidang Infrastruktur Wilayah;
5. Bidang Ekonomi, membawahkan:
1. Subbidang Pertanian;
2. Subbidang Dunia Usaha, Industri, Perdagangan dan Pariwisata;
6. Bidang Sosial dan Budaya, membawahkan:
1. Subbidang Kependudukan dan Kesehatan;
2. Subbidang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan;
7. Bidang Pemerintahan, membawahkan:
1. Subbidang Aparatur, Politik dan Hukum;
2. Subbidang Kerja Sama Pembangunan;
8. Bidang Pendanaan Pembangunan, membawahkan:
1. Subbidang Anggaran Pendapatan dan Belanja
2. Subbidang Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
2.3 Uraian Tugas Perusahaan 2.3.1 Kepala.
Kepala BAPPEDA mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas
pokok Badan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kepala BAPPEDA mempunyai
a. penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan teknis perencanaan, kesekretariatan, penelitian, pengendalian dan
evaluasi, fisik, ekonomi, sosial budaya, pemerintahan serta pendanaan
pembangunan;
b. penyelenggaraan fasilitasi, koordinasi, sinkronisasi dan pembinaan perencanaan
pembangunan;
c. penyelenggaraan pengendalian dan evaluasi arah pembangunan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi Pemerintah Daerah;
d. penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas. pokok dan fungsi
Badan.
Adapun rincian tugas Kepala BAPPEDA adalah sebagai berikut :
a. menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Badan;
b. menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis Badan sesuai dengan
kebijakan umum Pemerintah Daerah;
c. menyelenggarakan perumusan perencanaan pembangunan;
d. menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana pembangunan jangka
panjang, jangka menengah, tahunan Daerah dan rencana tata ruang wilayah
Provinsi serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
Daerah;
kesekretariatan, penelitian, pengendalian dan evaluasi, fisik, ekonomi, sosial
budaya, pemerintahan serta pendanaan pembangunan;
f. menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi
mengenai perencanaan pembangunan sebagai bahan penetapan kebijakan
Pemerintah Daerah;
g. menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah,
swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan
Badan;
h. menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis operasional perencanaan
pembangunan;
i. menyelenggarakan perumusan dan penetapan Rencana Strategis, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD
Badan;
j. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangal pengambilan
kebijakan;
k. menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi dengan unit kerja terkait;
l. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.2 Sekretariat.
Sekretariat mempunyai tugas pokok men'telenggarakan koordinasi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program Badan;
b. penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program Sekretariat;
c. penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, pengelolaan kepegawaian dan
umum.
Sekretariat membawahi tiga Sub Bagian, adapun tugas-tugasnya antara lain :
1. Subbagian Perencanaan dan Program;
a. menyelenggarakan pengkajian serta koordinasi perencanaan dan program
Badan;
b. menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program internal Sekretariat;
c. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
d. menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan
perundang-undangan, dan keprotokolan
e. menyelenggarakan telaahan star sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
2. Subbagian Keuangan;
a. menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan;
b. menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan;
c. menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;
3. Subbagian Kepegawaian dan Umum.
a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan Rencana Strategis, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD
BAPPEDA; menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan;
b. menyelenggarakan pembinaan Jabatan Fungsional;
c. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
d. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
e. menyelenggarakan pembinaan Jabatan Fungsional;
f. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
g. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.3 Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi.
Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi, penelitian serta
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Daerah;
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Penelitian,
Pengendalian dan Evaluasi mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan koordinasi dan kegiatan penelitian sebagai bahan pengkajian
kebijakan perencanaan pembangunan daerah pada aspek fisik, ekonomi dan
pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan;
pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan sebagai bahan penyusunan
kebijakan perencanaan daerah;
c. penyelenggaraan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan
pembangunan daerah dan pelaksanaan rencana pembangunan baik aspek fisik,
ekonomi, pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan.
Bidang Penelitian, Pengembangan dan Evaluasi membawahi dua Sub Bidang antara
lain : Adapun Rincian Tugas Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi, adalah
sebagai berikut :
1. Subbidang PPE Fisik, Ekonomi dan Pendanaan Pembangunan;
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Penelitian, Pengendalian
dan Evaluasi;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pengkoordinasian,
penelitian serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan;
c. menyelenggarakan pembinaan dan kegiatan penelitian serta pengendalian
pada aspek fisik, ekonomi, pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta
pemerintahan;
d. menyelenggarakan koordinasi penelitian pada aspek fisik, ekonomi,
pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan;
e. menyelenggarakan konsultasi, koordinasi, mediasi dan fasilitasi kebijakan
f. menyelenggarakan pengendalian perencanaan pembangunan aspek fisik,
ekonomi, pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan
meliputi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap
pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan
pembangunan Daerah;
g. menyelenggarakan koordinasi pelaporan pelaksanaan rencana dan hasil-hasil
pembangunan aspek fisik, ekonomi, pendanaan pembangunan, sosial dan
budaya serta pemerintahan yang bersumber dari APBN, APBD dan sumber
lain yang sah;
h. menyelenggarakan penghimpunan dan menganalisis hasil pemantauan dan
pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan aspek fisik, ekonomi,
pendanaan pembangunan, sosial dan budaya serta pemerintahan;
i. menyelenggarakan penghimpunan dan analisis hasil evaluasi Kepala SKPD
dalam rangka pencapaian rencana pembangunan Daerah sebagai bahan bagi
penyusunan rencana pembangunan Daerah untuk periode berikutnya;
j. menyelenggarakan penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan
dokumen rencana pembangunan Daerah, dan pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan Daerah;
2. Subbidang PPE Sosial, Budaya dan Pemerintahan.
a. menyelenggarakan pelaporan pelaksanaan rencana dan hasil pemantauan serta
b. benyelenggarakan evaluasi perencanaan pembangunan Daerah meliputi
evaluasi perencanaan pembangunan jangka panjang, menengah, dan tahunan;
c. menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan aspek fisik, ekonomi, pendanaan pembangunan, sosial dan
budaya serta pemerintahan yang didasarkan kepada kerangka studi dan
instrumen analisis serta melakukan penelitian lapangan;
d. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi - Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupate/Kota
e. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Penelitian,
Pengendalian dan Evaluasi;
f. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
g. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
h. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.4 Bidang Fisik.
Bidang Fisik mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan
kebijakan teknis dan mengkoordinasikan perencanaan tata ruang dan lingkungan
hidup serta- infrastruktur wilayah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Fisik mempunyai
a. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan
tata ruang dan lingkungan hid up serta infrastruktur wilayah;
b. penyelenggaraan dan koordinasi serta penilaian usulan rencana program/kegiatan
aspek pembangunan fisik, meliputi perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup
serta infrastruktur wilayah;
c. penyelenggaraan pengkajian bahan dan pembinaan perencanaan pembangunan
daerah aspek fisik.
Bidang Fisik membawahi dua Subbidang, berikut disebutkan dengan
tugas-tugasnya antara lain :
1. Subbidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Fisik;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan pengkoordinasian
perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup serta infrastruktur wilayah;
c. menyelenggarakan penilaian usulan rencana program/kegiatan aspek tata ruang,
d. lingkungan hidup, dan infrastruktur wilayah.
e. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Fisik;
f. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
g. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Subbidang Infrastruktur Wilayah.
a. menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, fasilitasi, dan mediasi
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk lingkup tata ruang dan lingkungan hidup,
serta infrastruktur wilayah;
b. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
c. menyelenggarakan telaahan star sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
d. menyelenggarakan pembinaan perencanaan pembangunan Daerah pada aspek
tata ruang, lingkungan hidup, serta infrastruktur wilayah;
e. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Fisik;
f. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
g. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.5 Bidang Ekonomi
Bidang Ekonomi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan
kebijakan teknis dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan ekonomi
meliputi pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, dunia. usaha dan investasi.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut Bidang Ekonomi mempunyai
fungsi :
a. penyelenggaraan pergkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan
pembangunan ekonomi yang meliputi pertanian, industri, perdagangan,
b. penyelenggaraan dan koordinasi serta penilaian usulan rencana program/kegiatan
aspek pembangunan ekonomi yang meliputi pertanian, industri, perdagangan,
pariwisata, dunia usaha dan investasi;
c. penyelenggaraan pengkajian bahan dan pembinaan perencanaan pembangunan
Daerah aspek bidang ekonomi.
Bidang Ekonomi membawahi dua Subbidang, berikut dengan tugas-tugasnya
yaitu :
1. Subbidang Pertanian;
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Ekonomi;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi
perencanaan pembangunan ekonomi yang meliputi pertanian, industri,
perdagangan, pariwisata, dunia usaha dan investasi;
c. melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan; .
d. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Ekonomi;
e. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
f. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Subbidang Dunia Usaha, Industri, Perdagangan dan Pariwisata.
a. menyelenggarakan koordinasi dan menyusun perencanaan ekonomi yang
meliputi pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, dunia usaha dan
b. menyelenggarakan penilaian usulan rencana program/kegiatan aspek ekonomi
yang meliputi pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, dunia usaha dan
investasi;
c. menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, fasilitasi, dan mediasi
perencanaan pembangunan antar sektor, antar wilayah, antara Nasional,
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk lingkup ekonomi yang meliputi pertanian,
industri, perdagangan, pariwisata, dunia usaha dan investasi;
d. menyelenggarakan pengkajian bahan dan pembinaan perencanaan
pembangunan Daerah lingkup pertanian, industri, perdagangan, parlwisata,
dunia usaha dan investasi;
e. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
f. melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan; .
g. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Ekonomi;
h. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
i. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.6 Bidang Sosial dan Budaya.
Bidang Sosial dan Budaya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, pendidikan, pemuda dan olah raga, dan kebudayaan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Sosial dan Budaya
mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan
pembangunan kependudukan, keluarga berencana, kesehatan, tenaga kerja,
transmigrasi, kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan,
anak dan masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
b. penyelenggaraan penilaian usulan rencana program/kegiatan aspek pembangunan
kependudukan, keluarga berencana, kesehatan, tenaga kerja, transmigrasi,
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
c. penyelenggaraan koordinasi dan penyusunan perencanaan pembangunan
kependudukan, keluarga berencana, kesehatan, tenaga kerja, transmigrasi,
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
d. penyelenggaraan pengkajian bahan dan pembinaan perencanaan pembangunan
Daerah aspek bidang sosial dan budaya.
Bidang Sosial dan Budaya, membawahi dua Subbidang, berikut tugas-tugasnya
yaitu :
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi
perencanaan pembangunan kependudukan, keluarga berencana, kesehatan,
tenaga kerja, transmigrasi, kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta
pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat, agama, pendidikan,
kebudayaan, pemuda dan olahraga;
c. menyelenggarakan penilaian usulan rencana program/kegiatan aspek
kependudukan, keluarga berencana, kesehatan, tenaga kerja, transmlgrasf,
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
d. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Sosial dan
Budaya;
e. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
f. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Subbidang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan.
a. menyelenggarakan koordlnasi dan penyusunan perencanaan pembangunan
kependudukan, keluarga berencana, kesehatan, tenaga kerja, transmigrasi,
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
b. penyelenggaraan pengkajian bahan dan pembinaan perencanaan pembangunan
Daerah lingkup bidang sosial dan budaya meliputi pembangunan
kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan
masyarakat, agama, pendidikan, kebudayaan,pemuda dan olahraga;
c. menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, fasilitasi, dan mediasi perencanaan
pembangunan antar sektor, antar wilayah, antara Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota untuk lingkup pembangunan kependudukan, keluarga
berencana, kesehatan, tenaga kerja, transmigrasi, kemiskinan, kesejahteraan
sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat, agama,
pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;
d. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
e. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
f. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Sosial dan Budaya;
g. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
h. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.7 Bidang Pemerintahan
Bidang Pemerintahan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian
bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan aspek aparatur, politik, hukum,
ketentraman dan ketertiban, komunikasi dan informasi serta aspek kerjasama
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Pemerintahan
mempunyai fungsi: .
a. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan
pembangunan aspek aparatur, politik, hukum, ketentraman dan ketertiban,
komunikasi dan informasi serta aspek kerjasama perencanaan pembangunan;
b. penyelenggaraan pengkajian bahan dan koordinasi serta penilaian usulan rencana
program dan kegiatan aspek aparatur, politik, hukum, ketentraman dan
ketertiban, komunikasi dan Informasi serta aspek perencanaan kerjasama
pembangunan;
c. penyelenggaraan pembinaan perencanaan pembangunan daerah lingkup
pemerintahan.
Bidang Pemerintahan membawahi dua Subbidang, berikut tugas-tugasnya
antara lain :
1. Subbidang Aparatur, Politik dan Hukum;
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pemerintahan;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi
perencanaan pembangunan aspek aparatur, politik, hukum, ketentraman dan
ketertiban, komunikasi dan Informasi serta aspek kerjasama perencanaan
pembangunan;
c. menyelenggarakan pengkajian bahan dan koordinasi serta penilaian usulan
dan ketertiban, komunikasi dan Informasi serta aspek perencanaan kerjasama
pembangunan;
d. menyelenggarakan pengkajian bahan perencanaan pembangunan aspek
aparatur, politik, hukum, ketenteraman dan ketertiban, komunikasi dan
informasi serta aspek kerjasama perencanaan pembangunan;
e. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Pemerintahan;
f. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
g. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Subbidang Kerjasama Pembangunan.
a. menyelenggarakan bahan dan pembinaan perencanaan pembangunan Daerah
aspek aparatur, politik, hukum, ketenteraman dan ketertiban, komunikasi dan
informasi serta aspek kerjasama perencanaan pembangunan;
b. menyelenggarakan koordinasi dan penyusunan perencanaan aspek aparatur,
politik, hukum, ketenteraman dan ketertiban, komunikasi dan Informasi serta
aspek kerjasama perencanaan pembangunan;
c. menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, fasilitasi dan mediasi perencanaan
pembangunan antar sektor, antar wilayah, antara Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota untuk lingkup aspek aparatur, politik, hukum, ketenteraman dan
ketertiban, komunikasi dan Informasi serta aspek kerjasama perencanaan
pembangunan;
e. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
f. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Pemerintahan;
g. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
h. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2.3.8 Bidang Pendanaan Pembangunan
Bidang Pendanaan Pembangunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi penyusunan rencana pembangunan
Daerah di bidang pendanaan pembangunan Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Pendanaan
Pembangunan mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi kegiatan
perencanan pendanaan yang bersumber dari APBD, APBN, Pinjaman dan Hibah
Luar Negeri (PHLN) dan sumber dana lainnya yang sah;
b. penyelenggaraan pengkajian bahan dan koordinasi serta penilaian usulan rencana
program/kegiatan yang bersumber dari APBD dan non APBD;
c. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis perencanaan penyusunan
rencana pendanaan pembangunan Daerah.
Bidang Pendanaan Pembangunan membawahi dua Subbidang, berikut
1 .Subbidang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah;
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pendanaan
Pembangunan;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi
kegiatari perencanan pendanaan yang bersumber dari APBD.
c. menyelenggarakan pengkajian bahan dan koordinasi serta penilaian usulan
rencana program/kegiatan yang bersumber dari APBD.
d. menyelenggarakan pengkajian bahan perencanaan pembangunan Daerah di
bidang pendanaan, meliputi alokasi pendanaan Daerah, sistem dan prosedur
pendanaan Daerah;
e. menyelenggarakan penyusunan perencanaan penganggaran pendanaan Daerah
yang bersumber dari APBD;
f. menyelenggarakan pengkajian bahan perencanaan penganggaran pendanaan
daerah yang bersumber dari APBD ;
g. menyelenggarakan koordinasi dan menilai kelayakan usulan-usulan
program/kegiatan prioritas untuk APBD ;
h. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
i. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
k. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan. tugas pokok dan fungsinya.
2 .Subbidang Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
a. menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pendanaan
Pembangunan;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan koordinasi
kegiatari perencanan pendanaan yang bersumber dari APBN, Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri (PHLN) dan sumber dana lainnya yang sah;
c. menyelenggarakan pengkajian bahan dan koordinasi serta penilaian usulan
rencana program/kegiatan yang bersumber dari Non APBD;
d. menyelenggarakan penyusunan perencanaan penganggaran pendanaan Daerah
yang bersumber dari non APBD;
e. menyelenggarakan pengkajian bahan perencanaan penganggaran pendanaan
daerah yang bersumber dari non APBD;
f. menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, fasilitasi dan mediasi
perencanaan pendanaan pembangunan Daerah;
g. menyelenggarakan koordinasi dan menilai kelayakan usulan-usulan
program/kegiatan prioritas untuk non APBD;
h. menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Pendanaan
Pembangunan;
2.4Kegiatan Perusahaan
Dalam aktivitas/kegiatan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Barat
atau BAPPEDA Provinsi Jawa Barat adalah merencanakan juga melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis perencanaan pembangunan serta
pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah. Maka dalam proses perencanaan tersebut
pihak BAPPEDA melakukan perencanaan pemrograman pembangunan daerah dengan
cara melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan yang telah
direncanakan,kegiatan tersebut adalah melakukan rapat antar bidang dan pihak-pihak
yang mengajukan pembangunan dan melakukan survei ketempat yang akan dijadikan
objek pembangunan/perbaikan serta menyusun dana untuk pembangunan tersebut,dana
yang dianggarkan untuk pembangunan disetiap wilayah/daerah adalah berasal dari APBD
dan Non APBD. Setelah adanya perencanaan pemrograman maka dilakukanlah
pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan dan pengajuan oleh pihak yang terkait
BAB III
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK
3.1Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melakukan Kegiatan Kerja Praktek di Bappeda Provinsi Jawa Barat
yang bertempat di Jalan Ir.H.Juanda No.287 Bandung 40135. Dalam pelaksanaan
kerja praktek, penulis di tempatkan dibagian Keuangan yang ada dibawah tanggung
Jawab Kepala Bidang Keuangan Bappeda Provinsi Jawa Barat. Bidang yang menjadi
fokus penulis adalah Tinjauan atas Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa
Barat. Kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek adalah sebagai
berikut:memberikan surat-surat persetujuan kepada pihak-pihak tertentu dalam proses
penerimaan kas,serta menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
1. Memeriksa kelengkapan dokumen SPP
2. Memeriksa SPJ yang disetorkan oleh tiap bidang kepada bagian keuangan.
3.1.1 Pengertian Prosedur Pengeluaran Kas
Pengertian posedur menurut Azhar Susanto (2002:264) menyatakan bahwa
“Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
Sedangkan pengertian prosedur menurut Mulyadi (2005:169) menyatakan bahwa :
“Prosedur adalah urutan kegiatan krelika, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.
Dari pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa prosedur
merupakan urutan aktivitas atau kegiatan krelika yang dilakukan berulang-ulang.
Pengertian pengeluaran kas menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:59) menyatakan bahwa:
“Pengeluaran kas merupakan prosedur yang digunakan untuk menangani
transaksi pengeluaran kas dari KASDA dengan berbagai prosedur yang melingkupi sampai diterima oleh bendaharawan instansi yang kemudian membelanjakannya sesuai dengan SPMU yang dikeluarkannnya tersebut”.
Sedangkan pengertian pengeluaran kas menurut La Midzan (2004:319) menyatakan bahwa:
“Pengeluaran kas merupakan serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan
pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian dan pembayaran atas
barang dan jasa yang dibeli”.
Dari pernyataaan diatas maka penulis menyimpulkan, pengeluaran kas
merupakan transaksi pengeluaran yang berhubungan dngan pembelian dan
3.1.2 Tujuan Prosedur Pengeluaran Kas
Secara umum, prosedur kas bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan
perolehan informasi mengenai kas dari pengakuan sampai proses
penerimannya.
b. Untuk mendapatkan data atau catatan yang akurat tentang kas sesuai dengan
input dari masing-masing dinas/unit kerja.
c. Untuk mendukung pembuatan keputusan personel yang mengendalikan fungsi
kas.
3.1.3 Pihak-pihak Terkait dalam Pengeluaran Kas
1. Pemegang Kas (Bendaharawan). Bagian ini berada pada setiap unit kerja,
berfungsi sebagai unit pelaksanan yang merealisasi pengeluaran.
2. Bagian/Sub-bagian Perbendaharaan. Bagian ini berfungsi mengotorisasi
Suarat Perintah Membayar (SPM) atas dasar anggaran dan SPP yang diajukan
oleh Bendaharawan Unit Kerja.
3. Bagian/Sub-bagian Verifikasi. Bagian ini berfungsi untuk memverifikasi
pengeluaran daerah.
4. Kas Daerah (Kasda). Bagian ini berfungsi merealisasi pengeluaran kas
3.1.4 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Pengeluaran Kas
1. Surat Perintah Membayar (SPM). Dokumen ini digunakan untuk
mengeluarkan uang yang dikeluarkan oleh Biro/bagian Keuangan melalui
Bagian/Sub-bagian Perbendaharaan sebagai dasar Kas Daerah/Kasda
merealisasi pengeluaran (SPM dapat dibayar secara tunai oleh Kasda atau
melalui Bank).
2. Pengesahan SPJ/SPP, formulir ini digunakan sebagai salah satu dasar bagi
bagian Perbendaharaan dalam mengotorisasi SPM atas SPP-BS yang diajukan
oleh Bendaharawan. Pengesahan SPJ, SPP-BS dibuat dibagian verifikasi
(khusus untuk belanja beban sementara bulan berikutnya).
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam melaksanakan Kerja Praktek di Bappeda Provinsi Jawa Barat pada
Bagian Keuangan. Penulis melakukan berbagai kegiatan pada instansi yang
bersangkutan:
1. Menginput kegiatan-kegiatan selama satu bulan.
2. Persyaratan Pencairan SPP-GU
a. SPM (Surat Perintah Membayar)
b. Surat pengantar SPP yang ditandatangani oleh Bendahar Pengeluaran
c. Ringkasan SPP yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran
e. Rincia Per Obyek Belanja yang ditandatangi oleh KPA, BP dan BPP
(SPP-4)
f. Surat Pernyataan Pengajuan SP2D (GU/TU) yang ditandatangi oleh
KPA
g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja Langsung (SPTJBL)
h. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pngeluaran Pembantu (SPJ
Belanja)
i. Buku Kas Umum (BKU)
j. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja Langsung (SPTJBL) per
Kodering
k. Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Pajak
l. Surat Tanda Setoran Pajak (SST)
3.2.1 Prosedur Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
Setiap instansi mempunyai perbedaan prosedur pengeluaran kas, dalam
prosedur itu mencakup beberapa ketentuan pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
mempunyai beberapa prosedur pengeluran kas. Apablila Persetujuan dengan
pihak-pihak terkait sudah didapat serta dokumen SPP sudah lengkap maka pengajuan dapat
dilakukan, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Berdasarkan SPD bendahara membuat SPP-UP/GU/TU/LU beserta
a. Surat pengantar SPP-UP
b. Ringkasan SPP-UP
c. Rincian SPP-UP
d. Salinan SPD
e. Surat pernyataan PA
f. Lampiran lain (daftar incian rencana penggunaan dana sampai dengan
jenis belanja)
2. Bendahara menyerahkan SPP-UP beserta dokumen lain kepada PPK
3. Bagian PPK meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP dan kesesuaiannya
dengan SPD dan DPA
4. SPP-UP yang dinyatakan lengkap maka PPK membuat rancangan SPM,
paling lambat setelah 2 hari kerja sejak SPP diterima
5. PPK menyerahkan SPM kepada PA (Pengguna Anggaran ) untuk
diotorisasi
6. Jika semuanya sudah ditandatangani maka SPP yang diajukan akan
dicairkan sesuai SPP nya tersebut atau SPM
7. Setelah Pencairan selesai maka pihak PA akan mnyerahkan ke bagian
PPK (Kasubag Keuangan) dan bagian PPk akan menyerahkan kebagian
Bendahara Pengeluaran
8. Setelah bendahara pengeluaran menerima pencairan dana tersebut maka
menggunakan kas/dana tersebut sesuai dengan DPA (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran).
Apabila dalam pengajuan SPP UP masih belum mencukupi maka pihak BPP
bisa mengajukan kembali SPP ke BP sesuai dengan kelipatan SPP UP yang
sebelumnya diajukan, pengajuan SPP yang kedua ini disebut dengan pengajuan
SPP-GU, prosedur pengajuan SPP-GU sama dengan pengajuan SPP-UP.
Dari prosedur pengluaran kas yang telah dijelaskan diatas, bahwa pegeluaran
kas tersebut dapat terjadi dengan melalui pihak-pihak yang membentuk pengeluaran
kas, pihak-pihak yang membentuk pengeluaran kas diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. BPP (Bendahara Pembantu Pengeluaran) mengeluarakn kas sesuai DPA
(Dokumen Pelaksanaan Anggaran)
DPA itu mencatat semua kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan dana yang
diajukan, setelah BPP melihat kegiatan-kegiatan di DPA maka BPP akan
mengeluarkan dana sesuai dengan yang dicatat dalam DPA.
b. Persetujuan KPA (Kuasa Pengeluaran Anggaran)
Pengeluaran kas yang dikeluarkan oleh BPP maka harus disetujui terlebih
dahulu oleh KPA.
c. Pencatatan oleh BPP
BPP mencatat semua pembelanjaan yang sesuai dengan kode ring, setelah
d. Pertaggungjawaban BPP
Laporan pertanggung jawaban dari BPP harus didukung dengan surat
pernyataan tanggung jawab belanja langsung (SPTJBL) kecuali pajak.
e. Laporan Pengeluaran
Kegitan yang dicatat oleh BPP yang sesuai dengan dana yang diminta
dilaporkan ke bagian Keuangan sebagai SPJ dan selanjutnya diperiksa
oleh bagian Verifikasi mengenai keabsahan dan kebenaran pengeluaran
tersebut, apakah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dan apabila SPJ
tersebut masih ada kekurangan atau tidak sesuai maka SPJ tersebut
dikembalikan ke BPP untuk dilengkapi pengesahan atas pengeluaran yang
ditandatangani oleh PA (Pertanggung Jawaban PA).
3.2.2 Pelaksanaan Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
Pelaksanaan Pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat, BPP dapat
melakukan pengeluaran kas nya apabila telah mendapat persetujuan dari KPA (Kuasa
Pengguna Anggaran), dan pengeluaran kasnyapun harus sesuai dengan kode rekening
yang ada dalam BKU (Buku Kas Umum) serta dalam pelaksanaan pengeluaran
kasnya tidak boleh diluar DPA (Dokumen Pengguna Anggaran) artinya bahwa
pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran kas ini tidak boleh sembarangan melakukan
pengeluaran kas diluar kode rekening dalam BKU dan diluar DPA (Dokumen
melaporkan pengeluaran kas tersebut pada Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPJ
Belanja) .
Dalam pelaksanaan pengeluaran kas terdapat beberapa dokumen yang
berhubungan dengan pelaksanaan Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa
Barat, diantaranya adalah :
a. BKU (Buku Kas Umum)
Buku Kas Umum merupakan suatu catatan yang didalamnya terdapat laporan
penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan kode rekening yang terdaftar
dalam buku tersebut, melalui buku inilah pelaksanaan pengeluaran kas akan
diketahui.
b. DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran)
Dokumen ini merupakan dokumen sebagai acuan bagi pihak yang akan
melakukan pengeluaran kas, didalam dokumen ini berisikan semua hal-hal
yang digunakan untuk pengeluaran kas, sehingga pihak pengeluaran kas tidak
boleh melakukan pengeluaran kas diluar DPA.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
penulis ditempatakan pada Bagian Keuangan. Berikut akan dijabarkan tentang
pembahasan tinjauan atas prosedur pengeluaran kas yang ada pada Bappeda Provinsi
3.3.1 Analisis Prosedur Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat Pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat sudah mendekati dengan
kesesuaian teori yang ada, terlihat dari segi dokumen yang digunakan yaitu dengan
menggunakan dokumen SPM (Surat Perintah Membayar) dan dokumen SPP (Surat
Permintaan Pembayaran), apabila dokumen-dokumen tersebut sudah memenuhi
dengan persyaratan yang ada maka pengajuan bisa dilakukan dan pihak-pihak
terkaitpun akan mulai memproses pengajuan pengeluaran kas tersebut yang sesuai
dengan permintaan. Apabila dokumen yang diajukan belum memenuhi persyaratan
yang ada maka pihak-pihak yang terkait dengan prosedur pengeluaran kas akan
mengembalikan kembali dokumen yang telah diajukan untuk dilengkapi. Selain itu
prosedur pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat sangat mengikuti aturan
yang ada yaitu pengajuan SPP nya harus sesuai dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan
Anggaran) dan pengeluran kas harus dicatat sesuai dengan kode rekening pada buku
kas umum (BKU), jadi pencatatan kas yang telah dikeluarkan harus sesuai dengan
kode-kode rekening yang ada pada buku kas umum, hal ini menghindari dari
kecurangan para pihak-pihak terkait yang melaksanakan pengeluaran kas tersebut.
Selain itu kesesuaian pengeluaran kas yang ada pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
dengan teori yang ada bisa dilihat dari segi pihak-pihak yang terkait dalam prosedur
pengeluaran kas, yaitu sebagai berikut :
a. BPP (Bendahara Pembantu Pengeluaran) mengeluarakn kas sesuai DPA
DPA itu mencatat semua kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan dana yang
diajukan, setelah BPP melihat kegiatan-kegiatan di DPA maka BPP akan
mengeluarkan dana sesuai dengan yang dicatat dalam DPA.
b. Persetujuan KPA (Kuasa Pengeluaran Anggaran)
Pengeluaran kas yang dikeluarkan oleh BPP maka harus disetujui terlebih
dahulu oleh KPA.
c. Pencatatan oleh BPP
BPP mencatat semua pembelanjaan yang sesuai dengan kode ring, setelah itu
dicatat dalam buku rekapitulasi pengeluaran perincian objek.
d. Pertaggungjawaban BPP
Laporan pertanggung jawaban dari BPP harus didukung dengan surat
pernyataan tanggung jawab belanja langsung (SPTJBL) kecuali pajak.
e. Laporan Pengeluaran
Kegitan yang dicatat oleh BPP yang sesuai dengan dana yang diminta
dilaporkan ke bagian Keuangan sebagai SPJ dan selanjutnya diperiksa oleh
bagian Verifikasi mengenai keabsahan dan kebenaran pengeluaran tersebut,
apakah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dan apabila SPJ tersebut
masih ada kekurangan atau tidak sesuai maka SPJ tersebut dikembalikan ke
BPP untuk dilengkapi pengesahan atas pengeluaran yang ditandatangani oleh
PA (Pertanggung Jawaban PA).
dengan prosedur pengeluaran kas secara lengkap, tetapi dokumen yang diajukan untuk
pengeluaran kas terlalu banyak, sehingga banyak para pengaju keliru dan salah dalam
penyiapan dan pengisian dokumen. Sebaiknya dokumen tersebut hanya terdiri dari satu
dokumen saja, namun harus dipikirkan kembali format dokumen tersebut secara lengkap
dan jelas.
3.3.2 Analisis Pelaksanaan Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
Pelakanaan pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat sudah
disesuaikan dengan format instansi, terlihat dari segi dokumen-dokumen yang
digunakan, seperti setelah melakukan pengeluaran kas pihak-pihak yang
bersangkutan harus melaporkan pengeluaran kas tersebut pada Surat
Pertanggungjawaban Belanja (SPJ Belanja) dan pembelanjaannyapun harus sesuai
dengan kode rekening yang ada di BKU (Buku Kas Umum) itu artinya bahwa
pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran kas ini tidak boleh sembarangan melakukan
pengeluaran kas diluar BKU dan diluar DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).
Selain dokumen-dokumen pelaksanaan pengeluaran kas yang sudah sesuai dengan
teori, pihak-pihak yang terkaitpun sesuai dengan teori yang ada karena pelaksanaan
pengeluaran kas ini pihak-pihak terkaitnya sama dengan pihak-pihak yang terkait
pada prosedur pengeluaran kas. Hanya saja pelaksanaan pengeluaran kas yang ada
diluar kegiatan yang ada pada DPA, hal ini yang menyebabkan kurang keefektifan
dalam pengajuan SPP. Sehingga pada pelaksanaan pengeluaran kas selalu harus
mengajukan SPP yang kedua kali atau bahkan lebih dari dua kali, pengajuan SPP
yang kedua kali dan seterusnya dinamakan SPP-GU. Sebaiknya apabila SPP yang
diajukan masih belum sesuai dengan perkiraan dana yang diharapkan maka sebaiknya
jangan melakukan pengajuan SPP terlebih dahulu, hal ini agar tidak terjadi pengajuan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan penulis
terhadap Tinjauan atas Prosedur Pengeluaran Kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat,
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam prosedur pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat
pengajuannya harus dibarengi dengan dokumen-dokumen yang lengkap dan
melibatkan persetujuan pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran kas, serta
pengajuan kasnya harus sesuai dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).
2. Dalam pelaksanaan pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat harus
sesuai dengan kode rekening dalam BKU (Buku Kas Umum), artinya bahwa
pihak-pihak yang terkait dengan pengeluaran kas tidak boleh sembarangan
melakukan pengeluaran kas diluar BKU dan diluar DPA (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran).
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama kerja praktek pada Bappeda Provinsi Jawa
Barat, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang mudah-mudahan dapat
bermanfaat dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, diantaranya :
lengkap, namun dokumen yang diajukan untuk pengeluaran kas terlalu banyak,
sehingga banyak para pengaju keliru dan salah dalam penyiapan dan pengisian
dokumen. Sebaiknya dokumen tersebut hanya terdiri dari satu dokumen saja,
namun harus dipikirkan kembali format dokumen tersebut secara lengkap dan
jelas.
2. Pelaksanaan pengeluaran kas yang ada pada Bappeda provinsi Jawa Barat ini
masih selalu ada pengajun yang kedua kali, itu artinya pelaksanaan
pengeluaran kas pada Bappeda Provinsi Jawa Barat ini masih diluar kegiatan
yang ada pada DPA, hal ini yang menyebabkan kurang keefektifan dalam
pengajuan SPP. Sehingga pada pelaksanaan pengeluaran kas selalu harus
mengajukan SPP yang kedua kali atau bahkan lebih dari dua kali, pengajuan
SPP yang kedua kali dan seterusnya dinamakan SPP-GU. Sebaiknya apabila
SPP yang diajukan masih belum sesuai dengan perkiraan dana yang
diharapkan maka sebaiknya jangan melakukan pengajuan SPP terlebih