• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Keberadaan Bangunan Bersejarah Dalam Mendukung Aktivitas Pengembangan Wilayah Di Kota Medan (Studi Kasus: Kawasan Kesawan Dan Lapangan Merdeka)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Keberadaan Bangunan Bersejarah Dalam Mendukung Aktivitas Pengembangan Wilayah Di Kota Medan (Studi Kasus: Kawasan Kesawan Dan Lapangan Merdeka)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KEBERADAAN BANGUNAN BERSEJARAH

DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS: KAWASAN

KESAWAN DAN LAPANGAN MERDEKA)

Yuanita F.D. Sidabutar

Alumnus PWD/PWK SPs USU

Abstract: Kesawan and Lapangan Merdeka areas are regarded of existence as representing the historical buildings in Medan City, with potentials from architectural point of view of the buildings and it is in this new area that new activity can emerge to re-live the atmosphere of environment and surroundings such as activities of business, facilities of entertainment, and tourism for community called “Kesawan Square and Merdeka Walk”.

The results of the research indicate that (1) utilization of historical building existence in “Kesawan Square” and “Merdeka Walk” serves as “Open Museum” for peoples who want to improve their knowledges about inherited historical buildings in Medan city and to have sale worth from visualization perspective in introducing the architectural development historic values of the buildings, (2) the rapid development of building in “Kesawan Square” and “Merdeka Walk” rewuires the presence of preservation attempt either real preservation or conservation, thus it can be made as commercial asset for tourism activities, (3) labor, number of trade types, number of visitor, and service of visitors have significant effect in increasing the income of traders in “Kesawan Square” and “Merdeka Walk”, (4) Recently Kesawan Square and Merdeka Walk can be made as alternative to increase the native regional income through several collections, retribution gained because of this area is made as one of culinary centers in Medan City.

Keywords: historical buildings, labors, number of trade, number of visitors, visitor service

PENDAHULUAN

Kota Medan saat ini telah mengalami kemajuan dan pembangunan yang sangat pesat. Sebagai pusat pemerintahan daerah Sumatera Utara, Medan tumbuh menjadi Kota Metropolitan dengan berpenduduk kurang lebih 2,5 juta jiwa. Sekarang Medan adalah kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan sangat dinamis dan selalu berbenah diri dalam menghiasi wajah kotanya. Selain bangunan-bangunan baru seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan, keistimewaan yang dimiliki Kota Medan menghidupkan aktivitas suasana kawasan bangunan bersejarah dan ruang terbuka (open space) yaitu Jalan Ahmad Yani (Kesawan) dan Jalan Balai Kota (Lapangan Merdeka).

Bagi daerah perkotaan, pelestarian sejarah dapat diperhatikan dari dua kondisi. Kondisi pertama, adalah lokasi atau bangunan

bersejarah. Kondisi kedua, adalah kawasan bersejarah yang mengandung sekumpulan bangunan indah, baik merupakan suatu kawasan yang diperindah dengan tanaman dan mempunyai arti sejarah suatu tempat di mana peristiwa bersejarah pernah terjadi. Nilai sejarah lainnya yang dilestarikan bisa juga berupa suatu contoh yang baik dari gaya arsitektur dalam komposisi komersial. Kawasan bersejarah harus mempunyai suatu karakter yang berbeda dan cukup berharga untuk dilestarikan (Gallion dan Eisner,1997).

(2)

akibat adanya penggunaan fungsi bisnis yang sebagian terpusat di Jalan Ahmad Yani (Kesawan) dan Jalan Balai Kota (Lapangan Merdeka) sehingga di masa akan datang menjadi daerah yang makin berkembang.

Keadaan Kesawan pada siang hari disibukkan oleh aktivitas perkantoran, jasa dan komersial akan tetapi kegiatan rekreasi dan hiburan serta beberapa fasilitas yang mendukung tetap ada dari sore sampai malam harinya. Aktivitas malam hari ini disebut dengan “Kesawan Square”. Kesawan Square sejak diresmikan pada 15 Januari 2003, mulai pukul 18.00 WIB sampai 05.00 WIB kawasan yang terletak di sepanjang Jalan Ahmad Yani tertutup untuk lalu lintas kendaraan. Kesawan Square tempat rekreasi malam yang lengkap dengan pilihan wisata kuliner, pusat cinderamata dan berbagai atraksi kesenian daerah.

Ruang terbuka publik merupakan bagian dari pembangunan wilayah di perkotaan yang sangat penting untuk diperhatikan. Koridor “Kesawan Square” (Jalan Ahmad Yani) dan “Merdeka Walk” (Lapangan Merdeka) merupakan wilayah yang memiliki nilai historis yang tinggi, baik dari bangunan maupun lingkungannya sendiri. Perkembangan pembangunan yang pesat menuntut adanya suatu pelestarian baik preservasi maupun konservasi, sehingga hal ini dapat dijadikan suatu aset komersial bagi kegiatan wisata.

Pemerintah Kota Medan justru sekarang telah membuat berbagai aktivitas dalam pelestarian di kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka ini memperkuat bahwa bangunan bersejarah itu memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai citra kota. Aktivitas tersebut lebih condong kepada bisnis, yang bisa membantu pemerintah dalam penanggulangan pengangguran. Menurut Benny Iskandar, ST, MT, Kepala Seksi Tata Ruang di Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, Pemerintah Kota Medan bekerjasama dengan pihak swasta dalam mengelola ”Kesawan Square” dan ”Merdeka Walk”. Pihak swasta tersebut antara lain Star Production mengelola Kesawan Square dan PT.Multiarta mengelola Merdeka Walk kemudian adanya perjanjian

tahun, setelah habis masanya bisa diganti total ataupun dapat diperpanjang. Walikota Medan pada tahun 2000 mengeluarkan Surat Keputusan Walikota Medan dalam penyempurnaan Perda No. 6 Tahun 1988 mengenai pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan yang bernilai sejarah arsitektur kepurbakalaan serta penghijauan dalam daerah Kota Medan, ini menunjukkan bahwa kepedulian pemerintah dalam konsep pelestarian sangatlah tinggi. Khususnya perhatian pemerintah untuk kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka yang memiliki karakteristik tersendiri.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik kawasan Kesawan dan kawasan Lapangan Merdeka dalam pemanfaatan/pelestarian bangunan bersejarah sehingga keberadaan-nya berpotensi terhadap aktivitas bisnis di “Kesawan Square” dan “ Merdeka Walk” serta untuk mengkaji sejauhmana faktor tenaga kerja, jumlah jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di ”Kesawan Square dan Merdeka Walk”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

HASIL

Stadia Perkembangan Kesawan dan Lapangan Merdeka

1. Stadia tahun 1590 – 1837

Pada stadia ini, keadaan kawasan Kesawan terdapat masih berupa areal sawah dan kedai berderet. Dan di sekitar areal tersebut juga masih merupakan hutan. Bangunan umum pertama adalah Mesjid Bengkok yang terdapat di Jalan Mesjid sekarang.

2. Stadia tahun 1838 – 1887

(3)

1883 dibukalah jalur kereta api untuk jurusan Belawan–Medan–Deli Tua–Binjai.

3. Stadia tahun 1888 – 1912

Pada stadia ini, perkembangan yang cukup drastis terjadi di kawasan Kesawan dengan tersedianya kelengkapan fasilitas kota. Perubahan yang cukup drastis tersebut adalah jalan–jalan telah dibuka dan jalur kereta api telah ditambah oleh Belanda. Areal hutan telah berubah menjadi perkampungan seperti Perkampungan Dalam dan Kampung Sawahan.

4. Stadia tahun 1913 – 1937

Pada stadia ini, kawasan Kesawan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ditandai dengan munculnya berbagai macam-macam bentuk bangunan, yang berfungsi baru seperti bangunan tinggal sekaligus usaha (ruko), bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat–pusat hiburan.

5. Stadia tahun 1938 – 1962

Pada stadia ini, terjadi peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945. Kejadian ini juga mempengaruhi Kesawan, ditandai sebagai babak baru bagi arsitektur yang pada waktu itu didominasi arsitek Belanda. Terjadi perkembangan

teknologi dan ekonomi pada era modern. Bangunan-bangunan tersebut didirikan dengan fungsi yang beranekaragam.

6. Stadia tahun 1963 – 1995

Pada stadia ini, perkembangan Kesawan mulai ditandai dengan didirikannya bangunan yang relatif lebih tinggi, fasilitas yang dibutuhkan pada pusat kota semakin lengkap. Dengan didirikannya berbagai macam fungsi bangunan baik kantor–kantor pemerintahan swasta, dan hiburan. Ruang dan karakter arsitektur kawasan mulai terpelihara.

7. Stadia tahun 1996 – 2004

Pada stadia ini, perkembangan Kesawan ditandai dengan mulai didirikannya bangunan ruko sampai 5 lantai yang tidak mengikuti struktur tempat yang telah terbentuk dan merusak citra kawasan. Sekarang ini, bangunan tersebut ada difungsikan sebagai ruko dan sarang walet. Dan beberapa bangunan lama tersebut ada yang dirubuhkan dengan alasan keadaan interior bangunan yang sudah lembab serta bangunan tidak berbentuk konsep arsitektur modern sehingga dianggap ketinggalan zaman. Air dan pemasangan keramik pada arcade.

KESAWAN

LAPANGAN MERDEKA MESJID

BENGKOK

Sumber: Badan Warisan Sumatera (BWS) Medan.

(4)

Sumber: Pemerintah Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, Foto Udara Kota Medan.

Gambar 2. Foto Udara Kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka pada Tahun 2007

Pada tahun 2002–sekarang ini, pada malam hari Kesawan dialih fungsikan sebagai pusat jajanan malam. Sehingga terdapat aktivitas yang menonjol pada malam hari. Aktivitas baru ini ditandai dengan didirikannya dua gerbang raksasa yang menandai secara tegas batas Kesawan. Terjadi penataan ulang dan penambahan lampu jalan, aksesoris, instalasi.

8. Stadia tahun 2005–2007 (sekarang) Pada tahun 2005–sekarang keadaan Lapangan Merdeka lebih ramai dan semarak dengan kegiatan rekreasi keluarga dan wisata kuliner yang disebut Merdeka Walk. Didukung pula dengan penataan landscape

dan penerangan lampu jalan yang indah serta salah satu counter makanan siap saji buka 24 jam. Ini dapat mengubah pandangan masyarakat karena image masyarakat sebelum adanya Merdeka Walk merasa tidak nyaman (rawan terhadap kejahatan dan

PEMBAHASAN 1. Identitas Responden

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, ada baiknya jika dipaparkan terlebih dahulu mengenai identitas responden dalam penelitian ini. Hal ini dipandang perlu karena setiap jawaban atau tanggapan yang diberikan oleh responden akan sangat dipengaruhi oleh latar belakang responden yang bersangkutan, seperti: umur, pendidikan dan pekerjaan.

(5)

Pekerjaan responden pada umumnya adalah pengusaha (6 orang dari responden pengunjung dan 40 orang dari responden pengusaha di Kesawan Square dan Merdeka Walk) dengan perincian sebagai berikut: dari 80 responden dalam penelitian ini sebanyak 46 (57,7%) adalah pengusaha, 13 (16,25%) pekerjaan sebagai karyawan swasta, 12 (15%) pekerjaan adalah sebagai pedagang, 4 (5%) pekerjaannya sebagai dosen, 3 (3,75%) pekerjaan sebagai pegawai negri sipil, 1 (1,25%) pekerjaan sebagai guru private dan 1 (1,25%) masih sebagai mahasiswa.

2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapatan Pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”

Pada subbab ini dibahas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk” adalah jumlah tenaga kerja, jumlah jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung yang memuaskan.

Jumlah Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan jumlah tenaga kerja adalah jumlah total keseluruhan orang yang bekerja di gerai makanan. Dan jumlah responden merupakan para pengusaha gerai makanan/pemilik yang menggaji/upah tenaga kerja tersebut.

Mengenai tenaga kerja yang digunakan responden, terdiri dari satu hingga tujuh belas orang. Responden yang menggunakan tenaga kerja satu orang, delapan orang dan tujuh belas orang, masing-masing terdapat 5 persen. Responden yang menggunakan tenaga kerja dua orang dan enam orang sama-sama terdapat 10 persen. Yang menggunakan tenaga kerja tiga orang terdapat 25 persen, menggunakan tenaga kerja empat orang terdapat 7,5 persen sedangkan menggunakan tenaga kerja lima orang terdapat 22,5 persen. Selebihnya yang menggunakan tenaga kerja tujuh orang, dua belas orang, tiga belas orang dan empat belas dengan masing-masing terdapat 2,5 persen.

Jumlah Jenis Dagangan

Jenis dagangan yang disajikan responden sangat bervariasi, seperti makanan berupa hidangan porsi berat: nasi, ikan panggang, ayam goreng, pizza, dan lain-lainnya. Hidangan porsi ringan: kentang goreng, dim sum, sate vegatarian, dan lain-lainnya, serta juga makanan ringan: roti, kue, dan krupuk. Selain makanan responden juga menyajikan minuman yang variasi dalam rasanya.

Dari jumlah jenis dagangan yang didagangkan responden, minimal berjumlah sepuluh macam (item) dan maksimal berjumlah empat puluh lima macam. Responden yang memiliki jumlah jenis dagangan antara 10 hingga 15 macam berjumlah 35 persen. Responden yang menjual dagangan antara 16 hingga 20 macam berjumlah 27,5 persen. Sedangkan responden yang memiliki jenis dagangan antara 21 hingga 25 macam dan 31 hingga 35 macam masing-masing sama 10 persen. Responden yang memiliki 26 hingga 30 jenis dagangan serta yang memiliki 36 hingga 40 macam masing-masing berjumlah 7,5 persen. Dan responden yang memiliki jenis dagangan yang terbanyak 41 hingga 45 macam berjumlah 2,5 persen.

Jumlah Pengunjung

Jumlah pengunjung yang datang setiap hari untuk makan di gerai makanan responden paling sedikit terdapat sepuluh pengunjung dan pengunjung yang setiap hari paling banyak adalah lima puluh pengunjung.

Responden yang menjawab banyaknya pengunjung yang datang untuk datang dan makan di gerai responden antara 10 hingga 20 orang per hari terdapat 62,5 persen. Yang menjawab 21 hingga 30 orang per hari terdapat 17,5 persen sementara responden yang mengatakan 41 hingga 50 orang per hari terdapat 12,5 persen. Dan responden yang mengatakan banyaknya pengunjung yang datang antara 31 hingga 40 orang per hari.

Pelayanan Pengunjung

(6)

keluarga dan menikmati wisata kuliner serta suasana sekitarnya.

Pelayanan yang diberikan pihak pedagang “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk” kepada responden/pengunjung dengan tanggapan responden yang menjawab baik (ramah/komunikatif) sebanyak 52,5 persen dan responden/pengunjung yang menjawab pelayanan yang tidak baik (tidak ramah /tidak komunikatif) sebanyak 47,5 persen. Dengan demikian pelayan yang baik (ramah/komunikatif) dapat mempengaruhi minat pengunjung datang kembali lagi untuk berkreasi bersama keluarga dan menikmati wisata kuliner serta suasana sekitar “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”.

3. Pengujian Hipotesis

Setelah menguraikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yang mengatakan “faktor-faktor jumlah tenaga kerja, jumlah jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa koefisien determinasi (Adjusted R²) untuk model ini meyakinkan yakni sebesar 0,853 (hasil setelah di log). Artinya, terdapat 85,3 persen faktor pendapatan mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen (yaitu tenaga kerja, jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung). Sedangkan sisanya (100%-85,3% = 14,7%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi penilaian ini.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai F hitung signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen, dan t-hitung untuk variabel tenaga kerja, jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung juga berpengaruh signifikan. Hal ini memberikan gambaran bahwa model yang digunakan dalam analisis ini cukup baik untuk mengestimasi parameter variabel yang diikutsertakan dalam model. Untuk melihat signifikan koefisien regresi terhadap setiap variabel bebas dilakukan uji t. Dengan ketentuan : Ho = 0 ; H1 ≠ 0, jika t- hitung < t- Tabel maka Ho diterima, sebaliknya jika t-hitung > t-Tabel maka Ho ditolak.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda Antara Tenaga Kerja,Jenis Dagangan, Jumlah Pengunjung, dan Pelayanan Pengunjung dengan Pendapatan Pedagang

Variabel Koef. Regresi Stand. Error t-hitung Signifikan

Intercept 6,060 0,083

Tenaga Kerja (X1)

0,516 0,052 9,923 0,000

Jenis Dagangan (X2)

0,123 0,048 2,562 0,015

Jumlah Pengunjung

(X3)

0,338 0,052 6,540 0,000

Pelayanan Pengunjung

(X4)

0,053 0,019 2,836 0,008

N = 40 R² = 0,853 F hit = 50,906

(7)

Secara parsial, pengaruh dari variabel tenaga kerja, jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung dapat diinterpretasikan sebagai berkut:

1. Tenaga Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan pada derajat satu persen dengan koefisien sebesar 0,516. Hal ini memberikan pengertian bahwa penambahan satu orang tenaga kerja akan menaikkan pendapatan sebesar 0,516 persen. Dengan taraf signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen, maka variabel tenaga kerja menunjukkan signifikansi hitung (9,923) lebih besar daripada t-tabel (1,994).

2. Jumlah Jenis Dagangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah jenis dagangan berpengaruh positif dan signifikan pada derajat satu persen dengan koefisien sebesar 0,123. Hal ini memberikan pengertian bahwa penambahan satu jenis dagangan akan menaikkan pendapatan sebesar 0,123 persen. Dengan taraf signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen, maka variabel jumlah jenis dagangan menunjukkan signifikansi hitung (2,562) lebih besar daripada t-tabel (1,994).

3. Jumlah Pengunjung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah pengunjung berpengaruh positif dan signifikan pada derajat satu persen dengan koefisien sebesar 0,338. Hal ini memberikan pengertian bahwa penambahan satu orang jumlah pengunjung akan menaikkan pendapatan sebesar 0,338 persen. Dengan taraf signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen, maka variabel jumlah pengunjung menunjukkan signifikansi t-hitung (6,540) lebih besar daripada t-Tabel (1,994).

4. Pelayanan Pengunjung

Untuk variabel pelayanan pengunjung digunakan variabel dummy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pelayanan pengunjung berpengaruh secara positif dan signifikan pada derajat satu persen dengan koefisien sebesar 0,053. Hal ini memberikan pengertian bahwa ada perbedaan yang nyata antara pendapatan pengusaha dengan cara memberikan

pelayanan yang baik dengan yang tidak baik. Dengan taraf signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen, maka variabel pelayanan pengunjung menunjukkan signifikansi t-hitung (2,836) lebih besar daripada t-Tabel (1,994).

Angka F hitung sebesar 50,906 pada taraf signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen, karena probabilitasnya menunjukkan angka 0,000 yang jauh lebih kecil dari pada 0,05, maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksikan pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”. Dengan kata lain bahwa tenaga kerja, jumlah jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang.

Dengan melakukan perbandingan antara F hitung dengan F Tabel juga menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. F hitung sebesar 50,906; sedangkan F Tabel adalah sebesar 2,80 dengan tingkat signifikansi pada derajat kepercayaan 5 persen, karena F hitung lebih besar dari pada F Tabel, maka Ho ditolak, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja, jumlah jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung dengan pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”.

Dengan demikian baik diuji secara serentak maupun secara parsial, keempat variabel bebas (tenaga kerja, jenis dagangan, jumlah pengunjung dan pelayanan pengunjung) berpengaruh secara positif dan signifikan mempengaruhi terhadap pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk”.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

(8)

secara signifikan dalam meningkatkan pendapatan pedagang di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk” dengan taraf kepercayaan 95%.

2. Oleh karena itu, konsep pelestarian karakteristik kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka dengan aktivitas bisnis di “Kesawan Square” dan “Merdeka Walk” kiranya seimbang dan saling berpengaruh positif sehingga aset nasional dalam bentuk bangunan bersejarah penting dirawat bahkan dapat dijadikan salah satu unggulan sektor pariwisata di Sumatera Utara, terutama di Kota Medan.

SARAN

1. Untuk ke depannya diharapkan pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan pemilik bangunan agar tidak merubah bangunan lama/bersejarah dimaksud sehingga menjadi semacam “Museum Terbuka” bagi menambah ilmu masyarakat khususnya di dunia pendidikan arsitektur.

2. Kepada pemilik bangunan agar lebih siap menerima bahwa bangunan atas kepemilikan pribadi itu sudah menjadi bentuk dan konsumsi masyarakat dalam mengamati suatu sejarah perkembangan kota. Selain itu sebagai wujud nyata yang masih tertinggal dalam perkembangan arsitektur kota khususnya “kawasan Kesawan” dan “kawasan Lapangan Merdeka” Medan.

3. Kepada penelitian yang berminat melanjutkan penelitian ini kiranya dapat mendalami faktor-faktor yang masih memungkinkan untuk dikaji. Supaya konsep pelestarian bangunan dan suatu kawasan bersejarah/lama dapat digunakan sebagai aset nasional dan mendatangkan keuntungan bagi negara maupun pemerintah Kota Medan.

DAFTAR RUJUKAN

Aldwin, Surya. 2006. Perubahan Sosial Masyarakat Kota Metropolitan, Medan:

Kopertis Wilayah I NAD-Sumut.

Adisti Maritadinda Adamar. 2005.

Perancangan Ruang Terbuka Publik

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2006.

Kecamatan Medan Barat Dalam Angka, Medan.

Bachtiar Hassan Miraza. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,. Bandung:

ISEI Bandung.

Datter, Richard, FAIA. 1995. Civil Architecture, The New Public Infrastructure.

Eko Budihardjo. 1992. Arsitektur dan Kota di Indonesia, Bandung: Alumni.

Gothfried, Herbert, dan Jan Jenning. 1988.

American Vernaculer Design 1870-1940, Iowa State University Press.

Hasti Tarekat. 2002. ”Efektifitas Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1988 Tentang Perlindungan Bangunan Bersejarah Dalam Upaya Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kota Medan”. Medan:

Tesis Magister PWK-USU.

Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940, Yogyakarta. Andi Offset.

Ismail Seraggeldin. 1999. Very Spesial Places: The Architecture and Ecomomics of Intervening in Historis Cities. Washingthon, D.C The Worls Bank.

Lubis, Hendra. 1990. Arahan Kebijaksanaan Pelestarian di Kawasan Jakarta Kota, Bandung: Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi ITB.

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No. 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan Serta Penghijauan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan.

Purbayu Budi Santosa dan Ashari, 2005.

(9)

Rustam Hakim. 2006. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Landsekap, Jakarta. Bumi Aksara.

Rypkema, Donovan. The Economics of Heritage Conservation, A paper Presented at ”Capacity Building Training in Heritage Consevation”. Bangka and Palembang 3- 9 July 2005.

Seminar Arsitektur angkatan IX. 1995.

Deskripsi Warisan Arsitektural Kota Medan, Medan. Universitas Katholik ST. Thomas, SU.

Sinaga, Rumandap dkk. 1995. Deskripsi Warisan Arsitektural Kota Medan, Medan Seminar Arsitektur Angkatan XI Semester IX T.A 1994/1995.

Sinulingga, Budi D. 1999. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal,

Jakarta. Sinar Harapan.

Sibarani, J.P. Martin. 2002. ”Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama di Kawasan Kesawan, Medan”. Bandung:

Tesis Magister Rancang Kota ITB.

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi. Medan. Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Kondisi Kesawan dan Lapangan Merdeka pada Tahun 1996 – 2002
Gambar  2. Foto Udara Kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka pada Tahun 2007
Tabel 1.  Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda Antara Tenaga  Kerja, Jenis Dagangan, Jumlah Pengunjung, dan Pelayanan Pengunjung  dengan Pendapatan Pedagang

Referensi

Dokumen terkait

Akresi yang terjadi pada daerah kajian Teluk Blanakan disebabkan oleh karena terdapatnya limpasan sedimen dari Sungai Ciasem yang kemudian didorong oleh arus yang

Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk, selanjutnya diuji homogenitasnya dengan Levene’s test Dikarenakan data yang diteliti tidak berdistribusi normal

penetapan sempadan sungai dan irigasi di kawasan perkotaan dan perdesaan; APBD Kabupaten Bappeda Badan LH Dinas PU 2.. penetapan pemanfaatan ruang sempadan sungai

melaksanakan Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program dan kegiatan perencanaan dan penilaian ketersedian obat, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan obat,

Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal- hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya

SOP DOKTER KEPERAWATAN • SOP SOP APOTEKER OUT COME PELAYANAN MELALUI ASUHAN STANDARD PELAYANAN FARMASI RS LEADERSHIPDAN MANAJEMEN DAN KOMPETENSI PROFESI DALAM

Untuk Pembayaran : Bantuan Bunga Dana Abadi APTISI XI-B KALTIM Tahun 2011 Uang sebesar : Rp.31934000,-. Terbilang : Tiga Puluh Satu Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh

Alhamdulillah, Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul