• Tidak ada hasil yang ditemukan

Heian Jidai No Kunoichi (Josei No Ninja)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Heian Jidai No Kunoichi (Josei No Ninja)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HEIAN JIDAI NO KUNOICHI (JOSEI NO NINJA)

KERTAS KARYA DIKERJAKAN

O L E H

NAINI MELATI POHAN

NIM. 072203021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(2)

HEIAN JIDAI NO KUNOICHI (JOSEI NO NINJA)

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A) (Drs. Nandi S)

NIP. 19600827 1991 03 1 004 NIP. 19600822 1988 03 1 002 Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum

NIP 19620727 1987 03 2 005

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(5)

Segala puji dan syukur penulis ucapakan ke hadirat ALLAH SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai syarat

kelulusan dari program Diploma III program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “ Heian Jidai No Kunoichi

(Josei No Ninja)”.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam kertas karya ini. Masih

jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisannya.

Dalam penyelesaian kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Syaifuddin.M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan,S.S,M.Hum, selaku ketua jurusan program studi

Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Alimansyar,S.S, selaku dosen wali.

4. Bapak Drs.H.Yuddi Adrian Muliadi,MA, selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu demi selesainya kertas karya ini.

5. Bapak Drs.Nandi.S, selaku dosen pembaca.

6. Seluruh staf pengajar program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Ibunda tercinta Masliana Siregar, serta Bapak H.Askar dan Ibu Rosna

Taher, selaku orang tua wali yang selalu memberikan dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan

kertas karya ini.

8. Spesial buat Abang Yudi Ramanda Pohan dan Kakak Mawar Pohan dan

Adik Rizky Aulia yang banyak memberikan dukungan moril maupun

(6)

9. Sahabat Terkasihku, Adri Syahrul Nugraha (sai), yang senantiasa

memberikan semangat, perhatian dan yang setia medoakan penulis.

10.Yoninshu O2 yaitu: Aan (acunk), Dayat (bogel), Izal (babang), Vina

(ndut), Tomi (ko_kom), Winda (bahenol), Yana (padank), masa-masa

bersama kalian adalah masa terindah dan tak kan terlupakan bagi penulis.

Kenangan yang kita lewati bersama simpan lah di hati kita

masing-masing.

11.Seluruh Mahasiswa Bahasa Jepang stambuk 2007, dan yang tidak dapat

Saya sebutkan, terima kasih atas dukungannya untuk penulis.

Akhir kata semoga kertas karya ini bermanfaat kepada kita semua dan

memperluas wawasan kita.

Medan, 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI……… iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul……….. 1

1.2 Pembatasan Masalah……….. 1

1.3 Tujuan Penulisan……….... 1

1.4 Metode Penulisan………... 2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUNOICHI……… 3

2.1 Pengertian Kunoichi……… 3

2.2 Tokoh-tokoh Dalam kunoichi………. 3

BAB III KUNOICHI (NINJA WANITA) PADA ZAMAN HEIAN ……….. 5

3.1 Mengajarkan Ilmu Ninjitsu Kepada Jenderal Ikai ………. 7

3.2 Membentuk Kelompok Kunoichi Sebagai Mata-mata………... 9

BAB IV Kesimpulan Dan Saran……….. 11

4.1 Kesimpulan……… 11

4.2 Saran……….. 11

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kunoichi adalah ninja wanita. Mereka berbeda dengan ninja laki-laki. Kunoichi

yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan

pendekatan kepada sang target. Kunoichi selalu menggunakan manipulasi kejiwaan dan

perang batin sebagai senjatanya. Dengan begitu, kunoichi mampu mendekati target dan

membunuhnya tanpa jejak. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk

membahas tentang kunoichi pada Zaman Heian ini. Kemudian menuangkan hasil

bahasannya kedalam kertas karya ini. Dari kemampuan kunoichi ini, penulis merasa

beberapa manfaat positif yang bisa kita ambil dari kunoichi pada Zaman Heian.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai tentang gambaran umum

tentang kunoichi, sejarah kunoichi, tokoh-tokoh kunoichi. Mengajarkan Ilmu Ninjutsu

kepada Jenderal Ikai, membentuk kelompok kunoichi sebagai mata-mata.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat

" Kunoichi (Ninja Wanita) Pada Zaman Heian" sebagai judul kertas karya

adalah sebagai berikut:

(9)

2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kunoichi.

3. Untuk pengetahuan baik terhadap pembaca dan juga penulis.

4. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas

Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu

pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kunoichi adalah ninja wanita. Mereka berbeda dengan ninja laki-laki. Kunoichi

yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan

pendekatan kepada sang target. Kunoichi selalu menggunakan manipulasi kejiwaan dan

perang batin sebagai senjatanya. Dengan begitu, kunoichi mampu mendekati target dan

membunuhnya tanpa jejak. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk

membahas tentang kunoichi pada Zaman Heian ini. Kemudian menuangkan hasil

bahasannya kedalam kertas karya ini. Dari kemampuan kunoichi ini, penulis merasa

beberapa manfaat positif yang bisa kita ambil dari kunoichi pada Zaman Heian.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai tentang gambaran umum

tentang kunoichi, sejarah kunoichi, tokoh-tokoh kunoichi. Mengajarkan Ilmu Ninjutsu

kepada Jenderal Ikai, membentuk kelompok kunoichi sebagai mata-mata.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat

" Kunoichi (Ninja Wanita) Pada Zaman Heian" sebagai judul kertas karya

adalah sebagai berikut:

(11)

2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah kunoichi.

3. Untuk pengetahuan baik terhadap pembaca dan juga penulis.

4. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang Universitas

Sumatera Utara.

1.4 Metode Penelitian

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu

pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya

(12)

BAB III

KUNOICHI (NINJA WANITA) PADA ZAMAN HEIAN

Meski wanita dianggap lemah,dalam Ilmu Ninjutsu tidak membatasi hanya

untuk kaum lelaki. Itu sebab, ilmu ini pun kemudian juga dipelajari oleh kaum wanita

yang kemudian dikenal sebagai kunoichi. Selain mempelajari Ilmu Ninjutsu, kunoichi

juga mempelajari ilmu merayu, memanipulasi, menyamar dan intuisi. Kemampuan ini

memberikan mereka kemudahan dalam menyusup ke pikiran pemimpin perang, bisnis,

bahkan politik sekalipun. Mereka juga menyamar sebagai geisha dan selir, Kunoichi

tidak hanya belajar untuk mengatur emosi dari manusia namun mereka juga belajar

bagaimana untuk menjaga emosi mereka sendiri di bawah kontrol. Yang paling penting,

mereka dilatih untuk tidak jatuh cinta dengan target atau kehilangan tujuan mereka

setelah berhasil memikat mangsanya. Selain bermain dengan laki-laki , Kunoichi juga

bisa berperan sebagai pembantu, penghibur, para peramal nasib, dan seniman untuk

mendapatkan akses ke target mereka. Tidak ada benteng yang dijaga dengan cukup baik

sehingga Kunoichi tidak bisa masuk.

Yang paling sering asal Kunoichi adalah mereka gadis-gadis biasa yang yatim

piatu, pelarian, dari keluarga berantakan, atau dari keluarga miskin. Mereka akan

direkrut oleh Kunoichi tua yang akan membesarkan mereka, membiayai mereka, dan

melatih mereka. Namun, tidak semua Kunoichi berasal dari keluarga miskin. Seperti

Mochizuki Chiyome, yang menunjukkan bahwa beberapa Kunoichi bergabung dari

status sosial yang lebih tinggi atau untuk alasan lain selain kesulitan, meskipun kasus ini

(13)

Pada inti nya, Kunoichi adalah ninja. Ninja berpikir dan berjuang berbeda

daripada pejuang lainnya dari waktu mereka. Mereka mengerti seni menyembunyikan

diri mereka sendiri, metode, dan peralatan mereka. Mereka menggunakan penyamaran

dari benda-benda umum yang sering digunakan sebagai senjata.

Laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan rata-rata dan Kunoichi

sering dimasukkan ke dalam situasi di mana mereka tidak mempunyai sekutu lokal jika

ada yang tidak beres dengan misi mereka. Ini melibatkan tekanan menyerang poin,

menyerang pangkal paha, mengunci anggota badan lawan, tersedak, menghindari, dan

menggunakan senjata kecil dilapisi dengan zat-zat yang beracun. Karena Kunoichi

sering dalam jarak dekat dengan target mereka, mereka belajar untuk berjuang di ruang

sempit atau dalam situasi yang entah bagaimana membatasi gerakan mereka.

Dalam sebuah perkelahian, Kunoichi memegang senjata rahasia. Pertama,

mereka dilatih untuk menggunakan unsur-unsur menyamar sebagai senjata mereka.

Mereka dilatih untuk menendang keras dengan sepatu kayu mereka, untuk memukul

dengan payung, untuk mendorong dengan bambu, dan tersedak dengan obi mereka.

Selain itu, mereka belajar untuk menenun senjata ke penyamaran mereka. Mereka

menyembunyikan jarum di rambut mereka, memegang belati dalam karangan bunga.

Kunoichi juga menggunakan serbuk racun. Kakute adalah sebuah cincin dengan tepi

bergerigi, dicampur dengan racun. Dalam sebuah perkelahian, Kunoichi bisa tercekik

lawan saat memasukkan racun di leher mereka, sehingga melumpuhkan lawan mereka

lebih cepat daripada sebaliknya.. Semua elemen-elemen ini digunakan untuk

(14)

berpikir bahwa tidak bersenjata, atau mereka bisa saja membuat tugas membunuh jauh

lebih tenang. Kunoichi dilatih dengan banyak senjata ninja standar.

Penting untuk menyadari bahwa meskipun Kunoichi adalah ninja dan meskipun

mereka dilatih dalam teknik-teknik bela diri mereka benar-benar hanya berjuang untuk

membela diri saja.

Berikut adalah kemampuan yang sering digunakan oleh kunoichi.

1. Bo Ryaku: merencanakan strategi dalam menyamar maupun menyusup dalam

daerah lawan.

2. Inton Jutsu: menyamar, menipu dan membuat ricuh daerah lawan dengan

menyebarkan isu-isu negatif di kalangan masyarakat.

3. Kayakujutsu: membuat dan menggunakan bahan peledak dalam pertempuran

ataupun untuk perlindungan diri

4. Shinobi Iri: ilmu untuk memasuki daerah lawan, menyusup secara diam-diam

ke daerah lawan.

5. Shuriken Jutsu: melemparkan senjata rahasia

6. Tanto Jutsu: ilmu menggunakan senjata berupa pisau

7. Yagen: Ilmu menggunakan racun

3.1 Mengajarkan Ilmu Ninjutsu kepada Jenderal Ikai

Seorang kunoichi bernama Cho Gyokko mengajarkan ilmu Ninjutsu kepada

Jenderal Ikai (Di panggil juga sebagai Ibou atau Chan Busho). Jendral Ikai adalah

jendral china yang sangat jenius dalam strategi perang maupun kemampuan untuk

mengobservasi keadaan perang. Pada tahun 986 dia dipermalukan karena kalah dalam

(15)

dan belajar Ilmu Ninjutsu. Jenderal Ikai dilatih oleh Gamon Doshi, yang juga melatih

Garyu Doshi. Garyu Doshi nantinya juga melatih Hachiryu Nyudo yang kemudian

melatih Hakuunsai yang menciptakan Dojo Soke pada tahun 1156. Ninjutsu adalah

pergerakan sunyi. Pada dasarnya, gerakan bela diri Ninjutsu hanya terpusat pada

tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik

pertahanan diri seperti bantingan,rolling dan teknik bantu seperti meloloskan diri,

mengendap, dan teknik khusus lainnya.

Berbeda dengan seni bela diri lain. Ninjutsu mengajarkan teknik spionase,

sabotase, melumpuhkan lawan, menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan

untuk melindungi keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan ninja memang sulit

dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain kunoichi harus

menerapkan "berperilaku kejam dan licik" saat menggunakan jurus untuk menghadapi

lawan. Oleh karena itu, kunoichi lebih memilih menghindari kontak langsung dengan

lawannya, dan berbagai alat lempar, lontar, tembak,dan penyamaran lebih sering

digunakan.

Kunoichi juga memiliki ilmu Ninpo (salah satu unsur ilmu Ninjutsu) yang

mengajarkan teknik bela diri dengan tangan kosong (Taijutsu), teknik pedang

(Kenjutsu) teknik bahan peledak dan senjata api (Kajutsu), teknik hipnotis

(Saimonjutsu), dan teknik ilusi (Genjutsu).

Dalam menerapkan Ninjutsu, seorang kunoichi dituntut harus menguasai Kuji In,

yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan

yang dipercaya menjadi saluran energi. Simbol di tangan ini awalnya dikenalkan dalam

(16)

Kuji In digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang kunoichi

karena mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi

adanya kematian.

Kuji In sebenarnya memiliki 81 simbol, namun dengan hanya menguasai 9

simbol utama seorang Ninja akan menjadi master sejati.

3.2 Membentuk Kelompok Kunoichi Sebagai Mata-mata

Kunoichi adalah mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih

memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan jepang pada abad 12. Pada abad 14

pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktifitas

dan kekuatan lawan menjadi penting, dan para Kunoichi pun semakin aktif. Para

Kunoichi dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan

menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin

pasukan penyerbuan di malam hari.karena itu ninja memperoleh latihan khusus.

Kunoichi tetap aktif sampai zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya

kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di zaman Edo.

Kunoichi yang menyamar sebagai mata-mata, pengamat, dan informan pertama.

Mereka bisa menarik perhatian pada diri mereka sendiri dengan melaksanakan upacara

minum teh atau tari-tarian tradisional, dengan menyanyi atau memainkan alat musik.

Mereka bisa menghilangkan perhatian dari diri mereka sendiri dengan berpakaian

sebagai pembantu atau pelayan suci, atau dengan hanya menyembunyikan diri mereka

sebagai seorang ninja. Mereka dapat memanipulasi pikiran dengan meminta perhatian,

membuat marah.

Itu adalah kekuatan mereka untuk mengambil keuntungan dari kelemahan

(17)

Dalam pelaksanaannya sebagai kunoichi, kebanyaakan dari mereka menyamar

sebagai geisha dan juga seorang biksu perempuan di biara-biara (Miko). Bahkan tidak

sedikit kunoichi yang dengan mudah masuk ke dalam istana walaupun dengan

penjagaan yang ketat. Hal ini dikarenakan kunoichi dilatih juga untuk mempermainkan

emosi lelaki, tetapi juga harus mengontrol emosi diri sendiri.

Kemudian Takeda Shingen memilih Chiyome untuk membentuk kunoichi yang

bisa berati bunga beracun / mematikan. Chiyome kemudian membentuk pasukannya di

Desa Nazu Provinsi Shinani dan mulai mencari kandidat untuk mencari calon kunoichi.

Dia melatih semua anggotanya untuk menjadi pengumpul informasi yang sangat efisien,

perayu yang handal, kurir, dan bila perlu menjadi pembunuh. Anggotanya juga

diajarkan semua keterampilan sebagai seorang miko (penjaga kuil) yang bertugas di

setiap kuil Shinto di Jepang. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembara kemana

saja tanpa dicurigai. Mereka juga menerima pendidikan agama sebagai pelengkap dalam

(18)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kunoichi meraih hasil maksimum dengan tenaga minimum.

2. Kunoichi menggunakan muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada

konfrontasi langsung.

3. Kunoichi tidak memiliki status mulia seperti kaum Bushi,

sehingga Kunoichi bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah, tanpa

terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan.

4.2 Saran

Dari pembahasan tentang Kunoichi pada Zaman Heian ini maka penulis

menyarankan sebagai berikut:

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu

Tokoh dalam kunoichi

2. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetauhi tentang salah

satu sejarah Jepang yaitu Kunoichi

3. Penulis mengharapkan agar kita bisa membedakan pejuang-pejuang yang ada di

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Dozi,Swandana.2009.Dewa Perang Jepang.Sidoarjo.Masmedia Buana Pustaka.

Ewien.2007.Informasi Umum Jepang.1999.Selintas Jepang.

Setyawan,Dharma.2008.Sejarah Politik Jepang.Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Porositas mortar dengan filler debu batu memberikan hasil yang lebih baik yaitu sebesar 23,50% pada penggunaan 60% pasir dan 40% debu batu dibandingkan filler

Untuk lama menjalani hemodialisa dapat dilihat dari tabel di atas bahwa, 16 responden yang memiliki tingkat stres sedang lama menjalani hemodialisa kurang dari 2

Kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah kontrol RPMI sebagai kontrol standar dimana sumur (well) tidak diberi perlakuan baik ekstrak buah merah maupun gom arab tetapi

Krisis lain yang dapat menimpa suatu keluarga adalah bila ada perbenturan nilai antar anggota keluarga atau antar generasi, misalnya antara orangtua sebagai

Masyarakat Madurejo sebagian besar merupakan suku Madura dimana masyarakat Madura pada umumnya sangat identik dengan para Kiai dan sangat menjunjung tinggi

BAB III: Kendala Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Dalam Memerangi Cyber Crime : Aspek Koordinasi dan Kerjasama Internasional... Beberapa Penanggulangan Global

Dalam Temu Alumni yang dihelat di Hotel Padjajaran tersebut, beberapa kontingen UNAIR juga berkesempatan untuk mempresentasikan karyanya di hadapan para alumni.. Nasih menjelaskan

Adapun hasil yang didapat dari proses tersebut adalah kelas VII-1 MTs PAB 2 Sampali Tahun Pembelajaran 2017-2018 yang berjumlah 35 orang siswa sebagai kelas