1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam kehidupan masyarakat matematika merupakan salah satu alat
bantu untuk mengatasi berbagai macam permasalahan (Masykur dan Fathani, 2007:
51). Pada pembelajaran matematika terdapat suatu interaksi yang berakibat pada
pemahaman peserta didik terhadap materi matematika. Pembelajaran matematika
yang efektif yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara maksimal
atau berpusat pada peserta didik. Pada umumnya pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik merupakan pembelajaran aktif yang melibatkan peserta didik dalam
aktivitas fisik atau melibatkan peserta didik secara mental dalam berpikir (Sani,
2013: 46). Proses berpikir dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan untuk
menuju proses berpikir kritis dalam upaya membangun pengetahuan sendiri
berdasarkan potensi yang telah dimilikinya. Untuk membuat peserta didik terlibat
langsung dalam aktivitas pembelajaran serta untuk mencapai terjadinya
pembelajaran ideal pada pembelajaran matematika diperlukan peningkatan segala
komponen pembelajaran. Salah satu komponen tersebut adalah peran seorang
pendidik (Jamil, 2014: 81).
Sejalan dengan pernyataan di atas, guru merupakan faktor yang lebih
berperan dalam pendukung keberhasilan proses pembelajaran. Di samping
perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran, keberhasilan
pembelajaran matematika selain dipengaruhi oleh sikap guru dalam mengelola
pembelajaran juga dipengaruhi pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
media (Jamil, 2014: 93). Sebagai pengajar, guru perlu menggunakan strategi dan
metode yang tepat pada pembelajaran matematika. Karena metode tidak hanya
berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi, namun juga sebagai upaya
meningkatkan aktivitas peserta didik dan melatih kemampuan berpikir kritis pada
konsep-konsep dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut juga dapat
menentukan efektifitas suatu proses pembelajaran matematika. Dalam hal ini, guru
2
tidak merasa bosan dan agar dapat tercipta kondisi belajar yang menyenangkan,
efektif dan efisien. Selain hal tersebut, guru juga dituntut untuk memahami berbagai
pendekatan pembelajaran agar dapat membimbing peserta didik secara optimal
(Mulyasa, 2014: 104).
Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan pada kurikulum 2013 adalah
pendekatan scientific. Pada pendekatan ini, materi berdasarkan fenomena atau fakta
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagai fasilitator guru harus memiliki
kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu
membantu peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar. Dengan menerapkan
pendekatan tersebut dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik serta kemampuan berpikir kritis, sehingga
berpengaruh pada hasil belajar matematika peserta didik.
Sejalan dengan pernyataan di atas, didukung pula berdasarkan hasil
wawancara guru bidang studi matematika kelas VIII-2 di SMP Negeri 3 Malang
pada tanggal 14 Februari 2015, menyatakan bahwa di SMP Negeri 3 Malang
menerapkan kurikulum 2013, akan tetapi pembelajaran matematika disampaikan
secara konvensional. Guru menjelaskan bahwa pembelajaran diawali dengan
menyampaikan materi, memberikan contoh soal, berinteraksi dengan peserta didik
melalui tanya jawab, dan dilanjutkan dengan latihan soal. Alasan guru menerapkan
kembali pembelajaran konvensional disebabkan peserta didik masih banyak
memerlukan bimbingan guru dalam memahami materi pada buku. Secara kognitif
siswa masih susah untuk aktif dalam pembelajaran matematika. Hal ini di lihat dari
peserta didik yang hanya diam (pasif) saat guru memberikan pertanyaan atau
permasalahan. Kurang lebih 30,00% peserta didik yang merespon pertanyaan dari
guru. Kemampuan berpikir kritis peserta didik juga masih kurang,di lihat dari nilai
keterampilan peserta didik dalam mengerjakan ulangan matematika dalam bentuk
soal essay mencapai ketuntasan belajar 50,00%. Berbeda dengan soal pilihan ganda,
80,00% peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Sehingga guru sulit untuk
mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran yang akhirnya kembali ke
3
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran di kelas, peserta didik
mengalami kesulitan apabila diminta untuk mengamati materi yang ada dibuku
panduan siswa. Selain itu peserta didik juga mengalami kesulitan apabila diberi
latihan soal yang berbeda dari contoh yang telah diberikan oleh guru. Kesulitan
yang dialami peserta didik ini disebabkan karena terlalu berpedoman pada buku
panduan siswa, di mana dalam buku tersebut penjelasan mengenai langkah-langkah
penyelesainnya kurang lengkap. Oleh karena itu, peserta didik hanya menunggu
penjelasan dari gurunya yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik menjadi tidak terlatih. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan
diskusi kelompok tidak dilakukan dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran matematika didominasi oleh peserta didik yang
sama. Hanya 8 dari 32 jumlah peserta didik saja yang aktif dalam kelas. Akibatnya
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika menjadi kurang efektif.
Peserta didik kurang terlatih untuk berpikir kreatif dalam menemukan konsep yang
berasal dari pemikirannya sendiri yang berakibat kurang berkembangnya keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran matematika serta kurang mengakomodasi
kemampuan siswa dalam berpikir kritis.
Proses pembelajaran matematika di SMPN 3 Malang sebagian sudah
berjalan dengan baik, misalkan adanya interaksi dua arah antar peserta didik dengan
guru sehingga suasana kelas menjadi hidup, tercukupinya kebutuhan sarana dan
prasarana pembelajaran, sikap peserta didik sangat tenang saat menyimak
penjelasan dari guru, serta tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Akan tetapi masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal yaitu aktivitas
bertanya, mengamati, berpikir dan memecahkan masalah. Aktivitas mengamati dan
bertanya peserta didik masih sangat kurang, peserta didik yang memilih diam jika
merasa kesulitan dalam memecahkan masalah. Dalam aktivitas berpikir, peserta
didik masih belum terbiasa berpikir kritis, divergen dan kreatif. Peserta didik masih
terbiasa meniru apa yang dicontohkan oleh guru, tanpa mau berpikir mencari
alternatif jawaban lain yang lebih mudah dimengerti. Dengan kata lain kemampuan
berpikir peserta didik hanya terbatas pada hal-hal rutin. Pada aktivitas memecahkan
4
jawabannya tanpa melakukan pengecekan kembali terhadap langkah yang telah
dikerjakan. Sehingga peserta didik lebih suka ujian obyektif daripada essay karena
tidak dituntut membuat proses penyelesaian soal.
Penyebab belum optimalnya aktivitas peserta didik adalah peserta didik
selalu diarahkan untuk menghafal informasi kemudian digunakan dalam
menyelesaikan soal. Selain itu rendahnya daya serap peserta didik juga disebabkan
kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran yang
masih didominasi guru dan belum memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Dari permasalahan di atas, kurang optimalnya pembelajaran matematika
dipicu oleh faktor guru dan faktor peserta didik. Mengingat pentingnya matematika
maka diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.Kedua
faktor tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu metode pembelajaran serta
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Misalkan menerapkan
suatu metode dan pendekatan yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta
didik dan mengarahkan pada konsep matematika yang penerapannya pada
kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific dan metode
guided inquiry dalam pembelajaran matematika. Pendekatanscientific dan metode
guided inquiry dapat membuat peserta didik aktif dalam kelas dengan mengarahkan untuk berpikir menemukan sendiri konsep materi yang akan dipelajari. Sehingga peserta didik terlibat langsung dalam proses penemuan konsep tersebut. Dengan proses menemukan itu peserta didik akan merasa puas dengan hasil penemuannya, dengan begitu pemahaman peserta didik pada materi juga akan lebih baik. Hal seperti itu, akan membuat peserta didik senang belajar matematika sehingga peserta
didik akan lebih mudah mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya yang akan
berdampak pula pada aktivitas dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan scientific menurut Abidin (2013: 125) merupakan model
pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang
diorientasikan untuk membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui
serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir
5
Pendekatan scientific sengaja dikembangkan dalam rangka menumbuhkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan siswa. Pada pendekatan ini, materi pembelajaran
dikaitkan dengan fenomena dan fakta yang ada.Menurut Kemendikbud (2013: 184)
pendekatan scientific dalam proses pembelajaran meliputi Observing (mengamati),
Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), dan
Networking (membentuk jejaring). Dalam hal ini, pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan scientific diharapkan mampu melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, dan inovatif.
Hasil penelitian oleh Kibtyah (2014) di SMP Negeri 18 Malang
menyimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan scientific (ilmiah) dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu tahap mengamati, membentuk jejaring
atau mengkomunikasikan matematika berkategori sangat baik, dari aktivitas
menanya, menalar, dan mencoba berkategori baik juga. Selain itu kemampuan
komunikasi matematika dengan indikator menggunakan dan menjelaskan
pemikiran mengenai ide matematika dan hubungannya tergolong tinggi.
Pembelajaran diawali dengan guru memberikan gambar dengan visualisasi berupa
gambar yang diamati, guru meminta peserta didik mengajukan pertanyaan, peserta
didik berdiskusi, guru memberikan suatu permasalahan lanjutan, memberikan
kesempatan peserta didik untuk menyimpulkan, membuat kesimpulan secara
bersama, dan guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik.
Agar pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika berjalan dengan
baik, maka perlu adanya inovasi baru dengan cara memadukan pendekatan
scientific dengan salah satu metode pembelajaran. Metode tersebut adalah metode
guided inquiry. Pendekatan scientific akan efektif jika diterapkan dengan
menggunakan metode guided inquiry, karena keduanya membangun aktivitas siswa
untuk memecahkan masalah melalui berpikir kritis.
Metode guided inquiry melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, sehingga peserta didik
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri Gulo (dalam Trianto,
2009: 166). Pada dasarnya metode guided inquiry menempatkan peserta didik
6
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru, akan tetapi peserta
didik terlibat secara langsung dalam proses penemuan konsep tersebut. Selama
proses penemuan, peserta didik mendapat bimbingan guru baik berupa petunjuk
secara lisan maupun tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja peserta
didik.
Metode guided inquiry juga baik untuk melatih kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Karena pada metode ini, peserta didik dihadapkan pada situasi
dimana bebas untuk mengumpulkan data, menyelidiki, membuat dugaan,
mencoba-coba (trial and error), mencari dan menentukan pola, menyusun rumus beserta
bentuk umum, membuktikan benar atau salah dugaan dan menarik kesimpulan.
Sehingga metode guided inquiry menjadikan peserta didik lebih paham dalam
menguasai materi, dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir
kritis, serta aktivitas peserta didik dikelas menjadi lebih bermakna.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damayanti (2013) di SMP N Satu
Atap Merjosari menyimpulkan bahwa penemuan terbimbing adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep yang
sedang dipelajari dengan bimbingan guru. Aktivitas peserta didik yang relevan
dengan KBM termasuk dalam kategori baik. Ketuntasan hasil belajar yang
diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran peemuan terbimbing sebesar
57,14%. Dilihat dari persentase ketuntasan hasil penelitian dapat dikatakan
meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa pentingnya menerapkan suatu
pembelajaran dengan pendekatan scientific menggunakan guided Inquiry pada
pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan pendekatan scientific
menggunakan guided Inquiry diartikan sebagai suatu metode pemecahan masalah
atau penemuan konsep sendiri yang menuntut peserta didik untuk aktif dengan
mencari informasi dari proses pengamatan, menanya, mencoba, dan menalar yang
dipadukan dengan pemecahan masalah yang menuntut peserta didik untuk mampu
menemukan konsep sendiri atau pemecahan masalah sendiri. Pendekatan scientific
menggunakan guided Inquiry merupakan pendekatan yang memberikan
7
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan dalam
proses pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang “Penerapan Pendekatan
Scientific menggunakan Guided Inquiry (Penemuan Terbimbing) Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Malang” perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengukur aktivitas dan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan pendekatan scientific
menggunakan guided inquiry dalam pembelajaran matematika?
2. Bagaimana tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran matematika
dengan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry?
3. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik pada
pembelajaran matematika dengan pendekatan scientific menggunakan guided
inquiry?
1.3
Batasan MasalahBatasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan
penelitian untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan.
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Materi yang dipilih dalam penerapan pendekatan scientific menggunakan
guided inquiry adalah materi perbandingan.
2. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-2 SMP Negeri 3 Malang.
3. Aktivitas dalam penelitian ini adalah aktivitas yang mengacu pada pendekatan
scientific yang meliputi aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
membentuk jejaring (mengkomunikasikan).
4. Kemampuan berpikir kritis matematika dalam penelitian ini mencakup
8
masalah yang berhubungan dengan materi yang meliputi hasil dari pekerjaan
peserta didik dengan tes individu.
1.4
Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan:
1. Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry dalam
pembelajaran matematika.
2. Tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran matematika dengan
pendekatan scientific menggunakan guided inquiry.
3. Tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik pada
pembelajaran matematika dengan pendekatan scientific menggunakan guided
inquiry.
1.5
Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak.
1. Bagi siswa
Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan dan melatih kemampuan siswa untuk lebih
kritis dalam berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan matematika
ataupun menemukan konsep matematika yang berhubungan dengan
lingkungan siswa.
2. Bagi guru mata pelajaran
Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry diharapkan
dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengembangkan
keaktifan dan kemampuan berpikir kritis dalam menemukan suatu konsep atau
permasalahan matematika siswa SMP serta sebagai masukan tambahan model
9 3. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi model pembelajaran
dan dapat memberikan sumbangan yang baik untuk perbaikan pembelajaran di
sekolah.
1.6 Definisi Operasional
Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberikan penegasan agar
tidak terjadi kesalahan penafsiran dan pemahaman. Beberapa hal yang dimaksud
antara lain:
1. Pembelajaran matematika adalah serangkaian aktivitas guru dalam
memberikan pengajaran terhadap peserta didik untuk membangun konsep
matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses arahan bimbingan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
2. Pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dimana peserta didik melaksanakan tahapan-tahapan mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring.
3. Guided Inquiry dalam arti penemuan terbimbing merupakan suatu
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dari suatu masalah yang
dipertanyakan dengan bimbingan guru.
4. Aktivitas belajar merupakan interaksi yang dilakukan peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku
lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksud
adalah aktivitas yang mengacu pada pendekatan scientific yang meliputi
aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring
(mengkomunikasikan/presentasi).
5. Kemampuan berpikir kritis matematika adalah kemampuan peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep matematika serta memecahkan masalah
matematika yang berhubungan dengan materi secara tertulis saat pembelajaran
matematika. Sebagai acuan untuk mengamati tingkat kemampuan berpikir
10
beberapa indikator, yaitu kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan,
kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan
masalah, kemampuan mengevaluasi argument yang relevan dalam
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
Topik Tugas Akhir : Penelitian Pendidikan Matematika
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 3 MALANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
FARISKA MURTINA SARI NIM: 201110060311214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
1.6 Definisi Operasional... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 11
2.1.1 Definisi Belajar ... 11
2.1.2 Definisi Pembelajaran Matematika ... 12
2.2 Hasil Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14
2.2.1 Definisi Hasil Belajar ... 14
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15
2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific) ... 16
vi
2.5 Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry Pada Pembelajaran Matematika ... 28
2.6 Aktivitas Belajar ... 32
2.6.1 Definisi Aktivitas Belajar ... 32
2.6.2 Manfaat Aktivitas Belajar ... 34
2.6.3 Indikator Aktivitas Belajar ... 35
2.7 Kemampuan Berpikir Kritis ... 35
2.7.1 Definisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 35
2.7.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 36
2.8 Keterlaksanaan Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry Pada Perbandingan ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 45
3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 45
3.4 Data dan Sumber Data... 45
3.5 Data dan Sumber Data... 46
3.5.1 Observasi ... 46
3.5.2 Tes ... 48
3.6 Instrumen Penelitian... 48
3.6.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 48
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 61
4.1 Penerapan Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry ... 61
4.1.1 Pertemuan Pertama (22 April 2015) ... 62
4.1.2 Pertemuan Kedua (23 Apil 2015) ... 68
4.1.3 Pertemuan Ketiga (25 April 2015) ... 74
4.1.4 Pertemuan Keempat (29 April 2015) ... 80
4.2 Aktivitas Guru Dalam Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 81
4.3 Aktivitas Peserta Didk dalam Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 85
4.4 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika ... 88
4.5 Pembahasan Penelitan ... 107
4.5.1 Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 107
4.5.2 Aktivitas Peserta Didik ... 111
4.5.3 Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
5.1 Kesimpulan ... 118
5.2 Saran ... 119
Daftar Pustaka ... 120
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kegiatan Mengamati ... 18
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendekatan Scientific ... 21
Tabel 2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Guided Inquiry ... 26
Tabel 2.4 Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran ... 31
Tabel 2.5 Indikator Aktivitas Peserta Didik ... 35
Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis... 37
Tabel 3.1 Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 46
Tabel 3.2 Aktivitas Guru ... 47
Tabel 3.3 Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 48
Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru... 49
Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 51
Tabel 3.6 Keterangan dan Petunjuk Penskoran Aktivitas Siswa ... 51
Tabel 3.7 Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 55
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik... 55
Tabel 3.9 Kriteria Aktivitas Guru dan Peserta Didik... 58
Tabel 3.10 Kriteria Berpikir Kritis ... 59
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 61
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 82
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 85
Tabel 4.4 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 90
Tabel 4.5 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 92
Tabel 4.6 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 93
Tabel 4.7 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Tes ... 96
ix
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam
Tes ... 103
Tabel 4.10 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika ... 104
Tabel 4.11 Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran ... 113
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sintak Pendekatan Scientific menggunakan Guided Inquiry ... 29
Gambar 4.1 Objek Gambar yang Diamati Peserta Didik ... 63
Gambar 4.2 Salah Satu Hasil dari Kegiatan Menalar ... 65
Gambar 4.3 Hasil Mencoba ... 66
Gambar 4.4 Gambar yang Diamati oleh Peserta Didik... 69
Gambar 4.5 Contoh Diskusi Kelompok dalam Menalar ... 71
Gambar 4.6 Gambar yang Diamati oleh Peserta Didik... 76
Gambar 4.7 Contoh Diskusi Kelompok dalam Menalar Menemukan Konsep Perbandingan Berbalik Nilai ... 77
Gambar 4.8 Soal Kuis Pertemuan Kedua ... 89
Gambar 4.9 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Rendah ... 89
Gambar 4.10 Soal Kuis Pertemuan Pertama ... 90
Gambar 4.11 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Sedang ... 91
Gambar 4.12 Soal Kuis Pertemuan Ketiga... 92
Gambar 4.13 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Tinggi ... 92
Gambar 4.14 Soal Tes Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis... 94
Gambar 4.15 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Tinggi . 95 Gambar 4.16 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Sedang 97 Gambar 4.17 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Rendah100 Gambar 4.18 Grafik Aktivitas Guru ... 110
Gambar 4.19 Grafik Aktivitas Peserta Didik ... 114
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ... 123
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 1) ... 124
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 2) ... 130
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 3) ... 136
Lampiran 2 ... 142
Lembar Kerja Siswa 1 ... 142
Lembar Kerja Siswa 2 ... 149
Lembar Kerja Siswa 3 ... 152
Lampiran 3 ... 153
Soal Kuis Pertemuan 1 ... 153
Soal Kuis Pertemuan 2 ... 154
Soal Kuis Pertemuan 3 ... 155
Soal Tes EvaluasiPertemuan 4 ... 156
Lampiran 4 ... 157
Kunci Jawaban Soal Kuis dan Evaluasi ... 157
xii
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2013. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2014.
Bandung: PT Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baharuddin. 2014. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Damayanti, R. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Pada Materi Segitiga Dan Segiempat Di SMP Negeri Satu Atap
Merjosari. Malang: Skripsi Universitas Muhammadiyah.
Haerudin. 2014. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar.
Prosiding Vol. 1 Tahun 2014
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Haryani, D. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk
Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Yogyakarta:
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
UNY 14 Mei 2011.
Hasratuddin. 2009. Berpikir Kritis dan Kecerdasan Emosi Dalam Pembelajaran
Matematika. Prosiding. UNY. Yogyakarta, 6 Desember 2009.
Hidayah, I. N. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Menengah Pertama. Volume 1 No. 1 Januari 2010.
Hudoyo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri
Malang.
Jamil, S. 2014. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Jayadipura, Yadi. 2014. “Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik”.
Makalah disajikan dalam acara seminar nasional Pendidikan Matematika
Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika STIKIP Siliwangi
xiii
Jihad, A. dan Haris, A. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013.
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013.
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kibtyah, C. M. 2014. Penerapan Pendekatan Ilmiah Menggunakan Problem
Posing Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 18
Malang. Malang: Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang
Markaban. 2008. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran
Guru Matematika.
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Masykur A, M. dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence, Cara Cerdas
Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Moleong, L.J. 2014.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pa’is. 2010. Peningkatan Penguasaan Konsep Volume Bangun Ruang Dengan
Metode Penemuan Terbimbing Berkelompok Di MTS Darussa’adah
Gubugklakah Kec. Poncokusumo Kab. Malang. Vol. 1 No. 1 Januari 2010
Permendikbud. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanwiyah. Jakarta: Kemendikbud.
Peter, Ebiendele Ebosele. 2012. Critical Thingking: Essence For Teaching
Mathematics and Mathematics Problem Solving Skills; African Journal of
Mathematics and Computer Science Research, 5(3): 39-43
Pribadi, B. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
xiv
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabheta.
Sumargiyani. 2009. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Dengan
Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Sekolah. Makalah Disajikan Dalam
Acara Seminar Nasional Matematika Sekolah, Universitas Negeri
Yogyakarta, 6 Desember.
Suprihatiningrum, J. 2014. Strategi Pembelajaran : Teori & Aplikasi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Thobroni, M. dan Mustofa, A. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, H. B. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wachidah, E.N. 2013. Penerapan Pendekatan DLPS (Double Loop Problem
Solving)-APOS (Action, Process, Object, Schema) Pada Pembelajaran
Matematika Di SMPN 1 Blega. Skripsi: Universitas Muhammadiyah