• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

080200249

IMMANUEL HOKKOP TUA

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

080200249

IMMANUEL HOKKOP TUA

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP.

Boy Laksamana, SH., M.Hum

197503202009121002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai

Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi pada Lingkungan

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum

Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang

(4)

6. Bapak Boy Laksanaman, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II

Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan

skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik

penulis.

9. Keluarga Besar Ayahanda Drs. Hasiholan Pardede, MM, S.Th, M.Th dan

Ibunda Ir. Mutiara Nilawaty Butarbutar; Bornok Hisar Ignatius Nasib

Panghiutan Pardede, S.Kom; Dame Lopian Inggrid br. Pardede, S.E;

Ompung Boru Rumia Gurning; Ompung Doli St. M.E. Butarbutar; Mariati

Butarbutar; Dra. Lasma Butarbutar; David T. H. Butarbutar, S.T; Ir.

Rudolf Butarbutar, MM; Kezia Gultom; Andri Lopes Pasaribu, Amd;

Reinhart Butarbutar yang selalu memberikan dukungan baik secara moril

maupun material sehingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Teman-Teman stambuk 2008 yang telah mendukung dan memberikan

motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik

(5)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada

semua pihak dan semoga doa kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan berlipat dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Oktober 2014 Hormat Saya

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian ... 14

G.Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA ... 20

A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan ... 20

B. Prinsip Dasar dan Jenis Pembinaan Pegawai ... 22

C. Hubungan Pembinaan dengan Perilaku Pegawai ... 24

BAB III MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ... 27

A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara 27 B. Pengangkatan dalam Pangkat dan Jabatan ... 42

(7)

D. Proses Pengangkatan Jabatan Struktural Pada Kantor

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 53

BAB IV KENDALA-KENDALA PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ... 65

A. Kendala-kendala Yang Ditemui Dalam Pengembangan Karir Pegawai Di Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 65

B. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi Kendala dalam Pengembangan Karir Pegawai Di Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(8)

ABSTRAK

MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DALA PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi pada Lingkngan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara) *Immanuel Hokkop Tua

**Suria Ningsih, SH., M.Hum ***Boy Laksanama, SH., M.Hum

Jabatan karir merupakan jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Selanjutnya Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skrips ini adalah Bagaimana pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia. Bagaimana mekanisme jabatan struktural dan manajemen pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Apa kendala-kendala pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia yaitu : Sistem Kawan

(patronage system); pada pola ini pengangkatan pegawai didaasarkan pada hubungan antara orang yang berkuasa dengan bawahan yang diangkat, dalam sistem ini ada dua cara pengangkatan, kedua Sistem Kecakapan dilakukan berdasarkan; (a) kecakapan, (b) bakat, (c) pengalaman, ketiga, sistem karir; dalam sistem karir dibedakan dalam sistem karir terbuka dan sistem karir tertutup, pada sistem karir terbuka, lowongan kerja terbuka bagi siapa saja asalkan mempunyai kecakapan dan kemampuan yang diperlukan untuk jabatan yang tersedia. Mekanisme jabatan struktural berpedoman pada ketentuan Peratuan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan struktual jo Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002. Persyaratan untuk diangkat dalam jabatan adalah sebagai berikut: Berstatus PNS, memiliki kualifikasi pendidikan yang ditentukan, mempunyai penilaian prestasi yang baik, memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan; memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, sehat jasmani dan rohani, menjamin kualitas dan objektivitas dalam pengangkatan jabatan diproses melalui Badan Pertimbangan Pengangkatan dalam Jabatan untuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Jenjang jabatan. Kendala dalam yang ditemui dalam pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah masih ditemukannya kepentingan yang sangat besar terhadap penempatan jabatan struktural yang di instruksikan/direkomendasikan oleh gubernur/wakil gubernur.

Kata Kunci : Mekanisme, Pengembangan, Karir Pegawai

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

ABSTRAK

MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DALA PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi pada Lingkngan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara) *Immanuel Hokkop Tua

**Suria Ningsih, SH., M.Hum ***Boy Laksanama, SH., M.Hum

Jabatan karir merupakan jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Selanjutnya Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skrips ini adalah Bagaimana pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia. Bagaimana mekanisme jabatan struktural dan manajemen pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Apa kendala-kendala pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia yaitu : Sistem Kawan

(patronage system); pada pola ini pengangkatan pegawai didaasarkan pada hubungan antara orang yang berkuasa dengan bawahan yang diangkat, dalam sistem ini ada dua cara pengangkatan, kedua Sistem Kecakapan dilakukan berdasarkan; (a) kecakapan, (b) bakat, (c) pengalaman, ketiga, sistem karir; dalam sistem karir dibedakan dalam sistem karir terbuka dan sistem karir tertutup, pada sistem karir terbuka, lowongan kerja terbuka bagi siapa saja asalkan mempunyai kecakapan dan kemampuan yang diperlukan untuk jabatan yang tersedia. Mekanisme jabatan struktural berpedoman pada ketentuan Peratuan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan struktual jo Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002. Persyaratan untuk diangkat dalam jabatan adalah sebagai berikut: Berstatus PNS, memiliki kualifikasi pendidikan yang ditentukan, mempunyai penilaian prestasi yang baik, memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan; memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, sehat jasmani dan rohani, menjamin kualitas dan objektivitas dalam pengangkatan jabatan diproses melalui Badan Pertimbangan Pengangkatan dalam Jabatan untuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Jenjang jabatan. Kendala dalam yang ditemui dalam pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah masih ditemukannya kepentingan yang sangat besar terhadap penempatan jabatan struktural yang di instruksikan/direkomendasikan oleh gubernur/wakil gubernur.

Kata Kunci : Mekanisme, Pengembangan, Karir Pegawai

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk

mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945

(selanjutnya disebut UUD 1945), perwujudannya berupa pembangunan nasional

dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,

makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual. Pembangunan (dalam arti

luas) merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang

dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu.1

Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen

yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia

dalam kegiatan suatu organisasi.

2

Dalam mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi

birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki Peningkatan mutu sumber daya manusia yang strategis terhadap

peningkatan keterampilan, motivasi, pengembangan dan manajemen sumber daya

manusia merupakan syarat utama dalam era globalisasi agar mampu bersaing dan

mandiri.

1

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Tahun 1945

2

(11)

kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung

jawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan

manajemen aparatur sipil negara3

Sejalan dengan itu, visi dalam konteks pembangunan sumber daya

manusia pemerintah dimasa yang akan datang adalah mempersiapkan Pegawai

Negeri Sipil (selanjutnya disebut PNS) yang profesional, mampu bersaing, dan

mengantisipasi perkembangan dunia yang pesat di berbagai aspek kehidupan

sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan serta kinerja yang tinggi.

4

Manajemen PNS merupakan keseluruhan upaya untuk meningkatkan

efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme, penyelenggaraan tugas, fungsi

dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan,

pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan

pemberhentian.5

Jabatan karir merupakan jabatan struktural dan fungsional yang hanya

dapat diduduki oleh PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan. Selanjutnya

Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan

organisasi negara. Pengangkatan PNS dalam jabatan struktural antara lain

dimaksudkan untuk membina karir PNS dalam jabatan struktural dan kepangkatan

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

3

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara, huruf c

4

Badan Kepegawaian Negara, Persepsi PNS Daerah Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural, Jakarta: Puslitbang BKN, 2003, hal. 10

5

(12)

yang berlaku. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seseorang harus

berstatur sebagai PNS, Calon PNS tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural.

Penetapan jabatan struktural, jabatan struktural Eselon I pada instansi

pusat ditetapkan oleh Presiden atas usul pimpinan instansi setelah mendapat

pertimbangan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur negara, sedangkan jabatan struktural eselon II kebawah

pada instansi pusat ditetapkan oleh pimpinan instansi setelah mendapat

pertimbangan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab dibidang

pendayagunaan aparatur negara. Untuk jabatan struktural eselon I kebawah di

Provinsi dan jabatan struktural eselon II kebawah di Kabupaten / Kota ditetapkan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai tata cara

ketentuan pengangkatan PNS dalam jabatan struktural telah diatur dalam

Peraturan Perundang-Undangan oleh pemerintah mengenai pengangkatan PNS

dalam jabatan struktural yakni Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, yang selanjutnya juga telah

diterbitkannya Keputusan Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002

tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000

tentang Pengangkatan PNS dalam jabatan struktural sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002. Berbicara pengangkatan

PNS dalam jabatan struktural, selama ini tidak sedikit dijumpai seleksi

pengangkatan PNS dalam jabatan struktural baik pada instansi pemerintah pusat

maupun di daerah masih menyimpang dari aturan-aturan yang ditetapkan. Dalam

(13)

mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi,

serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan

tertentu sampai dengan pensiun, akan tetapi dalam kenyataannya pengangkatan

pejabat dalam jabatan struktural tidak hanya murni berdasarkan syarat-syarat atau

ketentuan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun

terkadang justru malah lebih ditentukan faktor-faktor di luar hal tersebut. Seperti

dalam pengangkatan PNS dalam jabatan struktural ataupun penempatannya masih

saja didominasi kepentingan politik, kerabat, keluarga dan lain sebagainya. Hal ini

dapat dikatakan bahwa dalam prakteknya pengangkatan pegawai dalam jabatan

struktural sering tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam aturan

perundang-undangan.6

Kebijakan pengembangan dan pembinaan karir PNS perlu diatur sistem

pembinaan karir yang jelas dan terpola berdasarkan peraturan

perundang-undangan dibidang kepegawaian, sebagaimana sistem Pembinaan Karir Pegawai

Negeri Sipil Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara, sehingga memberikan kontribusi yang baik dalam kebijaksanaan

manajemen PNS mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi,

pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil,

pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan

kedudukan hukum.7

6

Stialand.ac.id, Akhyar Efendi dkk, Manajemen PNS yang Baik, tersedia diakses tanggal 10 Oktober 2014.

7

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan

(14)

masyarakat. Agar pegawai negeri bisa mempertahankan prinsip netralitas ini,

maka pegawai negeri dilarang menjadi anggota dan /atau pengurus partai politik.8

1. Bagaimana pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia?

Masalah-masalah ini menjadi kendala struktural untuk mencapai atau

menerapkan prinsip dasar secara profesional. Hal ini justrunya akan menghambat

efektifitas dan produktivitas dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu

berdasarkan ini juga tentu akan sulit munculnya efektifitas dalam pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi organisasi serta kelancaran dalam penyelenggaraan

pembangunan nasional.

Berdasarkan latar belakang di atas dan dalam rangka memberikan

sumbangan pemikiran mengenai perbaikan atau penyempurnaan terhadap sumber

daya aparatur pemerintah khususnya PNS, maka dipandang perlu untuk

melakukan suatu penelitian yang berjudul Mekanisme Jabatan Struktural Dan

Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi

Negara (Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa permasalahan yang dibahas dalam

Mekanisme Jabatan Struktural dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai di

Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara antara lain:

(15)

2. Bagaimana mekanisme jabatan struktural dan manajemen pengembangan

karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara?

3. Apa kendala-kendala pengembangan karir pegawai di Lingkungan

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pembinaan karir pegawai negeri sipil di Indonesia.

b. Untuk mengetahui mekanisme jabatan struktural dan manajemen

pengembangan karir pegawai di Lingkungan Sekretariat Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala pengembangan karir pegawai di

Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara teoritis

Sebagai bahan masukan dan kajian ilmiah dibidang hukum, khususnya

hukum kepegawaian yang menyangkut pengangkatan jabatan

struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

(16)

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan

untuk menyamakan persepsi dalam rangka menegakkan pengangkatan

jabatan struktural dan manajemen pengembangan karir pegawai

berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara di lingkungan Sekretriatan Daerah Provinsi Sumatera

Utara.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Penulis di

perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa judul mengenai

Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai

Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi pada Lingkungan

Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).

Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang

Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah :

1. Rita Herawaty, NIM 940200197 dengan judul Pembinaan dan

Pengembangan karir pegawai dalam meningkatkan produktivitas kerja

pada PT. Pos Indonesia (persero) Binjai.

2. Sahat Pasaribu, NIM 9002000241 dengan judul Pelaksanaan karir pegawai

negeri sipil dilingkungan Setwilda Tk. II Deli Serdang ditinjau dari

Undang-Undang No. 8 Tahun 1994.

3. Kasimin Tinjauan hukum administrasi negara terhadap mekanisme

(17)

pengembangan karir pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi

Jambi. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang

2008.

Adapun permasalahan dalam penelitian Skripsi ini dilaksanakan pada

Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya Skripsi ini

dilakukan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara. Sehingga penulisan Skripsi ini dapat dipertanggung

jawabkan keasliannya secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan

yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil penelitian.

E. Tinjauan Pustaka 1. Pegawai Negeri Sipil

Pengertian Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara adalah : Pegawai Negeri

Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang

memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara

tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Dari pengertian di atas bahwa setiap warga negara berhak untuk menjadi

pegawai negeri sipil sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, dan dapat

diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan dikeluarkannya Surat Keputusan

Pengangkatan Pegawai Negeri.9

9

(18)

2. Jenis, Status dan Kedudukan

a. Jenis Aparatur Sipil Negara

Menurut Pasal 6, Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara terdiri dari :

1) Pegawai Negeri Sipil ; dan

2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

b. Status Pasal 7 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan

Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara

nasional

(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan

Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian

kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan

Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.

c. Kedudukan Aparatur Negara Sipil Pasal 8 Pegawai ASN

berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.

3. Jabatan Struktural

Jabatan Struktural merupakan kedudukan yang menujukkan tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin

suatu satuan organisasi negara. Pengangkatan PNS dalam jabatan structural antara

lain dimaksudkan untuk membina karir PNS dalam jabatan structural dan

(19)

perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat Diangkat dalam jabatan

struktural seseorang harus Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai

Negeri Sipil tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural.

4. Manajemen Pengembangan Karir Pegawai

Perencanaan karir dalam rangka manajemen sumber daya manusia bertitik

tolak dari asumsi dasar bahwa seseorang yang mulai bekerja setelah penempatan

dalam suatu organisasi akan terus bekerja untuk organisasi tersebut selama masa

aktifnya hingga ia memasuki usia pensiaun. Berarti ia ingin meniti karir dalam

organisasi itu.10

10

Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal 205

Jika seseorang berbicara mengenai karir dalam kehidupan organisasional,

biasanya yang dimaksud ialah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dan jabatan

yang dipangku oleh seseorang selama dia berkarya. Memang sukar menemukan

pola universal mengenai karir semua orang karena yang terjadi sangat beraneka

ragam. Ada orang yang mencapai kemajuan dalam karirnya berdasarkan suatu

rencana karir tertentu. Tetapi tanpa direncanakan pun ada orang yang meraih

kemajuan dalam karirnya sehingga kemajuan itu dihubung-hubungkan dengan

“nasib baik”. Terlepas dari tepat tidaknya soal nasib dikaitkan dengan karir

seseorang, yang jelas ialah bahwa prestasi kerja, pengalaman, pelatihan dan

pengembangan ternyata berperan penting dalam menempuh berbagai jalur karir

(20)

Dengan kata lain, agar mengetahui pola karir yang terbuka baginya,

seorang pekerja perlu memahami tiga hal, pertama ialah sasaran karir yang ingin

dicapai dalam arti tingkat kedudukan atau jabatan tertinggi apa yang mungkin

dicapai apabila ia mampu bekerja produktif, loyal kepada organsisasi,

menunjukkan perilaku yang fungsional serta mampu bertumbuh dan berkembang.

Kedua ialah perencanaan karir dalam arti keterlibatan seseorang dalam pemilihan

jalur dan sasaran karirnya. Ketiga, kesediaan mngambil langkah-langkah yang

diperlukan dalam rangka pengembangan karir sambil berkarya.

5. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah mengenai hubungan Pegawai

Negeri Sipil dengan Negara dan Pemerintah serta mengenai loyalitas kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.

Disadari bahwa kedudukan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri

Sipil merupakan salah satu penentu kelancaran penyelenggaraan tugas-tugas

pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Sehingga untuk mencapai tujuan pembangunan, diperlukan adanya Pegawai

Negeri Sipil sebagai warga negara, unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi

masyarakat, dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945,

Negara dan Pemerintah. Untuk keperluan tersebut, Pegawai Negeri Sipil harus

bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih, bermutu tinggi,

dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan

dan pembangunan.11

11

(21)

Munculnya konsep mengenai otonomi daerah, merupakan bentuk

kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.

12

Pemberian otonomi ini dirasakan sebagai suatu yang sangat urgen berkaitan

dengan pemberdayaan, terlebih lagi pada pemerintahan yang mengedepankan

demokrasi. Hal ini berarti terjadinya pendelegasian kewenangan kepada segala

aspek potensi yang ada. Demikian halnya pada otonomi daerah, maka berarti

daerah tersebut memiliki legal self sufficiency yang bersifat self goverment yang

diatur dan diurus oleh pemerintah setempat, sehingga terkandung azas-azas dan

prinsip kemandirian/kemampuan daerah dalam pelaksanaannya.13

6. Hukum Administrasi Negara

R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian

dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan

mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ

pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang

berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya.

Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan

fungsi organ-organ pemerintahan.14

Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang

memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga

12

Nugroho, R, Otonomi Daerah Desentralisai Tanpa Revolusi Kajian dan Kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000, hal. 35

13

Syaukani, Menatap Masa Depan Otonomi Daerah, Tenggarong Kaltim : Gerbang Dayaku 2000, hal 147

14

(22)

melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi

administrasi negara itu sendiri.15

a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

perlengkapan negara itu melakukan tugasnya;

Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum

Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :

b. Aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara

alat perlengkapan administrasi negara atau Pemerintah dengan warga

negaranya.16

Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara

merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara

khas mengenai seluk-beluk daripada Administrasi Negara dan terdiri atas dua

tingkatan, yaitu :

17

Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada UUD

1945, TAP MPR, dan Undang-Undang, adalah hukum yang mengatur seluk-beluk

organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum Administrasi Negara Otonom

adalah hukum operasional yang dicipta oleh pemerintah dan administrasi negara

sendiri.18 Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum

Indonesia, Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian

aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan

negara menjalankan tugasnya.19

15

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2006), hal 34.

16

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Liberty, 1984, hal 2.

17 Ibid.

18 Ibid.

19

Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993, hal 61.

(23)

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian tentunya diperlukan data yang cukup akurat, untuk

mendapatkan data tersebut harus menggunakan suatu cara. Adapun cara untuk

mendapatkan data itulah yang biasa disebut metode. Jadi dalam penggalian data,

penggunaan suatu metode memegang peranan yang sangat penting dalam suatu

penelitian yang bersifat ilmiah, karena suatu penelitian tergantung pada tepat

tidaknya dalam penerapan suatu metode yang digunakan tersebut.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.20

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian

yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan

hukum.21

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang

bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,

menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.22

20

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal 1.

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010, hal 87.

22

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Op. cit., hal 13

Dengan

menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini

dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini.

(24)

(Statute Approach) yaitu Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen

Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara

(Studi pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara).23

2. Sumber data

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli,

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar

penelitiannya, penulis menggunakan data primer dan sekunder serta tersier, yakni

bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data yang digunakan

sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:24

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum

yang terdapat pada Peraturan Perundang-Undangan atau berbagai perangkat

hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan

Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktural. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Keputusan Kepala BKN Nomor 13 Tahun

2002 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun

2000 jo Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan

23

Peter Mahmud Marzuki, Op. cit., hal 96.

24

(25)

Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Peraturan Pelaksana Nomor 98

Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PNS

hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-hukum yang

mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan lainnya.

Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan Sekretariat

Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi bahan hukum primer yang membantu

dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.25

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan

bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut

atas bahan hukum primer.26

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap

bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan

lainnya.27

3. Pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data yang terkait dengan obyek penelitian maka

peneliti mendapat sumber data melalui:

a. Penelitian Kepustakaan/Studi Pustaka (Library Reasearch)

25 Ibid 26

Ibid 27

(26)

Penelitian Kepustakaan dalam rangka memperoleh data sekunder yaitu

bahan hukum primer misalnya dengan cara mengkaji pustaka, mempelajari

buku-buku, putusan pengadilan, peraturan perundang-undangan, hasil karya ilmiah dan

pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dalam rangka memperoleh data primer maka penulis melakukan penelitian

langsung kepada masyarakat, narasumber yaitu Hasanuddin Kasubbag Umum

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara.

4. Analisis data

Data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif yaitu suatu metode

analisis data dan berdasarkan apa yang dinyatakan oleh narasumber atau

responden secara lisan atau tertulis diolah dengan susunan kata-kata dalam

kalimat untuk menjelaskan lebih rinci pengambilan kesimpulan tersebut dianalisis

dengan menggunakan metode berfikir dedukatif yaitu cara berfikir yang bertolak

dari pengetahuan yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat

khusus.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan

yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam

(27)

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai

gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar

belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

INDONESIA

Bab ini berisi mengenai Pengertian Pembinaan dan Konsep

Pembinaan, Prinsip Dasar dan Jenis Pembinaan Pegawai dan

Hubungan Pembinaan dengan Perilaku Pegawai

BAB III MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Bab ini berisikan mengenai Gambaran Umum Sekretariat Daerah

Provinsi Sumatera Utara, Pengangkatan dalam Pangkat dan

Jabatan, Mutasi/Rotasi Pegawai Negeri Sipil dan Proses

Pengangkatan Jabatan Struktural Pada Kantor Sekretariat Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV KENDALA-KENDALA PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI

DI LINGKUNGAN SEKRETARIATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Bab ini berisikan mengenai Kendala-kendala Yang Ditemui Dalam

(28)

Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Upaya yang dilakukan dalam

mengatasi Kendala dalam Pengembangan Karir Pegawai Di

Lingkungan Sekretariatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan

isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.

Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang

dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih

(29)

BAB II

PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA

A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup

urutan–urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan,

memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha–usaha perbaikan,

menyempurnakan, dan mengembangkannya.28

Pembinaan (coaching) adalah upaya berharga untuk membantu orang lain

mencapai kinerja puncak.

Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola

kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan

ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup

tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola

kehidupannya.

29

28

Hardianto, Makalah Yang di Kutip dari Internet dengan Judul, Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil, diakses tanggal 20 Oktober 2014

29

Minor, Marianne, Coaching and Counseling, (terjemahan), Jakarta: PPM, 2003, hal 3

Membina adalah proses mengarahkan yang dilakukan

oleh seorang manajer untuk melatih dan memberikan orientasi kepada seorang

karyawan tentang realitas di tempat kerja dan membantunya mengatasi hambatan

dalam mencapai prestasi optimum erat kaitannya dengan kata membina adalah

kata membimbing (counseling), yaitu proses pemberian dukungan oleh manajer

(30)

atau masalah yang muncul akibat perubahan organisasi yang berdampak pada

prestasi kerja.30

Dalam definisi tersebut secara implisit mengandung suatu interpretasi

bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,

pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu

pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Untuk

menghindari bias kepentingan individu dengan kepentingan organisasi, maka

diperlukan pembinaan yang bermuatan suatu tugas, yakni meningkatkan disiplin

dan motivasi. Masyarakat mengartikan peningkatan kepedulian untuk turut

berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pembinaan berfungsi untuk

meningkatkan rasa kebangsaan dan disiplin kerja yang tinggi untuk mencapai

tujuan pembangunan nasional.

Pembinaan seringkali

Sistem pembinaan karir pegawai harus disusun sedemikian rupa, sehingga

menjamin terciptanya kondisi objektif yang dapat mendorong peningkatan

prestasi pegawai. Hal tersebut dapat dimungkinkan apabila penempatan pegawai

negeri sipil didasarkan atas tingkat keserasian antara persyaratan jabatan dengan

kinerja pegawai yang bersangkutan. Sistem pembinaan karir pegawai sebagai diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa

suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana

seharusnya. Pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program

yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang

dari hal yang telah direncanakan.

(31)

berikut: Sistem pembinaan karir pegawai pada hakekatnya adalah suatu upaya

sistematik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan

keselarasan kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi.31

Pegawai Negeri harus dibedakan dengan Pegawai Non Negeri (private

employees) dan juga harus dibedakan dengan Militer, maka Pegawai Negeri Sipil

seharusnya terdiri atas PNS, PPPK Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.

B. Prinsip Dasar dan Jenis Pembinaan Pegawai

Pelaksanaan tugas pegawai berdaya agar guna dan berhasil guna perlu

dilakukan pembinaan secara terarah. Dengan demikian pelaksanaan tugas dapt

dilakukan dengan profesional. Profesionalisme pelaksanaan pekerjaan dapat

tercapai jika pembinaan dimulai dari saat seorang pegawai diterima di instansi

dimana ia bekerja, oleh karena itu, sistem pembinaan pegawai berkaitan erat

dengan sistem pengangkatan pegawai.

32

Walaupun keduanya memang mengabdi untuk kepentingan pemerintah

dan digaji oleh pemerintah, tetapi keduanya harus dibedakan baik sifat, hak dan

kewajiban. Bahwa pegawai pemerintah bukanlah aparatur Negara sebagaimana PNS

adalah pegawai pemerintah (government employement) sebagaimana disebut di

Amerika dan dapat pula disebut the civil service, sebagaimana di kenal di Inggris.

TNI adalah pegawai pemerintah di bidang militer, yang mempunyai karakteristik

tersendiri.

31

Hardianto, Makalah Yang di Kutip dari Internet, Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil, 2008, hal. 1, 2.

32

(32)

dipahami selama ini (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara), melainkan aparatur pemerintah, oleh karena itu, implikasi

kebijakan dan prinsip dasar pembinaan juga berbeda antara keduanya.33

Pembinaan pegawai pemerintah bisa dilakukan dengan memperhatikan

tiga prinsip dasar kepegawaian, yaitu : penggunaan kepegawaian secara efektif,

dijamin pengembangan karir semaksimal mungkin dan diperoleh jaminan

kesejahteraan hidup yang layak.34

Dalam perspektif landasan normatif kepegawaian, pembinaan difokuskan

pada beberapa hal, yaitu : pembinaan prestasi kerja dan sistem karir yang

dititikberatkan pada sistem prestasi kerja Pasal 72 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014, yang dinyatakan sebagai berikut :

Pembinan pegawai secara efektif memerlukan perencanaan kebutuhan

pegawai yang matang. Formasi pegawai harus ditetapkan secara matang,

terencana dan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Setiap tahun harus

dilakukan evaluasi baik melalui penelitian maupun pengawasan terhadap terhadap

kebutuhan dan efektivitas pelaksanaan kerja pegawai pemerintah. Jaminan

pengembangan karir pegawai harus direncanakan secara baik. Hingga saat ini

yang terjadi adalah seorang pegawai mengetahui masuknya dan kapan

pensiunnya, tetapi tidak mengetahui secara pasti nasib pengembangannya setelah

masuk menjadi pegawai pemerintah. Demikian pula dengan kesejahteraan

pegawai harus betul-betul dijaga, jangan sampai gaji dan tunjangan yang diterima

tidak menentu apalagi tidak pantas untuk hidup layak.

33

Ibid., hal 4

34

(33)

(1) Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara

kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan,

penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan

pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa

membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.

(2) Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk

dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.

(3) Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh

Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai

kinerja PNS pada Instansi Pemerintah.

(4) Tim penilai kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibentuk

oleh Pejabat yang Berwenang.

Pembinaan PNS dalam konteks kepegawaian di atas paling tidak meliputi

tiga aspek ruang lingkup, yaitu aspek pembinaan sikap, pembinaan mental dan

pembinaan perilaku. Untuk mendukung kebijakan pokok dan arah pembinaan

PNS, tentu harus ditopang oleh sistem kebijakan kepegawaian yang handal sesuai

dengan fakta realitas otonom daerah.

C. Hubungan Pembinaan dengan Perilaku Pegawai

Perilaku pegawai, pada hakikatnya adalah membahas perilaku individu

organisasi. Unsur pokok perilaku organisasi ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang,

(34)

keorganisasian dapat dibagi dua, yaitu pertama, adalah permasalahan pokok

individu dalam organisasi, misalnya: karakteristik biografis, seperti: usia, jenis

kelamin, status keluarga, dan masa kerja; kemampuan intelektual dan kesehatan

fisik; kepribadian, seperti: kesadaran diri dan sikap berbudaya; belajar; persepsi

dan inisiatif dalam pengambilan keputusan; nilai, sikap, dan keputusan kerja; dan

motivasi. Kedua, adalah permasalahan pokok kelompok dalam organisasi,

misalnya: interaksi kelompok, perilaku kelompok, sumber daya anggota

kelompok, struktur kelompok, kondisi eksternal kelompok, proses kelompok,

tugas kelompok, pengambilan keputusan kelompok, tim kerja, komunikasi,

kepemimpinan, keleluasaan dan politik, konflik, perundingan dan perilaku antar

kelompok.35

Struktur menentukan hubungan yang resmi antar orang-orang dalam

organisasi. Beberapa hal pokok mengenai struktur, menyangkut struktur

organisasi; teknologi, desain kerja, dan stres; kebijakan sumber daya manusia; dan

budaya organisasi. Sedangkan lingkungan, khususnya lingkungan luar akan

mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan

menimbulkan persaingan untuk memperoleh sumberdaya dan kekuasaan. Oleh

karena itu, lingkungan luar harus dipertimbangkan untuk menelaah perilaku

manusia dalam organisasi. Ada tiga kriteria kualitatif dalam mendiagnosis

perilaku pegawai, yaitu apakah perilaku tersebut memenuhi, melebihi, atau tidak

memenuhi harapan. Perilaku yang tidak memenuhi harapan, sehingga bersifat

defisien, dan hal ini berarti mengindikasikan adanya suatu masalah.

35

(35)

Defisiensi adalah perilaku pegawai yang tidak sesuai dengan harapan

organisasi. Jika dalam suatu organisasi terjadi defisiensi, maka diperlukan upaya

pembinaan secara sistematis dan berkesinambungan oleh pimpinan organisasi

agar, perilaku setiap pegawai sesuai dengan harapan organisasi. Membentuk

perilaku pegawai agar selaras dengan tuntutan organisasi, harus dilakukan secara

berkesinambungan dan terarah dengan melalui pembinaan perilaku secara utuh.

Dalam kenyataannya, setiap individu pegawai memiliki karakteristik, keinginan,

harapan dan cita-cita yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu

lainnya. Dalam hal ini, peranan pembinaan organisasi mempunyai posisi dan

peranan yang sangat penting serta menentukan, dalam mengarahkan perilaku

individu pegawai yang berbeda-beda tersebut, agar selaras dan mendukung

tercapainya tujuan organisasi. Dengan kata lain, bila ditemukan sebuah kasus

yang dapat mengganggu jalannya organisasi, pihak pimpinan organisasi

mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya menciptakan suatu

iklim atau suasana kerja yang kondusif dalam suatu sistem nilai, norma dan

peraturan-peraturan yang mendukung semangat dan kepuasan kerja para pegawai.

36

36

(36)

BAB III

MEKANISME JABATAN STRUKTURAL DAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI LINGKUNGAN

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Dinas Daerah

Provinsi Sumatera Utara. Kemudian tugas fungsi dan tata kerja diatur berdasarkan

keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 06.256.K Tahun 2002 Tanggal 12 Mei

2002. Sebelum terbentuknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Sumatera Utara pada Era Otonomi Daerah ada dua lembaga instansi pemerintah

yang digabung/merger menjadi satu instansi, yaitu:37

1. Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provisi Sumatera Utara.

2. Dinas Perindustrian Sumatera Utara

Kanwil Departemen Perindustrin dan Perdagangan Provinsi Sumatera

Utara adalah instansi pemerintah pusat yang berada di daerah, yang sebagai

perpanjangan tangan Menteri Daerah.

Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara adalah instansi Pmerintah

Daerah yang dibentuk berdasarkan peraturan Daerah dan tunduk kepada Gubernur

Sumatera Utara. Pada awal terbentuknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Utara, yang menjadi kepala dinas

37

(37)

Ir. Himanuddin Nasution (Kepala Dinas)

Drs. T. Azwar Azis (Wakil Kepala Dinas)

Pada tanggal 26 Maret 2002 Ir.Himanuddin Nasuion meninggal dunia dan

jabatan beliau digantikan oleh Drs. T. Azwar Azis, sesuai dengan keputusan

Gubernur Sumatera Utara No. 821.23./3522/2002 tanggal 27 Desember 2002.

Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 800/148/2005 tanggal 9

September 2005 tetang memberhetikan saudara T. Zulkarnaen Damanik, MM dari

jabatan Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera

Utara, karena yang bersangkutan Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera

Utara No. 821423/1019/2006 tanggal 04 Mei 2006 jabatan Wakil Kepala Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara diangkat Rommel

Sembiring, Msc menggantikan Drs. T. Zulkarnaen Damanik,MM. Selanjutnya

berdaarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 0821/1019/2007 tanggal 01

Februari 2007 jabatan kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Sumatera Utara diserahterimakan dari Drs. T. Azwara Azis kepada Drs. H. Mohd.

Nasbi Nasution, Msi mencalonkan diri menjadi Kepala Daerah di Kabupaten

Simalungun.

Terhitung mulai tanggal 01 Desember 2010, Drs. H. Mohd. Nasbi

Nasution, Msi memasuki usia pensiun, maka keluar keputusan Keputusan

Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/4023/2010 tanggal 30 November 2010

tentang pengangkatan Darwinsyah, SH sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Sumatera Utara menggantikan Drs. H. Mohd Nasbi

(38)

Pada saat Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara secara bertahap

diberlakukan pada SKPD yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah yang ada prinsip adanya

pengurangan jabatan Strukural, yaitu :38

a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif yang mampu mendorong dan

memberikan kontribusi dalam pembangunan perkonomian daerah Sumatera

Utara,

Eselon III dari 11 menjadi 10

Eselon IV dari jumlah 44 menjadi 2

Saat ini Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara dijabat oleh

Bidar Alamsyah, SH dan sekretariat dijabat oleh Ir. Herizal A. Pulungan, M.Si

Visi, Misi Disperindag Provsu

1. Visi Disperindag Provsu

“Terwujudnya perindustrian dan perdagangan Sumatera Utara yang maju

dan terintegrasi dengan baik dengan sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga

tangguh dalam membangun daya saing ekonomi Sumatera Utara.”

2. Misi Disperindag Provsu

Adapun misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera

Utara yaitu :

b. Memperdalam struktur komoditas dengan memperluas struktur ekspor dari

produk primer kepada produk hilir,

(39)

c. Mendorong dan Mengembangkan ekonomi kerakayatan melalui penumbuhan

agro industri berbasis sumber daya alam dan tekhnoligi ramah lingkungan,

d. Menjadikan andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui

pengembangan yang baik serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang

tinggi,

e. Meningkatnya kualitas aparat pembina sehingga mampu meningkatkan

efisiensi, produktivitas, profesionalisme, dan peran serta pelaku dunia usaha

yang mendukung adanya kordinasi secara sinergis dalam memanfaatkan

sumber daya yang ada,

f. Mengembangkan lembaga dan sarana perdagngan serta sistem distribusi

dalam negeri yang efisien untuk terciptanya pelaku usaha yang profesional,

dalam mendukung peningkatan dan pengembangan produksi dalam negeri

serta perlindungan konsumen,

g. Meningkatkan mutu jasa pelayanan industri dan perdagangan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara merupakan

instansi pemerintah sebagai penyelenggara sebagian kenangan pemerintah

Provinsi dan tugas desentralisasi khususnya di bidang perindustrian dan

perdagangan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala

Dinas yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas

otonomi, tugas desentralisasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan

perdagangan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu

(40)

a) Sekretaris

b) Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, Elektronik, dan Aneka.

c) Kepala Bidang Industri Agro dan Hasil Hutan.

d) Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri.

e) Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri

f) Unit Pelaksana Teknis Dinas

g) Kelompok Jabatan Fungsional

a. Deskripsi Tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara

a. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang

Kepegawaian, Keuangan, Umum, Organisasi dan Hukum serta Program. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretris dibantu oleh :

1. Kepala Sub Bagian Keuangan

2. Kepala Sub Bagian Umum

3. Kepala Sub Bagian Program

b. Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, Elektronik, dan ANEKA (ILMEA)

Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, Elektronik, dan ANEKA (ILMEA)

mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pembinaan dan fasilitasi sarana,

usaha, produksi, serta industri kecil menengah, promosi dan investasi industri

logam, mesin, elektronik dan aneka. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya

Kepala Bidang Industri Logam, mesin, Elektronik, dan ANEKA (ILMEA) dibantu

oleh :

(41)

2. Kepala Seksi Mesin dan Peralatan Rekyasa dan Pancang Bangun

3. Kepala Seksi Bimbingan Industri Kecil, menengah, promosi dan investasi.

c. Kepala Bagian Industri Kecil Agro dan Hasil Hutan (IKAHH)

Kepala Bagian Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan (IKAHH),

mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pemberian bimbingan

sarana, usaha, produksi,pembinaan industri kecil dan menengah serta promosi dan

investasi industri Kimia, Agro dan hasil Hutan. Untuk melaksanakan tugas dan

fungsinya Kepala Bagian Industri Kecil Agro dan Hasil Hutan (IKAHH) Dibantu

oleh :

1. Kepala Seksi Agro dan Hasil Hutan

2. Kepala Seksi Kimia Haludan Hilir

3. Kepala Seksi Industri Kecil dan Menengah

d. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri (PDN) mempunyai tugas

membantu Kepala dinas dalam bidang pembinaan usaha perdagangan, pengadaan

dan penyaluran, pendaftaran perusahaan serta sarana perdagangan, promosi dan

perlindungan konsumen. Untuk melaksanakn tugas dan fungsinya Kepala Bidang

Perdagangan Dalam Negeri dibantu oleh :

1. Kepala Seksi Pengawasan Barang beredar, Jasa dan Perlindungan

Konsumen.

2. Kepala Seksi Kelembagaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan.

3. Kepala Seksi Pembinaan Pengadaan, Penyaluran dan Informasi Pasar.

(42)

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (PLN) mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam bidang ekspor dan hasil industri. Ekspor hasil

pertanian dan pertambangan , impor serta pengembangan ekspor dan kerja sama

luar negeri. Untuk melaksanakan tuugas dan fungsinya Kepala Bidang

Perdagangan Luar Negeri dibantu oleh :

1. Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan.

2. Kepala Hasil Ekspor dan Impor Barang Modal, Bahan Baku dan

Konsumsi

3. Kepala Seksi Kerjasama Perdagangan Internasional dan Kemitraan

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan terdiri dari :

1. Balai Metrologi Medan

2. Balai Metrologi Pematang Siantar

3. Balai Metrologi Sertikasi Mutu Barang

Unit pelaksanaan teknis yaitu Balai Metrologi Rantau Prapat, Medan,

Pematang Siantar, dan Sibolga adalah unsur pelaksana dinas, masing-masing

dipimpi oleh seorang kepala balai yang berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas. Kepala

Balai Etrologi mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pengujian,

penerapan, kalibrasi, verifikasi, sertifikasi serta pengawasan dan penyuluhan

kemetrologian. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala UPT Metrologi

(43)

1. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

2. Kepala Seksi Ukuran Arus, Panjang dan Volume

3. Kepala Seksi Massa dan Timbangan

4. Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan

Kepala Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam pengujian dan sertifikasi Mutu Barang Industri

Kimia Agro, Hasil Hutan, Logam Mesin, Elektronika dan Aneka. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang

dibantu oleh :

1. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

2. Kepala Seksi Jaminan Mutu dan Sarana Teknis

3. Kepala Seksi Pengujian

4. Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan Kalibrasi

Perusahaan sebagai suatu wadah kerja sama untuk mencapai tujuan

tertentu yang didalam pelaksanaannya akan saling berhubungan dengan beberapa

pembagian yang menyangkut kepada pembagian wewenang, tanggung jawab,

sistem komunkasi dan bagaimana sistem pengawasan yang dijalankannya.

Kedudukan para pegawai apa yang akan dilakukan, kepada siapa dia harus

bertanggung jawab atas pelaksanaannya pekerjaan tersebut, sehingga dari bagian

organisasi tersebut akan diperoleh gambaran aktivitas-aktivitas secara keseluruhan

dan juga menunjukkan secara jelas harus dari wewenang dan tanggung jawab

(44)

a) Kepala Dinas

1. Mengkoordinasikan dan memberikan pengarahan pada pelaksanaan tugas dan

kegiatan sesuai kebijakan dan ketentuan yang ditetapkan sebagai acuan tugas

jabatan fungsional Kabag, Kasubdis, Metrologi.

2. Membagi tugas kepada masing-masing bagian agar tidak terjadi timpang

tindih dalam pelaksanaan tugas.

3. Memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada masing-masing bagian agar

dapat mencapai keserasian dan hasil kerja yang sesuai dengan yang

diharapkan.

4. Memonitor pelaksanaan tugas masing-masing bagian untuk menghindari

terjadinya penyimpangan atau kekeliruan.

5. Mengevaluasi hasil kerja kegiatan masing-masing bagian.

b) Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional mempunyai tugas-tugas yaitu melaksanakan tugas

sesuai dengan jabatan fungsioanal masing-masing berdasarkan ketentuan

undang-undang yang berlaku.

c) Kepala Bagian Tata Usaha

1. Melaksanakan perencanaan kegiatan tata usaha sesuai dengan yang

diharapakan sebagai acuan tugas pokok Kasubbag.

2. Memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada masing-masing Kasubbag

agar dapat dicapai keserasian dan hasil kerja sesuai dengan apa yang

(45)

3. Mengevaluasi hasil kegiatan masing-masing Kasubbag untuk mengetahui

kesesuaian dengan rencana kerja yang ditetapkan.

4. Membagi tugas-tugas tata usaha kepada Kasubbag agar tidak terjadi timpang

tindih dalam pelaksanaan dan penyelesaiannya.

5. Mengkoordinir urusan pegawai.

6. Melakukan urusan kaitan dengan keuangan rutin.

7. Melakukan urusan berkaitan dengan disiplin pegawai / hukuman disiplin.

8. Melakukan analisa data.

9. Melakukan urusan data-data.

Bagian Tata Usaha membawahi beberapa Sub Bidang yang terdiri dari:

a. Subbag Pegawai

1. Merencanaan pelaksanaan kegiatan Subbag Kepegawaian untuk acuan

pelaksanaan tugas bawahan.

2. Memberikan tugas kepada bawahan untuk menghindari terjadinya timpang

tindih dalam pelaksanaan tugas.

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan agar tecapai

keserasian hasil kerja yang diharapkan.

4. Membuat konsep usul mutasi jabatan pegawai.

5. Menyusun konsep usulan kenaikan pangkat, gaji berkala, pensiun, yang

disesuaikan dengan peraturan yang berlakuuntuk minta persetujuan atasan

b. Subbag Keuangan

1. Merencanakan pelaksanaan kegitan Subbag Keuangan sebagai acuan

(46)

2. Membagi tugas kepada bawahan untuk menghindari terjadinya timpang

tindih dalam pelaksanaan tugas.

3. Memberi petunjuk untuk mengawasi dan memeriksa pelaksanaan dan

tugas bawahan agar dapat terjadi kegiatan yang efisien dan serasi.

4. Mengatur dan mengawasi sirkulasi keungan.

5. Bertanggung jawab langsung terhadap pengeluaran dan pemasukan yang

terjadi dilingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Sumatera Utara.

c. Subbag Organisasi dan Hukum

Melaksanakan urusan tentang tata laksana dan organisasi hukum.

d. Subbag Umum

1. Merencanakan kegiatan Subbag Umum sebagai acuanpelaksanaan tugas

bawahan.

2. Membagi tugas bawahan memberi petunjuk, mengawasiserta memberi

pelaksanaannya agar tercapai kegiatan yangdiinginkan.

3. Mengoreksi konsep pengadaan, penggunaan, inventaris ATK serta barang

dan perlengkapan rumah tangga kantoragar sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

4. Memberi petunjuk dan mengawasi petugas keamanan dan kebersihan

kantor.

5. Mengawasi dan memeriksa pembelian barang kebutuhan kantor,

memeriksa penggunaan ruang, peralatan, kendaraan dinas agar sesuai

(47)

6. Urusan surat menyurat.

7. Kearsipan.

8. Perpustakaan urusan pegawai.

d) Subdis Rencana dan Program

Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang

Penyusunan Rencana dan Program Industri, Penyusunan Program Perdagangan,

Iklim usaha dan lingkungan serta Evaluasi dan Pelaporan. Dalam pelaksanaan

tugas tersebut, Kepala Sub Dinas Rencanadan Program mempunyai fungsi / tugas

sebagai berikut:

1. Merencanakan pelaksanaan kegiatan Subdis perencanaan sesuai dengan

ketentuan sebagai acuan tugas kepada KepalaSeksi.

2. Memberi tugas kepada Kepala Seksi dan memberikan petunjuk

pelaksanaan tugasnya agar tercapai kegiatan yang efisien dan serasi.

3. Mengevaluasi hasil kegiatan Kepala Seksi.

4. Meneliti usulan, permasalahan dan saran dari subdis guna bahan usulan

kebijaksanaan dan pengembangan industridan perdagangan.

5. Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data.

6. Menyusun dan mengkoordinasikan penyusunan program tahunan.

7. Mengevaluasi laporan pelaksanaan program.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai dimaksud diatas, Kepala

Sub Dinas Rencana dan Program dibantu oleh :

1. Kepala Seksi Penyusunan Rencana dan Program Industri.

(48)

3. Kepala Seksi Iklim Usaha dan Lingkungan

4. Kepala Seksi Evaluasi dan Laporan.

e) Subdis Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan ( IKAHH )

Subdis Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam bidang pemberian bimbingan sarana, usaha,

produksi, pembinaan industri kecil dan menengah serta promosi dan investasi

industri kimia, agro, dan hasil hutan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Kepala

Sub Dinas Bina Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1. Mensosialisasikan pelaksanaan perizinan usaha di bidang industri.

2. Membina dan mengembangkan keterampilan dan kemempuan penyusunan

industri.

3. Promosi inve stasi industri.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai dimaksud di atas,

Kepala Sub Dinas Bina IKAHH dibantu oleh :

1. Kepala Seksi Bimbingan Sarana.

2. Kepala Seksi Bimbingan Usaha.

3. Kepala Seksi Bimbingan Produksi.

4. Kepala Seksi Industri, Menengah, Promosi dan Investasi.

f) Subdis Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika dan aneka (ILMEA)

Subdis Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka mempunyai

tugas yaitu menangani, mensosialisasikan guna peningkatan pengembangan hasil

(49)

perindustrian agar pelaksanaan industri berjalan sesuai dengan prosedur

masing-masing, mensosialisasikan pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan

pengembangan di industri logam, mesin, dan elektronika, penyusunan petunjuk

teknis dan peningkatan keterampilan serta kemampuan pengusaha industri,

penyiapan usaha dan promosi industri. Dalam pelaksanaan tugas tersebut Kepala

Sub Dinas Kepala.

Seksi Bimbingan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar pelaksanaan kewenangan

daerah kabupaten / kota serta standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas di

bidang Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka.

2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian pembangunan jangka

menengah dan tahunan, kerjasama dengan pihak terkait di bidang Industri

Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka sesuai standar yang ditetapkan.

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas dan Wakil Kepala

Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Pemberian masukan kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya

kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar yang

ditetapkan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai dimaksud diatas, Kepala

Sub Dinas Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka dibantu oleh :

(50)

2. Kepala Seksi Bimbingan Usaha

3. Kepala Seksi Bimbingan Produksi

4. Kepala Seksi Industri, Menengah, Promosi dan Investasi

g) Subdis Bina Perdagangan Dalam Negeri

Subdis Bina Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas, sebagai

berikut:

1. Menyiapkan pembinaan sarana perdagangan dan izin usaha perdagangan.

2. Mensosialisasikan usaha perdagangan, pemantauan dan penyaluranbarang dan

jasa serta pembinaan usaha perdagangan.

3. Mempromosikan dagang.

h) Subdis Bina Perdagangan Luar Negeri

Subdis Bina Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas, sebagai berikut:

1. Mensosialisasikan pembinaan ekspor

2. Memantau dan mengevaluasi kegiatan ekspor

3. Menyebarkan informasi perdagangan internasional

4. Mempromosikan dagang luar negeri

5. Menyiapkan perizinan bidang ekspor

6. Menyebarkan informasi perdagangan internasional

7. Mempromosikan dagang luar negeri

8. Menyiapkan perizinan bidang ekspor

Subdis Bina Perdagangan Luar Negeri mempunyai fungsi, sebagai berikut:

1. Menyiapkan pembinaan ekspor dibidang ekspor

(51)

3. Menyebarkan informasi perdagangan internasional

4. Pengawasan terhadap barang ekspor

5. Mempromosikan barang dagangan ke luar negeri

6. Memantau pengawasan barang impor di daerah

a) Balai metrologi

1. Mengelola Standar ukur, cap, tanda, dan tera ulang pada sarana

kemetrologian.

2. Memeriksa dan mengkaji standart tingkat II untuk alat ukur, takar,

timbang dan perlengkapan.

3. Mengawasi barang-barang dalam kemetrologian kepada masyarakat.

4. Menganalisa dan mengevaluasi data yang berkaitan dengan kemetrologian.

5. Penyuluhan tentang kemetrologian kepada masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran tekanan darah diastolik kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah perlakuan pemberian jus kulit buah manggis dan madu selama 12 hari warga Dusun Gamping

Nilai R ² yang didapatkan pada masing-masing konsentrasi (Gambar 2) yaitu pada kon- sentrasi 0,063 ml/L = 92,3%; konsentra- si 0,158 ml/L = 86,2%; konsentrasi 0,396 ml/L = 95,2%;

Tawas (Alum) adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4.11 H2O atau 14H2O atau 18H2O, umumnya yang digunakan adalah 18H2O.Tawas merupakan bahan koagulan yang paling

[r]

Duren , Univalent functions Grundlehren der Mathematischen wissenchaften, Bd.259 , Spinger-Verlag, Berlin, Heidelberg and Tokyo, 1983.. Murugusundaramoorthy,

Maka Pejabat Pengadaan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kab. PUTRA DWI Memenuhi Syarat -

Sehubungan dengart perihal sumt di atas, dengan fui kami nengundang saudara unhrk menghadiri pembuktian dokumen kualifikasi @a

ﺘﻛ ﺏﺎ ﺭﺎﺘﳐ ﺎﺣﻷﺍ ﺚﻳﺩ ﺔﻳﻮﺒﻨﻟﺍ.. ﺎﻣ ﻮﻫ ﻎﻴﺻ ﺀﺎﺸﻧﻹﺍ ﱮﻠﻄﻟﺍ.