• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap pemberian Vermikompos dan Pupuk P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap pemberian Vermikompos dan Pupuk P"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI VARIETAS DETAM 1 TERHADAP PEMBERIAN VERMIKOMPOS

DAN PUPUK P

SKRIPSI

OLEH:

NOVITA SARI SIHALOHO/100301199 AGRROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI VARIETAS DETAM 1 TERHADAP PEMBERIAN VERMIKOMPOS

DAN PUPUK P

SKRIPSI

OLEH:

NOVITA SARI SIHALOHO/100301199 AGRROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap pemberian Vermikompos dan Pupuk P

Nama : Novita Sari Sihaloho

NIM : 100301199

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1

Terhadap Pemberian Vermikompos dan Pupuk P, di bawah bimbingan Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi. dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk P terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara-Medan (± 25 m dpl) pada Maret – Juni 2015 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian vermikompos dengan

4 taraf yaitu V0 (kontrol), V1 (0,25 kg/polibag), V2 (0,5 kg/polibag), dan V3 (0,75 kg/polibag). Faktor kedua adalah pemberian pupuk P dengan 4 taraf yaitu P0(kontrol), P1(0,625 g/polibag), P2 (1,25 g/polibag) dan P3 (1,825 g/polibag). Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), umur berbunga (hari), bobot basah akar (g), bobot kering akar (g), bobot basah tajuk (g), bobot kering tajuk (g), volume akar (ml), jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, bobot 100 biji kering (g) dan umur panen (hari).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 – 5 MST, diameter batang umur 3 – 5 MST, umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman dan jumlah polong berisi. Interaksi antara vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman kedelai.

(5)

ABSTRACT

The Growth and Yield Response of Soybean Var. Detam 1 with The

Aplication of Vermicompost and Phosphate Fertilizer, supervised by Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi. dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

The objectives of the experiment were to determine the effect of vermicompost and phospate fertilizer aplication on the growth of soybean. This research was carried out at the field of Agriculture Faculty University of Sumatera Utara on March – June 2015 and was arranged in a randomized block design with two factors. The first factor was the application of vermicompost in

4 level: V0 (control), V1 (0,25 kg/polybag), V2 (0,5 kg/polybag), and V3 (0,75 kg/polybag). The second factor was the application of phosphate

fertilizer in 4 level: P0 (control), P1 (0,625 g/polybag), P2 (1,25 g/polybag) and P3 (1,825 g/polybag). Parameters observed were height of plant, diameter of stem, flowering age, fresh weight of root, dry weight of root, fresh weight of crown, dry weight of crown, volume of root, number of productive branches, number of pods per plant, number of content pods, dry weight of 100 seeds, and harvesting age.

The result of research showed that application of vermicompost and phospate fertilizer significantly affected on height of plant 3 - 5 week after planting, diameter of stem age 3 – 5 week after planting, flowering age, fresh weight of root, dry weight of root, fresh weight of crown, dry weight of crown, root volume, number of productive branches, number of pods per plant, and number of content pods. The interaction of aplication of vermicompost and phospate fertilizer were significant to flowering age of plant.

(6)

RIWAYAT HIDUP

NOVITA SARI SIHALOHO, lahir di Sionggang, 12 Mei 1992, anak dari Bapak H. Sihaloho dan Ibu N. br. Manurung yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pematang Siantar pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memilih Program Studi Agroekoteknologi, minat Budidaya Pertanian Perkebunan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia–Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai varietas Detam 1 terhadap Pemberian Vermikompos dan

Pupuk P yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis Ayahanda H. Sihaloho dan Ibunda N. br. Manurung yang telah membesarkan, mendidik dan mendukung penulis dengan kasih sayang selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran dan arahan kepada penulis selama pengerjaan penelitian dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk adik – adik saya Irma Suryani Sihaloho, Ruly Fitrah Sihaloho dan Enjelina Sihaloho yang telah banyak mendukung dan memotivasi dalam mengerjakan studi. Dan kepada teman-teman 2010 dan adik – adik 2013 yang telah banyak terlibat mengerjakan penelitian ini baik di lahan dan dalam mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini serta kepada koordinasi KMK Pertanian yang telah banyak mendukung penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Agustus 2015

(8)

DAFTAR ISI

Aplikasi Vermikompos ... 19

Aplikasi Pupuk P ... 19

Penanaman Benih ... 20

Pemeliharaan Tanaman ... 20

Penyiraman ... 20

Pemupukan ... 20

Penjarangan ... 20

(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21

Panen ... 21

Pengamatan Parameter ... 21

Tinggi Tanaman (cm)... 21

Diameter Batang (mm) ... 21

Umur Berbunga (hari) ... 21

Bobot Basah Akar (g) ... 22

Bobot Kering Akar (g) ... 22

Bobot Basah Tajuk (g)... 22

Bobot Kering Tajuk (g) ... 22

Bobot Basah Tajuk (g)... 33

Bobot Kering Tajuk (g) ... 35

Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai terhadap Pemberian Vermikompos ... 44

Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk P ... ... 47

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tinggi tanaman kedelai pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST pada 4 taraf

pemberian vermikompos dan pupuk P ... 25 2. Diameter batang kedelai pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST pada 4 taraf

pemberian vermikompos dan pupuk P ... 27 3. Umur berbunga tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 29 4. Bobot basah akar tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 30 5. Bobot kering akar tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 32 6. Bobot basah tajuk tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 33 7. Bobot kering tajuk tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 35 8. Volume akar tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos dan

pupuk P ... 36 9. Jumlah cabang produktif tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 38 10. Jumlah polong per Tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 39 11. Jumlah polong berisi tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 41 12. Bobot 100 biji kering tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

dan pupuk P ... 43 13. Umur panen tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan tinggi tanaman umur 5 MST dengan vermikompos ... 26

2. Hubungan tinggi tanaman umur 5 MST dengan pupuk P ... 26

3. Hubungan diameter batang umur 5 MST dengan vermikompos ... 28

4. Hubungan diameter batang umur 5 MST dengan pupuk P ... 28

5. Hubungan umur berbunga kedelai dengan interaksi vermikompos dan pupuk P ... 29

6. Hubungan bobot basah akar tanaman dengan vermikompos ... 31

7. Hubungan bobot basah akar tanaman dengan pupuk P ... 31

8. Hubungan bobot kering akar tanaman kedelai dengan vermikompos ... 32

9. Hubungan bobot kering akar tanaman kedelai dengan pupuk P ... 33

10. Hubungan bobot basah tajuk tanaman kedelai dengan vermikompos ... 34

11. Hubungan bobot basah tajuk tanaman kedelai dengan pupuk P ... 34

12. Hubungan bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan vermikompos ... 35

13. Hubungan bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan pupuk P ... 36

14. Hubungan volume akar tanaman dengan pemberian vermikompos ... 37

15. Hubungan volume akar tanaman dengan pemberian pupuk P ... 37

16. Hubungan jumlah cabang produktif tanaman kedelai vermikompos... 38

17. Hubungan jumlah cabang produktif tanaman kedelai pupuk P ... 39

18. Hubungan jumlah polong per tanaman kedelai dengan vermikompos ... 40

19. Hubungan jumlah polong per tanaman kedelai dengan pupuk P ... 40

20. Hubungan jumlah polong berisi tanaman kedelai dengan vermikompos .. 42

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 2 MST ... 55

2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 2 MST ... 55

3. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 3 MST ... 56

4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 3 MST ... 56

5. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 4 MST ... 57

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 4 MST ... 57

7. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada 5 MST ... 58

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 5 MST ... 58

9. Data Pengamatan diameter batang (cm) pada 2 MST ... 59

10. Daftar sidik ragam diameter batang pada 2 MST ... 59

11. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 3 MST ... 60

12. Daftar sidik ragam diameter batang pada 3 MST ... 60

13. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 4 MST ... 61

14. Daftar sidik ragam diameter batang pada 4 MST ... 61

15. Data pengamatan diameter batang (cm) pada 5 MST ... 62

16. Daftar sidik ragam diameter batang pada 5 MST ... 62

17. Data Pengamatan umur berbunga (hari) ... 63

18. Daftar sidik ragam umur berbunga (hari) ... 63

19. Data pengamatan bobot basah akar (g) ... 64

20. Daftar sidik ragam bobot basah akar (g) ... 64

21. Data pengamatan bobot kering akar (g) ... 65

(13)

23. Data Pengamatan bobot basah tajuk (g) ... 66

24. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk (g) ... 66

25. Data pengamatan bobot kering tajuk (g) ... 67

26. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk (g) ... 67

27. Data pengamatan volume akar (ml) ... 68

28. Daftar sidik ragam volume akar (ml) ... 68

29. Data Pengamatan jumlah cabang produktif ... 69

30. Daftar sidik ragam jumlah cabang produktif ... 69

31. Data pengamatan jumlah polong per tanaman ... 70

32. Daftar sidik ragam jumlah polong per tanaman ... 70

33. Data pengamatan jumlah polong berisi ... 71

34. Daftar sidik ragam jumlah polong berisi ... 71

35. Data Pengamatan bobot 100 biji kering (g) ... 72

36. Daftar sidik ragam bobot 100 biji kering (g) ... 72

37. Data pengamatan umur panen (hari) ... 73

38. Daftar sidik ragam umur panen (hari) ... 73

39. Bagan penelitian ... 73

40. Jadwal penelitian ... 74

41. Deskripsi Kedelai Varietas Detam 1 ... 75

42. Perhitungan kebutuhan pupuk ... 76

41. Hasil analis tanah ... 77

(14)

ABSTRAK

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1

Terhadap Pemberian Vermikompos dan Pupuk P, di bawah bimbingan Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi. dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vermikompos dan pupuk P terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara-Medan (± 25 m dpl) pada Maret – Juni 2015 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian vermikompos dengan

4 taraf yaitu V0 (kontrol), V1 (0,25 kg/polibag), V2 (0,5 kg/polibag), dan V3 (0,75 kg/polibag). Faktor kedua adalah pemberian pupuk P dengan 4 taraf yaitu P0(kontrol), P1(0,625 g/polibag), P2 (1,25 g/polibag) dan P3 (1,825 g/polibag). Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), umur berbunga (hari), bobot basah akar (g), bobot kering akar (g), bobot basah tajuk (g), bobot kering tajuk (g), volume akar (ml), jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, bobot 100 biji kering (g) dan umur panen (hari).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 – 5 MST, diameter batang umur 3 – 5 MST, umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman dan jumlah polong berisi. Interaksi antara vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman kedelai.

(15)

ABSTRACT

The Growth and Yield Response of Soybean Var. Detam 1 with The

Aplication of Vermicompost and Phosphate Fertilizer, supervised by Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi. dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

The objectives of the experiment were to determine the effect of vermicompost and phospate fertilizer aplication on the growth of soybean. This research was carried out at the field of Agriculture Faculty University of Sumatera Utara on March – June 2015 and was arranged in a randomized block design with two factors. The first factor was the application of vermicompost in

4 level: V0 (control), V1 (0,25 kg/polybag), V2 (0,5 kg/polybag), and V3 (0,75 kg/polybag). The second factor was the application of phosphate

fertilizer in 4 level: P0 (control), P1 (0,625 g/polybag), P2 (1,25 g/polybag) and P3 (1,825 g/polybag). Parameters observed were height of plant, diameter of stem, flowering age, fresh weight of root, dry weight of root, fresh weight of crown, dry weight of crown, volume of root, number of productive branches, number of pods per plant, number of content pods, dry weight of 100 seeds, and harvesting age.

The result of research showed that application of vermicompost and phospate fertilizer significantly affected on height of plant 3 - 5 week after planting, diameter of stem age 3 – 5 week after planting, flowering age, fresh weight of root, dry weight of root, fresh weight of crown, dry weight of crown, root volume, number of productive branches, number of pods per plant, and number of content pods. The interaction of aplication of vermicompost and phospate fertilizer were significant to flowering age of plant.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik (2015) produksi kedelai pada tahun 2012 sebesar 843.153 ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 8.130 ton (0,96%) dibandingkan tahun 2011 sedangkan produksi kedelai tahun 2013 sebesar 779.992 ton biji kering, menurun sebanyak 63.161 ton (7,49%) dibandingkan tahun 2012. Penurunan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena turunnya luas panen seluas 13,49 ribu ha (2,38 %) dan produktivitas sebesar 0,28 kuintal/ha (1,89%), diperkirakan penurunan yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Sehingga di butuhkan budidaya tanaman kedelai yang efektif, salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah kurangnya lahan produktif, sehingga peningkatan produksi kedelai akan diarahkan ke lahan kering masam ultisol yang arealnya cukup luas.

Beberapa tahun terakhir, permintaan kedelai hitam memperlihatkan peningkatan. Peruntukan utama kedelai hitam adalah untuk bahan baku kecap, selain mempunyai aroma dan rasa kecap yang enak juga memiliki kandungan protein dan nutrisi yang lebih baik dibanding dengan kecap kedelai kuning. Varietas kedelai hitam Detam-1 dan Detam-2 berdaya hasil tinggi dan memiliki keunggulan berkandungan protein sangat tinggi, memiliki adaptasi luas (Adie, et al., 2009).

Strategi penanaman kedelai di Indonesia menurut Atman (2009) dengan intensifikasi pertanaman untuk mendukung peningkatan produksi kedelai antara

(17)

lain dapat dilakukan melalui perluasan areal tanam. Perluasan areal tanam tidak hanya dilakukan pada daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi kedelai tetapi juga membuka daerah-daerah pertumbuhan baru. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Sedangkan Risnawati (2010) mengatakan bahwa tanah ini kurang sesuai untuk perkembangan kedelai karena kandungan Al, Fe dan Mn tinggi. Pada lahan masam terjadi defisiensi hara N, P, Ca, Mg, Mo yang dibutuhkan tanaman.

Fosfor dapat merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan mempercepat pekembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah selain itu juga dapat menambah nilai gizi (lemak dan protein). dari hasil penelitian Hadirah (2011) menunjukkan bahwa pemupukan fosfat sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi biji kedelai yaitu berat biji kering.

Indonesia beriklim tropik basah dengan curah hujan yang tinggi, basa – basa tercuci dari komplek koloid tanah sehingga menyebabkan tanah-tanah di Indonesia pada umumnya reaksinya masam, pH rendah <5. Akibatnya ketersediaan hara P menjadi rendah karena terfiksasi. Oleh karena itu, pemupukan fosfat merupakan suatu keharusan. Lebih baik lagi pemupukan fosfat

(18)

Vermikompos diketahui berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan simbiosis mikoriza. Hasil analisa Laboratorium ITB vermikompos tersebut mengandung 34.5 % C, 1.8 % N, 1.1 % P, 1.5 % K, 3.6 % Ca, 1.5 % Mg, Fe 1025.1 mg kg-1, Zn 206.8 mg kg-1, 1028.6 mg kg-1, pH 5.7, kapasitas tukar kation 54.9 mg kg -1 dan daya hantar listrik 22.7 µS cm (Nusantara, et al., 2010). Dengan demikian, vermikompos dapat menambah hara ke dalam tanah atau vermikompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam tanah melalui hasil pelapukannya yaitu asam-asam organik dan CO2. Asam-asam

organik seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik akan menghasilkan anion organik. Anion – anion organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang bersifat sukar larut. Dengan pengikatan Al, Fe dan Ca ini ion-ion akan bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah. Proses pengikatan logam seperti Al, Fe dan Ca oleh senyawa asam – asam organik komplek disebut dengan khelasi dan senyawa kompleknya disebut khelat (Damanik, et al., 2011).

Hasil analisis tanah ultisol menurut BPTP Bogor (2015) adalah sebagai berikut pH 5,1, C 0,17 %, N 0,02 %, C/N 9, P2O5 40 mg/100g, K2O 37 mg/100g,

Al3+ 0,67 cmol/kg dan H+ 0,48 cmol/kg. Sedangkan hasil analisi pupuk organik

(19)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Detam 1 terhadap pemberian Vermikompos dan Pupuk P.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh dari pemberian vermikompos dan pupuk P serta interaksi dari keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai Varietas Detam 1.

Kegunaan Penelitian

(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003) klasifikasi tanaman kedelai diklasifikasika sebagai berikut Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub-Divisi : Angiospermae,

Kelas : Dicotyledoneacae, Ordo : Rosales, Famili : Leguminoceae, Sub-Famili : Papilionacae, Genus : Glycine, Spesies : Glycine max (L.) Merill.

Perakaran kedelai terdiri akar tunggang dan sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder atau serabut. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpuhnya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, perakaran kedelai juga mempunyai kemampuan untuk membentuk nodul yang berfungsi untuk menambah nitrogen bebas (N2) dari udara (Risnawati, 2010). Kedelai memiliki akar primer tunggang dan sekunder serabut. Bagian akar kedelai terdapat bintil akar, dimana bintil akar merupakan simbiosis antara kedelai dengan bakteri Rhizobium japonicum yang mampu mengikat gas nitrogen bebas dari udara. Adanya simbiosis ini menyebabkan kedelai terpenuhi sebagian hara nitrogen untuk pertumbuhannya dan menyebabkan tanah tersebut menjadi subur (Ianca, 2010).

(21)

yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sedangkan pertumbuhan indeterminate dicirikan dengan pucuk batang tetap tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga (Risnawati, 2010).

Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (Trifoliolatus). Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Risnawati, 2010). Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 320 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 34 kali lipat dari varietas yang berbulu normal (Irwan, 2006).

Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak

tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga (Irwan, 2006). Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari

setelah tanam, tumbuh berkelompok pada ruas batang, berwarna putih atau ungu, dan memiliki kelamin jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat bunga

masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang amat kecil (Risnawati, 2010).

(22)

dan bijinya keluar. Sedangkan untuk biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong, biji berkeping dua dan terbungkus oleh kulit tipis (Risnawati, 2010).

Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13% (Irwan, 2006). Syarat Tumbuh

Iklim

(23)

kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C (Irwan, 2006).

Daerah yang paling baik untuk penanaman kedelai ialah daerah yang mempunyai ketinggian sampai 400 m dari permukaan laut. Di daerah yang lebih tinggi lagi, tanaman kedelai tidak akan dapat tumbuh normal. Kedelai dapat tumbuh di tanah yang subur atau tanah agak kurus. Namun demikian, hasilnya akan lebih banyak apabila tanah itu tidak tergenang air dan cukup mengandung kapur. Kedelai dapat ditanam di tanah sawah atau tanah tegalan. Pada waktu masih muda, tanaman kedelai memerlukan air, tanah harus dalam keadaan lembab. Tetapi pada saat menjelang tua, tanaman kedelai tidak memerlukan air lagi, karena itu harus dikeringkan (Prihatman, 2006).

Kedelai merupakan tanaman C3 yang tidak tahan kekeringan dan

penggenangan air. Kondisi air tanah yang baik untuk tanaman kedelai adalah air tanah dalam kapasitas lapang sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh, kemudian kering menjelang panen dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan air tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan kedelai adalah pada keadaan kapasitas lapang (100% air tersedia) (Nurhayati, 2009).

(24)

kritis, yaitu 15 jam perhari. Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai (Irwan, 2006).

Intensitas sinar matahari yang rendah dalam pertanaman tumpangsari kedelai hitam dalam barisan yang rapat akan menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban relative udara sehingga laju evapotranspirasi menjadi rendah. Rendahnya suhu menguntungkan bagi proses membukanya stomata sehingga penyerapan CO2 berjalan dengan baik dan dapat digunakan untuk proses

fotosintesis (Wibowo, et al., 2011). Tanah

Kandungan air tanah harus cukup untuk perkecambahan, pertumbuhan, pembungaan dan pengisian polong. Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Kemampuan tanaman untuk menyerap air tersedia tergantung pada jenis tanaman dan profil tanah yang dapat dijangkau oleh akar (Nurhayati, 2009).

(25)

di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah tersebut, tentunya akan menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan pencapaian produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha) (Irwan, 2006).

Kedelai memerlukan tanah yang memiliki airasi, drainase, dan kemampuan menahan air cukup baik, dan tanah yang cukup lembab. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai misalnya: tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 kedelai juga dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Risnawati, 2010). Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerase tanahnya cukup baik. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada pH 5,8 – 7,6. Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman kedelai membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang dengan sifat fisik tanah yang baik (Zahrah, 2011).

(26)

kandungan utamanya adalah mahluk hidup (mikroorganisme) yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme tersebut dapat meningkatkan aktivitas mikroba indogenous, juga keberagaman mikroorganisme. Selain itu dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti pembentukan tunas, pembungaan dan pembuahan serta proses pematangan buah (Soverda dan Hermawati, 2009).

Vermikompos

Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah. Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah (IPPTP, 2001).

Kelompok organisme perombak bahan organik tidak hanya mikrofauna tetapi ada juga makrofauna (cacing tanah). Pembuatan vermikompos melibatkan cacing tanah untuk merombak berbagai limbah seperti limbah pertanian, limbah dapur, limbah pasar, limbah ternak, dan limbah industri yang berbasis pertanian. Kelompok organisme perombak ini dikelompokkan sebagai bioaktivator perombak bahan organik (Simanungkalit, et al., 2006).

(27)

menjadi 14 ton/ha dapat meningkatkan P-tersedia tanah sebesar 1,25 ppm, dosis 7 ton/ha menjadi 21 ton/ha sebesar 23,00 ppm. Pemberian vermikompos dengan dosis yang meningkat juga berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah yaitu pemberian dari dosis 7 ton /ha menjadi 14 ton/ha dapat meningkatkan pH tanah meningkat dari 5,32 menjadi 5,39, dosis 7 ton/ha menjadi 21 ton/ha meningkat dari 5,32 menjadi 5,40. Pemberian vermikompos ke dalam tanah diduga dapat menetralisir aluminium dan besi tanah, sehingga dapat menurunkan potensial kemasaman tanah. Vermikompos yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut dan akan dihasilkan asam-asam organik, seperti asam humat dan asam fulvat. Asam organik ini bereaksi dengan logam aluminium membentuk khelat. Pada hasil penelitian Siswanto, et al. (2004) menunjukkan bahwa respon tanaman tempuyung berbeda nyata terhadap respon tanaman tempuyung terhadap takaran vermikompos. Dimana diantara takaran 0,25 kg/polybag, 0,5 kg/polybag, 0,75 kg/polybag memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada bobot basah daun, bobot kering daun dan panjang akar tanaman.

Vermikompos mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti aktinomisetes 2,8 x 106 sel/gr BK, bakteri 1,8 x 108 sel/gr BK dan fungi 2,6 x 105 sel/gr BK. Dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti vermikompos mengandung senyawa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N2 non simbiotik yang akan membantu memperkaya

(28)

perombakan bahan organik yang kaya N dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan N dalam bentuk vermikompos selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya N. Vermikompos mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik. Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing. Maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk casting. Agregat- agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah (IPPTP, 2001).

(29)

dalam bentuk granul, sehingga lebih mudah dalam pengangkutan dan aplikasinya (Dewi, et al., 2012).

Pupuk P

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan esensi bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Ia merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung di temui pada biji dan titik tumbuh. Permasalahan yang penting yang harus diketahui dari fosfor adalah sebagai fosfor di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen (Damanik, et al., 2011).

Pengelolaan tanah-tanah ultisol memerlukan masukan dalam bentuk masukan organik dan pupuk fosfor agar mampu meneyediskan kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Pemberian kompos hasil dekomposisi dan pemberian pupuk fosfat secara terpisah maupun secara bersamaan dapat meningkatkan komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai pada ultisol. Pemberian kompos (pupuk organik) dan pemberian P secara bersamaan meningkatkan bobot kering akar, bobot kering bagian atas tanaman, jumlah polong total, bobot biji tanaman dan serapan P biji (Bertham, 2002).

Pada umumnya fosfor didalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap hara fosfor dalam bentuk ion orthofosfat yakni: H2PO4-, HPO42-, dan PO43- dimana jumlah dari

(30)

bentuk PO43-. Hidroksi iksida dari Al, Fe dan Mn dapat berekasi dengan ion-ion

fosfat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Al (OH)3 + H2PO4- Al (OH)2 H2PO4 + OH-

(Damanik, et al., 2011).

Dari hasil penelitian Nuraini (2008) menunjukkan bahwa pemberian pupuk P dapat meningkatkan serapan hara K oleh tanaman dan berat umbi kentang dan pada hasil penelitian Sutrisno (2002) menunjukkan bahwa pupuk SP-36 dapat meningkatkan tinggi tanaman pada pertumbuhan vegetatif dan pada pertumbuhan generatif dapat meningkatkan produksi polong kering maupun biji kering dan bobot 100 biji kacang tanah. Frekuensi pemberian pupuk N dan P berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang tanaman, umur berbunga, umur panen, berat biji kering dan bobot 100 biji tanaman kedelai tertinggi pada pengaplikasian P sebanyak 3 kali (Amri, 2001).

Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam hal beberapa kegiatan, yaitu : pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, kematangan tanaman melawan efek nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Di dalam metabolisme tanaman

(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukan laut pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Detam 1 sebagai objek tanaman yang akan diuji, tanah ultisol sebagai media tumbuh tanaman, vermikompos siap pakai dan pupuk P (SP-36) sebagai bahan pengamatan, polibag ukuran 19,5 cm x 50 cm x 37 cm sebagai wadah tanaman, pupuk Urea dan KCl digunakan sebagai pupuk dasar dan pestisida sebagai bahan untuk pengendalian hama dan penyakit.

Alat yang digunakan adalah ayakan untuk mengayak tanah, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan analitik untuk menimbang, cangkul untuk mengolah lahan dan alat – alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor 1 : Pemberian Vermikompos (V) dengan 4 taraf V0 : 0 kg/polibag

V1 : 0,25 kg/ polibag

V2 : 0,5 kg/ polibag

V3 : 0,75 kg/polibag

(32)

Faktor 2 : Pemberian Pupuk P dengan 4 taraf P0 : 0 kg/ha (kontrol)

P1 : 100 kg/ ha (0,625 g/polibag)

P2 : 200 kg/ ha (1,25 g/polibag)

P3 : 300 kg/ ha (1,875 g/polibag)

Maka akan dapat 16 kombinasi perlakuan yaitu :

V0P0 V0P1 V0P2 V0P3

V1P0 V1P1 V1P2 V1P3

V2P0 V2P1 V2P2 V2P3

V3P0 V3P1 V3P2 V3P3

Jumlah Ulangan : 3 ulangan

Jumlah Unit Percobaan : 48 unit Jumlah tanaman per polybag : 1 tanaman Jumlah polybag per plot : 4 polybag Jumlah sampel per plot : 2 tanaman

Sampel dekstruktif : 1 tanaman

(33)

Data hasil analasis ragam berdasarkan model linier sebagai berikut: Yijk = µ + ρi+ αj + βk + (αβ) jk +

ε

ijk

i = 1, 2, 3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4 Dimana :

Yijk : hasil pengamatan blok ke-i, akibat pemberian pupuk P pada taraf ke-j dan pemberian vermikompos taraf ke-k

µ : nilai tengah

ρi : efek blok ke-i

αj : efek perlakuan pemberian pupuk P pada taraf ke- j

βk : efek perlakuan pemberian vermikompos pada taraf ke-k

(αβ) jk : efek interaksi pemberian pupuk P pada taraf ke-j dan pemberian

vermikompos pada taraf ke-k

ε

ijk : efek galat dari blok ke-i, pemberian pupuk P pada taraf ke-j dan

pemberian vermikompos taraf ke-k

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka analisis

(34)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan adalah lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang terdapat pada lahan dengan menggunakan cangkul dan lahan dibagi menjadi tiga blok dan tiap blok terdapat 16 unit percobaan.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol yang diambil dari daerah Marindal, kemudian tanah tersebut akan dianalisis untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam tanah. Tanah akan diayak dan dimasukkan ke dalam polybag.

Aplikasi Vermikompos

Vermikompos yang digunakan adalah vermikompos siap pakai, dan diaplikasikan 1 hari sebelum penanaman benih kedelai dengan memasukkan dan mencampurkan tanah ultisol dengan vermikompos sesuai dengan perlakuan 0 kg/polibag, 0,25 kg/polibag, 0,5 kg/polibag dan 0,75 kg/polibag. Sebelum diaplikasi terlebih dahulu dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan yang terdapat di dalam vermikompos.

Aplikasi Pupuk P

Pupuk P yang digunakan adalah pupuk SP-36, pupuk diberikan sesuai

dengan perlakuan yaitu 0 g/polibag, 0,625 g/polibag, 1,25 g/polibag dan 1,875 g/polibag. Pemupukan ini dilakukan pada saat tanam secara tugal dalam

polybag dengan jarak ± 5 cm dari lubang tanam atau benih yang ditanam, kemudian ditutup dengan tanah.

(35)

Penanaman Benih

Benih yang di tanam adalah benih kedelai hitam varietas Detam-1 dengan tambahan aplikasi legin pada benih. Benih ditanam sebanyak 2 benih per polybag dengan cara memasukkan benih ke dalam lubang tanam pada kedalaman ± 3 cm, kemudian benih ditutup dengan tanah halus.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan setiap sore hari tergantung dengan kelembaban media tanaman dan hujan, selanjutnya dikurangi saat keadaan tanah masih basah dan lembab.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan pupuk dasar Urea dan KCl

sesuai dengan dosis anjuran terhadap tanaman kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/polybag) dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/polybag).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 Minggu Setelah Tanam (1 MST).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang ada di dalam polybag untuk menghindari persaingan unsur hara dan menggunakan cangkul atau sabit kecil di sekitar plot lahan.

(36)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida kimiawi sebanyak 2 kali dengan menggunakan Decis sesuai dengan dosis kemasan.

Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman sudah memenuhi kriteria matang panen kedelai yang ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan dan daun telah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit. Panen dilakukan pada umur 12 MST dengan cara memotong batang tanaman yang sudah matang.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh, dilakukan dari pangkal sampai pada titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dimulai saat tanaman berumur 2 MST dilanjutkan tiap minggunya 3 MST, 4 MST sampai dengan 5 MST.

Diameter Batang (mm)

Dimameter batang tanaman diukur dengan menggunakan jangka sorong, tepat pada pangkal batang, pengamatan dilakukan mulai dari saat tanaman berumur 2 MST dan di ulangi setiap minggunya 3 MST, 4 MST sampai dengan 5 MST.

Umur Berbunga (Hari)

(37)

Bobot Basah Akar (g)

Penimbangan bobot basah akar dilakukan pada akhir vegetatif dengan menggunakan sample dekstruktif, setelah akar dibersihkan.

Bobot Kering Akar (g)

Penimbangan bobot kering akar dilakukan pada akhir vegetatif dengan mengambil sample dekstruktif, yang dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 80o selama 48 jam.

Bobot Basah Tajuk (g)

Penimbangan bobot basah tajuk dilakukan pada akhir vegetatif dengan menggunakan sample dekstruktif.

Bobot Kering Tajuk (g)

Penimbangan bobot kering tajuk dilakukan pada akhir vegetatif tanaman dengan mengambil sample dekstruktif yang dikeringkan dengan menggunakan oven selama 24 jam.

Volume Akar (ml)

Pengamatan volume akar diamati pada akhir vegetatif dengan menggunakan beaker gelas.

Umur Panen (Hari)

Pengamatan umur panen dilakukan diakhir masa penelitian pada saat kdelai telah mencapai kriteria panen yang di tandai dengan polong berwarna kecoklatan pada satu tanaman.

Jumlah Cabang Produktif

(38)

Jumlah Polong Per Tanaman

Jumlah polong dihitung pada saat panen dengan menghitung jumlah polong yang dihasilkan pertanaman.

Jumlah Polong Berisi

Pengamatan ini dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah polong yang berisi.

Bobot 100 Biji Kering (g)

Penimbangan dilakukan setelah biji kedelai di keringkan, kemudian dihitung bobot 100 biji kering dengan rumus :

Bobot biji per tanaman (g)

Bobot 100 biji kering (g) = x 100

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan data hasil sidik ragam diperoleh bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST dan 5 MST, diameter batang pada 3 MST, 4 MST dan 5 MST, umur berbunga, bobot basah akar, bobot basah tajuk, volume akar, bobot kering akar, bobot kering tajuk, jumlah cabang produktif, jumlah polong pertanaman dan jumlah polong berisi tapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 2 MST, diameter batang 2 MST, bobot 100 biji kering dan umur panen. Interaksi pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga.

Tinggi Tanaman

Aplikasi vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 3, 4, dan 5 MST (lampiran 1-8). Interaksi antara pemberian vermikompos dan aplikasi pupuk P berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

(40)

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai 2, 3, 4, dan 5 MST pada 4 taraf pemberian Vermikompos dan Pupuk P

Waktu

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos dapat meningkatkan tinggi tanaman dapat dilihat dari pengamatan terakhir (5 MST) yaitu dari V0

(kontrol) 19,78 cm meningkat menjadi 28,32 cm pada perlakuan V3 (0,75 kg/polibag). Pemberian pupuk P dapat meningkatkan tinggi tanaman

pada 5 MST dari 20,17cm pada perlakuan V0 (kontrol) sampai 27,91 cm pada perlakuan V3 (1,875 g/polibag).

(41)

y = 10,60x + 21,08

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan vermikompos

Gambar 1 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka tinggi tanaman akan meningkat.

Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan pupuk P

Gambar 2 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka tinggi tanaman akan meningkat.

Diameter Batang

(42)

Tabel 2. Diameter batang kedelai 2, 3, 4, dan 5 MST pada 4 taraf pemberian Vermikompos dan Pupuk P

Waktu

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan pemberian vermikompos meningkatkan diameter batang tanaman kedelai yaitu dari 3,3 mm V0 (kontrol) menjadi 4,73 mm V3 (0,75 kg/polibag). Pemberian pupuk P juga meningkatkan diameter batang dari 3,4 mm P0 (kontrol) menjadi 4,8 mm P3 (1,825 g/polibag).

Grafik hubungan diameter batang kedelai dengan pemberian vermikompos

(43)

y = 1,752x + 3,605

Gambar 3. Hubungan diameter batang kedelai 5 MST dengan vermikompos Gambar 3 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka diameter batang akan meningkat.

Gambar 4. Hubungan diameter batang kedelai 5 MST dengan pupuk P

Gambar 4 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka diameter diameter akan meningkat.

Umur Berbunga (hari)

(44)

Tabel 3. Umur berbunga tanaman kedelai akibat pemberian Vermikompos dan

V1 (0,25 kg/polibag) 32,11efg 30,33d 29,56bc 29,00ab 30,25 V2 (0,5 kg/polibag) 31,89ef 29,78bcd 29,56bc 29,44b 30,17 V3 (0,75kg/polibag 30,56de 28,67a 29,44a 28,89a 29,39

Rataan 32,81 29,78 30,00 29,69

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan umur berbunga terlama terlama pada pemberian vermikompos adalah perlakuan V0 (kontrol) dengan rataan 32,47 hari dan yang tercepat pada perlakuan V3 (0,75 kg/polibag) dengan rataan 29,39 hari. Rataan umur berbunga terlama pada pemberian pupuk P terdapat pada perlakuan

P0 (kontrol) yaitu 32,81 hari dan tercepat 29,69 hari terdapat pada perlakuan P3 (1,825 g/polibag).

Grafik hubungan umur berbunga kedelai terhadap interaksi vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 5.

yV0 = 4,0533x2 - 9,9289x + 36,239

(45)

Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan vermikompos 0,25 kg/polibag dan 0,5 kg/polibag dengan pupuk P merupakan kurva respon interaksi berbentuk linear negatif, dimana semakin tinggi dosis pupuk P yang digunakan semakin cepat umur berbunga kedelai. Kuadratik negatif pada interaksi vermikompos dengan pupuk P yang artinya pada pemberian vermikompos 0 kg/polibag, dosis pupuk P optimum adalah 1,224 g/polibag dan pada verikompos 0,75 kg/polibag, dosis optimum pupuk P adalah 1,333 g/polibag.

Bobot Basah Akar (g)

Data pengamatan dan sidik ragam dari bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 19 yang menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Bobot basah akar tanaman kedelai akibat pemberian Vermikompos dan

Pupuk P

Vermikompos

Pupuk P (g/polibag) Rataan

P0 (kontrol) P1 (0,625) P2 (1,25) P3 (1,875)

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(46)

Hubungan bobot basah akar kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 6 dan 7.

y = 1,2643x + 1,958

Gambar 6. Hubungan bobot basah akar terhadap pemberian vermikompos

Gambar 6 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka bobot basah akar akan meningkat.

Gambar 7. Hubungan bobot basah akar terhadap pemberian pupuk P

Gambar 7 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka bobot basah akar akan semakin meningkat.

Bobot Kering Akar (g)

(47)

interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar tanaman. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering akar tanaman kedelai akibat pemberian Vermikompos dan Pupuk P

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian vermikompos meningkatkan bobot kering akar tanaman yaitu dari 0,96 g (V0) menjadi 1,25 g pada perlakuan V2 dan V3. Demikian juga pada pemberian pupuk P dapat meningkatkan bobot kering akar dari 0,95 g (P0) menjadi 1,31 g dengan pemberian 1,825 g/polibag (P3).

Hubungan bobot kering akar kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 8 dan 9.

y = 0,3634x + 1,0291

Gambar 8. Hubungan bobot kering akar terhadap vermikompos

(48)

y = 0,1787x + 0,9978

Gambar 9. Hubungan bobot kering akar terhadap pemberian pupuk P

Gambar 9 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka bobot kering akar akan semakin meningkat.

Bobot Basah Tajuk

Pada Lampiran 23 menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman kedelai, namun interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot bobot basah tajuk tanaman. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah tajuk tanaman kedelai akibat pemberian Vermikompos dan Pupuk P

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(49)

3,79 g pada perlakuan (V3). Pemberian pupuk P juga dapat meningkatkan bobot basah tajuk dari 2,10 g (P1) menjadi 4,05 g pada perlakuan V3.

Hubungan bobot basah tajuk kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 10 dan 11.

y = 2,2234x + 2,3541

Gambar 10. Hubungan bobot basah tajuk dengan vermikompos

Gambar 10 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka bobot basah tajuk semakin meningkat.

Gambar 11. Hubungan bobot basah tajuk dengan pemberian pupuk P

(50)

Bobot Kering Tajuk (g)

Data pengamatan pada Lampiran 25 terlihat bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi antara pemberian vermikompos dan pupuk P tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan bobot kering tajuk. Hal ini di tunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering tajuk tanaman kedeai akibat pemberian vermikompos dan pupuk P

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa peningkatan bobot kering tajuk menunjukkan pengaruh yang nyata pada pemberian vermikompos yaitu dari 0,99 g (V0) menjadi 1,27 g pada V3. Pemberian pupuk P juga dapat meningkatkan bobot basah tajuk dari 0,98 g (kontrol) menjadi 1,33 g pada P3.

Hubungan bobot kering tajuk kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 12 dan 13.

y = 0,3581x + 1,0556

(51)

Gambar 12 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka bobot kering tajuk akan semakin meningkat.

y = 0,1766x + 1,0243

Gambar 13. Hubungan bobot kering tajuk terhadap pemberian pupuk P

Gambar 13 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka bobot kering tajuk akan semakin meningkat.

Volume Akar (ml)

Data pengamatan pada Lampiran 27 menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap volume akar tanaman kedelai. Namun, interaksi antara pemberian vermikompos dan pupuk P tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan bobot kering tajuk. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Volume akar tanaman kedelai akibat dari pemberian vermikompos dan pupuk P

(52)

Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan bobot kering tajuk menunjukkan pengaruh yang nyata pada pemberian vermikompos yaitu dari 1,75 ml (V0) menjadi 2,80 ml pada perlakuan V2. Pemberian pupuk P juga dapat meningkatkan bobot basah tajuk dari 1,95 ml (P0) menjadi 2,85 ml pada perlakuan V3.

Hubungan volume akar kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 14 dan 15.

y = -3,6745x2 + 4,0225x + 1,7688

Gambar 14. Hubungan volume akar terhadap pemberian vermikompos

Gambar 14 menunjukkan kurva respon berbentuk kuadratik positif yang artinya pengaplikasian dosis vermikompos pada volume akar berada pada nilai optimum yaitu pada dosis 0,55 g/polibag.

y = 0,4572x + 2,0448

Gambar 15. Hubungan volume akar terhadap pemberian pupuk P

(53)

Umur Panen (hari)

Dari data yang di tunjukkan Lampiran 35 terlihat bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen kedelai demikian juga dengan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 13. Umur panen tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos dan pupuk P.

Vermikompos

Pupuk P (g/polibag)

Rataan

P0 (kontrol) P1 (0,625) P2 (1,25) P3 (1,875)

--- hari ---

V0 (Kontrol) 89,00 105,67 111,33 108,50 103,63

V1 (0,25 kg/polibag) 111,33 102,83 100,00 102,83 104,25

V2 (0,5 kg/polibag) 100,00 98,33 104,00 101,17 100,88

V3 (0,75kg/polibag 105,67 86,33 102,83 101,17 99,00

Rataan 101,50 98,29 104,54 103,42

Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan umur panen tanaman terlama pada pemberian vermikompos adalah V1 selama 104,25 hari dan yang tercepat V3 yaitu 99 hari. Dan pemberian pupuk P rataan umur berbunga terlama yaitu P2 selama 104,54 hari dan yang tercepat P1 yaitu selama 98,29 hari. Dapat dilihat bahwa kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Jumlah Cabang Produktif

(54)

Tabel 9. Jumlah cabang produktif tanaman kedelai pada pemberian vermikompos

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 9 terlihat bahwa peningkatan jumlah cabang produktif berpengaruh nyata dari rataan cabang 3,46 (kontrol) menjadi 5,75 pada pemberian 0,75 kg/polibag. Pemberian pupuk P juga dapat meningkatkan jumlah cabang

produktif dari rataan cabang 3,58 (kontrol) menjadi 8,04 pada pemberian 1,825 g/polibag.

Hubungan jumlah cabang produktif kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 16 dan 17.

y = 2,8x + 3,991

Gambar 16. Hubungan jumlah cabang produktif terhadap vermikompos

(55)

Gambar 17. Hubungan jumlah cabang produktif terhadap pupuk P

Gambar 17 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis pupuk P yang diaplikasikan maka jumlah cabang produktif akan semakin meningkat.

Jumlah Polong per Tanaman

Dari data pengamatan Lampiran 31 dapat dilihat bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman kedelai. Sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah jumlah polong per tanaman kedelai. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah polong pertanaman kedelai akibat pemberian vermikompos dan

pupuk P

Vermikompos

Pupuk P (g/polibag)

Rataan

P0 (kontrol) P1 (0,625) P2 (1,25) P3 (1,875)

--- polong ---

V0 (Kontrol) 4,00 6,66 6,23 6,20 5,77c

V1 (0,25 kg/polibag) 6,44 8,69 6,80 6,64 7,14a

V2 (0,5 kg/polibag) 5,10 6,42 7,48 6,82 6,46b

V3 (0,75kg/polibag) 6,22 7,41 7,46 9,11 7,55a

Rataan 5,44c 7,29a 6,99ab 7,19a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(56)

meningkatkan jumlah polong dari rataan polong 5,44 (kontrol) menjadi 7,29 pada pemberian 1,25 g/polibag (P1).

Hubungan jumlah polong per tanaman kedelai terhadap pemberian vermikompos dan pupuk P dapat dilihat dalam Gambar 18 dan 19.

y = 1,8569x + 6,0334

Gambar 18. Hubungan jumlah polong per tanaman dengan vermikompos

Gambar 18 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka jumlah polong per tanaman akan semakin meningkat.

y = -1,0597x2 + 2,7791x + 5,573

Gambar 19. Hubungan jumlah polong per tanaman dengan pupuk P

(57)

Jumlah Polong Berisi

Data pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong berisi dapat dilihat pada Lampiran 33 yang menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi. Namun, interaksi dari keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah polong berisi tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos dan pupuk P

Vermikompos

Pupuk P (g/polibag)

Rataan

P0 (kontrol) P1 (0,625) P2 (1,25) P3 (1,875)

--- polong ---

V0 (Kontrol) 3,64 6,01 5,23 4,99 4,97b

V1 (0,25 kg/polibag) 4,35 7,65 6,54 6,26 6,20a

V2 (0,5 kg/polibag) 4,88 6,23 6,83 6,41 6,09a

V3 (0,75kg/polibag 5,21 7,14 6,68 8,20 6,81a

Rataan 4,52b 6,76a 6,32a 6,46a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian vermikompos dapat meningkatkan jumlah polong berisi yaitu dari rataan sebanyak 4,97 (V1) polong menjadi 6,81 polong pada pemberian 0,75 kg/polibag (V3). Dan pemberian pupuk P juga meningkatkan jumlah polong berisi dari rataan sebanyak 4,52 polong (P0) menjadi 6,76 polong pada pemberian pupuk P 0,625 g/polibag (P1).

(58)

y = 2,1643x + 5,2045

Gambar 20. Hubungan jumlah polong berisi dengan vermikompos

Gambar 20 menunjukkan kurva respon berbentuk linear positif yang artinya semakin tinggi dosis vermikompos yang diaplikasikan maka jumlah polong berisi akan semakin meningkat.

y = -1,3382x2 + 3,3717x + 4,6846

Gambar 21. Hubungan jumlah polong berisi dengan pemberian pupuk P

Gambar 21 menunjukkan kurva respon berbentuk kuadratik positif yang artinya dosis optimum pengaplikasian pupuk P terhadap jumlah polong berisi adalah 1,260 g/polibag.

Bobot 100 Biji Kering

(59)

Tabel 12. Bobot 100 biji kering tanaman kedelai akibat pemberian vermikompos

Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan bobot 100 biji kering per tanaman tertinggi paa pemberian vermikompos yaitu seberat 14,22 g (V2) yang terendah 12,40 g (V0). Dan pemberian pupuk P rataan tertinggi bobot 100 biji kering pertanaman yaitu 13,94 g (P2) dan yang terendah 12,85 g (P0). Dapat dilihat bahwa kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Vermikompos

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian vermikompos berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (3-5 MST), diameter batang (3-5 MST), umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong pertanaman dan jumlah polong berisi.

(60)

peningkatan tinggi tanaman dan diameter batang seiring dengan bertambahnya dosis vermikompos yang diaplikasikan. Bertambahnya tinggi tanaman dan diameter batang didukung oleh kesuburan tanah dan kandungan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Vermikompos merupakan pupuk organik yang mengandung banyak unsur hara yang mendukung pertumbuhan tanaman. Inilah yang menyebabkan pemberian vermikompos hingga pada dosis 0,75 kg/polibag dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang kedelai. Hal ini didukung oleh IPPTP (2001) yang menyatakan vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, vermikompos juga berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman.

(61)

cabang dan terendah V0 dengan rataan 3,46 cabang mengalami peningkatan 39,82%. Hubungan vermikompos parameter tersebut dapat dilihat dalam Gambar 10, 12 dan 16, yaitu kurva linear positif yang menunjukkan peningkatan bobot basah dan kering tajuk, jumlah cabang produktif belum mencapai nilai optimum pada dosis yang ditentukan. Hal ini dikarenakan vermikompos dapat membantu pembentukan akar, karena vermikompos mempunyai struktur yang remah sehingga mendukung pertumbuhan akar tanaman serta mengandung N yang tinggi untuk membentuk tajuk tanaman. hal ini sesuai dengan literatur IPPTP (2001) yang menyatakan bahwa vermikompos mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, antara lain Azotobacter sp. Yang merupakan bakteri penambat N2 non

simbiotik yang akan membantu memperkaya N dalam vermikompos. Vermikompos mempunyai struktur yang remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah.

(62)

enzim tanah dan kaya hara yang bersifat lepas lambat yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil pertanian.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk P

Pemberian pupuk P berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (3-5 MST), diameter batang (3-5 MST), umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong pertanaman dan jumlah polong berisi.

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk P terhadap tinggi tanaman, pada pengamatan terakhir (5 MST) rataan tertinggi terdapat pada P3 yaitu 27,91 cm dan terendah P0 yaitu 20,17 cm. Demikian juga dengan diameter batang rataan tertinggi pada pengamatan terakhir (5 MST) adalah perlakuan P3 yaitu 4,86 mm dan terendah P0 yaitu 3,47 mm. Dapat dilihat bahwa pemberian pupuk P pada dosis 1,875 g/polibag dapat meningkatkan tinggi tanaman 27,73% dan diameter batang 28,6% dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P. Pada Gambar 2 dan 4 dapat dilihat hubungan vermikompos dengan tinggi tanaman dan diameter batang yang terus meningkat sesuai dengan dosis yang di tentukan. Pemberian pupuk P berguna bagi tanaman terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena merupakan unsur hara makro yang esensi bagi pertumbuhan tanaman. Damanik et al. (2011) menyatakan unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan tanaman.

(63)

yaitu 0,95 g (meningkat 32,06%), volume akar tertinggi P3 dengan rataan 2,85 ml dan terendah P0 dengan rataan 1,95 ml (meningkat 31,57%). Sama halnya dengan pengamatan bobot basah tajuk, rataan tertinggi terdapat pada P3 yaitu 4,05 g dan terendah P0 yaitu 2,10 g (meningkat 48,14%), pengamatan bobot kering tajuk tertinggi pada P3 yaitu 1,33 g dan terendah P0 yaitu 0,98 g (meningkat 26,31%). Pada pengamatan jumlah cabang produktif juga menunjukkan hal yang sama, dimana rataan tertinggi P3 yaitu 5,79 cabang dan terendah P0 yaitu 3,21 cabang. Hubungan pupuk P dengan parameter yang diamati dapat dilihat pada gambar masing-masing parameter, dimana kurva linear positif belum menunjukkan nilai optimum dari pengaplikasian dosis pupuk yang di tentukan. Hal ini dikarenakan pemberian fosfat sangat berpengaruh pada keseluruhan pertumbuhan tanaman. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian Sutrisno (2002) pada tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa pupuk SP-36 dapat meningkatkan tinggi tanaman pada vegetatif dan pada pertumbuhan generatif.

(64)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Interaksi antara Vermikompos dan Pupuk P

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

(65)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan vermikompos berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (3-5 MST), diameter batang (3-5 MST), umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong seluruhnya dan jumlah polong berisi.

2. Pemberian pupuk P berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman (3-5 MST), diameter batang (3-5 MST), umur berbunga, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, volume akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong seluruhnya dan jumlah polong berisi.

3. Interaksi vermikompos dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap umur

berbunga dengan kombinasi terbaik pada perlakuan vermikompos 0,75 kg/polibag dan pupuk P 0,625 g/polibag (V3P1).

Saran

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M. M., Suharsono dan Sudaryono, 2009. Prospek Kedelai Hitam Varietas Detam-1 dan Detam-2. Peneliti Pemuliaan Balai enelitian Tanaman Kacang – Kacangan dan Umbi-umbian. Buletin Palawija No. 18.

Atman, 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. J. Ilmiah Tambua. Vol. VIII, No. I : 39-45 hlm.

Amri, A. L., 2001. Frekuensi Pemberian N dan P dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Tanah Gambut. J. Stigma Indonesia. Vol 9 (3) hal: 205-210.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015. Laboratorium Pengujian Laporan Hasil pengujian Analisis Contoh Pupuk Organik dan Hasil Analisis Contoh Tanah. Kementrian Pertanian. Bogor.

Badan Pusat Statistik, 2015. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara 2014). Berita Resmi Statistik. No. 25/03/21 Th.X.

Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Ramalan II Tahun 2013). Berita Resmi Statistik. No. 73/11/ Th. XVI.

Bertham, Y. H., 2002. Respon Tanaman Kedelai Terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 4 (2) hal: 78-83.

Damanik, M. M. B., et al., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Dewi, W. S. Sumarno, dan S. Rossati, 2012. Potensi Cacing Tanah Eksotik Endogenik Pontiscolex corethrurus Untuk Produksi Vermikompos Granul (Vermigran) Berbasis Bahan Organik Lokal. J. Agroekoteknologi. UNS, Surakarta.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hadirah, F., 2011. Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Biji Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Universitas Gajah Putih. Takengon.

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai 2, 3, 4, dan 5 MST pada 4 taraf pemberian Vermikompos dan Pupuk P
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan vermikompos
Tabel 2. Diameter batang kedelai 2, 3, 4, dan 5 MST pada 4 taraf pemberian Vermikompos dan Pupuk P
Tabel 3. Umur berbunga tanaman kedelai akibat pemberian Vermikompos dan Pupuk P
+7

Referensi

Dokumen terkait

data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu dengan. menjabarkan data yang diperoleh dengan kata atau kalimat

[r]

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT2. TOTAL LABA (RUGI)

Data dibutuhkan secara tidak langsung oleh KPU, artinya data harus melalui proses lebih lanjut untuk dapat dimanfaatkan sebagai informasi 3 Data dibutuhkan secara langsung

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam. Jabatan Fungsional Diplomat sesuai dengan

Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan Dokter Pendidik Klinis adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada

Dari sisi pengguna wifi maka prinsip kerjanya akan berbeda terutama pada bagian max485, dimana max485 akan mengubahkan sinyal serial yang didapat dari arduino menjadi

Kegiatan pengabdian dengan judul Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Pada Himpunan Mahasiswa Jurusan/ Program Studi Tadris IPS IAIN Metro dilaksanakan