Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEMELIHARAAN UNTUK PELAYANAN PUBLIK TERHADAP REALISASI PENDAPATAN
ASLI DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/PEMERINTAH KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
OLEH:
NAMA : JANSEN BATUBARA
NIM : 040503038
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan untuk Pelayanan Publik terhadap Realisasi Pendapatan Asli daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 29 Januari 2009 Yang membuat pernyataan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagiMu Yesus Kristus atas segala berkat yang luar biasa
yang telah Engkau berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. KasihMu
sungguh luar biasa dalam setiap langkah kehidupanku. Tanpa campur tanganMu
tak mungkin aku dapat melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan
ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan
untuk Pelayanan Publik terhadap Realisasi Pendapatan Asli daerah pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Berbekal masalah
yang sederhana dan pengetahuan yang terbatas, penulis menyadari bahwa skripsi
ini belum sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan baik berupa moril maupun
materil dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Maka pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak. selaku pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dr. Erlina, SE, MSi, Ak dan Bapak Iskandar Muda,SE, MSi, Ak. selaku
penguji I dan penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik
yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Dra. Naleni Indra, MM, Ak selaku dosen wali yang telah membantu
penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang
telah mendidik penulis.
7. Para pegawai Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Kak Dame dan Bang
Oyong yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di
Departemen Akuntansi, serta para pegawai PPAK, Bang Kartun dan Kak
Vida.
8. Kedua orangtua penulis, J. Batubara dan R. Tambunan yang telah memberikan
kasih sayangnya yang tak terbatas, serta mendidik, membimbing, memberikan
dorongan semangat, dan doa kepada penulis.
9. Kakakku, Gustaria Batubara, Mawar Batubara, Melva Batubara, Erni
Batubara, dan Ellen Batubara serta abangku, Pasman Batubara, Golfried
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
semangat, nasihat, saran, kritik, canda serta kasih sayang yang telah diberikan
kepada penulis.
10.Semua teman dan sahabatku di sekret IMAS Adriyanto, Andreas, Edu, Mario,
Frans, Endry Leeguer, Deddy, Lodewik, Edhi, Zulfirman Mangindang, Deni,
Rico, Tumpal, Hadi Wibowo, Jefry, Renold yang telah memberikan dorongan
semangat dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta
terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalani bersama.
11.Kakak kelompokku di KMK, Hermaurita Simatupang, S.E. (Kak Ita) yang
telah memberikan motivasi dan dukungan semangat kepada penulis serta
senantiasa mengingatkan kepada penulis untuk tidak jauh dari Tuhan dan
selalu mengandalkan kekuatan-Nya dalam keadaan apapun.
12.Semua teman-teman dan sahabat-sahabatku stambuk 2004 Khairul, Icha, alex
Lina, Via, Congpek, Yani, Donna, Deva, Dimas, Luga, Maria Hotmauli,
Septin dan yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, dimana telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini maupun dalam hal akademisi
bersama-sama dalam suka maupun duka. Serta teman-teman senior Mimbar,
Amister, Sukri, Sudarmanto, Edwin dan yang lainnya maupun junior, dan juga
kepada teman-temanku di luar akademisi yang turut mendukung penulis.
Adapun harapan penulis semoga persahabatan kita tidak berakhir hanya pada
sampai jenjang perkuliahan saja, tetapi kita dapat tetap mengingat satu sama
lain sampai kapanpun. Terima kasih, semuanya adalah pemberi semangat dan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya. Amin.
Medan, 29 Januari 2009 Penulis,
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menjelaskan apakah belanja modal dan belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 13 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 29 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2004-2006. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Badan Pemeriksa Keuangan (http://www.bpk.go.id) dan juga dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (http://www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t dan menggunakan regresi linier berganda dengan uji F.
Hasil analisis menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada penelitian ini.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of capital expenditures and maintenances expenditures for public services toward Local Own Revenue (PAD) in regency/ city at North Sumatera Province.
The method of this minithesis is a causal research design with 13 regency/ city as a sample for every year from 29 regency/ city at North Sumatera Province. This research is done for 2004-2006 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from the website biro of government financial audit (http://www.bpk.go.id) and Financial Department of the Republic Indonesia (http://www.djpk.depkeu.go.id). The data which is analyzed in this research are collected through the region budget of Revenue and Expense (APBD). The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use simple linier regression with t test and use multiple linier regression with F test.
The result of this research shows that capital expenditures and maintenances expenditures for public services as partial or simultan has a significant impact toward Local Own Revenue (PAD). The result still needs more confirmation through next research. It is becaused of limitidness of this research.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8
1. Penganggaran Daerah ... 8
2. Pendapatan Asli Daerah ... 11
a. Pajak Daerah ... 13
b. Retribusi Daerah... 17
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
d. Lain-lain PAD yang sah ... 19
3. Belanja Daerah ... 20
4. Belanja Modal ... 21
5. Belanja Pemeliharaan ... 23
6. Pengaruh belanja modal dan belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik terhadap PAD ... 23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Jenis Data ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
E. Variabel Penelitian ... 31
F. Definisi Operasional ... 31
G. Metode Analisis Data ... 33
H. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 39
B. Pengujian Asumsi Klasik ... 41
1. Uji Normalitas ... 41
2. Uji Multikolinearitas ... 45
3. Uji Heteroskedastisitas ... 46
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
C. Pengujian Hipotesis ... 49
1. Uji t... 49
2. Uji F ... 51
D. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Keterbatasan Penelitian ... 56
C. Saran ... 57
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judu l halaman
Tabel 4.1 Daftar Kabupaten/ Kota Sampel ... 39
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 40
Tabel 4.3 Uji Normalitas sebelum transformasi ... 42
Tabel 4.4 Uji Normalitas setelah transformasi ... 42
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ... 45
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 48
Tabel 4.7 Model Summary ... 49
Tabel 4.8 Uji Statistik t ... 50
Tabel 4.9 Uji Statistik F ... 52
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 27
Gambar 4.1 grafik histogram ... 44
Gambar 4.2 grafik PP Plots ... 44
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Kabupaten/kota di Sumatera Utara
Lampiran II Data Penelitian
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika otonomi daerah mulai digulirkan, harapan yang muncul adalah
daerah menjadi semakin mandiri di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun
pembangunan daerahnya masing-masing karena daerah diberikan kebebasan
untuk mengelola wilayahnya sendiri. Selain itu daerah juga diberikan
sumber-sumber pembiayaan kewenangan yang sebelumnya masih dipegang oleh
Pemerintah Pusat di era Orde Baru. Kemandirian daerah tersebut dimanifestasikan
lewat Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar dan kuat.
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari UU Nomor 22
tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, sejak tahun 2001 berimplikasi pada
perubahan dalam sistem pembuatan keputusan terkait dengan pengalokasian
sumberdaya dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelumnya pendekatan
penetuan alokasi lebih mengacu pada realisasi anggaran tahun sebelumnya dengan
sedikit peningkatan tanpa merubah jenis atau pos belanja. Pendekatan atau sistem
tersebut disebut sebagai sistem aggaran sistem anggaran tradisional. Setelah
pemberlakuan otonomi daerah, maka pendekatan yang digunakan adalah anggaran
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Pemberian otonomi daerah tercermin dalam Peraturan No. 105/2000 dan
Keputusan Menteri dalam Negeri (Kepmendagri) No. 29/2002 yang menegaskan
bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi
sumberdaya ke dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatuhan,
kebutuhan, dan kemampuan daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan dan
peluang bagi pemerintah daerah (pemda) dikarenakan pemda memiliki
kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara
efisien dan efektif. Berdasarkan regulasi yang berlaku, setiap realisasi atas
kebijakan yang berhubungan dengan cost atau belanja (expenditure) harus
didasarkan pada peraturan resmi yang disebut peraturan daerah.
Perda tentang anggaran daerah (Perda APBD) merupakan penentu boleh
tidaknya dilakukan pengeluaran dana atau kas untuk membayar biaya-biaya,
termasuk untuk memperoleh aktiva tetap (belanja modal) maupun biaya untuk
memelihara aset tetap tersebut.
Untuk melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh
undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, maka daerah harus melakukan upaya-upaya positif untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah(PAD). Upaya peningkatan PAD secara
positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah harus dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah
daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat.
Namun dengan adanya kebijakan mengenai otonomi daerah, akan ada
kemungkinan daerah-daerah akan memiliki perbedaan dalam hal pembangunan
karena perbedaan sumber daya yang dimiliki. Fenomena yang terdapat pada
struktur APBD kabupaten di Indonesia yaitu terdapat ketergantungan yang cukup
tinggi terhadap peranan pemerintah pusat. Hal ini membuat tuntutan untuk
merubah struktur belanja daerah demi meningkatkan porsi PAD dalam harus
dilakukan.
Pemerintah daerah diharapkan memperbesar porsi belanja modal
khususnya belanja modal bagian pelayanan publik dan alokasi belanja
pemeliharan terhadap aset pelayanan publik juga harus diperhatikan. Belanja
pemeliharaan dialokasikan untuk menjaga aset tetap senantiasa dalam kondisi siap
digunakan sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya. Pergeseran komposisi
belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah (pemda)
setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Belanja modal
yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan
sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati
manfaat dari pembangunan daerah.
Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya
peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Kesinambungan pembangunan daerah
relatif lebih terjamin ketika publik memberikan tingkat dukungan yang tinggi.
Provinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah yang memiliki potensi
besar menjadi daerah yang maju karena masyarakat yang cukup beragam. Provinsi
Sumatera Utara terdiri dari 22 kabupaten dan 7 kota. Kabupaten dan kota tentu
berusaha mengelola keuangan daerahnya demi pembangunan ekonomi yang
diharapkan. Setiap tahun belanja modal dan belanja pemeliharaan di alokasikan
khususnya dalam rangka peningkatan dan pembangunan ekonomi didaerah
melalui pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi masyarakat.
Namun dalam kenyataannya daerah-daerah di Sumatera Utara cenderung
tertinggal dibanding dengan daerah-daerah di provinsi lain. Hal ini membuat
penulis tertarik meneliti apakah alokasi belanja modal dan belanja pemeliharaan
yang dibuat oleh kabupaten/kota di Sumatera Utara dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat yang tercermin dari adanya peningkatan PAD
(pendapatan asli daerah).
B. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini terfokus pada topik yang telah dipilih, maka peneliti
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Variabel belanja modal dan belanja pemeliharaan dalam penelitian ini
khusus pada bagian pelayanan publik karena bagian pelayanan publik
merupakan belanja pemerintah yang langsung dirasakan masyarakat luas.
2. Objek penelitian adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara.
3. Laporan APBD yang diteliti adalah laporan realisasi APBD masing–
masing Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara periode 2004-2006 untuk
belanja modal dan belanja pemeliharaan serta periode 2005-2007 untuk
pendapatan asli daerah”
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukanakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah belanja modal bagian pelayanan publik memiliki pengaruh
signifikan terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah
kabupaten/kota di Sumatera Utara
2. Apakah belanja pemeliharaan bagian pelayanan publik memiliki pengaruh
signifikan terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah
kabupaten/kota di Sumatera Utara
3. Apakah belanja modal dan belanja pemeliharaan bagian pelayanan publik
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap realisasi
Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di Sumatera
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan pertimbangan rumusan masalah di atas, penulis merasa
tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul
“Pengaruh Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan untuk Pelayanan Publik
terhadap Realisasi Pendapatan Asli daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara”
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Apakah modal bagian pelayanan publik untuk
pelayanan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap realisasi
Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di Sumatera
Utara
2. Untuk mengetahui apakah belanja pemeliharaan bagian pelayanan publik
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap realisasi Pendapatan Asli
Daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui apakah belanja modal dan belanja pemeliharaan bagian
pelayanan publik secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten dan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009 E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
sehubungan dengan pengaruh belanja modal dan belanja pemeliharaan
pada kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara.
2. Bagi Pemerintah Daerah, memberikan masukan dan sumbangan pemikiran
mengenai pengaruh belanja modal dan pemeliharaan terhadap PAD.
3. Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang
akuntansi sektor publik terkhusus dalam bidang akuntansi keuangan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Penganggaran Daerah
Anggaran adalah rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam
ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanan keuangan), untuk
menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi
(Yuwono, 2005: 27). Anggaran digunakan untuk membantu manajemen untuk
melihat dan mengontrol pelaksanaan visi, goals, objectives, strategi dan
program-program.
Anggaran untuk organisasi pemerintahan daerah dituangkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu suatu rencana keuangan tahunan
daerah tentang APBD yang disetujui oleh DPRD(Yuwono, 2005: 92). Anggaran
ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di
masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar
untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Pengelolaan anggaran daerah merupakan salah satu perhatian utama para
pengambil keputusan di pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sejalan dengan hal tersebut, berbagai perundang-undangan dan produk hukum
telah ditetapkan dan mengalami perbaikan atau penyempurnaan untuk
menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi,
demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah.
Prinsip-prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah yang diperlukan
untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi hal-hal berikut.(Yuwono,
2005:58).
1) Transparansi, adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan anggaran daerah. Transparansi memberikan arti bahwa anggota
masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses
anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
2) Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses
penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus
benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan
masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran
tersebut, tetapi juga berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
3) Value for money, yakni diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran
daerah yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan
pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu
pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana
masyarakat (publik money) tersebut menghasilkan output yang maksimal
(berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus
mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik. Dalam konteks
otonomi daerah, value for money merupakan jembatan untuk mengantarkan
pemerintah daerah mencapai good governance. Value for money tersebut harus
dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.
Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik (publik money)
yang mendasarkan konsep value for money diperlukan sistem pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai
apabila pemerintah daerah memiliki sistem akuntansi yang baik.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, APBD terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu
1) Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Komponen
pendapatan daerah yaitu pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2) Belanja daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih
3) Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
2. Pendapatan Asli Daerah
Penerimaan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk
peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode
tahun anggaran bersangkutan. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu
sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting dalam
pembangunan. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah.
Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh
karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi
yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar
kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD
berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan
pemerintah daerah.
Pendapatan asli daerah hanya merupakan salah satu komponen sumber
penerimaan keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
penyelenggaraan pemerintahan didaerah. Keseluruhan bagian penerimaan tersebut
setiap tahun tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber
keuangan secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor perundang-ungangan
yang berlaku khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan
pembangunan didaerahnya melalui pendapatan asli daerah. Tuntutan peningkatan
PAD semakin besar seiring dengan semakin banyakanya kewenagan pemerintah
yang dilimpahkan kepada daerah itu sendiri.
Menurut undang-undang No. 33 tahun 2004, pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber didalam daerahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan
daerah yang asli digali didaerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah
daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk
memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Menurut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.”
Menurut Kadjatmiko (2002 : 77), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Menurut Halim dan Nasir (2006 : 44), ”Pendapatan Asli
Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Klasifikasi PAD berdasarkan Permendagri 13/ 2006 adalah terdiri dari :
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/ cicilan penjualan.”
Menurut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi
empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan,
lain-lain PAD yang sah.”
Sumber-sumber dari pendapatan asli daerah akan dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut :
a. Pajak Daerah
Menurut Marihot.P.Siahaan (2005:7) Pajak daerah adalah: Pungutan
dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang
bersifat dapat dipaksakan dan terutan oleh yang wajib membayarnya dengan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam
penyelenggaraan pemerinthan dan pembangunan.Menurut Yani (2002:45) :
“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah”.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi
atau tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.
Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU
nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih
(2003 : 61), yang dimaksud dengan “pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”
Menurut Halim (2004 : 67), “pajak daerah merupakan pendapatan daerah
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dan hasilnya digunakan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan
penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan di daerah. Karena
pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga
dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu :
1) Pajak Propinsi
2) Pajak Kabupaten / Kota
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Jenis Pendapatan Pajak Kabupaten/Kota tersusun dari:
1) Pajak hotel, adalah pajak atas pelayanan hotel, yaitu bangunan yang
khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat,
memperoleh pelayanan, dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki
oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2) Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di Restoran ,yaitu adalah tempat yang disediakan untuk
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan / minuman,
tempat berdiscotiq dan berkaroke usaha jasa katering dan usaha jasa boga.
3) Pajak hiburan, adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, yaitu semua
jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian
dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap
orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk
berolahraga.
4) Pajak reklame, adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda,
alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susuanan dan corak
ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, atuapun
untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau yang dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat
oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
5) Pajak penerangan jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C, adalah pajak atas kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7) Pajak parkir, adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri
b. Retribusi Daerah
Menurut Yani (2002:55) : “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan”. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu
hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.
Menurut Halim (2004 : 67), “Retribusi daerah merupakan pendapatan
daerah yang berasal dari retribusi daerah.”
1) Retribusi untuk kabupaten dan kota ditetapkan sesuai kewenangan
masing-masing daerah terdiri dari : 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi
perizinan tertentu.
2) Retribusi untuk kabupaten dan kota ditetapkan sesuai jasa/ pelayanan yang
diberikan oleh masing-masing daerah terdiri dari 13 jenis retribusi jasa
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Padal 1 angka 26 retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
oarang pribadi atau badan.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini
penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi,
retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.
Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003 : 65) adalah
“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan
orang pribadi atau badan,”
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Menurut Halim (2004 :68), “Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.”
Menurut Halim (2004 : 68), jenis pendapatan ini meliputi objek
pendapatan berikut “1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba
lembaga keuangan bank, 3) bagian laba lembaga keuangan nonbank, 4) bagian
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber penerimaan PAD yang lainnya yang menduduki peran penting
setelah pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah
atas laba BUMD. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Hasil
Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang
Dipisahkan atau Bagian Laba BUMD merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau
sebagian, dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam
rangka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan
ekonomidaerah. Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien
dalam melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan
daerah. Bagian laba BUMD tersebut digunakan untuk membiayai
pembangunan daerah dan anggaran belanja daerah, setelah dikurangi dengan
penyusutan, dan pengurangan lain yang wajar dalam BUMD.
BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan
bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan
otonomi daerah . Besarnya kontribusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli
Daerah dapat menjadi indikator kuat dan lemahnya BUMD dalam suatu
daerah.
d. Lain-lain PAD yang sah
Menurut Halim (2004 : 69), “pendapatan ini merupakan penerimaan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
(2004 : 69), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut “1) hasil
penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3)
penerimaan bunga deposito, 4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5)
penerimaan ganti rugi atas kerugian/ kehilangan kekayaan daerah.”
Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005 Tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Lain-lain PAD yang
sah meliputi :
1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga,
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
3. Belanja Daerah
Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, belanja daerah adalah
“semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang
menjadi beban daerah.” Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (Permendagri no 13 Tahun 2006).
Menurut Halim dan Nasir (2006 : 44), belanja daerah adalah “semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/ 2006 terdiri atas :
belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bentuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Menurut Halim (2004 : 18), belanja daerah digolongkan menjadi 4, yakni :
Belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/ pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal.
Klasifikasi belanja daerah menurut Kepmendagri no. 29 tahun 2002
1) belanja administrasi umum
2) belanja operasi dan pemeliharaan
3) belanja modal
4) belanja tak tersangka
5) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
Menurut Kepmendagri 29 tahun 2002 belanja menurut fungsinya dibagi
dalam beberapa kelompok yaitu :
1) Belanja aparatur daerah, adalah semua jenisa belanja yang
dimaksudkan untuk mendukung kinerja aparat daerah, sehingga
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2) Belanja pelayanan publik, adalah semua belanja yang dikeluarkan
dalam rangka memberi manfaat langsung bagi publik berupa
penyediaan pelayanan kepada publik.
4. Belanja Modal
Menurut Halim (2004 : 73), “belanja modal merupakan belanja pemerintah
daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.”
Belanja Modal dapat juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris
yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya
adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau
menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian aparatur daerah maupun pelayanan publik :
1) Belanja modal tanah
2) Belanja modal jalan dan jembatan 3) Belanja modal bangunan air (irigasi) 4) Belanja modal instalasi
5) Belanja modal jaringan
6) Belanja modal bangunan gedung 7) Belanja modal monumen
8) Belanja modal alat-alat besar 9) Belanja modal alat-alat angkutan 10)Belanja modal alat-alat bengkel 11)Belanja modal alat-alat pertanian
12)Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13)Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14)Belanja modal alat-alat kedokteran
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
16)Belanja modal buku/ perpustakaan
17)Belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan 18)Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman
19)Belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan. (Halim, 2004 : 73)
Belanja modal untuk pelayanan publik merupakan belanja yang ditujukan
untuk pelayanan publik misalnya belanja untuk pembangunan jalan dan jembatan,
belanja untuk bangunan air, belanja modal jaringan, belanja bangunan gedung,
dan lain-lain.
5. Belanja Pemeliharaan
Menurut Halim (2004, 71), “belanja pemeliharaan merupakan belanja
pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah.” belanja pemeliharaan
dialokasikan untuk menjaga aset tetap senantiasa dalam kondisi siap digunakan
sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya.
Belanja Pemeliharaan yang dikeluarkan dan tidak menambah dan
memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar tidak memberi
manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja tetap dikategorikan sebagai belanja
pemeliharaan dalam laporan keuangan.
Berbeda dengan belanja modal, belanja pemeliharaan terjadi pada semua
satuan kerja atau unit-unit organisasi pemerintah daerah karena semua memiliki
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Jenis belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik adalah belanja
pemeliharaan jalan dan jembatan, belanja pemeliharaan bangunan air (irigasi),
belanja pemeliharaan instalasi, pemeliharaan jaringan, pemeliharaan bangunan
gedung, serta pemeliharaan aset lainnya yang berpengaruh langsung terhadap
masyarakat.
6. Pengaruh belanja modal dan belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik terhadap PAD
Upaya peningkatan pendapatan asli daerah untuk mendukung pelaksanaan
otonomi daerah dapat dilakukan dengan peningkatan masyarakat. Peningkatan
pelayanan masyarakat ini merupakan unsur yang penting mengingat paradigma
yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah pembayaran pajak dan
retribusi ini sudah merupakan hak dari pada kewajiban masyarakat terhadap
negara karena adanya pelayanan dari negara (Sukarwo, 2003). Peningkatan
pelayanan ini dilakukan dengan pengalokasian belanja modal untuk pembangunan
aset pelayanan publik dan belanja pemeliharan untuk menjaga aset tetap berfungsi
sampai masa ekonomisnya habis.
Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan
kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat
partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya
peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002).
Pengalokasian belanja modal pada dasarnya ditujukan untuk pelayanan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Kemajuan suatu daerah dilihat dengan berbagai indikator. Salah satu dari
indikator yang sering dilihat adalah PAD daerah tersebut. Dengan kata lain,
penentuan kebijakan belanja modal juga berhubungan dengan peningkatan PAD
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Syukriy Abdullah dan Abdul Halim(2006) melakukan penelitian dengan
topik studi atas belanja modal pada anggaran pemerintah daerah dalam
hubungannya dengan belanja pemeliharaan dan sumber pendapatan. Penelitian ini
menganalisis keterkaitan belanja modal dengan belanja pemeliharaan dalam
anggaran pemerintah daerah dengan menggunakan data realisasi anggaran setelah
otonomi daerah dengan tujuan memberikan bukti empiris tentang asosiasi alokasi
belanja modal terhadap belanja pemeliharaan dan asosiasi sumber pendapatan
dengan belanja modal. Dalam penelitian tersebut diambil sampel kabupaten/kota
di beberapa provinsi di Sumatera. Jumlah kota yang menjadi sampel yaitu 20
kabupaten dan 12 kota. Hasil dari penelitian itu menyimpulkan bahwa belanja
modal berasosiasi positif terhadap belanja pemeliharaan. Sumber pendapatan
daerah berupa dana perimbangan berasosiasi positif terhadap belanja modal.
Priyo Hari Adi (2006) melakukan penelitian dengan topik hubungan antara
pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah.
Penelitian ini meneliti dampak belanja pembangunan terhadap pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kemandirian daerah dan dampak pertumbuhan ekonomi
terhadap kemandirian daerah. Sampel dalam penelitian ini adalah kabupaten dan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
APBD realisasi pemerintah kabupaten dan kota se Jawa-Bali tahun 1998– 2003
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja pembangunan (belanja modal)
memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD, serta
pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap
peningkatan PAD . Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kemungkinan untuk
pengembangan riset yaitu penelitian menggunakan sampel kabupaten dan kota se
Jawa - Bali mengingat adanya kesamaan karakteristik. Oleh karena itu, bisa jadi
daya generalisasi penelitian ini rendah. Meskipun demikian, studi ini dapat
diperluas dengan menggunakan sampel daerah di luar pulau Jawa. Perbedaan
karakteristik yang melekat ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan
komparasi terkait dengan pertumbuhan ekonomi, alokasi belanja, maupun kinerja
PAD.
Deva Resmetry (2008) melakukan penelitian dengan topik pengaruh
belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi
Sumatera Utara. Penelitian ini mengambil sampel 5 kabupaten dan 5 kota di
Sumatera Utara. Dalam penelitian ini digunakan pooled data dengan periode
waktu tahun 2003-2005. Penelitian ini menyimpulkan bahwa belanja modal
mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada
kabupaten kota di Suamtera Utara.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Penerimaan yang diterima suatu daerah terdiri dari bantuan dari
pemerintah pusat berupa Dana alokasi umum dan dana alokasi khusus serta
pendapatan asli daerah(PAD). PAD merupakan penerimaan yang diterima oleh
pemerintah daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan adanya otonomi daerah,
pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan PAD agar guna mengurangi
ketergantungan terhadap sumber dana eksternal berupa bantuan dari pusat maupun
pinjaman. Kebijakan yang tepat mengenai pengalokasian sumberdaya ke
belanja-belanja diharapkan dapat memicu peningkatan PAD. Optimalisasi penerimaan
PAD hendaknya didukung dengan upaya pemda meningkatkan kualitas layanan
publik (Adi, 2006).
Pengalokasian belanja modal khususnya bagian pelayanan publik
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Dengan demikian
akan meningkatkan pendapatan asli daerah. Demikian juga dengan alokasi
terhadap belanja pemeliharaan bagian pelayanan publik juga bertujuan supaya
asset-aset pelayanan publik dapat berfungsi dengan baik sehingga akan
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui PAD.
Penelitian ini menguji apakah faktor belanja modal dan belanja modal
khususnya bagian pelayanan publik sebagai variable indikator berpengaruh
terhadap penerimaan pemerintah daerah melalui PAD, dengan asumsi bahwa
belanja modal dan belanja pemeliharaan yang telah dialokasikan tersebut akan
mempengaruhi realisasi PAD pada periode berikutnya, baik secara secara parsial
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
H1
H2
H3
sebagai indikator karena dianggap langsung dirasakan oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual 2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual di atas , maka penulis membuat
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Belanja Modal untuk pelayanan publik mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah
kabupaten/kota di Sumatera Utara.
H2 : Belanja Pemeliharaan untuk pelayanan publik mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah pada
pemerintah kabupaten/ kota di sumatera utara.
H3 : Belanja modal dan belanja pemeliharaan untuk pelayanan publik secara
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten /kota di sumatera
utara.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel
dengan variabel yang lainya ( Umar , 2003 : 30 )
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
adalah Pemerintah Kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yaitu
sebanyak 29 pemerintah daerah.
Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi yang
ingin diteliti (Sularso,2003:67). Jumlah sampel yang peneliti pakai adalah
sebanyak 13 pemerintah daerah kabupaten dan kota periode 2004-2006 untuk
variabel belanja modal dan belanja pemeliharaan serta periode 2005 untuk
pendapatan asli daerah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan
pertimbangan (judgement sampling) (Sularso,2003:69).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten
yang ada di provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 22 kabupaten dan 7 kota
atau 29 kabupaten/ kota, yang digunakan sedangkan penarikan sampel yang akan
dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Kabupaten yang sudah terbentuk atau sudah dimekarkan dari tahun 2004
2. Kabupaten yang memiliki data laporan realisasi angggaran yang lengkap
selama tahun 2004– 2006 dan dipublikasikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan melalui situs http://www.bpk.go.id.
3. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera yang laporan APBDnya telah
memakai format Kepmendagri 29/ 2002
C. Jenis Data
Data penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian berupa data sekunder
dan bersifat kuantitatif. Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2001:69). Data penelitian ini penulis peroleh dari Badan Pemeriksa Keuangan
melalui situs http://www.bpk.go.id, Badan Pusat Statistik (BPS),
http://www.depkeu-djpk.go.id,
lainnya.
Penelitian ini menggunakan data poling yaitu data yang waktunya lebih dari
satu waktu tertentu, tetapi atas beberapa sumber pada waktu yang bersamaan
(Hadi, 2006: 45). Alasan utama penggunaan data ini adalah kurangnya jumlah
anggota populasi untuk dilakukan pengujian parametrik. Pengujian parametrik
dapat dilakukan jika jumlah sampel lebih dari 30. Data yang digunakan yaitu data
APBD dan realisasi APBD pada tahun 2004-2006 untuk variabel belanja modal
dan belanja pemeliharaan serta periode 2005-2007 untuk variabel pendapatan asli
daerah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap , tahap
pertama dilakukan dengan studi kepustakaan yakni jurnal akuntansi dan buku –
buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti . Pada tahap kedua
dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik(BPS), mendownload dari internet dan juga dari jurnal – jurnal
penelitian dan juga dari media cetak.
E. Variabel penelitian
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain (Umar, 2003:50). Variabel independen (bebas) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah belanja modal untuk pelayanan publik dan belanja
pemeliharaan untuk pelayanan publik. Variabel independen disimbolkan
dengan “X1” (belanja modal untuk pelayanan publik), dan “X2” (belanja
pemeliharaan untuk pelayanan publik).
2. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Variabel dependen
(terikat) dalam penelitian ini adalah realisasi pendapatan asli daerah.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu variabel
dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk
mengukur atau memanipulasinya. (Sularso, 2003: 41)
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen (X)
a. Belanja modal yang menjadi variabel yaitu alokasi belanja modal yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
pendapatan belanja daerah) pada bagian belanja pelayanan publik. Dalam
penelitian ini diambil dari Laporan APBD periode 2004-2006
b. Belanja pemeliharaan adalah belanja yang dialokasikan untuk menjaga agar
aset tetap senantiasa dalam kondisi siap digunakan sesuai dengan umur
ekonomisnya. Belanja pemeliharaan jumlahnya terdapat dalam laporan APBD
(anggaran pendapatan belanja daerah) pada bagian belanja pelayanan publik.
Dalam penelitian ini diambil dari Laporan APBD periode 2004-2006
2. Variabel dependen (Y)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang bersumber dari
penerimaan daerah yaitu berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba
BUMD, dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah ini dapat dilihat
dalam laporan APBD yang digunakan yaitu periode 2005-2007
Ketiga variabel tersebut menggunakan data skala rasio. Data skala rasio
adalah data yang menunjukkan keberadaan secara relatif terhadap data lain.
G . Metode Analisis Data 1. Pengujian asumsi klasik
Uji ini untuk mengestimasi suatu regresi dengan meminimalkan kuadrat
kesalahan setiap observasi. Menurut Ghozali (2005:91), syarat yang mendasari
penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least
Squares (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian
bersifat tidak bias (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi
klasik yang digunakan alam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Pemerintah Kota Di Propinsi Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Normalitas, artinya data sampel hendaknya memenuhi persyaratan distribusi
normal.
2. Bebas dari multikolinearitas, artinya antara variabel bebas satu dengan
variabel bebas lainnya dalam analisis regresi tidak memiliki korelasi.
3. Bebas dari heteroskedastisitas, dimana heteroskedastisitas adalah terjadinya
error tidak random yang membentuk pola hubungan sistematis sesuai besar
satu atau lebih variabel bebas.
4. Bebas dari autokorelasi, dimana autokorelasi berarti bahwa apabila
diurutkan berdasarkan waktu, maka data pengamatan akan dipengaruhi data
pengamatan sebelumnya.
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti
atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas ditujukan untuk mendapatkan
kepastian terpenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat
dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga
kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melakukan uji
ini, peneliti mengacu kepada Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test
terhadap model yang akan diuji. Apabila probabilitas > 0,05, maka distribusi
data normal dan dapat dilakukan Model Regresi Berganda.
Apabila distribusi melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi
bentuk yang normal dengan beberapa cara sebagai berikut :