• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MALANG"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan masyarakat matematika merupakan salah satu alat

bantu untuk mengatasi berbagai macam permasalahan (Masykur dan Fathani, 2007:

51). Pada pembelajaran matematika terdapat suatu interaksi yang berakibat pada

pemahaman peserta didik terhadap materi matematika. Pembelajaran matematika

yang efektif yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara maksimal

atau berpusat pada peserta didik. Pada umumnya pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik merupakan pembelajaran aktif yang melibatkan peserta didik dalam

aktivitas fisik atau melibatkan peserta didik secara mental dalam berpikir (Sani,

2013: 46). Proses berpikir dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan untuk

menuju proses berpikir kritis dalam upaya membangun pengetahuan sendiri

berdasarkan potensi yang telah dimilikinya. Untuk membuat peserta didik terlibat

langsung dalam aktivitas pembelajaran serta untuk mencapai terjadinya

pembelajaran ideal pada pembelajaran matematika diperlukan peningkatan segala

komponen pembelajaran. Salah satu komponen tersebut adalah peran seorang

pendidik (Jamil, 2014: 81).

Sejalan dengan pernyataan di atas, guru merupakan faktor yang lebih

berperan dalam pendukung keberhasilan proses pembelajaran. Di samping

perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran, keberhasilan

pembelajaran matematika selain dipengaruhi oleh sikap guru dalam mengelola

pembelajaran juga dipengaruhi pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan

media (Jamil, 2014: 93). Sebagai pengajar, guru perlu menggunakan strategi dan

metode yang tepat pada pembelajaran matematika. Karena metode tidak hanya

berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi, namun juga sebagai upaya

meningkatkan aktivitas peserta didik dan melatih kemampuan berpikir kritis pada

konsep-konsep dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut juga dapat

menentukan efektifitas suatu proses pembelajaran matematika. Dalam hal ini, guru

(2)

2

tidak merasa bosan dan agar dapat tercipta kondisi belajar yang menyenangkan,

efektif dan efisien. Selain hal tersebut, guru juga dituntut untuk memahami berbagai

pendekatan pembelajaran agar dapat membimbing peserta didik secara optimal

(Mulyasa, 2014: 104).

Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan pada kurikulum 2013 adalah

pendekatan scientific. Pada pendekatan ini, materi berdasarkan fenomena atau fakta

kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagai fasilitator guru harus memiliki

kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu

membantu peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar. Dengan menerapkan

pendekatan tersebut dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas peserta didik serta kemampuan berpikir kritis, sehingga

berpengaruh pada hasil belajar matematika peserta didik.

Sejalan dengan pernyataan di atas, didukung pula berdasarkan hasil

wawancara guru bidang studi matematika kelas VIII-2 di SMP Negeri 3 Malang

pada tanggal 14 Februari 2015, menyatakan bahwa di SMP Negeri 3 Malang

menerapkan kurikulum 2013, akan tetapi pembelajaran matematika disampaikan

secara konvensional. Guru menjelaskan bahwa pembelajaran diawali dengan

menyampaikan materi, memberikan contoh soal, berinteraksi dengan peserta didik

melalui tanya jawab, dan dilanjutkan dengan latihan soal. Alasan guru menerapkan

kembali pembelajaran konvensional disebabkan peserta didik masih banyak

memerlukan bimbingan guru dalam memahami materi pada buku. Secara kognitif

siswa masih susah untuk aktif dalam pembelajaran matematika. Hal ini di lihat dari

peserta didik yang hanya diam (pasif) saat guru memberikan pertanyaan atau

permasalahan. Kurang lebih 30,00% peserta didik yang merespon pertanyaan dari

guru. Kemampuan berpikir kritis peserta didik juga masih kurang,di lihat dari nilai

keterampilan peserta didik dalam mengerjakan ulangan matematika dalam bentuk

soal essay mencapai ketuntasan belajar 50,00%. Berbeda dengan soal pilihan ganda,

80,00% peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Sehingga guru sulit untuk

mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran yang akhirnya kembali ke

(3)

3

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran di kelas, peserta didik

mengalami kesulitan apabila diminta untuk mengamati materi yang ada dibuku

panduan siswa. Selain itu peserta didik juga mengalami kesulitan apabila diberi

latihan soal yang berbeda dari contoh yang telah diberikan oleh guru. Kesulitan

yang dialami peserta didik ini disebabkan karena terlalu berpedoman pada buku

panduan siswa, di mana dalam buku tersebut penjelasan mengenai langkah-langkah

penyelesainnya kurang lengkap. Oleh karena itu, peserta didik hanya menunggu

penjelasan dari gurunya yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik menjadi tidak terlatih. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan

diskusi kelompok tidak dilakukan dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas

peserta didik dalam pembelajaran matematika didominasi oleh peserta didik yang

sama. Hanya 8 dari 32 jumlah peserta didik saja yang aktif dalam kelas. Akibatnya

aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika menjadi kurang efektif.

Peserta didik kurang terlatih untuk berpikir kreatif dalam menemukan konsep yang

berasal dari pemikirannya sendiri yang berakibat kurang berkembangnya keaktifan

peserta didik dalam proses pembelajaran matematika serta kurang mengakomodasi

kemampuan siswa dalam berpikir kritis.

Proses pembelajaran matematika di SMPN 3 Malang sebagian sudah

berjalan dengan baik, misalkan adanya interaksi dua arah antar peserta didik dengan

guru sehingga suasana kelas menjadi hidup, tercukupinya kebutuhan sarana dan

prasarana pembelajaran, sikap peserta didik sangat tenang saat menyimak

penjelasan dari guru, serta tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan.

Akan tetapi masih dijumpai proses pembelajaran yang belum optimal yaitu aktivitas

bertanya, mengamati, berpikir dan memecahkan masalah. Aktivitas mengamati dan

bertanya peserta didik masih sangat kurang, peserta didik yang memilih diam jika

merasa kesulitan dalam memecahkan masalah. Dalam aktivitas berpikir, peserta

didik masih belum terbiasa berpikir kritis, divergen dan kreatif. Peserta didik masih

terbiasa meniru apa yang dicontohkan oleh guru, tanpa mau berpikir mencari

alternatif jawaban lain yang lebih mudah dimengerti. Dengan kata lain kemampuan

berpikir peserta didik hanya terbatas pada hal-hal rutin. Pada aktivitas memecahkan

(4)

4

jawabannya tanpa melakukan pengecekan kembali terhadap langkah yang telah

dikerjakan. Sehingga peserta didik lebih suka ujian obyektif daripada essay karena

tidak dituntut membuat proses penyelesaian soal.

Penyebab belum optimalnya aktivitas peserta didik adalah peserta didik

selalu diarahkan untuk menghafal informasi kemudian digunakan dalam

menyelesaikan soal. Selain itu rendahnya daya serap peserta didik juga disebabkan

kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran yang

masih didominasi guru dan belum memberikan kesempatan bagi peserta didik

untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Dari permasalahan di atas, kurang optimalnya pembelajaran matematika

dipicu oleh faktor guru dan faktor peserta didik. Mengingat pentingnya matematika

maka diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.Kedua

faktor tersebut dapat diatasi dengan menggunakan suatu metode pembelajaran serta

pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Misalkan menerapkan

suatu metode dan pendekatan yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta

didik dan mengarahkan pada konsep matematika yang penerapannya pada

kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan menerapkan pendekatan scientific dan metode

guided inquiry dalam pembelajaran matematika. Pendekatanscientific dan metode

guided inquiry dapat membuat peserta didik aktif dalam kelas dengan mengarahkan untuk berpikir menemukan sendiri konsep materi yang akan dipelajari. Sehingga peserta didik terlibat langsung dalam proses penemuan konsep tersebut. Dengan proses menemukan itu peserta didik akan merasa puas dengan hasil penemuannya, dengan begitu pemahaman peserta didik pada materi juga akan lebih baik. Hal seperti itu, akan membuat peserta didik senang belajar matematika sehingga peserta

didik akan lebih mudah mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya yang akan

berdampak pula pada aktivitas dalam pembelajaran matematika.

Pendekatan scientific menurut Abidin (2013: 125) merupakan model

pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang

diorientasikan untuk membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui

serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir

(5)

5

Pendekatan scientific sengaja dikembangkan dalam rangka menumbuhkan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan siswa. Pada pendekatan ini, materi pembelajaran

dikaitkan dengan fenomena dan fakta yang ada.Menurut Kemendikbud (2013: 184)

pendekatan scientific dalam proses pembelajaran meliputi Observing (mengamati),

Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (mencoba), dan

Networking (membentuk jejaring). Dalam hal ini, pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan scientific diharapkan mampu melahirkan peserta didik

yang produktif, kreatif, dan inovatif.

Hasil penelitian oleh Kibtyah (2014) di SMP Negeri 18 Malang

menyimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan scientific (ilmiah) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu tahap mengamati, membentuk jejaring

atau mengkomunikasikan matematika berkategori sangat baik, dari aktivitas

menanya, menalar, dan mencoba berkategori baik juga. Selain itu kemampuan

komunikasi matematika dengan indikator menggunakan dan menjelaskan

pemikiran mengenai ide matematika dan hubungannya tergolong tinggi.

Pembelajaran diawali dengan guru memberikan gambar dengan visualisasi berupa

gambar yang diamati, guru meminta peserta didik mengajukan pertanyaan, peserta

didik berdiskusi, guru memberikan suatu permasalahan lanjutan, memberikan

kesempatan peserta didik untuk menyimpulkan, membuat kesimpulan secara

bersama, dan guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik.

Agar pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika berjalan dengan

baik, maka perlu adanya inovasi baru dengan cara memadukan pendekatan

scientific dengan salah satu metode pembelajaran. Metode tersebut adalah metode

guided inquiry. Pendekatan scientific akan efektif jika diterapkan dengan

menggunakan metode guided inquiry, karena keduanya membangun aktivitas siswa

untuk memecahkan masalah melalui berpikir kritis.

Metode guided inquiry melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, sehingga peserta didik

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri Gulo (dalam Trianto,

2009: 166). Pada dasarnya metode guided inquiry menempatkan peserta didik

(6)

6

berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru, akan tetapi peserta

didik terlibat secara langsung dalam proses penemuan konsep tersebut. Selama

proses penemuan, peserta didik mendapat bimbingan guru baik berupa petunjuk

secara lisan maupun tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja peserta

didik.

Metode guided inquiry juga baik untuk melatih kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Karena pada metode ini, peserta didik dihadapkan pada situasi

dimana bebas untuk mengumpulkan data, menyelidiki, membuat dugaan,

mencoba-coba (trial and error), mencari dan menentukan pola, menyusun rumus beserta

bentuk umum, membuktikan benar atau salah dugaan dan menarik kesimpulan.

Sehingga metode guided inquiry menjadikan peserta didik lebih paham dalam

menguasai materi, dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir

kritis, serta aktivitas peserta didik dikelas menjadi lebih bermakna.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damayanti (2013) di SMP N Satu

Atap Merjosari menyimpulkan bahwa penemuan terbimbing adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep yang

sedang dipelajari dengan bimbingan guru. Aktivitas peserta didik yang relevan

dengan KBM termasuk dalam kategori baik. Ketuntasan hasil belajar yang

diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran peemuan terbimbing sebesar

57,14%. Dilihat dari persentase ketuntasan hasil penelitian dapat dikatakan

meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa pentingnya menerapkan suatu

pembelajaran dengan pendekatan scientific menggunakan guided Inquiry pada

pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan pendekatan scientific

menggunakan guided Inquiry diartikan sebagai suatu metode pemecahan masalah

atau penemuan konsep sendiri yang menuntut peserta didik untuk aktif dengan

mencari informasi dari proses pengamatan, menanya, mencoba, dan menalar yang

dipadukan dengan pemecahan masalah yang menuntut peserta didik untuk mampu

menemukan konsep sendiri atau pemecahan masalah sendiri. Pendekatan scientific

menggunakan guided Inquiry merupakan pendekatan yang memberikan

(7)

7

sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan dalam

proses pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang “Penerapan Pendekatan

Scientific menggunakan Guided Inquiry (Penemuan Terbimbing) Pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Malang” perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengukur aktivitas dan kemampuan berpikir kritis

matematika siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan pendekatan scientific

menggunakan guided inquiry dalam pembelajaran matematika?

2. Bagaimana tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran matematika

dengan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry?

3. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik pada

pembelajaran matematika dengan pendekatan scientific menggunakan guided

inquiry?

1.3

Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan

penelitian untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan.

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Materi yang dipilih dalam penerapan pendekatan scientific menggunakan

guided inquiry adalah materi perbandingan.

2. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-2 SMP Negeri 3 Malang.

3. Aktivitas dalam penelitian ini adalah aktivitas yang mengacu pada pendekatan

scientific yang meliputi aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

membentuk jejaring (mengkomunikasikan).

4. Kemampuan berpikir kritis matematika dalam penelitian ini mencakup

(8)

8

masalah yang berhubungan dengan materi yang meliputi hasil dari pekerjaan

peserta didik dengan tes individu.

1.4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1. Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry dalam

pembelajaran matematika.

2. Tingkat aktivitas peserta didik pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan scientific menggunakan guided inquiry.

3. Tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik pada

pembelajaran matematika dengan pendekatan scientific menggunakan guided

inquiry.

1.5

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan

sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak.

1. Bagi siswa

Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry diharapkan

dapat meningkatkan keaktifan dan melatih kemampuan siswa untuk lebih

kritis dalam berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan matematika

ataupun menemukan konsep matematika yang berhubungan dengan

lingkungan siswa.

2. Bagi guru mata pelajaran

Penerapan pendekatan scientific menggunakan guided inquiry diharapkan

dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengembangkan

keaktifan dan kemampuan berpikir kritis dalam menemukan suatu konsep atau

permasalahan matematika siswa SMP serta sebagai masukan tambahan model

(9)

9 3. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi model pembelajaran

dan dapat memberikan sumbangan yang baik untuk perbaikan pembelajaran di

sekolah.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberikan penegasan agar

tidak terjadi kesalahan penafsiran dan pemahaman. Beberapa hal yang dimaksud

antara lain:

1. Pembelajaran matematika adalah serangkaian aktivitas guru dalam

memberikan pengajaran terhadap peserta didik untuk membangun konsep

matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses arahan bimbingan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.

2. Pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik dimana peserta didik melaksanakan tahapan-tahapan mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring.

3. Guided Inquiry dalam arti penemuan terbimbing merupakan suatu

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dari suatu masalah yang

dipertanyakan dengan bimbingan guru.

4. Aktivitas belajar merupakan interaksi yang dilakukan peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku

lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksud

adalah aktivitas yang mengacu pada pendekatan scientific yang meliputi

aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring

(mengkomunikasikan/presentasi).

5. Kemampuan berpikir kritis matematika adalah kemampuan peserta didik untuk

menemukan sendiri konsep matematika serta memecahkan masalah

matematika yang berhubungan dengan materi secara tertulis saat pembelajaran

matematika. Sebagai acuan untuk mengamati tingkat kemampuan berpikir

(10)

10

beberapa indikator, yaitu kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan,

kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan

masalah, kemampuan mengevaluasi argument yang relevan dalam

(11)

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

Topik Tugas Akhir : Penelitian Pendidikan Matematika

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 3 MALANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh :

FARISKA MURTINA SARI NIM: 201110060311214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(12)
(13)
(14)
(15)

v

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Definisi Operasional... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 11

2.1.1 Definisi Belajar ... 11

2.1.2 Definisi Pembelajaran Matematika ... 12

2.2 Hasil Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

2.2.1 Definisi Hasil Belajar ... 14

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

2.3 Pendekatan Ilmiah (Scientific) ... 16

(16)

vi

2.5 Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry Pada Pembelajaran Matematika ... 28

2.6 Aktivitas Belajar ... 32

2.6.1 Definisi Aktivitas Belajar ... 32

2.6.2 Manfaat Aktivitas Belajar ... 34

2.6.3 Indikator Aktivitas Belajar ... 35

2.7 Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

2.7.1 Definisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

2.7.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 36

2.8 Keterlaksanaan Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry Pada Perbandingan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 45

3.4 Data dan Sumber Data... 45

3.5 Data dan Sumber Data... 46

3.5.1 Observasi ... 46

3.5.2 Tes ... 48

3.6 Instrumen Penelitian... 48

3.6.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 48

(17)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 61

4.1 Penerapan Pendekatan Scientific Menggunakan Guided Inquiry ... 61

4.1.1 Pertemuan Pertama (22 April 2015) ... 62

4.1.2 Pertemuan Kedua (23 Apil 2015) ... 68

4.1.3 Pertemuan Ketiga (25 April 2015) ... 74

4.1.4 Pertemuan Keempat (29 April 2015) ... 80

4.2 Aktivitas Guru Dalam Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 81

4.3 Aktivitas Peserta Didk dalam Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 85

4.4 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika ... 88

4.5 Pembahasan Penelitan ... 107

4.5.1 Penerapan Pendekatan Scientific Imenggunakan Guided Inquiry ... 107

4.5.2 Aktivitas Peserta Didik ... 111

4.5.3 Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

Daftar Pustaka ... 120

(18)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegiatan Mengamati ... 18

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendekatan Scientific ... 21

Tabel 2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Guided Inquiry ... 26

Tabel 2.4 Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran ... 31

Tabel 2.5 Indikator Aktivitas Peserta Didik ... 35

Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis... 37

Tabel 3.1 Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 46

Tabel 3.2 Aktivitas Guru ... 47

Tabel 3.3 Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 48

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru... 49

Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 51

Tabel 3.6 Keterangan dan Petunjuk Penskoran Aktivitas Siswa ... 51

Tabel 3.7 Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 55

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik... 55

Tabel 3.9 Kriteria Aktivitas Guru dan Peserta Didik... 58

Tabel 3.10 Kriteria Berpikir Kritis ... 59

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 61

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 82

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 85

Tabel 4.4 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 90

Tabel 4.5 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 92

Tabel 4.6 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Kuis ... 93

Tabel 4.7 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Tes ... 96

(19)

ix

Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam

Tes ... 103

Tabel 4.10 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika ... 104

Tabel 4.11 Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran ... 113

(20)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sintak Pendekatan Scientific menggunakan Guided Inquiry ... 29

Gambar 4.1 Objek Gambar yang Diamati Peserta Didik ... 63

Gambar 4.2 Salah Satu Hasil dari Kegiatan Menalar ... 65

Gambar 4.3 Hasil Mencoba ... 66

Gambar 4.4 Gambar yang Diamati oleh Peserta Didik... 69

Gambar 4.5 Contoh Diskusi Kelompok dalam Menalar ... 71

Gambar 4.6 Gambar yang Diamati oleh Peserta Didik... 76

Gambar 4.7 Contoh Diskusi Kelompok dalam Menalar Menemukan Konsep Perbandingan Berbalik Nilai ... 77

Gambar 4.8 Soal Kuis Pertemuan Kedua ... 89

Gambar 4.9 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Rendah ... 89

Gambar 4.10 Soal Kuis Pertemuan Pertama ... 90

Gambar 4.11 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Sedang ... 91

Gambar 4.12 Soal Kuis Pertemuan Ketiga... 92

Gambar 4.13 Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Pserta Didik Tergolong Tinggi ... 92

Gambar 4.14 Soal Tes Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis... 94

Gambar 4.15 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Tinggi . 95 Gambar 4.16 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Sedang 97 Gambar 4.17 Hasil Penyelesaian Tes Evaluasi Berpikir Kritis Tergolong Rendah100 Gambar 4.18 Grafik Aktivitas Guru ... 110

Gambar 4.19 Grafik Aktivitas Peserta Didik ... 114

(21)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 123

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 1) ... 124

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 2) ... 130

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Pertemuan 3) ... 136

Lampiran 2 ... 142

Lembar Kerja Siswa 1 ... 142

Lembar Kerja Siswa 2 ... 149

Lembar Kerja Siswa 3 ... 152

Lampiran 3 ... 153

Soal Kuis Pertemuan 1 ... 153

Soal Kuis Pertemuan 2 ... 154

Soal Kuis Pertemuan 3 ... 155

Soal Tes EvaluasiPertemuan 4 ... 156

Lampiran 4 ... 157

Kunci Jawaban Soal Kuis dan Evaluasi ... 157

(22)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2013. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2014.

Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin. 2014. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Damayanti, R. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pada Materi Segitiga Dan Segiempat Di SMP Negeri Satu Atap

Merjosari. Malang: Skripsi Universitas Muhammadiyah.

Haerudin. 2014. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan

Penalaran dan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar.

Prosiding Vol. 1 Tahun 2014

Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Haryani, D. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk

Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Yogyakarta:

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.

UNY 14 Mei 2011.

Hasratuddin. 2009. Berpikir Kritis dan Kecerdasan Emosi Dalam Pembelajaran

Matematika. Prosiding. UNY. Yogyakarta, 6 Desember 2009.

Hidayah, I. N. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran Matematika Di Sekolah

Menengah Pertama. Volume 1 No. 1 Januari 2010.

Hudoyo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri

Malang.

Jamil, S. 2014. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Jayadipura, Yadi. 2014. “Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik”.

Makalah disajikan dalam acara seminar nasional Pendidikan Matematika

Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika STIKIP Siliwangi

(23)

xiii

Jihad, A. dan Haris, A. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan

dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan

dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Kibtyah, C. M. 2014. Penerapan Pendekatan Ilmiah Menggunakan Problem

Posing Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 18

Malang. Malang: Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang

Markaban. 2008. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran

Guru Matematika.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Masykur A, M. dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence, Cara Cerdas

Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Moleong, L.J. 2014.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya.

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Pa’is. 2010. Peningkatan Penguasaan Konsep Volume Bangun Ruang Dengan

Metode Penemuan Terbimbing Berkelompok Di MTS Darussa’adah

Gubugklakah Kec. Poncokusumo Kab. Malang. Vol. 1 No. 1 Januari 2010

Permendikbud. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah

Tsanwiyah. Jakarta: Kemendikbud.

Peter, Ebiendele Ebosele. 2012. Critical Thingking: Essence For Teaching

Mathematics and Mathematics Problem Solving Skills; African Journal of

Mathematics and Computer Science Research, 5(3): 39-43

Pribadi, B. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

(24)

xiv

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabheta.

Sumargiyani. 2009. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Dengan

Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Sekolah. Makalah Disajikan Dalam

Acara Seminar Nasional Matematika Sekolah, Universitas Negeri

Yogyakarta, 6 Desember.

Suprihatiningrum, J. 2014. Strategi Pembelajaran : Teori & Aplikasi. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Thobroni, M. dan Mustofa, A. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Prenada Media.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, H. B. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wachidah, E.N. 2013. Penerapan Pendekatan DLPS (Double Loop Problem

Solving)-APOS (Action, Process, Object, Schema) Pada Pembelajaran

Matematika Di SMPN 1 Blega. Skripsi: Universitas Muhammadiyah

Gambar

Tabel 4.12 Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ......................................

Referensi

Dokumen terkait

RISKI

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana

Perjanjian Pranikah Menurut UU No.1 Tahun 1974 yang telah dilakukan amandemen pada Putusan Nomor 69/PUU- XIII/2015 Tentang Perkawinan Bagi Warga Negara Indonesia

Setelah diterapkan model Pembelajaran inkuiri pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yakni 17 orang siswa yang tuntas dan 11

Pada dasarnya, pajak tangguhan muncul karena beda waktu antara laba fiskal dan laba komersial, sehingga pajak tangguhan dalam bentuk positif atau negatif bukan

And On its basis monthly time series between winter 2000 and summer 2015 was established for the three indicators and by using symbolic approximation method values of this

PUBLIC HEALTH AND PREVENTIVE MEDICINE ARCHIVE Public Health and Preventive Medicine Archive (PHPMA) adalah jurnal resmi yang dikelola oleh Program Magister Ilmu Kesehatan

bahwa dalam rangka pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (2)