1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Uni Eropa1 merupakan regionalisme2 di kawasan Benua Eropa yang hingga saat ini telah mencapai titik integrasi maksimal3 dalam bidang-bidang
kerjasama antar anggota di dalamnya. Hal inilah yang kemudian membuat UE
mempunyai ide untuk memperluas keaggotaannya khususnya kepada
negara-negara tetangga di sekitarnya, di kawasan Eropa. Oleh karena itu, dikeluarkanlah
kebijakan perluasan4 yang hingga saat ini telah berhasil menambah Negara
anggota dari yang pada awalnya di tahun 1951 hanya 6 negara yaitu Prancis,
Jerman, Italia, Belanda, Belgia dan Luxemburg, sampai pada Januari 2007
anggota UE menjadi 27 negara, dengan melalui lima tahapan perluasan. Perluasan
1
Uni Eropa berikutnya disebut sebagai UE. 2
Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan untuk mencapai tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama mengemukanya regionalisme. Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
3
Dalam berbagai literatur, UE dikatakan sebagai bentuk regionalisme yang sudah mencapai tingkatan integrasi yang tinggi dengan indikator meningkatnyakerjasama dari low politics kini UE memiliki beragam kerjasama dalam berbagai bidang sebagai spill over effect dari kerjasama awal batubara dan baja yang menguntungkan. Bahkan level integrasi antar negara anggota di dalamnya sudah mencapai tingkatan tinggi setelah integrasi wilayah dan integrasi ekonomi, integrasi moneter dapat dicapai dengan diberlakukannya sistem mata uang bersama, UEro. Lihat Ernst B. Haas, International Integration: The UEropean and the Universal Process, dalam James E. Dougherty and Robert L. Pfaltzgraff, Jr, 2001, Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survey (ed.5), New York: Longman, halaman 121 dan Duncan Watts, 2008, The UEropean Union, Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd, halaman 49.
4
Oleh Jean Monet, salah satu pendiri Uni Eropa, dalam pidatonya pada peringatan 5 tahun perluasan keanggotaan Uni Eropa (7 Mei), mengartikan kebijakan perluasan sebagai kebijakan memperbesar dan menyatukan, wujud sebuah kesatuan dari warga Eropa yang atas keinginan mereka sendiri telah bersama-sama memutuskan untuk membangun masa depan bersama berdasarkan supremasi hukum, satu pasar internal dan penghapusan batas-batas internal secara bertahap. “Kami tidak membentuk koalisi negara-negara, kami justru mempersatukan rakyat”.
2
yang menjadi sorotan adalah perluasan kelima dimana dari 15 negara menjadi 25
negara anggota ketika pada 1 Mei 2004 dimana 10 Eropa Tengah dan Timur
(Central and Eastern Europe/CEE)5 yaitu Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia,
Ceko, Slovakia, Hongaria, Slovenia, Malta dan Cyprus masuk menjadi anggota
baru yang 3 diantaranya yaitu Esthonia, Latvia dan Lithuania merupakan
negara-negara Baltik yang juga merupakan pecahan Uni Soviet.6
Secara geografis, negara-negara di Benua Eropa berada pada kondisi yang
saling berdekatan dan sebagian besar berbatasan langsung satu dengan lainnya.
Sehingga kebijakan yang telah dilakukan UE tersebut tentu menimbulkan dampak
bagi negara-negara disekitarnya. Rusia adalah salah satunya, negara besar yang
secara geografis berada sangat dekat dengan teritori UE menjadi rensponsif
menanggapi kebijakan ini. Terutama setelah perluasan tahapan ke-5 yang
menjadikan negara-negara yang terletak di Laut Baltik menjadi anggota UE.
Secara historis, negara-negara Baltik adalah negara-negara yang pada Perang
Dingin berada dalam kekuasaan/pengaruh Uni Soviet dan merupakan
negara-negara inti dari kesatuan Uni Soviet bersama ke-12 negara-negara lainnya. Kewaspadaan
Rusia bukanlah tanpa sebab, hadirnya UE di kawasan yang bisa dibilang
„kawasannya Rusia‟ ini mengganggu terciptanya keamanan kawasan, yang
menurut Rusia bahwa keamanan kawasannya adalah suatu keadaan dimana
harusnya hanya ada Rusia saja sebagai Great Power-nya. Rusia sebagai Great
Power merupakan inti dari karakteristik yang telah dibangun kembali dan
dilekatkan serta selalu dipelihara oleh Rusia baru pasca runtuhnya Uni Soviet
5
Central and Eastern Europe atau negara-negara Eropa tengah dan timur. Berikutnya akan disebut sebagai CEE.
6
3
pada 31 Desember 1991.7 Karakter ini mendorong Rusia untuk selalu bertindak
sebagai rezim dalam kawasan yang paling berhak untuk menjamin dan menjaga
terciptanya keamanan negara-negara di kawasannya.
Estonia, Latvia dan Lithuania yang resmi menjadi anggota UE
menjadikannya sebagai batas terluar dari wilayah UE yang secara langsung
berbatasan dengan Rusia. Semakin dekatnya UE ke Rusia ini selain mengancam
keamanan kawasaanya juga menimbulkan potensi bahaya tersendiri bagi Rusia.
Potensi bahaya ini merujuk pada munculnya ancaman pada keamanan Rusia.
Dampak yang diakibatkan oleh perluasan UE ini adalah terganggunya keamanan
Rusia, keamanan yang lebih bersifat non-militer, atau yang disini disebut soft
security. Dengan karakteristik Rusia, respon-respon atas fenomena ini sangat
wajar ditelurkan guna meredakan dampak yang mungkin terjadi. Sebagai respon
atas merangseknya UE ke dalam kawasannya, secara otomatis pengaruh Rusia
terancam memudar, oleh karena itu jalan mendekati kutub-kutub power dalam inti
UE pun dilakukan untuk meningkatkan posisi tawarnya.8 Dan dalam upaya
menahan gelombang demokratisasi di near abroad-nya, Rusia
mendukung/menyokong kelompok yang pro terhadapnya seperti Partai Politik
Russian speaker di Estonia9 juga di negara-negara lainnya seperti mendukung
gerakan separatis sebagai oposisi dari pemerintahan setempat seperti di Georgia,
Moldova dan Ukraina.10 Penggunaan isu mal-treated (diartikan sebagai perlakuan
tidak sepantasnya) atas “Russian-speaking minorities” di negara-negara Baltik
7
Jacob Hedenskog, 2005, Russia as a Great Power; Dimensions of Security Under Putin, New York: Routledge, halaman 11
8
Roger E. Kanet, 2007, Russia; Re-Emerging Great Power, New York: Palgrave Macmillan, halaman 16
9
Aivars Stranga, The Latvian-Russian Relationship at the Beginning of 1999, in Daina Bleire, et. Al, 1999, The Impact of UEropean Integration Processes on Baltic Security, A paper presented in NATO Fellowship Programme Final Report, halaman 36
10
4
sebagai alat untuk menekan Baltik melalui simpati internasional. 11 Dan
menaikkan harga energi bagi konsumennya di Eropa, terutama di negara-negara
anggota baru UE, sebagai peringatan bahwa Rusia masih memiliki kendali.
Politik luar negeri Rusia yang terlihat dari respon-respon yang
dilakukannya mengindikasikan fokus pada penguatan Russia‟s prestige dengan
menunjukkan power yang dimilikinya terutama pada negara-negara pecahan Uni
Soviet guna mempertahankan, memperluas dan memperbesar pengaruhnya di
kawasan tersebut12 menjadi terbatasi karena adanya UE yang menjadi power baru
di negara periphery-nya. Perluasan UE ke negara-negara Baltik selain akan
membatasi tercapainya tujuan politik luar negerinya, juga menimbulkan ancaman
pada Rusia akan Estonia, Latvia dan Lithuania yang pasti akan mengalami
perubahan politik domestiknya menuju ke arah demokrasi sebagai salah satu
peraturan dalam keanggotaan UE (The Copenhagen Criteria 13 ) akan
menyebabkan instabilitas politik di Negara-negara Baltik tersebut. Masalah sosial
yang juga terdampak adalah, terbatasnya akses Rusia terhadap perlindungan atas
meningkatnya diskriminasi terhadap “Russian-speaking minorities” di
negara-negara Baltik. Selain itu, dalam hal kerjasama Rusia dengan lingkungan
eksternalnya, terutama dengan near abroad-nya harus disusun ulang bahkan
dibatalkan sebagai akibat dari adopsi aturan-aturan dan standar-standar UE di
11
Jacob Hedenskog, Op. Cit, halaman 12 12
Olga Oliker, dkk, 2009, Russian Foreign Policy: Source and Implication, California: Rand Corporation, halaman 67
13
5
negara-negara tersebut. Maka dari itu Rusia menganggap perluasan UE ini sebagai
salah satu usaha untuk mengisolasi Rusia dari kawasannya sendiri.14
Data-data mengenai terdampaknya Rusia karena perluasan UE diatas
membuat penulis untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai dampak-dampak
perluasan UE ini ke Rusia dan apa yang menjadi penyebabnya.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menarik rumusan
masalah berupa mengapa perluasan UE ke negara-negara Baltik berdampak pada
soft security Rusia?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.1.1Tujuan umum:
Untuk mengetahui apa saja dampak perluasan UE ke Negara-negara
Baltik pada soft security Rusia.
1.3.1.2Tujuan khusus:
Untuk mengetahui mengapa perluasan UE ke Negara-negara Baltik
berdampak pada soft security Rusia.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat teoritik:
- Dapat menambah khasanah kajian tentang regionalisme
14
6
- Dapat menembah pengetahuan mengenai dinamika politik Eropa,
khusunya Eropa Timur
1.3.2.2Manfaat praktis:
- Dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian setelahnya
terutama yang menyangkut UE dan Rusia, juga yang menggenai
fenomena serupa.
- Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi
penstudi UE dan Rusia, serta kajian-kajian Eropa Timur lainnya.
1.4Kerangka Pemikiran
1.4.1Regional Security Complex Theory 1.4.1.1Studi Security dan Region
Security
Security berasal dari bahasa latin yang artinya mengarah pada definisi atas
ketenangan/keheningan dan merdeka/bebas dari kesusahan, atau yang Cicero
nyatakan sebagai ketiadaan atas kekhawatiran dan kegelisahan.15 Namun, definisi
security juga bisa tergantung dari subjek yang mendefinisikannya dan mana yang
paling penting atau yang menjadi prioritas bagi hidup subjek tersebut. Karena
setiap individu mempunyai kekhawatiran yang berbeda-beda.16
Dalam menggunakan security sebagai alat untuk menganalisa keamanan
suatu negara, tidak bisa hanya melihat keamanan nasionalnya saja, melainkan
harus memahami pola internasional dari security interdependence yang
15
Tidak hanya diartikan sebagai ketiadaan bahaya atau ancaman, melainkan memasukkan
unsur-unsur “aman” lainnya, seperti ketiadaan atas perang, kekhawatiran dan ketidakpastian.
16
7
mengelilinginya. 17 Definisi dari security berbeda-beda bagi masing-masing
negara, tergantung dari persepsi suatu negara tersebut mengenai ancaman dan
keamanan. Namun sejarah menunjukkan bahwa dalam melihat keberagaman
persepsi akan ancaman pada keamanannya, negara merasa perlu untuk
menggabungkan diri dalam usaha memperkuat keamanan mereka sendiri. Oleh
karena itu muncullah bentuk-bentuk kerjasama keamanan antara negara satu
dengan negara lain.18 Faktor geografis tentunya menjadi penting dalam hal ini
sehingga negara-negara lebih suka membentuk kelompok dengan tetangga di
kawasannya untuk melindungi diri.
Ada empat model kerjasama keamanan regional yaitu alliance, collective
security, security regimes dan security community. Alliance adalah bentuk
kerjasama yang dirancang untuk, baik bertahan maupun menyerang (khususnya
dalam artian militer), menghadapi ancaman atau musuh bersama (eksternal
bahkan internal). Collective security, muncul di abad 20 dalam menanggapi efek
pertentangan atas politik perimbangan kekuatan gaya lama dan aliansi.
Merupakan usaha bersama dalam kelompok dari negara-negara yang bertujuan
untuk melindungi keamanannya. Sistem ini bertujuan untuk mencegah atau
membendung perang dengan memberikan jaminan berupa respon atas segala
tindakan penyerangan terhadap anggotanya. Security regimes merupakan
kerjasama keamanan yang serupa dengan dimensi hubungan internasional
layaknya peraturan dalam perdagangan internasional. Security community
didefinisikan sebagai sekelompok negara yang antar anggota dalam komunitas ini
17
Barry Buzan, 1991, People, States & Fear, London: Harvester Wheatsheaf, halaman 134 18
Hasan Ulusoy, 2002, Collective Security in Europe.
8
benar-benar menjamin tidak akan menyerang satu sama lain secara fisik,
melainkan akan menyelesaikan perselisihan dengan cara lain. Dalam sistem ini
terdapat interaksi yang luas dan meliputi banyak hal yang lebih kuat daripada
model-model lainnya di atas. Keterbukaan di dalamnya juga memungkinkan
adanya ikatan ketergantungan di level yang lebih tinggi dalam bidang-bidang
non-militer.19 Kedekatan geografis antar negara-negara dalam security community ini
menjadi pertimbangan penting sebagai salah satu aspek pendukung keoptimalan
fungsi dari sistem ini sendiri. Disilah term region menjadi penting untuk
dipahami.
Region
Tidak ada definisi tunggal mengenai region. Region sering dikaitkan
dengan letak benua di dunia, sub-benua dan wilayah yang dikelilingi oleh laut.
Dalam dunia politik, region adalah konstruksi politik sepertihalnya negara;
terbentuk dari konsep identitas negara-negara lokal dan hubungan di antaranya,
serta ada cara tersendiri mengenai bagaimana sistem di luarnya memandang dan
bereaksi terhadapnya.20 Barry Buzan dan Ole Waever mengatakan bahwa region
merujuk pada level dimana negara atau unit-unit lain terhubung erat yang
keamanannya tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.21 Region bisa juga
dianggap sebagai hubungan saling mempengaruhi antara aktor-aktor dan
institusi-institusi dalam wilayah geografis alami.22
19
Alyson J. K. Bailes and Andrew Cottey, Regional Security Cooperation in the Early 21st Century dalam SIPRI Yearbook 2006: Armaments, Disarmament and International Security. 20
Ibid. 21
Barry Buzan and Ole Waever, 2003, Regions and Powers: The Structure of International Security, United Kingdom: Cambridge University Press, Halaman 40
22
9
Menggunakan region sebagai alat analisa dapat secara jelas mengamati
konflik maupun kerjasama suatu negara dan hubungan keamanan
kontemporernya.23 Region yang menekankan pada kelompok negara yang berada
pada kondisi kedekatan geografis, menempatkan negara tetangga sebagai faktor
krusial pada hubungan ketergantungan dalam sistem yang kompleks. 24
Pertimbangan akan pentingnya tetangga bagi suatu negara mempengaruhi
berbagai aspek domestik, khususnya keamanan.
1.4.1.2Regional Security Complex
Menurut Buzan and Waever dalam bukunya, definisi awal dari Regional
Security Complex25 adalah:
“A group of states whose primary security concerns link together sufficiently closely that their national securities cannot reasonably
be considered apart from one another”.
Namun, definisi ini kemudian dirumuskan kembali dengan menggeser
keterpusatan pada negara dan fokus-fokus pada isu-isu militer-politik kemudian
memasukkan unsur-unsur kemungkinan adanya aktor-aktor security yang berbeda
dan dalam berbagai sektor dari security itu sendiri, sehingga definisi RSC
menjadi:
“A set of units whose major processes of securitization,
desecuritization, or both are so interlinked that their security problems cannot reasonably be analysed or resolved apart from one
another”.26
Dari kutipan definisi di atas menunjukkan bahwa unit-unit keamanan tidak lagi
sebatas keamanan klasik (militer), melainkan semua proses sekuritisasi,
desekuritisasi, atau keduanya yang terhubung, yang aspek-aspek keamanannya
23
Barry Buzan and Ole Waever, Op. Cit. 24
Hasan Ulusoy, Op. Cit. 25
Berikutnya akan disebut sebagai RSC 26
10
tidak bisa terpisahkan dari negara lain di kawasannya. RSC berbasis pada
balancing between amity and enmity, dengan kata lain hubungan antar negara
berupa pertemanan atau aliansi yang bercorak ketakutan. Dari perspektif historis,
penciptaan RSC dipengaruhi juga oleh proses dekolonisasi.27
Sebuah kawasan bisa dikualifikasikan sebagai RSC jika memenuhi poin
sebagai sekelompok negara atau entitas lain yang harus memiliki kadar
kesaling-ketergantungan security yang cukup bagi keduanya untuk menetapkan dirinya
sebagai satu kesatuan dan untuk membedakan mereka dari kawasan-kawasan
security yang mengelilinginya.28 RSC sendiri memiliki 3 bentuk utama, dua
bentuk pertama adalah kasus special dimana RSC adalah unipolar, yaitu power
concerned-nya terletak pada Great Power (bentuk pertama) atau pada Super
Power (bentuk kedua). Dalam bentuk ini Great Power atau Super Power inilah
yang mendominasi kawasan. Contoh RSC-Great Power adalah Russia dengan
Commonwealth of Independent States (CIS)29, sedangkan RSC-Super Power
adalah AS di Amerika Utara. Bentuk ketiga adalah kawasan yang terintegrasi
lebih oleh institusionalisasi daripada single power.30
RSC tidak lepas dari peran region, dalam artian kawasan, dengan kata lain
kedekatan geografis merupakan hal yang sangat berperan dalam pembentukannya.
Dampak dari kedekatan geografis dalam interaksi keamanan ini adalah
menguatnya interaksi sector-sektor lain seperti militer, politik, ekonomi, social
dan lingkungan. Di dalam RSC haruslah terdapat dinamika sekuritisasi, dimana
aktor-aktor dalam kawasan atau negara-negara yang tergabung di dalamnya harus
27
Ibid. 28
Ibid. 29
Berikutnya akan disebut sebagai CIS. CIS merupakan gabungan dari 12 negara-negara bekas Uni Soviet.
11
dapat saling menjaga stabilitas dan kohesivitas keamanan di tingkat regional.31
Hal ini berarti bahwa pencapaian keamanan, baik keamanan kawasan yang
nantinya bermuara pada keamanan nasional masing-masing negara di kawasan
tersebut, haruslah diwujudkan secara bersama-sama oleh aktor-aktor keamanan
dalam kawasan itu. Bukan hanya pada level aktor, melainkan juga pada level
isunya. Sesuai dengan perkembangannya, keamanan tidak lagi berorientasi pada
sektor militer saja, namun juga meliputi keamanan politik, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan tidak lagi bisa tercapai hanya
dengan mengandalkan sektor militer saja, melainkan keamanan harus tersusun
dari keamanan-keamanan di sektor yang lain. Keamanan non-militer ini sering
disebut sebagai soft security.32
1.4.1.3Perluasan Konsep Keamanan; Soft Security
Perluasan agenda keamanan didasarkan pada upaya teoritis dan
metodologis untuk memperlihatkan keterkaitan permasalahan-permasalahan baru
yang semula terlihat jauh dari hirauan otoritas negara menjadi persoalan yang
berkaitan dengan kemampuan sebuah negara untuk bertahan secara esensial.
Mengalihkan perhatian dari negara sebagai satu-satunya objek acuan serta
memperhitungkan aspek-aspek non-militer yang meliputi keseimbangan antara
militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan.33 Perluasan definisi dan agenda
keamanan ini dikatakan Barry Buzan;
“A security issue is posited (by securitizing actors) as a threat to the survival of some referent object (nation, state, the liberal
31
Ibid. 32
James Sperling dan Emil J. Kirchner, The Changing Definition of Security, Ohio; University of Akron, halaman 6
12
international economic order, the rain forest), which is claimed to have a right to survive. Focus on the question of when and under
what conditions who securitises what issue.”34
Salah satu wujud dari sumbangan penting soft security adalah ide untuk
membagi keamanan menjadi lima sektor tersebut yang berbeda namun terhubung
satu sama lain sebagai wujud dari keamanan yang menyeluruh.35
Mulai muncul dan berkembangnya isu-isu non-militer menjadi salah satu
penyebab munculnya perluasan definisi dari keamanan itu sendiri. Selain itu,
berkembangnya pembahasan bahwa stabilitas dan keamanan dari suatu
negara/bangsa tersusun oleh faktor-faktor multidimensional juga turut mendukung
semakin luasnya definisi dari keamanan saat ini. Juga mengenai perluasan definisi
dari threat/ancaman yang juga menyumbang perluasan definisi dari keamanan itu
sendiri.36 Berdasarkan pernyataan Richard H. Ullman, yang menyatakan adanya perluasan definisi dari ancaman juga mengindikasikan adanya perluasan definisi
dari keamanan, menyatakan bahwa;
“a threat to national security is an action or sequence of events that
(1) threatens drastically and over a relatively brief span of time to degrade the quality of life for the inhabitants of a state (states) or (2)
threatens significantly to narrow the range of policy choices
available to the government of a state (states) or to private, non-governmental entities (persons, groups, corporations) within a state (states).”37
Dalam perluasan definisi ancaman ala Ullman ini kemudian mucullah security
yang melampaui perspektif sempit dari kemanan militer diantaranya adalah
34
Barry Buzan, Op. Cit., halaman 78 35
Ibid. 36
Richard H Ullman, 1983, „Redefining Security‟, International Security, vol.8, No.1, halaman 133 dalam Jacob Hedenskog, Op. Cit, halaman 259
13
keamanan politik, keamanan lingkungan, keamanan ekonomi dan keamanan
sosial.38
Dari teori diatas, penulis menggunakan Regional Security Complex Theory
sebagai alat untuk melihat fenomena di kawasan Rusia dan near abroad-nya.
Bukan melihat pada pembentukan RSC di kawasan tersebut, melainkan lebih pada
terganggunya keamanan nasional Rusia sebagai dampak dari terganggunya
keamanan kawasannya akibat perluasan UE yang memasukkan negara-negara
Baltik menjadi anggota baru UE yang secara otomatis menempatkan mereka di
dalam RSC kawasan UE. Rusia sebagai Great Power di kawasan tersebut, dengan
ke-unipolarannya, adalah yang paling berhak menjaga keamanan kawasan dengan
menjamin keamanan negara-negara di dalamnya. Dan dengan perluasan yang
telah dilakukan ini membawa perubahan pada komposisi dan dinamika kawasan
yang menyebabkan instabilitas sehingga berimbas pada terancamnya keamanan
kawasan, juga keamanan negara-negara di dalamnya.
Keamanan nasional suatu negara tidak bisa hanya berdasarkan keamanan
negara itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh keamanan kawasannya. Oleh
karena itu, keamanan suatu negara tidak bisa dipisahkan dari negara-negara yang
lain di sekitarnya.39 Kedekatan geografis suatu negara dengan negara lain
mempunyai andil yang besar dalam menentukan keamanan nasional negara
tersebut. Hal ini sangat wajar karena aksi/tindakan negara tetangga menjadi hal
yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan di negara tersebut.
Seperti halnya situasi RSC di kawasan Rusia, Rusia sebuah negara besar
yang dikelilingi perbatasan langsung terbanyak di dunia dengan negara-negara
38
Paul D. Williams, 2008, Security Studies; an Introduction, London and New York: Routledge, halaman 38
39
14
yang menyebar dari barat hingga selatan wilayahnya. Namun yang menjadi fokus
Rusia tentu saja adalah negara-negara terdekat yang pada sejarahnya pernah
menjadi satu kesatuan dalam Uni Soviet. Oleh karena itu, region dalam meneliti
Rusia mengarah pada kawasan Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet, baik
yang tergabung dalam CIS maupun tidak (yang disebut Rusia dengan term near
abroad). Kawasan Rusia dapat disebut sebagai RSC karena sudah memenuhi
kualifikasi.
RSC kawasan Rusia ini dapat digolongkan pada bentuk pertama RSC,
yaitu RSC-Great Power concerned dimana mengusahakan terciptanya security
management dengan menekankan pentingnya usaha dari negara besar/powerful di
suatu kawasan untuk menciptakan keamanan kawasan. Kontribusi negara-negara
powerful tersebut menjadi penting karena nasib keamanan kawasan menjadi
tanggung jawab mereka. Begitu halnya dengan kawasan Rusia. Keamanan
kawasannya haruslah hanya menjadi tanggung jawab Rusia sendiri disinilah peran
Great Power tersebut diperlihatkan. Seperti dalam bukunya, Barry Buzan dan Ole
Waever mengatakan bahwa;
“The RSC is clearly centred on a Great Power. Russia was until recently a superpower, and is still a Great Power… The Baltic states
are in the Russia-centred RSC irrespective of how much they dislike
this. A final complication in relation to the Baltic subregion is
Kaliningrad, sometimes called the fourth Baltic republic, but a Russian enclave accessible from (the rest of) Russia only via Belarus and either Lithuania or Poland, and home to a large naval base in
rapid deterioration.”40
Penting untuk menekankan perhatian pada menemukan definisi dari apa
itu wujud keamanan dalam kawasan menurut Rusia, karena di penelitian ini Rusia
40
15
lah sebagai Great Power-concerned-nya. Dalam the theories of Russian Foreign
Policy: the imposed insecurity theory41 dikatakan bahwa;
“This theory closely concerns about nations in close proximity to
Russia. This theory holds that Russian security depends directly on the insecurity of its neighbours. By keeping neighbouring nations in a near-constant state uncertainty and dependence, this will ideally keep that nation dependent on Russia for economic or social stability. A theory of imposed insecurity foresees an aggressive Russia constantly pushing and prodding at the borders of neighbouring states to exploit their weakness and keep them from
fully embracing the West”.
Dari sini definisi RSC berdasarkan sudut pandang Rusia yaitu, bagi Rusia
wujud keamanan dalam kawasannya adalah ketika near abroad-nya berada pada
suatu kondisi tidak aman sehingga akan terus bergantung pada Rusia. Maka
keamanan regional di kawasannya akan terwujud jika hanya ada Rusia saja yang
berperan sebagai Great Power di kawasan tersebut. Namun, keamanan kawasan
Rusia menjadi terancam karena selain hadirnya UE di kawasannya, juga karena
perluasan UE yang akhirnya menjadikan 3 negara Baltik resmi sebagai anggota
baru UE, yang tadinya masih sebagai bagian dari kawasan Rusia dan masih berada
dalam kondisi insecure yang sengaja diciptakan Rusia untuk memastikan
keamanan kawasan dan nasionalnya, sekarang berada di bawah naungan dan
perlindungan UE yang tentunya mempunyai mekanisme tersendiri untuk
mengatasi kondisi insecure di negara anggotanya. Sehingga menurut Rusia, hal ini
menjadi ancaman pada keamanan kawasan dan nasionalnya. Definisi dari
ancaman menurut Barry Buzan didefinisikan sebagai:
“A host complex factors which make both their direct outcome and
their broad consequences highly uncertain. So ambiguous and knowledge of them is limited.”42
41
Tyler J. Pack, 2011, Chechnya, Georgia, and Theories for Foreign Policy, All graduate Reports and Creative Projects, Paper 10, diambil dari at http://digitalcommons.usu.edu/gradreports/10 42
16
Berbagai hal bisa didefinisikan sebagai ancaman, tergantung dari
pendefinisian subjek itu sendiri terhadap objek yang dihadapi. Dalam fenomena
ini, Rusia mendefinisikan perluasan UE ke negara-negara Baltik sebagai ancaman
terhadap keamanan kawasannya, perluasan ini mengacaukan RSC karena adanya
external power dari kawasan yang berbeda masuk ke dalam kawasan Rusia.
Ancaman pada keamanan Rusia akibat dari perluasan UE adalah munculnya
pembatasan akses-akses Rusia dalam upayanya mewujudkan politik luar
negerinya dan menjaga pengaruh serta prestige di kawasannya, instabilitas
kawasan karena gelombang demokratisasi Barat di kawasannya yang
mempengaruhi domestik Rusia, ketidakpastian akan nasib dan status
kewarganegaraan “Russian-speaking minorities” di negara-negara Baltik dan
perubahan corak kerjasama eksternal Rusia dengan near abroad-nya sebagai imbas
dari adopsi aturan dan standar UE di negara anggota baru dan juga
negara-negara tetangga barunya. Khususnya dalam mewujudkan dan menjaga keamanan
non-militernya, soft security-nya, seperti dampak-dampak perluasan UE pada soft
security Rusia yang telah diuraikan sebelumnya.
1.4.2Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang dampak perluasan UE ke
Negara-negara Baltik terhadap soft security Rusia, telah ada yang meneliti
17
penelitian ini. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Olga Mrinska43,
Igor Egorov44 dan Erry Mega Herlambang45.
Penelitian yang dilakukan oleh Olga Mrinska mengenai dampak perluasan
UE pada negara tetangga barunya yang menjadikannya berbatasan langsung
dengan Ukraina. Olga meneliti mengenai dampak kebijakan-kebijakan yang
diterapkan UE, baik terhadap negara-negara anggota barunya maupun terhadap
negara-negara tetangga barunya hasil dari perluasan, kepada Ukraina khususnya
dalam sektor ekonomi dan sosial. Terutama perluasan tahap kelima yaitu the
Eastern Enlargement tahun 2004 dengan masuknya 10 negara yang hampir
sebagian besar berbatasan langsung dengan Ukraina menjadikannya diapit oleh
UE dan Russia. Berada di posisi ini, Ukraina mengalami gejolak internal dimana
dampak dari perluasan ini membagi Ukraina menjadi 2 kubu, yaitu kubu
pro-Barat dan pro-Rusia. Ukraina menilai perluasan UE semakin merenggangkan
hubungan 2 kubu Ukraina tersebut. Hal ini ercermin dari kesenjangan ekonomi
yang timbul sebagai konsekuensi atas berbatasan langsungnya wilayah
barat-tengah Ukraina dengan batas terluar baru wilayah UE yang secara signifikan
mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup warga perbatasannya.
Sedangkan wilayah timur-selatan Ukraina yang secara keseluruhan sangat
bergantung kepada pasar Rusia dan CIS. Kesenjangan social dan ekonomi ini
memicu timbulnya konflik, dan akan memberikan potensi ancaman bagi
43
Olga Mrinska, The Impact of EU Enlargement on the External and Internal Borders of the New Neighbours: The Case of Ukraine, dalam James Wesley Scott, 2006, EU Enlargement, Region Building and Shifting Borders of Inclusion and Exclusion, Burlington: Ashgate Publishing Company, halaman 81
44
Igor Egorov, 2002, The Impact of EU Enlargement on Economic Policy of the Post-Soviet States, artikel diambil dari http://www.eadi.org/fileadmin/WG_Documents/Reg_WG/egorov.pdf, diakses 2 Oktober 2012
45
18
keamanan domestik Ukraina, ancaman pada stabilitas domestik dan keamanan
sosial-ekonominya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Olga Mrinska ini
membuktikan bahwa perluasan UE menimbulkan dampak pada Ukraina, terutama
dampak pada keamanan sosial dan ekonomi. Penelitian ini mendukung penulis
dalam poin bahwa perluasan UE menimbulkan dampak pada negara-negara
tetangganya. Olga hanya menguraikan mengenai dampak perluasan pada
ekonomi-sosial Ukraina hanya dengan mengandalkan kerangka kedekatan
geografis, sedangkan penulis akan secara lebih kompleks melibatkan faktor-faktor
lain dan teori RSC pada penelitian dampak perluasan UE terhadap Rusia.
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Igor Egorov
dengan judul “The Impact of EU Enlargement on economic policy of the
post-Soviet states” menjelaskan tentang perluasan UE yang mengakibatkan dampak
tidak hanya pada negara-negara CEE tapi juga pada Rusia, Ukraina, Belarus dan
Moldova yang sekarang mempunyai batas yang sama dengan UE. Dampak
tersebut adalah timbulnya masalah-masalah serius terutama mengenai rezim baru
di perbatasan dan aturan cukai baru yang menyebabkan Rusia, Ukraina, Belarus
dan Moldova malah menderita kerugian lebih daripada Hungaria, Polandia dan
Republik Ceko; pekerja dan bisnis-bisnis kecil negara-negara ex-Soviet menderita
sebagai akibat dari aturan visa baru dalam aturan UE; meningkatnya jumlah
pengangguran di perbatasan; dan perumusan kembali aturan perdagangan dari
CEE kepada negara-negara tersebut merugikan. Dengan adanya masalah-masalah
ini stabilitas kawasan eropa terganggu khususnya di eropa bagian tengah dan
timur tempat dimana perluasan dilakukan. Dari penelitian Igor ini, penulis
masalah-19
masalah yang serius terhadap negara-negara yang menjadi berbatasan langsung
dengan UE pasca perluasan dilakukan. Namun Igor hanya secara deskriptif
menguraikan masalah-masalah yang ditimbulkan saja tanpa menggunakan
kerangka teori untuk menganalisa mengapa masalah tersebut muncul. Sedangakan
penulis akan memasukkan berbagai faktor dan menggunakan kerangka teori RSC
untuk menganalisa dampak perluasan UE pada Rusia.
Penelitian ketiga yang digunakan penulis adalah penelitian Erry Mega
Herlambang yang berjudul “Pengaruh Perluasan Keanggotaan NATO ke Eropa
Timur terhadap Kebijakan Luar Negeri Rusia ke Georgia” yang menguraikan
bahwa kebijakan-kebijakan NATO yang menempatkan senjata nuklir sebagai
basis pertahanan nasionalnya di Chekoslovakia dan Polandia serta latihan
miloternya bersama Georgia dianggap sebagai sebuah bentuk ancaman serta
intervensi ke dalam wilayah Rusia. Rusia merasa terancam karena Rusia masih
menganggap kawasannya sebagai bagian dari pengaruh kekuasaannya. Dan
karakteristik Rusia (yang banyak dipengaruhi oleh karakter Putin) sangat terlihat
dalam penelitian ini sebagai Great Power kawasan yang memiliki tanggungjawab
besar terhadap warisan kekuasaan Uni Soviet. Karena itu, arah kebijakannya saat
ini pun sangat terkonsentrasi untuk mengembalikan lagi kejayaan Uni Soviet
dalam bentuk Rusia. Dengan menggunakan Poliheuristic Theory milik Alex
Mintz dan Nenemia Geva, Erry menjelaskan mengapa dan bagaimana tingkat
keagresifitasan Rusia meningkat khususnya ke Georgia pasca perluasan NATO ke
Eropa Timur. Menurut teori yang berasumsi dasar bahwa political leader sebagai
si pengambil kebijakan selalu menyertakan aspek kognitif dan rasionalitas yang
20
analisis untuk memilih alternative terbaik dalam upaya meminimalkan resiko dan
meningkatkan keuntungan. Putin (sebagai political leader di Rusia) merupakan
pemimpin kuat dalam pemerintahan Rusia, karenanya kebijakan Rusia banyak
dipengaruhi oleh paham Great Power, doktrin militer Rusia, budaya Achetypes
dan nasionalisme Putin. Hal inilah yang mendominasi kebijakan peningkatan
agresifitas Rusia pasca perluasan NATO ke Eropa Timur terutama mengenai
konflik Ossetia Selatan dengan Georgia. Penelitian Erry ini menjadi salah satu
penyokong penelitian penulis pada poin karakteristik Rusia dengan klaim Great
Power-nya, tanggungjawab sebagai penguasa kawasan dan faktor kental Putin
dalam kebijakannya. Meskipun perbedaannya terletak pada NATO yang
merupakan collective security, sedangkan UE adalah regionalisme. Namun
keduanya bisa disetarakan dalam kategori external power dari luar kawasan Rusia.
Karena itu, Rusia tetap menterjemahkan hal tersebut sebagai ancaman, meskipun
[image:20.595.107.514.498.749.2]dalam objek yang berbeda.
Tabel 1.1 Posisi Penulisan
No. Nama/Judul Metodologi Hasil 1 Olga Mrinska/
The Impact of EU Enlargement on the External and Internal Borders of the New Neighbours: The Case of Ukraine
- Deskriptif - Hanya memakai
kerangka kedekatan geografis - Fokus hanya
pada sektor sosial-ekonomi
Bahwa perluasan UE kelima ke CEE membuat Ukraina diposisikan terjepit antara 2 kekuasaan besar yaitu UE dan Rusia. Hal ini menimbulkan masalah sosial-ekonomi di internal Ukraina yang menyebabkan stabilitas dan keamanan negaranya terguncang
2 Igor Egorov/
The Impact of EU
Enlargement on
Economic Policy of the Post-Soviet States - Deskriptif - Hanya menguraikan masalah-masalah yang ditimbulkan
21 perluasan UE terhadap Rusia, Ukraina, Moldova dan Belarus
yang sama dengan UE yaitu Rusia, Ukraina, Moldova dan Belarus sebagai dampak dari perluasan tahap lim, terutama pada sektor ekonomi.
3 Erry Mega Herlambang/ Pengaruh Perluasan Keanggotaan NATO ke Eropa Timur terhadap Kebijakan Luar Negeri Rusia ke Georgia
- Eksplanatif - Memakai
Poliheuristic Theory - Fokus pada
Putin sebagai political leader-nya
Bahwa perluasan NATO ke Eropa Timur yang disertai dengan kebijakan-kebijakan beraninya membuat agresifitas Rusia meningkat terutama mengenai konflik Ossetia Selatan dengan Georgia. Hal ini dikarenakan Rusia (melalui Putin) menterjemahkan hal tersebut sebagai ancaman dan intervensi dalam wilayahnya.
4 Laillatur Riva (penulis)/ Dampak Perluasan Uni Eropa ke negara-negara Baltik terhadap soft security Rusia - Eksplanatif - Memakai Regional Security Complex Theory - Fokus pada
karakteristik Rusia
Bahwa perluasan UE, terutama tahap kelima ke CEE khususnya ke 3 negara Baltik yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania yang merupakan negara-negara pembentuk kesatuan Uni Soviet era Perang Dingin, adalah ancaman menurut Rusia (berdasarkan karakteristik Rusia). Rusia pun bersikap responsif karena dampak-dampak dari perluasan tersebut telah mengguncang stabilitas kawasannya dan domestiknya.
1.5Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
22
eksplanatif melihat bagaimana persoalan kemudian diusahakan untuk dijelaskan
secara sederhana, sistematis dan mengungkapkan fakta-fakta serta mencari
hubungan antara fenomena yang diselidiki dengan teori dan konsep. Penulis
berusaha untuk mengamati hubungan-hubungan antara variabel-variabel
penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan.
Judul dari penelitian ini adalah dampak perluasan UE ke Negara-negara
Baltik terhadap soft security Rusia. Dari judul tersebut kita bisa
mengidentifikasikan variabel-variabel dalam ilmu hubungan internasional atau
level analisa. Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu:
1. Perluasan UE ke Negara-negara Baltik sebagai unit eksplanasi atau level
analisa atau disebut juga variabel independen karena dalam penelitian
perluasan UE ke Negara-negara Baltik merupakan suatu fenomena yang
akan dijelaskan oleh penulis.
2. Dampak perluasan pada soft security Rusia sebagai unit analisa atau
variabel dependen karena dalam penelitian ini nantinya dampak perluasan
pada soft security Rusia tersebut yang akan dianalisa oleh penulis.
Dilihat dari pembagian diatas, maka dapat diketahui bahwa unit
eksplanasinya atau level analisanya berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada
unit analisa sehingga penelitian ini akan bersifat induksionis.
1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.2.1 Batasan Waktu Penelitian
Penelitian ini berfokus pada periode proses dan pasca dilaksanakannya
perluasan UE tahap kelima yaitu pada Mei 2004 terhadap Negara-negara Baltik.
23 1.5.2.2Batasan Materi Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan adanya batasan penelitian, tujuannya
adalah agar pembahasan masalah berkembang ke arah sasaran yang tepat dan
tidak keluar dari kerangka permasalahan yang ditentukan. Adapun batasan materi
dari penelitian ini adalah penulis akan membahas mengenai mengapa perluasan
UE ke Negara-negara Baltik berdampak pada keamanan soft security Rusia,
dengan indikator soft security adalah dalam aspek non-militer.
1.5.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah melalui
studi pustaka untuk lebih mengakuratkan penelitian dari sisi keilmuan. Metode ini
dilaksanakan dengan mencari data-data yang berkaitan dengan topik
permasalahan yang diangkat melalui penelitian terhadap buku, tulisan, artikel dan
sumber-sumber berita lainnya di media cetak maupun elektronik.
1.5.4 Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah metode
eksplanatif. Analisa data menyangkut kegiatan reduksi, penyajian data dan
menarik kesimpulan. Langkah melakukan reduksi data meliputi kegiatan memilih
data yang relevan dengan tujuan dan tema penelitian, menyederhanakan data
dengan tanpa mengurangi maknanya atau bahkan membuang data yang sekiranya
memang tidak dibutuhkan. Data terpilih kemudian akan dipahami dan kemudian
dijelaskan melalui pemahaman intelektual yang logis.
24
Skema penelitian yang dibuat semacam peta konsep berpikir dalam
penyusunan dan pelaksanaan penelitian sebagai alat bantu memperjelas alur
rangkaian dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
berdampak
Rumusan masalah
Teori
locus
focus
1.5.6 Hipotesa 1.5.6 Hipotesa
Perluasan UE, terutama tahap kelima ke CEE khususnya ke 3 negara
Baltik yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania yang merupakan negara-negara
pembentuk kesatuan UNI SOVIET era Perang Dingin, adalah ancaman menurut
Rusia (berdasarkan karakteristik Rusia). Memang bukan ancaman secara militer
yang timbul, karena UE bukanlah suatu kerjasama/pakta/aliansi pertahanan. Jadi
soft security Rusia lah yang terancam. Rusia sebagai rezim, Great Power di
kawasannya, mengikrarkan dirinya sebagai yang paling berhak menjaga
keamanan negara-negara di kawasannya (RSC tipe Great Power-concerned). Oleh Mengapa perluasan EU ke
Negara-negara Baltik berdampak pada soft security Rusia?
Regional Security Complex Theory
Soft security Rusia Keamanan Rusia
Perluasan EU ke Negara-negara
Baltik
25
karena itu Rusia pun bersikap responsif karena dampak-dampak dari perluasan
tersebut telah mengguncang stabilitas kawasannya dan domestiknya.
Dampak-dampak tersebut timbul sebagai akibat dari adanya transformasi sistem di
lingkungannya sebagai imbas dari adopsi aturan-aturan dan standar-standar UE
oleh negara-negara anggota baru dan negara-negara tetangga baru (yang juga
merupakan near abroad-nya Rusia).
1.5.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian dalam bab
skripsi. Pembangian ini akan disesuaikan berdasarkan kerangka pemikiran yang
membentuk keseluruhan dari penelitian ini. Sistemika penulisan dalam penelitian
[image:25.595.110.519.440.736.2]ini digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan
Bab Bahasan Pokok
Bab I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metodologi Penelitian Bab II: Perluasan Uni
Eropa ke Negara-negara Baltik
2.1Sekilas Pandang Integrasi Eropa 2.2Kebijakan Perluasan Uni Eropa
2.3Perluasan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik Bab III: Karakteristik dan
Sejarah Rusia; Klaim Great Power dan Soft Security ala Rusia
3.1 Karakteristik Rusia
3.2 Pandangan Rusia terhadap Perluasan Uni Eropa 3.3 Respon Rusia terhadap Perluasan Uni Eropa 3.4 Hubungan Rusia dengan Negara-negara Baltik 3.5 Rusia Pasca Perluasan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik
Bab IV: Dampak Perluasan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik terhadap Soft Security Rusia
i SKRIPSI
DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) strata-1
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Oleh:
LAILLATUR RIVA NIM : 08260021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Laillatur Riva
NIM : 08260021
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Hubungan Internasional
Judul skripsi : DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA
BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA
Disetujui,
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Ruli I. Ramadhoan, M.Si. Dr. Wahyudi, M. Si.
Mengetahui,
Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan
Hubungan Internasional
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Laillatur Riva
NIM : 08260021
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Hubungan Internasional
Judul skripsi :
DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari: Senin
Tanggal: 22 Oktober 2012
Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional
Mengesahkan,
Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi, M. Si.
Dewan Penguji:
1. Tonny Dian Effendi, M. Si ( )
2. Drs. Asep Nurjaman, M. Si ( )
3. Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si ( )
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Laillatur Riva
Tempat, tanggal lahir : Malang, 28 Juli 1990
NIM : 08260021
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Hubungan Internasional
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA
BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Malang, 12 Oktober 2012
Yang menyatakan,
v
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama : Laillatur Riva
2. NIM : 08260021
3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Jurusan : Hubungan Internasional
5. Judul Skripsi : DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE
NEGARA-NEGARA BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA
6. Pembimbing : 1. Ruli Inayah RAmadhoan, M.Si.
2. Dr. Wahyudi, M.Si.
7. Kronologi Bimbingan :
Tanggal Paraf
Pembimbing I Tanggal
Paraf Pembimbing II Keterangan 11 Oktober 2011 11 Oktober 2011 Pengajuan Judul Skripsi 10 Februari 2012 10 Februari 2012
ACC Bab I
1 Oktober
2012
8 Oktober
2012
ACC Bab II
8 Oktober
2012
8 Oktober
2012
ACC Bab III
12 Oktober
2012
8 Oktober
2012
ACC Bab IV
12 Oktober
2012
8 Oktober
2012
ACC Bab V
vi
Laillatur Riva, 2012, 08260021, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA BALTIK TERHADAP SOFT SECURITY RUSIA, Dosen Pembimbing I: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si dan Dosen Pembimbing II: Dr. Wahyudi, M.Si
ABSTRAKSI
European Union (EU) merupakan regionalisme di kawasan Eropa yang telah mencapai level integrasi tinggi. Regionalisme yang pada mulanya beranggotakan 6 negara pendiri ini mengeluarkan kebijakan perluasan kepada negara-negara Eropa lainnya yang berhasil menambah keanggotaan menjadi 27 negara melalui lima tahapan perluasan. Dari kelima tahapan tersebut, tahap kelima-lah yang menjadi sorotan karena memasukkan 10 negara Eropa Tengah dan Timur (CEE) termasuk diantaranya 3 negara Baltik (Estonia, Latvia dan Lithuania) yang mana merupakan negara-negara mantan sekutu dan republik USSR. Ketiga negara Baltik tersebut memiliki karakteristik internal yang sangat berbeda dengan negara-negara anggota pendahulunya dalam EU. Hal ini menyebabkan terjadinya transisi internal di negara-negara Baltik sebagai upaya untuk mengharmonisasikan diri dengan EU. Transisi ini menyebabkan instabilitas domestik Baltik yang mempengaruhi keamanan kawasan dan negara-negara dalam kawasan tersebut, terutama Rusia.
Rusia merupakan negara besar dan Great Power dalam kawasannya, serta mempunyai nilai-nilai dan karakteristik khas yang berbeda dengan nilai-nilai dalam EU yang mulai disebarkan kepada negara-negara anggota dan tetangga-tetangga barunya, yang juga merupakan “near abroad” Rusia. Karena itulah perluasan EU ke negara-negara Baltik ini diterjemahkan oleh Rusia sebagai ancaman terhadap keamanan kawasannya dan keamanan nasionalnya. Sebagai respon dari perluasan ini, Rusia mengeluarkan tindakan-tindakan terkait dengan timbulnya dampak-dampak dari perluasan pada internal Rusia terhadap negara-negara Baltik, “near abroad”-nya dan EU. Perluasan ini menimbulkan dampak-dampak pada internal Rusia, terutama pada kemanan non-militernya (politik, ekonomi dan sosial/soft security), dikarenakan masuknya Great Power lain (EU) dalam kawasan Rusia (RSC Rusia) dan mengakibatkan terjadinya benturan kekuasaan dan pengaruh sehingga menimbulkan instabilitas pada keamanan kawasan juga keamanan negara-negara di dalamnya.
Kata Kunci: EU, Baltik, Rusia, kawasan, soft security.
Malang, 12 Oktober2012 Penulis
Laillatur Riva Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
vii
Laillatur Riva, 2012, 08260021, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of International Relations, THE
IMPACT OF EUROPEAN UNION’S ENLARGEMENT TO THE BALTIC
STATES TOWARD RUSSIA'S SOFT SECURITY, Major-Advisor: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si and Co-Advisor: Dr. Wahyudi, M.Si
ABSTRACT
European Union (EU) is regionalism in Europe region which already in the high level of integration. Regionalism that in the beginning contains of 6 founder countries issued an enlargement policy towards the rest of Europe which successfully added the membership become 27 member countries within five rounds of enlargement. The fifth enlargement become the most attention because the accession of 10 Central and Eastern European (CEE) countries, including 3 Baltic States (Estonia, Latvia and Lithuania) which are alliance and ex-republics of USSR. The three of the Baltic States have a very different internal characteristic with the EU‟s former. This caused an internal transition within Baltic States as their attempts to harmonize with EU. This transition stirs the Baltic States‟ domestic instability which influences the regional security and the countries within, foremost Russia.
Russia as a big country and Great Power in her region, own a different values and characteristic with EU that started to spread its values to the new members and new neighbors, which are as a Russia‟s near abroad. That‟s why the EU enlargement to the Baltic States defined by Russia as a threat to her regional and national security. As a respond toward the EU enlargement, Russia issued actions related the impact of this enlargement to the Russia‟s internal towards Baltic States, her near abroad and EU. This enlargement raised impacts to the Russia‟s internal, particularly to the non-military security (politic, economy and social/soft security) because the entrance of the other Great Power (EU) within Russia‟s region (RSC) and conduce a bump of power and influence take place created an instability in the region and the countries within.
Key Words: EU, Baltic, Russia, Region, soft security
Malang, October 12th 2012 Writer
Laillatur Riva
Knowing,
Major-Advisor Co-Advisor
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu‟alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.
Alhamdulillah, sesemesta pujian dan sesamudra syukur terhatur kehadirat
Allay SWT, Rabb semesta alam. Rabb yang telah menunjukkan hidayah Islam dan
menancapkan iman di lubuk hati yang paling dalam. Rabb yang telah
mempermudah segala urusan dan persoalan. Dan dengan segala nikmatnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: DAMPAK
PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA BALTIK TERHADAP
SOFT SECURITY RUSIA.
Penulis menyadari bahwa di dalam proses pengerjaan dan penyajian
skripsi ini masih terdapat celah-celah kekurangan yang perlu disempurnakan.
Oleh karena itu, masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis untuk membantu menutup celah kekurangan tersebut.
Dengan selesainya tulisan ini maka penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang tidak pernah „meninggalkan‟ penulis dalam keadaan apapun,
semoga Allah memberkati tulisan ini.
2. Kedua orang tua, Ibu dan Bapakku tersayang, Ibu Sumarni dan Bapak Sulkan
Sutrisno, yang telah mendidikku untuk menjadi pribadi yang cerdas dan
mandiri. Terlahir sebagai anak dari Ibu dan Bapak tercinta merupakan karunia
yang luar biasa dan hal yang paling kusyukuri. Semoga Ibu dan Bapak tak
ix
skripsi ini kupersembahkan kepada Ibu dan Bapak tersayang sebagai bukti
kesuksesan didikan kalian berdua.
3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Malang, merangkap sebagai Dosen
Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan terhadap penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Tonny Dian Effendi, M.Si selaku Ketua Jurusan Hubungan
Internasional yang juga merangkap sebagai Dosen Wali angkatan 2008.
5. Bapak Victory Pradhitama, M.Si dan Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si,
selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan ide,
motivasi dan membimbing serta memberikan banyak sekali masukan dalam
penulisan ini.
6. Segenap Dosen Jurusan Hubungan Internasioanl
7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan konstribusi,
sekalipun kecil, yang tidak hanya akan bermanfaat untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional di
lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang, melainkan juga terhadap disiplin
Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia secara umum. Amien.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.
Malang, 12 Oktober 2012
Penulis,
xii DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1 La tar Belakang ……… 1
1.2 Ru musan Masalah ……….. 5
1.3 Tu juan dan Manfaat Penelitian ……….. 5
1.3.1 Tu juan Penelitian ……….. 5
1.3.1.1 Tu juan Umum ……….. 5
1.3.1.2 Tu juan Khusus ……….. 5
1.3.2 M anfaat Penelitian ………. 5
1.3.2.1 M anfaat Teoritik ……… 5
1.3.2.2 M anfaat Praktis ………... 6
1.4 Ke rangka Pemikiran ………. 6
1.4.1 Re gional Security Complex Theory ……….. 6
1.4.1.1 Studi Security and Regions...……… 6
1.4.1.2 Regional Security Complex ……….. 9
1.4.1.3 Perluasan Konsep Keamanan; Soft Security.………. 11
1.4.2 Penelitian Terdahulu ……….. 16
xiii
1.5.1 M
etode Penelitian …………..………. 22
1.5.2 Ru
ang Lingkup Penelitian ……….. 22
1.5.2.1 Ba
tasan Waktu Penelitian ………...………. 22
1.5.2.2 Ba
tasan Materi Penelitian ……… 23
1.5.3 M
etode Pengumpulan Data ………. 23
1.5.4 M
etode Analisa Data ……….. 23
1.5.5 Al
ur Pemikiran ……… 23
1.5.6 Hi
potesa ………... 24
1.5.7 Si
stematika Penulisan ………. 25
BAB II PERLUAASAN KEANGGOTAAN UNI EROPA KE
NEGARA-NEGARA BALTIK………. 26
2.1 Se
kilas Pandang Integrasi Eropa …….. ………. 27
2.2 Ke
bijakan Perluasan Uni Eropa ………. 28
1. Th
e First Enlargement ……….……… 31
2. Th
e Second Enlargement ………. 31
3. Th
xiv
4. Th
e Fourth Enlargement ……….. 32
5. Th
e Fifth Enlargement (i and ii) ……….. 33
2.3 Pe
rluasan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik (Estonia, Latvia dan Lithuania
……….... 34
2.3.1 Nega
ra-Negara Baltik Sebelum Menjadi Anggota Uni Eropa …..…... 34
2.3.2 Perlu
asan Uni Eropa ke Negara-Negara Baltik ………... 37
2.3.3 Ke
bijakan-kebijakan Uni Eropa terkait Perluasan ………..………... 38
2.3.3.1 Ke
bijakan terhadap Calon Anggota………...…... 38
1. Cope
nhagen Criteria………..….. 38
2.3.3.2 Kebij
akan terhadap Negara-Negara Anggota…….………….. 39
1. Acqui
s Communautaire ……….. 39
2. Trakt
at-traktat UE ……….. 40
2.3.3.3 Kebij
akan-Kebijakan terhadap Negara-Negara Tetangga Baru
……….. 47
1. Euro
pean Neighborhood Policy (ENP) ………. 47
2.3.4 Dam
pak Peluasan Uni eropa terhadap Internal Negara-Negara Baltik
xv
2.3.4.1 Eston
ia ………. 53
2.3.4.2 Latvi
a ……….. 55
2.3.4.3 Lithu
ania ………. 57
BAB III KARAKTERISTIK DAN SEJARAH RUSIA;
KLAIM GREAT POWER DAN SOFT SECURITY ALA RUSIA…………..59
3.1 Ka
rakteristik Rusia ………. 59
3.1.1 Kl
aim Great Power Rusia ………..………... 60
3.1.2 De
mokrasi dalam Perspektif Rusia ………... 64
3.1.3 Se
curity dalam Perspektif Rusia ……… 67
3.1.4 So
ft Security dalam Perspektif Rusia ……… 68
3.2 Pandangan Rusia Mengenai Perluasan Uni Eropa ……….……… 70
3.3 Re
spon Rusia terhadap Perluasan Uni Eropa……….………. 73
3.4 H
ubungan Rusia dengan Negara-Negara Baltik ………. 76
3.4.1 Ka
rakteristik Hubungan Rusia dengan Negara-Negara Baltik………. 76
3.4.2 Ru
sia –Estonia ……… 80
3.4.2 Rusia –Latvia ………... 81 3.4.3 Rusia – Lithuania ………. 83
3.5 Ru
xvi
BAB IV DAMPAK PERLUASAN UNI EROPA KE NEGARA-NEGARA
BALTIK TERHADAP SOFT SECURITYRUSIA ………... 93
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………...101
5.2 Saran ………..102
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Posisi Penulisan……….20
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan………25
Tabel 2.1 Time Line Integrasi Eropa……….26
Tabel 2.2 Negara-Negara Baltik dalam Pandangan EU………38
xvii
Tabel 2.4 Kewarganegaraan dan Etnisitas di Latvia ………56
Tabel 2.5 Prosentase ekspor-impor Latvia dengan negara-negara lain …………57
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Asrudin, Mirza Jaka Suryana, dkk. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional
dari Tradisional ke Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Avery, Graham and Yvonne Nasshoven. 2008. The European Neigborhood
Policy; Challenges and Prospects. Brussels: Trans European Policy
Studies Association
Berg, Eiki and Piret Ehin. 2009. Identity and Foreign Policy; Baltic-Russian
Relations and European Integration. Burlington: Ashgate Publishing
Company
Bindi, Federiga. 2010. The Foreign Policy of the European Union; Assesing
Europe‟s Role in the World. Washington: The Brookings Institutios
Buzan, Barry. 1991. People, States & Fear. London: Harvester Wheatsheaf
Buzan, Barry and Ole Waever. 2003. Regions and Powers: The Structure of
International Security. United Kingdom: Cambridge University Press
Dando, William A. 2007. Russia; Modern World Nations. New York: Infobase
Publishing
Dougherty, James E. and Robert L. Pfaltzgraff, Jr. 2001. Contending Theories of
International Relations: A Comprehensive Survey (ed.5). New York:
Longman
Dunkerley, David, dkk. 2002. Changing Europe; Identities, nations and citizens.
xviii
Eliassen, Kjell A. 1998. Foreign and Security Policy in the European Union.
London: Sage Publications
Hedenskog, Jacob. 2005. Russia as a Great Power; Dimensions of Security Under
Putin. New York: Routledge
Hoff, Ted. 2008. Russia‟s European Choice. New York: Palgrave Macmillan
Jarve, Priit and Vadim Poleshchuk. 2009. Country Report; Estonia. Fiesole:
European University Institute Badia Fiesolana
Kaiser, Wolfram and Jurgen Elvert. 2004. European Union Enlargement A
Comparative History. New York: Routledge
Kanet, Roger E. 2007. Russia; Re-Emerging Great Power. New York: Palgrave
Macmillan
Kolarz, Walter. 1952. Russia and her Colonies. New York: Frederick A. Praeger,
Inc., Publishers
Kruma, Kristina. 2009. Country Report; Latvia. Fiesole: European University
Institute Badia Fiesolan
Kuris, Egidijus. 2009. Country Report; Lithuania. Fiesole: European University
Institute Badia Fiesolana
Oliker, Olga dkk. 2009. Russian Foreign Policy: Source and Implication.
California: Rand Corporation
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Scott, James Wesley. 2006. EU Enlargement, Region Building and Shifting
Borders of Inclusion and Exclusion. Burlington: Ashgate Publishing
xix
Sperling, James dan Emil J. Kirchner. The Changing Definition of Security, Ohio;
University of Akron
Telo, Mario. 2007. European Union and New Regionalism. Burlington: Ashgate
Publishing Company
Watts, Duncan. 2008. The European Union. Edinburgh: Edinburgh University
Press Ltd
Williams, Paul D. 2008. Security Studies; an Introduction. London and New
York: Routledge
Sumber Artikel dan Jurnal:
Bailes, Alyson J. K. and Andrew Cottey. 2006. Regional Security Cooperation in
the Early 21st Century dalam SIPRI Yearbook 2006: Armaments, Disarmament and International Security
Bleire, Daina, dkk. 1999. The Impact of European Integration Processes on Baltic
Security. A paper presented in NATO Fellowship Programme Final
Report
Budrytė, Dovilė. Back in the USSR or New Initiatives in Lithuania‟s Foreign
Policy after the Dual Enlargement. Brenau University, Gainesville, GA
(USA). artikel diambil dari http://www.norface.org/files/s1-budryte.pdf
Buhbe, Matthes. 2007. Russia, EU and the Baltic States; The Future of
Partnership and Cooperation, Interests, Concepts, Implementation.
Vilnius, April 19th-20th, 2007
Casier, Tom. 2004. The EU‟s Proximity Policy and Governance Beyond the
xx
Bologna, June 24th-26th 2004. Retrieved at
http://www.jhubc.it/ecpr-bologna
Comelli, Michele. 2005. The Approach of the European Neighborhood Policy
(ENP); Distintcive Features and Differences with the
Euro-Mediterranean Partnership. European Network of Jean Monnet Centers
of Excellence (IGC Net) in cooperation with IEP Paris and TEPSA,
Brussels, November 17th 2005
DeBardeleben, Joan. 2008. The Impact of EU Enlargement on the EU-Russian
Relationship. Paper presented to a meeting of the International Studies
Association, Ljubljana, Slovenia, July 23rd-26th 2008
Egorov, Igor. 2002. The Impact of EU Enlargement on Economic Policy of the
Post-Soviet States. an article retrieved at
http://www.eadi.org/fileadmin/WG_Documents/Reg_WG/egorov.pdf
Facon, Isabelle. 2002. The Reform of the Russian Army; Issues and Obstacles.
Surrey: Conflict Studies Research Centre, Retrieved at
http://www.csrc.ac.uk
Fontaine, Pascal. 2006. Europe in 12 Lessons. European Communities
Ginkina S. P, 2004. The Effect of the EU Enlargement on Russia‟s Economy.
Moscow: National Investment Council. Retrieved at www.nicr.ru
Gunnarsson, Malin. Regionalism and Security; Two Concepts in the Wind of
Change. Department of Political Science and Cerum, Umeå universitet
Haukkala, Hiski. 2006. The EU as a Regional Normative Hegemon; The Case of
European Neighbourhood Policy. A paper presented to the Central and
xxi
Convention, “Reflecting on a wider Europe and beyond: norms, rights
and interests”, University of Tartu, Estonia, 25–27 June 2006
Ives, Wayne. 2007. Lithuania (Lietuva), Latvia (Latvija) and Estonia (Eesti). An
article in CIVITAS Institute for the Study of Civil Society 2007,
Retrieved at www.civitas.org.uk/schools
Kahraman, Sevilay. 2006. The European Neighborhood Policy; A Critical
Assesment. Ankara Review of European Studies Vol.5 No.3 (Spring,
Kaljula, Meeri, dkk. 2006. Social Inequality and Why It Mattera For The
Economic and Dem