I
(,-i:.12.
r H 5
..I 15p/.
PENGARUH EDTA TERHADAP ATEROGENESIS
PADA
KERA EKOR PANJANG
(MACACA FASCICULARIS)
Oleh
DEMlN SHEN
86623
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANlAN BOQOR
RL NGKASAN
DEMIN S H E N . Pengaruh EDTA terhadap aterogenesis pada kera ekor panjang jenis Macac3 fascicularis (dibawah bimbingan Tonny
Ungerer, sebagai ketua, Andi Hakim Nasoetion, Gatut Ashadi, Oey
Ban Liang dan Darwin Karyadi sebagai anggota).
Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara
industri maju (Titus,1985). Di Indonesia, penyakit ini juga meru-
pakan penyebab kematian tertinggi diantara penyakit-penyakit yang
tidak menular (Laporan Dep.Kes. 1972, Laporan Dep.Kes. 1986).
Hipotesa mengenai penyebab dari terjadinya aterosklerosis
adalah: 1). Teori cedera, dapat terjadi oleh berbagai macam sebab.
2 ) . Infiltrasi lemak kedalam intima khususnya kolesterol. Yang
terakhir adalah 3). "Unified theoryw atau teori gabungan yang me-
I
nyatakan lemak sendiri setelah mengalami oksidasi (antara lain
oleh radikal bebas atau oksidan lain) menjadi sangat sitotoksik
sehingga dapat mencederai endotel pembuluh darah arteri sekaligus
mempermudah terjadinya infiltrasi lemak ke dalam intima. Reaksi
oksidasi lemak memerlukan adanya enzim dan ion ion logam sebagai
katalis, reaksi radikal bebas biasanya berlangsung sangat lambat
bila tidak ada ion logam yang bekerja sebagai ko-faktor.
EDTA (asam etilen diamin tetra asetat) adalah senyawa asam amino sintetik yang terdiri atas etilen dengan 2 gugus amin yang
terikat dengan 4 gugus metil-karboksil dan disebut juga sebagai
Asam Poliaminokarboksilat.
disusul kemudian pada tahun 1950 oleh Rubin untuk pengobatan
keracunan logam plumbum.
Dalam laporan pengobatan EDTA untuk keracunan logam ini,
Julian (1984) dan Trowbridge (1985) melaporkan pengalaman dari
mereka dan dari dokter-dokter lain yang menyatakan bahwa setelah dikelasi, keluhan dari penyakit aterosklerosis berkurang. Walker
pada tahun 1980 dalam penyelidikan untuk disertasinya memberikan
pakan berlemak kepada sekelompok kelinci, dan menunjukkan ada
perbedaan nyata antara kelinci yang diberi EDTA dan yang tidak,
pembuluh darah arteri yang diberi EDTA lebih bersih. Namun Diehm
(1986) setelah melakukan "Double blind study" terhadap 45
penderita aterosklerosis tungkai bawah menilai efek penyembuhan
dari pengobatan dengan EDTA adalah efek plasebo. Jadi, EDTA, obat
yang banyak dipakai untuk mengobati keracunan logam pada manusia
sejak tahun 1950, ternyata untuk pengobatan aterosklerosis belum
terbukti khasiatnya.
Untuk maksud tersebut, penelitian ini diadakan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang suatu penelitian
dengan mempergunakan duabelas kera ekor panjang Macaca fascicula-
&,
mengingat hasil percobaan Manuck dkk. (1983) yang melaporkanbahwa kera ekor panjang ini dapat menjadi aterosklerotik dalam
waktu kurang dari 2 tahun dengan cara pemberian pakan berkoleste-
rol tinggi dan cekaman menahun. Dalam penelitian ini, cara yang
sama akan dipakai untuk membuat kera menjadi aterosklerotik, se-
tengah dari kera-kera tersebut diberi EDTA, setengah Lagi tidak,
EDTA terhadap aterogenesis pada kera.
Satu bulan setelah membiasakan kera kera memakan pakan
berkolesterol tinggi, enam dari duabelas kera diberi EDTA dengan
memakai larutan Na2EDTA 15%. Takaran yang diberi adalah 50 mg/kg
berat badan, dilarutkan didalam 250cc larutan glukosa 5%, diberi
secara infus dengan kecepatan 20 tetes/menit, diawali dengan pem-
berian 2 x/minggu, sebanyak 10 kali, dilanjutkan dengan 1 x/minggu
sebanyak 12 x, disusul dengan 1 x/bulan sebanyak 9 x. Sisa kera tidak diberi EDTA dipakai sebagai pembanding.
Selama percobaan, kera dibagi kedalam 4 kelompok, masing-
masing terdiri atas 3 kera jantan, 1 kera betina. Susunan kera
jantan diganti setiap 2 minggu sehingga senantiasa tercekam kare-
na terjadi persaingan.
Setelah berlangsung 15 bulan, percobaan berakhir. Keta-kera
dikorbankan, jaringan aorta, pembuluh darah koroner, karotis dan
jantung diperiksa secara makro dan mikroskopis. Derajat atero-
sklerosis dinilai, diberi angka dan dibandingkan antara kedua ke-
lompok kera tersebut. Kera-kera dari kelompok yang diberi EDTA
ternyata mempunyai derajat aterosklerosis lebih rendah (p < 0.05),
dan yang paling nyata adalah pembuluh darah karotis. Kera yang
tidak diberi EDTA menunjukkan pembuluh darah koroner lebih fibro-
tik, sedangkan yang diberi EDTA mempunyai gambaran EKG yang lebih
baik (p < 0.05) serta infark yang lebih kecil.
Kemampuan EDTA dalam menghambat aterosklerosis, dihubungkan
dengan kemampuan EDTA mengurangi cedera yang disebabkan oleh ra-
Two groups of adult male Macaca fascicularis monkeys (six
animals in each group) exposed to an unstable social environment
were fed an atherogenic diet containing more than 2 mg of chole-
sterol per kilo calory for a period of 15 months. These monkeys
were infused with EDTA, to test the hypothesis that EDTA
decreases atherogenesis in high risk monkeys.
After one month of experimental diet.consumption, one group
(six) was infused with Na2EDTA, 50 mg/kg BW dissolved in 250 cc
5% glucose in water at a rate of 20 drops/min, twice weekly for 10 times, then once weekly for 12 times, followed by once monthly for 9 times. Blood samples were taken before and after the
-
infusion for Calcium, urea, total cholesterol, LDL, HDL, trigly-
ceride, hemoglobin and leucocyte analyses.
The non EDTA treated group served as control. One monkey of the treated group died and was replaced by a monkey of the control
group.
All monkeys were sacrificed at the end of the experiment.Sect- ions of the ascending aorta, coronary arteries, carotid arteries,
aortic arch and descending aorta were examined and evaluated for
atherosclerotic lesions. Using a conventional scoring system,
total scores derived from macroscopical and microscopical exa- minations were compared between the two groups.
'
The treated group showed lower atherosclerotic scores and
arteries (P C 0.05). Non treated group showed more fibrosis, and
the treated group had less ECG abnormalities (P < 0.05) and
smaller infarcts.
Therefore, a potential antiatherogenic feature of EDTA
infusion may relate to its ability to decrease the injuries caused
PENGARUH EDTA TERHADAP ATEROGENESIS
PADA KERA EKOR PANJANG (MACA- FASCICULARIS)
Oleh
DEMIN SHEN
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Bogor
Judul Disertasi : PENGARUIl EDTA TERIIADAP ATEROGENESIS PADA
I<XRA EKOR PANJANG (MACACA )
-Nama ,mahasiswa : DEMIN StIEN
Nomor pokok : 06523
Menyetujui
1. l<olrisi Pembimbing
Anggota
.
Anggotan
Pakultas Pasca Sarja~Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 24 September 1936 di Jakarta.
Orang tuanya adalah Shen Woo Pow dan Tjhing Pow Djin. Pada tahun
1953 ia lulus SMA di Bandung. Ia memperoleh gelar dokter umum
di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pada tahun
1960. Pada tahun 1962, ia mengikuti "Post graduate course1' di
Graduate School of Medicine di University of Pennsylvania, Phila-
delphia, Pennsylvania, Amerika Serikat. Mulai tahun 1963 mengikuti
pendidikan spesialisasi dalam bidang Ilmu Bedah di universitas
yang sama dibawah bimbingan Prof. Dr. K. Ferguson, Prof. Dr. W.
Blakemore, Prof. DR. A. Baue, Prof. DR. J. Rhoads dan pendiri
spesialisasi Ilmu Gastroenterologi Prof. Dr. Bockus. Pada tahun
1967 mendapat gelar dan brevet Ahli Bedah umum, dan dilanjutkan
pendidikan dalam Ilmu Bedah Toraks dan Kardiovaskuler di
St.Vincent Hospital, Cleveland, Ohio, dibawah bimbingan Dr. E. Kay.
Pada tahun 1968, ia meneruskan pendidikan Ilmu Bedah Jantung di
Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio, dimana ia dibimbing oleh seo-
rang pakar Bedah Jantung Dr. D. Effler dan membantu Dr. Favaloro
melakukan operasi q*by-passll koroner yang pertama di Amerika
Serikat. Pada tahun 1969, mendapat gelar dan brevet sebagai Ahli
Bedah Toraks dan Kardiovaskuler dan diterima sebagai Fellow of
American College of Surgeons. Sebelum pulang ke Indonesia, ia
mengikuti lagi "Post Graduate Fellowship Courseft di Royal Victoria
Hospital, Montreal, Quebec, Canada, dan lulus ujian "Fellow of
Royal College of Surgeons" di McGill University, Montreal, Quebec,
Sekembali ke Indonesia, pada tahun 1970, setelah adaptasi
selama 6 bulan, ia diangkat menjadi Pegawai Negeri tenaga tetap
di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sebagai Wakil Kepala
Bagian "Intensive care unittt, sampai dengan tahun 1976. Pada tahun
yang sama, ia diangkat menjadi tenaga tetap sebagai Kepala Bagian
Bedah di Rumah Sakit Cibabat, Cimahi.
Pada tahun 1978, bersama Prof. DR. Sugiyanto Soegijoko dari
ITB Bandung dan beberapa teman sejawat mendirikan Yayasan
Kemanusiaan di Bandung yang kemudian membangun Rumah Sakit
Rajawali Bandung.
Pada tahun 1980, ia diangkat menjadi Direktur Rumah Sakit
Rajawali dan mulai aktif melakukan praktek pembedahan jantung
sampai sekaranq.
Ia menikah dengan Geraldine Waligorski pada tanggal 4 Juli
1967 dan telah mempunyai 2 orang anak, anak pertama; Paul, laki- laki, lahir pada tanggal 2 Maret 1969, anak kedua; Michelle, wa-
Ucapan Terimakasih
Permlis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa
karena dengan rahmat, hidayat dan perkenanNya penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
turut berjasa mendidik penulis sejak dari bangku Sekolah Dasar
sampai ke Perguruan Tinggi.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terimakasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama Mantan Menteri
Kesehatan Bapak Dr. Soewardjono Soeryaningrat yang telah
mendorong dan membantu penulis dalam menunaikan percobaan dan
disertasi ini.
Terima kasih yang setulusnya penulis ucapkan kepada Bapak
Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan beserta para pembantu Dekan
Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program 5-3 di
Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bagor.
Penulis menqucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
DR. Tonny Ungerer, sebagai Ketua Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan
sampai selesainya penulisan disertasi ini. Ucapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada Prof. DR. IR. H. Andi Hakim Nasoetion, Prof. DR. Gatut Ashadi, Prof. DR. IR. Oey Ban Liang dan
.
sebagai Penguji Luar Komisi.Penghargaan dan terimakasih tak terhingga penulis sampaikan
kepada Prof. DR. Sugiyanto Soegijoko sebagai Ketua Yayasan
Kemanusiaan Bandung yang mensponsori Penelitian ini, dan DR.
Chuck Darsono dari Yayasan Riset Primata Indonesia di Jakarta
atas segala bantuan dan dorongan yang diberikan sehingga dapat
dengan lancar melaksanakan penelitian di Institut Pertanian Bogor.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih banyak kepada
Dr. Uton YIochtar Rafei MPH., Ketua Badan Penyelenggara Rumah Sakit
Rajawali atas segala bantuan dan dorongan selana penulis mengikuti
pendidikan di Bogor.
Kepada Prof, Dr. Sayogyo dan Nyonya yang telah banyak mem-
beri dorongan dan saran dalam penyusunan disertasi ini, penulis
.
sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang tidak terhingga.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan juga kepada para Dokter,
para staf, terutama staf bagian Apotek, Perawatan dan sekretariat
dari Rumah Sakit Rajawali Bandung yang telah banyak membantu dalam
menyusun disertasi ini.
Kepada semua rekan peneliti; Drh-Joko Pamungkas, DR.Bambang
I. Kiranadi, Drh. Agih Suprayogi, Drh. M. Idris Lubis dan para
teknisi di Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor, yang telah rnembantu baik dalam penelitian
di lapangan maupun analisa data hasil, penulis ucapkan banyak
terimakasih.
Kepada Prof. DR. Tanwir Mukawi, Dr. Willy Rumawas, DR. Iwan
9
Budiarso, DR-Linda Buntaran, DR.Oen Liang Hie, Drh.Dondin Sajuthi,
kaan sampai ke analisa jaringan patologi, penulis mengucapkan
banyak terimakasih.
Akhirnya kepada semua fihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih setulusnya
atas bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan dalam
DAFTAR IS1
Hal aman
...
DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR...
.
I PENDAHULUAN
...
I1.
TINJAUAN PUSTAKA...
1.
AterosklerosisA
.
Patogenesis...
B.
Faktor risiko...
.
Hipertensi...
...
-
Merokok...
-
Insulin-
Hubungan antara kolesterol, lipoprotein dan...
aterosklerosisA
.
Metabolisme kolesterol dan kilomikron...
B
.
Lipoprotein berdensitas sangat rendah/ Very Low Density Lipoprotein (VLDL)...
C
.
Lipoprotein berdensitas rendah/Low Densi-...
ty Lipoprotein (LDL)D
.
Lipoprotein berdensitas tinggi/High Den-...
sity Lipoprotein (HDL)E
.
Makanan yang merupakan sumber kolesterolF
.
Kolesterol masuk ke dalam intima menjadi.
garit lemak. sebagai awal dari proses aterosklerosis...
G
.
Pengaruh makanan terhadap kadar koleste-...
rol darah
H
.
Efek obesitas kepada kadar kolesterol...
darah (Grundy, 1990)
...
.
2 Radikal Bebas
...
Reaksi pembentukan radikal bebasPencetus (inisiator) radikal bebas
...
3
.
EDTA...
.
A Sifat kimia EDTA
...
B.
Toksikologi EDTA...
C
.
Kelasi...
D.
Mekanisme EDTA dalam mencegah terjadinya ke-...
rusakan pada membran4
.
Hewan coba dalam penelitian Aterosklerosis...
Kera Macacq fascicularis sebagai hewan model aterosklerosis...
A
.
BAHAN...
. . .1
.
Hewan coba...2
.
Pakan...
3.
Susunan kera dalam kandang...
...
.
B METODA
I
.
Percobaan Aterogenesis...
I1
.
Cara menanqkap kera...
I11.
Cara mengambil darah setelah kera tertidur..
IV
.
Cara memeriksa EKG...
V
.
Infus EDTA...
VI.
Cara mengukur derajat aterosklerosis...
VII.
Analisis data hasil dari EDTA...
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN...
a
.
Hasil penelitian pendahuluan...
b.
Hasil Percobaan aterogenesis...
I.
Penqaruh Pemberian pakan aterogenik...
I1.
Penqaruh EDTA terhadap kadar kolesterol darahkera yang diberi pakan Aterogenik
...
111.
Penqaruh cekaman dengan perilaku kera jantan terhadap kolesterol...
IV.
Penqaruh EDTA terhadap bobot badan, Haemoglo-bin, Ureum dan Kalsium
...
V
.
Pengaruh pemberian EDTA terhadap EKG...
VI.
Penqukuran derajat aterosklerosis...
c
.
Pembahasan...
Hubungan status sosial/sikap kera dengan be- rat badan
...
Kadar kolesterol darah satu bulan setelah di-...
beri pakan hiperkolesterol
Hubungan antara status sosial kera dengan ka- dar kolesterol
...
Hubungan antara sikap sosial dengan ateroskle- rosis...
Hubungan antara fraksi HDL dengan ateroskle- rosis...
Hubungan antara derajat aterosklerosis de- nqan kelasi...
Hubungan antara kelasi dengan aterosklerosis khusus pada artei karotis...
Hubungan kelasi dengan infark jantung...
...
V
.
KESIMPULAN DAN SARANA
.
KESIMPULAN...
B.
SARAN...
Daftar Pustaka
...
DAFTAR TABEL
Halaman NO.
1
-
Kandungan kolesterol dan lemak pada beberapajenis makanan... 31
LD 5 0 dari macam-macan senyawa EDTA..., 44
Kandungan 100 gram telur... 5 5 Susunan dog food (Royal Canin)
...
5 5 Kadar kolesterol kera yang diberi pakan ate-rogenik selama satu bulan... 6 8 Kadar kolesterol darah kera yang diberi pa-
kan aterogenik
...
6 9 Kadar kolesterol darah kera yang diberi EDTABan tanpa pemberian E D T A . . . 7 0
Pengaruh cekaman dengan perilaku terhadap ko-
lesterol kera yang diberi pakan aterogenik.. 7 1 Data bobot badan, Hb, ~ r e u m dan Kalsium kera
yang diberi pakan aterogenik dan kelasi'EDTA 7 2 Data bobot badan, Hb, Ureum dan Kalsium kera
yang diberi pakan aterogenik tanpa kelasi... 7 3 Rataan Amplitudo dan Durasi Elektrokardiogram
Hantaran I Pembanding, Tanpa EDTA dan EDTA da-
ri Kera Ekor Panjanq (Macaca Fascicularis)
...
7 4Rataan Amplitudo dan Durasi Elektrokardiogram Hantaran I1 Pembanding, Tanpa EDTA dan EDTA
dari Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis). 75
Rataan Amplitudo dan Durasi Elektrokardiogram Hantaran 111 Pembanding, Tanpa EDTA dan EDTA
dari Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis). 7 6
Hasil ringkasan kera nomor 2... 7 9
Hasil ringkasan kera nomor 3 . . . 81
Hasil ringkasan kera nomor 4 . . . 82 Hasil ringkasan kera nomor 5 . . . 8 4
Hasil ringkasan kera nomor 7
...
Hasil ringkasan kera nomor 8
...
Hasil ringkasan kera nomor 9
...
Hasil ringkasan kera nomor 10...
Hasil ringkasan kera nomor 11...
Hasil ringkasan kera nomor 12...
Hasil ringkasan keseluruan
...
Kadar kolesterol darah pada masing-masing ke- ra. satu bulan setelah diberi diet hiperkoles- terol aterogenik
...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
.
Kerusakan endotel...
13...
2
.
Perlekatan trombosit3
.
Pembentukan trombus...
4. Pembentukan endotel baru
...
5. Kerusakan endotel baru dan pembentukan trombus baru yang lebih besar dan terdapat deposit lemak dalam intima
...
6.
Kolesterol. lesitin. (fosfolipid). trigliserida...
7
.
Tahap biosintesis kolesterol...
...
8
.
Kilomikron9
.
katabolisme kixomikron...
10
.
Lipoprotein berdensitas sangat rendah...
11
.
Lipoprotein berdensitas rendah...
12
.
Lipoprotein berdensitas tinggi...
13.
HDL-Nascent.
.
.
t HDL3...
+
HDL2...
...
14
.
Siklus HDLlb
.
Lipoprotein masuk ke dalam intima...
16
.
Lipoprotein teroksidasi dimakan oleh makrofag men- jadi sel buss...17
.
Patogenesis aterosklerosis...
18
.
Struktur kimia dinatrim-EDTA...
19.
Dinatrium-EDTA dengan kalsium yang terikat...
22
.
Sewaktu penyelidikan...
23
.
Bagan pemindahan kera jantan setiap 2 minggu...
24.
Mikroskopik koroner kera nomor 2...
25.
Jantung dan aorta makroskopik kera nornor 2...
26
.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 3...
27.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 4...
28
.
Mikroskopik koroner kera nomor 5...
29
.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 5...
30
.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 6...
\
31
.
Mikroskopik koroner kera nomor 6...
32.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 7...
33
.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 8...
34
.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 9...
35.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 10...
36.
Jantung dan aorta makroskopik kera nomor 11...
37
.
Mikroskopik koroner kera nomor 11...
I. PENDAHULUAN
Aterosklerosis adalah proses patologis yang menyerang
pembuluh darah arteri berukuran sedang dan besar. Terjadinya
penebalan dilapisan intima' adalah akibat pengumpulan lemak,
disertai pemindahan makrofag, fibroblas dan sel-sel otot polos ke
lapisan intima, disusul terjadinya proliferasi, fagositosis
lemak, pembentukan kolagen dan pengendapan ion kalsium (Cotran,
1988).
Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, athero yang
berarti bubur dan sclerosis dari scleros berarti keras. Gejala-
gejala aterosklerosis mulai timbul bila proses ini telah mengaki-
batkan penyempitan sebanyak 75% dari lumen asal, sehingga dapat
mengganggu kelancaran aliran darah. Berat atau ringannya keluhan
klinis tergantung derajat penyempitan ini, dari stenosis sampai
tersumbat total. Penyakit aterosklerosis secara umum dikenal se-
bagai penyakit kardiovaskuler yang pada saat ini merupakan
masalah yang paling disorot, karena merupakan penyebab kematian
yang pertama di negara-negara maju dan merupakan penyakit tidak
menular yang paling banyak mematikan penduduk di negara berkembang.
Menurut Titus di dalam buku 'Anderson Pathology (1985);
data yang terkumpul oleh Schettler pada tahun 1967 dari
50 negara menunjukkan bahwa 37% penyebab kematian adalah penyakit kardiovaskuler. Di Amerika Serikat, tercatat sekitar
40 juta penduduk menderita penyakit kardiovaskuler dan
jantung. Angka ini belum termasuk penderita yang belum
menunjulckan gejala klinis. Pada tahun 1986, di Amerika Serikat
saja, telah dilakukan operasi jantung koroner terhadap 250.000
penderita (Cranton, 1989).
Di Indonesia, penyebab kematian akibat penyakit kardiovasku-
ler pada tahun 1972 adalah 5.1%, jauh di bawah penyakit diare
(16,9%), penyakit radang saluran pernafasan bagian bawah (12%),
dan masih di bawah tuberkulosis (6%). Akan tetapi pada tahun 1980,
penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskuler meningkat menja-
di 9,9%, merupakan penyebab nomor 3 dari kematian penduduk di In-
donesia (Dep-Kes. RI: Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1972; Dep-Kes
RI: Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1980; Dep-Kes. RI: Survei Kese-
hatan Rumah Tangga, 1986).
Dari penelitian di Jakarta, pada 2.073 penduduk yang
diperiksa secara acak berasal dari 3 kecamatan (total
penduduk 523.000 orang), ternyata 2,7% sudah terjadi infark
jantung, 14,9% menderita hipertensi, 0'48% pernah terjadi
perdarahan otak (Boedhi Darmojo, 1991).
Walaupun ada laporan dari De Bakey (1983) yang menyatakan
bahwa aterosklerosis dapat disebabkan oleh infeksi virus
(Julian, 1984), sebagian besar pengamatan menunjukkan bahwa
faktor lingkungan dan perubahan fisiologis lebih berpengaruh
terhadap aterosklerosis dan disebut sebagai faktor risiko.
Pengamatan melalui survei epidemiologis di Framingham
Massachusette, Amerika Serikat antara tahun 1971-1979, (Kannel,
1971; Gordon, 1977; Kannel, 1979) menunjukkan bahwa faktor risiko
1. Naiknya kadar kolesterol dalam bentuk lipoprotein berden-
sitas sedang, lipoprotein berdensitas rendah, lipoprotein
berdensitas sangat rendah dan trigliserida.
2. Menurunnya kadar kolesterol dalam bentuk lipoprotein ber-
densitas tinggi.
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Diabetes mellitus
6. Cekaman menahun (stres)
7. Kebiasaan makan (jenis dan jumlah kalori)
8. Obesitas
9. Hereditas, jenis kelamin, umur, secara fisik kurang aktif.
Hubungan radikal bebas dengan aterosklerosis
Konsep patologi radikal bebas merupakan dasar ilmiah baru
yang dapat menerangkan terjadinya proses penuaan, aterosklerosis,
penyakit kolagen dan kanker (Pryor, 1976; Harman, 1971).
Makro-molekul asal lemak dan protein ada kalanya menjadi re-
aktif karena salah satu gugus mengandung elektron yang tidak
berpasangan (unpaired electron) yang disebut radikal bebas.
Karena elektron berorbit tidak berpasangan, gugus ini menjadi
sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan molekul di sekitarnya.
Radikal bebas dapat berasal dari berbagai macam sumber, dari
dalam maupun dari luar tubuh kita.
Sumber dari luar tubuh misalnya : Radiasi (termasuk sinar
-
Sumber dari dalam tubuh biasanya akibat reaksi kimia dalam proses metabolisme, dimana senyawa-senyawa yang mengandung gugusH
-OH dan -&=o, merupakan gugus yang mudah men jadi radikal bebas.
Di dalam lingkungan biologis pada keadaan normal radikal
bebas justru dibutuhkan untuk membunuh kuman.
Radikal bebas biasanya dapat dikendalikan oleh tubuh, karena
di dalam tubuh terdapat penyadap radikal bebas (free radical
scavenger) seperti vitamin E, vitamin C, enzim dismutase superoksida dan senyawa glutathion, cystein dan lainnya.
Kanker terjadi karena di dalam tubuh ada sel yang bermutasi
akibat reaksi radikal bebas terhadap gen, pembawa ciri yang
diturunkan dari sel induk kepada sel turunannya. Aterosklerosis
diduga terjadi karena kerusakan pada intima pembuluh darah
.
akibat dari reaksi radikal bebas (Yagi, 1981; Morel, 1983).
"
E D T A
Asam etilen diamin tetra asetat (EDTA, ethylene diamine
tetra acetic acid) adalah senyawa asam amino sintetik, dimana
terdapat inti etlen dan 4 gugus metil-karboksil terikat pada 2 a- tom nitrogen, disebut juga sebagai asam poliaminokarboksilat.
EDTA pertama kali dibuat pada saat Nazi berkuasa di Jerman,
karena asam sitrat tidak dapat diimport lagi. Asam sitrat
diketahui banyak dipergunakan dalam industri pencelupan
tekstil, karena dapat mencegah pengotoran pewarna ke tempat yang
seharusnya tidak tercelup, karena di dalam air terkandung banyak
di pabrik kimia Hoechst ternyata lebih baik dari asam sitrat dan
segera dipatenkan di Jerman pada tahun 1935, disusul oleh
Bersworth di Amerika Serikat yang dipatenkan pada tahun 1941
(Halstead, 1979).
Yang sering digunakan dalam pengobatan adalah senyawa
dinatrium-EDTA, berupa kristal berwarna putih yang mudah larut
didalam air. Larutan yang tersedia adalah 15% dinatriurn-EDTA de-
ngan pH 6.5
-
7.5, tidak berwarna dan cukup stabil.Pengobatan kelasi (Chelation)
Kata kelasi ("chelationw) berasal dari kata 'chelen yang
berarti tangan kepiting, pertama kali dipakai oleh Morgan dan
Drew (1920), untuk menyatakan ion logam seolah-olah disepit ke
dalam struktur lingkaran heterosiklik (Goodman dan Gilman,
1985). Akibatnya, ion logam yang berperan sebagai kofaktor tidak
dapat berpartisipasi dalam reaksi kimia dimana enzim dan ion
logam berperan. Zat yang paling sering dipakai dalam pengobatan
kelasi adalah EDTA, yaitu untuk pengobatan keracunan logam (yang
paling sering adalah keracunan plumbum) dan pencegahan
aterosklerosis.
Sampai dengan tahun 1990, pengobatan dengan pemberian EDTA
secara intravena cukup populer di Amerika Serikat maupun di Eropa
(observasi pribadi). Penderita yang diobati dengan cara kelasi
Laporan hasil pengobatan kelasi oleh FDTA
Menurut Halstead (1979) dan Cranton (1985, 1989), EDTA
pertama kali dipakai sebagai obat anti kanker oleh Geschickter
pada tahun 1947. Berturut-turut obat ini dicoba untuk pengobatan
batu ginjal dan batu empedu di Rumah Sakit Walter Reed. Kemudian
EDTA menjadi populer dalam masa 1950-an, setelah Rubin berhasil
mengobati para pekerja pabrik baterai yang keracunan plumbum di
negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Para dokter pemakai obat
EDTA merasa bahwa dalam pengobatan intoksikasi plumbum, obat EDTA
lebih baik dan aman, tidak memiliki efek toksik seperti British
anti-Lewisite (BAL) yang digunakan di Inggris. Karena para pen-
derita berusia lanjut yang keracunan plumbum setelah diobati de-
ngan EDTA merasa banyak kemajuan, keluhan dan gejala yang disebab-
kan oleh aterosklerosis berkurang, maka obat ini diselidiki lebih
lanjut oleh Boyle dan Myers di Rumah Sakit Providence, Detroit,
Michigan dan beberapa rumah sakit lain di Amerika Serikat
(Cranton, 1985). Laporan-laporan klinis pemakaian EDTA tercatat
cukup banyak dan terkumpul dalam buku laporan klinis yang disusun
oleh Julian (1984) dan Trowbridge (1985).
Percobaan pada kelinci oleh Walker (1980), mengajukan fakta
bahwa EDTA dapat mengecilkan plak aterosklerotik. Laporan klinis
oleh Casdorph (1981), buku-buku tentang pengobatan kelasi obat
EDTA oleh Julian (1984), Defares (1985), semua menunjang khasiat
EDTA dalam pengobatan terhadap aterosklerosis.
Pengobatan dengan EDTA secara sporadik telah dilakukan di
nal karena belum didukung penelitian yang meyakinkan.
Banyak dokter sesungguhnya tidak setuju dengan cara pengo-
batan ini, karena disamping berpendapat obat ini terlalu toksik,
banyak yang tidak menghiraukan laporan klinis yang diutarakan
oleh para peneliti.
Dengan makin banyaknya pengetahuan kita mengenai etiologi
(faktor-faktor risiko) dari aterosklerosis, timbulah tantangan
dalam mengatasi penyakit yang merupakan penyebab kematian utama
ini. Pengobatan dengan cara melebarkan pembuluh darah koroner de-
ngan balon maupun operasi pintas dengan vena safena adalah pengo-
batan paliatif yang tidak menyentuh proses penyempitan pembuluh
darah koroner. Karena itu, wajarlah bahwa pencarian cara pengo-
batan maupun cara pencegahan (yang relatif akan lebih murah) meru-
pakan usaha penting dalam kalangan peneliti di bidang kedokteran.
Sebagaimana telah disebut, EDTA telah banyak digunakan di
berbagai negara antara lain di Belanda, Jerman, dan di Amerika
Serikat sebagai cara untuk mengobati dan mencegah berlanjutnya
aterosklerosis (observasi pribadi), sebagai dasar ilniah, teori
yang dikaitkan dengan cara kerja EDTA adalah sifat EDTA yang dapat
bersepit dengan ion-ion logam yang berada dalam keadaan bebas di
dalam jaringan, senyawa ini diharapkan dapat berikatan dengan ion
logam dan ion kalsium yang berperan sebagai ko-faktor dalam reaksi
radikal bebas, sehingga dapat dipakai sebagai pencegah
Dalam penelitian mengenai pengaruh EDTA terhadap aterogenesis,
yang akan digunakan sebagai hewan coba adalah kera pacaca fasci-
culari~, di samping mudah didapat di Indonesia, secara patologis
sangat mirip dengan manusia (Manuck, 1983; Kaplan, 1985), sekelom-
pok kera Macaca fascicularis akan dibuat menjadi aterosklerotik
dengan cara pemberian pakan yang mengandung kolesterol tinggi dan
cekaman secara terus menerus. Sebagian dari Macaca fascicularia
tersebut diberi EDTA, sebagian lagi tidak dan digunakan sebagai
pembanding.
Tujuan dan kegunaan penelitian
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui penqaruh pern-
berian EDTA dalam menghambat terjadinya aterosklerosis. Hasil pe-
.
nelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjut- nya, di samping memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dapat membantumasyarakat dalam pencegahan dan pengobatan aterosklerosis dengan
cara lebih mudah dan murah.
Tujuan khusus penelitian adalah :
(1) pntuk mengkaji hubungan pemberian pakan aterogenik dengan ce-
kaman dan aterosklerosis pada Macaca fascicularis. Hasil
yang diperoleh diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai
susunan diet yang sehat dan peranan cekaman pada manusia.
(2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian EDTA terhadap ateroqene-
sis pada Macaca fascicularis. Hasil yang diperoleh diharap-
pada manusia.
(3) Untuk mengetahui distribusi (penyebaran) serta derajat
aterosklerosis pada berbagai macam pembuluh darah arteri
(arteri koronaria, aorta dan arteri karotis). Hasil yang di-
peroleh diharapkan dapat memberi gambaran adanya perbedaan
pengaruh pemberian EDTA pada plak aterosklerotik di ketiga
pembuluh darah tersebut.
( 4 ) Untuk mengetahui toleransi Macaca fascicularis terhadap in-
fus EDTA. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai aspek-aspek penting dalam menceqah kompli-
kasi dari obat EDTA (kecepatan infus dan dosis).
(5) Untuk mengkaji hubungan kadar kolesterol darah dengan atero- genesis. Data yang diperoleh diharapkan dapat raemperlihat-
kan beda pengaruh berbagai macam lipoprotein darah dalam
ateroqenesis pada Macaca fascicularis, agar dapat menjadi
dasar pedoman yang dapat diterapkan pada manusia.
Hipotesis kerja
(1) Pakan berkolesterol tinggi dan cekaman kronis merupakan fak- tor risiko aterogenesis pada Macaca fascicularis.
(2) EDTA dapat menghambat aterogenesis pada Macaca fascicularis yang berisiko tinggi.
(3) Pemberian EDTA dapat menurunkan risiko infark jantung dan
( 4 ) Pemberian EDTA dengan cara intravena dan takaran yang di- pakai tidak menimbulkan komplikasi.
(5) HDL serum berperan dalam proteksi terhadap aterogenesis pada
11. TINJAUAN PUSTAKA
1. Aterosklerosis
A. Patogenesis
Aterosklerosis adalah perubahan degenerasi dari bagian inti-
ma pembuluh darah arteri berukuran sedang atau besar. Perubahan
tersebut disebabkan oleh penebalan dan pengerasan bagian intima
dinding pembuluh darah, yang terdiri atas zat lemak disertai pro-
tein, karbohidrat, unsur unsur darah, kolagen dan ion kalsium
yang mengakibatkan dinding arteri menjadi lipoidotik, fibrotik,
dan kalsifik (Ross, 1976; Grundy, 1983; Munro dan Cotran, 1983; Grundy, 1990). Proses degenerasi ini merupakan proses biokimia
yang cukup rumit (Ross, 1976; Grundy, 1983; Grondin, 1986; Grundy,
1990) dan mulai berlangsung pada usia muda, biasanya pada belasan
tahun, bermula dalam bentuk goresan-goresan yang mengandung lemak
pada permukaan dalam dinding arteri yang disebut garit lemak
(fatty streaks). Proses ini berlangsung bertahun-tahun sampai
akhirnya arteri tersebut tersumbat total. Banyak teori yang men-
.jelaskan bagaimana sampai terjadi garit-garit lemak; yang sering
dikemukakan adalah dimulai terjadinya goresan luka pada intima
yang dikenal sebagai:
1) Hipotesa respon terhadap cedera atau "Response to injury hypothesis" (Virchow, 1856). Menurut hipotesa ini,
aterosklerosis terjadi sebagai akibat cedera karena
a) faktor mekanis; aliran darah yang turbulen, terutama
bila ada tekanan darah tinggi (Hurst, 1986; Cotran, Munro,
12
inununologis; (Hansson, 1989; Moyer, 1991), d) faktor
infeksi; seperti virus (Shih, 1990) atau parasit. Hipotesa
ini memang menarik, tetapi banyak pertanyaan yang masih
belum terjawab, misalnya sampai sejauh mana kerusakan sel
endotel baru terjadi agregasi trombosit, karena kerusakan
yang ringan biasanya tidak menimbulkan agregasi trombosit.
2) Hipotesa kedua adalah hipotesa lipid, dimana hiperlipidemia atau lebih tepat hiperkolesterolentia merupakan penyebab utama
aterosklerosis (Ross, 1976). Teori infiltrasi lipid ini, ter-
gantung terjadinya penetrasi lipoprotein berdensitas rendah ke
dalam lapisan intima dalam jumlah yang lebih besar dari kemam-
puan didegradasi, sehingga banyak tertimbun di dalam intima.
3) Teori yang sekarang dianggap paling populer adalah teori ga-
bungan yang disebut sebagai hipotesa gabungan atau YJnified
Hypothesis" : terjadinya kerusakan endotel justru oleh efek
sitotoksik dari lipid peroksida akibat reaksi oksidasi pada
lipid (Morel, 1983; Yagi, 1981; Harker, 1987), disusul ter-
jadinya infiltrasi lipid yang berlebihan (lihat ha1 27, 28).
Diawali dengan goresan-goresan tersebut, maka trombosit, mo-
nosit (makrofag), fibroblas dan sel otot polos berusaha memperba-
ikinya dengan cara menutup luka goresan tersebut (Gambar 1
-
5).Trombosit dan monosit (makrofag) berasal dari darah, sedangkan
fibroblas dan sel otot polos berasal dari dinding pembuluh darah.
Trombosit berkumpul di daerah luka dan mengeluarkan peptida pe-
rangsang pertumbuhan yang disebut Faktor Pertumbuhan Trombosit
.
atau "Platelet Derived Growth Factorn (PDGF). Sel-sel monosit,
13
berkembang biak membentuk gumpalan sel yang dapat memakan (fago-
sitosis) sisa lemak kilomikron dan lipoprotein yang masuk intima
secara infiltrasi dari darah, sehingga menjadi sel busa.
Gumpalan sel busa ini disebut ateroma (Ralstead, 1979: Grundy,
1990). Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa bukan saja
trombosit yang dapat melepaskan vtgrowth factort1, tetapi sel
endotel, makrofag dan sel sel otot polospun dapat melepaskan zat
yang merangsang pertumbuhan (Ross, 1981).
Ganbar 1.
Kerusakan endotel
(Gambar 1-5 dari Majalah "PLATELET1' oleh Boehringer Ingelheim, 1986)
Gambar 2. Perlekatan trombosit. Trombosit melekat pada goresan
endotel dan menge1;arkan faktor Gambar 3. Pembentukan trombus pertumbuhan yang merangsang per- Trombus mulai terbentuk, sel
kembang biakan sel monosit, otot polos mulai bergerak ke
Gambar 4. Pembentukan endotel
baru.
Trombus mulai menghilang, endo-
tel baru dengan lapisan sel ber-
asal dari monosit, fibroblas dan
otot polos berupa tambalan.
Gambar 5. Kerusakan endotel baru
dan hembentukan trombus baru
yang lebih besar dan terdapat
Adanya ateroma dan lemak di luar sel dapat melemahkan
dinding pembuluh darah. Kadang-kadang terjadi aneurisma yang
dapat pecah mengakibatkan perdarahan yang fatal. Komplikasi lain
adalah ulserasi, pelepasan emboli yang dapat menyumbat pembuluh
darah jauh distal dari sumbernya. Mungkin juga terjadi perobekan
sebagian dinding arteri (diseksi arteri) Y a w sangat
membahayakan penderita.
Selanjutnya, sebagai kompensasi melemahnya dinding, juga
sebagai proses penyembuhan, sel fibroblas secara lambat laun
akan lneletakkan kolagen, sehingga terjadi plak berserat (fibrous
plaque) yang agak keras.
Ion-ion kalsium yang sangat berperan dalam proses pembekuan
dan kontraksi otot, tidak saja bekerja sebagai aktifator atau inhibitor proses enzim, juga dapat ikut bereaksi dengan zat-zat
yang ada disekitarnya secara kimiawi, membuat plak berserat
menjadi lebih keras dan disebut sebagai plak kalsifik.
Apabila penebalan dinding arteri sudah melampaui 75 % dari besarnya lumen, gangguan kelancaran aliran darah akan mulai
menimbulkan gejala klinis, terutama apabila jaringan yang
dituju sedang membutuhkan lebih banyak darah/sumber energi.
~ebih-iebih bila terjadi perubahan reologi darah dimana
viskositas menjadi lebih tinggi (Meade, 1986; Chien, 1987; Wilhelmsen, 1984), maka tidak heran akan terjadi trombosis secara
mendadak. Hal ini mungkin dipercepat oleh terjadinya kerusakan
ulang pada endotel (akibat sitotoksik dari lipid peroksida
hasil reaksi lipid dengan oksigen). Tromboksan, suatu