PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA-SISWI USIA 10-12 TAHUN DI
SD ST.ANTONIUS I DAN II MEDAN
Oleh : JOHANES S.T.S
100100400
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Overweight pada Siswa-Siswi Usia 10-12 Tahun di SD St.Antonius I dan II Medan
Nama : JOHANES S.T.S NIM : 100100400
Pembimbing Penguji I
(dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA) (dr. Deryne A. P, M.Ked.(KK), Sp.KK) NIP: 19720404 20011 2 200 NIP: 19831111 200912 2 004
Penguji II
(dr. Bugis Mardiana, Sp.A)
NIP: 19701003 200012 2 001
Medan, 28 Desember 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Lebih dari 30 juta anak-anak dengan overweight hidup di negara berkembang dan 10 juta terdapat di negara maju (WHO, 2013). Overweight dan obesitas terjadi oleh karena banyak faktor, salah satunya ialah pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola makan terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 363 orang. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 77 orang. Data yang digunakan ialah hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta hasil pengisian formulir Food Record. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian overweight adalah uji chi-square.
Hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa seluruh responden memiliki jumlah asupan kalori kurang. Hasil uji Chi-square diperoleh tidak ada hubungan jumlah asupan protein dengan kejadian overweight (p = 0,642), ada hubungan antara jenis makanan terhadap kejadian overweight (p = 0,015).
Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya kerjasama antara pihak pemerintah, sekolah, masyarakat umumnya dan orangtua khususnya dalam menangani masalah gizi pada anak, khususnya gizi lebih.
ABSTRACT
Prevalence of overweight and obesity continues to rise rapidly, especially among children and adolescents in most countries in the world. More than 30 million children living in developing countries are overweight and 10 million are in developed countries (WHO, 2013). Overweight and obesity occur because of many factors, one of which is diet. This study aims to determine the effect of diet on the incidence of overweight in students aged 10-12 years in elementary St.Antonius I and II Medan.
This study was an observational analytic cross-sectional design. The study population numbered 363 people. Samples were taken using a non-probability sampling technique with consecutive sampling types. Samples numbered 77 people. The data used is the measurement of weight and height as well as the results of the Food Record form. The statistical test used to determine the relationship of diet to the incidence of overweight is a chi-square test.
The results obtained that the frequency distribution of all respondents have less calorie intake. Chi-square test results obtained no association of protein intake with the incidence of overweight (p = 0,642), there is a relationship between the type of diet on the incidence of overweight (p = 0,015).
From these results, it is expected the cooperation between the government, schools, the community in general and parents in particular in dealing with nutritional problems in children, especially overweight and obesity.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya saya dapat menyusun karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya
tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi
dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Penelitian yang telah dilakukan berjudul “Pengaruh Pola Makan
terhadap Kejadian Overweight pada Siswa-Siswi Usia 10-12 Tahun di SD St.Antonius I dan II Medan”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan
moril dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP (K) selaku Ketua Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan izin dilakukannya penelitian ini
3. dr. Sufitni, M.Kes., Sp.PA. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
4. Seluruh staf pengajar Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi materi
perkuliahan mengenai penelitian dan statiska kedokteran sehingga penulis
memiliki pengetahuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
5. Kepala Sekolah SD St.Antonius I dan II Medan yang telah memberikan
izin dilakukannya penelitian ini
6. Siswa-Siswi SD St.Antonius I dan II Medan yang telah bersedia
membantu peneliti melalui kesediaannya menjadi responden penelitian
7. Orangtua yang telah memberi dukungan moral dan materi selama
8. Teman penulis, Grace Duma Mawarni Hutahaean dan Nilam Anggriani
Tambunan yang telah membantu penulis dalam penelitian
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 7 Desember 2013
Penulis
Johanes S.T.S
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
Daftar Istilah/Singkatan ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1.Tujuan Umum ... 2
1.3.2.Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.Overweight ... 4
2.1.1.Parameter Overweight ... 4
2.1.2.Etiologi Overweight ... 6
2.1.3.Dampak Overweight pada Anak ... 7
2.1.4.Penatalaksanaan dan Pencegahan Overweight Pada Anak .. 9
2.2.Pola Makan ... 11
2.2.1.Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ... ... 12
2.2.3.Konsep Dasar Gizi Seimbang ... 14
2.2.4.Kebutuhan Gizi Anak ... 15
2.2.5.Pemberian Makan pada Anak Usia Sekolah... 16
2.3.Hubungan Pola Makan dengan Overweight ... 17
2.3.1.Mekanisme Regulasi Keseimbangan Berat Badan ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20
3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2.Definisi Operasional ... 20
3.2.1.Overweight ... 20
3.2.2.Pola Makan ... 21
3.3.Hipotesis ... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1.Jenis Penelitian ... 23
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.2.1.Waktu Penelitian ... 23
4.2.2.Tempat Penelitian ... 23
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1.Populasi Penelitian ... 23
4.3.2.Sampel Penelitian ... 24
4.3.3.Besar Sampel Penelitian ... 24
4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 25
4.4.1.Data Primer ... 25
4.4.2.Data Sekunder ... 26
4.5.Pengolahan dan Analisis Data ... 26
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27
5.1.Hasil Penelitian ... 27
5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden ... 27
5.1.3.Analisis Bivariat ... 30
5.2.Pembahasan ... 31
5.2.1.Hubungan Jumlah Asupan Kalori dengan Kejadian Overweight ... 32
5.2.2.Hubungan Jumlah Asupan Protein dengan Kejadian Overweight ... 33
5.2.3.Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Overweight ... 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1.Kesimpulan ... 34
6.2.Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Kategori Status Berat Badan Berdasarkan
Rentang Persentil
6
2.2. Angka Kecukupan Gizi Untuk Usia 10-12 Tahun 16
5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Jenis Kelamin
27
5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Usia
28
5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Status Gizi dan Jenis Kelamin
28
5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Jumlah Asupan Kalori
29
5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Jumlah Asupan Protein
29
5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
berdasarkan Jenis Makanan
30
5.7. Hubungan Jumlah Asupan Protein dan Jenis
Makanan terhadap Kejadian Overweight
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Grafik CDC 2000 Penentuan IMT Berdasarkan Usia
untuk Anak Perempuan Usia 2-20 Tahun
5
2.2. Grafik CDC 2000 Penentuan IMT Berdasarkan Usia
untuk Anak Laki-laki Usia 2-20 Tahun
5
DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN
ASI Air Susu Ibu
AKG Angka Kecukupan Gizi
BB Berat Badan
CDC Center for Disease Control and Prevention
GLP Glucagon Like Peptide
IL Interleukin
IMT Indeks Massa Tubuh
NEAT Non Exercise Activity Thermogenesis
SPSS Statistical Product and Service Solution
TB Tinggi Badan
TNF Tumor Necrosis Factor
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Formulir Food Record
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Ethical Clearance
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 8 Data Induk
Lampiran 9 Hasil Analisis Data
ABSTRAK
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Lebih dari 30 juta anak-anak dengan overweight hidup di negara berkembang dan 10 juta terdapat di negara maju (WHO, 2013). Overweight dan obesitas terjadi oleh karena banyak faktor, salah satunya ialah pola makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola makan terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 363 orang. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 77 orang. Data yang digunakan ialah hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta hasil pengisian formulir Food Record. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian overweight adalah uji chi-square.
Hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa seluruh responden memiliki jumlah asupan kalori kurang. Hasil uji Chi-square diperoleh tidak ada hubungan jumlah asupan protein dengan kejadian overweight (p = 0,642), ada hubungan antara jenis makanan terhadap kejadian overweight (p = 0,015).
Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan adanya kerjasama antara pihak pemerintah, sekolah, masyarakat umumnya dan orangtua khususnya dalam menangani masalah gizi pada anak, khususnya gizi lebih.
ABSTRACT
Prevalence of overweight and obesity continues to rise rapidly, especially among children and adolescents in most countries in the world. More than 30 million children living in developing countries are overweight and 10 million are in developed countries (WHO, 2013). Overweight and obesity occur because of many factors, one of which is diet. This study aims to determine the effect of diet on the incidence of overweight in students aged 10-12 years in elementary St.Antonius I and II Medan.
This study was an observational analytic cross-sectional design. The study population numbered 363 people. Samples were taken using a non-probability sampling technique with consecutive sampling types. Samples numbered 77 people. The data used is the measurement of weight and height as well as the results of the Food Record form. The statistical test used to determine the relationship of diet to the incidence of overweight is a chi-square test.
The results obtained that the frequency distribution of all respondents have less calorie intake. Chi-square test results obtained no association of protein intake with the incidence of overweight (p = 0,642), there is a relationship between the type of diet on the incidence of overweight (p = 0,015).
From these results, it is expected the cooperation between the government, schools, the community in general and parents in particular in dealing with nutritional problems in children, especially overweight and obesity.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Data dari WHO,
pada tahun 2011, lebih dari 40 miliar anak pada usia di bawah lima tahun
mengalami overweight. Awalnya overweight dan obesitas merupakan masalah yang terdapat pada negara yang berpenghasilan tinggi, namun sekarang telah
meningkat kejadiannya pada negara yang berpenghasilan rendah dan menengah,
khususnya di daerah perkotaan. Lebih dari 30 juta anak-anak dengan overweight hidup di negara berkembang dan 10 juta terdapat di negara maju (WHO, 2013).
Prevalensi obesitas dan overweight di Indonesia sendiri juga masih tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi
obesitas pada penduduk berusia ≥15 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi
overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun adalah 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan (Depkes, 2009).
Pada penelitian sebelumnya, prevalensi obesitas dan overweight pada anak Sekolah Dasar di kota Medan jumlahnya masing-masing secara berturut-turut
didapat 71 dan 47 dari 400 orang dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan (Ariani, Ani dan Sembiring, Tiangsa, 2007).
Overweight dan obesitas merupakan penyebab kematian nomor lima di dunia. Setidaknya 2, 8 juta orang dewasa meninggal akibat dari overweight ataupun obesitas tiap tahunnya. Overweight dan obesitas merupakan penyebab penyakit non-infeksi seperti penyakit jantung, diabetes, gangguan muskuloskeletal
khususnya ostoarthritis, dan kanker endometrium, payudara, dan kolon (WHO,
2013).
Overweight dan obesitas terjadi oleh karena banyak faktor, salah satunya ialah pola makan. Perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh orangtua,
rendah gizi (junk food), makanan siap saji, minuman ringan berkadar gula tinggi, snack yang berkadar garam tinggi dan mengandung pengawet berdampak untuk meningkatkan terjadinya resiko obesitas dan overweight pada anak (Suharjo, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh
pola makan terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini ialah apakah ada pengaruh pola makan
terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada pengaruh pola makan terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pola makan siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD
St.Antonius I dan II Medan
2. Mengetahui status gizi siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I
dan II Medan
1.4.Manfaat Penelitian
Bagi siswa:
Memberi pengetahuan bagi siswa-siswi di SD St.Antonius I dan II Medan
tentang gambaran pola makan yang seimbang
Memberi pengetahuan bagi siswa-siswi di SD St.Antonius I dan II Medan
Bagi masyarakat:
Memberi pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan para orangtua
khususnya mengenai pola pemberian makanan yang seimbang untuk
menghindari kejadian overweight pada anak
Bagi sekolah:
Memberi pengetahuan bagi pihak sekolah mengenai pola pemberian makanan
yang seimbang untuk menghindari kejadian overweight
Bagi peneliti:
Menambah kemampuan peneliti dalam mengukur antropometri dan Indeks
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Overweight
Overweight ialah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal, yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau massa otot
(Batubara, Jose R.L. et al., 2010).
2.1.1.Parameter Overweight
Parameter untuk menentukan overweight ialah dengan melakukan pemeriksaan antropometris yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan serta
lingkar pinggang (dalam penilaian resiko, ukuran lingkar pinggang lebih dapat
dipercaya jika dibandingkan rasio pinggang-pinggul). Indeks Massa Tubuh atau
Indeks Quetelet, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Berat badan disimpulkan berlebih jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) berada pada
kisaran 25,0-29,9 dan obesitas jika IMT ≥30. WHO (1999) mengusulkan
pembedaan ambang batas nilai, baik IMT maupun lingkar pinggang orang Asia
dan non-Asia. Untuk kriteria Asia –Pasifik dikatakan overweight jika IMT ≥ 23,0 dan obesitas jika IMT 25,0-29,9 (Arisman, 2010 & Stirbu, M., et al., 2009).
Anak-anak pada masa tumbuh kembang (2-20 tahun), penentuan overweight dan obesitas ditentukan menggunakan grafik Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2000. Dengan memasukkan data ke grafik, dapat ditentukan posisi persentilnya. Untuk persentil 85-94th dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil ≥ 95 th dikategorikan dalam obesitas. Grafik CDC 2000 dapat
Gambar 2.1. Grafik CDC 2000 penentuan IMT berdasarkan usia untuk anak perempuan usia 2-20 tahun
Gambar 2.2. Grafik CDC 2000 penentuan IMT berdasarkan usia untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun
Keterangan grafik: Sumbu x : usia (tahun)
Sumbu y : Indeks Massa Tubuh (kg/m2)
Kurva pada grafik terdiri dari persentil ke-3, ke-5, ke-10, ke-25, ke-50, ke-75,
Cara mengukur dan menginterpretasikan kalkulasi IMT untuk anak dan remaja
ialah sebagai berikut
1. Sebelum menghitung IMT, terlebih dahulu diperoleh hasil pengukuran BB dan
TB yang akurat
2. Hitung IMT dengan rumus: BB/TB2 (kg/m2)
3. Tinjau ulang kembali hasil persentil IMT berdasarkan usia. Persentil IMT
berdasarkan usia digunakan untuk menafsirkan nilai IMT. IMT berdasarkan
usia dan jenis kelamin spesifik untuk anak-anak dan remaja. Kriteria ini
berbeda dari yang digunakan untuk menginterpretasikan IMT pada dewasa,
yang tidak mengambil perhitungan berdasarkan usia atau jenis kelamin. Usia
dan jenis kelamin dipertimbangkan untuk anak-anak dan remaja dikarenakan
ada dua alasan:
a. Jumlah lemak tubuh berbeda-beda sesuai usia
b. Jumlah lemak tubuh berbeda antara laki-laki dan perempuan
4. Mencari status berat badan berdasarkan persentil IMT terhadap usia yang
ditunjukkan pada tabel 2.1. Kategori ini berdasarkan rekomendasi komite ahli
Tabel 2.1. Kategori Status Berat Badan Berdasarkan Rentang Persentil
Kategori Status
Berat Badan Rentang Persentil
Underweight Kurang dari persentil ke-5
Normal Antara persentil ke-5 hingga kurang dari persentil ke-85
Overweight Antara persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95 Obesitas Sama dengan atau lebih dari persentil ke-95
Sumber : Center for Disease Control and Prevention, 2011
2.1.2.Etiologi overweight
Penyebab mendasar dari overweight dan obesitas ialah kelebihan asupan energi dalam makanan dibandingkan pengeluaran energi. Jika seseorang diberi
makan diet tinggi kalori dalam jumlah tetap, sebagian mengalami pertambahan
lambat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran energi dalam bentuk gerakan
kecil yang gelisah (Nonexercise Activity Thermogenesis; NEAT) (Ganong, 2008) Beberapa faktor yang menyebabkan kegemukan, adalah:
1. Gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas
lainnya
2. Pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian
makanan berlebihan
3. Gangguan endokrin tertentu, misalnya hipotiroidisme
4. Gangguan pusat pengatur kenyang-selera makan (satiety-appetite center) di hipotalamus
5. Kecenderungan herediter
6. Kelezatan makanan yang tersedia, dan
7. Kurang berolahraga (Sherwood, 2001)
2.1.3.Dampak overweight pada anak
Anak yang overweight dapat menderita masalah kesehatan yang serius yang dapat dibawa hingga ke masa dewasanya. Anak yang overweight akan memilki resiko yang lebih tinggi untuk menderita:
- Diabetes tipe 2 yang menyebabkan resistensi terhadap insulin
- Sindrom metabolisme : kegemukan yang terutama terdapat di daerah perut,
kadar lemak yang tinggi, tekanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin,
rentan terhadap terbentuknya sumbatan pembuluh darah, dan rentan terhadap
proses peradangan
- Asma dan masalah saluran pernafasan lainnya (misalnya : nafas pendek yang
membuat olahraga, senam atau aktivitas fisik lainnya sulit dilakukan)
- Masalah tidur
- Penyakit liver dan kandung empedu
- Pubertas dini: anak yang kelebihan berat badan dapat tumbuh lebih tinggi dan
secara seksual lebih matang dari anak-anak sebaya; anak perempuan yang
mengalami kelebihan berat badan akan mengalami siklus menstruasi yang
- Masalah makan
- Infeksi kulit
- Masalah pada tulang dan persendian
- Masalah yang menyangkut perkembangan sosial dan emosional anak, seperti:
kepercayaan diri yang rendah dan cenderung diganggu oleh temannya, masalah
tingkah laku dan pola belajar yang dapat menyebabkan penurunan prestasi
akademik, serta depresi (Misnadiarly, 2007)
Sedangkan menurut CDC (2013), obesitas dan overweight pada anak dibagi dalam efek segera dan efek jangka panjang terhadap kesehatan:
a. Efek segera :
- Anak yang mengalami obesitas besar kemungkinan untuk mengalami faktor
resiko penyakit jantung, seperti kolestrol yang tinggi atau hipertensi. Dalam
sebuah populasi, dengan sampel anak yang berusia 5-17 tahun, 70% dari
anak yang obesitas memiliki sedikitnya satu faktor resiko untuk penyakit
jantung
- Obesitas pada orang dewasa muda cenderung mengalami pre-diabetes, suatu
kondisi dimana kadar glukosa darah mengindikasikan resiko tinggi untuk
terjadinya diabetes
- Anak-anak dan dewasa muda yang mengalami obesitas akan memiliki
resiko besar menderita masalah persendian dan tulang, apnea saat tidur, dan
masalah sosial dan psikologis seperti stigmatisasi dan kurangnya
penghargaan diri
b. Efek jangka panjang:
- Anak–anak dan dewasa muda yang mengalami obesitas akan cenderung
mengalami obesitas pada saat dewasa dan dengan demikian resiko penyakit
akan lebih besar, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, beberapa
jenis kanker, dan osteoarthritis. Sebuah studi menunjukkan bahwa anak
yang mengalami obesitas lebih dini, seperti usia 2 tahun akan cenderung
mengalami obesitas pada usia dewasa
ginjal, pankreas, kandung empedu, tiroid, ovarium, serviks, multiple
myeloma dan Hodgkin’s lymphoma
2.1.4.Penatalaksanaan dan pencegahan overweight pada anak
Anak-anak tidak sama dengan orang dewasa, membutuhkan nutrisi dan
kalori unuk pertumbuhan dan perkembangan mereka (Misnadiarly, 2007). Tujuan
utama penatalaksanaan overweight dan obesitas pada anak dan remaja adalah menyadarkan tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang kurang serta
memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak dan orang tua. Tujuan
jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap (Budiwiarti, 2012).
Overweight dan obesitas pada anak bersifat multifaktorial, oleh karena itu dalam penanganannya diperlukan pendekatan keluarga. Prinsip penatalaksanaan
overweight dan obesitas pada anak ialah dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keluaran energi dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas
fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup (Syarif, D.R., 2003 & Kiess W., et al.,
2004).
CDC menetapkan enam strategi yang dapat digunakan dalam pencegahan
overweight dan penyakit kronik pada anak (Sherry,B., 2005). 1. Mempromosikan ASI
Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan bayi yang diberi ASI akan
mengurangi resiko terjadinya overweight, yaitu:
- Bayi yang diberi ASI akan mengalami respon lebih awal terhadap rasa
kenyang dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula
- Bayi yang diberi susu formula akan memiliki kadar insulin plasma yang
lebih tinggi dengan respon yang lebih lama. Tingginya kadar insulin plasma,
akan menyebabkan terjadinya deposit jaringan lemak, yang mengakibatkan
peningkatan berat badan, obesitas dan resiko diabetes tipe 2. Tingginya
kadar protein dalam susu formula juga menyebabkan stimulasi sekresi
- Pengaruh hormon leptin (hormon yang menghambat asupan makan dan
dapat mengontrol lemak dalam tubuh) yang dapat dipengaruhi oleh
pemberian ASI
2. Mempromosikan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang dibutuhkan akan bervariasi sesuai dengan usia. Pada
penelitian Strong et al (2005), didapat adanya hubungan antara aktivitas fisik
dan status berat badan pada anak usia sekolah dan remaja yang ditemukan
dengan studi potong lintang dan longitudinal, yang menyimpulkan bahwa
tingginya aktivitas fisik secara relatif berhubungan dengan berkurangnya
jaringan adiposit. Strong et al (2005), juga menyatakan bahwa terdapat banyak
keuntungan dari aktivitas fisik, seperti kesehatan jantung terpelihara, harga diri,
dan prestasi akademik.
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12
tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda,
berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik
selama 20-30 menit per hari (Syarif, D.R., 2003).
3. Mengurangi menonton televisi
Ada beberapa alasan yang mendasari bahwa menonton televisi
menyebabkan overweight ataupun obesitas pada anak, yaitu: - Menonton televisi mengurangi pengeluaran energi
- Meningkatnya asupan kalori selama menonton televisi dengan pemilihan
makanan yang mengandung kalori yang tinggi melalui iklan dari televisi
- Berkurangnya Resting Metabolic Rate ketika menonton televisi 4. Meningkatkan asupan buah dan sayur-sayuran
Ada beberapa alasan yang mendasari bahwa mengkonsumsi sayur-sayuran
dan buah-buahan dapat mencegah overweight:
- Kandungan air di dalam buah dan sayur mengurangi densitas kalori dari
makanan. Air merupakan komponen yang paling besar dalam mengurangi
dan komponen buah dan sayur-sayuran lainnya menambah massa yang
tanpa energi/kalori
- Air dan serat dapat meningkatkan rasa kenyang
5. Mengurangi konsumsi minuman yang mengandung gula/pemanis
Beberapa mekanisme yang menjelaskan hubungan mengkonsumsi minuman
yang mengandung gula/pemanis, ini disebabkan oleh kandungan kalori yang
tinggi dalam minuman tersebut. Penyebab lain yang mungkin terjadi ialah
anak-anak tidak dapat mengontrol konsumsi makanan ataupun minuman yang
mengandung kalori dan hal ini terjadi bervariasi dari tiap-tiap usia mereka.
6. Mengurangi porsi makan
Mengurangi porsi makan dapat mengurangi jumlah kalori jika pola dietnya
dipertahankan secara konstan. Nielson dan Popkin (2003) menunjukkan bahwa
secara umum porsi makanan yang besar dikonsumsi anak pada restoran siap
saji, porsi yang lebih kecil dikonsumsi pada saat makan di rumah, dan porsi
yang paling kecil pada saat makan di restoran lainnya. Peningkatan porsi
makan ini terjadi bersamaan dengan peningkatan proporsi energi yang berasal
dari makanan dan hal ini berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas
pada anak.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengurangan diet kalori dan
lemak serta peningkatan diet serat direkomendasikan untuk mengatasi overweight atau obesitas pada anak. Diet yang rendah karbohidrat juga berguna untuk
beberapa individu, tapi yang menjadi tujuan utama ialah mengurangi asupan
energi dan meningkatkan pengeluaran energi. Peningkatan aktivitas fisik
disarankan dengan latihan aerobik secara teratur. Hal ini juga harus disertai
dengan pengurangan waktu menonton televisi dan bermain komputer (Nelson,
2004).
2.2.Pola Makan
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang
mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum
2.2.1.Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan berkaitan erat dengan kebiasaan makan seseorang. Secara
umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan,
yakni:
1. Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan mempengaruhi konsumsi makanan
ialah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan
menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun,
pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan
menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya
sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada
pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk
mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food) telah meningkat tajam terutama di kalangan generasi muda dan kelompok
masyarakat menengah ke atas.
2. Faktor sosial budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi
kebutuhan dasar biologisnya, termasuk kebutuhan pangan.
3. Faktor agama
Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu dari sisi agama
dikarenakan makanan/minuman tesebut membahayakan jasmani dan rohani
yang mengkonsumsinya. Konsep halal dan haram akan mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi.
4. Faktor pendidikan
Pendidikan dalam hal ini dikaitkan dengan pengetahuan yang akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
penting mengenyangkan’, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat
lebih banyak dibandingkan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya,
kelompok orang dengan pendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan
sumber protein dan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain.
5. Faktor lingkungan
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah,
serta adanya promosi makanan melalui media cetak dan media elektronik.
- Lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan
seseorang
- Lingkungan sekolah, termasuk di dalamya para guru, teman sebaya, dan
keberadaan tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan,
khususnya bagi siswa di sekolah. Anak-anak yang mendapatkan informasi
yang tepat tentang makanan sehat dari para gurunya dan didukung oleh
tersedianya kantin atau tempat jajan yang menjual makanan yang sehat akan
membentuk pola makan yang baik pada anak.
- Keberadaan iklan/promosi makanan atau minuman melalui media elektronik
maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pola
makan. Tidak sedikit orang tertarik untuk mengkonsumsi atau membeli
jenis makanan tertentu setelah melihat promosinya melalui iklan di televisi
(Sulistyoningsih, Hariyani, 2011).
2.2.2.Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Umur
Semakin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah
untuk tiap kilogram berat badannya.
2. Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan
sehari-hari. Semakin berat aktivitas yang dilakukan kebutuhan zat gizi semakin
3. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada
usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh
dan jenis aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi
daripada laki-laki, sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki
jaringan otot. Hal ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi, sehingga kebutuhan energi basal laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan.
4. Kondisi khusus (hamil, menyusui, dan sakit)
Kebutuhan gizi pada masa hamil dan menyusui meningkat karena
meningkatnya metabolisme serta dibutuhkan untuk persiapan produk ASI dan
tumbuh kembang janin. Selain hamil dan menyusui, kondisi sakit juga akan
mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang. Seseorang yang berada dalam masa
pemulihan akan membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi. Jenis penyakit
yang diderita akan mempengaruhi kebutuhan gizi yang harus dipenuhi. Sebagai
contoh, orang yang menderita diabetes melitus harus memperhatikan asupan
energi, sedangkan orang dengan tekanan darah tinggi harus memperhatikan
asupan natrium.
5. Daerah tempat tinggal
Seseorang yang tinggal di daerah pegunungan yang dingin membutuhkan
kecukupan energi yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal di daerah pesisir
yang panas (Sulistiyoningsih, Hariyani, 2011).
2.2.3.Konsep Dasar Gizi Seimbang
Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian
hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu
adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau
dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan,
yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Hidangan dalam satu hari
Menu seimbang ialah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan
dalam jumlah dan proporsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2002).
Departemen Kesehatan RI (2006) mengeluarkan pedoman praktis untuk
mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan tertuang dalam 13 pesan dasar
sebagai berikut:
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan energi
5. Gunakan garam beryodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan Makanan
Pendamping ASI sesudahnya
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
11. Hindari minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
2.2.4.Kebutuhan Gizi Anak
Usia anak merupakan periode yang sangat menentukan kualitas seorang
manusia dewasa nantinya. Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0-19 tahun. (Depkes, 2011).
Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas yang baik dan benar. Kebanyakan orangtua menganggap
tidak perlu perhatian khusus. Selain itu, faktor anak yang sulit makan juga
membuat anak di usia sekolah mengalami kerawanan nutrisi, baik kekurangan gizi
ataupun kelebihan gizi (Lusia Kus Anna, 2010).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah taraf konsumsi zat-zat esensial yang
dibutuhkan tubuh, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk
memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. AKG dibedakan berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin serta keadaan seperti hamil dan menyusui
(Almatsier, 2002).
Angka Kecukupan Gizi pada anak usia 10-12 tahun yang dianjurkan
[image:31.595.113.491.359.412.2]berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan, 2005 ialah seperti dalam tabel 2.4
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Untuk Usia 10-12 Tahun
Zat Gizi Usia 10-12 tahun
Laki-laki Perempuan
nergi (kkal) 2050 2050
otein (gram) 50 50
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2005
2.2.5.Pemberian Makan pada Anak Usia Sekolah
Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi
artinya yang sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai
dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan
seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia
dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Ada beberapa
penatalaksanaan pemberian makanan pada anak sekolah diantaranya adalah:
a. Usahakan anak sarapan pagi dan minum susu satu gelas sebelum berangkat ke
sekolah
b. Pada saat jam istirahat usahakan anak memakan makan ringan yang bergizi
(lebih kurang 2 jam setelah belajar di sekolah) bisa berupa lontong, bubur
kacang hijau, bakmi goreng, dan lain-lain
c. Makan siang tepat pada waktunya dan memenuhi kebutuhan zat-zat gizi. Nasi
d. Berikan snack pada sore hari sebagai cemilan dapat berupa kue segar,
kue-kue kering atau berupa goreng-gorengan
e. Makan malam tepat pada waktunya dengan nasi satu porsi, lauk pauk 2 potong
sedang, sayuran ditambah buah-buahan segar dan tidak lupa memberikan
segelas susu sebelum tidur (Mitayani, Sartika & Wiwi, 2010).
2.3.Hubungan pola makan dengan overweight
Pola makan berhubungan dengan kejadian overweight tidak hanya dari segi jumlah makanan yang dimakan, melainkan juga komposisi makanan dan kualitas
diet. Kebiasaan makan pada zaman sekarang ini telah berubah, yaitu dengan
rendahnya konsumsi buah-buahan, sayuran berwarna hijau, dan susu;
meningkatnya konsumsi snacks, gula, dan minuman ringan, serta melewatkan sarapan. Perilaku makan yang demikian dapat menyebabkan peningkatan jaringan
adiposit (Amin, Tarek. T. et al., 2008).
2.3.1.Mekanisme regulasi keseimbangan energi dan berat badan
Kontrol keseimbangan asupan makan melibatkan hubungan antara sistem
saraf perifer dan sistem saraf pusat. Pada individu dengan berat badan normal,
makanan yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi,
metabolisme basal, termogenesis, dan aktivitas fisik, dan kelebihannya akan
disimpan dalam jaringan adiposit (Berthoud & Lenard, 2008).
Regulasi asupan makan diatur oleh dua mekanisme:
1. Sinyal kenyang
Regulasi asupan makan dimulai dengan adanya reseptor pengecap yang
akan merasa dan mentransmisikan informasi ke otak melalui serabut saraf aferen.
Komponen utama dalam regulasi asupan makan yang berhubungan dengan otak
melalui saraf sensori aferen, meliputi: sistem gustatori, saluran gastrointestinal,
pankreas, dan hati (Berthoud & Lenard, 2008).
Pada saluran gastrointestinal, hormon-hormon peptida bekerja secara lokal
dan sentral untuk mempengaruhi asupan makan (Gibson et al., 2010).
tegangan saraf vagus) berperan dalam pengosongan lambung (Berthoud &
Lenard, 2008)
Saat makanan masuk, terjadi perubahan konsentrasi nutrien/zat gizi di
sirkulasi yang berasal dari usus dan organ perifer lainnya yang akan mengirimkan
sinyal kenyang ke otak, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan hormon-hormon
sebagai sinyal kenyang. Ghrelin yang disekresi dari mukosa lambung yang
kosong, akan mengaktivasi saraf aferen vagus dan bekerja secara langsung pada
hipotalamus untuk menstimulasi makan (Gibson et al., 2010). Kolesistokinin,
yang dihasilkan saat lemak dan protein terdapat pada usus halus (Berthoud &
Lenard, 2008, Cawston & Miller, 2010), akan menstimulasi sekeresi enzim
pencernaan dari pankreas (Owyang & Heldsinger, 2011) dan akan menekan
asupan makan dengan berikatan dengan reseptor kolesistokinin yang berada di
ujung sensorik saraf vagus (Raybould, et al., 2006). Peptida YY (PYY) dan
Glucagon Like Peptide 1 (GLP 1) dihasilkan pada usus halus sebagai respon terhadap adanya nutrien di lumen usus. PYY merupakan penekan asupan makan
yang bekerja dengan memperpanjang waktu pengosongan lambung melalui
pengikatan terhadap reseptor neuropeptida Y-2. GLP-1 merupakan regulator
utama dalam homeostasis glikemik, menstimulasi sekresi enzim pankreas dan
menghambat pengosongan lambung (Berthoud & Lenard, 2008, Gibson et al.,
2010).
Pankreas berperan dalam regulasi energi melalui sel β pankreas, yang akan
mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat melalui sekresi insulin dan amilin.
Insulin bekerja secara langsung di hipotalamus dan daerah otak lainnya, dan
amilin bekerja pada reseptor di area postrema dan jalur asendens ke hipotalamus
untuk memperpanjang waktu pengosongan lambung dan mencetuskan rasa
kenyang (Lutz, 2010). Glukagon yang disekresi oleh sel α pankreas merupakan
stimulator utama untuk sekresi glukosa di hati (Woods & D’Alessio, 2008). Hati
juga berperan dalam regulasi glukosa melalui saraf aferen vagus pada dinding
2. Sinyal adiposit
Jaringan adiposa merupakan tempat penyimpanan untuk kelebihan energi,
seperti trigliserida dan asam lemak bebas. Jaringan adiposa dikenal sebagai organ
aktif yang mensekresikan berbagai substansi yang dikenal sebagai adipokin atau
derivat hormon adiposa, yang berperan dalam proses metabolisme dan
mempengaruhi asupan makan dan keseimbangan energi (Rondinone, 2006). Asam
lemak bebas berfungsi sebagai sumber energi dan merupakan sinyal molekul yang
disekresikan jaringan adiposa seperti: leptin, adiponektin, Tumor Necrosis Factor-
α (TNF-α), Interleukin-6 (IL-6) dan resistin (Hirasawa, 2005).
Komponen utama sistem saraf pusat yang terlibat dalam sinyal kenyang
ataupun lapar ialah bagian kaudal batang otak, sistem limbik dan hipotalamus.
Bagian kaudal batang otak akan menerima informasi dari taste buds dan organ perifer dan akan meregulasi asupan dan pencernaan makanan. Sinyal kenyang dari
perifer akan memicu impuls saraf yang melalui hipotalamus, khususnya nukleus
arkuata atau kompleks dorsal saraf vagus dari bagian otak belakang yang
berhubungan secara langsung dengan hipotalamus (Berthoud & Lenard, 2008).
Sistem limbik yang terdiri dari nukleus akumbens dan ventral palidum akan
mempengaruhi keinginan seseorang terhadap makanan. Proyeksi dopaminergik
yang berasal dari ventral tegmental area ke nukleus akumbens dan korteks prefrontal, akan mempengaruhi keinginan seseorang terhadap makanan di bawah
kesadaran. Sistem kortikal-limbik berperan dalam proses pengambilan keputusan
dengan pengaruh emosional dan informasi kognitif terhadap makanan (Berthoud
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:
Variabel Independen
[image:35.595.143.474.236.373.2]Variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1.Overweight
Overweight adalah kelebihan berat badan pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan dari hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) berdasarkan grafik CDC 2000
Cara ukur : Perhitungan IMT dengan rumus
IMT = Berat badan (kg)
(Tinggi badan)2 (m2)
Alat Ukur : Timbangan Injak, Meteran Tinggi Badan, Grafik CDC
2000 menurut IMT terhadap usia
Hasil Ukur : Overweight
Berdasarkan grafik CDC 2000 menurut IMT terhadap
usia dikatakan overweight jika : IMT antara persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95
Hasil Pengukuran : Skala Nominal Pola Makan :
1. Asupan zat gizi
2. Jenis makanan
3.2.2.Pola Makan
Pola makan ialah jumlah asupan kalori dan protein, jenis bahan makanan
yang dikonsumsi oleh siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II
Medan tiap harinya.
1. Asupan zat gizi adalah banyaknya nilai energi (kalori) dan protein yang
dikonsumsi dalam sehari, hasilnya dibandingkan dengan zat gizi yang
dianjurkan (AKG) dikali 100 %
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Food Record
Food Record ialah mencatat semua makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama paling sedikit
3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari
libur. Ukuran porsi makanan dicatat dengan mengacu
pada ukuran rumah tangga (URT). Pengolahan data
untuk mengetahui jumlah kalori dari jumlah dan jenis
makanan yang didapat, digunakan software
Nutrisurvey.
Hasil Ukur : Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dikategorikan
Berdasarkan Depkes (1996), yaitu:
Kurang : < 90%
Normal : 90-119%
Lebih : > 120%
Skala Ukur : Skala ordinal
2. Jenis makanan ialah keragaman makanan yang dikonsumsi siswa –siswi usia
10-12 tahun di SD St. Antonius I dan II Medan tiap kali makan yang meliputi
makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan susu.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Formulir Food Record
dilakukan dengan membandingkannya terhadap pola
menu seimbang “Empat Sehat Lima Sempurna”, yang
dikategorikan menjadi :
Baik : ≥ 4 jenis makanan
Tidak baik : ≤ 3 jenis makanan
Skala Ukur : Skala nominal
3.3.Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
- Adanya pengaruh jumlah asupan kalori dan protein terhadap kejadian
overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional dengan desain
studi cross sectional dimana variabel independen dan variabel dependen dinilai secara simultan pada satu saat (Ismael, S., dan Sastroasmoro, S., 2011) Penelitian
ini dilakukan untuk menilai pengaruh pola makan terhadap kejadian overweight pada siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan.
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Mei 2013 sampai
dengan Agustus 2013. Penelitian dimulai dengan melakukan survei lokasi untuk
mengetahui data populasi yang diteliti, pengumpulan data penelitian, analisa data,
dan penyusunan laporan akhir hasil penelitian.
4.2.2.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD St.Antonius I dan II Jl.Sriwijaya No.7
Medan. Sekolah ini merupakan sekolah swasta di kota Medan dengan
siswa-siwinya yang rata-rata berasal dari keluarga status ekonomi golongan menengah
ke atas, sehingga kemungkinan pola konsumsi pangan yang berlebih cenderung
lebih tinggi.
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1.Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD
4.3.2.Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi (Ismael, S., dan Sastroasmoro, S.,
2011).
Sampel yang akan diambil diuji menggunakan kriteria-kriteria berikut:
a. Kriteria inklusi:
1. Siswa-siswi usia 10-12 tahun di SD St.Antonius I dan II Medan
2. Siswa-siswi yang overweight dengan IMT antara persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95 berdasarkan grafik CDC 2000
3. Siswa-siswi dengan IMT normal antara persentil ke-5 hingga kurang dari
persentil ke-85 berdasarkan grafik CDC 2000
b. Kriteria Eksklusi:
1. Siswa-sisiwi yang tidak mengisi formulir Food Record secara lengkap
2. Siswa-siswi yang menolak berpartisipasi untuk menjadi responden
penelitian
4.3.3.Besar Sampel Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini jika diketahui besar populasi yaitu dengan menggunakan rumus berikut (Wahyuni, Arlinda.S., 2007):
N Z21-α/2 P (1-P)
n =
(N-1) d2 + Z21-α/2 P (1-P)
Keterangan :
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
N = besar populasi
Perhitungan besar sampel secara kasar :
Z1-α/2 = 1,960
P = 0,5
D = 0,1
N = 363
363 x 1,962x 0,5 (1-0,5)
n =
(363-1) 0,12 + 1,962 x 0,5 (1-0,5)
= 76,112 ~ 77 orang
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel penelitian minimal
adalah 77 orang.
4.4.Teknik Pengumpulan Data
4.4.1.Data Primer
Data primer terdiri dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta
hasil pengisian formulir Food Record.
a. Data tentang overweight didapat dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan
injak sesuai dengan prosedur pengukuran berat badan dan dinilai dalam satuan
kilogram (kg). Tinggi badan diukur dengan menggunakan meteran tinggi badan
dan dinilai dalam satuan centimeter (cm). Setelah hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan diperoleh, dilakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT), kemudian dilakukan pemlotan Indeks Massa Tubuh berdasarkan usia
b. Data pola konsumsi pangan dilakukan dengan pengisian formulir Food Record selama 7 hari. Formulir Food Record mencakup jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
4.4.2.Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini adalah jumlah siswa-siswi usia 10-12 tahun di
SD St. Antonius I dan II Medan.
4.5.Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan sistem
komputerisasi dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Teknik analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik univariat dan bivariat.
Analisis univariat yang digunakan untuk mendeskripsikan data dan hanya
melibatkan satu variabel bebas (Ismael, S., dan Sastroasmoro, S., 2011). Pada
penelitian ini, analisis univariat ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan
persentase dari identitas siswa, jumlah asupan energi, jenis makanan yang
dikonsumsi siswa-siswi.
Analisis bivariat yang digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua
variabel, yakni satu variabel bebas dan satu variabel tergantung. Uji statistik yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square (X2). Uji chi-square digunakan pada variabel yang mempunyai skala pengukuran kategori (nominal
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian
SD St.Antonius I dan II merupakan sekolah swasta perguruan Katolik
terakreditasi A yang terletak di Jalan Sriwijaya No.7, Kelurahan petisah Hulu,
Kecamatan Medan Baru, Medan. Sekolah ini memiliki 26 ruangan kelas dengan
masing-masing kelas memiliki jumlah murid rata-rata sebanyak 45 orang. Jumlah
pengajar yang ada di sekolah ini sebanyak 40 orang. Fasilitas yang terdapat di
sekolah ini adalah ruangan kelas, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, ruangan
UKS, ruangan praktikum komputer, ruangan ibadah, ruangan paduan suara, aula,
toilet, lapangan, perpustakaan dan kantin. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
dan Puskesmas Padang Bulan, sebagian besar orangtua murid di sekolah ini
memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas.
5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, mayoritas
responden ialah perempuan dengan jumlah sebanyak 40 orang (51,9%).
Responden laki-laki berjumlah 37 orang (48,1%). Data mengenai distribusi
frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
[image:42.595.118.512.616.676.2]tabel 5.1.
Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-Laki 37 48.1
Perempuan 40 51.9
b. Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia, mayoritas responden
berusia 10 tahun dengan jumlah sebanyak 42 orang (54,5%). Responden yang
berusia 11 tahun berjumlah 34 orang (44,2%), dan responden yang berusia 12
tahun berjumlah 1 orang (1,3%). Data mengenai distribusi karakteristik responden
[image:43.595.110.513.243.322.2]berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Usia Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
10 42 54,5
11 34 44,2
12 1 1,3
Total 77 100
c. Status Gizi dan Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari status gizi dan jenis
kelamin, laki-laki yang mengalami overweight berjumlah 20 orang (26%) dan perempuan yang mengalami overweight berjumlah 13 orang (16,9%). Laki-laki dengan status gizi normal berjumlah 17 orang (22%) dan perempuan dengan
status gizi normal berjumlah 27 orang (35,1%). Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa jumlah laki-laki yang mengalami overweight lebih banyak daripada perempuan. Data mengenai distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan status gizi dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Status Gizi dan Jenis Kelamin
Status Gizi
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
n % n % n %
Overweight Normal 20 17 26 22 13 27 16,9 35,1 33 44 42,9 57,1
d. Jumlah asupan kalori
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari faktor jumlah asupan
kalori, seluruh responden memiliki jumlah asupan kalori dengan kategori kurang
Rata-rata jumlah asupan kalori yang dikonsumsi responden adalah 1232,44
kkal, dengan jumlah asupan kalori minimum yang dikonsumsi responden
sebanyak 434,71 kkal dan maksimum sebanyak 1813,14 kkal. Data mengenai
distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah asupan kalori dapat dilihat
pada tabel 5.4.
Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Jumlah Asupan Kalori
Jumlah Asupan Kalori Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang (<90%) 77 100
Baik (90-119%) 0 0
Lebih (>120%) 0 0
Total 77 100
e. Jumlah asupan protein
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari jumlah asupan protein,
mayoritas responden memiliki jumlah asupan protein yang kurang yaitu sebanyak
33 orang (42,8%), jumlah asupan protein baik yaitu sebanyak 30 orang (39%),
dan 14 orang (18,2%) mempunyai jumlah asupan protein lebih.
Rata-rata jumlah asupan protein yang dikonsumsi responden ialah 49,26 gr
dengan jumlah asupan protein minimum yang dikonsumsi sebanyak 27 gr dan
maksimum sebanyak 80 gr. Data mengenai distribusi frekuensi responden
[image:44.595.110.512.559.633.2]berdasarkan jumlah asupan protein dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Jumlah Asupan Protein
Jumlah Asupan Protein Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang (<90%) 33 42,8
Baik (90-119%) 30 39,0
Lebih (>120%) 14 14,0
Total 77 100
f. Jenis Makanan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari jenis makanan, mayoritas
responden memiliki jenis makanan tidak baik yaitu sebanyak 58 orang (75,3%),
jenis makanan baik yaitu sebanyak 19 orang (24,7%). Data mengenai distribusi
Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Makanan
Jenis Makanan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik (≥ 4 jenis) 19 24,7
Tidak baik (≤ 3 jenis) 58 75,3
Total 77 100
5.1.3.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menilai pengaruh jumlah asupan kalori,
jumlah asupan protein dan jenis makanan terhadap kejadian overweight. Data distribusi frekuensi berdasarkan jumlah asupan kalori tidak dapat dinilai
hubungannya dengan kejadian overweight karena keseluruhan responden memiliki jumlah asupan kalori kategori kurang. Dengan kata lain, jumlah asupan
kalori tidak ada hubungannya dengan kejadian overweight. Agar data yang terkumpul dapat dianalisa secara bivariat maka harus dilakukan pengkategorian
ulang variabel jumlah asupan protein yang dikategorikan menjadi baik (90-119%)
dan tidak baik (<90%, >120%). Data mengenai hubungan jumlah asupan protein
dan jenis makanan terhadap kejadian overweight dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7.Hubungan Jumlah Asupan Protein dan Jenis Makanan terhadap Kejadian Overweight (n = 77)
No Variabel Independen
Status Gizi
p Overweight Normal
n % n %
1 Jumlah Asupan Protein Baik Tidak baik 14 19 42,4 57,6 16 28 36,4 63,6 0,642
2 Jenis Makanan Baik Tidak baik 13 20 39,4 60,6 6 38 13,6 86,4 0,015
Berdasarkan tabel 5.7, responden dengan jumlah asupan protein baik yang
mengalami overweight sebanyak 14 orang (42,4%) dan yang normal sebanyak 16 orang (36,4%). Responden dengan jumlah asupan protein tidak baik yang
Responden dengan jenis makanan baik yang mengalami overweight sebanyak 13 orang (39,4%) dan yang normal sebanyak 6 orang (13,6%).
Responden dengan jenis makanan tidak baik yang mengalami overweight sebanyak 20 orang (60,6%) dan yang normal sebanyak 38 orang (86,4%). Hasil
uji statistik p < 0,05 yang berarti bahwa jenis makanan berpengaruh terhadap kejadian overweight.
5.2.Pembahasan
Karakteristik responden pada penelitian ini, dibagi berdasarkan jenis
kelamin, usia, status gizi, jumlah asupan kalori, jumlah asupan protein dan jenis
makanan. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden ialah perempuan. Dari
hasil observasi data siswa-siswi tiap kelas, rata-rata jumlah siswi lebih banyak
daripada jumlah siswa sehingga mayoritas sampel yang diperoleh berjenis
kelamin perempuan.
Berdasarkan usia, didapat bawa mayoritas responden berada pada rentang
usia 10 hingga 11 tahun. Pemilihan sampel pada rentang usia 10-12 tahun
dikarenakan rentang usia tersebut merupakan rentang usia tertinggi anak pada saat
jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Peneliti berasumsi dengan semakin matangnya
usia, siswa-siswi dapat lebih koperatif dan memilki penalaran yang lebih tinggi
dalam mengisi kuesioner dibandingkan dengan siswa-siswi yang berusia lebih
muda.
Bedasarkan status gizi dan jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa jumlah
responden laki-laki lebih banyak yang mengalami overweight daripada perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Luh (2012) yang
mendapatkan bahwa kejadian overweight lebih banyak pada laki-laki (51,7%) daripada perempuan (37,1%). Dari hasil penelitiannya dikatakan bahwa hal ini
dapat terjadi karena perbedaan pola makan dan asupan gizi antara anak laki-laki
dengan perempuan. Anak laki-laki cenderung mengkonsumsi makanan lebih
banyak sehingga memungkinkan asupan energi lebih besar yang dapat
berkontribusi terhadap kejadian gizi lebih (Almatsier, Soetardjo, dan Soekatri,
memperhatikan penampilan (citra tubuh) daripada laki-laki. Citra tubuh
merupakan konsep pribadi seseorang tentang penampilan fisiknya (Nelly, 2008).
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Clothilde et.al (2011) yang
mendapatkan bahwa pengaruh citra tubuh yang buruk terhadap perilaku
menurunkan berat badan, lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki.
5.2.1.Hubungan jumlah asupan kalori dengan overweight
Overweight disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
pertumbuhan fisik, perkembangan aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan
ini berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, maka dampaknya
adalah terjadinya obesitas (Jahari, 2004). Pada penelitian ini didapat bahwa
rata-rata jumlah asupan kalori siswa-siswi memiliki kategori kurang. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Mayoritas siswa-siswi tidak mengkonsumsi makanan selingan
2. Jangka waktu penelitian cukup lama, yaitu selama seminggu. Waktu
yang lama memang lebih representatif dalam menggambarkan pola
makan seseorang, namun juga memiliki kekurangan yaitu meningkatnya
kejenuhan responden dalam mengisi kuesioner serta sulit dilakukannya
follow up pada responden saat pengisian kuesioner
3. Kurang spesifiknya responden dalam mendeskripsikan bahan makanan
ataupun terdapat kesalahan dalam menimbang/mengukur jumlah
makanan yang dikonsumsi
Hal ini sesuai dengan tinjauan yang dilakukan oleh Newby (2007) yaitu
bukti bahwa hubungan jumlah asupan kalori total dengan kejadian overweight dan obesitas tidak konsisten, melainkan asupan lemak dan minuman yang
mengandung pemanis buatan yang memiliki korelasi positif terhadap kejadian
overweight dan obesitas.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada
siswa-siswi SD di kota Manado yang mendapat hubungan bermakna antara asupan
5.2.2.Hubungan jumlah asupan protein dengan kejadian overweight
Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara jumlah asupan protein
terhadap kejadian overweight (p = 0,642). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Nelly (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jumlah asupan protein
terhadap kejadian obesitas (p = 0,910).
Berbeda dengan penelitian Ayu (2011) mengenai faktor resiko obesitas pada
anak usia 5-15 tahun di Indonesia. Dari hasil penelitiannya, didapat bahwa jumlah
asupan protein memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian obesitas (p = 0,000), karena asupan protein yang tinggi dapat memberikan kontribusi dalam
jumlah kalori sehari.
5.2.3.Hubungan jenis makanan dengan kejadian overweight
Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara jenis makanan
dengan kejadian overweight (p = 0,015). Dari hasil pengamatan Food Record, bahwa mayoritas siswa-siswi mengkonsumsi jenis makanan yang berasal dari
makroutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein dan kurang mengkonsumsi
serat. Hal ini berdampak terhadap terjadinya deposit energi yang berlebih di
dalam tubuh dan disimpan sebagai bentuk lemak sehingga menyebabkan
kegemukan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nelly (2008) yang
menyimpulkan bahwa jenis makanan berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p = 0,039). Dari hasil penelitiannya, sebagian besar responden jarang mengkonsumsi
sayur dan buah tetapi memilki kebiasaan mengkonsumsi jajanan yang
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
1. Jumlah responden yang mengalami overweight adalah 33 orang (42,9%), dan sebanyak 44 orang (57,1%) memiliki status gizi normal
2. Responden laki-laki lebih banyak yang mengalami overweight daripada perempuan
3. Seluruh responden memiliki jumlah asupan kalori kurang, sehingga tidak
ada hubungan jumlah asupan kalori terhadap kejadian overweight pada penelitian ini
4. Jumlah asupan protein tidak memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian overweight (p = 0,642)
5. Jenis makanan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian overweight (p = 0,015)
6.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota
Petugas Kesehatan hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada
sekolah-sekolah mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
gizi seimbang untuk penanggulangan masalah gizi di Indonesia
2. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya memonitoring status gizi siswa-siswi dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan secara berkala melalui kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. Meningkatkan sosialisasi antar guru, guru ke siswa, maupun antar siswa
mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
3. Bagi Keilmuan
Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti mengambil jumlah sampel
yang lebih banyak dengan desain studi yang berbeda serta menilai variabel
lain yang berpengaruh terhadap kejadian overweight, seperti genetik dan aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Almatsier, S., S. Soetardjo, dan M. Soekatri, 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Amin, Tarek.T. et al., 2008. Overweight and Obesity and their Association with Dietary Habits, and Sociodemographic Characteristics Among Male Primary School in Al-Hassa, Kingdom of Saudi Arabia. Available from:
July 2008]
Anna, Lusia.K., 2010. Jangan Abaikan Gizi Anak Usia Sekolah. Available from:
Ariani, Ani, & Sembiring, Tiangsa, 2007. Prevalensi Obesitas pada Anak
Sekolah Dasar di Kota Medan. Available from:
Arisman, 2010. Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia : Konsep, Teori, dan Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC
Ayu, 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak Usia 5-15 Tahun di Indonesia. Available from
[Accessed on Juny 2011]
Baharudin, 2013. Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas pada
Siswa Sekolah Dasar di Kota Manado. Available from:
[Accessed on 1 August 2013]
Batubara, Jose. R.L. et al., 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Berthoud & Lenard, 2008. Central and peripheral regulation of food intake and
Budiwiarti, Y.E., 2012. Gizi Pada Anak Obesitas. Available from:
Juni 2012]
Cawston & Miller, 2010. Therapeutic potential for novel drugs targeting the type I cholecystokinin receptor. Br J Pharmacol 159(5):1009-1021
Clothilde et al., 2011. Negative Body Image and Weight Loss Behaviour in Dutch
School Children. Available from:
eurpub.oxfordjournals.org/content/22/1/130.full.pdf+html. [Accessed on 26
March 2011]
Depkes, 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Available from:
[Accessed on 2006]
Depkes, 2009. Obesitas dan Ku