• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja, Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja, Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING

SYSTEM, MOTIVASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI

KERJA, DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM)

TESIS

Oleh REGINALDI 127017085/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING

SYSTEM, MOTIVASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI

KERJA, DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh REGINALDI 127017085/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

JUDUL TESIS : ANALISIS PENGARUH REMUNERASI,

MUTASI, WHISTLEBLOWING SYSTEM,

MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA

TERHADAP PRESTASI KERJA, DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM)

Nama Mahasiswa : Reginaldi Nomor Induk Mahasiswa : 127017085 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Bastari, MM, BKP)

Ketua Anggota

(Drs. Rasdianto, MS,Ak,CA)

Ketua Program Studi Dekan

(4)

Telah di uji pada

Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Bastari, MM, BKP

Anggota : 1. Drs Rasdianto, MS,Ak,CA

2. Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,Ak,CA 3. Drs. Idhar Yahya, MBA

(5)

PERNYATAAN JUDUL TESIS

ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING

SYSTEM, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI

KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING SYSTEM, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM) : adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2014 yang membuat pernyataan

(6)

ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING

SYSTEM, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI

KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM) ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja secara parsial dan simultan serta untuk mengetahui pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sebab akibat yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 83 responden yakni seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel dalam penelitian. Data diolah dengan menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian ini dengan menggunakan uji F membuktikan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh terhadap prestasi kerja, akan tetapi berdasarkan hasil uji t membuktikan bahwa secara parsial hanya variabel remunerasi, whistleblowing system dan motivasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja sedangkan dua variabel lainnya, yaitu mutasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap prestasi kerja. Komitmen organisasi yang digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini ternyata tidak memoderasi pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.

(7)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE REMUNERATION,MUTATION, WHISTLEBLOWING SYSTEMS, MOTIVATION AND JOB SATISFACTION ON WORK ACHIEVEMENT AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS

A MODERATING VARIABLE (CASE STUDY AT THE LUBUK PAKAM

PRIMARY TAX OFFICE)

ABSTRACT

The objective of the research is to find out the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation, and Job Satisfaction on Work Achievementpartially and simultaneously. In addition, the research is to find out the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation, and Job Satisfaction on Work Achievement with the Organizational Commitment as a moderating variable. This type of research applies causal method which deals with the problematic characteristics of the causality between two or more variables. This study uses primary data. The population in this study consists of 83 respondents from Lubuk Pakam Primary Tax Office. All population in this study are samples in this research. The data are processed by using multiple regression analysis. The resuls of this research, using the F test, shows that all independent variables simultaneously have positive and significant influence on Work Achievement, but using the t test shows that partially only Remuneration, Whistleblowing System and Motivation have positive and significant influence on Work Achievement. However, the two other variables, Mutation and job satisfaction have positive influence but do not have significant influence on the Work Achievement. Furthermore, it shows apparently that Organizational Commitment used as moderating variables in this research does not moderate the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation and Job Satisfaction on Work Achievement.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim,

Syukur Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing System, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi” (Studi kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

dorongan, petunjuk serta masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu,DTM&H,M.Sc(CTM),Sp.A(K). selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Bastari,MM,BKP dan Bapak Drs. Rasdianto,MS,Ak,CA selaku

pembimbing tesis yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis

dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Ibu Prof.Dr. Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,Ak,CA Bapak Drs. Idhar

Yahya,MBA,Ak dan Ibu Dra, Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak selaku dosen

pembanding yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam

(9)

5. Seluruh Bapak, Ibu dosen dan staf pada Program Magister Ilmu Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa Istriku Tercinta Noviy Hasanah,S.Sos,M.Hum, Anakku Athaya

Najmia Muttaqina, orang tua, mertua, abang, kakak, adek ipar serta seluruh

keluarga yang telah memberikan sepenuh doa dan motivasi, sebagai

“kekuatan” untuk menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

7. Kepada seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang

telah meluangkan waktu dalam menjawab kuesioner sebagai data penelitian

dalam penyusunan tesis ini.

8. Teman-teman Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara

angkatan 2012 yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi. 9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT menganugrahkan balasan yang setimpal kepada

mereka yang disebutkan diatas untuk doa, bantuan, dan pengorbanan yang telah

diberikan kepada penulis, Amin…

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat

keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan sehingga segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diharapkan. Namun demikian, besar harapan penulis,

tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka

memahami permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Medan, Agustus 2014

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Reginaldi

Tempat/Tgl Lahir : Padang, 23 Desember 1982

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl Kapten M, Jamil Lubis No 34.B, Komplek TVRI, Kelurahan Tembung, Kec. Medan Tembung, Kota Medan

Nama Ayah : Ir. H. Syarbaini Nama Ibu : Hj. Martalena Pendidikan

a. 1989-1995 : SD Negeri 13 Parak Juar, Batusangkar, Sumatera Barat

b. 1995-1998 : SLTP Negeri 1 Batusangkar, Sumatera Barat c. 1998-2001 : SMU Negeri 3 Padang, Sumatera Barat

d. 2001-2005 : S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

(11)

DAFTAR ISI

2.1.3. Whistleblowing System... 23

(12)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 69

5.1 Hasil Penelitian... 69

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 69

5.1.2. Karakteristik Responden……… 70

5.1.3. Uji Analisis Data………… ……… 72

5.1.3.1. Uji Kualitas Data Penelitian……….. 72

5.1.3.2. Analisis Statistik Deskriptif Data Penelitian..81

5.1.3.3. Uji Asumsi Klasik Data Penelitian…………. 82

5.1.3.4. Uji Hipotesis………... 86

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian……… 92

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 95 6.1 Kesimpulan... 95

6.2 Keterbatasan Penelitian... 95

6.2 Saran... 96

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu... 47

Tabel 4.1. Populasi & Sampel Penelitian ... 55

Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 61

Tabel 5.1. Pengumpulan Data ... 70

Tabel 5.2. Karakteristik Responden ... 71

Tabel 5.3. Uji Validitas Kuesioner Remunerasi ... 73

Tabel 5.4. Uji Validitas Kuesioner Mutasi ... 74

Tabel 5.5. Uji Validitas Kuesioner Whistleblowing System ... 75

Tabel 5.6. Uji Validitas Kuesioner Motivasi ... 76

Tabel 5.7. Uji Validitas Kuesioner Kepuasan Kerja ... 77

Tabel 5.8. Uji Validitas Kuesioner Komitmen Organisasi ... 78

Tabel 5.9. Uji Validitas Kuesioner Prestasi Kerja ... 79

Tabel 5.10. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 80

Tabel 5.11. Descriptive Statistics ... 81

Tabel 5.12. Hasil Uji Normalitas Data ... 83

Tabel 5.13. Hasil Uji Multikolinearitas ... 84

Tabel 5.14. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 85

Tabel 5.15. Koefisien Determinasi ... 86

Tabel 5.16. Hasil Uji F ... 87

Tabel 5.17. Hasil Uji t ... 88

Tabel 5.18. Hasil Uji Residual ... 90

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow……… 27

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 50

Gambar 5.1 Histogram………. 83

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian………... 100

Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Kuesioner Penelitian……… 107

Lampiran 3 Profil Responden………. 122

Lampiran 4 Hasil Uji awal Validitas dan Reliabilitas Kuisioner……… 125

Lampiran 5 Hasil Descriptives Variables ... 145

Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 146

Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 148

(16)

ANALISIS PENGARUH REMUNERASI, MUTASI, WHISTLEBLOWING

SYSTEM, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI

KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM) ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja secara parsial dan simultan serta untuk mengetahui pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sebab akibat yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 83 responden yakni seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel dalam penelitian. Data diolah dengan menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian ini dengan menggunakan uji F membuktikan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh terhadap prestasi kerja, akan tetapi berdasarkan hasil uji t membuktikan bahwa secara parsial hanya variabel remunerasi, whistleblowing system dan motivasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja sedangkan dua variabel lainnya, yaitu mutasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap prestasi kerja. Komitmen organisasi yang digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini ternyata tidak memoderasi pengaruh remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja.

(17)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE REMUNERATION,MUTATION, WHISTLEBLOWING SYSTEMS, MOTIVATION AND JOB SATISFACTION ON WORK ACHIEVEMENT AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT AS

A MODERATING VARIABLE (CASE STUDY AT THE LUBUK PAKAM

PRIMARY TAX OFFICE)

ABSTRACT

The objective of the research is to find out the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation, and Job Satisfaction on Work Achievementpartially and simultaneously. In addition, the research is to find out the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation, and Job Satisfaction on Work Achievement with the Organizational Commitment as a moderating variable. This type of research applies causal method which deals with the problematic characteristics of the causality between two or more variables. This study uses primary data. The population in this study consists of 83 respondents from Lubuk Pakam Primary Tax Office. All population in this study are samples in this research. The data are processed by using multiple regression analysis. The resuls of this research, using the F test, shows that all independent variables simultaneously have positive and significant influence on Work Achievement, but using the t test shows that partially only Remuneration, Whistleblowing System and Motivation have positive and significant influence on Work Achievement. However, the two other variables, Mutation and job satisfaction have positive influence but do not have significant influence on the Work Achievement. Furthermore, it shows apparently that Organizational Commitment used as moderating variables in this research does not moderate the influence of Remuneration, Mutation, Whistleblowing System, Motivation and Job Satisfaction on Work Achievement.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana

dunia semakin menyatu, tidak bisa lagi kejadian disuatu negara tertutup bagi

dunia luar, teknologi informasi dan komunikasi telah merangsang perubahan

hubungan antar bangsa yang tidak bisa lagi dibatasi dengan tembok tapal batas

suatu negara. Globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah

dilahirkan oleh kemajuan zaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membawa

dampak yang cukup besar bagi industri-industri di Indonesia baik itu industri

perdagangan, manufaktur maupun jasa.

Kondisi tersebut menuntut suatu organisasi atau instansi untuk senantiasa

melakukan berbagai inovasi guna mengantisipasi adanya persaingan yang

semakin ketat. Organisasi di abad 21 seperti saat ini dituntut untuk mempunyai

keunggulan bersaing baik dalam hal kualitas produk, servis, biaya maupun sumber

daya manusia yang profesional.

Praktik sumber daya manusia yang baik akan menghasilkan peningkatan

kemampuan sebuah organisasi untuk menarik dan mempertahankan karyawan

terbaik. Praktik sumber daya manusia yang sehat juga dapat memotivasi

anggota-anggota organisasi agar melakukan pekerjaan dengan baik. Praktik ini dapat

memancing komitmen para pegawai dan keterlibatan dalam pekerjaan dan

(19)

dan perkembangan karir serta menerima balas jasa yang sepadan dengan kinerja

dapat memacu kinerja yang tinggi dan sikap positif terhadap pekerjaan.

Manajemen sumber daya manusia dalam organisasi memegang peranan

yang sangat penting dalam mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai

sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Selain itu juga manusia sebagai makhluk yang mempunyai pikiran dan perasaan

dan juga sebagai makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan, sehingga hal itu

memerlukan perhatian khusus karena faktor-faktor tersebut dapat menentukan

prestasi dan loyalitas pada pekerjaan dan organisasi.

Keadaan ini menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang harus

ditingkatkan efisiensi dan produktifitasnya untuk mencapai hal tersebut, maka

organisasi atau instansi harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong

dan memungkinkan pegawai untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan serta keterampilan yang dimiliki secara optimal. Salah satu upaya

yang dapat ditempuh oleh organisasi atau instansi untuk mencapai kondisi

tersebut adalah dengan memberikan kompensasi yang memuaskan.

Remunerasi merupakan pemberian upah yang memadai dan adil kepada

pegawai atas konstribusi mereka pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Sistim

remunerasi yang efektif membutuhkan suatu keseimbangan antara gaji dan

tunjangan-tunjangan. Gaji meliputi upah, bonus, insentif dan pembagian laba

yang diterima pegawai. Tunjangan-tunjangan meliputi semua item yang bukan

gaji seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, liburan-liburan, dan

(20)

pemastian bahwa remunerasi pegawai adalah kompetitif dibandingkan organisasi

atau instansi lainnya, dan adil dari segi keadilan internal, legal, dan pemotivasian.

Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli perilaku

menunjukkan bahwa faktor utama ketidakpuasan kerja pegawai adalah

kompensasi yang tidak sesuai dengan harapan pegawai. Disamping itu adanya

ketidakpuasan pegawai terhadap instansi dan dampak terhadap pekerjaan yang

dapat dilihat dari menurunnya komitmen yang pada akhirnya akan menurunkan

prestasi kerjanya.

Kondisi ini menuntut suatu instansi untuk mengembangkan prestasinya,

dan hal itu harus pula didukung oleh pegawai yang profesional dan memiliki

loyalitas serta dedikasi yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka pemberian

kompensasi/remunerasi yang memuaskan dapat mengurangi timbulnya kesalahan

dan ketidakhadiran. Dengan meningkatkan komitmen pegawai pada organisasi

dan melibatkan pegawai dalam kegiatan organisasi maka hal ini akan dapat

mengurangi adanya kesalahan dan ketidakhadiran.

Dari sekian banyak masalah yang ada, motivasi kerja pegawai juga

merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan suatu

instansi dalam mencapai tujuannya. Dimana hal tersebut harus diperhatikan oleh

pihak manajemen. Kurangnya perhatian terhadap hal tersebut diatas akan dapat

menimbulkan efek negatif pada pegawai yang akhirnya dapat menimbulkan

kerugian bagi instansi itu sendiri. Dikarenakan motivasi kerja, kepuasan kerja dan

komitmen organisasi akan mempunyai peranan penting terhadap output maupun

(21)

Mulia Nasution mengemukakan dalam bukunya Manajemen Personalia,

Aplikasi Dalam Perusahaan (2000;191) bahwa : “motivasi adalah sebagai alat

pembangkit, penguat dan penggerak seorang karyawan/pegawai yang diarahkan

untuk mencapai tujuan akhir dan hasil yang baik”.

Akan tetapi terbinanya hal-hal tersebut dalam instansi belum menjamin

pegawai termotivasi untuk bekerja secara baik tanpa adanya kepuasan kerja,

karena tanpa kepuasan kerja, motivasi tidak akan berkembang. Pada akhirnya

cepat atau lambat prestasi kerja pegawai akan menurun.

Jadi motivasi adalah faktor penggerak dalam diri seseorang yang akan

mengarahkan perilaku dan prestasi kerja orang tersebut. Motivasi ini dipengaruhi

oleh faktor kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Motivasi

pegawai ditentukan oleh unsur penggerak sehingga menimbulkan pengaruh pada

perilaku pegawai yang bersangkutan untuk bekerja lebih giat.

Disamping itu, efek lain dari ketidakpuasan pegawai terhadap pekerjaannya

adalah dampak psikologis yang dialami oleh pegawai yang ingin selalu berada di

kampung halamannya (home base). Keinginan tersebut tentunya tidak mudah

untuk diwujudkan mengingat berbagai kondisi yang tidak atau kurang

memungkinkan bagi pegawai untuk selalu berada di wilayah home basenya,

karena era profesionalitas, menuntut pegawai untuk selalu siap ditempatkan di

mana saja di seluruh Indonesia. Hal ini membuat para pegawai yang merasa jauh

dari keluarganya merasa berat untuk menjalankan pekerjaan maupun dalam hal

rumah tangganya. Akhirnya bentuk ketidakmampuan mereka untuk keluar dari

(22)

tidak merasa bertanggung jawab terhadap kemajuan instansi atau dengan kata

lain, mempunyai komitmen serta kepedulian kerja yang rendah terhadap instansi.

Hal ini tentu saja membawa dampak yang sangat tidak menguntungkan bagi

intansi karena pegawai yang mempunyai komitmen dan kepedulian kerja yang

rendah akan menghasilkan prestasi kerja dan produktivitas yang rendah pula.

Kondisi pegawai seperti ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena dengan

komitmen dan kepedulian kerja yang rendah, pegawai tidak dapat mencurahkan

seluruh jiwa, perasaan dan waktu mereka untuk kemajuan instansi atau organisasi

yang pada akhirnya instansi atau organisasi tersebut akan kehilangan prestasinya.

Kepedulian kerja sering melibatkan identifikasi dengan pekerjaan, aktif

berpartisipasi dalam pekerjaan, dan merasa prestasi kerjanya penting bagi harga

dirinya. Komitmen organisasi berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas pada

organisasi dan tujuan-tujuannya. Kompensasi/remunerasi dan juga pola mutasi

sering sekali membuat instansi harus introspeksi apalagi apabila hal tersebut

berakibat banyak pegawai yang mempunyai sikap tidak peduli lagi dengan “masa

depan” instansi serta tidak peduli lagi dengan lingkungan tempat kerjanya.

Apalagi hal tersebut dibiarkan terus berlanjut, tidak mustahil terjadi tingkat

penurunan prestasi kerja yang tinggi, sehingga instansi harus mengeluarkan biaya

yang tinggi untuk merekrut kembali pegawai baru serta melakukan pelatihan

kepada mereka dikarenakan banyaknya pegawai yang resign. Salah satu cara

untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan pemberian remunerasi yang

dapat memuaskan para pegawai dan juga menempatkan mereka pada home base

mereka (dekat dengan keluarga), sehingga tercipta komitmen dan prestasi kerja

(23)

Selain itu adanya Whistleblowing System pada sebuah Instansi/Organisasi

Direktorat Jenderal Pajak khususnya dan Kementerian Keuangan secara umum

mendambakan sebuah Instansi/Organisasi yang bersih dan berintegritas sebagai

suatu bentuk tekad sungguh-sungguh terhadap reformasi birokrasi, hal ini menarik

minat peneliti untuk melakukan penelitian apakah Whistleblowing System yang

ada di Instansi/Organisasi dapat mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Palagia, dkk (2009) tentang

remunerasi menunjukkan bahwa remunerasi mempunyai pengaruh yang

signifikan tehadap motivasi yang melihat pengaruh antara remunerasi dengan

hasil motivasi menemukan bahwa salah satu hasil dari motivasi adalah prestasi

kerja yang tinggi. Motivasi pegawai pada kantor pajak di Kota Makassar dapat

diterjemahkan menjadi prestasi kerja yang sangat baik. Secara teoritis dapat

dikatakan bahwa motivasi pegawai pada organisasi mempunyai pengaruh yang

kuat dengan prestasi kerja.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Remunerasi, Mutasi, Whistleblowing

System, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Prestasi Kerja dengan Komitmen

Organisasi sebagai Variabel Moderasi”

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan

(24)

2. Apakah komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan remunerasi,

mutasi, whistleblowing system, motivasi dan kepuasan kerja dengan

prestasi kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah remunerasi, mutasi, whistleblowing system,

motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja secara

parsial dan simultan.

2. Untuk mengetahui apakah komitmen organisasi dapat memoderasi

hubungan remunerasi, mutasi, whistleblowing system, motivasi dan

kepuasan kerja dengan prestasi kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah dan menerapkan pengetahuan teoritis

yang diperoleh selama ini dibangku kuliah serta membandingkan dengan

aplikasi sesungguhnya.

2. Perusahaan/Instansi

Sebagai suatu masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam

rangka perbaikan sistim remunerasi, sistim mutasi, kebijakan

(25)

kerja pegawai yang diharapkan berdampak positif pada kemajuan

perusahaan/instansi dimasa yang akan datang.

3. Pihak lain

Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti yang melakukan

penelitian.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari jurnal penelitian yang

dilakukan oleh Palagia, Brasit, Amar (2009) yang berjudul "Remunerasi, Motivasi

dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Pajak" Studi Kasus

Pegawai Pada Kantor Pajak di Lingkungan Kota Makassar dengan hasil penelitian

Remunerasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja secara simultan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pajak di Kota Makasar.

Remunerasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pajak di Kota Makasar.

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah menambahkan

variabel independen Mutasi dan Whistleblowing System. Selain itu peneliti

menambahkan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderasi dalam penelitian

ini. Penambahan variabel tersebut peneliti tambahkan berdasarkan fenomena yang

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Landasan Teori 2.1.1 Remunerasi

Kata remunerasi menurut Oxford advance learner’s dictionary of current

english (AS Hornby) Remuneration adalah Payment atau Reward berarti

pembayaran, penghargaan , imbalan yang mana istilah imbalan sering juga dalam

bahasa Indonesia digunakan istilah kompensasi. Berbagai buku-buku manajemen

sumber daya manusia yang banyak beredar di Indonesia terutama buku yang

merupakan terjemahan yang berasal dari Amerika menggunakan istilah

kompensasi untuk mengungkapkan hal tersebut. Namun Bangsa Inggris maupun

Organisasi Buruh International (International Labour Organization/ILO)

menyebutnya dengan istilah Remuneration. Imbalan atau kompensasi ataupun

remunerasi mempunyai cakupan yang lebih luas daripada upah atau gaji. Imbalan

mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pekerja

dan diterima atau dinikmati oleh pekerja, baik secara langsung, rutin atau tidak

langsung Ruky,A.S (2001), untuk memudahkan penulisan selanjutnya penulis

akan memakai istilah balas jasa untuk jasa yang diberikan tersebut dengan

remunerasi.

Program remunerasi, merupakan salah satu program reformasi birokrasi

yang telah dicanangkan pemerintah melalui pemberian tunjangan tambahan yang

diberikan oleh lembaga sesuai dengan kinerja yang telah dilakukan oleh

(27)

satu lembaga pemerintah yang sedang mengalami reformasi birokrasi adalah

Kementerian Keuangan.

a. Tujuan Pemberian Remunerasi :

Samsudin (2006:188) berpendapat bahwa tujuan pemberian remunerasi

antara lain sebagai berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi

Karyawan menerima kompensasi berupa gaji, upah atau bentuk lain adalah

untuk kebutuhan ekonominya.

2) Pemberian kompensasi yang makin baik akan dapat mendorong karyawan

bekerja lebih produktif.

3) Memajukan organisasi atau perusahaan

Semakin berani suatu perusahaan atau organisasi memberikan remunerasi yang

tinggi dapat dijadikan tolak ukur bahwa semakin berhasil perusahaan tersebut

membangun kinerja pegawainya karena pemberian remunerasi yang tinggi

hanya mungkin apabila perusahaan/organisasi tersebut memiliki pendapatan

yang cukup tinggi dan mau memberikan remunerasi yang tinggi dengan

harapan akan semakin maju perusahaan tersebut.

4) Menujukkan keseimbangan dan keadilan.

Ini berarti pemberian remunerasi berhubungan dengan persyaratan yang harus

dipenuhi oleh karyawan pada jabatan yang ia duduki sehingga tercipta

keseimbangan antara “input” dan “output”.

Menurut Hasibuan, M. (2007:121) mengemukakan bahwa pemberian

(28)

1) Ikatan Kerjasama

Dengan pemberian kompensasi maka terjalin kerjasama formula antara

majikan dan pegawai, dimana pegawai harus mengerjakan tugas-tugasnya

dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi ini

sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

2) Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa pegawai dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,

status, sosial dan egoistik, sehingga pegawai memperoleh kepuasan kerja dari

jabatannya tersebut.

3) Pengadaan tenaga kerja yang lebih efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, maka pengadaan pegawai

yang memenuhi persyaratan lebih mudah untuk direkrut.

4) Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan adil dan layak serta cukup besar, maka manajer

akan lebih mudah memotivasi bawahannya.

5) Stabilitas Pegawai

Dengan program remunerasi atas dasar prinsip adil dan layak, maka stabilitas

pegawai lebih terjamin karena turn over relatif kecil.

6) Disiplin

Dengan pemberian balas jasa uang cukup besar, maka disiplin pegawai

semakin baik, sehingga tingkat kepatuhan pegawai terhadap

(29)

7) Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program remunerasi yang baik pengaruh serikat buruh/ serikat pekerja

dapat dihindari dan pegawai akan berkompensasi pada pekerjaannya.

8) Pengaruh Pemerintah

Dengan program kompensasi sesuai undang-undang perburuhan/ketenaga

kerjaan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi

pemerintah dapat dihindari.

b. Fungsi Pemberian Remunerasi :

Pemberian remunerasi dapat berfungsi sebagai berikut :

1) Pengalokasian sumber daya manusia secara efisien.

Fungsi ini menunjukkan remunerasi paa karyawan yang berprestasi akan

mendorong mereka untuk bekerja lebih bagus.

2) Penggunaan sumberdaya manusia secara lebih efisien dan efektif.

Dengan pemberian remunerasi kepada karyawan mengandung implikasi bahwa

organisasi akan menggunakan tenaga karyawan dengan seefektif dan seefisien

mungkin.

3) Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Sistem pemberian kompensasi dapat membantu stabilitas organisasi dan

mendorong pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.

Pemberian remunerasi merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan

merupakan salah satu aspek yang paling berarti bagi pegawai/karyawan maupun

perusahaan. Remunerasi penting bagi pegawai karena besarnya remunerasi

mencerminkan ukuran karya mereka, menentukan skala kehidupan, juga dapat

(30)

pemberian remunerasi merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar

dan penting, terutama remunerasi dalam bentuk pengupahan dan balas jasa

lainnya.

Remunerasi berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam

membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak

organisasi mengabaikan potensi tersebut dengan suatu persepsi bahwa remunerasi

tidak lebih sekadar a cost yang harus diminimalisasi. Tanpa disadari beberapa

organisasi yang mengabaikan potensi penting dan berpersepsi keliru telah

menepatkan sistem tersebut justru sebagai sarana meningkatkan perilaku yang

tidak produktif atau counter productive. Akibatnya muncul sejumlah persoalan

personal misalnya low employee motivation, poor job performance, high turn over

irresponsible behaviour, dan bahkan yang diyakini berakar dari sistem

remunerasi yang tidak proporsional.

c. Komponen dan bentuk remunerasi

Dalam perkembangannya sistem remunerasi sendiri mempunyai 3

kelompok pokok, yaitu :

1) Upah dasar (based-pay), merupakan komponen upah dasar (fondasi) bagi

kebanyakan karyawan dan pada umumnya berdasarkan hitungan waktu, seperti

jam, hari, minggu, bulan atau pertahun.

2) Upah berdasar kinerja (performance related-pay), berkaitan dengan monetary

rewards dengan basis ukuran/merupakan upah yang didasarkan pada ukuran

kinerja individu, kelompok atau organisasi.

3) Upah tidak langsung (indirect pay) dikenal sebagai employee benefit

(31)

services yang secara langsung memuaskan kebutuhan spesifik karyawan,

seperti jaminan keamanan pendapatan (income security) termasuk asuransi

jiwa, perlindungan kesehatan (health protection) termasuk medical & dental

plan, dana pensiun (retirement income).

Adapun bentuk remunerasi adalah :

a) Ekstrinsik reward, yang memuaskan kebutuhan dasar (basic needs) untuk

survival dan security, dan juga kebutuhan-kebutuhan sosial dan pengakuan.

Pemuasan ini diperoleh dari faktor-faktor yang ada di sekeliling para karyawan

disekitar pekerjaannya (job content), misalnya : upah (pay), pengawasan

(supervisor behavior), co workers dan keadaan kerja (general working

condition).

b) Intrinsik reward, yang memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya

(higher level needs), misalnya untuk kebanggaan (self esteem), penghargaan

(achievement), serta pertumbuhan dan perkembangan (growth and

development) yang dapat diperoleh merupakan derivasi dari faktor-faktor yang

melekat (inherent) dalam pekerjaan karyawan itu, seperti : tantangan karyawan

atau interest suatu pekerjaan yang diberikan, tingkatan keragaman/variasi

dalam pekerjaan, adanya umpan balik, dan otoritas pengambilan keputusan

dalam pekerjaan serta signifikansi makna pekerjaan bagi nilai-nilai

organisasional.

Selain hal diatas masih perlu adanya pengelolaan remunerasi pelengkap

(fringe benefits) yaitu remunerasi yang digunakan untuk mempertahankan

(32)

Ada beberapa bentuk remunerasi pelengkap antara lain :

a) Time off benefits. Pembayaran gaji untuk waktu tidak bekerja artinya

karyawan tetap menerima pambayaran walaupun dia dalam kondisi

istirahat, sakit, liburan, cuti dan alasan lain yang dapat

dipertanggungjawabkan misalnya menikah, menghadiri pemakaman dan

melaksanakan ibadah.

b) Perlindungan ekonomis terhadap bahaya, misalnya : pemberian asuransi

tunjangan pengobatan, tunjangan hari tua dan pembentukan koperasi.

c) Program pelayanan karyawan. Hal ini dapat berupa program rekreasi,

perumahan, beasiswa pendidikan, pakaian seragam, kendaraan dan

beasiswa untuk anak-anaknya.

d) Pembayaran remunerasi yang disyaratkan dan legal, misalnya pemberian

pinjaman untuk pendidikan baik karyawan maupun keluarganya.

Sukses atau gagalnya sistem remunerasi tergantung pada bagaimana

sistem tersebut sesuai dengan konteks organisasi dan keseluruhan sistem

organisasi dimana sistem remunerasi dilaksanakan. Keberhasilan dalam

mendesain, mengelola, dan memodifikasi sistem remunerasi, diharapkan

mengembangkan kerangka kerja strategis dan faktor-faktor penentu strategis

remunerasi yang paling sesuai. Karena masing-masing strategi manajerial ini akan

dapat mencerminkan asumsi yang berbeda tentang karyawan dan bagaimana

mereka seharusnya diatur.

Dari pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa remunerasi adalah

segala sesuatu yang diberikan perusahaan kepada para pegawai/karyawan sebagai

(33)

jasa. Agar motivasi, komitmen dan prestasi kerja pegawai semakin meningkat,

amatlah penting bagi perusahaan atau organisasi untuk menetapkan pemberian

remunerasi yang adil dan layak sehingga tercipta suatu keseimbangan antara

keinginan individu karyawan dan keinginan perusahaan atau organisasi.

Secara konseptual bahwa remunerasi adalah imbalan jasa atau balas jasa

yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja karena tenaga kerja tersebut

telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun dimensi dan indikatornya adalah

sebagai berikut :

1) Imbalan dengan indikator : gaji, insentif dan bonus.

2) Balas jasa dengan indikator : Pemberian cuti, tunjangan pengobatan, fasilitas

kredit, rekreasi dan beasiswa pendidikan.

3) Penghargaan dengan indikator : kenaikan pangkat istimewa dan promosi

karier.

2.1.2 Mutasi

Salah satu dorongan seseorang bekerja pada suatu organisasi adalah

adanya kesempatan untuk maju. Sudah menjadi sifat dari manusia pada umumnya,

manusia selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, lebih maju dari posisi yang

didudukinya saat ini. Mereka menginginkan suatu kemajuan dalam hidupnya.

Kesempatan untuk maju didalam organisasi disamping dilakukan melalui

pendidikan dan latihan, juga dapat dilakukan dengan mutasi dan promosi jabatan.

Kata mutasi atau pemindahan sudah dikenal sebagian masyarakat, baik

(34)

pemindahan adalah kegiatan memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke

pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sederajat.

Mutasi atau pemindahan merupakan kegiatan rutin dari perusahaan untuk

melaksanakan prinsip “ the right man in the right place” atau “orang yang tepat

pada tempat yang tepat”. Dengan demikian, mutasi dijalankan agar pekerjaan

dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Suatu mutasi yang tidak dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi tidak

akan mempunyai arti, bahkan mungkin justru akan merugikan perusahaan. Untuk

itu mutasi harus didasarkan pada pertimbangan yang matang. Bila tidak demikian,

mutasi yang dilaksanakan bukannya merupakan tindakan yang menguntungkan,

bahkan merugikan perusahaan.

Pengertian mutasi menurut Nitisemito,A.S. dalam bukunya “ Manajemen

Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia) bahwa “Mutasi adalah kegiatan

pemindahan personel dari satu tempat ke tempat lain yang sederajat” (2002:71)

Menurut Kadarman dan Daya dalam bukunya” Pengantar Ilmu

Manajemen” mengatakan bahwa :

“Mutasi atau Transfer adalah memindahkan karyawan dari satu jabatan ke jabatan

yang lain dalam satu tingkat organisasi secara horizontal tanpa adanya

peningkatan tanggung jawab, kekuasaan maupun gaji” (1997:126)

Menurut Gouzali,S. dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia

(Human Resources management) bahwa :

“Mutasi dalam manajemen Sumber Daya Manusia dapat mencakupdua pengertian

(35)

a) Kegiatan pemindahan karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja

yang baru yang sering disebut dengan “alih tempat” (tour of area).

b) Kegiatan pemindahan karyawan dari tugas yang satu ke tugas yang lain

dalam 1 unit kerja yang sama, atau dalam perusahaan, yang sering pula

disebut dengan istilah “alih tugas” (tour of duty) (2002:97)

Dengan memperhatikan defenisi-defenisi yang telah dikemukakan diatas,

maka dapat diketahui bahwa pada dasarnya pengertian Mutasi dan Perpindahan

(transfer) hampir sama, yaitu kegiatan memindahkan pegawai sebagai salah satu

cara untuk mengembangkan pegawai tersebut terutama dari segi kemampuan,

pengetahuan dan keterampilannya. Mutasi adalah langkah mundur untuk maju.

Artinya jika mundur hanya selangkah, langkah maju diharapkan sedikitnya

sepuluh langkah, bahkan kalau dapat seratus langkah. Mengapa mutasi disebut

langkah mundur untuk maju? Dengan adanya mutasi berarti ada masa transisi.

Karyawan yang dipindahkan ke tempat lain harus lebih dahulu mempelajari, dan

kemudian menyesuaikan diri. Ini harus dilakukan agar ia dapat mengerjakan tugas

paling tidak sama dengan pendahulunya, bahkan kalau dapat lebih baik lagi.

Dengan demikian Mutasi harus dilakukan untuk meningkatkan

produktifitas kerja secara langsung sehingga diharapkan semangat dan kegairahan

kerja pegawai samakin meningkat.

Perlunya Mutasi Dilaksanakan

Ada beberapa alasan mengapa mutasi pegawai perlu dilaksanakan :

a. Bahwa pegawai yang tidak produktif atau tidak dapat berkembang di suatu

lingkungan kerja, tidak berarti ia tidak produktif atau tidak dapat berkembang

(36)

Jurgensen : “Tidak ada orang yang baik dalam setiap hal, demikian juga tidak

ada yang jelek dalam setiap hal. Pemanfaatan pegawai seperti yang

diharapkan organisasi adalah dengan cara penempatan dalam suatu tipe

pekerjaan yang dapat ia lakukan dengan baik.

b. Pegawai sebagai manusia biasa memiliki rasa bosan, terutama untuk jenis

pekerjaan yang tetap, monoton dan tidak ada variasi. Apabila rasa bosan,

terutama untuk jenis pekerjaan yang tetap akibatnya kualitas pekerjaan yang

dilakukan tidak lagi sempurna sesuai dengan standard yang ada. Keadaan

demikia terasa menyiksa terhadap pegawai yang bersangkutan. Jalan keluar

dari keadaan demikian disamping adanya kesempatan istirahat, juga

kesempatan untuk pindah ke pekerjaan lain.

c. Seorang pegawai ternyata tidak mempunyai kesungguhan atau perhatian di

tempat kerja yang sekarang, bukan karena bosan tetapi memang kurang serasi

dengan pribadinya. Jika demikian halnya, maka akan membawa akibat buruk

terhadap organisasi dan bahkan juga terhadap dirinya sendiri, terutama di

tempat-tempat kerja yang memerlukan ketelitian, kewaspadaan dan

ketekunan (konsentrasi). Akibat kurangnya perhatian dapat menimbulkan

kecelakaan kerja. Salah satu jalan keluar dari keadaan ini adalah pemindahan

pegawai yang bersangkutan ke tempat kerja yang lain yang lebih serasi.

d. Adanya perubahan komposisi tenaga kerja yang agak meluas meliputi

beberapa Badan atau Organisasi, sehingga menimbulkan kelebihan tenaga di

satu pihak dan kekurangan tenaga di pihak lain. Badan atau organisasi yang

kekurangan tenaga dapat menerima pelimpahan dari badan atau organisasi

(37)

syarat ini tidak akan seberat seperti syarat waktu penerimaan pegawai baru.

Perpindahan ini disamping sebagai pengembangan juga sangat perlu dari segi

pemanfaatan tenaga kerja yang ada, dan dilihat dari beberapa segi memang

lebih menguntungkan apabila kekurangan tenaga itu diambil dari dalam.

Perpindahan pekerjaan dalam suatu organisasi biasanya dapat diminta oleh

pegawai yang bersangkutan, jadi tidak semata-mata merupakan hak mutlak dari

pimpinan organisasi, tidak seperti halnya dengan promosi atau demosi. Apabila

permintaan pindah kerja datang dari pegawai maka alasan yang paling sering

dikemukakan adalah ingin mencari pengalaman baru atau menginginkan situasi

kerja yang dirasakannya lebih baik dari tempat kerja lama. Alasan pertama dilatar

belakangi biasanya oleh kebosanan dan harapan lain di tempat kerja yang baru

yang diperkirakan akan lebih menguntungkan. Alasan yang kedua pegawai yang

bersangkutan tidak menemukan situasi yang menggembirakan sehingga gairah

kerja berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang kurang baik.

Tujuan Mutasi

Pada dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi pengembangan karyawan,

karena tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam perubahan

tersebut.

Beberapa tujuan mutasi dapat diberikan sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan.

b. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi

pekerjaan atau jabatan.

c. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.

(38)

e. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya

meningkatkan karier yang lebih tinggi.

f. Untuk pelaksanaan hukuman/sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukannya.

g. Untuk memberikan pengakuan dan imbalan terhadap prestasinya.

h. Sebagai alat pendorong agar semangat kerja meningkat melalui persaingan

terbuka.

i. Untuk tindakan pengamanan yang lebih baik.

j. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.

k. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama karyawan.

Dari tujuan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari mutasi

adalah memutasikan karyawan kepada posisi yang tepat dan pekerjaan yang

sesuai, agar semangat dan produktifitas kerjanya meningkat.

Manfaat Mutasi

Dari uraian tentang tujuan mutasi tersebut diatas tampak bahwa mutasi

atau pemindahan pegawai sangat penting dan perlu dilakukan, baik dilihat dari

kepentingan pegawai maupun kepentingan perusahaan. Dengan kata lain, mutasi

bermanfaat untuk :

a. Memenuhi kebutuhan tenaga dibagian/unit yang kekurangan tenaga tanpa

merekrut tenaga dari luar

b. Memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan minat dan tugasnya

masing-masing.

c. Menjamin keyakinan pegawai, bahwa mereka tidak akan diberhentikan

(39)

d. Memberikan motivasi kepada pegawai.

e. Mengatasi rasa bosan pegawai pada pekerjaan, jabatan dan tempat kerja

yang sama.

Macam-macam Mutasi

Mutasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari

tinjauan terhadap mutasi tersebut.

1. Ditinjau dari aktivitas tempat pegawai bekerja

a. Mutasi antar urusan

b. Mutasi antar seksi

c. Mutasi antar bagian

d. Mutasi antar biro

e. Mutasi antar instansi

2. Ditinjau dari tujuan dan maksud tujuan

a. Production transfer : mutasi dalam jabatan yang sama karena produksi

ditempat terdahulu menurun.

b. Replacement transfer : mutasi dari jabatan yang sudah lama dipegang ke

jabatan yang sama di unit/bagian lain, untuk menggantikan pegawai yang

belum lama bekerja atau pegawai yang diberhentikan.

c. Versality transfer : mutasi dari jabatan yang satu ke jabatan yang lain

untuk menambah pengetahuan pegawai yang bersangkutan.

d. Shift transfer : mutasi dalam jabatan yang sama, tetapi berbeda shift

misalnya dari shift A (Malam) ke Shift B (Siang).

e. Remedial transfer : mutasi pegawai ke bagian mana saja, dengan tujuan

(40)

3. Ditinjau dari masa kerja pegawai

a. Temporary transfer : mutasi yang bersifat sementara, untuk menggantikan

pegawai yang berhalangan.

b. Permanent transfer : mutasi yang bersifat tetap.

2.1.3 Whistleblowing System

a. Peraturan terkait Whistleblowing System

* Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.09/2010 Tanggal 19 Mei 2010 Tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran

(Whistleblowing System) di lingkungan Kementerian Keuangan.

* Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 Tanggal 10 Mei 2011 Tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran

(Whistleblowing) Serta Tata Cara Pelaporan dan Publikasi Pelaksanaan

Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan

Kementerian Keuangan.

* Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-22/PJ/2011 Tanggal 19 Agustus 2011 Tentang Kewajiban Melaporkan Pelanggaran dan Penanganan Pelaporan

Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

b. Pengertian Whistleblowing

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Per-22/PJ/2011 Pasal 1,

Pelapor (Whistleblower) adalah Pegawai atau masyarakat yang melaporkan

terjadinya pelanggaran atau dugaan terjadinya pelanggaran baik secara

(41)

Pelanggaran adalah perbuatan Pegawai yang melanggar peraturan

perundang-undangan tentang tindak pidana umum dan tindak pidana khusus

termasuk namun tidak terbatas pada peraturan di bidang perpajakan, peraturan

tindak pidana korupsi, serta peraturan dibidang kepegawaian.

Pengaduan adalah informasi yang disampaikan oleh Pelapor sehubungan

dengan sedang atau telah terjadinya pelanggaran atau dugaan terjadinya

Pelanggaran.

c. Whistleblowing System di Direktorat Jenderal Pajak

Saluran dan Pengelolaan Pengaduan di Direktorat Jenderal Pajak

berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Per-22/PJ/2011 Pasal 3,

Pengaduan secara langsung dapat dilaporkan melalui saluran pengaduan

Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Help Desk Direktorat Kepatuhan Internal dan

Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA), dengan cara Pelapor bertatap

muka langsung dengan petugas penerima laporan. Pengaduan secara tidak

langsung dapat dilaporkan melalui saluran pengaduan Direktorat Jenderal

Pajak, sebagai berikut :

• Saluran telepon (021) 52970777

• Kring Pajak 500200

• Ema

• Ema

• SIKKA masing-masing Pegawai; atau

• Surat Tertulis Kepada :

(42)

2). Direktur KITSDA

3). Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat

4). Direktur Intelijen dan Penyidikan; atau

5). Pimpinan Unit Vertikal DJP

2.1.4 Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Kelangsungan hidup suatu perusahaan/intansi tergantung pada berbagai

hal, salah satunya adalah motivasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.

Karena motivasi mempersoalkan bagaimana caranya untuk mendorong gairah

kerja para pegawai, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan

kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Perusahaan tidak hanya mengharapkan kemampuan dan keterampilan pegawai

saja tetapi juga kemauan pegawai untuk bekerja lebih giat dan mempunyai

keinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Dibawah ini beberapa pengertian dari motivasi menurut beberapa ahli

diantaranya sebagai berikut:

Menurut Robbin dan Counter dalam Suwatno dan Donni Juni Priansa

(2011) menyatakan, “Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk

mencapai tujuan-tujuan keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya

untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. “Menurut Hamzah B. Uno

(2012:71), “motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang

(43)

Menurut Rivai (2004:457) Motivasi adalah : (1) suatu kondisi yang

menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. (2) Suatu keahlian dalam

mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil,

sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. (3)

Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran motivasi sebenarnya

merupakan pelajaran tingkah laku. (4) Sebagai energi untuk membangkitkan

dorongan dalam diri. (5) Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,

mengarahkan, memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Menurut Danim (2004:15) Motivasi diartikan sebagai setiap kekuatan

yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan orgnisasi. Menurut

Haroold koontz dalam Hasibuan (2007:219) menyatakan “Motivation refers to

the drive and effort to satisfy a want or goal”artinya “motivasi mengacu pada

dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan”. Menurut

Wayne F. Cascio dalam Hasibuan (2006:219) meyatakan “Motivation is a force

that results from an individual desire to satisfy their needs (a.g. hunger, thirst,

social aprooval)”. Artinya “Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari

keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa lapar, haus,

dan bermasyarakat)”.

Menurut Robbin (2007:213) mendefinisakan motivasi sebagai suatu proses

yang itensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009:61) mendefinisikan motivasi sebagai

kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju

(44)

b. Teori Motivasi Kerja

Menurut Siagian (2011: 287-288) teori motivasi diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Teori Abraham H. Maslow menyebutkan bahwa motivasi terbentuk karena 5

hierarki kebutuhan:

a. Kebutuhan Fisiologikal, seperti sandang, pangan, dan papan.

b. Kebutuhan keamanan, keamanan yang dimaksud bukan hanya keamanan

secara fisik, tetapi juga secara psikologi dan intelektual.

c. Kebutuhan sosial, pengakuan akan keberadaan dan pemberian penghargaan

atas harkat dan martabatnya.

d. Kebutuhan prestise, bahwa semua orang memerlukan pengakuan atas

keberadaan dan statusnya oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi

seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya

sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Gambar 2.1.

(45)

2. Teori “ERG”

Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale.

Existence, Relatedness, dan Growth dimana sebenarnya jika didalami ketiga kata

tersebut memiliki maksud yang dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh

Abraham Maslow. Existence sama dengan hierarki kebutuhan pertama dan kedua

pada teori motivasi Maslow, Relatedness sama dengan hierarki ketiga dan

keempat pada teori motivasi kerja Abraham Maslow, dan Growth mengandung

arti yang sama dengan kebutuhan dalam aktualisasi diri.

Teori motivasi “ERG” lebih lanjut akan menghasilkan fakta bahwa;

a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, maka semakin besar

pula keinginan untuk memuaskannya.

b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin

besar apabila kebutuhan yang “lebih rendah” telah terpuaskan.

c. Semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin

besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

3. Teori Motivasi “Tiga Kebutuhan”

Teori ini dikemukakan oleh David McCleland, ia berpendapat bahwa

seseorang akan memiliki motivasi tinggi jika didasari oleh “Need for

Achievement” (nAch), “Need for Power” (nPo), dan “Need for Affilliation”

(nAff). Need for Achievement berarti bahwa seseorang selalu ingin dipandang

berhasil dalam hidupnya, dengan keberhasilan yang dimilikinya secara pasti

bahwa segala kebutuhannya akan bisa dipenuhi. Need for Power memiliki arti

(46)

berusaha untuk menguasai orang lain. Need for Afilliation memiliki arti bahwa

setiap orang memiliki kebutuhan akan lingkungan yang bersahabat dan dapat

bekerja sama dalam berorganisasi.

c. Tujuan Motivasi

Menurut Hasibuan (2007:97) tujuan pemberian motivasi yaitu:

a) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

c) Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.

d) Meningkatkan kedisiplinan karyawan.

e) Mengefektifkan pengadaan karyawan.

f) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.

h) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

i) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

j) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

d. Usaha-usaha untuk meningkatkan Motivasi

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi, antara lain:

a) Faktor- faktor di lingkungan tenaga kerja yang dapat memberikan pengaruh

negatif maupun positif seperti: aturan, kebijakan corak hubungan antara atasan

dengan bawahan mempengaruhi motivasi kerja.

b) Sistem pemberian ganjaran secara umum.

(47)

d) Pelatihan dan intensif.

e) Untuk motivasi internal diperlukan job enrichment (penggayaan pekerjaan)

yang intinya mengubah pandangan pekerja tentang pekerjaan sehinggak dilihat

sebagai suatu hal yang menarik, menantang dan memberikan peluang untuk

berkembang dan tanggung jawab yang sebanding baginya (Ravianto, 1998:59).

e. Unsur Penggerak Motivasi

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:268) terdapat unsur-unsur penggerak motivasi,

antara lain :

1. Kinerja (Achievement)

Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu “kebutuhan” atau

needs dapat mendorongnya mencapai sasaran.

2. Penghargaan (Recognition)

Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai

seseorang akan merupakan perangsang yang kuat.

3. Tantangan (Challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia untuk

mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat

dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi

kegiatan rutin.

4. Tanggung jawab (Responsibility)

Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa

(48)

5. Pengembangan (development)

Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari penguasaan kerja atau

kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja

untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.

6. Keterlibatan (Involvement)

Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya,

dapat pula “kotak saran” dari tenaga kerja yang dipadukan masukan untuk

manajemen perusahaan merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenaga

kerja.

7. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari tingkat

bawah sampai tingkat manajemen atas merupakan perangsang yang cukup kuat

bagi tenaga kerja.

2.1.5 Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah salah satu kriteria dalam menetapkan suatu organisasi

yang sehat. Menurut Malayu Hasibuan (2007:202) Kepuasan kerja adalah sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini

dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja

dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar

pekerjaan. Menurut Handoko dan Asa’ad yang dikutip oleh Husein Umar

(49)

perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini akan tampak dalam sikap positif

pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan

kerjanya. Sedangkan dampak dari kepuasan kerja perlu di pantau dengan

mengaitkannya dengan output yang dihasilkan.

Kepuasan kerja merupakan kondisi psikologis atau perasaan karyawan

menyangkut pekerjaan yang dihadapinya baik mengenai pekerjaannya maupun

faktor-faktor tertentu dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja bersifat individual dan

tergantung pada persepsi seseorang tentang apa yang dirasakannya mengenai

pekerjaan.

Jadi kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral,

kedisiplinan, dan prestasi kerja, performa karyawan dalam mendukung

terwujudnya tujuan perusahaan/instansi.

b. Konsep Dan Teori Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menurut T. Hani Handoko (2008;193), yaitu : “kepuasan kerja

(Job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan dimana para

karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya”. Jadi kita dapat menggambarkan kepuasan

kerja itu sebagai akumulasi dari semua hal negatif dan aspek positif berhubungan

dengan gaji, fisik dan emosional dari kondisi kerja, tingkatan sukses dan memberi

penghargaan dalam kaitan dengan kesuksesan, undang-undang yang mengatur

hubungan pekerjaan, dan hubungan dengan para rekan kerja dan pihak

manajemen. Unsur-unsur tersebut diatas tidak mengakibatkan kepuasan kerja

(50)

c. Faktor Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ini menyangkut berbagai hal

seperti sikap atau emosi (pengakuan, gaji/upah, kondisi kerja (fasilitas

pendukung). pengawasan dan teman kerja (lingkungan kerja), isi kerja (isi

pekerjaan), jam pekerjaan dan kesempatan promosi (jaminan kerja)). Seperti yang

diungkapkan oleh Malayu Hasibuan (2007) menyebutkan bahwa kepuasan kerja

karyawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Balas jasa yang adil dan layak

2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian dan kompetensi.

3. Berat atau ringannya pekerjaan.

4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

5. Sikap pimpinan dalam kepemimpinan

6. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan

7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Kepuasan kerja biasanya hanya melihat hasil dari perbandingan beberapa

keadaan pada saat tertentu. Setiap individu karyawan mencurahkan perhatian,

tenaga dan pikirannya secara penuh terhadap usaha pekerjaannya. Sehingga dapat

diketahui bahwa seorang karyawan akan memiliki kepuasan kerja dalam bekerja,

apabila faktor-faktor tersebut diatas mendapatkan perhatian dari atasan. Kepuasan

kerja merupakan aspek penting pada diri seorang karyawan didalam sebuah

organisasi, karena dengan dimilikinya kepuasan kerja pada diri seorang pegawai

dalam bekerja, maka akan lebih memacu partisipasinya dalam setiap kegiatan

(51)

2.1.6 Komitmen Organisasi

a. Pengertian Komitmen Organisasi

Menurut Mahis dan Jackson (2000) dalam Sopiah (2008:155) memberikan

definisi, ”Organizational Commitment is the degree to which employees believe

in and accept organizational goals and desire to remain with the organization”.

(Komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan

menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan

meninggalkan organisasi).

Menurut Mowday (1982) dalam Sopiah (2008:155) Komitmen kerja

sebagai istilah lain dari komitmen organisasional. Komitmen organisasional

merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai

kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Komitmen

organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat

terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota

organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia

berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Lincoln (1994) dalam Sopiah, (2008:155), komitmen

organisasional mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan

anggota pada organisasi. Sedangkan menurut Blau dan Boal (1995) dalam Sopiah,

(2008:155) komitmen organisasional didifinisikan sebagai suatu sikap yang

(52)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasi adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai

dengan adanya :

1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan

nilai-nilai dari organisasi.

2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh

guna kepentingan organisasi.

3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.

b. Bentuk Komitmen Organisasi

Kanter (1986) dalam Sopiah (2008:158) mengemukakan :

1. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan

kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan

berinvestasi pada organisasi.

2. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota

terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota

lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa

norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang

bermanfaat.

3. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada

norma anggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya.

Norma yang dimiliki organisasi mampu memberikan sumbangan terhadap

(53)

Menurut Meyer, Allen, dan Smith (1998) dalam Sopiah (2008:157)

mengemukakan tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada

suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau

karena tidak menemukan pekerjaan lain.

3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.

Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran

bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Menurut Januarti (2006:15) mengemukakan komitmen organisasi,

terbangun bila tiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan

terhadap organisasi dan atau profesi yaitu : Identification yaitu pemahaman atau

penghayatan dari tujuan organisasi, Involment yaitu perasaan terlibat dalam suatu

pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaannya adalah menyenangkan, dan Loyality

yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal.

Menurut David (1997) dalam Sopiah (2008:163) mengemukakan empat

faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, kepribadian, dan lain-lain.

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik,

Gambar

Gambar 2.1.
ReviewTabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh kredit bermasalah Bank Tabungan Negara perlu ditinjau dalam jangka pendek dan jangka panjang karena pengaruh variabel independen yaitu inflasi, tingkat suku

Di pihak lain, Knight Templar sendiri memiliki hu- bungan sejarah yang sangat dekat de- ngan kelompok Priory of Sion, kelom- pok yang disebut-sebut dalam novel

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Riau pada 10 tahun tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor migrasi dari pulau jawa yang sangat tinggi

Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan

Perawat harus dapat dan mampu dalam memanajemen stres kerja karena stres tidak seharusnya dimiliki oleh seorang perawat, sehingga jika perawat tidak mengalami

Balik Papan diduduki tanggal 24 Januari, Ambon tanggal 2 Februari, Palemhang pada tanggal 15 Februari bersama dengan jatuhnya Singapura, dan demikian daerah-

Program Bantuan Sosial Pemberdayaan adalah Program Bantuan pemerintah yang ditujukan kepada orang dan keluarga yang lemah dan atau tidak mampu yang memiliki potensi untuk

Akhirnya sapa merasa gembira bahwa penelitian ini telah dapat diselesaikan oleh peneliti dengan melalui proses pemeriksaan dari T i m Penilai Usul dan Laporan