• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat Dari Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang-Barang Wajib Pajak Akibat Dari Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA O

L E H

RUPINA TARIGAN 072600078

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Nama : Rupina Tarigan

NIM : 072600078

Jurusan : Diploma III Administrasi Perpajakan Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Daftar pertanyaan/wawancara kepada 4 (empat) orang pegawai Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b. Daftar dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data ataupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan penyitaan.

Adapun hasil penelitian penulis adalah :

Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Pelaksanaan prosedur penyitaan yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yaitu :

Juru Sita Pajak dapat melakukan penyitaan apabila dalam waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, namun Wajib Pajak tersebut tidak melunasi utang pajaknya.

Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat.

Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercayai.

(3)

Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Apabila Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, maka Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut.

Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak tidak hadir dalam penyitaan tersebut.

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau tidak bergerak yang disita.

Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan kepada Wajib Pajak, kepolisian, Badan Pertanahan Nasional, Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri.

Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Dalam pelaksanaan penyitaan, Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia sering menghadapi kendala/faktor penghambat seperti, kesulitan dalam menemukan barang milik Wajib Pajak yang akan disita, alamat Wajib Pajak tidak ditemukan, sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak, kurangnya fasilitas kenderaan yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya, kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam perpajakan.

Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Untuk mengatasi kendala/faktor penghambat tersebut, upaya atau cara penyelesaian yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia seperti, meminta bantuan kepada pihak kepolisian, menambah jumlah Juru Sita Pajak, memberi kendaraan dinas, melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak atau masyarakat, dan memberikan penghargaan kepada Juru Sita Pajak jika melampaui Standard Prestasi Kerja.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya serta keridhoan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”. Adapun penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Laporan yang dibuat oleh penulis berdasarkan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ini tentunya tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karenanya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

4. Seluruh Staff Pengajar dan Para Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas ilmu

5. Bapak

6. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang terkasih dan tersayang, Ayahanda Mhd. Arifin Tarigan dan Ibunda Masri Nasution yang telah membesarkan, mendidik, menyayangi dan memberikan cinta kasih dan dorongan yang tiada tara dan tiada tergantikan kepada penulis agar selalu berusaha dan tetap bersemangat untuk menggapai cita-cita. Terima kasih untuk semua do’a yang selalu dipanjatkan ….

7. Untuk kakakku Rika Tarigan dan Rina Fahrunnisa, dan adikku Yana Arsya terima kasih atas dukungan dan pengorbananya.

8. Teman–teman Diploma III Administrasi Perpajakan angkatan ’07, khususnya kelas B yang telah memberikan kebersamaan selama tiga tahun.

9. Untuk sahabat-sahabat terkasihku yang selalu setia dalam suka dan duka, yaitu Lia, Tiwi, Rini dab Dhani. Semoga Kita manjadi orang yang berhasil di dunia dan di akhirat.

(6)

Penulis menyadari bahwa isi dari Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Harapan penulis Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Medan, Juni 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI ………..………iv

BAB I PENDAHULUAN ………….………1

A.Latar Belakang PKLM….………..…1

B.Tujuan dan Manfaat PKLM ………..……….….3

C. Ruang Lingkup PKLM ………...………5

D. Metode PKLM ………….………...6

E. Metode Pengumpulan Data……….….….7

F. Sistematika Penulisan Laporan………...… ..8

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM………….…...………..10

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia………....10

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ……..……15

C. Bidang-Bidang Kerja kantor Pelayanan Pajak Pratama medan Polonia ………..……....16

BAB III GAMBARAN DATA PENYITAAN……….21

A. Pengertian Penyitaan (Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000)…….…....21

B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak ………...22

C. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya………28

(8)

F. Pencabutan Sita ..……...………..………....32

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ………..……….35

A. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ……….………..……….35

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ………..………36

C. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloni.………..………... …38

BAB V PENUTUP………...……..40

A. Kesimpulan……….……….…...40

B. Saran.……….………...………..….41 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Nama : Rupina Tarigan

NIM : 072600078

Jurusan : Diploma III Administrasi Perpajakan Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Daftar pertanyaan/wawancara kepada 4 (empat) orang pegawai Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

b. Daftar dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data ataupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan penyitaan.

Adapun hasil penelitian penulis adalah :

Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Pelaksanaan prosedur penyitaan yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yaitu :

Juru Sita Pajak dapat melakukan penyitaan apabila dalam waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, namun Wajib Pajak tersebut tidak melunasi utang pajaknya.

Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat.

Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercayai.

(10)

Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Apabila Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan, maka Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut.

Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak tidak hadir dalam penyitaan tersebut.

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau tidak bergerak yang disita.

Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan kepada Wajib Pajak, kepolisian, Badan Pertanahan Nasional, Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri.

Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Dalam pelaksanaan penyitaan, Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia sering menghadapi kendala/faktor penghambat seperti, kesulitan dalam menemukan barang milik Wajib Pajak yang akan disita, alamat Wajib Pajak tidak ditemukan, sedikitnya jumlah Juru Sita Pajak, kurangnya fasilitas kenderaan yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya, kurangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam perpajakan.

Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Untuk mengatasi kendala/faktor penghambat tersebut, upaya atau cara penyelesaian yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia seperti, meminta bantuan kepada pihak kepolisian, menambah jumlah Juru Sita Pajak, memberi kendaraan dinas, melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak atau masyarakat, dan memberikan penghargaan kepada Juru Sita Pajak jika melampaui Standard Prestasi Kerja.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada dasarnya negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya. Fungsi kenegaraan tersebut mencakup secara umum, baik pada pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan pembangunan. Ini semua ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk membiayai semua itu diperlukan dana yang cukup besar, dan dana tersebut dapat diperoleh dari penerimaan minyak dan gas (migas), bantuan luar negri dan penerimaan pajak.

Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan, sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Republik Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu pemerintah berusaha mencari dana dengan mengganti sumber kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang digunakan untuk membiayai pembangunan.

(12)

persediaan migas sekarang sudah menipis dan bukan tidak mungkin akan habis. Oleh karena itu, pemerintah sekarang lebih menekankan penerimaan dari sumber yang potensial, yaitu pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan, dimana jumlah dana yang diperlukan bagi pembangunan setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem dan prosedur perpajakan, agar penerimaan negara terus dapat ditingkatkan. Dengan demikian peranan masyarakat sangat berpengaruh dalam pemenuhan kewajiban pajaknya kepada negara. Akan tetapi tidak semua masyarakat menyadari kewajibanya tersebut, bahkan mereka berusaha mengurangi utang pajaknya dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin.

Pemerintah dalam hal ini sebagai aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sitem sekarang ini, masyarakat sebagai Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan gotong-royong nasional melalui self assessment system dimana Wajib Pajak menghitung, membayar serta melaporkan

(13)

migas. Namun, masih banyak Wajib Pajak yang lalai dalam melaksanakan tugasnya untuk menjadi Wajib Pajak yang taat dan patuh, sehingga aparat pemerintah dalam hal ini harus secara tegas mengingatkan Wajib Pajak yang tidak membayar utang pajaknya. Apabila Wajib Pajak masih tidak menanggapi peringatan dari fiskus melalui Surat Teguran, Surat Paksa, maka pihak fiskus akan melakukan penyitaan terhadap barang-barang yang dimiliki oleh Wajib Pajak.

Penyitaan akan dilakukan oleh juru sita yang sebelumnya telah ditunjuk dan diambil sumpahnya dan didampingi oleh dua orang saksi. Penyitaan ini dilakukan sebagai serangkaian tindak penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan dibawah penguasaan negara. Dalam hal ini, barang yang akan disita terdiri dari barang yang bergerak dan barang tidak bergerak. Selain itu, setiap melakukan penyitaan juru sita pajakmembuat berita acara pelaksanaan sita dan ditandatangani oleh juru sita pajak, penaggung pajak dan saksi.

Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis berminat membuat suatu karya tulis mengenai “PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG-BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT DARI UTANG PAJAK PADA

(14)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

a. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Kegiatan PKLM yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat dalam pelaksanaan penyitaan tersebut.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh oleh fiskus dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut.

b. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Bagi mahasiswa yaitu :

Memahami prosedur pelaksanaan penyitaan

Menambah wawasan tentang prosedur pelaksanaan penyitaan

Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan Meningkatkan keahlian berkomunikasi serta aplikasi ilmu yang di

(15)

Bagi Universitas yaitu :

a) Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

b) Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan revisi kurikulum

c) Mempromosikan sunber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Bagi Kantor Pajak Pratama Medan Polonia :

a) Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam menangani administrasi perpajakan

b)Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari perguruan tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan c) Mempererat hubungan antara Direktorat jenderal Pajak SUMUT I

(16)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain ;

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2. Faktor penghambat pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3. Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek, pengajuan proposal dan surat pengantar PKLM Studi Literatur

(17)

Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan data primer dan skunder.

Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan orang yang berkompeten untuk memberikan masukan data dan informasi.

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari Studi Literatur

pendukung seperti laporan atau dokumen.

Analisis data dan Evaluasi

Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menjelaskan dengan kata-kata secarra sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.

E. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan PKLM, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data yaitu :

Wawancara (Interview)

(18)

anggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

Daftar dokumentasi

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

pelaksanaan prosedur penyitaan barang-barang Wajib Pajak pada KPP Pratama

Medan Polonia, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.

F. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan PKLM yaitu : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan Polonia, uraian tugaspokok dan fungsi, struktur organisasi, dan keadaan pegawai KPP Pratama Medan Polonia.

BAB III GAMBARAN DATA PENYITAAN

(19)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1989, mulai bulan April, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri 2 (dua) kantor yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kecamatan Medan Timur b. Kecamatan Medan Barat c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli e. Kecamatan Medan Belawan f. Kotamadya Binjai

g. Kabupaten Langkat

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Ponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(21)

b. Kecamatan Medan Denai

c. Kecamatan Medan Deli Serdang d. Kabupaten Karo

e. Kotamadya Tebing Tinggi

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 pada tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Sehingga tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak di seluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak, dari dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara dan Kantor Inspeksi Medan Selatan dipecah menjadi tiga Kantor Pelayanan Pajak yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kecamatan Medan Timur b. Kecamatan Medan Barat c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Denai e. Kecamatan Medan Belawan

(22)

b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Polonia d. Kecamatan Medan Maimun

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No.27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kecamatan Medan Tuntungan b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Binjai d. Kabupaten Langkat e. Kabupaten Karo

f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kabupaten Deli Serdang menjadi Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 tanggal 29 Maret, Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera bagian Utara terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4(empat) Kantor Pelayanan Pajak yang baru dibentuk yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(23)

d. Kecamatan Medan Deli

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kecamatan Medan Barat b. Kecamatan Medan Petisah c. Kecamatan Medan Polonia d. Kecamatan Medan Maimun e. Kecamatan Medan Baru f. Kecamatan Medan Selayang g. Kecamatan Medan Sunggal h. Kecamatan Medan Helvetia i. Kecamatan Medan Tuntungan

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dengan alamat Jl. Ponegoro No. 30A Medan dengan wilayah kerjanya meliputi:

(24)

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai dengan alamat Jl. Asrama No 7A Medan dengan wilayah kerjanya meliputi:

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Tanah Karo

d. Enam kecamatan di Deli Serdang yaitu: • Kecamatan Medan Sunggal • Kecamatan Pancur Batu • Kecamatan Hamparan Perak • Kecamatan Sibolangit • Kecamatan Kutalinbaru • Kecamatan Labuhan Deli

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.

Melalui pengumuman Kanwil DJP Sumatera Utara I, PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari:

(25)

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

B.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Setiap Instansi atau perusahaan satu organisasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan struktur organisasi adalah suatu bagan yang

menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Tujuannya untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

(26)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi

3. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI) 4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 6. Seksi Pemeriksaan

7. Kelompok Fungsional 8. Seksi Pelayanan

9. Unit Fiskal Luar Negeri

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia merupakan struktur organisasi garis staff yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan Republik Indonesia.

C.Bidang-bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai bidang kerjanya masing-masing yaitu:

(27)

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut sub bagian umum mempunyai fungsi:

a. Pengurusan tata usaha dan kepegawaian

b. Pengurusan keuangan kantor misalnya pengurusan gaji pegawai, pengajuan usul pengangkatan bendahara, penyusunan daftar realisasi anggaran belanja, pembayaran tagihan, lembur pegawai dan lain-lain.

c. Pengurusan rumah tangga dan perlengkapan yang dibutuhkan d. Penerimaan dokumen, pemprosesan dan penatausahaan dokumen

masuk di Sub bagian Umum dan penyampaian dokumen.

2. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi:

(28)

c. Pelaksanaan penilaian individual objek PBB d. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan. e. Pemeliharaan data ojek dan subjek PBB f. Pendaftaran Wajib Pajak

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas dalam pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan penerimaan dan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dalam hal penatausahaan dan pelaksanaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan untuk mernyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi sebagai berikut:

(29)

b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak c. Usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak d. Penghapusan piutang pajak

e. Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang dan Permohonan Pembatalan Lelang

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Tanah dan bangunan dan pajak lainnya),

bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdapat empat seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.

6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana

(30)

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Kelompok Fungsional

Kelompok Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia. Dalam

melaksanakan pekerjaannnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.

8. Seksi Pelayanan.

Memiliki tugas dalam hal penertiban dan penetapan produk hokum pewrpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Unit Fiskal Luar Negeri

(31)

BAB III

GAMBARAN DATA PENYITAAN

A. Pengertian Penyitaan (Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000)

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya.

Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak tersebut. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tidak mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

(32)

sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.

B. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak

Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut masih dapat dipergunakan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah sebagai berikut :

1. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak apabila dalam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihannya

2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat.

3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak serta dapat dipercayai. 4. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus :

(33)

5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak serta para saksi..

6. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.

8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

(34)

10.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: a) Wajib Pajak/Penanggung Pajak

b) Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar

c) Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar

d) Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar

e) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal.

Dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak,Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan saksi-saksi, selanjutnya diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah berpindah dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak kepada Pejabat. Dalam pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita paling kurang memuat :

a. Hari dan tanggal Surat Perintah Melaksanaan Penyitaan b. Nomor, hari dan tanggal pelaksanaan penyitaan

c. Nama Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak, para saksi

(35)

a. Untuk perseroan terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan. Pengertian Komisaris meliputi Komisaris sebagai orang yang lazim disebut Dewan Komisaris dan Komisaris sebagai orang perseroan yang lazim disebut anggota Komisaris. Yang dimaksud dengan pemegang saham tertentu adalah pemegang saham pengendali atau pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari perseroan terbatas tertutu

b. Untuk Bentuk Usaha Tetap oleh kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggung jawab

c. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komaditer, firma oleh direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan dimaksud

d. Untuk yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.

(36)

dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah.

Pada dasarnya prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak sama dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas, namun ada kategori barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang prosedur penyitaanya terlebih dahulu dilakukan pemblokiran, seperti kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Setelah melakukan pemblokiran, selanjutnya penyitaan terhadap kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas.

Penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dilaksanakan sampai dengan jumlah nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

(37)

Pegadaian, bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Setelah semua prosedur penyitaan diatas dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pengumuman yang dilakukan oleh Pemerintah daerah atas permintaan Juru Sita Pajak. Hal ini dilakukan untuk menyatakan atau memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah dilaksanakan penyitaan terhadap barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan juga menyatakan bahwa sejak pengumuman Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak boleh memindahkan hak, menggadaikan atau menyewakan barang-barang yang telah disita.

Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada di luar wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Dalam hal ini,pelaksanaan prosedur penyitaanya adalah sebagai berikut :

1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan kepada Kepala Kantor Pajak dimana terdapat barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan salinan Surat Paksa dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.

2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan penyitaan melakukan tindakan sebagai berikut :

(38)

dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili.

Prosedur penyitaan selanjutnya sama dengan yang sebelumnya, dimana Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta bantuan penyitaan.

C. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya Barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

a) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau b) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi

kotor tertentu (20 m3)

(39)

Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri, dan anak yang masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Selain itu,terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu barang bergerak milik Penanggung Pajak yang berupa :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan masak yang berada di rumah

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara

(40)

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah).

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

Dalam melakukan penyitaan, Juru Sita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dapat menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu –waktu Juru Sita Pajak dapat diberhentikan apabila : a. Meninggal dunia

b. Pensiun

c. Pengalihan tugas atau keperluan dinas lainnya. d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya. e. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak.

D. Penyitaan Tambahan

(41)

Pajak masih dapat melakukan penyitaan tambahan terhadap barang lainnya milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila :

a. Nilai barang yang disita belum mencukupi untuk pelunasan utang pajak dan penagihan pajak.

b. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.

Penyitaan tambahan ini dimaksudkan agar Juru Sita Pajak dapat melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang ditemukan atau diketahui kemudian apabila barang yang telah disita terdahulu tidak cukup untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

E. Segel sita

Setelah melakukan penyitaan, maka barang yang disita tersebut dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan atau pemberian segel sita pada barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah disita dimaksudkan sebagai pengumuman bahwa penyitaan telah dilaksanakan, baik dihadiri maupun tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :

a. Kata “ DISITA “

b. Nomor dan tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita

(42)

d. Ditandatangani oleh Juru Sita Pajak

F. Pencabutan Sita

Dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Dalam rangka pencairan tunggakan pajak maka terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang belum melunasi utang pajaknya dilakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam bentuk tindakan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.

(43)

penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan/SK Pembetulan/ SK Keberatan/ Putusan Banding yang bersangkutan, Surat Pencabutan Sita tersebut sekaligus berfungsi sebagai pencabutan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan oleh Juru Sita Pajak kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Pencabutan sita dilaksanakan apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya atau berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan atau Gubernur atau Bupati/Walikota.

Berikut ini Pencabutan sita terhadap barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak : • Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau yang

dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang kemudian akan disampaikan kepada bank yang bersangkutan

• Surat berharga berupa obligasi, saham atau sejenisnya baik yang

(44)

terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut

• Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita

kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan akan disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang

• Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan

menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akte Pembatalan Pengalihan Hak.

(45)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

1. Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak. Keadaan tertentu misalnya Juru Sita Pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan objek sita atau barang bergerak yang dijumpai tidak mempunyai nilai dan harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.

(46)

dilakukan penyitaan tersebut maka diharapkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya tersebut.

Dalam hal penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di bank, maka Juru Sita Pajak terlebih dahulu melakukan pemblokiran. Pelaksanaan pemblokiran yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000. Jadi, setiap pelaksanaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia sesuai dengan ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah atau Ketetapan lain yang telah diatur oleh Menteri Keuangan.

2. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Dalam melaksanakan penyitaan, faktor penghambat/kendala yang sering dihadapi oleh Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak tidak jujur dalam memberikan identitasnya, sehingga Juru Sita Pajak kesulitan dalam melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik Wajib Pajak tersebut.

(47)

3. Kurangnya fasilitas kenderaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia yang dapat digunakan Juru Sita Pajak dalam pelaksanaan tugasnya.

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengenai kewajiban perpajakannya.

Dalam hal ini, meskipun Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Juru Sita Pajak tetap dapat memasuki rumah Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut tetapi tidak dengan kekerasan, umpamanya merusak pintu atau dengan cara lain tanpa izin penghuninya, karena akan diancam hukuman pidana, yaitu dengan ancaman penjara paling lama 1 tahun 4 bulan. Barang-barang yang telah disita tersebut, dapat dikembalikan apabila Wajib Pajak telah melunasi seluruh utangya kepada Negara.

(48)

Kendala lain yang juga sering dihadapi Juru Sita Pajak adalah Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. Dalam hal ini Juru Sita Pajak harus mencantumkan alas an penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan untuk menjaga barang-barang sitaan tersebut agar tidak hilang atau dipindahtangankan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan polisi atau membawa barang sitaan tersebut sebagian atau seluruhnya.

3. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

• Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru

Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari pihak kepolisian.

• Menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Polonia, karena Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dilakukan agar tindakan penyitaan dapat dilakukan lebih maksimal.

• Mengalokasikan dan memberikan kenderaan dinas yang dapat digunakan

(49)

• Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan

kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak di bidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun kepada Wajib Pajak/Penaanggung Pajak. Hal ini dapat dilakukan secara langsung melalui seminar tanya jawab maupun melalui media massa.

• Memberikan penghargaan/reward/insentif kepada Juru Sita Pajak jika

(50)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melihat, menguraiakn, membahas secara umum mengenai pelaksanaan prosedur penyitaan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

• Penyitaan merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan surat

paksa yang dilakukan apabila dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihanya. Penyitaan bertujuan untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan biaya pajak dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.

• Pelaksanaan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak

(51)

2000, namun dalam pelaksanaan penyitaan tersebut Juru Sita Pajak menghadapi kendala/faktor pengahambat. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas (jumlah pelaksanaanya) maupun segi kuantitas (nilai nominalnya).

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Perlu ditingkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memenuhi kewajiban perpajakan, sehinngga dapat mengurangi terjadinya penyitaan yang merupakan tindak lanjut dari penagihan pajak.

2. Antara pihak Penanggung Pajak dan Juru Sita Pajak sebaiknya dapat saling mengerti, sehinnga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Diharapkan kepada Juru Sita Pajak agar menjalankan tugasnya secara profesional dan berdasarkan pertauran perundang-undangan perpajakan. 4. Setelah penulis melakukan penelitian di Pelayanan Pajak Pratama Medan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Bastari, Drs, MM, BKP, 2009, Hand out Kuliah Penagihan Pajak dan Lelang, Medan

Hadi, Moeljo, SH, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dan Surat Paksa oleh

Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siahaan, Marihot P, 2004, Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, dan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT.Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Referensi

Dokumen terkait

Teguran dan Surat Paksa tapi Wajib Pajak tetap tidak melaksanakan ada kewenangannya fiskus untuk melalukan penyitaan. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi

praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dengan judul “ Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada

PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK MELALUI SURAT PAKSA DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA..

Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ”. Tujuan Dan Mamfaat Praktek

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.. M.Hum selaku sekretaris Program Studi

Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.. Pratama

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya

Keputusan Menteri keuangan No.563/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank.. dalam Rangka Penagihan