• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring Kadar Mangan(Mn), Zinkum(Zn) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Gambut Setelah Dijernihkan Dengan Metoda Elektrokoagulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Monitoring Kadar Mangan(Mn), Zinkum(Zn) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Gambut Setelah Dijernihkan Dengan Metoda Elektrokoagulasi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN

MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA

ELEKTROKOAGULASI.

TESIS

Oleh

NONA FAZIERA SARI

087006020/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN

MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA

ELEKTROKOAGULASI.

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NONA FAZIERA SARI 087006020/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada

Tanggal 24 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Zul Alfian, MSc

Anggota : 1. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

3. Dr. Tamrin, MSc

(4)

PERNYATAAN

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN

MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA

ELEKTROKOAGULASI.

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010 Penulis

NONA FAZIERA SARI

(5)

Judul Tesis :MONITORING KADAR MANGAN (Mn), ZINKUM (Zn) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH DIJERNIHKAN DENGAN METODA ELEKTROKOAGULASI.

Nama Mahasiswa : Nona Faziera Sari Nomor Pokok : 087006020

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Zul Alfian, Msc) (Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phil) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D) (Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc)

(6)

ABSTRAK

Penelitian kadar mangan (Mn), seng ( Zn ) dan kadar magnesium ( Mg ) telah dilakukan dari sampel air gambut dari desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini memonitoring kadar mangan (Mn),Zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) dalam air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010. Penelitian ini juga membandingkan pH, warna dan kadar Mangan(Mn),Zinkum(Zn) dan Magnesium(Mg) dalam air gambut yang belum dielektrokoagulasi, air gambut yang telah dielektrokoagulasi,dan air gambut yang telah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml.

Pengujian kandungan Mangan( Mn ) dan zinkum (Zn) dan magnesium(Mg) diukur dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil pengujian pH dan warna untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. Hasil monitoring melalui pengujian sampel air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi penurunan sesuai dengan curah hujan. Hasil pengujian untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. .

(7)

ABSTRACT

Research on manganese (Mn),zinc (Zn), magnesium(Mg) contents in samples of peat water in Hutabalang of Tapanuli Tengah Regency, has been done.This research is to monitor the metal contents.In the peat water in the periode of November,Desember 2009 and Januari 2010.This research compare the pH,colour and contents of Manganese (Mn),zinc(Zn) and magnesium(Mg) in the peat water after and before electrocoagulation in the presence of Alumunium sulfat (17 %),10 ml/1000 ml.

The contents of manganese(Mn),zinc (Zn). And magnesium (Mg) were analyse using atomic absorbtion spectroscopy (AAS) using standard procedur.Result of pH and colour for the peat water samples after and before electrokoagulation shouded decrease.Result of analysis during The periode of November,Desember 2009 and Januari 2010 were lower according to the related rainfall.

Addition of Alumunium sulfat (17%), 10 ml/1000 ml improves efficiency of the electrocoagulation process.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih

lagi Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat mengajukan usulan

penelitian ini yang berjudul “Monitoring Kadar mangan(Mn), zinkum (Zn), dan

magnesium(Mg) dalam air gambut setelah dijernihkan dengan metoda

elektrokoagulasi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur

Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan

beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, sehingga menyelesaikan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM &

H,Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan program Magister.

Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan

Ketua Program Studi Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D atas kesempatan

menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas

(9)

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Prof. Dr. Zul Alfian, MSc dan

Prof. Dr. Harry Agusnar MSc selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian

telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran sehingga penulis dapat meraih

predikat magister.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh para dosen S-1 sampai S-2

di UNIMED dan USU yang telah banyak memberikan wawasan ilmu dan

pengetahuan serta penyusunan skripsi dan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA ERIA

Medan Bapak Drs.H Khoiruddin Hsb MPd, berikut Kepala Sekolah SMP Negeri I

Labuhan Deli, Deli Serdang Bapak Drs Misran Sihaloho MSi yang telah memberi

kesempatan dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana

di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium Analitik

FMIPA Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada saudara Boby cahyadi dan adik

Pratiwi yang banyak membantu penulis selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa Program

Magister Kimia angkatan 2008 dan teman lainnya yang telah memberikan membantu

dan dukungan serta do’anya selama ini.

Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua, Ibu penulis Siti Aisyah

(10)

penulis Nasaruddin Us. Tidak ada kata terima kasih yang tepat untuk mereka, kecuali

terima kasih yang tidak habis-habisnya. Mereka adalah segalanya.

Kepada suami penulis yang tercinta Drs Arbain MPd,MSi yang penuh

kesabaran mendampingi dan terus memberi do’anya. Penulis mohon maaf dan terima

kasih atas pengertian serta kesetiaannya mendampingi. Kepada anak-anak penulis

Muhammad Hasby Murtaza Daulay,Hemaliana Rizky Daulay dan Hamdi Ramadhan

Daulay , mama mengucapkan terima kasih atas seluruh pengertiannya dan do’a hingga

mama dapat menyelesaikan pendidikan .

Kepada Abangda Al AnSari SE dan istri,kakanda Nunung Elviena BA dan

suami, abangda Ridwan dan istri, adinda Fauziah dan suami, serta para kemanakan,

penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas dukungan moril yang

diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari bahwa masih memiliki kekurangan sehingga tidak dapat

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyelesaian studi penulis untuk itu penulis mohon maaf, semoga amalan saudara

diterima Nya

Medan , Maret 2010

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nona Faziera Sari dilahirkan di Titipapan. Pada tanggal 23 September 1972,

merupakan putri dari pasangan Nasaruddin Us dan Siti Aisyah Panjaitan. Mengawali

pendidikan dasarnya di SD Negeri 060941 di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan,

Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 23 Medan, SMA Negeri Labuhan Deli Medan

dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Negeri Medan. Pada 25

Januari 1995, penulis berhasil mendapatkan gelar Sarjana pendidikan (SPd). Pada

tahun 2008 , mama 3 anak ini mengambil Program Studi Kimia pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Karier sebagai staf pengajar di awali di SMA Swasta ERIA MEDAN pada

tahun 1996 hingga sekarang , SMA Negeri 3 Medan tahun 2002 hingga 2005, SMP

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Metodologi Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Air Gambut... 8

2.2. Warna ... 10

2.2.1. Pengertian zat warna ... 10

(13)

2.3. Mangan(Mn)... 14

2.3.1. Fungsi Mangan... 14

2.3.2. Absorbsi dan metabolism ... 14

2.3.3. Kebutuhan dan sumber mangan(Mn ... 14

2.3.4. Akibat dan defisiensi mangan(Mn) ... 14

2.3.5. Akibat kelebihan mangan(Mn) ... 15

2.4. Zinkum(Zn) ... 15

2.4.1. Fungsi Seng ( Zn )... 17

2.4.2. Absorbsi dan Metabolisme... 18

2.4.3. Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn ) ... 19

2.4.4. Akibat Defisiensi Seng ( Zn )... 20

2.4.5. Akibat Kelebihan Seng ( Zn ) ... 21

2.5. Magnesium(Mg)... 21

2.5.1. Fungsi magnesium ( Mg ) ... 22

2.5.2. Absorbsi dan Metabolisme... 22

2.5.3. Kebutuhan dan Sumber)... 22

2.5.4.Akibat Defisiensi) magnesium ( Mg )... 23

2.5.5. Akibat Kelebihan magnesium ( Mg ) ... 25

2.6. Elektrokoagulasi... 25

2.6.1.Flokulasi ... 26

2.6.2.Proses Elektrokoagulasi ... 30

(14)

2.6.4.Kerugian Elektrokoagulasi... 32

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) ... 33

2.7.1. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2. Populasi dan Sampel ... 36

3.3. Alat-alat yang digunakan ... 37

3.4. Bahan-bahan yang digunakan ... 38

3.5. Prosedur Penelitian... 38

3.5.1. Preparasi sampel... 38

3.5.2. Proses pembuatan kurva Kalibrasi ... 38

3.5.2.1.Pembuatan kurva kalibrasi Mangan (Mn)... 38

3.5.2.2. Pembuatan kurva kalibrasi Zinkum (Zn) ... 39

3.5.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi Magnesium (Mg) ... 40

3.6. Flow shett / Bagan Penelitian... 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Pengukuran pH dan Warna Air Gambut... 46

4.1.2. Pengukuran Kandungan Mangan (Mn)... 47

4.1.2.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi ... 48

(15)

4.1.3. Pengukuran Kandungan Zinkum (Zn) ... 50

4.1.3.1.Penentuan Kandungan kadar Zinkum (Zn) dari sampel air gambut yang diambil dari Sibolga ... 51

4.1.4. Pengukuran Kandungan Magnesium (Mg)... 53

4.1.4.1. Penentuan Kandungan Kadar Magnesium (Mg) dari Sampel Air Gambar ... 54

4.2. Pembahasan ... 55

4.2.1. Kandungan Mangan (Mn) dalam Air Gambut... 55

4.2.2. Kandungan Zinkum (Zn) dalam Air Gambut ... 58

4,2.3. Kandungan Magnesium (Mg) dalam Air Gambut ... 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan... 65

5.2. Saran... 66

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kandungan Unsure Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara... 10

3.1. Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Mangan ( Mn) ... 39

3.2. Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Seng ( Zn )... 40

4.1. Data Hasil Pengukuran pH dan Warna Sampel Air Gambut Sebelum,

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml/1000 ml. ... 46

4.2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Mangan ( Mn) ... 47

4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Zinkum (Zn) ... 50

4.4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium (Mg)... 53

4.5. Absorban Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Mangan (Mn) di

dalam Air Gambut... 56

4.6. Absorban Rata – rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Zinkum (Zn)

di Dalam Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 59

4.7. Absorban Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Magnesium (Mg)

di Dalam Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 62

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman.

1.1 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 4

2.1 Model struktur asam humus (Stevenson 1982)... 10

2.2 Model Struktur Asam Fulvat(Buffle 1977 ... 11

2.3 Deplesi Magnesium Pada Penyakit Saluran Cerna ... 26

2.4 Proses Flokulasi --- 30

2.5 Prinsif Kerja Elektrokoagulasi ... 33

2.6 Interaksi dalam Proses Elektrokoagulasi ... 34

2.7 Skematis ringkas dari alat SSA ... 37

3.1 Skematis pengambilan sampel ... 39

4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Mangan (Mn)……… 53

4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Zinkum (Zn)………. 51

4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Magnesium (Mg)………. …. 56

4.4 Grafik Kadar Mangan (Mn) dalam Air Gambut Sebelum dan Sesudah Dielektrokoagulasi Hingga penambahan Tawas 10ml /1000 Ml………. 60

4.5 Grafik Kadar Mangan (Mn) dalam Air Gambut pada pengambilan sampel mulai bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010... 61

4.6 Grafik Kadar Zinkum (Zn) dalam Air Gambut Sebelum dan Sesudah Dielektrokoagulasi Hingga Penambahan Tawas 10 ml/1000 ml ... 63

(18)

4.8 Grafik Kadar Magnesium (Mg) dalam Air Gambut pada pengambilan

sampel mulai bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010... 66

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990

Tanggal : 3 September 1990 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih ... 73

2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk

Mangan (Mn) ... 75

2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Zinkum ( Zn ) ... 75

2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Magnesium (Mg)... 75

3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi ... 76

3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi ... 76

3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL... 76

4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi ... 77

4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi... 77

4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

(20)

5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 78

5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut Sesudah Dielektrokoagulasi ... 78

5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL ... 78

(21)

ABSTRAK

Penelitian kadar mangan (Mn), seng ( Zn ) dan kadar magnesium ( Mg ) telah dilakukan dari sampel air gambut dari desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini memonitoring kadar mangan (Mn),Zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) dalam air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010. Penelitian ini juga membandingkan pH, warna dan kadar Mangan(Mn),Zinkum(Zn) dan Magnesium(Mg) dalam air gambut yang belum dielektrokoagulasi, air gambut yang telah dielektrokoagulasi,dan air gambut yang telah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml.

Pengujian kandungan Mangan( Mn ) dan zinkum (Zn) dan magnesium(Mg) diukur dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil pengujian pH dan warna untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. Hasil monitoring melalui pengujian sampel air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi penurunan sesuai dengan curah hujan. Hasil pengujian untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. .

(22)

ABSTRACT

Research on manganese (Mn),zinc (Zn), magnesium(Mg) contents in samples of peat water in Hutabalang of Tapanuli Tengah Regency, has been done.This research is to monitor the metal contents.In the peat water in the periode of November,Desember 2009 and Januari 2010.This research compare the pH,colour and contents of Manganese (Mn),zinc(Zn) and magnesium(Mg) in the peat water after and before electrocoagulation in the presence of Alumunium sulfat (17 %),10 ml/1000 ml.

The contents of manganese(Mn),zinc (Zn). And magnesium (Mg) were analyse using atomic absorbtion spectroscopy (AAS) using standard procedur.Result of pH and colour for the peat water samples after and before electrokoagulation shouded decrease.Result of analysis during The periode of November,Desember 2009 and Januari 2010 were lower according to the related rainfall.

Addition of Alumunium sulfat (17%), 10 ml/1000 ml improves efficiency of the electrocoagulation process.

(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai

fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

mahkluk hidup. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan gambut harus dilindungi

dan dipertahankan kelestariannya. Untuk dapat memamfaatkan lahan gambut secara

bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai dan

pengelolaan yang tepat. (Wahyunto,2009).

Lahan rawa gambut di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 20,6 juta Ha atau

10,8 % dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut tersebut sebagian besar

terdapat di 4 pulau besar yaitu Sumatera 35%,Kalimantan 32%,Sulawesi 3% dan

Papua 30 % (Wibowo dan Suyatno 1998). Tanah Gambut (peat land) memiliki

ciri-ciri : iklim selalu basah, tanah tergenang air gambut, lapisan gambut 1-2 meter, pH

3,2, dataran rendah rata. Terdapat di Kalimantan tengah dan barat, Sumatera utara,

Sumatera Selatan dan Jambi.

Penduduk yang tinggal dirawa bergambut disebagian Sumatera dan

Kalimantan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan air bersih. Hal ini disebabkan

air yang terdapat diwilayah tersebut bersifat asam (pH rendah) berwarna kecoklatan

(24)

Pada dasarnya air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di

daerah berawa atau dataran rendah yang mempunyai ciri-ciri umum yaitu intensitas

warna yang tinggi (kuning atau merah kecoklatan), pH rendah antara 2-5, rasanya

masam, kandungan zat organiknya, tinggi serta rendahnya konsentrasi partikel dan

kation (Kusnaedi,2006). Warna air gambut adalah disebabkan oleh bahan-bahan

humus didalam air tersebut. (Research Committee on Coagulation and Colour

Problems AWWA 1970).

Karena kondisi itu, permasalahan yang umum yang harus dihadapi adalah

sulitnya mendapatkan air bersih untuk keperluan minum, terutama ketika musim

kemarau tiba karena air tidak saja asam (pH 2-5), kadar organik tinggi, kadar besi

dan mangan tinggi, bau, warna kuning, atau coklat tua (pekat).

1

karakteristik air gambut relatif kurang menguntungkan untuk penyediaan air

minum. Kondisi yang kurang menguntungkan dari segi kesehatan adalah sebagai

berikut :

1. Kadar keasaman (pH) yang rendah dapat menyebabkan kerusakan gigi dan

menimbulkan sakit perut.

2. Kandungan organik yang tinggi dapat menjadi sumber makanan bagi

mikroorganisme dalam air,sehingga dapat menimbulkan bau apabila bahan

organik tersebut terurai secara biologi.

3. Apabila pengolahan air gambut tersebut digunakan klor sebagai desinfektan

maka akan terbentuk trihalometan(THM) seperti senyawa-senyawa organoklor

(25)

4. Ikatannya yang kuat dengan logam (besi dan mangan) dalam bentuk khelat

menyebabkan kandungan logam dalam air tinggi dan dapat menimbulkan

kematian jika dikonsumsi secara terus-menerus.

Akibatnya masyarakat sangat tergantung pada air hujan, terutama yang

lokasinya jauh dari sungai-sungai besar. Maka perlu dilakukan usaha untuk

pengolahan air gambut seperti menjernihkan air agar dapat dimamfaatkan dan

dianalisis kadar logam sebelum dan sesudah penjernihan. Pemamfaatan teknologi

membran reverse osmosis atau RO merupakan teknologi yang relatif baru dalam

mengolah air gambut menjadi air minum, kemurnian produk yang dihasilkan lebih

baik dari proses konvensional. (Nasution,S.2005). Penurunan warna dan zat organik

pada pengolahan air gambut menggunakan membran ultrafiltrasi dengan sistem aliran

dead-end. Pengolahan air gambut dengan membran ultrafiltrasi membutuhkan

koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride), kapur, dan menghasilkan konsentrasi

warna 13,43 Pt-Co. (Mu”min,B.2002).

Tapanuli Tengah terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera Bagian Utara yaitu, ±

350 Km Selatan Kota Medan. Secara geografis wilayah Tapanuli Tengah terletak

antara 1º 42'1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' - 98º 48' Bujur Timur. Curah hujan

rata-rata di kabupaten tapanuli tengah berdasarkan data Badan Meteorologi klimatologi dan

geofisika.Januari sampai Desember 2009.Yang tertinggi adalah pada bulan

Oktober,yang terendah pada bulan Juni 2009.Dari bulan November ,Desember 2009

dan Januari 2010 terjadi penurunan curah hujan seperti yang terlihat pada tabel dibawah

(26)

Gambar 1.1 . Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Tapanuli Tengah Tahun 2009.

Elektroda dalam proses elektrokoagulasi yang mengandung indium dalam

penurunan warna memberikan efektifitas penurunan warna yang lebih baik dan

kebutuhan daya listrik yang lebih rendah. (Suaib,B.S.1994).Sedangkan Proses

elektrokoagulasi dengan penambahan larutan tawas (17 %) sebanyak 10 ml/1000ml

air gambut dengan kadar 1000 ppm pada bak elektrokoagulasi, efektif digunakan

dalam pengolahan untuk menurunkan warna dan kekeruhan pada air gambut. Dari

hasil penelitian diperoleh persentase penurunan warna sebesar 91,79 % (dari 94,295

Pt-Co menjadi 7,746 Pt-Co), kekeruhan sebesar 98,68 % (dari 72,43 NTU menjadi

0,953 NTU). (Susilawati, 2010).

Pada penelitian ini untuk menurunkan intensitas warna air gambut dilakukan

dengan metoda elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi ini dilakukan dengan cara

memasukkan elektroda dari lempengan logam alumunium (Al) kedalam elektrolit (air

baku) pada suatu bak persegi empat. Lempengan Alumunium tersebut disusun secara

(27)

elektroda logam alumunium tersebut sedikit demi sedikit akan larut ke dalam air

membentuk ion Al3+ yang oleh reaksi hidrolisa air akan membentuk Al(OH)3nH2O

yang merupakan koagulan yang efektif.

Prinsip proses kerja yang terjadi pada elektrokoagulasi secara umum sama seperti

teori double layer yaitu pembentukan flokulasi partikel bersifat adsorbsi dimana elektroda

positif yang teroksidasi sebagai koagulan, pada elektrokoagulasi bermuatan positif akan

menyerap ion – ion negative pada limbah seperti nitrat, phenol, nitrit dan senyawa

organik lainnya dan membentuk flok yang membantu proses penurunan COD (Ramesh,

2007).

Pada teori double layer lingkaran terdalam akan disi oleh koagulan bermuatan

positif dan akan menyerap ion-ion negatif yang terletak pada lingkaran lebih luar, karena

adanya muatan positif dan negatif bertemu maka terjadi gaya tarik menarik antara ion

positif dan ion negatif sehingga terjadi ikatan yang sangat kuat antar ion-ion tersebut,

sehingga terbentuk koagulan dimana koagulan- koagulan tersebut akan membentuk flok

yang akhirnya akan menurunkan senyawa organik yang ada dalam limbah. Ion-ion lain

yang terdapat pada limbah seperti logam berat akan teradsorbsi oleh koagulan dan

terbentuk flok yang akan membantu menurunkan parameter logam berat akan tetapi untuk

logam berat sangat sedikit sekali pengaruhnya terhadap penurunan COD karena logam

berat bermuatan negatif akan lebih banyak teradsobsi oleh koagulan dibandingkan dengan

senyawa organik sehingga senyawa non organik tidak berpengaruh terhadap penurunan

(28)

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Apakah air gambut yang dijernihkan dengan metoda elektrokoagulasi

adalah air yang layak sebagai bahan baku air sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 september 1990 tentang

persyaratan kualitas air bersih.

2. Apakah dengan metoda elektrokoagulasi kadar logam mangan (Mn),

zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) yang ada pada air gambut terjadi

penurunan atau tidak.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada air gambut yang

digunakan,hanya diambil dari Desa Hutabalang kecamatan Badiri kabupaten Tapanuli

Tengah

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh data perbandingan kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan

(29)

Elektrokoagulasi yang dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan

Atom (SSA) apakah masih sesuai dengan ketentuan dalam Penentuan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3

september 1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat :

1. Memberikan informasi tentang penurunan intensitas warna air gambut

menggunakan metoda elektrokoagulasi dan kadar mangan (Mn), seng (Zn),

dan magnesium (Mg) dalam air gambut sebelum dilakukan penjernihan

dengan metoda Elektrokoagulasi.

2. Mengetahui Penurunan kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium

(Mg) setelah dilakukan penjernihan dengan metoda elektrokoagulasi.

1.5 Metodologi Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimen laboratorium. Sampel berupa air gambut

yang diambil dari desa Hutabalang kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah

yang jarak lokasi pengambilan sampel kira-kira 5 Km dari kota Sibolga. Untuk

kebutuhan pemeriksaan air baku dilakukan penentuan 5 titik lokasi pengambilan

sampel.

Sampel air gambut diawetkan terlebih dahulu dengan dua perlakuan antara lain

(30)

dengan berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 06.6989.2004 dan

dianalisis kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium (Mg) dengan menggunakan

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Gambut

Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah

organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan

ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (taksonomi tanah) tanah

gambut disebut histosols. Dalam sistem klasifikasi lama, tanah gambut disebut dengan

organosols yaitu tanah yang tersusun dari bahan tanah organik. (Soil Survery Staff

1998).

Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian

diuraikan oleh bakteri anaerob dan aerob menjadi komponen yang lebih stabil. Selain

zat organik yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam jumlah yang

kecil. Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam keadaan jenuh air

(lebih dari 90 %) (Sukandarrumidi,1995).

Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau

dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Intensitas warna yang tinggi(berwarna merah kecoklatan)

(32)

3. Kandungan zat organic yang tinggi Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi

yang rendah.Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari

tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk

asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi

bahan organik seperti daun pohon atau kayu (Kusnaedi,2006).

8

Gambar 2.1 Model Struktur Asam Humus (Stevenson 1982)

Adanya ion besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida

mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.

Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (missal lipid,

asam amino, karbohidrat) dan substansi humus (merupakan senyawa amorf dengan

berat molekul tinggi, warna coklat sampai hitam). Substansi humus dibedakan

menjadi :

1. Humic Acid (Asam humus) : warna gelap, amorf, dapat dieksraksi (larut) dengan

(33)

asam seperti fenolik dan karboksilik, aktif dalam reaksi kimia, berat molekul ( BM

20.000-1.360.000).

2. Fulvic acid (Asam Fulfat); dapat diekstraksi dengan basa kuat, gugus fungsional

asam, larut juga dalam asam ,mengandung gugus fungsional basa, aktif dalam

reaksi kimia BM 275-2110.

3. Humin; tidak larut asam dan basa, BM terbesar, tidak aktif, warna paling gelap.

Gambar 2.2. Model Struktur Asam Fulvat (Buffle 1977)

Tabel 2.1 Kandungan Unsur Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara Nama

Unsur

Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 0-25 cm

Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 80-100 cm

Co 0,1-0,2 0,05-0,1

Cu 0,8-8 0,2-0,8

Fe 143-175 67-122

Mn 4,1-25 1,1-1,7

Mo 0,6-1 0,3-0,6

Zn 2,8-4,4 1,8-4,8

(34)

2.2 Warna

2.2.1 Pengertian Zat Warna

Warna merupakan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air,

disamping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam

berat. Warna air limbah menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan

berwarna abu-abu, dan air limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap

(Mahida, 1984). Warna tertentu dapat menunjukkan adanya logam berat yang

terkandung dalam air buangan.

Yang dimaksud zat warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam

bentuk larutan, sehingga penampanya berwarna. Warna air limbah dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu warna sejati dan warna semu. Warna yang disebabkan oleh warna

organik yang mudah larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati, jika air

tersebut mengandung kekeruhan atau adanya bahan tersuspensi dan juga oleh

penyebab warna sejati, maka warna tersebut dikatakan warna semu (Chatib, 1998).

Dan juga karena adanya bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Black dan Cristman (1979) ditemukan bahwa

organik di dalam air limbah adalah koloid yang bermuatan negatif.

Zat warna adalah suatu senyawa yang kompleks yang dapat dipertahankan di

dalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat organik

yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa

(35)

senyawa aromatik yang berisi Crhomopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari

radikal kimia, seperti kelompok azo (N=N). Agar warna dapat masuk dengan baik ke

kedalam bahan yang akan diberi warna, maka diperlukan bahan dari Auxochrome,

yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, misalnya kelompok pembentuk

garam –NH atau OH (Wardhana, 1995).

Kecerahan dipengaruhi oleh warna air, semakin dalam penetrasi sinar matahari

dapat menembus lapisan air, semakin produktif pula perairan tersebut. Hal ini seiring

dengan banyaknya fitoplankton di perairan tersebut. Kekeruhan ialah suatu istilah

yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan

oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan sangat berhubungan erat dengan warna

perairan, sedangkan konsentrasinya sangat mempengaruhi kecerahan dengan cara

membatasi transmisi sinar matahari kedalamnya.

Akibat biologis dari kekeruhan adalah menurunnya aktifitas fotosintesa

tumbuhan, karena, fotosintesis secara langsung tergantung pada cahaya. Kekeruhan

merupakan salah satu faktor penting yang menyangkut produktifitas perairan, serta

aliran energi.

Warna yang timbul pada perairan disebabkan oleh buangan industri di hulu

sungai atau dapat juga berasal dari bahan hancuran sisi-sisi tumbuhan oleh bakteri.

Santaniello (1971) menyatakan bahwa industri-industri yang mengeluarkan warna

adalah industri kertas dan pulp, tekstil, petrokomia, dan kimia, air yang digunakan

oleh masyarakat umum diijinkan dengan kriteria bahwa air tersebut mengandung tidak

(36)

lebih dari 10 warna. Hal ini penting mengingat zat-zat warna banyak mengandung

logam-logam berat yang bersifat toksis.Dismping bersifat toksis, fotosintesis juga

terhambat di perairan yang mengandung 50 warna.

2.2.2 Penggolongan Zat Warna

Jenis zat warna ada dua, yaitu:

a. Zat Warna Alam

Zat warna alam adalah zat warna yang berasal dari alam, baik yang berasal dari

tanaman, hewan, maupun bahan metal. Tumbuhan-tumbuhan penghasil zat pewarna

alami yang tumbuh di Indonesia kurang lebih sebanyak 150 jenis tanaman, tetapi yang

paling efektif untuk dapat digunakan menjadi powder maupun dalam bentuk pasta hanya

beberapa jenis saja.

Zat warna dari tumbuhan yang biasanya digunakan antara lain: indigofer

(warnabiru), Sp Bixa orrellana (warna orange purple), Morinda citrifolia (warna kuning).

b. Zat warna yang berasal dari hewan

Jenis hewan yang biasa dijadikan zat warna antara lain: Kerang (Tyran purple),

Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah .

Karena air gambut merupakan air berwarna alami maka salah satu proses

pengolahannya dapat dilakukan dengan adsorpsi atau penyerapan.Adsorpsi adalah proses

penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat lain.Daya

adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan zat padat dengan jumlah yang

(37)

diadsorpsi tertarik pada permukaan fase padat yang bertindak sebagai adsorben.

Ditinjau dari segi derajat adsorpsi dari suatu jenis adsorban pada umumnya mengikuti

aturan sebagai berikut :

1. Adsorpsi berlangsung sedikit terhadap semua senyawa organic,kecuali senyawa

halogen.

2. Adsorpsi berlangsung baik terhadap semua senyawa halogen dan senyawa alifatik.

3. Adsorpsi berlangsung sangat baik terhadap semua senyawa aromatic.

4. Makin banyak kandungan inti benzennya semakin baik adsorpsinya.

Berdasarkan kriteria tersebut maka pengolahan air berwarna(air gambut) dapat

dilakukan dengan proses adsorpsi, karena asam humus merupakan senyawa yang

mengandung gugus aromatic. (Fitria, 2008).

2.3 Mangan (Mn)

Logam Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memilki lambang

Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Logam

mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3, titik leburnya sekitar 1) 1246 717,

3KJ/mol, 2)1509 KJ/mol, 3) 3248 KJ/mol. Logam mangan memiliki jari-jari atom

1,35 Ao,logam ini bersifat paramagnetik.

2.3.1 Fungsi Mangan.

Fun gsi utam a dalam tubuh : Kom pon en en zim

(38)

Pengambilan mangan oleh manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti

bayam, teh dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung konsentrasi

tertinggi adalah biji-bijian dan beras, kacang kedelai, telur, kacang-kacangan, minyak

zaitun, kacang hijau dan tiram. Setelah penyerapan dalam tubuh manusia mangan

akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin.

2.3.3 Kebutuhan dan sumber Mangan (Mn).

Sum ber m akan an utam a :Gan dum , buah-buahan yg dikerin gkan .

Kebutuhan H arian Dewasa :Dibutuhkan 3,5 m iligram

2.3.4 Akibat defisiensi Mangan .

Kekuran gan m an gan pada m an usia dapat m en yebabkan Pen urun an

berat badan , iritasi kulit, m ual & m un tah, perubahan warn a ram but ,

pertum buhan ram but yan g lam bat.

2.3.5 Akibat Kelebihan Mangan.

Mangan (Mn) mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga

berdampak menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan

bagi manusia yang keracunan Mn, bicaranya lambat dan hyperrefleks.

Efek mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala

keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Ketika orang-orang

yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten.

Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti,

(39)

elemen penting bagi kesehatan manusia kekurangan mangan juga dapat menyebabkan

efek kesehatan. Ini adalah efek berikut: 1). Kegemukan , 2). Gula,3). Pembekuan

Darah,4). Masalah kulit,5). Menurunkan kadar kolesterol,6). Gangguan Skeleton ,7).

Kelahiran cacat,8). Perubahan warna rambut,9). Gejala Neurological.

Mangan kronis dapat mengakibatkan keracunan dari lama menghirup debu dan

asap. Sistem saraf pusat adalah situs utama kerusakan dari penyakit, yang dapat

mengakibatkan cacat permanen. Gejala termasuk kelembekan, kantuk, kelemahan,

gangguan emosi, gaya berjalan spastik, berulang kram kaki, dan kelumpuhan. Insiden

tinggi pneumonia dan infeksi saluran pernapasan atas lainnya telah ditemukan pada

pekerja yang terkena debu atau asap dari senyawa mangan.

2.4 Zinkum (Zn)

Zinkum (seng) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30,

dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan

dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain

kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.

Dalam industri seng mempunyai arti penting : 1). melapisi besi atau baja untuk

mencegah proses karat, 2). digunakan untuk bahan batere, 3). Seng dan aliasenya

digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk , 4). seng

dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen

(40)

televisi dan lampu pendar, 6). seng dalam bentuk klorida digunakan untuk pengawetan

kayu.

Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai plat seng yang

digunakan sebagai bahan bangunan. Seng telah diketahui sejak tahun 1934 sebagai

elemen penting bagi kehidupan hewan (tikus) dan defisiensi seng pada manusia baru

diketahui sekitar tahun 1961. Pada waktu itu diketahui adanya keterkaitan antara

kekurangan seng dalam konsumsi sehari-hari dengan gangguan pertumbuhan dan

kematangan seksual. Gangguan lainnya yang berkaitan dengan defisiensi seng, adanya

hambatan penyembuhan luka, gangguan fungsi pengecap dan gangguan nafsu makan.

Gejala ini berangsur-angsur hilang bila dalam menu sehari-hari diberikan makanan

yang mengandung seng.

Meski di Indonesia penelitian- penelitian tentang seng ( Zn ) belum banyak

dilakukan, hal ini bukan berarti defisiensi seng tidak ada. Justru peluang terjadinya

defisiensi seng di Indonesia diperkirakan lebih besar mengingat menu masyarakat

Indonesia, terutama pada golongan sosial ekonomi rendah, umumnya rendah protein

hewani padahal jenis protein ini banyak mengandung seng. Sebaliknya menu

masyarakat Indonesia relatif tinggi fitat dan serat yang menghambat absorbsi seng,

seperti kebiasaan minum teh setiap hari, bahkan pada golongan masyarakat tertentu

mengkonsumsi teh kental. Selain itu juga banyak mengkonsumsi kacang-kacangan

(41)

atau tannin . Sehingga potensi kekurangan zat seng ( Zn ) ini pada masyarakat

Indonesia cukup tinggi karena penyerapan zat seng ( Zn ) akan terganggu.

2.4.1 Fungsi Zinkum( Zn )

Zinkum adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan

manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme.

Tubuh manusia dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah

tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi

tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis

dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut.

Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan

dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan

dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat

900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.

Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya denga metabolisme

karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis

heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain. Pengaruh yang paling

nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan

organ-organ reproduksi pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi

dehidrotestosteron yang aktif. Dalam pankreas, seng ada hubungannya dengan

(42)

hubungannya dengan insulin, walaupun tidak memegang peranan secara langsung

terhadap aktivitas insulin.

2.4.2 Absorbsi dan Metabolisme

Proses absorbsi seng menyerupai absorbsi besi dalam tubuh, dimana untuk

absorbsi membutuhkan alat angkut, proses ini terjadi dalam usus halus (duodenum),

seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati.

Kelebihan seng disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, lainnya dibawa ke

pankreas dan jaringan tubuh yang lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk

membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran

cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari

makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas.

Absorbsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding

saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, dalam sel dinding saluran cerna sebagian

diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang.

Banyaknya seng yang diabsorbsi berkisar antara 15-40%. Absorbsi seng dipengaruhi

oleh status seng tubuh. Jika lebih banyak seng yang dibutuhkan, lebih banyak pula

jumlah seng yang diabsorbsi. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses.

Disamping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti

(43)

2.4.3 Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn )

Kebutuhan seng sangat bervariasi tergantung fisiologik, patologik, dan menu

sehari-hari. Pada orang dewasa sehat, jumlah seng yang hilang melalui urin, feses,

kulit, semen, rambut dan kuku adalah 2,6 mg/hari. Dengan asumsi bahwa daya serap

usus terhadap seng hanya sekitar 25% dan adanya variasi individual, maka jumlah

kecukupan seng yang dianjurkan adalah 15 mg/hari. Widya Karya Pangan dan Gizi

tahun 1998 menetapkan angka kecukupan seng untuk Indonesia sebagai berikut:

a. Bayi : 3 – 5 mg.

b. 1 – 9 tahun : 8 – 10 mg.

c. 10 - > 60 tahun : 15 mg ( baik pria maupun wanita )

d. Ibu hamil : + 5 mg

e. Ibu menyusui : + 10 mg

Umumnya seng diperoleh dari bahan makanan asal hewani seperti daging,

hati, dan ayam. Bahan makanan asal hewani yang diperoleh dari laut seperti tiram,

kerang dan ikan haring mengandung seng dalam jumlah sangat tinggi. Sebaliknya

kadar seng dalam bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan padi-padian

selain ditemukan rendah, juga mengandung zat fitat yang menghambat absorbsi seng (

Zn ). Kadar seng ( Zn ) pada buah-buahan juga rendah. Data dari berbagai negara

menunjukan bahwa kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari sangat rendah.

(44)

Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI, namun

bila dilihat dari pola menu masyarakat pada umumnya , diperkirakan kandungan seng

( Zn ) dalam makanan sehari-hari juga rendah. Apabila masukan makanan rendah

seng tersebut berkurang, maka masukan seng ( Zn ) makin berkurang dan ada

kemungkinan tidak mencukupi kebutuhan.

2.4.4 Akibat Defisiensi Seng ( Zn )

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan

remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan

keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit

mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi

konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka

pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan

terganggu. Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu

hamil dan menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia,

dapat terlihat sebagai berikut :

1. Kecepatan pertumbuhan menurun,

2. Nafsu makan dan masukan makanan menurun,

3. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan,

4. Gangguan sistem kekebalan tubuh,

5. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi

6. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap,

(45)

8. Perubahan tingkah laku,

9. Gangguan perkembangan fetus.

2.4.5 Akibat Kelebihan Seng ( Zn )

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi

tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,

mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya

aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat

menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan

reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan

yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng ( Zn ) ( Almatsier, 2001 ).

2.5 Magnesium (Mg)

Magnesium adalah logam alkali tanah yang tidak terdapat bebas dialam

melainkan dalam bentuk senyawa. Nomor massa dan nomor atom magnesium adalah

24,31 dan 12. Magnesium (Mg) adalah kation kedua terbanyak di intrasel setelah

kalium. Pada tubuh dewasa sehat ada 21–28 g Mg, 99% tersebar di kompartemen

intrasel dan hanya 1 % di cairan ekstrasel. Mg dibagi lagi ke dalam tiga kompartemen

utama tubuh: kira-kira 65% berada pada fase mineral rangka, 34% di ruang intrasel,

dan hanya 1% di dalam cairan ekstrasel . Usus halus adalah tempat utama penyerapan

(46)

bentuk: fraksi yang berikatan dengan protein (25% berikatan dengan albumin dan 8%

dengan globulin), fraksi khelasi (12%), dan fraksi ion yang aktif metabolik (Mg++:

55%). Kadar Mg dalam plasma orang sehat sangat konstan, dengan kisaran kadar

serum total 0,75–0,96 mmol/L, dan rata-rata 0,85 mmol/L.

2.5.1 Fungsi magnesium.

Magnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh.

Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic termasuk

metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam

sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel jaringan

lunak.Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf,

kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan

dengan kalsium.kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.

2.5.2 Absorbsi dan Metabolisme.

Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan

secara difusi pasif. Di dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas.

Keseimbangan magnesium dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi

magnesium melalui urin. Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone

tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium . eksresi

magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap

(47)

2.5.3 Kebutuhan dan sumber magnesium

Kebutuhan m in eral m agnesium sekitar 30 0 – 40 0 m g setiap hari,

dim an a tin gkatan n ya berbeda tergan tun g pada jen is kelam in dan usia.

Kebutuhan dari m agnesium m en in gkat sehubun gan den gan um ur dan tin gkat

tekan an hidup. Magn esium m en gen dalikan kon traksi otot, m etabolism e

protein , dian tara tugas vital lain n ya. Sumber utama magnesium adalah sayur

hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya

serta cokelat merupakan sumber magnesium yang baik.

2.5.4 Akibat defisiensi magnesium

Di lain pihak, defisiensi magnesium pada pasien rawat-inap ternyata lebih lazim

daripada yang diduga sebelumnya. Kira-kira 10% pasien yang masuk rumah sakit

besar di kota mengalami hipomagnesemia, dan kekerapan ini bisa setinggi 65% pada

unit rawat intensif . Jadi, anggapan sebelumnya bahwa magnesium harus disediakan di

cairan rumatan hanya setelah masa rawat memanjang (misal > 7 hari) mungkin tidak

berlaku lagi. Sebaliknya magnesium dan mikromineral lain serta trace element harus

diberikan dini mengingat seringnya penyakit-penyakit “boros magnesium” seperti,

penyakit saluran cerna (diare akut dan kronik, enteritis regional, kolitis ulseratif,

malabsorpsi dll), obat-obat “boros magnesium” (diuretik, aminoglikosida, cisplatin)

(48)

Diabetes militus mungkin merupakan penyakit yang tersering berkaitan

dengan defisiensi Mg. Sampai 39 persen penderita diabetes rawat jalan telah

dilaporkan hipomagnesemia. Pada ketoasidosis berat, Mg bisa terbuang ke dalam

urin selama asidosis. Kadar Mg mungkin normal atau tinggi akibat deplesi volume;

namun, terapi cairan dan insulin menghasilkan penurunan ke kisaran subnormal.

Insulin telah ditunjukkan menyebabkan perpindahan Mg ke dalam jaringan lunak.

Kekurangan insulin pada diabetes tipe 1 bisa mengakibatkan penurunan Mgintrasel.

Walaupun disimpulkan bahwa hipomagnesemia disebabkan oleh diabetes dan

bukan kebalikannya, defisiensi Mg juga bisa mempengaruhi onset penyakit ini. Defisit

Mg mengganggu reaksi enzimatik yang menggunakan atau memproduksi adenosine

triphosphate (ATP), yang memodifikasi kaskad enzimatik pada metabolisme

karbohidrat, sehingga memicu DM. Defisiensi Mg dapat menghasilkan kelainan

dalam aktivitas tirosin-kinase pada reseptor insulin. Kejadian ini terkait dengan

timbulnya resistensi insulin dan penurunan utilisasi

(49)

Gambar 2.3.Deplesi Magnesium Pada Penyakit Saluran Cerna.

Kandungan Mg dalam cairan saluran cerna atas adalah kira-kira 1 mEq/L.

Muntah-muntah dan sedot lambung dapat memperberat deplesi Mg. Kandungan Mg

pada cairan diare dan drainase fistula jauh lebih tinggi ( sampai 15 mEq/L).

Akibatnya, deplesi Mg banyak dijumpai pada diare akut dan kronik, enteritis regional,

kolitis ulseratif, fistula usus dan empedu. Sindrom absorpsi yang disebabkan

nontropical sprue, trauma radiasi akibat terapi untuk penyakit seperti karsinoma

serviks, dan limfangiektasi usus bisa mengakibatkan defisiensi Mg. Kondisi-kondisi

lain yang mengakibatkan deplesi magnesium meliputi steatorea, pankreatitis

hemoragik akut atau edematosa, dan reseksi usus halus.

Magnesium bersama-sama dengan mikromineral lain seperti kalsium, fosfat,

dan zinc harus diberikan pada pasien rawat-inap dengan kelainan endokrin dan

saluran cerna. Pasien dengan asupan oral tidak akurat harus dikelola dengan cairan

parenteral yang sesuai mengandung unsur-unsur ini di samping glukosa dan asam

(50)

dehidrasi dan gangguan elektrolit 2) mencegah defisiensi mikromineral 3) mencegah

dan mengatasi ketoasidosis 4) meminimalkan degradasi protein dan 5) akhirnya,

diindikasikan untuk mempercepat penyembuhan. ( iyan@ho.otsuka.co.id, Jakarta, 29

Nov 2009).

2.5.5 Akibat kelebihan magnesium.

Akibat kelebihan magnesium belum diketahui secara pasti. Kelebihan

magnesium terjadi pada penyakit gagal ginjal.

2.6 Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel

halus dalam air menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada

bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik searah yang

disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila

dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik

searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit,

yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang di reduksi

dan ion negative (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang

dioksidasi. Sehingga membentuk flok yang mampu mengikat kontaminan dan

partikel-partikel dalam limbah.

2.6.1 Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi

(51)

dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti

flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang

mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar

partikel dapat terjadi (Sutrisno,1987).

Proses Flokulasi

Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu:

tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi dan tahap pemisahan flok dengan

cairan.

1. Tahap pembentukan inti Endapan

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara

koagulan dengan pollutan yang ada dalam air. Agar penggabungan dapat berlangsung

diperlukan pengadukan dan pengaturan pH. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60

s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit ; pengaturan pH tergantung dari jenis koagulan yang

digunakan misalnya :

Tawas pH 6 s/d 8 Ferro Sulfat pH 8 s/d 11 Ferri Sulfat pH 5 s/d 9

2. Tahap Flokulasi

Pada tahap ini terjadi penggabungan inti-inti endapan, sehingga menjadi molekul

yang lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40

s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat dapat terbentuknyaflok dapat

(52)

baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industry.

Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik,

biasanya bersifat larut dalam air.

Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah volume lumpur

yang terbentuk relative lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan

warna dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur.

3. Tahap Pemisahan flok dengan Cairan

Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dari cairannya, yaitu dengan

cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan

cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan Bila flok yang

terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil

dengan menggunakan skimmer

(53)

Zat-zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut

dengan koagulan. Koagulan yang paling sering digunakan adalah alumunium sulfat.

Jika senyawa ini dimasukkan ke dalam air akan terionisasi membentuk Al3+ dan SO4

2-yang dapat menetralkan muatan koloid.

Al2(SO4)3 → 2 Al3+ + 3SO4

2-H2O → H + + OH

-2Al3+ + 6 OH-→ 2 Al(OH)3 (Laing D.1973).

Mekanisme yang terjadi pada proses flokulasi dengan koagulannya adalah sebagai

berikut :

1. Adsorpsi flokulan (polimer) pada permukaan partikel koloid sehingga terbentuk

lapisan flokulan. Dalam hal ini terjadi destabilisasi muatan elektron negatif

partikel koloid oleh muatan positif hasil hidrolisa flokulan sehingga terjadi

penggumpalan yang tidak stabil, proses ini disebut adsorpsi koagulasi.

2. Gumpalan (partikel-partikel) yang tidak stabil ini akan membentuk flok yang lebih

besar, sehingga akibat dari tubrukan partikel-partikel dengan bantuan pengadukan,

sehingga menjadi stabil dan mudah mengendap (terflokulasi).

(Nainggolan,J.W.1997)

(54)

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O

alkalinity

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O

mengendap

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,

Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel - partikel kotoran

sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat

mengendap.

Reaksi Pada Katoda

Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya

kation saja.

1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion

logam Al3+ dan ion Mg2+, maka ion-ion logam alkali ini tidak dapat direduksi

dari larutan.Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk

gas Hidrogen (H2) pada katoda.

2 H2O + 2e ==> 2 OH- + H2

2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi

gas hydrogen pada katoda.

2 H+ + 2e ==> H2

3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi

menjadi logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada permukaan

(55)

Fe2+ + 2e ==> Fe

Mn2+ + 2 e ==> Mn (Suaib,1994).

Reaksi pada Anoda

1. Elektroda pada anoda, elektrodanya dioksidasi menjadi ionnya.

Contoh : Al ==> Al3+ + 3 e

Zn ==> Zn2+ + 2 e

2. Dalam system elektrokimia dengan anoda terbuat dari alumunium,

beberapa kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut;

Anoda Al ==> Al3+ + 3e

Katoda : 2 H2O + 2 e ==> H2 + 2OH

a. 2 H+ + 2e ==> H2

b. O2 + 4 H+ + 4e ==> 2 H2O

2.6.2 Proses Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek.

Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus listrik ke dalam air.

Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat efektif untuk

pemindahan bahan pengkontaminasi di dalam air. Proses ini dapat mengurangi lebih

(56)

dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya, air akan direduksi menjadi gas

hidrogen dan ion hidroksil (OH). Elektrokoagulasi ini dikenal sebagai reaksi in situ

kation logam.

Gambar 2.5. Prinsif Kerja Elektrokoagulasi.

Interaksi yang terjadi dalam larutan :

1. Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan netralisasi

muatan.

2. Kation atau ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.

3. Interaksi kation logam dengan OH- membentuk sebuah hidroksida, dengan sifat

adsorpsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan pollutan (bridge coagulation).

4. Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar

.

(57)

6. Sesudah flok terjadi,gas H2 membantu Flotasi dengan membawa pollutan

kelapisan buih flok di permukaan cairan. (Holt,P.2006).

Gambar 2.6. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi

2.6.3 Keuntungan Elektrokoagulasi

Eletrokoagulasi menggunakan peralatan yang sederhana dan mudah

dioperasikan. Pengolahan air limbah dengan elektrokoagulasi menghasilkan air yang

bersih, warna dan baunya berkurang. Endapan yang terbentuk dari proses

elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan dari air. Flok-flok yang dibentuk dengan

elektrokoagulasi memiliki persamaan dengan flok-flok kimia. Hasil elektrokoagulasi

dapat menurunkan total padatan terlarut. Proses elektrokoagulasi dapat memindahkan

partikel-partikel koloid yang lebih kecil. Proses elektrokoagulasi dapat diatur arus

(58)

2.6.4 Kerugian Elektrokoagulasi

Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi.

Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan

oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien.

(http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).

Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi.

Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan

oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien.

kurang efisien. kurang kurang kurang .

(http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).

2.7 Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )

Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh ( 1955 ) metoda spektrofotometer serapan

atom ( SSA ) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah

digunakan untuk mendeteksi ( menganalisa ) hampir keseluruhan unsur – unsur logam

yang terdapat di dalam jadwal berkala unsur ( sistem periodik unsur ). Metoda SSA

digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan – bahan

biologi, pertanian, makanan dan minuman, air tanah, pupuk, besi baja dan juga bahan

– bahan pencemar lingkungan. Pada tahun terakhir ini alat SSA semakin sensitive dan

canggih dan dapat digabungkan dengan computer dalam pengolahan datanya.

(59)

menunjang misi laboratorium. Maka pemanfaatannya bergantung pada kemampuan

sumber daya manusia, seperti kemampuan pemahaman teori dasar, spectrum aplikasi,

ketertelusuran metoda analisis yang disyaratkan pada SNI 19 – 17025 – 2000 .

Spektrofotometer Serapan Atom adalah metoda analisis yang berdasarkan

pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap atom bebas . Analisis menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat

peka, teliti dan cepat, pengerjaannya relative sederhana serta tidak perlu dilakukan

pemisahan unsur logam dalam pelaksanaannya.

Analisis Spektrofotometer Serapan Atom yang didasarkan pada proses

penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom – atom yang berada pada tingkat

energi dasar. Komponen – komponen utama yang menyusun Spektrofotometer

Serapan Atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detector, dan

penampilan data

2.7.1 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Prinsip utama untuk pengukuran penyerapan atom adalah pelemahan radiasi .

latar belakang spesifik untuk elemen tertentu karena penyerapan yang dialami oleh

sampel dalam atomisasi. Perbandingan antara radiasi awal dan dilemahkan satu

memberikan informasi mengenai konsentrasi dari unsur dalam sampel dianalisis.

Komponen utama spektrometer serapan atom adalah:

1. Sumber radiasi khusus untuk unsur-unsur tertentu (lampu dengan katoda yang

kosong atau tanpa elektrode).

(60)

3. Monochromator

4. Photo-detektor

5. Komputer untuk kontrol peralatan dan analisis data.

Sumber radiasi spektrometer serapan atom harus berisi elemen yang diukur

dalam sampel. Ada akan digunakan lampu dengan katoda kosong, membangun dari

atau diisi dengan elemen tertentu atau lampu tanpa elektrodasilinder kaca yang berisi

beberapa miligram dari unsur ini. Sumber radiasi memancarkan energi radiasi khusus

untuk unsur tertentu, yang melintasi komponen sampel. Di sini radiasi dilemahkan

karena penyerapan oleh atomisasi sampel. Sinyal yang diterima dari foto-detektor

yang diperkuat dan diproses untuk penentuan nilai dan ditampilkan pada layar

komputer atau, akhirnya,dicetak di atas kertas.

(61)

BAB 3

METODA PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dengan

mengambil sampel dari Desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli

Tengah.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air yang menggenangi lahan

gambut didesa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi 5 (lima) titik yang ditarik secara diagonal dari tepi lahan

gambut.

2. Dari titik itu masing-masing sampel diambil dua titik kedalaman yaitu pada titik

0,2 x dan 0,8 x kedalaman gambut.

3. Membilas terlebih dahulu bagian dalam penampang (alat untuk mengambil

sampel)secara merata sebanyak 3(tiga) kali dengan sampel tersebut.

4. Mengambil sampel sebanyak volume yang sama dan dicelupkan dalam wadah

secara merata/homogeny. Wadah sebelumnya telah diperlakukan seperti

penampung yaitu dibilas sebanyak 3 (tiga) kali dengan sampel. Secara sekematis

(62)

Gambar 3.1. Skematis pengambilan sampel

X X

X

X X

38

3.3 Alat – alat yang digunakan ;

Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Shimadzu tipe AA-6300

Lampu hollow katoda Mn

Lampu hollow katoda Zn

Lampu hollow katoda Mg

Erlenmeyer 250 ml

Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml

Labu ukur 100 ml

Corong gelas

Adaptor 3-13,8 V/10 A (BST ech)

Kabel tembaga

Lempengan alumunium

Stopwatch (Diamond)

Indikator Universal

Labu takar (Pyrex)

Gambar

Gambar 2.1  Model Struktur Asam Humus (Stevenson 1982)
Tabel 2.1 Kandungan Unsur  Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara
Gambar 2.4. Proses Flokulasi
Gambar 2.6. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.2.1 Menguraikan penggunaan kosakata bahasa indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil pengamatan tentang keberagaman benda berdasarkan bentuk dan wujudnya

[r]

[r]

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN. JL Sulaw

 Guru memberikan bimbingan bagi siswa yang belum mampu menuliskan hasil pengamatan sederhana tentang keragaman benda.  Guru memberikan latihan terbimbing

Nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar Rp.685.617.000,- (Enam ratus delapan puluh lima juta enam ratus tujuh belas ribu rupiah), dari 7 (tujuh) perusahaan yang memasukkan dokumen

pemerintahan daerah yang menyebutkan Desa (atau dengan nama. lain) sebagai sebuah pemerintahan yang otonom

berhubungan dengan istilah “ computer ‐ based ” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Informasi yang cepat, akurat dan dapat dipercaya