• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sengketa Bersenjata Non-Internasional dan Hak Asasi Manusia di Indonesia Periode 1945-2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sengketa Bersenjata Non-Internasional dan Hak Asasi Manusia di Indonesia Periode 1945-2000"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SENGKETA BERSENJATA NON- INTERNASIONAL

DAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PERIODE 1945 - 2000

Pid a to Pe ng ukuha n Ja b a ta n G uru Be sa r Te ta p

d a la m Bid a ng Ilmu Hukum Inte rna sio na l p a d a Fa kulta s Hukum, d iuc a p ka n d i ha d a p a n Ra p a t Te rb uka Unive rsita s Suma te ra Uta ra Te rb uka

Ge la ng g a ng Ma ha siswa , Ka mp us USU, 26 Me i 2005

OLEH:

SULAIMAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Ya n g t e r h or m a t ,

Bapak Ment eri Pendidikan Nasional Republik I ndonesia, Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Maj elis Wali Am anat Universit as Sum at era Ut ara,

Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Senat Akadem ik Universit as Sum at era Ut ara, Bapak Ket ua dan Anggot a Dew an Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara. Bapak Rekt or Universit as Sum at era Ut ara, Bapak/ I bu para Pem bant u Rekt or Universit as Sum at era Ut ara, para Dekan, Ket ua Lem baga dan unit kerj a, para Dosen dan Karyaw an di lingkungan Universit as Sum at era Ut ara, Bapak dan I bu para undangan, keluarga, t em an sej aw at , m ahasisw a dan hadirin yang saya m uliakan.

Assa la m u a la ’ik u m W a r a h m a t u lla h i W a ba r a k a t u h ,

Mengaw ali pidat o pengukuhan Guru Besar ini, m arilah kit a m em anj at kan Puj i

Syukur kepada Allah SWT at as karunia- Nya kepada kit a sem ua, pada pagi hari ini

kit a dapat berkum pul m enghadiri Upacara ini dalam keadaan sehat walafiat .

Salam dan selawat kit a sam paikan kepada Nabi Besar Muham m ad S.A.W besert a keluarga dan sahabat - sahabat nya sam pai ke akhir zam an sem oga kit a m em peroleh safaat nya di akhirat nant i.

Dengan keput usan Ment eri Pendidikan Nasional R.I . Nom or 4987/ A2.7 KP/ 2005

t anggal 1 Maret 2005 t erhit ung m ulai t anggal 1 Maret 2005 saya t elah

diangkat sebagai Guru Besar dalam bidang ilm u Hukum I nt ernasional pada Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara.

Kepada pem erint ah I ndonesia, khususnya Ment eri Pendidikan Nasional saya m engucapkan t erim a kasih at as kepercayaan dan kehorm at an yang dilim pahkan kepada saya, dengan pengangkat an saya dalam j abat an akadem ik yang t ert inggi pada Universit as Sum at era Ut ara.

Sem oga Allah SWT m elim pahkan kepada saya kekuat an lahir dan bat in, sert a m em berikan pet unj uk dan t unt unan dalam m elaksanakan t ugas m ulia m encerdaskan anak bangsa. Unt uk it u saya m ohon doa dan rest u para hadirin sekalian.

Hadirin sekalian:

(3)

SEN GKETA BERSEN JATA N ON – I N TERN ASI ON AL D AN H AK ASASI M AN USI A D I I N D ON ESI A PERI OD E 1 9 4 5 - 2 0 0 0

1 . Pe n da h u lu a n

Sej ak m asa kem erdekaan sam pai sekarang sebagian daerah di I ndonesia pernah m engalam i gangguan keam anan. Gangguan it u ada yang dapat diselesaikan oleh aparat keam anan/ pem erint ah daerah set em pat , t et api ada pula yang harus diselesaikan oleh bant uan aparat keam anan yang dat ang dari daerah lain ( di BKO kan) at aupun bant uan dikirim dari pem erint ah pusat . Gangguan it u baik kecil

m aupun besar sepert i ant ara lain pem beront akan PKI Kom unis Muso di Madiun,

pem beront akan DI / TI I Kart osuw irj o di Jaw a Barat , pem beront akan DI / TI I Kahar Muzakkar di Sulawesi Selat an, pem beront akan DI / TI I Daud Bereureh di Aceh, Gerakan Negara Papua Merdeka di I rian Jaya ( Papua) Pem beront akan PRRI di Sum at era Barat , Pem beront akan Perm est a di Sulawesi, Pem beront akan RMS di Maluku dan set erusnya.

2 . I st ila h Ge r a k a n Pe n ga ca u Ke a m a n a n

Sengket a bersenj at a yang t erj adi ant ara pem erint ah dengan pihak pengganggu keam anan sepert i yang disebut diat as, pada um um nya pem erint ah j arang m enyebut nya sebagai kaum pem beront ak at au yang sej enis, t et api m enyebut nya dengan ist ilah Gerakan Pengacau Keam anan ( GPK) at au orang- orang sipil bersenj at a.

I st ilah gerakan pengacau keam anan dilihat dari penggunaan kat a- kat a dapat diberi pengert ian sebagai gerakan yang m em punyai t uj uan unt uk m engacaukan keam anan sert a m eresahkan kehidupan m asyarakat di dalam berbangsa dan bernegara. I ni berart i gerakan it u t idaklah harus diw uj udkan dengan gerakan bersenj at a at au orang- orang yang m elakukan gangguan harus m em akai senj at a.

Asalkan gerakan it u bert uj uan unt uk m engacaukan keam anan negara, ket ert iban, m eresahkan m asyarakat , di sana sini kehidupan rakyat t idak t ent eram , w alaupun gerakan- gerakan it u dilakukan t anpa m enggunakan sepucuk senj at a pun barangkali sudah cukup dikat akan sebagai GPK.

Jika kit a m elihat berit a at au m em baca dari m edia m assa elekt ronik dan cet ak banyak ist ilah yang dipakai unt uk pengacau keam anan ini ant ara lain pem beront ak ( dalam bahasa asing ist ilahnya berm acam - m acam dan m em punyai

(4)

revolut ion) , gerakan bersenj at a pengacau keam anan, perusuh ( kaum bersenj at a) , pem belot , kelom pok yang berseberangan, kaum radikal ( ekst rim is) , gerom bolan ( gerom bolan bersenj at a) , peram pok, prem an, m afia, kaum dem onst ran, t eroris dan set erusnya.

Dalam kehidupan sehari- hari, ist ilah GPK yang paling sering kit a dengar, m engandung pengert ian yang luas. Tidak ada yang t ahu dan t idak j elas siapa yang m enggunakan pert am a kali ist ilah GPK t ersebut , dan kapan m ulai dipakainya ist ilah t ersebut yang selam a era Orde Baru begit u sangat t erkenal. I st ilah GPK, pem beront ak, gerom bolan, peram pok, kelom pok orang- orang sipil bersenj at a dan sebagainya, dapat m enim bulkan konsekuensi hukum dan konsekuensi lainnya, dalam penanganan keberadaannya.

Tidak salah kalau St ephane Jeannet m engat akan non- int ernat ional arm ed

conflict s were t oday t he m ost widespread t ype of conflict1

3 . H u k u m H u m a n it e r I n t e r n a sion a l

I st ilah Hukum Hum anit er at au lengkapnya disebut I nt ernat ional Hum anit arian Law Applicable in Arm ed Conflict berawal dari ist ilah hukum perang ( laws of war) , yang kem udian berkem bang m enj adi hukum sengket a bersenj at a ( law of arm ed conflict ) , yang akhirnya pada saat ini biasa dikenal dengan ist ilah hukum hum anit er.

Hukum Hum anit er I nt ernasional m erupakan sat u bagian dari Hukum Publik I nt ernasional yang dit erapkan pada w akt u pert ikaian bersenj at a. Tuj uan Hukum Hum anit er I nt ernasional adalah m enj am in penghorm at an m anusia dalam bat as keperluan m ilit er dan ket ert iban um um , sert a m engurangi akibat - akibat perm usuhan.

Hukum Hum anit er I nt ernasional t erdiri dari Hukum Jenew a dan Hukum Den Haag. Secara singkat , dapat dikat akan bahw a Hukum Jenew a m encakup perlindungan korban, baik sipil m aupun m ilit er, akibat pert ikaian bersenj at a yang

berlangsung di darat , di laut at au di udara. Hukum Jenew a m elindungi sem ua

pihak yang t idak lagi t urut sert a dalam pert em puran yait u, praj urit yang cedera,

sakit , korban kapal karam dan t aw anan perang. Hukum Jenew a m elindungi pula

orang- orang sipil yang t idak ikut sert a dalam perm usuhan.

(5)

Hukum Den Haag m engat ur langsung sarana dan m et ode perang. Hukum Den Haag dit uj ukan t erut am a kepada kom andan m ilit er baik dari angkat an darat ,

angkat an laut m aupun angkat an udara.

Sej ak disusun, Hukum Jenew a sudah disem purnakan beberapa kali, sedangkan Hukum Den Haag belum pernah direvisi sej ak t ahun 1907. Padahal perat uran- perat uran yang diungkapkan dalam konvensi- konvensi Den Haag am at pent ing dan t idak boleh t erlupakan. Oleh sebab it u, I CRC m engusulkan agar perat uran- perat uran t ersebut dim asukkan ke dalam t eks prot okol- prot okol Tam bahan Konvensi Jenewa; inisiat if ini dit erim a dan diset uj ui oleh para wakil pem erint ah yang m enghadiri Konferensi diplom at ik m engenai pengem bangan dan penyem purnaan Hukum Hum anit er I nt ernasional yang diselenggarakan pada t ahun 1974 s/ d t ahun 1977 di Jenewa ( Swiss) .

Dengan dem ikian, dapat lah dikat akan bahw a disam ping hukum Jenew a dan Hukum Den Haag t erdapat sem acam hukum yang disebut " hukum cam puran” yang diwuj udkan dalam kedua Prot okol Tam bahan t ahun 1977 yang m elengkapi em pat Konvensi Jenew a t ahun 1949. Hukum ini m engandung sifat " cam puran" karena m em uat perat uran- perat uran t ent ang perlindungan korban pert ikaian bersenj at a bersam a, dengan ket ent uan- ket ent uan yang bersifat operasional. Hukum t ersebut m enj adi bagian dari Hukum Jenew a dan Hukum Den Haag.

Jika kit a m engam at i uraian- uraian di at as secara sim plist ik dapat dikat akan sekiranya kit a m eninj au ist ilah yang dipakai dalam dunia olah raga, m aka Hukum Hum anit er I nt ernasional adalah sebagai perat uran perm ainan yang harus diikut i dan dit aat i oleh para pem ain, dalam hal ini para pihak yang ikut dalam perang at au pihak- pihak yang bersengket a at au pihak- pihak yang bert ikai baik

int ernasional m aupun non- int ernasional, yang disebut belligerent .

Unt uk m enghindari kesalahpaham an dan at au salah pengert ian t ent ang apa yang sebenarnya yang dim aksud dengan Hukum Hum anit er I nt ernasional, perlu dikem ukakan beberapa prinsip/ pat okan yang m endasari Hukum Hum anit er I nt ernasional t ersebut yait u ant ara lain:

( 1) Hukum Hum anit er I nt ernasional baru berlaku bila t elah t erj adi/ pecah perang at au konflik bersenj at a lain; nam un dem ikian ada beberapa hal yang sudah dapat dan bahkan harus dipersiapkan/ dikerj akan dalam m asa dam ai. ( 2) Hukum Hum anit er I nt ernasional t idak m elarang perang. Tidak ada sat u

(6)

( 3) Kem udian dikenal pula, Kellog- Briand Pact at au Paris Pact t ahun 1928. Para Pesert a Agung pada Pakt a it u berj anj i t idak akan m enggunakan perang sebagai sarana unt uk m enyelesaikan perselisihan. Jadi j uga di sini t idak ada secara t egas larangan unt uk berperang.

Hukum Hurnanit er I nt ernasional t idak berusaha dan m em ang t idak berkew aj iban unt uk m enent ukan pihak m ana dalam suat u perang yang

benar dan siapa yang salah.2

Dalam pada it u hakekat dari Hukum Hum anit er I nt ernasional adalah seperangkat hukum yang bert uj uan m elindungi korban perang. Berdasarkan kenyat aan korban sengket a bersenj at a yang ada dan hakikat Hukum Hum anit er I nt ernasional it u t im bulah dorongan unt uk j uga m elindungi korban sengket a bersenj at a non- int ernat ional sepert i halnya korban sengket a bersenj at a int ernasional. Dorongan it u yang m endorong diat urnya sengket a bersenj at a

non- int ernasional dalam Hukum Hum anit er I nt ernasional.3

Perang dengan aneka w arna bent uk dan caranya adalah m erupakan salah sat u dari pada t ingkah laku negara- negara disam ping t ingkah laku lainnya dalam hubungan dam ai sepert i pola t ingkah laku dalam hubungan perdagangan, kebudayaan, ilm u penget ahuan dan sebagainya. Dengan lain perkat aan perang adalah t idak lain dari suat u pola t ingkah laku negara- negara yang secara sadar harus kit a akui, t erlepas dari kebencian kit a t erhadap m alapet aka yang dit im bulkannya.

Sej arah perang sam a t uanya dengan sej arah um at m anusia. Hal ini t erbukt i dari kenyat aan bahw a perang yang pada dasarnya m erupakan suat u pem bunuhan besar- besaran bagi pihak- pihak yang berperang adalah m erupakan pola perw uj udan dari naluri unt uk m em pert ahankan diri, baik dalam hubungan di ant ara m anusia, m aupun dalam hubungan di ant ara negara- negara.

Adalah suat u kenyat aan yang m enyedihkan bahw a selam a 3400 t ahun sej arah

yang t ert ulis um m at m anusia hanya m engenal 250 t ahun perdam aian.4

2 Haryomataram, Hukum Humaniter : Hubungan dan keterkaitannya dengan hukum Hak Azasi manusia

Internaisional dan Hukum Perlucutan Senjata, Pidato pengukuhan, diucapkan pada upacara penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum, pada Fakultas Hukum Universitas Tri Sakti di Jakarta, 2 Oktober 1997 h. 3 - 4

3 F. Istanto, Sugeng. Makalah "Sengketa Bersenjua Non - Internasional Dalam Hukum Humaniter International" disammpaikan pada "Penataran Hukum Humaniter Tingkat Lanjut kerjasama Unit Kajian Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum Unsyiah dengan ICRC Darussalam, Banda Aceh, 10 - 14 April 2000, M

(7)

Dalam wakt u belahan kedua abad XX korban sengket a bersenj at a

non-int ernasional relat if sangat besar5. Selanj ut nya, Schindler dan Tom an

m enunj ukan bahwa sej ak t ahun 1945 sam pai t ahun 1980- an korban sengket a bersenj at a non- int ernasional m encapai 80% dari korban sengket a bersenj at a yang ada. Disam ping it u diut arakan j uga kenyat aan bahw a sengket a bersenj at a non- int ernasional pada w akt u it u dilakukan dengan cara- cara yang lebih kej am

dari pada sengket a bersenj at a int ernasional.6

Naluri unt uk m em pert ahankan j enis kem udian m em baw a keinsyafan bahw a cara berperang t idak m engenal bat as t ersebut m erugikan um at m anusia sehingga kem udian m ulailah orang m engadakan pem bat asan- pem bat asan, m enet apkan ket ent uan- ket ent uan yang m engat ur perang ant ara bangsa- bangsa. Tidaklah m engherankan apabila perkem bangan hukum int ernasional m odern sebagai

suat u sist em hukum yang berdiri sendiri dim ulai dengan t ulisan- t ulisan m engenai

hukum perang.7 Dengan dem ikian nyat alah bahw a besarnya peranan

sarj ana- sarj ana hukum perang dengan t ulisan- t ulisan m ereka dari segi hist oris

perkem bangan hukum perang t ersebut .

Perang yang pada hakekat nya adalah bersum ber pada perselisihan di ant ara negara- negara sebagaim ana halnya dengan perselisihan di ant ara sesam a m anusia pada m ulanya adalah t erj adi secara buas t anpa m engenal at uran- at uran, lam bat laun berkem bang dengan pem bat asan- pem bat asan t ert ent u selam a perkem bangan peradaban m anusia.

Usaha- usaha yang t erw uj ud dalam ket ent uan- ket ent uan guna m em bat asi kebuasan perang t ersebut t elah dim ulai ham pir bersam aan dengan sej arah perang it u sendiri.

Berdasarkan hal it u kam i lebih sependapat dengan pandangan yang m enyat akan: " Tidaklah benar sam a sekali anggapan kebanyakan orang bahw a dua pengert ian ini: perang dan hukum , m erupakan dua pengert ian yang t iada sangkut paut yang sat u dengan yang lainnya, at au bahw a dalam perang lenyap segala hukum

sepert i digam barkan dalam peribahasa Rom awi int er arm a silent leges8.

Dalam hubungan perang yang pada m ulanya dilakukan secara buas dan t anpa perikem anusiaan it u secara bert ahap m enim bulkan keinginan m asing- m asing

5 F. Sugeng Istanto, loc. Cit., h. 2

6 Schindler, Daud J. Toman, The Laws of Armed Conflict, Sijthoff & Noordhoof, The Netderland, 1981, p. 619

seperti dikutip F. Sugeng Istanto, Ibid

7 Buku yang ditulis A. Gentilis bedudul: de Jure Belli (Tentang Hukum Perang), sedang Grotius menulis: de

Belli ac Pacis. Baru dalam karya-karya sadana yang ditulis kemudian tekanan beralih pada hukum damal, seperti dikutip Mochtar Kusumaatmadja, Ibid

(8)

pihak unt uk m em buat ket ent uan- ket ent uan yang m engat ur peperangan t ersebut sepert i m isalnya perang harus didahului dengan pernyat aan perang, bagaim ana perlakuan t erhadap anak- anak dan w anit a dalam perang, bagaim ana perlakuan t erhadap t aw anan perang, dut a- dut a dan ut usan- ut usan dari pihak yang berperang dan sebagainya.

Sedem ikian t uanya sej arah perang at au konflik ant ar um at m anusia, Quincy Wright , pakar hukum int ernasional t erkem uka m engkat agorikan em pat t ahapan perkem bangan sej arah perang, yait u:

( 1) Perang yang dilakukan ot eh binat ang (by anim als)

( 2) Perang yang dilakukan oleh m anusia prim int if ( by prim it ive m en)

( 3) Perang yang dilakukan oleh m anusia yang beradab ( by civilized m en) ( 4) Perang yang m enggunakan t eknologi m odern ( by m en using m odern

t echnology) .9

4 . Se n gk e t a Be r se n j a t a

Dalam pengert ian orang aw am , apabila t erj adi suat u konflik, selalu dikat akan t elah t erj adi at au ada perang. Apabila dit inj au dari sudut hukum int ernasional

dan at au Hukum Hum anit er I nt ernasional, apalagi dari kacam at a Pem erint ah/

Penguasa/ Milit er, m asalahnya t idak begit u sederhana.

Selanj ut nya Quincy Wright m em berikan pengert ian t ent ang perang, yait u: War

will be considered t he legal condit ion which equally perm it s t wo or m ore host ile

groups t o carry out a conflict by arm edforce.10

Bat asan lain m engenai perang disam paikan oleh Oppenheim - Laut erpacht , yait u:

War is a cont ect ion bet ween t wo or m ore St at es t hrought t heir arm edforces, for t he purpose of overpowering each ot her and im posing such condit ions of peace as t he vict or pleases11.

Dari uraian- uraian di at as dapat kit a coba m engam bil beberapa unsur yang sam a

dalam set iap perselisihan at au persengket aan yang akhirnya t erwuj ud dalam

bent uk yang paling ekst rim yait u perang fisik, dim ana m asing- m asing pihak berusaha unt uk m em aksakan kehendaknya.

9 Quincy Wright, A Study of War The University of Chicago Press, Chicago, 1951, p. 30 – 33, seperti dikutip Fadillah Agus Bentuk-bentuk Sengketa Bersenjata, makalah pada seminar Nasional tentang Pernan Palang Merah Internasional Dalam Pertikaian Bersenjata Non – Internasional, Ujung Pandang 12 – 13 Maret 1997, seperti dikutip Fadillah Agus, Hukum Humaniter Suatu Perspektif, Posit Studi Hukum Humaniter FH Universitas Tri Sakti, Jakarta, 1997, h. 1

10 Ibid, h. 3

(9)

Akan t et api m anifest asi ini t idak selalu dem ikian bisa j uga berwuj ud at au

m erupakan ret orsian ( sepert i penarikan perwakilan diplom at ik) , reprisals ( sepert i

m engadakan em bargo ekonom i, senj at a, dan lain- lain) , pacific blockade, dan

int ervent ion.

Dalam perkem bangan ilm u penget ahuan t ent ang perang yang berdasarkan Konvensi Den Haag 1899 dan 1907, Konvensi Jenewa 1949 dan Prot okol Tam bahan 1977 kem udian m uncul ist ilah:

( 1) Sengket a Bersenj at a I nt ernasional ( I nt ernat ional Arm ed Conflict ), dan

( 2) Sengket a Bersenj at a Non–I nt ernasional (Non–I nt ernat ional Arm ed

Conflict)

a d( 1 ) Se n gk e t a Be r se n j a t a I n t e r n a sion a l

Pengert ian dari sengket a bersenj at a int ernasional dapat dit em ukan ant ara

lain pada Com m ent ary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut : Any diffrence

arising bet w een t w o St at es and leading t o t he int ervent ion of m em bers of t he arm ed forces is an arm ed conflict wit hin t he m eaning of Art icle 2, even if one of t he Part ies denies t he exist ence of st at e of war, I t m akes no difference how long t he conflict last s, or how m uch slaught er t akes place.12

Melihat ket ent uan di at as, m em ang persengket aan bersenj at a int em asional

adalah m erupakan persengket aan ant ara negara yang sat u dengan beberapa

negara lain, w alaupun pada akhirnya yang berhadapan adalah m anusia dengan m anusia. Dalam persengket aan ini negara m enj adi subj ek. Unt uk lebih j elas kit a

baca pula Pasal 2 ( com m on art icles) Konvensi Jenewa 1949 sebagai berikut : I n

addit ion t o t he provisions which shall be im plem ent ed in peace t im e, t he present Convent ion shall apply all cases qf declared war or of any ot her arm ed conflict which m ay arise bet ween t wo or m ore of t he high cont ract nig part ies, even if t he St at e of war is not recognized by one qf t hem13) .

Jadi konflik ini adalah konflik ant ara dua negara at au lebih, cont oh:

1. Perang I t alia- Et hiopia ( 1935) , Jepang dan Tiongkok ( 1937) , Jerm an dan Polandia ( 1939) , Uni Sovyet dan Polandia 1939) , Jepang dan Am erika Serikat ( 1941)14.

` 12 Jean S. Pictet, et, al., Commentary II Geneva, 1960, p. 28 Ibid, h. 4 13 Ibid. h. 4

(10)

2. Perang Arab–I srael I ( 1948- 1949) , Perang Arab- I srael I I ( 1956) , Perang Arab- I srael I I I ( 1967) , dan Perang Arab- I srael I V ( 1973)15.

3. Perang Korea ( 1950- 1953)16

4. Serangan Am erika Serikat t erhadap Libya ( pert em puran udara) ( 1981) , saling gem pur Am erika Serikat - Libya di Teluk Sidra ( 1986) serangan udara Am erika

Serikat ke Libya ( 1986)17

5. Persengket aan ant ara I nggris dan Argent ina m engenai invasi m ilit er

Argent ina di Kepulauan Falkland, At lant ik Selat an ( 1982)18

6. Perang Teluk ( 1990- 1991)19

a d( 2 ) Se n gk e t a Be r se n j a t a N on - I n t e r n a sion a l

Secara harfiah pengert ian sengket a bersenj at a non- int ernasional adalah sengket a bersenj at a yang t ej adi di dalam negeri ant ara sesam a anak bangsa at au di dalam sat u negara saj a dim ana t idak ada t erlibat negara at au bangsa lain at au dengan kat a lain sengket a yang t erj adi di w ilayah salah sat u negara ant ara pem beront ak at au GPK dengan pasukan Pem erint ah.

Hans- Pet er Gasser m em berikan bat asan m engat akan non- int ernat ional arm ed

conflict s are arm ed confront at ions t hat t ake place wit hin t he t errit ory of a St at e, t hat is bet w een t he governm ent on t he one hand and arm ed insurgent groups on t he ot her hand. The m em bers of such groups whet her described as insurgent s, rebels, revolut ionaries, secessionist s, freedom fight ers, t errorist s, or by sim ilar nam es are fight ing t o t ake over t he reins of power, or t o obt ain great er aut onom y wit hin t he St at e, or in order t o secede and creat e t heir own St at e20.

Sekilas dari ist ilahnya t am pak bahwa sengket a bersenj at a non- int ernasional bukanlah suat u urusan yang t erm asuk dalam bidang hukum int ernasional, khususnya hukum hum anit er int ernasional. Sengket a bersenj at a non- int ernasional t erm asuk urusan hukun nasional sedang Hukum Hum anit er I nt ernasional t erm asuk urusan hukum int ernasional. Nam un dalam kenyat aannya

sengket a non- int ernasional it u diat ur di dalam Hukum Hum anit er I nt ernasional21.

15 Lihat Kirdi Dipojodo, Timur Tengah Dalam Pergolakan, Yayasan Proklamasi, Centre For Strategic And International Studies, Jakarta, 1982, Lihat Mohamed Heikal, Anwar Autum of Fury, penerjemah Arwah Setiawan, Penerbit Graditi Pers, Jakarta, 1984, lihat Anshari Thajib, Anas Sadariwan, Anwar Sadat Ditengah Teror dan Damai, Penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya, 1981

16 Lihat Oey Hong Lee, Kisah Rahasia Perang Korea (25/6/1950 – 27/7/1953

17 Lihat Sulaiman, Surat Kabar Waspada, Teluk Sidra dan Hukum Laut Internasional, Libya vs AS. 24 April 1986 s/d 26 April 1986, Medan, 1986

18 Lihat Sulaiman, Surat Kabar Waspada Ketegangan Situasi Internasional di Atlantik Selatan, 28 April 1982 s/d 4 Mei 1982

19 Lihat Satrio Arismunandar, Catatan Harian dari Baghdad, Gramedia, Jakarta, 1991.

20 Hans-Peter Gasser, International Red Cross And Red Crescent Movement, Henry Dunant Institute Haupt, Paupt

Publisher Berne, Stuttgart, Vienna 1993, h. 67

(11)

Selanj ut nya F. Sugeng I st ant o m engat akan pem bahasan pengat uran sengket a int em asional dalam Hukum Hum anit er lnt em asional dibaginya m enj adi t iga bagian yait u:

a. I nst rum en Hukum Hum anit er yang m engat ur sengket a bersenj at a Non- I nt ernasional.

b. Mat eri yang diat ur m asing- m asing Hukun Hum anit er I nt ernasional.

c. Rangkaian inst rum en Hukum Hum anit er I nt em asional22.

Perlu diket ahui bahwa hukum yang berlaku dalam konflik yang bersifat int ernasional t idak sam a dengan yang berlaku dalam konflik non- int ernasional.

Dalam konflik yang bersifat int ernasional berlaku seluruh perangkat Hukum Hum anit er I nt ernasional, sedang dalam konflik yang bersifat non- int ernasional yang berlaku hanya Pasal 3 Konvensi Genewa 1949 saj a, dan at au Prot okol Tam bahan I I 197723.

Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 berbunyi:

I n t he case of arm ed conffict not of an int ernat ional charact er occuring in t he t errit ory of one of t he High Cont ract ing Part ies, each Part y t o t he conflict shall be bound t o apply, an m inim um , t he following pro visions.

( 1) Persons t aking no act ive part in t he host ilit ies, including m em bers of arm edforces who have laid down t heir arm s and t hose placed host t he com bat by sickness, wounds, det ent ion, or any ot her cause, shall in all circum st ances be t reat ed hum anely, wit hout any adverse dist inct ion founded on race, colour, religion or fait h, sex, birt h or w ealt h, or any ot her sim ilar

( c) out rages upon personal dignit y, in part icular hum iliat ing and degrading

t reat m ent .

( d) t he passing of sent ences and t he carrying out of execut ions wit hout

previous j udgem ent pronounces by a regularly const it ut ed court , affording all guarant ees which are recognized as indispendesable by civilized peoples.

22 Ibid, lebih jelas baca, h. 3 - 11

(12)

( 2) The wounded and suck will collect ed and cared for.

And im part ial hum anit arian body, such as t he I nt ernat ional Com m it t ee of t he Cross, m ay offer it s services t o t he Part ies t o t he conflict .

The Part ies t o t he conflict should furt her endeavour t o bring int o force, by m eans special agreem ent s, all or part of t he ot her provisions of t he present Convent ion. The applicat ion of t he preceding provisions shall not affect t he legal st at us of t he Part ies t o t he conflict .

Sepert i dibaca pada baris pert am a di at as ist ilah yang dipakai dalam Hukum I nt ernasional ( Hukum Hum anit er I nt em asional) unt uk sengket a bersenj at a

non- int ernasional at au sengket a bersenj at a di dalam negeri, adalah arm ed

conflict not an int ernat ional charact er.

Pada Konvensi Jenewa ini kit a t idak m enem ui bat asan at aupun ket erangan lain yang m em berikan penj elasan t ent ang persengket aan bersenj at a yang t idak

bersifat int ernasional ini. Tet api kit a dapat m enem ui ciri- ciri dari arm ed conflit

not at int ernat ional charact er ( sengket a bersenj at a non- int ernasional) , yait u pada Pasal 1 Prot okol I I 1977 m enyat akan sebagai berikut :

1. This Prot ocol, which develops and supplem ent s Art icle 3 com m on t o t he Geneva Convent ions of 12 August 1949 wit hout m odifying it s exist ing condit ions of applicat ion, shall apply t o all arm ed conflict s which are not covered by Art icle 1 of t he Prot ocol Addit ional t o t he Geneva Convent ions of 12 August 1949, and relat ing t o t he Prot ect ion of Vict im s of I nt ernat ional Arm ed Conflict s ( Prot ocol I ) and which t ake place in t he t errit ory of a High Cont ract ing Part y bet ween it s arm ed forces and dissident arm ed forces of ot her organized arm ed groups which, under responsible com m and, exercise such cont rol over a part of it s t errit ory as t o enable t hem t o carry out sust ained and concert ed m ilit ary operat ions and t o im plem ent t his Prot ocol. 2. This Prot ocol shall not apply t o sit uat ions of int ernal dist urbances and t ension

such as riot s, isolat ed and sporadic act s of violence and ot her act s of a sim ilar nat ure, as not being arm ed conflict s.

Adapun krit eria- krit eria yang dirum uskan di dalam paragraf 1 di at as unt uk suat u

non- int ernat ional arm ed conflict adalah:

1. Pert ikaian t erj adi di wilayah Pihak Pesert a Agung.

2. Pert ikaian t ersebut di wilayah Angkat an Bersenj at a Pihak Pesert a Agung

dengan kekuat an bersenj at a yang m em beront ak ( dissident ).

3. Kekuat an bersenj at a pihak pem beront ak harus berada di bawah kom ando

yang bert anggung j aw ab.

4. Pihak pem beront ak t elah m enguasai sebagian wilayah negara, sehingga

(13)

5. Pihak pem beront ak dapat m elaksanakan ket ent uan Prot okol24.

Melihat krit eria di at as, sangat sukar bagi pihak pem beront ak at au pihak- pihak yang bersangkut an unt uk m em enuhi persyarat an t ersebut apalagi dari segi t eknis m ilit er. Oleh karena it u, bilam ana t im bul suat u pergolakan di daerah ( di dalam negeri) t idak sem udah it u kit a m engat akan bahwa kelom pok- kelom pok yang m elakukan kont ak senj at a, kekacauan, ket egangan, hura- hara, t indakan- t indakan kekerasan di salah sat u t em pat dan lain sebagainya adalah pem beront ak, karena m ereka belum t ent u m em enuhi persyarat an sebagai pem beront ak yang diat ur di dalam Hukum Hum anit er I nt ernasional, dengan kat a

lain pergolakan it u harus diket ahui st at usnya.25

Dalam ayat ( 2) Pasal 3 Konvensi Jenewa di at as pasal ini m enganj urkan kepada para pihak yang bersengket a unt uk berusaha m enyelesaikan persengket aanya

dengan cara m engadakan perset uj uan khusus m elalui pihak ket iga yang t idak

berpihak yang m erupakan badan hum anit er. Cont oh:

1. Dalam perang saudara yang t ej adi di ( bekas) Yugoslavia. Pihak- pihak dalam pert ikaian t elah m em buat perset uj uan khusus sepert i yang dim aksudkan

yang m em berlakukan ket ent uan perlindungan t erhadap t aw anan perang.26

2. Dalam konflik di Aceh, pem erint ah I ndonesia t elah m em buat perset uj uan

khusus dengan Gerakan Aceh Merdeka ( GAM) , yang dikenal dengan Joint

24 Lihat Haryomataram, Kewenangan Dewan Keamanan PBB Terutama yang Berhubungan Dengan Pembentukan dan Pengoperasian, Pasukan PBB (Kasus: “Humaniter Intervention” di Somalia), Sebelas Maret University Press, Surakarta, h. 74 dan lihat juga Fadillah Agus, Hukum Humaniter Suatu Perspektif, h. 9 - 19

25 Lihat Surat Kabar Waspada 9 Maret 2001, h. 1, dengan judul berita “Hadapi Aceh TNI Siapkan Pasukan” isi beritanya sbb. : Seluruh pasukan TNI maupun satuan pendukungnya saat ini tengah disiapkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk di Aceh, namun dernikian yang paling utarna harus dilakukan adalah memposisikan status gerakan separatis di Propinsi itu, kata Kasurn TNI Letjen Djarnari Chaniago. 'Yang utama dan pertama adalah memposisikan terlebihh dahulu separatis Aceh dalam kerangka hukurn. Apabila kita salah memposisikannya maka keadaannya akan seperti sekarang yang kita lihat, Kata Djarnari Chaniago yang menanggapi Pers di Markas Pusporn TNI, Jakarta, Karnis (813). Menurut dia setelah posisi gerakan separatis di Aceh ditentukan, langkah kedua adalah menentukan status keadaan dan kondisi daerah Aceb sendiri. "Tidak kita persarnakan status daerah di Aceh saat ini dengan Jateng, Jatirn, DKI. Tidak mungkin itu, sarna apabila kita telah memposisikan gerakan separatis di Aceh katanya.

Bandingkan pula dengan surat kabar Republika, 15 Maret 2001, h. 16, mungkin sebagai jawaban dari pertanyaan Kasuni TNI Letjen Djamari Chaniago dengan judul berita "Pemerintah Lakukan Operasi Meiliter di Aceh, Menko Polsoskarn Susilo B. Yudhoyono mengatakan dalarn sidang Kabinet hari Senin tanggal 12 Maret 2001 telah memutuskan : "Melalui pertimbangan seksama bahwa GAM dinyatakan sebagai gerakan separatis, karena telah mernenuhi tiga syarat, yakni :

1. Ada organisasi serta sayap bersenjata

2. Ingin memisahkan diri dari negara kesatuan R.1 3. Melakukan aksi politik dan bersenjata

Bandingkan surat kabar Analisa, 21 Maret 2001, h. 1, yang menjelaskan apabila di suatu daerah tedadi gangguan . keamanan, apakah hanya sekedar itu. Dengan judul berita "Pangkostrad: Melawan. Pemberontak merupakan Tugas TNI', Pangkostrad Letjen TNI Ryamizard R.C. mengatakan: "Yang terjadi disana (Aceh) tidak sekedar gangguan Kamtibmas. Mereka melakukan pemberontak makin keras menekan pemerintahan yang sah melawan dengan menggunakan senjata tempur sebagaimana dimiliki TNI.

(14)

Underst anding on Hum anit arian Pause for Aceh" ,27 yang sekarang dilanj ut kan

dengan “Provission of Underst anding" dit anda t angani di Jenew a, Sw iss pada

perundingan t anggal 6–10 Januari 200128. Provission ini disebut j uga Pause

for Marat orium

Di dalam hal sengket a bersenj at a non- int ernasional pent ing diket ahui bahwa berdasarkan Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 perj anj ian- perj anj ian it u t idak m em punyai akibat hukum t erhadap kedua belah pihak, t erm asuklah t ent unya st at us pihak pem beront ak sepert i yaug t ersebut pada alinea 4 ( paragraf t erakhir) pasal t ersebut , berbunyi:

The applicat ion of t he preceding provisions shall not affect t he legal st at us of t he Part ies t o conflict .29

Sehubungan dengan adanya sengket a- sengket a di suat u negara j ika diam at i t erdapat t iga m acam sit uasi:

1. Pert ikaian bersenj at a int ernasional at au perang int ernasional ant ara Negara A dan Negara B.

2. Pert ikaian bersenj at a non- int ernasional at au perang saudara dim ana pasukan pem beront ak m elaw an angkat an bersenj at a di dalam bat as w ilayah Negara C.

3. Sit uasi dim ana t ingkat kekerasan belum m encapai t it ik pecahnya pert ikaian bersenj at a. Nam un, di Negara D ini, sudah t erasa ket egangan at au kekacauan dalam negeri.

Selanj ut nya, hukum yang berlaku dalam sit uasi yang disebut di at as ini:

1. Em pat Konvensi Jenewa sert a Prot okol Tam bahan I unt uk sit uasi pert ikaian bersenj at a int ernasional

2. Pasal 3 saj a yang sam a dalam em pat Konvensi Jenewa, sert a Prot okol Tam bahan I I unt uk sit uasi pert ikaian bersenj at a non–int ernasional

3. Dalam sit uasi kekerasan dalam negeri yang belum m erupakan pert ikaian bersenj at a, perlindungan m inim al t et ap dij am in dalam Hak Asasi Manusia

( HAM) . HAM t et ap berlaku dalam segala sit uasi, t et api dapat dibat asi.

Nam un, perlu diingat kan bahw a hak dan j am inan dasar yang m erupakan int isari dari HAM, t idak dapat dibat asi. Nam un, perlu diingat kan bahw a hak dan j am inan dasar yang m erupakan int isari HAM, t idak dapat

diperkecualikan. 30

27 Sulaiman, Jeda Kemanusiaan Implementasi Hukum Humaniter Internasional, Mjalah Hukum dan Pembangunan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Nomor 3, Tahun XXX September 2000, h. 257

28 Surat Kabar Republika, 11 Januari 2001, h. 4 dan 12 Januari 2001, h. 12

29 Lihat juga Basic Rules od The Geneva Convenrions And Additional Protocols, International Committee of the Red Cross, Genewa, 1983, h. 53

(15)

Ket egangan at au kekerasan dalam negeri yang belum m erupakan pert ikaian bersenj at a dikenal dengan ist ilah konflik horizont al.

Jelas sudah w alau pem erint ah m em akai ist ilah GPK, nam un sengket a bersenj at a yang t erj adi ant ara pem erint ah dengan GPK, ada at urannya di dalam Hukum I nt ernasional.

Sengket a yang t ej adi selam a ini di t anah air kit a adalah t erm asuk apa yang disebut dengan " sengket a bersenj at a non- int ernasional ( Non- I nt ernat ional Arm ed

Conflict ) " yang dapat dikat akan sebagai konflik vert ikal dan bagian yang lain

disebut konflik horizont al.

Cont oh sengket a bersenj at a non- int ernasional di I ndonesia dan negara lain, di ant aranya:

( 1) Pem beront ak PKI / Moeso ( 1948) di Madiun, Jawa Tim ur31 I ndonesia

( 2) Gerakan DI / TI I SM Kart osoewiryo ( 1949- 1962) di Jawa Barat ,32

( 3) Perist iwa Darul I slam ( 1953- 1964) di Aceh33 I ndonesia.

( 4) Pem beront akan Perm est a ( 1957- 1961) di Sulawesi khususnya di

Sulawesi Ut ara34 I ndonesia

( 5) Pem beront akan PRRI ( 1958- 1961) di Sum at era Tengah35 I ndonesia

( 6) Pernberont akan organisasi Papua Merdeka ( 1964- sekarang) di I rian Jaya

( Papua Barat )36 I ndonesia

( 7) Gerakan Aceh Merdeka ( 1976- sekarang) di Aceh37 I ndonesia

( 8) Pem beront akan Front Pem bebasan Nasional Moro/ MNFL ( 1977- 1993 dan

Front Pem bebasan I slam Moro/ MI LF ( 1977- sekarang) di Kepulauan

Mindano38 Philipina Selat an.

( 9) Pernberont ak Kelom pok Revolut ionary Arm ed Forces of Colom bia ( FARC) di

Kolom bia, 39 dll.

31 Lihat Himawan Soetanto, Perintah Presiden Soekarno: “Rebut Kembali Madiun… “Siliwangi Menumpas Pemberontakan PKI/Moeso 1948, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1994

32 Lihat C. Van Dijk, Darul Islam Sebuah Pemberontakan, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta 1995, Lihat Al Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik SM Kartosoewirjo, Mengungkap Manipulasi Sejarah Darul Islam/DI-TII Semasa Orde Lama dan Orde Baru, Darul Faah, Jakarta, 1999, dan Lihat Anhar Gonggong, Abdul Qahar Mudzakar Dari Patriot hingga Pemberontak, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1992.

33 Al – Chaidar et al., Aceh Bersimbh Darah, Mengungkap Penerapan Status Daerah Operasi Militer (DOM) diAceh 1989 – 1998, Pustaka Al – Kautsar, Buku Islam Utama, Jakarta, 1998, h. 1

34 Lihat Barbara Sillars Harvey, Permesta Pemberontakan Setengah Hati, Grafiti Pers, Jakarta, 1984

35 Lihat DR. A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 4: Masa Pancaroba II, Gunung Agung, Jakrta, 1984

36 Lihat John R.G. Djopari, Pemberontkan Organisasi Papua Merdeka, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1993 dan Teo P.A. van den Broek ofm J. Budi Hermawan ofm, Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka, Gambaran 1999, diterbitkn atas kerjsama Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Jayapaura dan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), Jakarta, 2001

37 Lihat Tuhana Taufiq A, Aceh Bergolak Dulu dan Kini, Gama Global Madia, Yogyakarta, 2000 dan Dr. M. Isa Sulaiman, Aceh Merdeka Ideologi Kepemimpinan dan Gerakan, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2000

(16)

5 . Pe la n gga r a n Te r h a da p Pa sa l 3 Ke t e n t u a n Be r sa m a Kon ve n si Je n e w a Ta h u n 1 9 4 9 da n Pr ot ok ol Ta m ba h a n Je n e w a 1 9 7 7

Pelanggaran t erhadap pasal 3 ket ent uan bersam a Konvensi Jenewa t ahun 1949 dan Prot okol Tam bahan I I Tahun 1977 t ent ang konflik bersenj at a non- int ernasional, m erupakan salah sat u kualifikasi kej ahat an yang baru dalam beberapa St at ut a Mahkam ah.

Jenis pelanggaran ini ant ara lain diat ur dalam Pasal 4 St at ut a Mahkam ah Ad Hoc Rw anda, dengan j udul Pelanggaran- pelanggaran t erhadap Pasal 3 ket ent uan bersam a Jenew a dan Prot okol Tam bahan I I . Pelanggaran t erhadap Pasal 3 dan

Prot okol Tam bahan Jenew a t ersebut , j uga m endapat penegasan dalan St at ut a

Mahkam ah Pidana I nt ernasional. 40

Disam ping it u secara prakt is, kasus- kasus konflik bersenj at a int ernal yang t ej adi di dalam suat u negara pada um um nya m enyangkut t indakan- t indakan pelanggaran t erhadap hak asasi m anusia, yang akan t unduk baik berdasarkan hukum hum anit er m aupun hukum hak asasi m anusia. Hal ini dapat dilihat

m elalui pem bent ukan Special Rappart eur oleh Kom isi Hak Asasi Manusia PBB di

Kuw ait dengan j udul 'I nt eract ion bet w een hum an right s and hum anit arian law "

yang m enyat akan bahw a " t here is consensus wit h t he int ernat ional com m unit y

t hat t he fundam ent al hum an right s of all persons are t o be respect ed and

39 Surat Kabar Waspada, 13 Februari 2001, Medan, 2001, h.14

40 Devy Sondakh, Peradilan Mahkamah Internasional Ad Hoc Den Haag Bagi Penjahat Perang Di Wilayah Bekas Yugoslavia dan Kemungkinan Penerapannya di Indonesia, Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Hukum Program Pendidikan Magister Bidang Kajian Utama Hukum Internasional, Universitas Padjajaran Program Pasca Sarjana, Bandung, 1999, h. 54.

(17)

prot ect ed bot h in t im es of' peace and during perioad of arm ed conflict"41. Dengan kat a lain, kej ahat an- kej ahat an at au pelangga- ran- pelanggaran perang yang berlaku di m asa perang, j uga berlaku dalam kasus- kasus pelanggaran t erhadap

hak asasi m anusia yang biasanya t erj adi pada m asa dam ai ( in t im e of peace).

Oleh karena it u t iap individu yang t erlibat dalam t indakan perm usuhan int ernal yang t idak dicakup oleh Prot okol I I at au Pasal 3 ket ent uan bersam a Konvensi

Jenew a, akan m endapat perlindungan berdasarkan hukum hak asasi m anusia.42

Sebagai konsekuensinya, negara- negara diw aj ibkan unt uk m enghukum pelaku

pelanggaran berat t erhadap hak asasi m anusia, karena kew aj iban t ersebut m erupakan kewaj iban t erhadap m asyarakat int ernasional ( ergaom nes obligat ion)

43 .

6 . Pe n gh or m a t a n da n Pe r lin du n ga n H AM

Kebij akan pem erint ah dalam pem aj uan dan perlindungan HAM bagi sem ua w arga

negara diarahkan unt uk m enj awab sej um lah persoalan HAM yang bersifat

" recurrent '. Art inya persoalan it u t elah kit a hadapi dari m asa ke m asa dalam rent ang wakt u yang relat if lam a. 44

Unt uk m enghorm at i dan m elindungi hak asasi m anusia baik di dalam m asa dam ai m aupun di dalam m asa sengket a bersenj at a, yang kit a hadapi selam a ini, I ndonesia t elah m enyikapi konsensus m asyarakat bangsa- bangsa dengan m engadakan Undang- undang Nom or 39 Tahun 1999 t ent ang Hak Asasi Manusia, yang di dalam pasal 104 berbunyi:

( 1) Unt uk m engadili pelanggaran hak asasi m anusia yang berat dibent uk Pengadilan Hak Asasi Manusia dilingkungan Peradilan Um um .

( 2) Pengadilan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) dibent uk dengan undang- undang dalam j angka w akt u paling lam a 4 ( em pat ) t ahun.

( 3) Sebelum t erbent uk Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) m aka kasus- kasus pelanggaran hak asasi m anusia

41 Loise Beck Doswald & Sylvain Vite, International Humanitarian Law andHuman Rights dalam International

Review of the Cross Nomor 293, Maret-April, 1993, h. 114-115 seperti dikutip Devy Sondakh, Ibid, h.55

42 Thomas Buergenthal, International Human Rights, In A Nutshell, St. Paul, Minn, West Publishing Co, 1998, H.

207 seperti dikutip Devy Sondakh, Ibid.

43 Rudi M. Rizki, Catatan Mengenai Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat Hak Asasi, dalam Mieke Komar (et.al) (ed), Mochtar Kusumaatmadja, Pendidik dan Negarawan, Alumni, Bandung, 1999, h. 671, seperti dikutip Devy Sondakh, Ibid, h. 55-56

(18)

sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) diadili oleh pengadilan yang

berw enang.45

Mengingat Undang- undang Nom or 39 Tahun 1999 t ersebut di at as, m aka dengan Undang- undang Nom or 26 Tahun 2000 dibent uklah Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Pem berlakuan UU No 26/ 2000 t ent ang Pengadilan HAM m erupakan bagian dari program st rat egis pem erint ah unt uk m enunj ukkan kepada m asyarakat luas bahw a I ndonesia dapat m enyelesaikan persoalan pelanggaran HAM dengan sist em hukum nasional yang berlaku dan dilaksanakan oleh bangsa sendiri. Apalagi di penghuj ung t ahun 2000, perj uangan penegakan HAM t elah dit andai oleh dua perkem bangan pent ing yait u pem erint ah AS t elah m enandat angani Perj anj ian Pem bent ukan Pengadilan Tet ap Pidana I nt ernasional ( PPPTP1) at au St at ut a Rom a 1998 dan parlem en Khm er Merah t elah m enyet uj ui undang-undang pem bent ukan pengadilan Khm er Merah unt uk m engadili para pelaku

kej ahat an kem anusiaan sem asa rezim Pol Pot . Hingga saat ini sudah t erdapat

139 negara penandat angan t ersebut . Diperkirakan pada t ahun 2002 sudah lebih 60 negara m erat ifikasi sehingga perj anj ian t ersebut dapat diberlakukan. Sudah barang t ent u perkem bangan t erakhir dan selanj ut nya dari proses pem berlakukan perj anj ian t ersebut harus m em peroleh perhat ian pem erint ah I ndonesia karena m au t idak m au pem erint ah t idak dapat m engelak dari perkem bangan m onum ent al dari langkah konkrit unt uk m enyeret para pelaku pelanggaran HAM ke m ej a hij au int ernasional apabila kit a gagal m enunj ukkan akunt abilit as

pem berlakuan UU Pengadilan HAM kit a sendiri.46

Berkait an dengan perlindungan dan penghorm at an t erhadap hak asasi m anusia yang selalu dilanggar di dalam sengket a bersenj at a non- int ernasional pem erint ah t elah banyak m erat ifikasi konvensi- konvensi int ernasional t ent ang Hak Asasi Manusia yang dit erim a oleh negara R.I .

Upaya penyelesaian m asalah perlindungan HAM sesungguhnya sudah dilaksanakan oleh pem erint ah secara sist em at is dan berkesinam bungan sebagaim ana yang diuraikan dalam Rencana Aksi Nasional ( RAN) HAM. Diawali dengan pem bent ukan Kom nas HAM pada t ahun 1993 dan pem berlakuan UU R.I . No. 39 t ahun 1999 t ent ang HAM dan dilanj ut kan dengan pem berlakuan UU R.I . No. 26 t ent ang Pengadilan HAM. Pada saat ini pem erint ah sudah m elangkah lebih

45 Sulaiman, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Fakultas Hukum USU Press, Medan, 1999, h.190.

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 104 ayat (1) yang dimaksud dengan “Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat” adalah pembunuhan massal (genocide), pembunugan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan (Arbitrary/Judicial Killing), penyiksaan/penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination).

(19)

m aj u dengan selesainya pengkaj ian I nt ernat ional Covenant on Civil and Polit ical Right s ( I CCPR) dan I nt ernat ional Convent ion on Econom ic, Social and Cult ural

Right s ( I CCPR) dan diharapkan paling lam bat t ahun ini ( 2002) pem erint ah sudah

m erat ifikasinya dengan beberapa reservasi.47

Oleh karena it u dibent uknya peradilan khusus ( Ad Hoc) oleh negara kit a dalam m em enuhi kekosongan hukum adalah m erupakan j aw aban yang sungguh t epat . Di I ndonesia Pengadilan HAM yang didirikan t elah m enyidangkan:

1. Kasus pelanggaran HAM yang berat yang t erj adi di Tim or Tim ur pada bulan

April 1999 dan Sept em ber 1999, pada persidangan di Pengadilan HAM Ad Hoc

di Pengadilan Negeri Jakart a Pusat pada t ahun 2003

2. Kasus pelanggaran HAM yang berat yang t erj adi di Tanj ung Priok pada bulan

Sept em ber 1984 pada persidangan di pengadilan HAM Ad Hoc di Pengadilan

Negeri Jakart a Pusat pada t ahun 2004.

3. Kasus pelanggaran HAM yang berat t erj adi di Abepura, Papua pada bulan Desem ber 2000, para t erdakwanya sedang diproses pada persidangan di

Pengadilan HAM Ad Hoc di Pengadilan Negeri Uj ung Pandang pada t ahun ini

( 2005)

Kasus pelanggaran HAM yang sedang m enj adi sorot an m asyarakat apakah akan diproses oleh pem erint ah at au t idak yait u ant ara lain penem bakan m ahasiswa Trisakt i pada 12 Mei 1998, perist iwa 13–5 Mei 1998, perist iwa Sem anggi I –I I pada 13–14 Nopem ber 1998 kesem uanya di Jakart a, dan lain lain.

Mahkam ah Kej ahat an I nt ernasional48 yang selam a ini pernah ada adalah

I nt ernat ional Crim inal Tribunal for Form er Yugoslavia yang dibent uk berdasarkan resolusi Dewan Keam anan PBB No. 827 pada t ahun 1993 sebagaim ana t elah diubah t erakhir dengan resolusi Dewan keam anan PBB No. 1166 pada t anggal 13 Mei 1998 dan I nt ernat ional Crim inal Tribunal for Rw anda dibent uk berdasarkan resolusi Dew an Keam anan No. 955 pada t ahun 1994 sebagaim ana t elah diubah t erakhir dengan resolusi Dewan Keam anan PBB No. 1165 pada t anggal 30 April

1998.49

47 Ibid, h. 2 – 3

48 Pembentukan Mahkamah ini berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB. Apabila kita membicarakan peradilan internasional maka terdapat 3 (tiga) bentuk peradilan/Mahkamah yang dianggap sebagai peradilan internasional yaitu :

i. Mahkamah Internasional (International Court of Justice) ii. Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) iii. Mahkamh Kejahatan Internasional (International Criminal Tribunal)

Pada tahun 1946 ada sebuah peradilan Internasional yang hampir sama dengan Mahkamah Kejahatan Internasional, yaitu Mahkamah Militer Internasional (International Military Tribunal) yang dibentuk pada 8 Agustus 1946 oleh Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviyet, sebagai negara pemenang Perang Dunia II yang diberi wewenang untuk mengadili para penjahat perang, yang membuka pengadilannya di Nuremberg, Jerman dan di Tokyo, Jepang.

(20)

Sedangkan unt uk m enangani t indak kej ahat an paling serius yang m enj adi

perhat ian dan reaksi m asyarakat int ernasional yait u t he crim e of genocide,

crim es againt s hum anit y, warcrim es dan t he crim e of aggression, sebuah perj anj ian int ernasional t elah disepakat i yang dikenal dengan St at ut a Rom a

( Rom a St at ut e of I nt ernat ional Crim inal Court ) yang diadopsi oleh sebuah

konfrensi diplom at ik yang dim ot ori oleh PBB pada t anggal 17 Juli 1998 dan sej ak

it u naskah t ersebut t erbuka unt uk dit anda- t angani dan dirat ifikasi oleh

negara- negara.50

Kej ahat an t erhadap kem anusiaan yang sering t erj adi, dengan t erj adinya konflik

baik yang bersifat int ernasional ( I nt ernat ional Arm ed Coifflict ) m aupun yang

bersifat int ernal ( Non- I nt ernat ional Arm ed Conflict ) , t idak dapat dibenarkan sert a

pelakunya harus m endapat hukum an yang set im pal.

V I I . Ke sim pu la n

Dari uraian di at as dapat diam bil kesim pulan sebagai berikut :

1. Apapun ist ilah yang dipakai oleh Pem erint ah t erhadap GPK, sengket a yang t erj adi ant ara pem erint ah dengan GPK m enurut Hukum I nt ernasional ( Hukum Hum anit er I nt ernasional) disebut Sengket a Bersenj at a Non- I nt ernasional

( Non–I nt ernat ional Arm ed Conflict ) .

2. Bahw a Sengket a Bersenj at a Non- I nt em asional, w alaupun sengket a t erj adi di

dalam negeri dengan sesam a anak bangsa, t et api ada at urannya di dalam Hukum Hum anit er I nt ernasional, t erut am a yang m enyangkut Hak Asasi

Manusia, yait u dalam Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 dan at au Prot okol

Tam bahan I I 1977.

3. Pada suat u saat GPK dapat m enj adi Pem beront ak dan Pihak Dalam Sengket a

( belligerent ) apabila t elah m em enuhi persyarat an. Oleh karena it u pihak

Pem erint ah harus hat i- hat i, arif dan bij aksana dalam m enyelesaikan sengket a.

V I I I . Sa r a n

Timor-Timur”, diterbitkan Lentera Hati; dalam rangka pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Hikmahanto Juwana tanggal 10 Nopember 2001, Jakarta, h. 138.

50 Prof. Dr. Hikmayanto Juwono, op. cit., h. 136., lihat pasal 126 ayat (1), Statuta Roma menyebutkan, “This

(21)

Mengam at i yang t erj adi di dalam sengket a bersenj at a non- int ernasional, dapat diberikan saran sebagai berikut :

( 1) Sependapat dengan m akalahnya Haryom at aram , unt uk segera m erat ifikasi

Prot okol I dan I I Tahun 197751

( 2) Meningkat kan kegiat an pendisim inasian Hukum Hum anit er I nt em asional dengan Perguruan Tinggi, TNI dan Polri, m ahasisw a, prakt isi dan m asyarakat . ( 3) Dengan t elah t erbent uknya Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pem erint ah

seharusnya segera m elanj ut kan m enyelesaikan pelangga- ran- pelanggaran HAM yang berat selam a ini t elah m enj adi sorot an m asyarakat .

Dem ikianlah uraian pidat o saya t ent ang Sengket a Bersenj at a Non I nt ernasional dan Hak Asasi Manusia di I ndonesia Periode 1945–2000, yang diat ur di dalam Hukum I nt ernasional khususnya di dalam cabang ilm u Hukum Hum anit er I nt ernasional.

Para Undangan yang t erhorm at ,

Sebelum m engakhiri pidat o saya, perkenankanlah saya m enyam paikan ucapan rasa t erim a kasih kepada:

Bapak Rekt or Universit as Sum at era Ut ara Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp. A.( K) , para Pem bant u Rekt or dan Senat Akadem ik dan Dew an Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara yang t elah m engusulkan dan m engukuhkan saya sebagai Guru Besar pada hari ini.

Bapak Dekan Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara H. Hasnil Basri Siregar, SH yang t elah m em beri kesem pat an yang luas kepada saya dalam m elengkapi persyarat an yang m asih kurang, para Pem bant u Dekan, t em an-t em an Dosen dan Karyawan di Fakulan-t as Hukun Universian-t as Sum aan-t era Uan-t ara.

Bapak Freddy Harris, SH. LLM dan Bapak Dr. Sat ya Arinant o, SH. MH dari Fakult as Hukum Universit as I ndonesia, Bapak Sigit Riyant o, SH. LLM dari Fakult as Hukum Universit as Gaj ah Mada, Bapak Nurdin, SH. MH dan Bapak Muzakkir Abubakar, SH. SU dari Fakult as Hukum Universit as Syiah Kuala yang di

t engah- t engah kesibukan t elah m em bant u dan m elancarkan segala usaha posit if

m enuj u keberhasilan m enj adi Guru Besar.

51 Haryomataram, Additional Protocol I and II of 1997 to the geneva Convention of 1949 at the RegionalSeminar on the

National Implementation of International Humanitarian Law of the Southeast Asian Countries, 12-13 June 2000, Kerjasama antara Departemen Luar Negeri RI dengan International Committee of the Red Cross, RegionalDelegation Office inJakarta,

(22)

Bapak Dekan Fakult i Undang- undang Universit i Kebangsaan Malaysia Prof. Sham suddin Suhor, Bapak Tim balan Dekan Fakult i Undang- undang Universit i Kebangsaan Malaysia Prof. Kam al Halili Hassan dan Prof. Anisah Che Ngah yang t elah m em berikan bant uan dan kerj asam anya.

Kakak Prof. Rehngena Purba, SH.MS m ant an Dekan Fakult as Hukum Universit as Sum at era Ut ara yang t elah m engam bil inisiat if dan m endorong saya unt uk segera m em proses usulan kenaikan j abat an fungsional sebagai Guru Besar.

Abanganda Prof. Sanw ani Nasut ion, SH., yang t elah m em bim bing saya sej ak pert am a kali m enj adi Asist en Lokal sam pai sekarang pada m im bar yang t erhorm at ini.

Abanganda Prof. Abduh, SH, Prof. Dr. Must afa Siregar, SH., Prof. Chainur Arrasyid, SH, Bapak dan I bu dosen senior- senior saya yang karena j erih payahnya, kehorm at an sebagai Guru Besar ini dapat t erwuj ud.

Bapak Prof. dr. T. Bahri Anw ar, Sp.JP ( K) , kakanda Prof. dr. Rusdidj as, Sp.A.( K) , para Redakt ur dan Redaksi m aj alah Fakult as Kedokt eran Universit as Sum at era Ut ara yang t elah m em berikan kesem pat an m em publikasikan karya ilm iah saya.

Saya j uga berhut ang budi pada sahabat ku H.M. Kabul Supriyadi, SH.M. Hum dan Soekot j o Hardiwinot o, SH. LLM dari Fakult as Hukum Universit as Diponegoro yang sangat m em bant u saya m enghant arkan kem im bar yang dinant i–nant i ini.

Pada penghuj ung pidat o saya ini, ingin saya m enyam paikan penghargaan yang khusus kupersem bahkan kepada alm arhum ayahku Abdul Ham id Wahab yang pernah m engut arakan pent ingnya sekolah dan ibuku yang t elah m elahirkan saya yang pada hari ini hadir bersam a kit a. Tanpa j erih payah dan doa rest u ayah bunda yang t ercint a m ust ahil acara pengukuhan m enj adi Guru Besar Tet ap ini dapat saya peroleh. Kepada Bapakku dan I buku Hj . Ram sah bint i Abdurrahim saya hat urkan ucapan ribuan t erim a kasih yang set ulus- t ulusnya dan penghargaan yang set inggi- t ingginya at as doanya, kesabarannya, ket abahannya,

bant uan m oril m aupun m at eril dan kasih sayangnya kepada saya dan adik

beradik yang t iada hent inya dalam m endidik dan m em bim bing kam i dengan penuh keikhlasan dan kesederhanaan, bahkan t idak ada kat a- kat a yang cukup unt uk it u.

(23)

Kepada alm arhum Bapak m ert ua saya dan I bu m ert ua, saya ucapkan t erim a kasih at as bim bingan dan dorongan kasih sayangnya kepada saya m enekuni perj uangan kehidupan m encapai cit a- cit a.

Kesem pat an unt uk m engucapkan pidat o ini bukanlah sesuat u yang t iba- t iba. Perj alanan ke m im bar ini m elalui j alan yang panj ang dan direncanakan j auh sebelum nya dan penuh liku- liku. Oleh karenanya, kepada ist ri t ercint a Laksm i I ndah Wardhani, SH dan anakku Teguh Perdana, SH. SpN, Redha Faj ar, SE.Ak

Muham m ad Sigit dan Shadrinaningrum , t iada kat a yang dapat Papa ut arakan

kepada kalian kecuali ungkapan rasa t erim a kasih dan penghargaan at as

pengorbanan kalian yang ikhlas dan luar biasa yang t elah diberikan selam a ini dengan penuh pengert ian.

Kepada anak- anakku Papa dan Mam a, j uga Eyang Buk, t ent unya berharap kalian berem pat m enj adi anak- anak yang soleh, t aat pada agam a dan berguna bagi bangsa dan negara.

Kepada kakakku, adik- adikku, abang ipar, adik adik ipar, anak- kem anakan, sem ua saudara yang t idak dapat nam anya dan t ut urnya kusebut kan sat u persat u, yang j auh m aupun yang dekat t anpa doa dan dukungan m oral m aupun m at eril, rasa keakraban, rasa persaudaraan, t olong m enolong, yang kit a j alin selam a ini, hari yang berbahagia yang pat ut kit a syukuri ini t idak akan pernah m uncul.

Sungguh saya bangga m em punyai saudara dan kerabat sem ua ini. Saya t idak dapat m enyem bunyikan rasa syukur at as dukungan penuh keluarga.

Para hadirin sekalian

Akhirnya saya m engucapkan t erim a kasih kepada hadirin sekalian, panit ia dan sem ua yang t erlibat pada acara prosesi ini, at as kesediaan unt uk hadir dan kerj asam anya, t erut am a kesabaran unt uk m endengarkan pidat o ini.

Sem oga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu m em berkahi dan m elim pahkan t aufik dan hidayahnya.

(24)

D AFTAR KEPUSTAKAAN

Bu k u da n M a k a la h:

Nasut ion , A.H. 1984. Mem enuhi Penggilan Tugas. Jilid. 4: Masa Pancaroba 11, Jakart a: Gunung Agung

Al- Chaidar et al. 1998. Aceh Bersim bah Darah, Mengungkap Penerapan St at us Daerah Operasi Milit er ( DOM) di Aceh 198.9 - 1998, Pust aka Al - Kaut sar, Jakart a: Buku I slam Ut arna

Al–Chaidar. 1999. Pengant ar Pem ikiran Polit ik Praklam at or Negara I slam I ndonesia S.M. Kart osoew irj o, Mengungkap Manipulasi Sej arah Darul I slani/ DI - TI 1 Sem asa Orde Lam a dan Orde Baru. Jakart a: Darul Falah

Muyat , Albert o T; Ana Theresa B dan Del Rosario. 1994. The Hum anit arian Law of Non- I nt ernat ional Arm ed Conflict s: Com m on Art icle 3 and Prolokol 11 Addit ional t o t he 1949 Geneva Convent ions, I nst it ut e qf'lnt ernat ional Legal St udies, Universit y of t he Philippines Law Cent er. Philippines: Quezon Cit y

Sast roam idj oj o, Ali. 1971. Pengant ar Hukum I nt ernasional. Jakart a: Bhrat ara

Gonggong, Anhar dan Abdul Qahar Mudzakkar. 1992. Dari Pat riot Hingga Pem beront ak. Jakart a: PT. Gram edia Widiasarana I ndonesia

Pernam asari, Arlina. 1999. Pengant ar Hukum . Hum anit er. Jakart a: I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross Regional Delegat ion Office.

Thaj ib, Anshari dan Anas Sadariwan. 1981. Anwar Sadat Dit engah Teror dan Dam ai. Surabaya: Bina I lm u

Harvey, Barbara Sillars. 1984. Perm est a Pem beront akan Set engah Hat i. Jakart a: Grafit i Pers

___. 1983. Basic Rules of t he Geneva Convent ions And Their Addit ional Prot ocols. Geneva: I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross

van Dij k, C. 1995. Darul I slam Sebuah Pem beront akan. Jakart a. Pust aka Ut am a Grafit i Sondakh, Devi. 1995. Peradilan Mahkam ah I nt ernat ional Ad Hoe Den Haag Bagi Penj ahat

Perang DiWilayah Bekas Yugoslavia dan Kernungkinan Penerapannya di I ndonesia, Tesis unt uk m em peroleh Gelar Magist er Hukum Program Pendidikan Magist er Bidang Kafflan Ut arna Hukum I nt ernasional. Badung: Universit as Padj adj aran Program Pasca Sarj ana

(25)

Hod kerj asam a Depart em en Kehakim an dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion. Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

I st ant o, F. Sugeng. 2000. Makalah " Sengket a Bersenj at a Non - I nt ernasional Dalam . Hukum Hum anit er I nt ernasional" disam paikan pada " Penat aran Hukum Hum anit er Tingkat Lanj ut , 10 - 14 April 2000. Banda Aceh: kerj asam a Unit Kaj ian Hukum Hum anit er dan HAM Fakult as hukum Universit as Syiah Kuala Darussalam dengan I CRC

Agus, Fadillah; et al. 1999. Pusat St udi Hukum . Hum anit er Fakult as Hukum Universit as Trisakt i, Bekerj asam a dengan I nt ernat ional Com m it t ee of The Red Cross. Hukum Perang Tradisional Di I ndonesia. Jakart a

Agus, Fadillah. 1997. Hukum Hum anit er Suat u Perspekt if. Jakart a: Pusat St udi Hukum Hum anit er Universit as Tri Sakt i

Kalshoven, Frit s. 1987. Const raint s on The Waging of War. I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross. Geneva

Kalshoven, Frit s. Guerilla and Terrorism in I nt ernal Arm ed Conflict , The Am erican Universit y Law Review . Volum e 33, Fall 1983 Num ber 1, copyright Oc 1984 by lhe Washingt on College of Law . The Am erican Universit y.

Tunggal, Hadi Set ia. 2001. Undang- undang Pengadilan HAM. Jakart a: Harvarindo

Haryom at aram . 2000. Addit ional Prot ocol I and 11 of 1977 t o t he Geneva Convent ion of 1949 at t he Regional Sem inar on t he Nat ional I m plem ent at ion of I nt ernat ional Hum anit arian Law of t he Sout h east Asian Count ries, 12 - 13 June 2000. Jakart a: Kerj asam a ant ara Depart em en Luar Negeri R.I . dengan I nt ernat ional Com m it t ee qf t he Red Cross, Regional Delegat ion Office in Jakart a, Regent Hot el Jakart a

Haryom at aram . 1988. Hukum Hum anit er ( Hukum Perang) . Jakart a: Penerbit Bum i Nusant ara Jaya

Haryom at ararn. 1997. Hukum Hum anit er Hubungan dan Ket erkait annya dengan Hukun Hak Azasi Manusia I nt ernasional dan Hukun Perlucut an Senj at a. Pidat o pengukuhan, diucapkan pada upacara penerim a Jabat an Guru Besar Tet ap Dalam 11m u Hukum , pada Fakult as Hukum Universit as Tri Sakt i di Jakart a, 2 Okt ober

(26)

Haryom at aram . 2001. m akalah, Prinsip- Prinsip Hukum Hum anit er Dalam Kait annya Dengan Pelanggaran HAM Berat . disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoc dan Penunt ut Um um . Hd Hoe bekerj asam a Depart em en Kehakim an dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

Haryom at aram . 2001. m akalah, Uraian Singkat Tent ang Arm ed Cot fflict ( Konflik Bersenj at a) . disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoc dan Penunt ut Um um Ad Hoc bekerj asam a Depart em en Kehakim an dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

Gasser, Has Pet er. 1993. I nt ernat ional Hum anit arian Law , An I nt roduct ion, separat e Print .from Hans Haug, Hum anit y for All, The I nt ernat ional Red Cross And Red Crescent Movem ent , Henry Dunant I nst it ut e, Haupt , Paul Haupt Publishers, Berne, St ut t gart . Vienna

Juwana, Hikm akant o. 2001. Bunga Ram pai Hukum Ekonom i dan Hukum I nt ernasional, disiapkan, Penerbit Lent era Hat i dalam rangka pengukuhan Guru Besar Prof Dr. Hikm akant o Juw ana, t anggal 10 Novem ber 200 1, Jakart a

Soet ant o, Him awan. 1994. Perint ah Presiden Soekarno: “ Rebut Kem bali Madiun ... " Siliw angi Menum pas Pem beront akan PKI / Moeso 1948. Jakart a: Pust aka Sinar Harapan

Seffit , Horst . 1994. Com pendium of Case St udies qf I nt ernat ional Hum anit arian Law , Translat ed and Adapt ed from Germ an by t he I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross, Original Germ an t it le Es begann in Soffierino, I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross, Geneva

Kasim , I fdhal dan St at ut a Rom a. 2000. Mahkam ah Pengadilan I nt ernasional, Mengadili, Kej ahat an Genosida, Kej ahat an Terhadap Kem anusiaan, Kej ahat an Perang, Kej ahat an Agresi. penerj em ah ELSAM. Jakart a: Penerbit ELSAM

____. 1994. I nt ernat ional Law Concerning t he Conduct of Host ilit ies, Collect ion of Haague Convent ion And som e Ot her I nt ernat ional I nst rum ent s, I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross, Geneva

___. 1998. I nt ernat ional Rules of Warfare and Com m and Responsibilit y 1CRC East Asia regional Sem inar on t he I nst ruct ion of t he law of w ar I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross Regional Delegat ion for East Asia, Bangkok, Thailand

(27)

Dj opari, John AG. 1998. Pem beront akan Organisasi Papua Merdeka. Jakart a: Gram edia Widiasarana I ndonesia

Dipoj odo , Kirdi. 1982. Tim ur Tengah Dalam Pergolakan. Jakart a: Yayasan Proklam asi, Cent re For St rat egic And I nt ernat ional St udies

Sugondo, Lies. 2001. Makalah Kom isi Kebenaran dan Rekonsiliasi. disam paikan pada Pelat ihan bagi hakim dan Hakim Ad Hoc dan Penunt ut Um um Ad Hoc bekerj asam a Depart em en Kehakim an dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber 2001

Loqm an, Lobby. 2001. m akalah, Proses Penyelidikan Penyelidikan dan Pem eriksaan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoc dan Penunt ut Um um Ad Hoc bekerj asam a Depart em en Kehakunan dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

Sulaim an , M. I sa. 2000. Aceh Merdeka I deologi Kepem im pinan dan Gerakan. Jakart a: Pust aka AI - Kaut sar

Marion Harroff- Tavel. 1993. Kegiat an Kom it e I nt ernasional Palang Merah ( I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red CrosslI CRC) pada wakt u. kekerasan dalam Negeri, I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross Regional Delegat ion in Jakart a

Kusum aat m adj a, Mocht ar. 1986. Konvensi- Konvensi Palang Merah, Th. 1949. Bandung: Binacipt a

Kuswnaat m adj a, Mocht ar. 1982. Pengant ar Hukum I nt ernasional. Buku 1, Bagian Unit un. Bandung: Binacipt a

Heikal, Moham ed. 1984. Anw ar Aut uin of Fury. Penerj em ah Arwah Set iawan. Jakart a: Penerbit Grafit i Pers

Muladi. 2001. Makalah Asas Legalit as, ( Principle of Legalit y) Dalam Kerangka Pengadilan Hak Asasi Manausia. Disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoc Depart em en Kehakim an dan HAM bekerj asam a dengan The Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 7 Nopem ber

Muladi. 2001. Makalah Kej ahat an Terhadap Kem anusiaan. Disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoc Depart em en Kehakim an dan HAM bekerj asam a dengan The Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 7 Nopem ber

(28)

Hong Lee, Oey. 1960. Kisah Rahasia Perang Korea ( 25- 6- 1950 - 27- 7- 1953) . Jakart a: Lucky

Verri, Piet ro. 1992. Dict ionary of t he I nt ernat ional Law ofArt ned Conflict , Translat edfrom French int o English by Edw ard Markee and Susan Mut t i, Original t it le Dizionario Di Dirit t o I nt ernazional Dei Conflit t i Arm at i, I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross, Geneva

Sihom bing, PLT. 2001. m akalah, Pert anggung Jaw aban Kom ando ( Com m and Responsibili) , disam paikan pada Pelat ihan HAM bagi Hakim dan Hakim Ad Hoe dan Penunt ut Unium Ad Hoc bekerj asam a Depart em en Kehakim an dan HAM- RI dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

___. 1977. Prot ocols Addit ional t o The Geneva Convent ions of 12 August 1949. I nt ernat ional Com m it t ee qf t he Red Cross. Geneva

Leirissa, RZ. 1991. PPRI Perm est a St rat egi Mem bangun I ndonesia Tanpa Kom unis. Jakart a: Pust aka Ut am a Grafit i

Arism unandar, Sat rio. 1991. Cat at an Harian dari Baghdad. Jakart a: Gram edia

Sulaim an dan Bacht iar Ham zah. 1999. Hukum Hum anit er I nt ernasional. Medan: USU Press

Sulaim an. 2000. Jeda Kem anusiaan I m plem ent asi Hukum. Hum anit er I nt ernasional, Maj alah Hukum dan Pem bangunan, Fakult as Hukum Universit as I ndonesia, Nom or 3, Tahun XXX, Juli - Sept em ber

Sulaim an. 1999. Lem baga Suaka Dalam hukum I nt ernasional. Medan: Fakult as hukum USU Press

___. The Geneva Convent ions of August 12, 1949, I nt ernat ional Com m it t ee of t he Red Cross, Geneva

van den Broek ofirn, Theo P.A. dan J. Budi flerm awan ofin. 2001. Mem oria Passionis Di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka: Gam baran 1999. Jakart a: kerj asam a Sekret ariat Keadilan dan Perdam aian ( SKP) Keuskupan Jayapura dan Lem baga St udi Pers dan Pem bangunan ( LSPP) Jakart a

Tuhana Tauflq A. 2000. Aceh Bergolak Dulu, dan Kini Gam a Global Media. Yogyakart a

(29)

Kehakim an dan HAM- Rl dengan The Asia Foundat ion, Hot el Sant ika, Jakart a, 5 s/ d 10 Nopem ber

___. 2000. War Crim inals I n Bosnia's Republika SRPSKA, No Are The People I n Your Neighbourhood KG Balkans Report No. 103, Saraj evol Washingt onl Brussels, 2 Novem ber

___. I nt ernat ional Crim inals Tribunal for Rw anda: Just ice Delayed, I nt ernat ional Crisis Group, Africa Report No. 30, Nairobil Arushal Brusesel

Pe r u n da n g- u n da n ga n:

Undang- undang No. 39 Tahun 1999 t ent ang Hak Asasi Manusia

Undang- undang No. 26 Tahun 2000 t ent ang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- undang Nom or 1 Tahun 1999 Tent ang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Keput usan Presiden Nornor 53 Tahun 2001 t ent ang Pem bent ukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc Pada Pengadilan Negeri Jakart a Pusat

Keput usan Presiden Nom or 96 Tahun 2001 t ent ang Perubahan At as Keput usan Presiden Nom or 53 Tahun 2001 t ent ang Pem bent ukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc Pada Pengadilan Negeri Jakart a Pusat

Keput usan Ket ua Mahkam ah Agung t ent ang Pem bent ukan Pokj a Persiapan Pelaksanaan Peradilan Hak Asasi Manusia.

Su r a t Ka ba r :

(30)

I . D a t a Pr iba di

Riw a ya t H idu p :

Nam a : Sulaim an, SH

N I P : 130802433

Pangkat : Pem bina Ut am a Madya

Golongan : I V/ d

Pekerj aan : St af Pengaj ar, Depart em en Hukum I nt em asional, Fakult as

Hukum USU Medan

Jabat an Fungsional : Guru Besar

Tem pat / Tgl. Lahir : Perbaungan, Kabupat en Deli Serdang/ 28 Desem ber

1947

Agam a/ Kelam in : I slam / Pria

Alam at : Jalan Karya Tani No. 50, Lingkungan VI I I , RT/ RW:

029/ 010, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecam at an Medan Johor, Medan 20143, I ndonesia. Telp. ( 061) 7861695, Hp. 08153007422

Nam a Orang Tua

Ayah : Abdul Ham id Wahab

I bu : Hj . Ram sah

Nam a I st ri : Laksm i I ndah Wardhani, SH

Nam a anak- anak : 1. Teguh Perdana Sulaim an, SH,SpN

2. Sofiasari Sulaim an ( Alm .) 3. Redha Faj ar Sulaim an, SE.Ak

4. Moham m ad Sigit Sulaim an, Mahasiswa Program S1 FH USU Medan

5. Shadrinaningrum Sulaim an, Siswi SMA Negeri 2

Medan

I I. Pe n didik a n

( 1) 1954- 1960: Sekolah Rakyat Negeri No. 9 di Medan, Lulus, Surat Tam at Belaj ar 15 Juli 1960, Nom or Daft ar I nduk: 533, Kepala Sekolah: Abdul Ham id

( 2) 1960- 1963: Sekolah Menengah Um um Tingkat Pert am a, Negeri I I di

Medan, Lulus, I j azah: 20 Juli 1963, No. L. 11177/ 1779, Kepala Sekolah: Kayam udin Nasut ion

( 3) 1963–1966: Sekolah Menengah Um um Tingkat At as Negeri V di Medan, Lulus, I j azah: 5 Desem ber 1966, Nom or I nduk

Referensi

Dokumen terkait

Akan mengabdi kepada Universitas Andalas setelah menyelesaikan studi sekurang- kurangnya selama dua kali masa studi ditambah satu tahun (2n+1);.. Demikian surat pernyataan ini

Panitia Pelelangan Umum Bidang Konstruksi pada Dinas PU Kota Jambi Tahun Anggaran 2011, akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi (Non E-Proc) untuk

[r]

EFEKTIVITAS PERMAINAN D OBBLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KATA BEND A BAHASA JERMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Teknik analisis data yang digunakan Wilcoxon Signed Rank Test, dari perhitungan tersebut didapatkan nilai Z=2,616, dengan p(0.009)p<0,05, ini membuktikan bahwa

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami harapkan kehadiran Saudara dengan membawa semua surat-surat asli kualifikasi dan Dokumen Penawaran, sekiranya Saudara tidak hadir

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Sistim Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan memenuhi persyaratan : Badan Usaha Kecil dan Non

[r]