STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
AJI NADIYAH ZULIARTI 1110011000081
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
AJI NADIYAH ZULIARTI NIM: 11100011000081
Menyetujui, Pembimbing
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 Dr. H. MundziLEMBAR
PENGESAHAN
PEMBIMBING SI(RIPSI
Skripsi berjudul
"
Studi Kompanasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali danIbnu Khaldun"
yang disusun olehAji
Nadiyah Zuliarti,NIM:
1110011000081,Jurusan Pendidikan Agama Islam. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan
sahsebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Maret 2015Yang Mengesahkan, DosenPembimbing
Dr. H. Mundzier Suparta. MA.
111000111000081, diajukan kepada Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah padatanggal
5
Maret 2015di hadapan
dewan penguji. Karenaitu,
penulis berhak memperoieh gelar sarjanasl
{s.Fd.l) dalam bidang Fendidikax Agama Islam.Jakarta, 5 Maret 2015
Panitia fljian Munaqasah
Ketn* Panitia (Ketu* JurusanlProgram
St*di)
TanggalDr. H. Abdul Majid Khon. M. Ag
MP:19580707 1983 1 005
Sekretaris {Sekretaris Ju rusan/Prodi}
Hj. Marhamah Saleh. Lc. MA
MP: 19720313 200801
2?rc
Penguji
I
Drs. H. A. Basuni. M. Ae MP: 19491126 197901 1001
Penguji
II
Dr- Dimyati. M. Ag
MP: 196407A4 199303 I AA3
4r'
,
wt
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul "STUDI KOMPARASI
KONSEP PENDIDIKAN
ISLAM
AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN" yang disusunoleh :
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Angkatan
Aji NadiyahZuliafii
1 1 1001 1000081
Pendidikan Agama Islam
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
20t0
Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 13 Februari 2015.
Jakarta, 13 Februari 2015
Pembimbing
NrP. 19540707 t984 02 0001
Nama
Tempat/Tgl. Lahir NIM
Jurusan JudulSkripsi
: Aji Nadiyah Zl.iliarti
: Jakarta, 31 Juli'1992 :1110011000081
: Pendidikan Agama Islam :
Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibau Khaldun
: Dr. H. Mundzier Suparta, MA.
DosenPembimbing
Dengan
ini menyatakan
bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya be*anggung jawab secara aksdemis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.Jakarta,
Yang Menyatakan
v
ABSTRAK
Aji Nadiyah Zuliarti (1110011000081)
Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali secara mendalam dan mengkomparasikan pemikiran pendidikan keduanya serta menemukan persamaan dan perbedaan konsep pendidikan dari Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode library research.Dalam penelitian library research ini yang dijadikan objek ialah literatur-literatur yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun serta konsep pendidikan Islam pada umumnya . Adapun sumber objek penelitian tersebut adalah dokumen tertulis, baik berupa buku primer dari kedua tokoh yakni
Ihya Ulumuddin dan Muqaddimah Ibnu Khaldun, buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan konsep pendidikan kedua tokoh,kamus, internet dan lain-lain.
vi
Ibn Khaldun and Al-Ghazali
The purpose of this study is to describe the concept of Islamic education Ibn Khaldun and Al-Ghazali in depth and to compare the two educational thinking and find similarities and differences in the concept of education of Al-Ghazali and Ibn Khaldun.
The method used in this thesis is a method research.Dalam research library research library is used as the object is literature related to educational thought Al-Ghazali and Ibn Khaldun and the concept of Islamic education in general. The source of the research object is a written document, either in the form of primary books of both figures the Ihya Ulumuddin and Prolegomena of Ibn Khaldun, books related to the discussion of the concept of education both figures, dictionaries, internet and others.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
Yang telah memberikan segala kenikmatan, kesabaran, kekuatan, ketabahan serta
karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan pengikutnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. SSDekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Khalimi, MA. Dosen pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan saran dan masukan yang berarti dalam masalah akademik untuk
penulis.
5. Bapak Dr. H. Mundzier Suparta, MA. Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mendidik, memberikan saran dan motivasi, serta mengarahkan
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri, Staff Perpustakaan Utama,
Perpustakaan FITK atas segala ilmu ikhlasnya, mendidik, memberi masukan,
bantuannya. Semoga apa yang telah diberikan menjadi keberkahan.
7. Kedua Orangtuaku tercinta, Bapak (Sukamto) dan Mamah (Jubaedah) yang
tak henti-hentinya memberikan dukungan, do’a, pengorbanan, perjuangan
viii
9. Sahabat-sahabat kosan (masih) pelangi, Tiara Wenty Aulianda, Heni Lupita
Sari, Fauzia Hayatun Nufus, Nurdina Mecca Zathira, Uum Humairoh, Ulfah
Fauziyah, Liestiana Apriyani, Meylia Yuliandari, Novita Nurrahmi, Mary
Silvita, Disa Fajriah, Antik Natasha G Raila, terimakasih atas segala canda,
tawa, airmata, dukungan, dan mimpi-mimpi yang akan kita wujudkan
dikemudian hari. Thanks for everything, guys!
10.Sahabat setiaku, Sandra Devita Kusuma Ningsari dan Nur Fathiya Herliyulyani, yang turut mendo’akan dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Orang-orang terkasih seperjuangan mengejar mimpi, Serli Widiyawati, Tiara
Syifa Fitria, Sofi Roziqoh, Siti Nuradillah Wahdah, Wilda Fizriyah, dan
seluruh keluarga besar P20AI serta kawan-kawanku di PAI angkatan 2010,
terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
12.Dan kepada seluruh pihak yang pernah penulis kenal, yang tak bisa
disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan
dapat dijadikan masukan bagi guru PAI dan mahasiswa sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
Jakarta, 5 Maret 2015
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR UJI REFRENSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. IdentifikasiMasalahPembatasanMasalah. ... 5
C. PerumusanMasalah ... 5
D. TujuandanManfaatPenelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. PengertianPendidikan Islam ... 7
B. KonsepdanRuangLingkupPendidikan Islam ... 10
1. PengertianKonsepPendidikan Islam ... 10
2. RuangLingkupPendidikan Isla ... 12
a. TujuanPendidikan Islam ... 13
b. KurikulumPendidikan Islam ... 16
c. MetodePendidikan Islam ... 17
x
2. WaktuPenelitian ... 21
B. MetodePenulisan ... 22
C. FokusPenelitian ... 22
D. ProsedurPenelitian ... 22
1. PendekatanPenelitian ... 22
2. InstrumenPenelitian ... 23
3. TeknikPengumpulan data ... 23
4. TeknikAnalisis Data ... 24
BAB IV TEMUAN PENELITIAN A. TemuanHasilAnilisis Deskriptif ... 25
1. Al-Ghazali ... 25
a. Biografi ... 25
b. Konsep Pendidikan ... 27
2. IbnuKhaldun ... 40
a. Biografi ... 40
b. Konsep ... 41
B. Temuan Hasil Anilisis Komparatif ... 51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan
hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan
berlangsung seumur hidup. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah
menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan
kehidupan umat manusia.1
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menananmkan nilai-nilai dan
norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses suatu
pendidikan.
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan
kepribadian, tentunya pendidikan Islam memmerlukan landasan kerja untuk memberi
arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber
semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan
sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:
1
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.” (Q.S. As-Syuara [42]: 52).
Selain itu dalam pandangan Islam, pendidikan juga merupakan kegiatan yang
diwajibkan bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Di dalam Hadis Rasul
bersabda:
ع
لْوس لاق : لاق ْ خْلا دْعس ْ بأ ْن
مّْعْلا بّط : مَّسو هّْع ها َّص ها
)ْهجام نْبا هاو ( مّْسم ِّك ّع ةضْ ف
2Dari Abi Sa’id al-Khudri, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu
adalah kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sehajtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Semakin
tinggi cita-cita manusia semakin menuntuk kepada peningkatan mutu pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai cita-cita tersebut. Jadi, antara kedudukan pendidikan
yang dilembagakan dalam berbagai bentuk dan model dalam masyarakat, dengan
dinamika masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang
3
waktu.3 Sehinggan Allah SWT. sangat memuliakan bagi orang yang senantiasa mencari dan memperkaya ilmu pengetahuannya. Dalam Q.S. Al-Mujaadilah ayat 11
Allah SWT. berfirman:
“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Mujadalah [58]: 11).4
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya pendidikan Islam memiliki peran
aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran
pendidikan Islam masih bersifat formalitas belaka bukan berpuncak pada tuntutan
dalam rangka melahirkan generasi insan kamil sebagaimana tujuan akhir dalam
pendidikan Islam.
Oleh karena itu, setiap pekerjaan yang mempunyai orientasi yang jelas dan
bertanggung jawab haruslah mempunyai sebuah tujuan. Suatu usaha yang tidak
mempunyai tujuan tidak akan memiliki arti apa-apa.5 Secara etimologi tujuan adalah
“Arah, maksud, atau haluan”. Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, ahdaf, atau maqasid”. Sementara dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan
“goa, purpose, objectives, atau aim. Secara terminooigi, tujuan berarti “sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiataan selesai”.6
Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai-nilai moral untuk
membentengi diri dari akses negatif globalisasi. Tetapi yang paling urgen adalah
bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu
berperan sebagai kekuatan pembebasan dari himpitan kemiskinan, kebodohan, dan
3
Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2003), hal.1-5 4
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta, Syamil Quran,2009), hal.543 5
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos, 1997), H. 45. 6
keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.7 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan
individu yang yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkepribadian yang baik serta
memilliki pemahaman beragama yang tidak hanya dipahami tapi juga diterapkan
dalam kehidupan.
Berbicara tentang pendidikan Islam, pastilah berbicara tentang konsep
pendidikannya. Konsep-konsep pendidikan Islam yang ada dewasa ini tidak lepas dari
bayang-bayang konsep pendidikan Islam di era klasik, yang terlahir dari
pemikiran-pemikar para tokoh filosof pendidikan Islam. Cukup banyak tokoh-tokoh pendidikan
Islam di era klasik yang menyumbangkan pemikiran-pemikirannya terhadap dunia
pendidikan, salah satunya konsep pendidikan Islam itu sendiri.
Di antara tokoh-tokoh pendidikan Islam yang lain, penulis mencoba
menjabarkan konsep pendidikan Islam menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun , yang
masing-masing dari kedua tokoh tersebut pasti memiliki pemikiran yang berbeda.
Keduanya terkenal juga sebagai tokoh filosof dan pakar pendidikan yang
pastinya memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menyusun suatu konsep dan
menetapkan tujuan pendidikan tergantung pada latar belakang dan bidang kajian
pendidikan para tokoh tersebut.8
Suatu rumusan konsep pendidikan maupun tujuannya harus mempunyai
muatan subyektifitas dari yang merumuskannya, artinya setiap pemikiran dari
seorang tokoh pasti menggambarkan tokoh tersebut, contohnya seperti tokoh pemikir
pendidikan Islam yang seringkali mengaitkan tujuan suatu pendidikan dengan
kebahagiaan yang abadi setelah kehidupan dunia, yakni kebahagiaan di akhirat.
Sedangkan jika dilihat dari pendidikan umum, biasanya hanya berorientasi pada
7
Moh. Shofan,Pendidikan Berparadigma Profetik, (Jogjakarta: IRcISOD, 2004), H. 28. 8
5
masalah kehidupan dunia, seperti pekerjaan yang akan didapat setelah menyelesaikan
pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas yang merupakan gambaran untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih baik lagi mengenai konsep pendidikan dalam Islam, maka
penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah karya ilmiah dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun”.
B. Identifikasi Masalah
Dengan dasar pemikiran diatas maka penulis akan memberikan penjelasan
tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :
1. Konsep-konsep pendidikan dewasa ini tidak lepas dari baying-bayang konsep
pendidikan terdahulu.
2. Setiap pemikiran para tokoh mengenai konsep pendidikan Islam
berbeda-beda.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan kajian skripsi ini untuk terfokus hanya kepada pembahasan
tentang konsep pendidikan Islam menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun yang
meliputi tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun?
2. Apa persamaan konsep pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Hasil Penelitian
Dengan membahas masalah seperti ini, penulis bertujuan:
1. Untuk dapat memberikan gambaran terhadap konsep pendidikan menurut
Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
2. Untuk mengetahui perbedaan konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan
Ibnu Khaldun.
3. Untuk mengetahui persamaan konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan
Ibnu Khaldun.
4. Untuk mengetahui pemikiran konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu
Khaldun.
Sedangkan manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penulis dapat mengetahui konsep pendidikan yang lebih baik lagi dari
sebelumnya dengan melalui pandangan kedua tokoh tersebut.
2. Sebagai khazanah intelektual, khususnya bagi guru, calon guru, dan
khlayak umum yang bergelut dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai upaya pengembangan diri bagi penulis maupun orang lain yang
membutuhkan.
4. Kajian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam bahasa Arab, kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah,
antara lain, al-ta‟lim, al-tarbiyah, dan al-ta‟dib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjukkan pada pengertian
pendidikan.1Istilah pendidikan secara sederahana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di
dalam masyarakat dan bangsa.2
Ta‟lim merupakan kata benda buatan (masdhar) yang berasal dari akar kata
„allama.Sebagian para ahli menerjemahkan ta‟lim dengan makna pengajaran.Maksud dari ta‟lim lebih mengarah pada aspek kognitif, seperti pengajaran mata pelajaran
matematika.
Kata tarbiyah diambil dari fi‟il madhi-nya (Rabba) maka ia memiliki arti
memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan memelihara, membesarkan dan menjinakkan. Pemahaman tersebut
diambil dari Al-Qur’an sebagai berikut:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra’ [17]: 24).3
1
Nizar, Op. Cit., h. 85-86. 2
Djumransjah dan Abdul Malik, Pendidikan Islam, Menggali Tradisi, Mengukuhkan Eksistensi, (UIN Malang Press, 2007), h. 1.
3
Sebagaimana arti yang terkandung dalam ayat di atas: “kamaa rabbayaanii shagiira, sebagaimana mendidikku sewaktu kecil.”
Selanjutnya kata atta‟dib diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata
karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.Ta‟dib yang seakar dengan kata
adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan.Artinya orang yang
berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang
berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.4
H. M Arifin memandang pendidikan Islam adalah suatu proses system
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah SWT. (anak didik) dengan berpedoman pada ajaran Islam.5 Selain itu, Samsul Nizar menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses yang
sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada
anak didik, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik, sehingga anak
didik mampu melaksanakaan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai
dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Quran dan Hadits)
pada semua dimensi kehidupannya.6
Abdul Mujib dan Yusuf dalam bukunya Pendidikan Islam merumuskan
pengertian Pendidikan Islam yakni: “Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai
Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan ppotensinya, guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.”7
Selain itu, pendidikan Islam menurut Abdur Rahman Nahlawi sebagaimana
yang dikutip Hamdani dan Fuad adalah:
4
Abdul Mujib, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2006), Cet. 1., h. 11-20 5
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 11.
6
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 94.
7
9
ْيظْنّلا يه يم الْساْلا يب ْرّلا
لان
ْف
س
ي
و
ْا
ا
ْج
ّم
ا
ع
ي
لا
ذ
ْي
ي
ؤ
د
ا ي
ل
ى
ْعا
ّن
ا
ْلاا
ْس
لا
و
ت
ْط
ْيق
ك
لًي
ا
ف
ح ي
يا
ة
ْلا
ف
ْر
د
و
ْلا
ّ
ما
ع
“Pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat
memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan
individu maupun kolektif”8
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya para pakar
pendidikan Islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam.Ada yang
menitik beratkan tujuan pada pembentukan akhlak anak didik, ada yang
memfokuskan pada keseimbangan hidup dunia dan akhirat, ada pula yang teori dan
praktek.
Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang
bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.9Pendidikan Islam juga dapat diartikan sebagai usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai
dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan
berbuat berdasarkan nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.10
Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan sekaligus pendidikan
amal.Maksud dari pendidikan amal adalah pendidikan tingkah laku agar seorang anak
didik selain menjadi anak yang cerdas intelektualnya juga menjadi anak didik yang
cerdas moralnya.
8
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 15.
9
M. Arifin, Op. Cit., h. 32. 10
B. Konsep dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam 1. Pengertian Konsep Pendidikan Islam
Konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek yang akan
diketahui dengan objek yang diketahui, dari sisi subjek konsep dapat diartikan
sebagai kegiatan pikiran untuk merumuskan suatu hal atau masalah, sedangkan di
lihat dari sisi objek, konsep itu sendiri dapat diartikan sebagai isi dari kegiatan
tersebut, arti, atau makna yang akan dicapai dalam menyelesaikan suatu hal atau
masalah.
Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative
sempurna dan bermakna sedangkan dari pengertian lain konsep adalah rancangan
atau ide yang diabstrakan dari peristiwa konkret atau dapat diartikan pula sebagai
gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang berada di luar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep tunggal bisa
dinyatakan dengan bahasa apapun. Konsep bisa dinyatakan dengan hund dalam bahasa Jerman chien dalam bahasa Perancis dan perro dalam bahasa spanyol. Dengan demikian konsep merupakan suatu peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan segala kegiatan.11
Konsep pendidikan menurut Al-Qur’an merujuk kepada informasi yang
terdapat didalam Al-Qur’an, yaitu pendidikan yang mencakup segala aspek jagat raya
ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah
SWT. sebagai pendidik yang Maha Agung.Konsep pendidikan Al-Qur’an sejalan
dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih cenderung menerangkan kepada manusia bahwa Allah SWT. memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Nabi
Muhammad SAW. dan selanjutnya Nabi menyampaikan kepada para ulama,
kemudian dari ulama menyampaikan pada manusia. Sedangkan pendidikan dalam
11
11
konsep ta‟lim merupakan proses transfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
intelektualitas peserta didik. Kemudianta‟dib merupakan proses mendidik yang lebih
tertuju pada pembinaan akhlak.
Konsep pendidikan menurut Al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat Al-Qur’an
yang berhubungan dengan pendidikan, seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan
yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 yang menjelaskan tentang pelajaran
yang diberikan Allah kepada Nabi Adam AS, dan pokok-pokok pendidikan yang
diberikan Rasul kepada umatnya. Kemudian Surat Luqman ayat 13-14:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(Q.S. Luqman [31]: 13-14).12
Ayat di atas berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang
tua terhadap anaknya.13
Dalam pelaksanaan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah mereka (orang
tua dan pendidik/guru) yang melaksanankan tugas dan tanggung jawab mendidik.
Pengertian mendidik dalam Islam sebenarnya bukan cuma dibatasi pada terjadinya
interaksi pendidikan dan pembelajaran antara guru dan peserta didik di depan kelas
saja, namun mengajak, mendorong (memotivasi) dan membimbing orang lain untuk
12
Al-Qur’an dan Terjemah.
13
memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas
pendidikan Islam. Maka dari itu, kegiatan pendidikan dapat berlangsung kapan saja
dan di mana saja, bahkan oleh siapa saja sepanjang yang bersangkutan dapat
memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran
maupun ajaran Islam.14
Dan di dalam konsep pendidikan itu sendiri juga terdapat ruang lingkup yang
mencakup beberapa ruang lingkup yang berupa tujuan, metode, serta kurikulum
pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu maka penulis akan membahas lebih lanjut lagi
mengenai ruang lingkup pendidikan ini secara lebih terperinci.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan Islam sesungguhnya mencakup segala hal yang
terkait dengan kehidupan manusia di dunia, di mana manusia mampu
memanfaatkannya sebagai wadah untuk menanam bibit amaliah yang hasilnya dapat
dipetik di akhirat. Maka untuk pembentukan sikap serta nilai-nilai keislaman dalam
pribadi manusia akan efektif apabila dilakukan dengan melalui proses pendidikan
yang berjalan si atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang terkait dengan
pendidikan.15
Menurut M. Arifin di dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan
Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner” mengatakan bahwa
ruang lingkup pendidikan Islam mencakup tentang masalah yang terdapat dalam
kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, materi
pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan.16
14Ahmad Syar’I,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. 2, h. 31-32 15
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 16. 16
13
Setelah dilihat dari pernyataan M. Arifin maka penulis disini akan membahas
ruang lingkup konsep pendidikan Islam hanya mencakup tiga aspek saja, yaitu tujuan
pendidikan, kurikulum pendidikan, dan metode pendidikan. Dan penulis akan
membahas terlebih dahulu tentang tujuan pendidikan, selanjutnya penulis akan
membahas kurikulum dan metode pendidikan.
a. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan
lain.17Ada juga yang beranggapan jika berbicara tentang tujuan pendidikan tentu akan mengajak kita bicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Sebab
pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara
kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.18Tujuan
menurut Arifin yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya “Ilmu Pendidikan
Islam” adalah sesuatu yang bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan)
yang terletak pada suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai dengan usaha untuk
melalui proses tertentu.19
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang: pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu,
sebagaimana firman Allah SWT.:
17Mujib, Op. Cit., h. 71. 18
Nur, Op. Cit. h. 77. 19
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”(Q.S. Ali Imran [3]:
191).20
Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk yang unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan seperti, fitrah,
bakat, minat, sifat, dan karakter yang berkecenderungan pada al-hanif (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemaampuan, kapasitas, dan
ukuran yang ada. Ketiga, tuntutan masyarakat, baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam masyarakat, maupun pemenuhan terhadap
tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia
modern.Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam, yakni memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.21
Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.22
1) Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan yang hendak dicapai melalui semua kegiatan
pendidikan. Tujuan umum tersebut meliputi aspek sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Bentuk insane kamil dengan pola takwa
harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walau dalam
ukuran kecil dan muru yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
2) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insane kamil sudah agak terlihat
20
Al-Qur’an dan Terjemah. 21
Mujib, Loc. Cit., h. 71-73. 22
15
meskipun dalam ukuran sederhana, paling tidak beberapa ciri pokok sudah terlihat
pada pribadi anak didik.
3) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat
pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula, yakni mati dalam keadaan
berserah diri kepada Allah SWT. sebagai muslim yang merupakan ujung dari
takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikan kegiatan pendidikan.
4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut
dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.23
Sebenarnya tujuan pendidikan memiliki tujuan yang amat penting dalam
menciptakan konsep pendidikan yang lebih baik dan terarah.Menurut Ahmad D.
Marimba yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya „Ilmu Pendidikan Islam”,
menyebutkan ada empat fungsi tujuan pendidikan, pertama, tujuan berfungsi
mengakhiri suatu usaha.Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah
mempunyai arti apa-apa. Dan suatu usaha akan berakhir kalau tujuan akhir telah
dicapai dengan baik. Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha, tanpa adanya
antisipasi kepada tujuan tersebut.Ketiga, tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal
untuk mencapai tujuan lainnya.Keempat, fungsi dari tujuan ialah memberikan nilai
pada usaha itu.24
Di kalangan para ahli sendiri masih terdapat perbedaan pendapat mengenai
pemakaian istilah tujuan.Menurut Hasan Langgulung sendiri mengatakan bahwa
istilah tujuan sendiri banyak dicampur-adukkan penggunaannya dengan istilah
maksud.Sedangkan Ahmad Tafsir mencoba menjelaskan tujuan pendidikan Islam
dengan merujuk kepada beberapa pendapat pakar pendidikan Islam. Dari berbagai
23
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 1. 24
pendapat tersebut, ia membagai tujuan pendidikan Islam kepada yang bersifat umum
dan yang bersifat khusus. Menurutnya tujuan pendidikan secara umum harus
diketahui terlebih dahulu bagaimana ciri manusia yang sempurna menurut Islam,
yakni dengan mengetahui bagaimana lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam,
karena bagaimanapun tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan gambaran ideal
dari manusia yang ingin diajari melalui pendidikan.
b. Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum berasal dari bahasa Latin “Curriculum”, semula berarti “a running
course, specialy a chariot race course” dan terdapat pula dalam bahasa Perancis
“Courir” artinya “to run” artinya “berlari”.25 Istilah ini pada mulanya digunakan alam
dunia olahraga yang berarti “a little race course” (suatu jarak yang harus ditempuh
dalam pertandingan olahraga).26Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan
kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama
anak didikanya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mereka.27
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam adalah kurikulum, ia
mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pada hakikatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti yang
sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam
suatu sistem institusional pendidikan.28
Samsul Nizar dalam bukunya mengatakan bahwa kurikulum itu adalah
landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didikknya kearah
tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah penngetahuan,
25
Arief, op. cit., h. 29. 26
Nizar, op. cit., h. 126. 27
Arief, op. cit., h. 30. 28
17
keterampilan, dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan Islam bukanlah
suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu
pada konseptualisasi manusia transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan
sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam.29
Adapun jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Fakta, yakni segala hal yang berwujud berupa kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama objek, peristiwa sejarah, nama tempat, dan lainnya.
2) Konsep, yakni segala sesuatu yang berwujud berupa pengertian baru yang bias
timbul sebagai hasil dari pemikiran seperti definisi, pengertian, dan lainnya.
3) Prinsip, berupa hala-hal yang utama dan pokok. Yang memiliki posisi penting
serta memiliki keterkaitan antara konsep yang menggambarkan implikasi
sebab-akibat.
4) Prosedur, yakni langkah yang sistematis atau berurutan dalam mengajarkan suatu
aktivitas dan kronologi dalam suatu system.
5) Sikap atau nilai, yang merupakan hasil belajar berupa nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong menolong dan lain-lain.30
Dari pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan, kurikulum adalah
seperangkat bahan ajar yang menjadi landasan berisi materi pelajaran pendidikan
Islam yang akan diberikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan.
c. Metode Pendidikan Islam
Metode berasal dari kata meta yang artinya melalui, dan hados yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang ingin ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan.31 Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
29
Nizar, op. cit., h. 126-127 30
Rusman Efendy, Materi Pendidikan, 2010, (http://info-makalah.blogspot.com) 31
mencapai maksud” sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.32
Selain itu ada yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk
menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan
disiplin tersebut. Adapun prinsip dari metode,yaitu:
1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah bagi kemampuan dasar yang
dikaruniakan Allah SWT. dalam tiap diri manusia.
2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong
pengaruh-pengaruh negative terhadap perkembangan fitrah melalui program-program
kegiatan kependidikan yang mengarah pada cita-cita Islam.
3) Pendidikan Islam mengupayakan keseimbangan antara harmonisasi, keserasian,
dan keselarasan antara masukan instrumental dengan masukan environmental
(pengaruh lingkungan) dalam proses mencapai tujuan, sehingga produk
pendidikan benar-benar sesuai denngan idealitas Islam.
4) Pendidikan Islam memberikan motivasi kepada guru untuk berusaha menghindar
dari pengaruh negative terhadap perkembangan fitrah melalui program kegiatan
kependidikan yang mengarah pada cita-cita Islam.
5) Pendidikan Islam mengupayakan terciptanya model proses belajar mengajar yang
bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup murid sebagai hamba Allah
SWT. dan sebagai anggota masyarakat.
6) Pendidikan Islam, dalam segala usahanya senantiasa berpegang pada pola
perkembangan hidup manusia yang berorientasi pada potensi keimanan dan ilmu
pengetahuan yang saling menguatkan dalam hidup pribadi manusia muslim.33
32
Arief, op. cit., h.40. 33
19
Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan demikian maka terciptalah
proses belajar yang interaktif.34
Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah
kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka
pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim
yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT., baik kepada
Tuhannya sesama manusia dan sesame makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksud
selalu berdasarkan kepada ajaran Al-Quran dan al-Hadits.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah
cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.35
C. Hasil Penelitian Relavan
Berdasarkan penelusuran penulis terhadap karya ilmiah skripsi di Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa yang membahas tentang Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun belum penulis temukan secara khusus judul yang sama dengan skripsi ini, namun ada beberapa skripsi yang mengaitkan denganKonsep Pendidikan Ibnu Khaldun, yaitu skripsi saudara Ahmad Syarif (2013) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul Konsep
Manusia dan Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun (dalam kitab
muqaddimah).Dia menjelaskan tentang konsep manusia menurut Ibnu Khaldun yang
bertujuan untuk mengenalkan kepada manusia itu sendiri mengenai eksistensinya
serta fungsi dan tugasnya sebagai „abd Allah SWT.Selain itu, beliau juga menjelaskan
tentang konsep Pendidikan Islam, yang mempunyai implikasi terhadap konsep
34
Nizar, op. cit., h. 16. 35
manusia dalam hal pendidikan baik dalam pendidikan informal, formal, maupun dan
non formal.
Skripsi dari saudari Resnamia Novianti (2012) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta dengan judul Studi perbandingan konsep pendididkan Islam menurut Ibnu Miskawaih Ibnu Khaldun. Dia menjelaskan tentang konsep pendidikan dari kedua tokoh tersebut dengan batasan
masalahnya yakni Tujuan, Materi dan metode. Terkait dengan judul yang penulis
ambil dengan saudari Resmania memamng memiliki persamaan namun ketika penulis
membaca skripsi saudari Resmania, Ia tidak menjelaskan materi pendidikan Ibnu
Khaldun secara rinci, melainkan hanya secara garis besarnya saja.
Selanjutnya Skripsi saudari Ani Rosidatul Isma (2011) dari fakultas Tarbiyah,
jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang dengan judul skripsi Konsep Pendidikan Menurut Imam Ghozali Dalam Kitab Ayyuhal Walad. Skripsi ini membahas tentang tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, dan metode pendidikan
Al-Ghazali yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad.
Selanjutnya skripsi karya saudari Siti Aisyah (2007) Fakultas Tarbiyah,
jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang, dengan judul Studi Komparasi
Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Paulo Freire. Skr. Dia menjelaskan perbedaan
dan persamaan kedua tokoh tersebut yang pematasan masalahnya meliputi konsep
pendidikan, tujuan pendidikan dan metode pendidikan.
Dari hasil pemaparan di atas, penulis menyimpulkan sekalipun terdapat
kesamaan nama tokoh namun tidak ada yang memadukan Al-Ghazali dan Ibnu
Khaldun. Terkait dengan pembatasan masalah ada beberapa pembatasan masalah
yang sama, namun penelitian pada penulisan skripsi ini tetap memiliki perbedaan
dengan skripsi-skripsi di atas, karena lebih difokuskan padakonsep tujuan pendidikan,
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek dan Waktu Penelitian 1. Obyek Penelitian
Dalam penelitian library research ini yang dijadikan objek ialah literatur-literatur yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun
serta konsep pendidikan Islam pada umumnya . Adapun sumber objek penelitian
tersebut adalah dokumen tertulis, baik berupa buku, kamus, internet dan lain-lain.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian Penelitian yang berjudul “STUDI
KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN’’ ini tidak ditentukan batasan waktunya, karena sejalan dengan berkembangnya literatur yang sedang dibahas hingga benar-benar dinyatakan
selesai.Digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang
diperoleh dari teks books yang ada di perpustakaan.
B. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, presepsi, pemikiran individual seseorang secara individual maupun
kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan
penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. 1Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk mendapatkan
1
data-data penelitian, penulis mengumpulkan bahan keperpustakaan, dengan cara
membaca, mengikuti kuliah, menelaah buku-buku, dan bahan-bahan informasi
lainnya terutama yang berkaitan dengan Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali dan buku-buku penunjang ataupun pembanding terhadap judul yang akan diteliti.
Adapun penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi yang
diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
C. Fokus Penelitian
”Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang
yang dipandang ahli."2
Fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun. Yaitu pemikiran kedua tokoh yang berkaitan dengan tujuan, kurikulum dan metode pendidikan. Cara penyajiannya bersifat deskriptif
analitik. Penyajian deskriptif adalah menjelaskan tentang pengertian, ruang lingkup,
dan konsep dari sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang dan pembanding
terhadap yang akan diteliti.
D. Prosedur Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam pendekatan penelitian penulisan skripsi ini peneliti menggunakan
metode penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang
dilakukan di perpustakaan dan mengambil setting perpustakaan sebagai tempat
2
23
penelitian di mana objek penelitiannya adalah bahan-bahan perpustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan oleh seseorang yang ingin mengetahui teori-teori apa yang
digunakan dari waktu ke waktu.3
Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam
skripsi ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk
menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis
yang penulis kaji mengenaiKonsep Pendidikan Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali.
2. Instrumen Penelitian
“Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrument atau alat. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan
data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitiannya.4”
Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan diri sebagai instrument,
bertindak sebagai perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data mengenai Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah dengan mengumpulkan mengumpulkan data-data tertulis kemudian menyelidiki bahan-bahan
tertulis yang terkait dengan konsep pendidikan kedua tokoh tersebut. Langkah ini
biasanya dikenal dengan dengan metode dokementasi.
3
Nuraida Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009),Cet. 1, h. 20.
4
Suharsimi berpendapat “bahwa metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda dan sebagainya”.5
Teknik ini digunakan oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan data yang
berhubungan dengan Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen resmi, dokumen-dokumen yang validitas dank eabsahannya terjamin baik dokumen-dokumen
perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. analisis juga dapat
dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.6 Analisis dokumen dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan pustaka berupa
dokumen-dokumen yang terkait dengan konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu
Khaldun. Kemudian membandingkan konsep dari kedua tokoh dengan menggunakan
analisis deskriptif dan komparatif sehingga menghasilkan kesimpulan dari kedua
konsep pendidikan, yakni konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan membiarkan
data menumpuk, untuk kemudian menganalisisnya. Bila demikian halnya, ia akan
mendapatkan berbagai kesulitan dalam menangani data. Semakin sedikit data,
semakin mudah penanganannya. Mumpung sedikit, segeralah data itu dibereskan.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), h. 206. 6
25
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif 1. Al-Ghazali
a. Biografi
Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali (lebih dikenal dengan
sebutan Ghazali), lahir di Thus (wilayah Khurasan) pada tahun 450 H/1058 M.
al-Ghazali memiliki keahlian berbagai disiplin ilmu, baik sebagai filosuf, sufi, maupun
pendidik. Ia menyususn beberapa kitab dalam rangka menghidupkan kembali
ilmu-ilmu agama (Ihya ulum al-din).1Sejak kecil, Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang senang dengan ilmu pengetahuan. Sehingga tak mengherankan jika sejak masa
anak-anak ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota kelahirannya.2
Imam Ghazali sejak kecilnya dikenal sebagai seorang anak pencinta ilmu
pengetahuanndan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa
duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.3
Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya, Tus dengan
mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan
yang pada waktu itu kedua kota tersebut terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan
terpenting di dunia Islam. Di kota Nisyafur inilah al-Ghazali berguru kepada Imam
al-Haramain Abi al-Ma’ali al-Juwainy.4
1
Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 85.
2
Djalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 139.
3
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 82.
4
Al-Ghazali mendapat gelar “bahrun mughriq” dari al-Juwaini karena kecerdasannya.Al-Ghazali baru meninggalkan Nisyaur setelah Imam al-Juwaini
meninggal dunia tahun 1085.5
Kemudian Al-Ghazali meninggalkan Nisyafur ketika gurunya meninggal
dunia, menuju ke Istana Nizham Mulk yang menjadi seoramng perdana menteri
Sultan Bani Saljuk.Keikutsertaan Ghazali dalam suatu diskusi bersama sekelompok
ulama dan para intelektual di hadapan Nizham Mulk membawa kemenangan baginya.
Hal itu tidak lain berkat ketinggian ilmu filsafatnya, kekayaan ilmu pengetahuannya,
kefasihan lidahnya, dan kejituan argumentasinya. Nizham Mulk benar-benar kagum
melihat kehebatan beliau ini dan berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di
Universitas yang didirikannya di Baghdad.6
Di tengah-tengah kesibukkannya di Madrasah Nizhamiyah, ternyata ia tidak
melupakan dunia jurnalistik.7Setelah empat tahun beliau memutuskan berhenti mengajar di Baghdad. Lalu ditinggalkannya kota tersebut untuk menunaikan ibadah
haji. Setelah itu beliau menuju Syam, hidup dalam Jami’ Umawy dengan kehidupan
penuh ibadah, mengembara ke berbagai padang pasir untuk melatih diri menjauhi
barang haram, meninggalkan kemewahan hidup.8
Karena banyak keahlian yang secara prima dikuasai al-Ghazali, maka tidaklah
mengherankan jika kemudian ia mendapat bermacam gelar yang mengharumkan
namanya, seperti gelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Syeikh al-Shufiyyin (Guru Besar dalam Tasawuf), dan Imam al-Murabin (Pakar Bidang Pendidikan).9
5
Djalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 139.
6
Nata, Op. Cit., h. 83. 7
Al-Rasyidin,Op. Cit., h. 86. 8
Nata, Op. Cit. h. 84. 9
27
Setelah mengajar diberbagai tempat –seperti Baghdad, Syam, dan Nisyafur-
akhirnya ia kembali ke kota kelahirannya, Thus pada tahun 1105 M. di sini, ia
kemudian mendirikan sebuah madrasah dan mengabadikan dirinya sebagai pendidik
hinggaia wafat pada tahun 1111M.10
b. Konsep Pendidikan
Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme.
Hal ini antara lain disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan
terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan
orang yang mendidiknya.Hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang
sangat berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan dengan
pesan Rasulullah SAW yang menegaskan:
يْوأ نارّنيْوأ ناد ي ا بأف ةرْطفْلا ىلع دلْ ي دْ لْ م ّك
ناسّم
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tualah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R. Muslim).11
Terkait dengan hadist tersebut, al-Ghazali mengatakan jika anak menerima
ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika
anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang
jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek.12
a. Tujuan Pendidikan
Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan
10
Al-Rrasyidin, loc. Cit., 87. 11
Nata.Op. cit., h. 211. 12
pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri pada Allah SWT, akan dapat
menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan.
Rumusan pendidikan yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT.
tentang tujuan penciptaan manusia, yaitu:
Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku.
(Q.S. Al-Dzariyat [51]: 56).13
Pemikirannya tentang tujuan pendidikan Islam dapat diuraikan menjadi tiga:
1) Tujuan mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri
sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.
2) Tujuan utama pendidikan Islam yakni sebagai sarana pembentukan akhlak al-karimah.
3) Tujuan pendidikan Islam untuk mengantarkan peserta didik mencapai
kebahagian dunia dan akhirat.14
Rumusan tersebut mencerminkan sikap kezuhudan dari Imam Ghazali
terhadap dunia, merasa cukup dengan yang ada, dan lebih banyak memikirkan
kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.Rumusan tujuan pendidikan beliau yang
itu juga karena al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang penting,
tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan kapan
saja.15
13
Al-Qur’an dan Terjemah. 14
Al-Rasyidin, loc. Cit., h. 87. 15
29
Al-Ghazali menempatkan dua hal penting sebagai orientasi pendidikan;
pertama mencapai kesempurnaan manusia untuk secara kualitatif mendekatkan diri kepada Allah SWT, kedua, mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.16
Secara rincinya Al-Ghazali membagi tujuan pendidikan menjadi dua, yakni
tujuan religius dan tujuan non-religius. Menurutnya tujuan pendidikan dilihat dalam
kaitannya dengan system pengajaran berdasarkan sifat pengetahuan yang dikaji,
yakni ilmu-ilmu agama, non agama, dan sufi.
Al-Ghazali dengan tegas menyatakan bahwa sekalipun ilmu-ilmu agama bisa
membantu seseorang mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, seperti jabatan, pengaruh,
kekuasaan dan kekayaan, itu semua tidak boleh dijadikan sebagai tujuan dalam
mempelajari ilmu-ilmu agama.
Berbeda persoalan ketika yang dibicarakan adalah pendidikan di bidang
ilmu-ilmu non-agama.Al-Ghazali secara gamblang menyatakan bahwa seseorang boleh
mempelajari ilmu-ilmu semacam kedokteran dan matematika untuk tujuan material
dan kewibawaan.
Di bidang ilmu-ilmu sufi, jelas bahwa tujuan utama pendidikan adalah
pencapaian pengetahuan spiritual yang hanya mungkin terjadi bila hati telahh
sepenuhnya bersih dari kecenderungan buruk. Tujuan akhir ini adalah kebahagian
abadi di surga, dan puncak tertinggi dari kebahagiaan abadi ini adalah pertemuan dan