Indah Puspitarani
ABSTRAK
TANGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG
(STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Indah Puspitarani
Kondisi geografis wilayah nusantara menunjukkan betapa pentingnya peranan transportasi udara terhadap kelancaran arus lalu lintas barang dari dan ke suatu daerah tertentu. PT Tiki JNE merupakan suatu bentuk usaha pengiriman barang yang bertindak sebagai wakil dari pengirim untuk mengirimkan barang dengan tepat waktu dan selamat sampai kepada penerima. Dalam dokumen perjanjian PT Tiki JNE mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan apabila terjadi wanprestasi, untuk itu PT Tiki JNE berkewajiban menciptakan suatu usaha yang profesional sehingga barang yang dikirim sampai di tempat tujuan selamat dan tepat pada waktunya. Permasalahannya adalah bagaimana prosedur pelaksanaan pengiriman barang, dan bagaimana tanggung jawab PT Tiki JNE terhadap wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis sosiologis dengan menelaah berbagai peraturan kemudian dikaji keberlakukannya secara nyata. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara, yang kemudian diolah melalui seleksi data, klasifikasi data dan sistematika data, kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif.
Indah Puspitarani
PT Tiki JNE bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang dengan mengganti kerugian sebesar 10 (sepuluh) kali ongkos kirim. PT Tiki JNE bertanggung jawab mengganti sejumlah barang yang dikirim atau mengganti sejumlah harga penerbitan barang berupa dokumen apabila barang kiriman diasuransikan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi ... 10
B. Pihak-pihak Terkait dalam Pengiriman Barang ... 16
1. Pengirim ... 16
2. Ekspeditur (PT JNE Cabang Bandar Lampung) ... 17
3. Pengangkut ... 18
C. Objek Pengiriman Barang ... 19
1. Barang Muatan ... 20
2. Biaya Pengiriman ... 20
3. Dokumen Pengiriman Barang ... 22
D. Tanggung Jawab JNE ... 23
E. Kerangka Fikir ... 25
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Tipe Penelitian ... 28
C. Pendekatan Masalah ... 29
D. Data dan Sumber Data ... 29
E. Metode Pengumpulan Data ... 30
F. Pengolahan Data ... 31
G. Analisis Data ... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengiriman Barang PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung ... 33
1 .Tahapan Transaksi ... 33
2. Tahapan Pengemasan dan Penyimpanan Sementara ... 37
3. Tahapan Operasional... 38
B.Tanggung Jawab PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung Terhadap Wanprestasi atas Perjanjian Pengiriman Barang ... 41
1.Penyelenggaraan Perjanjian Ekspedisi... 41
2. Kewajiban JNE dalamPerjanjian Ekspedisi ... 44
3. Tanggung Jawab JNE terhadap Wanprestasi ... 45
V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 55
Judul Skripsi : TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG (STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)
Nama Mahasiswa : Indah Puspitarani
Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011165
Bagian : Hukum Keperdataan
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI
1.Komisi Pembimbing
Yennie Agustin MR, S.H., M.H. Siti Nurhasanah, S.H., M.H.
NIP. 197108251997202001 NIP. 197102111998022001
2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji :
Ketua : Yennie Agustin MR, S.H., M.H. ...
Sekretaris : Siti Nurhasanah, S.H., M.H. ...
Penguji Utama : Hj Ratna Syamsiar, S.H., M.H. ...
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr.Heryandi, S.H., M.S.
NIP. 196211091987031003
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA ATAS PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG
(STUDI PADA PT TIKI JNE CABANG BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Indah Puspitarani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Pada
Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
MOTTO
Tiap- tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.
(Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 43)
Ilmu itu lebih dari harta. Ilmu akan menjagamu sedang harta yang harus kau jaga. Ilmu akan berambah jika diberikan kepada orang lain, sedangkan harta akan
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur atas Ridho ALLAH SWT, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, serta perjuangan dan jerih payahku, aku persembahkan
karya kecil ini kepada:
Ayah (Poniran, S.T., M.T.) dan Ibu (Suparni, S.E.) atas segala pengorbanan
perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya, yang dalam setiap sujudnya
selalu mendoakan kesuksessan dan kebahagiaanku di dunia dan di akhirat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 16 Februari
1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Poniran, S.T., M.T. dan Ibu Suparni, S.E.
Sebagai anak kedua, penulis mempunyai seorang kakak
laki-laki dan seorang adik laki-laki.
Riwayat Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Athfal Tunas Harapan
diselesaikan pada tahun 1997. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 06 Kelapa Tujuh
di selesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri
07 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2006. Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 03 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2009
Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Penulis juga tercatat sebagai pengurus organisasi Himpunan
Mahasiswa (HIMA) PERDATA masa bhakti 2012-2013 sebagai sekretaris bidang
dana dan usaha. Pada Tahun 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah meridhai dan melimpahkan rahmat
serta karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat
Udara Atas Perjanjian Pengiriman Barang (Studi pada PT Tiki JNE Cabang
Bandar Lampung), ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr.Heryandi, S.H., M.S. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;
3. Ibu Yennie Agustin MR, S.H., M.H. Pembimbing I terimakasih atas waktu
yang telah diluangkan, saran, masukan, bimbingan, dan bantuan yang
4. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H. Pembimbing II terimakasih atas waktu
yang telah diluangkan, saran, masukan, bimbingan, dan bantuan yang
sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H. Pembahas I terimakasih atas waktu,
masukan, saran, evaluasi, dalam seminar I dan II guna kesempurnaan
skripsi ini;
6. Bapak A.Zazili, S.H., M.H. Pembahas II terimakasih atas waktu,
masukan, saran, evaluasi,dalam seminar I dan II guna kesempurnaan
skripsi ini;
7. Bapak Muhtadi, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberi nasihat-nasihat serta membantu proses akademik selama
kuliah;
8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih atas
ilmu-ilmu yang telah diberikan, sungguh Bapak/Ibu adalah “Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa”;
9. Kepada seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Lampung Mba Siti, Pak Tarno, dll yang telah membantu;
10.Pimpinan dan seluruh karyawan PT.JNE Cabang Bandar Lampung;
11.Kakak dan Adikku Dony Amindo Wijaya, S.H., M.H. dan Hafizh Adjie
Pangestu yang selalu memberiku semangat dan motivasi untuk terus maju
dan berdiri tegak;
12.Teman-teman seperjuangan Chandra Evita, S.H., Maria Hadivta, S.H,
Vika Trisanti, S.H., Trie Zaskia CP, S.H., Helda Novriliana, S.H.
13.Teman teman “chacha” Lely Myu Tiara, M. Hafis Alfarizi, Noverdi Puja
Saputra, Ardian Jufar Agung, Prayogi Arief. Terimakasih untuk semua
canda tawa, dukungan dan kebersamaan selama ini;
14.Teman- Teman HIMA PERDATA 2012-2013, Galuh, Amri, Vina, Novia,
Clara, Rintar, Ratu, Nuy, Wanda, Handi, Jasmine, Rini, Lia, Tyas, Suntan,
Feni, Ais, Handi, Dafson, Wandi, Sandika, Juliana. Terimakasih atas
kerjasama dan perjuangan dalam suka maupun duka selama ini;
15.Teman-Teman FH 09, Hotang, Hendra, Hari, Wawan, Acil, Icha, Elsa,
Meria, Irma, Nisa, Danar, Lilis;
16.Orang-orang yang telah memberikan pelajaran, mendoakan dan membantu
penulis selama ini terimakasih atas segala jasa yang kalian berikan.
Semoga menjadi pahala bagi kita semua, Amin.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari ALLAH SWT. Amin.
Wassamu’alaikum. Wr.Wb.
Bandar Lampung, April 2013
Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang
yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian
Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya
sangat dirasakan oleh penduduk dunia saat ini. Perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu ciri globalisasi yang senantiasa
menuntut perubahan dalam segala bidang kehidupan manusia terutama dalam
bidang penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan data, informasi, serta
barang dan/atau jasa. Perkembangan informasi dan teknologi dalam bidang
penyediaan jasa menuntut tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat modern
saat ini, terutama kebutuhan akan kecepatan pelayanan, pengiriman maupun
penerimaan layanan jasa, informasi, serta barang, dan/atau dokumen.
Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya
meliputi ribuan pulau.1 Kondisi geografis wilayah nusantara menunjukkan betapa
pentingnya peranan transportasi terhadap kelancaran arus lalu lintas penduduk
dari dan ke suatu daerah tertentu. Terjalinnya hubungan antar daerah yang sangat
luas di Indonesia membutuhkan sarana transportasi baik melalui darat, laut,
1
2
maupun udara. Transportasi adalah merupakan bagian hukum lalu-lintas
(communication atau verker) dan angkutan, termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis, sesuai dengan sifat usaha memindahkan barang dari tempat asal ke
tempat lain.2 Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya
kebutuhan jasa pengangkutan bagi mobilitas orang serta barang. Banyak sekali
perusahaan pengangkutan baik milik negara maupun perusahaan swasta.3
Pengangkutan dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu pengangkutan darat dengan
menggunakan alat angkut mobil dan kereta api, pengangkutan laut dengan
menggunakan alat angkut kapal, dan pengangkutan udara dengan menggunakan
alat angkut pesawat udara.
Pengangkutan udara dengan menggunakan pesawat sangat memungkinkan untuk
diandalkan bagi perhubungan antar daerah di Indonesia. Hal ini juga ditunjang
bahwa pengangkutan udara akan memberikan keuntungan dibandingkan dengan
alat angkut lain, misalnya mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan
teknologi canggih, manajemen yang andal, serta membantu terciptanya pola
distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pada pengangkutan dengan pesawat
udara, tempat pemuatan dan penurunan penumpang/pembongkaran barang disebut
bandar udara, selanjutnya disingkat bandara.
2
Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, (Rineka Cipta : Jakarta, 1995) hal 3.
3
Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam tiga jeneis yaitu: a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ada yang berbentuk perseorangan (persero), contohnya PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), dan PT Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero), tetapi ada juga yang berbentuk perusahaan umum (perum), contohnya Perum Damri. b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya PT Lintas Sumatera, PT Samudera Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi contohnya Taksi Kopti Jaya. Akan tetapi ada juga yang berbentuk persekutuan bukan badan hukum CV. c. Badan Usaha milik Perseorangan contohnya PO Putra Remaja. Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga,
3
Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu pengangkutan sebagai usaha
(business); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan pengangkutan sebagai proses penerapan (applying process).4 Pengangkutan sebagai perjanjian
(agreement) selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim.5 Hubungan pengangkutan lahir dari dokumen
perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang atau pengirimnya.
Namun demikian perjanjian pengangkutan tidak semata-mata hanya mengikat
kepada pengirim dan pengangkut tetapi juga pada pengantar.
Pengantar adalah perusahaan jasa ekspedisi muatan pesawat udara pengiriman
barang (ekspeditur) merupakan suatu bentuk perantaraan yang digunakan dalam
kegiatan pengiriman barang. Dalam proses pengiriman barang, pengirim
menggunakan jasa ekspeditur untuk mengirimkan barang yang selanjutnya
diserahkan kepada pengangkut. Maka ekspeditur yang akan bertanggung jawab
kepada pengirim tentang pengiriman barangnya.6
Ekspeditur memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pengiriman barang, karena ekspeditur bertindak sebagai perantara dalam
memberikan jasa di bidang usaha ekspedisi muatan barang. Dengan menggunakan
jasa ekspeditur, maka pengirim tidak perlu menghubungi langsung pihak
pengangkut. Pihak pengirim barang hanya menyerahkan barang yang akan dikirim
4
Ibid, hal 1.
5
Ibid, hal 2.
6
4
kepada ekspeditur supaya diurus angkutannya, sedangkan pihak ekspeditur akan
menghubungi pihak pengangkut untuk mengirimkan barang.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang saat ini yang akrab
dikenal masyarakat antara lain PT POS, PT Tiki, PT Pahala dan PT Tiki Jasa
Nugraha Ekakurir (JNE). Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari
tempat yang jauh membuat jasa ini menjadi sangat penting.
Salah satu perusahaan ekspedisi muatan pesawat udara adalah PT Tiki Jasa
Nugraha Ekakurir selajutnya disingkat JNE. Perusahaan ini berdiri sejak tahun
1990 yang menyediakan beberapa jenis produk pengiriman barang. Pengirim
dapat memilih jenis produk7 pengiriman barang yang ada pada perusahaan jasa
ini. JNE menyediakan beberapa jenis paket pengiriman barang didasarkan pada
lamanya paket barang yang akan kita kirimkan misalnya Paket Sangat Segera
(Super Speed ) dengan jangka waktu kirim 1 (hari) kurang dari 24 jam selanjutnya disingkat SS, Paket Yakin Esok Sampai selanjutnya disingkat YES dengan jangka
waktu kirim 1 (satu) hari maksimal 24 jam, atau Paket Regular selanjutnya
disingkat REG dengan jangka waktu pengiriman antara 3-7 hari.
Peraturan mengenai pengangkutan Udara diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Kemudian diatur lebih lanjut pada Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab
7
5
Pengangkut Angkutan Udara. Sebagai sumber pertama yang menjadi dasar hukum
kegiatan ekspedisi diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang
selanjutnya disingkat KUHD, yaitu Buku I Bab V mulai Pasal 86 sampai Pasal 99,
dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata selanjutnya disingkat KUHPdt Pasal
1320 yang mengatur tentang tentang perjanjian.
Terjadinya perjanjian antara pengangkut dan penghantar, penghantar dengan
pengirim maupun dengan penerima maka lahirlah hak dan kewajiban8 diantara
para pihak terkait. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan
pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat.
Kewajiban penghantar adalah mengirimkan barang dari pengirim melalui
pengangkutan udara untuk diserahkan kepada penerima. Kewajiban pengirim
adalah membayar biaya angkutan. Hak penerima adalah menerima barang yang
telah dikirim oleh pengangkut dalam keadaaan baik dan layak dengan tepat waktu.
Kewajiban–kewajiban itu timbul karena adanya perjanjian. Perjanjian Ekspedisi
yaitu perjanjian yang disepakati oleh pengirim dan ekspeditur, dan Perjanjian
Pengangkutan yaitu perjanjian yang disepakati oleh ekspeditur dengan perusahaan
pengangkutan. Dilihat dari perjanjiannya dengan pengirim, Perusahaan Ekspedisi
Muatan Pesawat Udara adalah pihak dalam perjanjian pemberian kuasa
(keagenan) yang mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut bagi
8
Hak dan kewajiban ini dapat timbul dalam hukum publik dan dapat pula dalam bidang hukum perdata. Hak dan kewajiban dalam bidang hukum perdata misalnya : 1. Jika dalam perjanjian tidak ditentukan tempat pembayaran, debitur wajib membayar di tempat tinggal kreditur. Jadi, hak kreditur dipenuhi di tempat tinggalnya ( Pasal 1393 ayat 2 KUHPdt). 2. Debitur wajib membayar wesel/cek kepada pemegangnya (kreditur) di tempat tinggal/ alamat debitur (Pasal 137 KUHD). Ini berarti kreditur (pemegang wesel/cek) harus datang ke kantor debitur (bank) untuk memperoleh pembayaran. Debitur (bank) hanya akan membayar di kantornya, bukan di tempat lain. 3. Debitur berhak menerima kredit dari kreditur (bank) di kantor kreditur (bank), demikian juga kewajiban membayar kredit dilakukan di kantor kreditur (bank). Abdulkadir Muhammad,
6
kepentingan pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
provisi (imbalan jasa) kepada Perusahaan Ekspedisi Muatan atas jasanya itu.9
Masalah yang timbul dan menjadi kendala dalam proses pengiriman barang terjadi
karena adanya wanprestasi terhadap perjanjian pengiriman barang antara pengirim
dengan ekspeditur. Salah satu contohnya adalah Bapak Chandra berdomisili di
Bandar Lampung mengirimkan paket ke Jakarta akan tetapi selang beberapa
waktu ternyata kiriman paket Bapak Chandra terlambat. Pengirim dan/atau
penerima merasa dirugikan atas keterlambatan yang terjadi. Selain keterlambatan
JNE juga sering tidak teliti dalam pengiriman barang yang mengakibatkan
hilangnya paket barang, salah satunya adalah CV Mitra Teknik yang berdomisili
di Bandar Lampung mengirimkan paket berupa dokumen ke Surabaya namun
teryata paket dokumen hilang. Pihak JNE berjanji akan mengganti kerugian yang
dialami baik terhadap keterlambatan maupun kehilangan.10
Pengirim dan/atau penerima merasa dirugikan atas keterlambatan atau kehilangan
yang terjadi, karena itu dalam pelaksanaan perjanjian pengiriman barang, tidak
selamanya berjalan secara lancar, adakalanya salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajibannnya. Keterlambatan maupun kehilangan barang yang dikirim
merupakan salah satu contoh dari bentuk wanprestasi terhadap perjanjian
pengiriman barang sehingga pengirim dan atau penerima seringkali mengalami
kerugian. Apabila kerugian–kerugian tersebut bersumber pada kesalahan dan/atau
9
Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal 80.
10
7
kelalaian dari JNE maka kerugian itu merupakan tanggung jawab dari JNE yang
harus dipenuhi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dan
menuangkan dalam bentuk skripsi dengan mengggunakan judul Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara Atas Perjanjian Pengiriman Barang ( Studi Pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung).
B. Permasalahan dan Lingkup Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pengiriman barang pada JNE Cabang
Bandar Lampung ?
2. Bagaimanakah tanggung jawab JNE Cabang Bandar Lampung terhadap
wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang ?
Ruang lingkup ini dibatasi pada ruang lingkup kajian dan ruang lingkup bidang
ilmu.
1. Ruang lingkup kajian berkaitan dengan:
a. Prosedur pelaksanaan pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar
Lampung;
b. Tanggung jawab JNE Cabang Bandar Lampung terhadap wanprestasi atas
8
2. Ruang lingkup bidang ilmu, penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup
hukum perdata ekonomi (perusahaan) khususnya mengenai pengangkutan
niaga.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara jelas mengenai :
1. Prosedur pelaksanaan pengiriman barang yang dilakukan oleh JNE Cabang
Bandar Lampung;
2. Tanggung jawab JNE apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian
pengiriman barang.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian dan penulisan ini mempunyai dua aspek kegunaan, yakni
kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya
perkembangan secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum ekonomi
dan untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya ilmu
hukum yang berkenaan dengan pengangkutan niaga;
b. Hasil penulisan dan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi awal
guna untuk mengetahui lebih lanjut ketaatan penyelenggara jasa
pengiriman barang pada JNE dalam memenuhi kewajiban mereka
9
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan
peneliti di bidang ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan niaga;
b. Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian Ekspedisi
Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan
pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
yang baik bagi pengirim, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
sejumlah provisi kepada ekspeditur.1
Berdasarkan perjanjian ekspedisi yang telah dikemukakan di atas, unsur- unsur
dari suatu perjanjian ekspedisi yaitu :
1. Ada pihak– pihak
Pihak-pihak dalam perjanjian ekspedisi adalah ekspeditur sebagai pihak yang
mencarikan pengangkut dan pengirim sebagai pemilik barang;
2. Ada persetujuan dari pihak–pihak itu
Persetujuan dalam perjanjian ekspedisi adalah persetujuan untuk mencarikan
pengangkut dalam rangka pengiriman barang;
3. Ada tujuan yang akan dicapai
Tujuan perjanjian ekspedisi bagi pengirim adalah barang yang dikirim
selamat sampai tujuan. Sedangkan bagi ekspeditur adalah memperoleh
keuntungan yang dibayar oleh pengirim agar perusahaannya dikenal oleh
masyarakat luas;
4. Ada prestasi yang dilaksanakan
1
2
Kewajiban ekspeditur adalah mencarikan pengangkut yang baik bagi
pengirim dan melaksanakan segala urusan pengiriman barang. Sedangkan
Hak ekspeditur adalah menerima provisi dari pengirim. Kewajiban pengirim
adalah membayar provisi kepada ekspeditur dan berhak mendapatkan
angkutan yang baik untuk barang-barangnya. Sehingga pengiriman tersebut
berjalan lancar;
5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan
Perjanjian ekspedisi tidak mengharuskan dilaksanakan tertulis, jadi dapat juga
dilaksanakan secara lisan maupun tulisan berdasarkan kesepakatan
pihak-pihak.
Perjanjian ekspedisi yang dibuat oleh ekspeditur dengan pengirim barang harus
tertuang dalam bentuk lisan maupun tulisan dan ada syarat–syarat tertentu sebagai
isi pelaksanaan perjanjian. Isi perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan
dengan undang–undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Pasal 1320 KUHPdt menentukan bahwa perjanjian dianggap sah apabila
memenuhi empat syarat, yaitu :2
a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai
orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua
2
3
syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya
sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.
Oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus memenuhi keempat dari syarat
tersebut, baik subjektif maupun objektif. Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi
maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu
dibatalkan. Namun apabila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu
batal demi hukum.
Unsur pertama sahnya perjanjian adalah kesepakatan para pihak. Kesepakatan
merupakan pangkal dari diadakannya perjanjian atau persetujuan. Perjanjian
ekspedisi antara JNE dengan pengirim barang didasarkan atas kesepakatan atau
persetujuan kehendak pihak-pihak, baik mengenai objek perjanjian maupun
syarat-syarat perjanjian.
Sesuai dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam mengadakan suatu
perjanjian, maka pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian bebas untuk
menentukan syarat-syarat dan ketentuan sebagai isi perjanjian sejauh tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPdt). Demikian halnya dengan perjanjian
ekspedisi, pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian mempunyai kemampuan
yang bebas tersebut untuk mengadakan suatu perjanjian ekspedisi.
Adanya kesepakatan para pihak sebagai syarat pertama untuk syahnya perjanjian
4
pemerasan (dwang), kehilafan atau kekeliruan (dwaling) dan penipuan (bedrug).3 Akibat hukum dari perbuatan itu adalah perjanjian tersebut dapat dimintai
pembatalan oleh hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang
berkepentingan, sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan,
perjanjian itu tetap berlaku bagi pihak-pihak.
Syarat kedua untuk sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah
kecakapan pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal ini berarti
masing-masing pihak yang terkait dalam perjanjian harus menguasai pengetahuan
dal hal-hal yang akan diatur dalam perjanjian.
Dalam hal ini pihak yang terlibat yaitu JNE sebagai ekspeditur yang merupakan
sebuah perusahaan berbadan hukum dan pengirim barang (baik perorangan
maupun badan hukum) harus cakap dan telah sesuai dengan syarat kedua yaitu
cakap hukum untuk mengadakan suatu perjanjian.
Akibat hukum dari ketidakcakapan atau ketidak wenangan pihak dalam membuat
perjanjian yang telah dibuat, maka dapat dimintakan pembatalan oleh hakim.
Artinya bahwa perjanjian tersebut tetap berlaku bagi pihak-pihak yang
membuatnya apabila pembatalan tersebut tidak dimintakan oleh pihak yang
berkepentingan.
Untuk syarat ketiga sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt yaitu
suatu hal tertentu, Artinya dalam suatu perjanjian terdapat hal-hal yang
diperjanjikan atau hal yang biasa disebut sebagai objek perjanjian. Objek tersebut
3
5
dapat berupa benda maupun suatu prestasi tertentu atau setidaknya dapat
ditentukan, untuk menetapkan kewajiban dan hak kedua belah pihak apabila
timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Apabila syarat ini tidak
dipenuhi dalam perjanjian maka akibat hukumnya adalah perjanjian tersebut batal
demi hukum.
Syarat keempat untuk syahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPdt adalah
suatu sebab yang halal. Suatu perjanjian haruslah mengenai hal-hal yang baik atau
halal apabila dilaksanakan tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan
kesusilaan.4 Maka dengan kata lain, hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian
tersebut, baik isi maupun maksud dari tujuan perjanjian itu tidak bertentangan
dengan norma-norma hukum yang berlaku.
Perjanjian ekspedisi yang telah disepakati oleh JNE dengan pengirim barang,
ditentukan juga bahwa barang muatan yang berbahaya, barang yang dilarang,
barang-barang yang menurut peraturan dikenakan pembatasan, barang yang dapat
menggangu stabilitas keamanan serta barang-barang yang bertentangan dengan
kesusilaaan tidak akan diangkut.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
atau dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang
menimbulkan suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya.5 Perjanjian
adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam
mana suatu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak
4
Pasal 1337 KUHPdt.
5
6
melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.6
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.7
Hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia mengenal beberapa asas, diantaranya
adalah asas kebebasan berkontrak. Asas tersebut menjelaskan bahwa setiap orang
bebas untuk menentukan bentuk, macam, dan isi perjanjian sepanjang masih
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320
KUHPdt, dan juga tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
serta kesusilaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 (1) KUHPdt. Ketentuan
Pasal 1338 (1) KUHPdt ini menggambarkan bahwa Buku III KUHPdt bersifat
terbuka.
Perjanjian yang dibuat antara JNE dengan pengirim barang disebut dengan
perjanjian ekspedisi, sedangkan perjanjian antara JNE (ekspeditur) atas nama
pengirim barang dengan pihak pengangkut disebut perjanjian pengangkutan.
Ekspeditur mengikatkan diri melalui perjanjian untuk mencarikan pengangkut
yang baik bagi pengirim barang, dan pengirim barang mengikatkan dirinya untuk
membayar sejumlah provisi kepada JNE.
B. Pihak Pihak Terkait dalam Pengiriman Barang 1. Pengirim
KUHD maupun KUHPdt tidak mengatur definisi pengirim secara umum.
Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya
6
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Sumur Bandung : Jakarta, 1960), hal 9.
7
7
pengangkutan barang dan atas dasar itu berhak memperoleh pelayanan
pengangkutan dari pengangkut.8 Pengirim adalah orang yang mengirim; orang
yang menyampaikan9.
Pengirim dapat berstatus sebagai pemilik barang sendiri atau orang lain yang
bertindak atas nama pemilik barang. Selain itu pengirim dapat juga berstatus
sebagai penjual dalam perjanjian jual beli yang berkewajiban menyerahkan barang
melalui jasa pengangkutan. Pengirim dapat juga berstatus sebagai manusia
pribadi, perusahaan perseorangan atau sebagai perusahaan badan hukum atau
bukan badan hukum.
Berdasarkan uraian di atas, pengirim adalah pemilik barang yang memberikan
kuasa kepada ekspeditur untuk menyelenggarakan urusan pengiriman barang dan
bertindak sebagai pemegang dokumen angkutan serta membayar biaya
pengiriman kepada ekspeditur.
2. Ekspeditur (PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung)
Ekspeditur adalah pengusaha yang menjalankan perusahaan persekutuan badan
hukum dalam bidang usaha ekspedisi muatan barang.10 Sebagai perwakilan dari
8
Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal 76.
9
http://kamusbahasaindonesia.org/pengirim diunduh Tanggal 27 Februari 2013, Pukul 09.22 WIB.
10
8
pengirim atau penerima barang, ekspeditur mengurus berbagai macam dokumen
yang diperlukan guna memasukkan atau mengeluarkan barang.
Ekspeditur adalah seorang perantara yang bersedia untuk mencarikan pengangkut
yang baik bagi seorang pengirim.11 Ekspeditur adalah mereka yang berusaha
menyelenggarakan angkutan orang lain atas nama sendiri atau tidak atas nama
sendiri, bertanggung jawab atas pengiriman yang harus dilaksanakan sebaik
mungkin dan segera dan atas mereka yang disuruhnya.12
JNE adalah sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
pengiriman barang yang didirikan pada tahun 1990. Apabila melihat kebelakang
mengenai perkembangan usaha JNE, ternyata JNE sudah berusia puluhan tahun.
Sejalan dengan perkembangan zaman, JNE juga ikut berkembang. Pada tahun
1993 JNE membangun jaringan domestik, dan mulai membuka cash counter di beberapa kota di Indonesia Pada tahun 1994. Perkembangan JNE Cabang Bandar
Lampung sendiri berdiri pada tahun 2000 berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi,
kemudian pada tahun 2003 berpindah lokasi di Jalan MS Batubara No.7,
kemudian seiring berkembangnya operasional dan penjualan, pada tahun 2010
kantor berpindah ke Jalan Diponegoro No. 77 D.
3. Pengangkut
Pengangkut adalah Badan Usaha Angkutan Udara, pemegang izin kegiatan
angkutan udara bukan niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga
11
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia / Hukum Pengangkutan,
(Djambatan : Jakarta, 1991) hal 12.
12
9
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Tentang Penerbangan, dan/atau badan
usaha selain Badan Usaha Angkutan Udara yang memuat kontrak perjanjian
angkutan udara niaga.13
Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang
mengikatkan diri untuk meyelenggarakan pengangkutan orang atau barang.14
Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk mengangkut barang dan
menerima bayaran dari pengirim. Pengangkut dapat melakukan pengiriman
barang sendiri atau menunjuk pihak lain untuk mengangkut barang milik
pengirim. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengangkut adalah perusahaan
penerbangan yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pengangkut barang.
4. Penerima Barang
Penerima barang adalah pihak yang dituju oleh pengirim barang, dapat berbentuk
perusahaan maupun perorangan yang telah mengadakan perjanjian jual beli atau
kepentingan lainnya.
Dalam KUHD tidak terdapat definisi secara umum mengenai penerima barang.
Dilihat dari perjanjian ekspedisi, penerima barang adalah pihak yang tidak
mengikatkan diri pada pengangkut, tetapi dapat saja telah mengadakan perjanjian
dengan pengirim barang.
13
Pasal 1 Angka (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
14
10
Penerima adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :15
1. Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang;
2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen angkutan ;
3. Membayar atau tanpa membayar biaya angkutan.
Penerima adalah pihak yang dapat diketahui dari dokumen perjanjian. Selain itu
dari dokumen pengangkut juga dapat diketahui bahwa penerima adalah sebagai
pihak ketiga yang berkepentingan, penerima juga adalah pihak yang memperoleh
kuasa (hak) untuk menerima barang yang dikirimkan kepadanya.
C. Objek Pengiriman Barang
Objek adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujan.16 Objek
hukum adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan
objek pengiriman dan pengangkutan barang adalah barang muatan, alat
pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum, yaitu
terpenuhinya kewajiban dan hak pihak – pihak terkait.
1. Barang Muatan
Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh
undang–undang. Barang muatan pada JNE dibedakan atas 4 (empat) jenis
berdasarkan sifat dan karakteristiknya :
15
Abdulkadir Muhammad, op.cit. hal 77.
16
11
a. Barang/Kiriman biasa;
b. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment)17 tapi tidak mudah rusak, contoh : dokumen berharga, STNK, pakaian yang harganya mahal, dsb;
c. Barang/ Kiriman bukan HVS (Hight Value Shipment) tapi mudah rusak, contoh : gelas, piring,cairan bernilai rendah;
d. Barang/ kiriman HVS (Hight Value Shipment) dan mudah rusak, contoh : elektronik mahal;
Pemuatan barang HVS atau High Value Shipment selanjutnya disingkat menjadi HVS perlu dilakukan dengan teliti, hati-hati dan tidak dicampur dengan barang-
barang biasa. Pengiriman barang HVS harus diberitahukan dengan rinci kepada
ekspeditur, sebab ekspeditur dan pengangkut tidak bertanggungjawab atas
kerugian yang timbul akibat kelalaian pengirim.
2. Biaya Pengiriman
Dalam perjanjian ekspedisi biaya pengiriman termasuk juga di dalamnya biaya
pengangkutan yang harus dibayarkan kepada pengangkut, adalah biaya kontrak
prestasi terhadap penyelenggaraan urusan pengiriman barang yang dibayar oleh
pengirim kepada ekspeditur.
Perhitungan jumlah biaya angkutan ditentukan oleh beberapa hal sebagai
berikut:18
17
Yang dimaksud HVS ( Hight Value Shipment) adalah : 1. Jika nilai/ harganya lebih besar dibandingkan dengan ongkos 10 kali dengan ongkos kirimnya. 2.Dokumen – dokumen yang dianggap berharga. PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung, Agent Handbook cetakan ke 1, 2012, hal 10.
18
12
1. Jenis angkutan, yaitu angkutan darat, perairan, dan udara. Setiap jenis
angkutan tarif biaya angkutan berbeda ;
2. Jenis alat angkut, yaitu kereta api, bus, truck, kapal dan pesawat udara
pelayanan dan penikmatanya berbeda sehingga berbeda pula biaya angkutan;
3. Jarak angkutan, jauh dekatnya angkutan menentukan juga tarif biaya
angkutan ;
4. Waktu angkutan, yaitu cepat atau lambat menentukan besar atau kecil biaya
angkutan;
Sifat muatan, yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah pecah, mudah terbakar,
mudah meledak, resiko kerugian lebih besar demikian menentukan besar pula
biaya tarif angkutan.
Biaya angkutan telah disepakati dalam perjanjian ekspedisi dimana ekspeditur
mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang baik bagi pengirim.
Sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar sejumlah prestasi kepada
ekspeditur atas jasa pelayanan yang telah dilakukan oleh ekspeditur dalam proses
pengiriman barang.
3. Dokumen Pengiriman Barang
Dokumen merupakan suatu identitas dari barang-barang yang dikirim. Dalam
proses pengiriman barang dari pengirim sampai ke bandara, diperlukan
13
a.Tanda Terima Pengiriman Barang.
Dokumen ini memuat tentang informasi barang, tujuan serta biaya-biaya yang
timbul akibat pengiriman barang termasuk biaya pengangkutan maupun
asuransi. Dokumen ini juga dilengkapi syarat-syarat standar pengiriman barang
yang memuat hak dan kewajiban pengirim dan JNE. Dokumen ini menjadi suatu
tanda bukti bahwa telah terjadi kesepakatan antara pengirm dengan JNE untuk
mengadakan pengiriman barang.
b.Airway bill
Airway bill yaitu dokumen penting untuk pengangkutan barang yang berfungsi
sebagai tanda bukti penerimaan barang oleh pengangkut sebagai tanda bukti
untuk di angkut, atau sebagai faktur /kwitansi biaya pengangkutan sebagai surat
muatan udara.19
D. Tanggung Jawab JNE
Ekspeditur bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan oleh
pengirim untuk menyelenggarakan pengiriman selekas-lekasnya dengan rapi pada
barang-barang yang telah diterimanya dari pengirim, mengindahkan segala upaya
19
14
untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut.20 Dalam perjanjian
ekspedisi, JNE bertanggung jawab terhadap barang-barang yang telah diserahkan
pengirim kepadanya untuk menyelenggarakan pengiriman. Tanggung jawab JNE
berhenti pada saat barang-barang dari pengirim telah diterima oleh pihak bandara,
dan berlanjut kembali pada saat pihak bandara menyerahkan kembali kepada
pihak JNE cabang kota tujuan.
JNE berusaha untuk membatasi tanggung jawabnya sekecil mungkin, yaitu hanya
bertanggung jawab terhadap kerusakan-kerusakan dan kerugian sebagai akibat
kesalahan-kesalahan atau kurang kehati-hatiannya, sehingga apabila kerusakan
atau kerugian itu dilakukan oleh pihak pengangkut, JNE tidak bertanggung
jawab.
Dalam hal ini JNE berkewajiban meneliti apakah barang-barang sebelum
penyerahan kepada pihak pengangkut semuanya dalam keadaan baik, sehingga
apabila terjadi kerusakan barang yang diangkut, maka JNE bebas dari
pertanggungjawaban. Terhadap pengangkut yang terbukti melakukan kesalahan
dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi, JNE memiliki hak untuk
menuntut kompensasi.
Tanggung Jawab adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebagai realisasi dari
perjanjian yang telah disepakati sebagai prestasi. Untuk mewujudkan prestasi,
perlu ada tanggung jawab, disamping terdapat kewajiban berprestai, perlu juga di
imbangi dengan rasa tanggung jawab. Tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam
perjanjian maka dapat dikatakan wanprestasi. Wanprestasi artinya tidak
20
15
memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam
perikatan.21 Wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam yaitu :22
a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
c. melakukan apa yang dijanjikamnya tetapi terlambat;
d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Akibat hukum karena wanprestasi adalah sanksi hukuman sebagai berikut :23
a. membayar ganti kerugian;
b. pembatalan perjanjian;
c. peralihan resiko;
d. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan pengadilan.
21
Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur yang menyebabkan wanprestasi disebabkan oleh dua hal yaitu: 1. Karena kesalahan debitur, baik sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena kelalalaian. 2. Karena keadaan memaksa (overmacht) force majeure, jadi diluar kemampuan debitur.. Abdulkadir Muhammad, op cit. hal 203.
22
Subekti Op.cit, hal 45
23
16
E. Kerangka Fikir
Berdasarkan bagan di atas, maka dapat diuraikan kerangka pikir sebagai berikut:
Berkembang pesatnya transportasi udara di Indonesia yang sedemikian pesat
mendorong pemerintah untuk memperbarui peraturan di bidang penerbangan
dengan memperbarui Undang Undang Penerbangan dengan Undang Undang
Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan selanjutnya menjadi dasar dibuatnya
peraturan-peraturan lebih khusus mengenai pengangkutan angkutan udara dengan
menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang
Pengangkutan Angkutan Udara
JNE Cabang Bandar Lampung Pengirim
Perjanjian pengiriman barang
Prosedur pelaksanaan pengiriman barang
Terlaksana Tidak Terlaksana
hak-hak pengirim barang (Wanprestasi)
17
JNE adalah sebuah perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara yang melayani
jasa pengiriman barang yang berkewajiban mengirimkan barang dari pengirim
melalui pengangkutan udara untuk diserahkan kepada penerima. Kewajiban JNE
timbul karena adanya kesepakatan dalam peranjian pengiriman barang dengan
pengirim. Sejak disepakati perjanjian Ekspedisi maka para pihak mempunyai hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan. JNE sepakat mengurus dan
melaksanakan pekerjaan mengangkut barang dari gudang ekspeditur ke bandara.
Pengirim barang sepakat membayar provisi kepada ekspeditur. Apabila para pihak
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dengan baik maka perjanjian itu
berakhir.
Tanggung jawab JNE harus dipenuhi apabila terbukti melakukan kesalahan atau
kelalaian dan tidak melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ekspedisi
sehingga terjadi keterlambatan, kehilangan atau kerusakan barang yang telah
diserahkan kepadanya, sehingga mengakibatkan kerugian bagi pengirim dan/atau
penerima, maka JNE bertanggungjawab mengganti kerugian yang diderita oleh
pengirim dan/ atau penerima barang, kecuali JNE dapat membuktikan bahwa
1
III. METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya
menggunakan sistem tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau
cara tertentu dan konsistensi berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam
kerangka tertentu.1 Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang
akurat sehingga dapat menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang
ada dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penilitian Hukum
merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.2
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan fokus kajiannya, penelitian hukum dibagi menjadi 3 (jenis) yaitu
penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris (normatif-terapan)
penelitian hukum empiris.
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti : Bandung, 2004) hal 2.
.
2
2
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif–empiris ,yang dilakukan
dengan cara meneliti dan mengkaji bahan hukum tertulis dari berbagai aspek
bahan pustaka dan peraturan hukum (undang-undang dan perjanjian) secara in action pada peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarakat. Maka penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan berlandaskan pada
peraturan-peraturan tertulis yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, serta
Perjanjian Ekspedisi.
B. Tipe penilitian
Tipe penelitian dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu tipe penelitian hukum
eksplaratori, tipe penelitian hukum deskriptif, dan tipe penelitian eksplanatori.3
Tipe penelitian eksplaratori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh
keterangan, informasi dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Tipe
penelitian deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan
pada saat tertentu. Sedangkan tipe penelitian eksplanatori bersifat penjelasan dan
bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan
menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada.
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif., maka penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran (deskripsi) yang jelas, rinci, dan sistematis
mengenai tanggung jawab perusahaan ekspedisi muatan pesawat udara terhadap
wanprestasi atas perjanjian pengiriman barang JNE Cabang Bandar Lampung.
3
3
C. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah adalah suatu proses pemecahan atau penyelesaian masalah
melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.4
Pendekatan Masalah yang digunakan untuk menguraikan masalah dalam
penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis. Dilakukan dengan cara
menelaah berbagai peraturan-peraturan yang berkaitan dengan judul yang diambil
diantaranya KUHPdt, KUHD, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, Perjanjian Ekspedisi, kemudian
dikaji keberlakuannya secara nyata, sehingga dipahami fakta yuridis hasil
penerapan tersebut.
D. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder
yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan atau objek
penelitian. Maka peneliti akan melakukan wawancara langsung untuk
mendukung data yang diperoleh;
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan cara
mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Data sekunder terdiri dari:
4
4
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari
berbagai peraturan, undang-undang , dan peraturan-peraturan.
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt);
2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD);
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan ;
4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung
Jawab Pengangkut Angkutan Udara;
5) Perjanjian Ekspedisi.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu menjabarkan dan menjelaskan lebih lanjut
bahan hukum primer yang mencakup hasil penelitian, buku-buku literatur
hukum.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka tata cara pengumpulan data dilakukan
melalui kegiatan studi pustaka, studi dokumen, dan studi catatan hukum.5 Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang
berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan
dalam penelitian, dilakukan dengan cara mempelajari,membaca, mencatat, dan
memahami berbagai peraturan yang berkaitan dengan pokok bahasan. Studi
kepustakaan juga dilakukan dengan melalui pencarian beberapa sumber data,
seperti katalog perpustakaan dan media internet;
5
5
2. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan mengakaji perjanjian pengiriman barang
pada JNE Cabang Bandar Lampung;
3. Wawancara
Wawancara merupakan data pendukung yang diperoleh dari lapangan.
Wawancara dilakukan untuk memperjelas data sekunder mengenai tata cara
penyelesaian atas kesalahan pihak penyelenggara jasa pengiriman barang.
Wawancara dilakukan kepada pihak penyelenggara jasa pengiriman barang
yaitu pada PT Tiki JNE Cabang Bandar Lampung diwakili oleh Bapak
Syarifudin S,Ag, bagian Marketing dan Bapak Ade Bagian Costumer Service, dan Bapak A. Junaidi bagian operasional. Wawancara selalu diarahkan pada fokus tertentu saja yaitu mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap
perjanjian ekspedisi.
Pemilihan wawancara terhadap para narasumber menggunakan pedoman
wawancara terstruktur yang terdiri dari beberapa pertanyaan pokok. Pada
pelaksanaannya pertanyaan ini kemudian dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
F. Pengolahan Data
Setelah terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut
1. Seleksi data, yaitu mengidentifikasi apakah data yang diperoleh sudah cukup
lengkap, sudah benar, sudah sesuai dengan masalah;
2. Klasifikasi data, dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperoleh
6
3. Sistematika data, yaitu penyusunan data secara sistematis sesuai dengan
pokok bahasan sehingga mempermudah dilakukan analisis data.
G. Analisis Data
Setelah pengolahan data selesai, dilakukan analisis data secara kualitatif. Data
disusun dalam bentuk kalimat yang jelas secara sistematis. Kemudian dilakukan
pembahasan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang akurat untuk menjawab
permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
V.PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan perjanjian ekspedisi maka prosedur pengiriman barang pada JNE Cabang Bandar Lampung terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu, tahapan transaksi,
tahapan pengepakan dan penyimpanan sementara, dan tahapan operasional.
Perjanjian ekspedisi diyatakan secara lisan dan dibuktikan dengan dokumen
berupa tanda terima pengiriman barang yang dibuat secara baku oleh JNE.
Dalam dokumen tersebut,mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak
terkait. Dengan demikian, perjanjian ekspedisi antara JNE dengan pengirim
barang adalah sah karena telah memenuhi isi pasal 1320 KUHPdt.
2. JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas keterlambatan,
kerusakan, maupun kehilangan terhadap barang kiriman. Apabila JNE
terbukti melakukan kelalaian berdasarkan service yang digunakan, dan nilai barang yang dikirim. Apabila kiriman barang menggunakan service SS, atau
YES maka JNE bertanggung jawab untuk mengembalikan ongkos kirim yang
digunakan. Apabila barang kiriman masuk dalam kategori HVS tetapi tidak
diasuransikan, maka JNE bertanggung jawab untuk mengganti kerugian
dengan nilai 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman dari service yang digunakan. Apabila barang kiriman termasuk dalam kategori HVS dan diasuransikan,
barang tersebut atau sejumlah harga penerbitan kembali apabila barang
kiriman berupa dokumen.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Hendaknya dibuat suatu peraturan khusus dari pemerintah yang mengatur
tentang Ekspedisi Muatan Pesawat Udara. Sehingga kepastian hukum bagi
pihak-pihak yang terlibat dalam proses ekspedisi tertulis secara jelas.
2. Hendaknya pengirim barang memenuhi kewajiban yaitu memberikan
informasi yang benar atas barang yang akan dikirim. Hal ini diperlukan
untuk mejamin keamanan barang, karena JNE tidak bertanggung jawab
terhadap kiriman yang isinya tidak sesuai dengan keterangan yang
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku – Buku
Muhammad. Abdulkadir. 1990. Hukum Perikatan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung
____________________. 2000. Hukum Perdata Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
____________________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung
____________________. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung
____________________. 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti, Bandung
Purwositjipto. 1991. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta
Soerjono. Soekanto. 1990. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta. Soemadiningrat. Otje S. 2009. Filsafat Hukum. Refika Aditama. Bandung. Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Intermasa. Jakarta
Tjakranegara. Soegijatna. 1995 Hukum Perngangkutan Barang dan Penumpang,
Rineka Cipta. Jakarta
B. Hukum Perundang – Undangan
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Kitab Undang – Undang Hukum Dagang
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Pengangkutan
Angkutan Udara
C. Website
www. kamusbahasaindonesia.org
www. wikipedia.org