• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Integritas Dan Objectivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit (studi Kasus Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Integritas Dan Objectivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit (studi Kasus Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

1

THE INFLUENCE OF INTEGRITY AND OBJECTIVITY OF THE AUDITORS ON AUDIT QUALITY

(A Case Study on the Agency of the Republic of Indonesia Auditor Representative in West Java Province)

This research aimed to determine how much the effect of Integrity and Objectivity of the Auditor on Audit Quality in BPK Representative of West Java Province. In this research used primary data in the form of questionnaires conducted in Bandung with respondents who worked in the office of auditor in BPK RI Representative of West Java province of 50 respondents.

The analysis used in this study is a descriptive analysis and verification. The analytical method used is Structural Equation Modeling (SEM) approach Partial Least Square (PLS).

The results of testing the hypothesis in this research showed that (1) Integrity significant effect on Audit Quality in BPK RI Representative of West Java province, (2) Auditor Objectivity significant effect on Audit Quality in BPK RI Representative of West Java province, (3) Integrity and Objectivity Auditors simultaneously significant effect on the Quality Audit in BPK RI Representative of West Java Province.

Keywords: Integrity, Objectivity Auditor, Audit Quality

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian

Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan. Terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, diantaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan berupa pelayanan publik yang tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan (Mardiasmo, 2005).

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probabilitas) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo 1981 dalam Alim dkk, 2007). Agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Auditor harus mematuhi standar auditing dalam melakukan audit atas laporan keuangan, memperoleh bukti audit yang cukup untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan melakukan tahap-tahap proses audit secara lengkap (Sari, 2011).

(2)

2

Objektivitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain (Mulyadi, 2002). Objektivitas juga diartikan tidak bias dalam semua hal yang berhubungan dengan suatu kegiatan atau persetujuan (Ibrani, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh Integritas Auditor terhadap Kualitas Audit secara parsial pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

2. Seberapa besar pengaruh Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit secara parsial pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

3. Seberapa besar pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor secara simultan terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh, mengolah dan menganalisis data mengenai pengaruh integritas dan objektivitas auditor serta untuk lebih memahami dan mengerti pelaksanaan kualitas audit serta memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan pelaksanaannya di lapangan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh integritas auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh objektivitas auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh integritas dan objektivitas auditor secara simultan terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis dapat digunakan sebagai referensi peneliti-peneliti lain yang akan meneliti dengan variabel yang sama.

II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Integritas

Menurut Sukrisno Agoes (2012:L5) adalah Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

(3)

3 2. Keberanian Auditor

3. Sikap bijaksana auditor 4. Tanggungjawab auditor

2.1.2 Objektivitas Auditor

Menurut Sukrisno Agoes (2012:L19) pengertian objektivitas adalah Suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa/ pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi-profesi lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa objektivitas berarti kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam melakukan audit, auditor tidak memihak dan tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain sehingga auditor dapat mengemukakan pendapat apa adanya dan sesuai fakta.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52), maka dalam penelitian ini yang dijadikan indikator untuk objektivitas, yaitu:

1. Bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest)

2. Tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) 2.1.3 Kualitas Audit

Arens et.,al (2014:105) mendefinisikan kualitas audit yaitu Audit quality means how tell an audit detects an report material misstementsin financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethics or auditor integrity, particulary independence.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability), dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi dan melaporkannya dalam hasil audit, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

2.1.3.1 Unsur – unsur Kualitas Audit

Sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:90), Unsur-unsur kualitas audit sebagai berikut:

Kerangka pemikiran menjelaskan variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menguji hubungan integritas dengan kualitas audit secara parsial, hubungan objektivitas auditor dengan kualitas audit secara parsial, serta hubungan integritas dan objektivitas auditor secara simultan terhadap kualitas audit. Maka kerangka pemikiran penelitan dapat disajikan dalam Tabel 2.1.

2.3 Hipotesis

(4)

4

III. Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar (2007:303) adalah Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:2) mendefinisikan Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode deskriptif menurut Sugiyono (2012:29) adalah Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Mashuri (2009:45) metode verifikatif adalah Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

3.2.1 Desain Penelitian

Menurut Umi Narimawati (2010:30) desain penelitian adalah Desain digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian, sehingga desain penelitian merupakan rancangan yang sangat diperlukan dalam melakukan suatu penelitian.

3.2.2 Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2012:38) operasionalisasi variabel adalah Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas/Independen (X)

Data yang menjadi variabel bebas (Variabel X) adalah Integritas dan Objektivitas Auditor. 2. Variabel Tidak Bebas/Dependen (Y)

Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah Kualitas Audit.

3.2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan duacara, yaitu 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Metode pengamatan (Observasi), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti.

b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait.

c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden.

2. Penelitian kepustakaan (Library Research).

(5)

5

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu pengujian atau instrument. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.

3.3.2 Uji Reabilitas

Menurut Sugiyono (2012:3) reliabilitas adalah Derajad konsistensi/ keajegan data dalam interval waktu tertentu.

Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode alpha cronbach dari Spearman-Brown.

3.4 Teknik Penarikan Sampling

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan definisi di atas, popolusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat menurut jabatan fungsional pemeriksa secara keseluruhan 90 orang auditor.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan

Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus adalah:

Sumber: Umi Narimawati (2010:38) Keterangan:

n = Jumlah sampel; N = Jumlah populasi; e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%,5%,10%)

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, peneliti menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sebanyak 73 auditor.

3.5 Pengujian Hipotesis

Menurut Suharyadi dan Purwanto S.K, (2009:112), Pengujian hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis

=

+N N2

�= + 9 x . 59

(6)

6

t dengan ketentuan H0 ditolak jika thitunglebih besar dari nilai kritis untuk α = 0,10 sebesar 1,6δε.

1) Hipotesis 1

Hipotesis pertama adalah Integritas terhadap Kualitas Audit. Persamaan model struktural:

Persamaan struktural hasil pengolahan hipotesis pertama menggunakan software SmartPLS 2.0 adalah sebagai berikut:

Persamaan Struktural Hipotesis 1

Endogenous Construct = Exogenous Construct + Error Variance

= ξ 1 +

Keterangan:

= Variabel Endogenous Construct (Kualitas Audit)

= Koefisien pengaruh Exogenous Construct (Integritas) terhadap Endogenous Construct (Kualitas Audit)

ξ 1 = Variabel Exogenous Construct (Integritas)

= Pengaruh Faktor Lain terhadap Endogenous Construct (Kualitas Audit)

Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan melalui uji hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : = 0 : Pengaruh ξ1 terhadap tidak signifikan

H1: ≠ 0 : Pengaruh ξ1 terhadap signifikan Statistik uji yang digunakan adalah:

Tolak Ho jika thitung > ttabel pada taraf signifikan. Dimana ttabel untuk α = 0,10 sebesar 1,6δε.

2) Hipotesis 2

Hipotesis kedua adalah Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit. Persamaan model struktural:

Persamaan Struktural Hipotesis 2

Endogenous Construct = Exogenous Construct + Error Variance

= ξ2 +

Keterangan:

= Variabel Endogenous Construct (Kualitas Audit)

= Koefisien pengaruh Exogenous Construct (Objektivitas Auditor) terhadap Endogenous Construct (Kualitas Audit)

ξ 2 = Variabel Exogenous Construct (Objektivitas Auditor )

= Pengaruh Faktor Lain terhadap Endogenous Construct (Kualitas Audit) η = Ȗξ 1 + 

�=�� �

(7)

7 Statistik uji yang digunakan adalah:

Tolak Ho jika thitung > ttabel pada taraf signifikan. Dimana ttabel untuk α = 0,10 sebesar 1,6δε.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan responden mengenai Pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

4.1.1.1 Tanggapan Responden Mengenai Integritas (X1)

Berdasarkan tabel 4.17, diketahui jumlah skor aktual yang diperoleh dari 4 indikator yaitu sebesar 773 dengan jumlah skor ideal sebesar 1000, sehingga diperoleh nilai persentase skor tanggapan sebesar 77,3% dan termasuk dalam kategori baik, hal ini menunjukan bahwa auditor yang bekerja di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat memiliki integritas yang baik.

4.1.1.2 Tanggapan Responden Mengenai Objektivitas (X2)

Berdasarkan tabel 4.22, diketahui jumlah skor aktual yang diperoleh dari 2 indikator yaitu sebesar 761 dengan jumlah skor ideal sebesar 1000, sehingga diperoleh nilai persentase skor tanggapan sebesar 76,1% dan termasuk dalam kategori baik, hal ini menunjukan bahwa auditor yang bekerja di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat memiliki objektivitas yang baik.

4.1.1.3 Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan tabel 4.30, diketahui jumlah skor aktual yang diperoleh dari 7 indikator yaitu sebesar 1381 dengan jumlah skor ideal sebesar 1750, sehingga diperoleh nilai persentase skor tanggapan sebesar 78,9% dan termasuk dalam kategori baik, hal ini menunjukan bahwa auditor yang bekerja di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat memiliki kualitas audit yang baik.

4.1.2 Analisis Verifikatif

4.1.2.1 Diagram Jalur Model Penelitian

Pada gambar 4.5 disajikan hasil analisis kausalitas untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas (Integritas dan Objektivitas Auditor) terhadap variabel terikat (Kualitas Audit). Untuk keperluan analisis, digunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS) dan menggunakan software SmartPLS V.2.0.M3.

Teknik pengolahan data dengan menggunakan metode SEM berbasis Partial Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk menilai Fit Model dari sebuah model penelitian. Uji model dilakukan dengan melihat hasil model pengukuran (Outer model) dan hasil model struktural (inner model) dari model yang diteliti.

4.1.2.2 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Evaluasi terhadap model pengukuran digunakan untuk melihat hubungan antara setiap blok indikator dengan variabel latentnya. Untuk mengevaluasi kecocokan outer model, digunakan

(8)

8

Convergent Validity menilai apakah konstruk laten variabel sudah tepat dibentuk oleh indikatornya. Convergent validity dapat dilihat dari nilai faktor loading setiap variabel latent terhadap indikatornya, composite reability, dan average variance extracted (AVE).

Berdasarkan tabel 4.31, terlihat bahwa nilai loading faktor dari semua variabel laten terhadap indikator reflektif menunjukkan nilai > 0,7, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indikator dinyatakan memiliki validitas yang tinggi dalam menjelaskan variabel latennya (integritas, objektivitas auditor, dan kualitas audit).

Berdasarkan tabel 4.32, terlihat bahwa nilai composite reliability (CR) yang diperoleh variabel integritas (0,928), objektivitas auditor (0,907) dan kualitas audit (0,944), ini menunjukkan tingkat kesesuaian indikator dalam membentuk konstruk laten lebih besar dari yang direkomendasikan yaitu 0,7, sehingga dikatakan memenuhi syarat convergen validity.

Berdasarkan tabel 4.33, terlihat bahwa nilai AVE yang diperoleh variabel integritas (0,763), objektivitas auditor (0,830) dan kualitas audit (0,707) telah memenuhi kriteria convergen validity

(lebih besar dari 0,5) ini menunjukkan informasi yang terdapat pada setiap variabel dapat tercermin melalui indikator.

2. Validitas Diskriminan (Descriminant Validity)

Berdasarkan tabel 4.34, dapat dilihat dalam pengukuran cross loading dengan konstruk dan perbandingan akar AVE dengan korelasi variabel latent, hal ini menunjukan korelasi konstruk dengan pokok pengukuran (setiap indikator) lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya maka konstruk latent memprediksi indikatornya lebih baik dari konstruk lainnya sehingga syarat

Descriminant Validity terpenuhi.

4.1.2.3 Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Dari gambar 4.6 diketahui bahwa nilai koefisien jalur struktural variabel objektivitas auditor (X2) sebesar 0,528 lebih besar jika dibandingkan dengan koefisien jalur dari variabel integritas auditor (X1) sebesar 0, 367 terhadap kualitas audit.

Dari gambar 4.7, diketahui bahwa hasil pengujian diperoleh nilai thitung variabel integritas (4,45) dan variabel objektivitas (7,566) lebih besar dari nilai kritis 1,645, artinya setiap indikator yang digunakan tersebut secara signifikan mampu merefleksikan variabel integritas dan objektivitas auditor.

Dari table 4.35, diketahui bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel integritas (X1) terhadap kualitas audit sebesar 20%, sedangkan 34,4% lainnya diberikan oleh objektivitas auditor (X2), sehingga total kontribusi pengaruh yang diberikan oleh integritas auditor dan objektivitas auditor terhadap kualitas audit sebesar 54,4%, sedangkan sisanya sebesar 45,6% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti.

4.1.3 Pengujian Hipotesis

4.1.3.1 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit

(9)

9

Tabel 4.37 diperoleh bahwa nilai t-hitung yang diperoleh variabel objektivitas auditor sebesar 7,566 lebih besar dari tkritis (1,645) sehingga keputusan uji hipotesis menolak Ho. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial objektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

4.1.3.3 Pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit

Tabel 4.38 diperoleh bahwa total pengaruh variabel integritas sebesar 20% dan objektivitas auditor sebesar 34,4% sehingga dapat disimpulkan bahwa integritas dan objektivitas auditor memberikan pengaruh secara simultan terhadap kualitas audit sebesar 54,4% pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa Integritas berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

Hubungan yang diperoleh antara integritas dengan kualitas audit adalah sebesar 0,544, hal ini menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin baik integritas auditor, maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar 0,544 termasuk kedalam kategori hubungan yang baik berada dalam rentang interval antara 0,49 – 0,81, hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Komang Pariardi (2014:7) bahwa sikap integritas dari seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil dari koefisien determinasi integritas memberikan pengaruh sebesar 20% yang berarti integritas memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 20% terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sementara sisanya sebesar 80% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kehati-hatian profesional, kompetensi, dan independensi (Sukrisno Agoes, 2012:L5).

Hasil dalam penelitian ini juga didukung oleh teori pendukung Mabruri dan Winarna (2010:10) bahwa jika seorang auditor memiliki integritas yang baik maka dapat meningkatkan kualitas audit. Adapun hasil penelitian Ayuningtyas (2012) yang menunjukan bahwa integritas memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit demikian juga pada penelitian Sari (2011) yang menunjukan bahwa integritas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

4.2.2 Pengaruh Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit

Hasil dari pengujian yang telah dilakukan menyatakan bahwa Objektivitas Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

Hubungan yang diperoleh antara objektivitas dengan kualitas audit adalah sebesar 0,651, hal ini menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah. Dimana semakin baik objektivitas auditor, maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar 0,651 termasuk kedalam kategori hubungan yang baik berada dalam rentang interval antara 0,49 – 0,81, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Indriyani (2013:30) bahwa sikap independen dan objektivitas auditor sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas audit.

(10)

10

Hasil dalam penelitian ini juga didukung oleh penelitian Sukriah et.al (2009) yang menunjukan bahwa objektivitas auditor memberikan pengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan, demikian juga pada penelitian Arianti et.al (2013), auditor yang profesional dalam melaksanakan pekerjaan dengan didukung adanya sikap objektivitas akan meningkatkan kualitas audit, semakin tinggi objektivitas yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan semakin meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan begitu pula sebaliknya.

4.2.3 Pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Hasil dari pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Integritas dan Objektivitas Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

Hubungan integritas dan objektivitas memberikan pengaruh sebesar 54,4% yang berarti integritas dan objektivitas memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 54,4% terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sementara sisanya sebesar 45,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kompetensi, fee audit, dan akuntabilitas (Sukrisno Agoes, 2012:L5).

Hasil dalam penelitian ini juga didukung oleh teori pendukung Putri (2009:49) yang menyatakan bahwa auditor yang mempunyai kualitas yang tinggi yang ditandai dengan tingginya keahlian dan banyaknya pengalaman dianggap bahwa auditor tersebut mempunyai integritas dan objektivitas yang tinggi pula. Adapun hasil penelitian dari Komang Pariardi (2014) yang menyatakan bahwa integritas, objektivitas dan akuntabilitas akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan auditor. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat integritas, objektivitas, dan akuntabilitas maka akan semakin rendah pula kualitas audit yang dihasilkan auditor.

V. Kesimpulan dan Sarann 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Integritas seorang auditor memberikan pengaruh terhadap kualitas audit, dimana semakin meningkat integritas seorang auditor maka akan semakin meningkatkan pula kualitas audit yang dihasilkan oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

2. Objektivitas seorang auditor memberikan pengaruh terhadap kualitas audit, dimana semakin meningkat objektivitas seorang auditor maka akan semakin meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

3. Integritas dan objektivitas auditor secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kualitas audit, dimana semakin meningkat integritas dan objektivitas auditor maka akan semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan mengenai pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan kepada auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:

(11)

peraturan-11 menurunkan kepercayaan publik.

2. Agar objektivitas dalam meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan BPK RI Perwakilan Jawa Barat optimal, maka dalam melaksanakan pemeriksaan audit seorang auditor seharusnya tidak membiarkan faktor salah saji material dan auditor seharusnya bebas dari masalah benturan kepentingan, auditor haruslah menggunakan pemikiran yang logis dalam melakukan tindakan maupun mengambil keputusannya dengan tidak memihak kepada siapapun sehingga auditor dapat mengemukakan pendapat apa adanya sesuai dengan fakta dan kualitas audit yang dihasilkannya pun dapat dipertanggungjawabkan .

3. Karena masih adanya beberapa auditor yang melanggar sikap integritas dan objektivitas yang dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, maka dalam melaksanakan pemeriksaan audit seorang auditor seharusnya lebih meningkatkan prinsip integritas dan objektivitas, auditor haruslah melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sehingga laporan hasil pemeriksaan dapat disajikan dengan lengkap, jelas, dan meyakinkan bagi pengguna laporan audit dan kualitas audit yang dihasilkan akan optimal.

VI DAFTAR PUSTAKA

Agus Suryo Sulaiman. 2010. The Quantum Success. Penerbit: PT Elex Media Komputindo. Angelo, Linda E. 1981, Auditor Size and Audit Quality, Journal of Accounting and Economics III. Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. 2012. Auditing and Assurance Service An Integrated

Approach. 14th Global Edition.

Arens, Alvin, Elder, R.J and Beasley. M.S, 2014 “Auditing Assurance Services – An Integrated

Approach” 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.

EY Ibrani. 2007. Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien terhadap Objektivitas Auditor dengan

Auditor Tenure, Client Importance dan Client Image sebagai Variabel Anteseden. Havidz Mabruri & Jaka Winarna. 2010. Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah.

Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.

Husein Umar. 2007, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ika Sukriah, Akram dan Biana Adha Inapty. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan.

Imam Ghozali. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Komang Pariardi Arianti, Edy Sujana dan I Made Pradana Adi Putra, “Pengaruh Integritas, Obyektivitas, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Di Pemerintah Daerah (Studi

Pada Inspektorat Kabupaten Buleleng)”, e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014), Singaraja, 2014.

(12)

12

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Mutchler, Jane F. 2003. Independence and Objectivity : A Framework for Research Opportunities

in Internal Auditing. The Institute of Internal Auditors.

Nungky Nurmalita Sari, 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika terhadap Kualitas Audit. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi.

Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007. Jakarta.

Singgih Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010 . Auditing Konsep dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik : Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukrisno Agoes. 2012. Auditing. Edisi 4 Buku 1.Salemba Empat, Jakarta.

Umi Narimawti, Sri Dewi dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.

(13)

13

Integritas Auditor

untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.” boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang

diketahuinya atau mengalihkan

pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan mempertahankan integritas auditor akan

bertindak jujur dan tegas, dengan

mempertahankan objektivitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam

melaksanakan pekerjaannya tanpa

dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.”

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52)

Audit quality means how tell an audit detects and report material misstatements in financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while repoiting is a reflection of ethics or auditor integrity, particularly independence.”

Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Integritas

No Indikator Skor Aktual Skor Ideal Persentase % Kriteria

1 Kejujuran Auditor 195 250 78,0% Baik

2 Keberanian Auditor 195 250 78,0% Baik

3 Sikap Bijaksana Auditor 195 250 78,0% Baik

4 Tanggung Jawab Auditor 188 250 75,2% Baik

(14)

14

1 Bebas dari masalah benturan kepentingan 381 500 76,2% Baik

2 Tidak membiarkan faktor salah saji

material 380 500 76,0% Baik

Total 761 1000 76,1% Baik

Tabel 4.30

Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Audit

No Indikator Skor Aktual Skor Ideal Persentase % Kriteria

1 Tepat Waktu 198 250 79,2% Baik

2 Lengkap 194 250 77,6% Baik

3 Akurat 202 250 80,8% Baik

4 Objektif 201 250 80,4% Baik

5 Meyakinkan 194 250 77,6% Baik

6 Jelas 194 250 77,6% Baik

7 Ringkas 198 250 79,2% Baik

Total 1381 1750 78,9% Baik

(15)

15

X11 0,805970

X12 0,892177

X13 0,886119

X14 0,905959

X21 0,912161

X22 0,910032

Y1 0,866594

Y2 0,886356

Y3 0,841792

Y4 0,814415

Y5 0,827536

Y6 0,825980

Y7 0,821626

Tabel 4.32 Composite Reliability

Tabel 4.33 AVE

Tabel 4.34 Cross Loading

Variabel Manifest

(Indikator)

Variabel Laten

Integritas Objektivitas Kualitas Audit

X11 0,805970 0,207606 0,332360

X12 0,892177 0,390435 0,553056

X13 0,886119 0,202589 0,396737

X14 0,905959 0,321081 0,551302

X21 0,360431 0,912161 0,596596

X22 0,251870 0,910032 0,589826

Y1 0,476736 0,562450 0,866594

Y2 0,520407 0,590520 0,886356

Y3 0,363627 0,526639 0,841792

Y4 0,454192 0,520820 0,814415

Y5 0,429142 0,574366 0,827536

Y6 0,544203 0,475834 0,825980

(16)

16

Gambar 4.6 Nilai-nilai Koefisien Model Pengukuran dan Model Struktural

Gambar 4.7 Nilai-nilai Statistik t Hitung

Keterangan :

Y = Kualitas Audit X1 = Integritas Auditor X2 = Objektivitas Auditor  = Residual atau Error

Tabel 4.35

Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien Jalur Struktural Korelasi dengan Y Pengaruh (%)

X1 -> Y 0,367 0,544 20%

X2 -> Y 0,528 0,651 34,4%

(17)

17

0,367 4,445 1,645 Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan PLS

Tabel 4.37

Uji Signifikansi Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Koefesien Jalur thitung tkrisis Kesimpulan

0,528 7,566 1,645 Signifikan

Sumber: Hasil Perhitungan PLS

Tabel 4.38

Besar Pengaruh Integritas dan Objektivitas Auditor terhadap Kualitas Audit

Variabel Koefesien Jalur

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak

Langsung Total

Integritas 0,367 13,46% 6,54% 20%

Objektivitas

Auditor 0,528 27,87% 6,54% 34,4%

Total Pengaruh Secara Simultan 54,4%

(18)

14

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Integritas Auditor

2.1.1.1 Pengertian Integritas Auditor

Menurut Sukrisno Agoes (2012:L5) pengertian integritas adalah:

―Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.‖

Menurut Annisa Rahmatika (2011:8) bahwa integritas adalah:

―Integritas adalah kualifikasi yang dibutuhkan auditor dalam melaksanakan audit dengan benar. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam

melaksanakan audit.‖

Dan adapun menurut Agus Suryo Sulaiman (2010:131) bahwa integritas

adalah :

―Integritas adalah tentang keseluruhan nilai-nilai kejujuran, keseimbangan,

memberi kembali, dedikasi, kredibilitas dan berbagai hal pengabdian diri pada

nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup‖.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memelihara

dan meningkatkan kepercayaan publik, seorang auditor harus memenuhi

tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin, dimana

(19)

bebas dari benturan kepentingan, tegas, mempunyai dedikasi yang tinggi dan

dapat dipercaya serta tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prisip

untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambil keputusan

yang berkualitas.

Sesuai dengan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia dalam

Sukrisno Agoes (2012:L5), maka dalam penelitian ini yang dijadikan indikator

untuk integritas, yaitu:

1. Kejujuran Auditor

2. Keberanian Auditor

3. Sikap bijaksana auditor

4. Tanggungjawab auditor

Uraian penjelasan sebagai berikut:

1. Kejujuran auditor yaitu apa yang dikatakan seseorang auditor yang

berintegritas harus sesuai dengan hati nuraninya dan apa yang dikatakannya

sesuai dengan kenyataan yang ada.

2. Keberanian auditor yaitu seorang auditor harus memiliki keberanian untuk

melakukan pengungkapan dan mengambil tindakan yang diperlukan.

3. Sikap bijaksana auditor yaitu seorang auditor harus selalu bijaksana dalam

menimbang segala permasalahan berikut masalah-masalahnya dengan

seksama.

4. Tanggungjawab auditor yaitu seorang auditor harus memiliki rasa tanggung

jawab terhadap keputusan dan tindakannya sehingga tidak mengakibatkan

(20)

2.1.1.2 Prinsip Integritas Auditor

Didalam SPAP Seksi 110 (2011:110.1) yang tercantum dalam standar

umum pertama berbunyi :

―Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur, dan adil

dalam hubungan professional dan hubungan bisnisnya.‖

Adapun menurut Sukrisno Agoes (2012:L5) prinsip ketiga dari Prinsip

Etika Profesi IAI yaitu :

―Prinsip integritas mengharuskan seorang anggota untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan pubik, setiap anggota harus memenuhi

tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.‖

Berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa prinsip integritas

menegaskan bahwa seorang auditor harus selalu memelihara dan meningkatkan

kepercayaan publik, harus tegas, jujur, bebas dari benturan kepentingan dan tidak

boleh membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya atau mengalihkan

pertimbangannya kepada pihak lain dalam melaksanakan pekerjaanya.

2.1.2 Objektivitas Auditor

2.1.2.1 Pengertian Objektivitas Auditor

Menurut Sukrisno Agoes (2012:L19) pengertian objektivitas adalah:

―Objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa/ pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi-profesi lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan‖.

Selain itu pengertian objektivitas menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely

(21)

―Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang dketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan mempertahankan integritas auditor akan bertindak jujur dan tegas, dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan

pihak tertentu atau kepentingan pribadi‖.

Dan adapun pengertian objektivitas menurut Standar Pemeriksa Keuangan

Negara (SPKN) BPK (2007:92):

―Penyajian seluruh laporan harus seimbang dari isi dan nada. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan.‖

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa objektivitas berarti kebebasan

sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam melakukan audit,

auditor tidak memihak dan tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya

dipengaruhi oleh orang lain sehingga auditor dapat mengemukakan pendapat apa

adanya dan sesuai fakta.

Sesuai dengan pengertian objektivitas dalam Siti Kurnia Rahayu dan Ely

Suhayati (2009:52), maka dalam penelitian ini yang dijadikan indikator untuk

objektivitas, yaitu:

1. Bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest)

Bebas dari masalah benturan kepentingan sebagai bebasnya seseorang dari

pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga

dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya.

2. Tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)

Didalam menjalankan tugasnya, auditor tidak boleh membiarkan faktor salah

(22)

pihak lain melainkan auditor harus merancang pemeriksaanya untuk memberi

keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material tersebut.

2.1.2.2 Prinsip Objektivitas Auditor

Menurut Sukrisno Agoes (2012:L5-L6) prinsip keempat dari Prinsip

Etika Profesi IAI adalah Objektivitas yaitu sebagai berikut :

01.Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

02.Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang bebeda dan harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennnya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Adapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.

03.Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:

a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat menggangu objektivitasnya.

b. Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak objektivitas anggota.

c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.

(23)

e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap perimbangan professional mereka atau terhdap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi professional mereka ternoda.

2.1.3 Kualitas Audit

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit

Pengertian kualitas menurut Akmal (2006:65) adalah suatu hasil yang

telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga

akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut.

Menurut Mulyadi (2008:9) auditing adalah :

―Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan –pernyataan tentang kegiatan dan kejadian – kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan –pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan‖.

Arens et.,al (2014:105) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut :

“Audit quality means how tell an audit detects an report material misstementsin financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethics or auditor integrity, particulary independence”.

―Kualitas audit yaitu cara memberitahu audit mendeteksi bahan laporan

sistematis, laporan keuangan. Aspek deteksi adalah refleksi dari kompetensi

auditor, sedangkan pelaporan adalah refleksi dari etika atau integritas auditor‖.

Selanjutnya menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25)

mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability), dimana auditor

akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi

klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam

(24)

kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada

independensinya.

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability), dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi dan melaporkannya dalam hasil

audit, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada

standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

2.1.3.2 Unsur – unsur Kualitas Audit

Sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:90),

Unsur-unsur kualitas audit sebagai berikut:

a. Tepat waktu b. Lengkap c. Akurat d. Objektif e. Meyakinkan f. Jelas

g. Ringkas

Dari pernyataan kualitas audit diatas dapat diuraikan penjelasannya

sebagai berikut:

a. Tepat waktu

Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil

pemeriksaan harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi

terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan hasil

pemeriksaan. Oleh karena itu, pemeriksa harus semestinya dan melakukan

(25)

b. Lengkap

Agar menjadi lengkap, laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua

informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan,

memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan,

dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil pemeriksaan.

c. Akurat

Akurat berati bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan tepat.

Keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan kepada

pengguna laporan hasil pemeriksaan bahwa apa yang dilaporkan memiliki

kredibilitas dan dapat diandalkan.

d. Objektif

Objektivitas berarti penyajian seluruh seimbang dalam isi dan nada.

Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak,

sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat diyakinkan oleh fakta

yang disajikan. Laporan hasil pemeriksaan juga harus adil dan tidak

menyesatkan.

e. Meyakinkan

Laporan harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan, menyajikan temuan,

simpulan, dan rekomendasi yang logis. Informasi yang disajikan harus cukup

meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validitas temuan tersebut dan

manfaat penerapan rekomendasi.

f. Jelas

Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan

(26)

dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan penyajian. Jika

digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal,

maka hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Akronim agar digunakan

sejarang mungkin.

g. Ringkas

Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari yang

diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang terlalu

rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat menyembunyikan pesan

yang sesungguhnya dan dapat membingungkan atau mengurangi minat

pembaca. Meskipun banyak peluang untuk mempertimbangkan isi laporan,

laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai hasil yang lebih baik.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang menjelaskan variabel independen dengan

variabel dependen. Penelitian ini menguji hubungan integritas dengan kualitas

audit secara parsial, hubungan objektivitas auditor dengan kualitas audit secara

parsial, serta hubungan integritas dan objektivitas auditor secara simultan terhadap

kualitas audit.

2.2.1 Hubungan Integritas dengan Kualitas Audit

Sikap integritas dari seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit

yang dihasilkan. Semakin tinggi sikap integritas yang dimiliki oleh auditor,

semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya,

semakin rendah sikap integritas yang dimiliki oleh auditor, semakin rendah pula

(27)

Mabruri dan Winarna (2010:10) menyatakan bahwa jika auditor memiliki

integritas yang baik maka dapat meningkatkan kualitas audit dan hasil

penelitiannya menemukan bahwa integritas berpengaruh terhadap kualitas audit.

Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat

maksimal dalam praktiknya.

Pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit pada penelitian ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan Ayuningtyas (2012), Yenny (2012), dan

Sari (2011) menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas

audit, integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, artinya dengan

seorang auditor jika memiliki sikap jujur, berani, bijaksana dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan audit maka akan membangun kepercayaan dan

memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.

Dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang integritas adalah seorang

auditor yang memiliki sifat jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya sebagai seorang auditor. Keempat unsur tersebut memang

sangat diperlukan selain untuk membangun kepercayaan unsur tersebut juga dapat

menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Hal tersebut menunjukan

bahwa semakin tinggi integritas yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula

kualitas audit yang dihasilkan.

2.2.2 Hubungan Objektivitas Auditor dengan Kualitas Audit

Sukriah et al., (2009:10) menyatakan bahwa hubungan keuangan dengan

klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga

(28)

adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan

laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.

Indriyani (2013:30) menyatakan teori atribusi menjelaskan bahwa perilaku

seseorang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kualitas audit

dapat dicapai apabila auditor internal memiliki kompetensi, independensi, dan

kinerja dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, teori sikap dan perilaku juga

menjelaskan hubungan yang erat antara sikap dan perilaku. Sikap independen dan

objektivitas auditor internal sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas

audit.

Adapun menurut Komang Pariardi (2014:8) menyatakan bahwa auditor

yang professional dalam melaksanakan pekerjaan dengan didukung adanya sikap

objektivitas akan dapat meningkatkan kualitas audit. Semakin tinggi objektivitas

yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan semakin meningkat kualitas audit

yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah objektivitas auditor,

maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Dengan meningkatnya

kualitas audit yang dihasilkan, maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap audior.

Pengaruh objektivitas auditor terhadap kualitas audit pada penelitian ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al., (2009), Ayuningtyas

(2012), yang menemukan bahwa obyektivitas berpengaruh siginifikan terhadap

kualitas hasil pemeriksaan. Dan dalam penelitian Arianti et.al (2013) auditor yang

professional dalam melaksanakan pekerjaan dengan didukung adanya sikap

(29)

dimiliki oleh seorang auditor, maka akan semakin meningkatkan kualitas audit

yang dihasilkan begitu pula sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang objektivitas adalah

seorang auditor yang memiliki sikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual,

tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di

bawah pengaruh pihak lain. Objektivitas sangat berpengaruh dalam membuat

penilaian dan mengambil sebuah keputusan. Hal tersebut menunjukan bahwa

semakin tinggi objektivitas yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula

kualitas audit yang dihasilkan.

2.2.3 Hubungan Integritas dan Objektivitas Auditor dengan Kualitas Audit

Abdul Halim (2008:29) menyatakan bahwa:

―Faktor yang mempengaruhi kualitas jasa audit adalah ketaatan auditor

terhadap kode etik yang terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas dan

integritas‖

Wurangian (2005:405) mengemukakan bahwa kualitas auditor sangat

mempengaruhi integritas dan objektivitas auditor. Kualitas auditor yang

ditunjukkan dengan tingkat pendidikan auditor, penguasaan pengetahuan

penunjang di luar akuntansi dan PPL terbukti berkontribusi dalam membentuk

auditor yang memiliki integritas dan objektivitas auditor. Putri (2009:49)

menyatakan bahwa auditor yang mempunyai kualitas yang tinggi yang ditandai

dengan tingginya keahlian dan banyaknya pengalaman dianggap bahwa auditor

tersebut mempunyai integritas dan objektivitas yang tinggi pula.

Pengaruh integritas dan objektivitas auditor terhadap kualitas audit pada

(30)

yang menemukan bahwa integritas dan objektivitas berpengaruh siginifikan

terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dan dalam penelitian Komang Pariardi

(2014) menyatakan bahwa semakin tinggi integritas, objektivitas, dan

akuntabilitas akan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan auditor. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah tingkat integritas, objektivitas, dan akuntabilitas

akan semakin rendah pula kualitas audit yang dihasilkan auditor.

Dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang dapat mempertahankan

integritas, maka ia akan bertindak jujur dan tegas serta bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya sebagai seorang auditor. Dengan mempertahankan

objektivitas, maka ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan

permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Hal tersebut menunjukan

bahwa semakin tinggi integritas dan objektivitas yang dimiliki seorang auditor

maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No Peneliti dan

Tahun Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Ika Sukriah, Objektivitas, Integritas Dan

Kompetensi Terhadap

Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Pengalaman kerja, obyektivitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan

2 Annisa Rahmatika Salim(2011)

Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi, Kompetensi Dan Integritas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor

Akuntan Publik Di

Kepulauan Riau, Sumatera Barat Dan Riau)

Pengalaman kerja,

(31)

3 Nungky Integritas, Kompetensi Dan Etika

Terhadap Kualitas Audit

Pengalaman kerja,

independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Audit Aparat Inspektorat Kota/ Kabupaten di Jawa Tengah

Objektivitas, pengetahuan,

integritas, etika dan

skeptisisme professional auditor berpengaruh positif terrhadap kualitas audit. Objektivitas dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Tingkat independensi,

kompetensi, objektivitas dan integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Integritas, obyektivitas dan akuntabilitas secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

The Relationship Between Audit Client Satisfaction

and Audit Quality

Attributes: Case of

Malaysian Listed

Companies

Further analysis shows that

client satisfaction is

significantly related to four audit firm quality attributes,

i.e. prior experience,

(32)

8 Chad M.

Social Identification and Differences in

External and Internal Auditor Objectivity

The primary implication is that external auditors’ reliance on internal auditors’ work, as suggested by Auditing Standard No. 5, could yield an overall positive effect on audit

efficiency and perhaps even effectiveness. measurement systems: a development guide

Research identifies two critical elements with respect to the content and structure of the

performance measurement

(33)

Variabel Independen

Variabel Dependen

Sukrisno Agoes (2012:L5) Agus Suryo Sulaiman (2010:131)

Mulyadi (2008:9) Arens et.al (2012:105)

Sukrisno Agoes (2012:L19)

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52)

Keterangan:

secara Parsial

secara Simultan

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai

berikut:

―Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan barudidasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik‖.

Integritas Auditor (X1)

Objektivitas Auditor (X2)

Kualitas Audit (Y) Komang Pariardi (2014:10)

Mabruri dan Winarna

(2010:7)

Sukriah et al., (2009:10)

(34)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis

penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji

secara empiris.

Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mencoba

merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian

sebagai berikut:

H1 : Integritas auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit.

H2 : Objektivitas auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit.

H3 : Integritas dan Objektivitas auditor berpengaruh secara simultan terhadap

(35)

31

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

mendapatkanjawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2012:38) mendefinisikan objek penelitian adalah

sebagai berikut:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun menurut Husein Umar (2007:303) objek penelitian adalah :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek

penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap

perlu”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian

digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang

objektif, valid dan realible. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian

ini adalah mengenai integritas, objektivitas auditor dan kualitas audit pada BPK

(36)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analisis dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan

diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek

yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012:2) mendefinisikan metode penelitian adalah

sebagai berikut:

“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat

kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan,

yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Metode deskriptif menurut Sugiyono (2012:29) adalah sebagai berikut:

“εetode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah.

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada

dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan,

dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari,

(37)

Sedangkan menurut Mashuri (2009:45) metode verifikatif adalah sebagai

berikut:

“εemeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara

dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain

dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan

perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh integritas,

objektivitas auditor terhadap kualitas audit. Verifikatif berarti menguji teori

dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam

melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan desain penelitian

adalah sebagai berikut:

“Desain digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian,

sehingga desain penelitian merupakan rancangan yang sangat diperlukan dalam

melakukan suatu penelitian”.

Menurut Sugiyono (2012:13), proses penelitian dapat disimpulkan seperti

teori sebagai berikut:

1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

(38)

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian

7. Kesimpulan.

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain

pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga

mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi

masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu

adanya penurunan kinerja auditor di mata masyarakat.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data-data yang mendukung. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh integritas dan objektivits auditor

terhadap kualitas audit.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),

maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir.

Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan

sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah

penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun

(39)

pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji

terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan

didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara

empiris (faktual).

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan

verifikatif untuk menjawab rumusan masalah.

6. Menyusun instrumen penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun

instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.

Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara

atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka

instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya.

Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur

dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut

dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk

menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan

teknik statistik tertentu.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah.

Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai

(40)

Tabel 3.1

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasionalisasi variabel menurut Sugiyono (2012:38) adalah

sebagai berikut:

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya”.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga

pengujianhipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai

dengan judul penelitian. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel Bebas/Independen (X).

Menurut Sugiyono (2012:39) mendefinisikan variabel bebas adalah

Gambar

Tabel 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Gambar 4.5 Model Penelitian
Tabel 4.31 Loading Factor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gravida dengan terjadinya preeklampsia.Apabila dilihat

Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan

Kesimpulan : (1) Berdasarkan keiimpahan dan pola penyebaran serta hubungannya dengan faktor fisik dan kimia dapat disimpuikan bahwa ikan betok {Anabas testudineus Bloch.) perairan

Kajian ini bertujuan untuk melihat semula program Ijazah Sarjana Muda Sains & Pendidikan (Matematik) yang dianjurkan oleh Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi Malaysia dalam

[r]

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN/NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011/YEARS ENDED 31 DECEMBER 2012 AND 2011. (Dalam

Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan rakyat yang berpotensi Merusak Lingkungan Pengawasan penertiban kegiatan pertambangan rakyat Jumlah masyarakat yang diawasi dalam

Sebelum melakukan peminjaman alat untuk praktikum ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut: 1) Tiga (3) hari sebelum praktikum dimulai, setiap