I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia permainan bola basket merupakan permainan yang banyak digemari tidak hanya kalangan orang dewasa tetapi anak-anak pun sudah banyak memainkannya. Gejala ini erat kaitannya dengan gencarnya tayangan Liga Bola Basket Amerika atau yang dikenal dengan NBA (National Basketball Association). Tayangan dan dampak dari NBA ini tidak hanva terdapat di Indonesia tapi hampir di seluruh negara di dunia.
Permainan bola basket merupakan permainan yang sangat menarik, oleh karena dapat dimainkan oleh putra dan putri semua golongan umur, selain dari para pemain dituntut keterampilan bermain juga kebugaran jasmani, dan kekuatan, serta daya tahan tubuh yang tinggi.
baik buruknya pembinaan dan pengembangan olahraga bola basket di sekolah-sekolah tergantung pada mekanisme proses belajar mengajarnya dikaitkan dengan Kurikulum dijelaskan bahwa melalui proses belajar dalam proses belajar bola basket terdapat faktor-faktor yang akan menentukan terhadap hasil belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah faktor bawaan atau faktor internal yang dimiliki oleh individu sendiri, seperti : bakat, minat, motivasi dan intelegensi. Selain faktor tersebut adalah faktor eksternal atau faktor yang, berasal dari luar individu, seperti : pelatih. guru, waktu latihan, penggunaan prasarana dan sarana pembelaiara.
Berdasarkan pendapat di alas, penggunaan fasilitas pembelajaran yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pembelajaran. Dengan adanya fasilitas pembelajaran akan merangsang siswa untuk belajar. Seperti yang, dikemukakan Briggs yang dikutip oleh Sardiman (1993:6), sebagai berikut: "media adalah segala alas fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang siswa untuk belajar". Lebih lanjut Sadirman menerangkan tentang kegunaan dari media.
Media pendidikan berguna untuk : 1. Menimbulkan kegairahan belajar
2. Memungkinikan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya .
belajarnya, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran akan lebih besar. Hal tersebut akan mempermudah dan memperlancar proses belajar rnengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pula halnya dalam proses belajar bola basket, penggunaan media belajar sangat diperlukan dalam mempelajari gerakan-gerakan yang dilakukan. Media belajar akan bermanfaat bagi siswa apabila digunakan sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini diungkapkan Kiram (1991:269) sebagai berikut :
"Kondisi persyaratan luar seperti fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan atau dipergunakan yang tidak mendukung dapat merupakan sumber penyebab terjadinya kesalahan, misalnya menggunakan alat yang telah rusak, ukuran peralatan yang dignakan tidak sesuai dengan kemampuan siswa (terlalu ringan, terlalu pendek, terlalu berat, atau terlalu besar).
Dari keterangan diatas minimnya prasarana dan sarana olahraga juga
menuntut guru untuk lebih kreatif, guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dan memanfaatkan prasarana dan sarana seadanya di sekolah, modifikasi diartikan sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru, seperti bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya
menghilangkan kreatifitas aslinya, Rush Lutan(1997). Dalam permainan bola basket banyak teknik dasar yang perlu dipelajari agar seseorang, dapat
bermain bola basket dengan baik diantaranya : teknik melempar, menangkap, teknik menggiring bola, teknik menembak, teknik gerak berporos, teknik lay-up shoot dan teknik merebut bola (rebound). Salah satu yang
suatu regu, "Keberhasilan (kemampuan) suatu regu sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam menembak. Untuk dapat berhasil dalam tembakan perlu dilakukan teknik-teknik yang betul". Selain itu bola basket merupakan permainan dengan tujuan memasukkan bola sebanyak mungkin.
Menurut pengamatan penulis masih banyak guru olahraga dalam proses belajar mengajar gerak dasar menembak dalam bola basket untuk siswa dengan menggunakan prasarana dan sarana pendukung serba standar. Sejauh pengamatan penulis para siswa pemula mempunyai banyak kesulitan untuk belajar gerak dasar baik apabila mempergunakan prasarana dan sarana serba standar seperti, bola ukuran standar dan tinggi ring yang standar apalagi kalau dikaitkan dengan fisik dan otot-otot para siswa yang masih lemah dan kecil. Banyak diantara siswa tersebut melakukan
penyesuaian gerak akibat bola yang tidak sesuai dengan kapasitas tenaga yang mereka miliki, misalnya akibat ring yang tinggi dan bola yang
tinggi ring dan bola merupakan alternatif untuk mengurangi hambatan dalam belajar gerak dasar menembak dalam permainan bola basket. Karena dengan menggunakan prasarana dan modifikasi tersebut maka ketidaksesuaian antara tinggi ring dan bola daripada kapasitas tenaga siswa menjadi teratasi.
Berdasarkan penilaian dan pengamatan selama penulis mengajar di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu kelas VI Semester Genap tahun ajaran 2011/2012, dengan melihat hasil pembelajaran permainan bola basket khususnya gerak dasar menembak hasil pembelajaran gerak dasar menembak sangat rendah. Di dalam proses pembelajaran
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, nilai 6,5 atau lebih telah memenuhi kategori ketuntasan belajar. Bertolak ukur dari keterangan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa bertujuan dari upaya meningkatkan proses belajar mengajar khususnya gerak dasar menembak bola basket,
penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai solusinva.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar menembak dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola basket mini dan ketinggian ring yang dimodifikasi.
2. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar
menembak dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola kaki dan ketinggian ring yang dimodifikasi.
3. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola futsal dan ketinggian ring yang dimodifikasi.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru Penjas
Sebagai bahan masukan untuk mengajarkan gerak dasar menembak bola basket kepada siswanya.
2. Program Studi Penjas FKIP Unila
Sebagai kontribusi untuk perbendaharan dalam pendekatan mengajarkan keterampilan gerak khususnva bagi mahasiswa yang akan melakukan PPL.
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian sebagai berikut : 1. Jenis gerak dasar menembak yang diteliti adalah gerak dasar menembak
2. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi SD Negeri 1 Tri Tunggal Mulyo kelas VI sebanyak 36 orang dikarenakan kelas tersebut mempunyai nilai dibawah rata-rata.
F. Penjelasan Istilah
1. Belajar menurut Nasution (1986:39), menjelaskan sebagai berikut : "Belajar adalah suatu proses perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.
2. Menembak menurut Hal Wissel (2000:43), menjelaskan sebagai berikut: "menembak adalah keahlian yang sangat penting di dalam olahraga bola basket. Keahlian dasar yang harus dilatih itu adalah keakuratan
menembak".
3. Sarana menurut Soepartono (2000:6), menjelaskan sebagai berikut istilah sarana adalah terjemahan dari "Facilities", yaitu sesuatu yang dapat dignakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau Penjas".
4. Prasarana menurut Soepartono (2000:5), menjelaskan sebagai berikut: "secara umum Prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses".
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang saling berinteraksi antara
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru.
Interaksi antara guru dan siswa ini terjalin erat bila keduanya mempunvai
tujuan yang sama jelasnya dan dipahami oleh masing - masing pelakunya.
Dalam kaitan tersebut Usman (1990 : 1), menjelaskan tentang proses belajar
mengajar sebaaai berikut :
"Proses belajar mengajar merupakan suatu perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berkembang dalam situasi eduktif untuk
mencapai tujuan tertentu, interaksi hubungan timbal balik antara guru dan
siswa ini merupakan syarat utama bagi berkembangnya proses belajar
mengajar".
Jadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa akan tercapai tujuannya,
bila keduanya saling memahami dengan baik. Untuk mengetahui dan mengerti
sesuatu hal, bahwa dalam diri seseorang telah terjadi sesuatu proses belajar,
harus mengerti dahulu apa yang dimaksud dengan proses belajar. Proses
belajar secara umum adalah proses perubahan seseorang dari tidak mampu
"belajar itu selalu menunjukan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu". "PErilaku disini
mempunyai pengertian vang luas, mecakup berbagai kegiatan manusia seperti
mengindra, mempersepsi, memperhatikan, belajar, dan berbuat dengan gerak
nyata" menurut Sage yang dikutip Lutan (1988:75).
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diungkapkan beberapa hal
mengenai belajar. Belajar merupakan proses perubahan prilaku atau pribadi
yang didasari oleh praktek pengalaman tertentu itu bisa berupa kegiatan
mengindra, mempersepsi, memperhatikan, bekerja, dan berbuat dengan gerak
nyata, serta melalui pembelajaran. Dari definisi belajar yang telah penulis
paparkan, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan
yang berurusan dengan prilaku seseorang yang bersifat menetap sebagai
akibat adanya pengalaman dam pembelajaran.
B. Landasan Teori Belajar Motorik
Belajar motorik berhubungan erat dengan proses latihan dan pengalaman
seperti yang diungkapkan oleh Schmidt yang dikutip oleh Lutan (1988:102)
bahwa : "Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan
latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen
dalam prilaku terampil".
Perubahan itu seridiri hanya dapat ditafsirkan berdasarkan penampilan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan, karena melalui penampilanlah
perubahan tersebut dapat diamati, diukur dan dinilai. Gejala belajar motorik
Behaviorisme sangat mengandung pola prilaku manusia secara objektif, dan
inilah yang menjadi perhatian utama teori belajar behaviorisme. Sedangkan
hal-hal yang bersifat subjektif seperti kesadaran, pikiran dan keamanan kurang
diperhatikan. Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan
hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) dan hubungan (S-R) akan
bertambah erat jika sering dilatih. Dengan demikian latihan merupakan
pengulangan S-R yang dipandang oleh teori ini sebagai proses belajar.
Penemu teori behaviorisme adalah John B. Watson. Ia melatih cara seekor
tikus yang berusaha keluar dari lorong yang berbelit-belit. Ia mengamati
dan mencatat semua tang dilakukan tikus percobaanya sebagai data untuk
memecahkan gejala prilaku binatang dengan kondisi tertentu. Gejala
perilaku pada tikus tersebut kemudian diterapkan untuk menelaah belajar
manusia sedangkan faktor yang bersifat subjektif dan sukar diuji
kebenarannya diabaikan. Akhirnva Watson mengajukan beberapa konsep
belajar itu berdasakan prilaku yang, dapat diukur, diamati, dan diuji secara
objektif.
Bermula dari teori behaviorisme Watson, akhirnya timbul berbagai
aliran-aliran baru, yang dapat dikelompokkan dalam teori behaviristik, yaitu Teori
Koneksionisme (Thorndike) dan Teori Kondisioning (Povlov). Pala mulanya
teori-teori belajar tersebut bertitik tolak dari hal yang sama yaitu pada
mekanisme terbentuknya stimulus-respon. Narnun demikian masih terdapat
Teori kondisioning, seorang ahli ilmu faal Dari rusia berhasil melakukan
penelitian terhadap seekor anjing dan air liurnya. Ia adalah Ivan P. Pavlov
yang terkenal sebagai Bapak Teori Kondisioning. Dalam percobaannya
Pavlov menghubungkan antara makanan (SI) dengan keluarnya air liur anjinh
(R). Kondisioning dilakukan berulang-ulang, sampai akhimya Pavlov hanya
memberikan S2 saja dengan maksud ingin mengetahui apakah air liur anjing
keluar apa tidak. Ternyata Pavlov menemukan bahwa air liur anjing keluar
ketika bel dibunyikan. Dengan kata lain. R akan terjadi manakala S2
dilakukan.
Teori Koneksionisme, tokoh utama aliran koneksionisme adalah Edward
Thordike. Dimana ia melakukan percobaan terhadap seekor kucing, yang
dimasukkan ke dalam kurungan. Setelah kucing baru dimasukan, kucing, itu
berlari-lari, mencakar-cakar dan menggigit suatu saat kucing menyentuh
palang pintu sehingga ia melakukan kondisi ini dilakukan berulang-ulang,
ternyata berlari, mencakar dan keadaannya menjadi berkurang frekuensinya,
dan pada akhirnya kucing tersebut kembali tanpa mengulangi kelakuan
tersebut.
Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa belajar merupakan pembentukan
dan penguatan asosiasi antara stimulus dan respons, yang akan bertambah erat
manakala dilatih. Untuk itu, teori belajar Thorndike sering disebut teori
stimulus-respon (S-R Bond Theory). Berkaitan dengan prinsip belajarnya,
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam proses belajar mengajar
disekolah. Ketiga hukum tersebut yakni : Hukum Kesiapan (Law of
Readiness), Hukum ulangan atau latihan (Law of Exercise), dan Hukum
Akibat (Law of Effect). Secara garis besarnya hukum-hukum tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Hukum kesiapan
Menyatakan belajar akan berlangsung efektif jika siswa yang bersangkutan
telah siap untuk memberikan respons.
2. Hukum ulangan atau latihan
Menyatakan bahwa koneksi antara stimulus dan respons akan menjadi kuat
jika respons tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai beberapa
kali.
3. Hukum akibat
Menyatakan bahwa saat respons menjadi lebih kuat kalau diikuti kepuasan
dan akan menjadi lemah bila diikuti ketidakpuasan.
Namun pada perkembangan selanjutnya, Thorndike mengadakan
perubahan terhadap hukum akibat kepuasan diganti menjadi ganjaran
(reinforcement), dan ketidakpuasan diganti menjadi hukuman.
Berdasarkan hukum-hukum Thorndike di atas, sebagai guru maupun pelatih
perlu menerapkan hukum-hukum tersebut dalam kegiatan belajar
keterampilan gerak. Penerapannya sebagai berikut :
utama dari siswa yang akan dibinanya, sebagai tuntunan bagi kegiatan
memilih dan menyediakan kegiatan belajar yang sesuai dengan kesiapan
siswa agar proses belajar mencapai hasil yang maksimal.
Latihan harus dilakukan dengan kondisi yang menyenangkan agar proses belajar menjadi efektif. Karena latihan yang berulang-ulang saja
tidak akan menjamin tercapainya tujuan yang diharapkannya. Dengan
demikian harus ada perencanaan yang matang tentang pengaturan atau
distribusi latihan serta pemberian ganjaran atau hadiah pada saat yang
tepat.
Pengorganisasian pengalaman belajar harus dilakukan oleh guru dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belaiar Siswa
Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor tersebut dapat digolongkan dalam
dua bagian yaitu : faktor eksternal dan faktor internal.
1. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu atau
siswa misalnya : kemampuan, bakat, minat, kebiasaan, motivasi, kesehatan
dan lain-lain.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri individu
misalnya lingkungan sekolah meliputi cara mengajar guru, materi
pelajaran, perlengkapan belajar, situasi lapangan dan lain-lain.
Hal tersebut diatas dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
antara berbagai faktor yang mempengaruh
maupun dari luar diri (eksternal) individu.
D. Bermain Bola Basket
Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya
adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukan bola
mencegah tim lain
umum pada tim dengan
sebagai shooting
power forward, dan pemain 5 sebagai pemain ten
Gambar 1.
berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam
n dari luar diri (eksternal) individu.
Bermain Bola Basket
Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya
apatkan nilai (skor) dengan memasukan bola ke keranj
ain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya den
(operan) dengan tangan atau dengan mendriblenya beberapa kali pada
lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Teknik dasar
erakan kaki, shooting (menembak), passing (operan) dan
drible, rebond, bergerak dengan bola, bergerak tanpa bola
pun para pemain bergerak pada posisi apapun, posisi yan
um pada tim dengan lima pemain 1 adalah sebahai point guard, pemain
guard, pemain 3 sebagai small forward, pemain 4 sebagai
power forward, dan pemain 5 sebagai pemain tengah.
Gambar 1. Bermain bola Basket
diadaptasi dari Engkos Kosasih (1994)
m diri (internal)
Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya
keranjang dan
diberikan hanya dengan
nya beberapa kali pada
dengan dua tangan secara bersamaan. Teknik dasar
(operan) dan
an bola, bergerak tanpa bola dan
pada posisi apapun, posisi yang paling
ai point guard, pemain 2
ai small forward, pemain 4 sebagai
E. Menembak
Permainan bola basket merupakan permainan dengan tujuan memasukkan
bola sebanyak mungkin ke keranjang lawan. Oleh karena itu, para pemain
dituntut untuk mempunyai kemampuan menembak yang baik, bahkan dalam
permainan bola basket modern, seorang pemain bertahan pada saat menyerang
harus mampu mencetak angka sama baiknya dengan pemain penyerang, maka
munculah istilah "shooting guard" yaitu seorang pemain bertahan sekaligus
pencetak angka. Era bertahan pemain murni (pure defence) kini sudah
ditinggalkan, karena tidak efektif lagi. Gerak dasar menembak dalam
permainan bola basket merupakan suatu koordinasi yang meliputi gerakan
mengarahkan dan mengusahakan agar bola masuk kekeranjang (sasaran).
Banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas atau kemampuan menembak
seseorang, sedikitnya ada dua faktor yang sangat penting yang terlibat untuk
menjadi penembak yang baik menurut Murphy (1939:19) faktor yang bisa
mempengaruhi kualitas menembak adalah kepercayaan diri dan konsentrasi.
Hilangnya kepercayaan diri akan menjadi penghambat untuk menjadi
penembak yang baik, sementara tingginya kepercayaan diri akan memberikan
peluang kepada para penembak untuk meraih keberhasilan. Ketakutan dan
pengendalian pikiran bahwa ia akan mengalami kegagalan akan berpengaruh
langsung terhadap hasil yang tidak baik atau yang tidak diinginkan. Untuk
menghindari ketegangan dan mengatasi kurangnya kepercayaan diri, pemain
dianjurkan untuk berkonsentrasi pada ring dan tembakan yang akan dilakukan.
bahwa bola masih diluar ring tersebut. Jika cara-cara ini dilakukan maka tidak
akan ada atau bahkan tidak ada waktu untuk memikirkan kegagalan. Menurut
Bunn (1964:70) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan
menembak, sedikitnya para pemain harus mempunyai tiga faktor yaitu :
relaksasi, kepercayaan diri dan gerak dasar yang benar.
Relaksasi menjadi bagian yang, penting dalam permainan bola basket
terutama saat melakukan tembakan. Dalam keadaan tekanan emosional atau
usaha-usaha untuk mencoba secara optimal akan mengakibatkan otot-otot
menjadi tegang dan dalam keadaan ini seorang pemain tidak akan bisa
mengontrol gerakannva. Akibatnya tembakan yang dilepaskan tidak
menuju sasaran yang diharapkan.
Kecepatan, sentuhan jari yan ringan, dan irama gerakkan yang lentur adalah
karakteristik relaks. Supaya tetap dalam keadaan relaks, usaha-usaha yang
terkontrol harus dipertahankan setiap saat. Misalnya, tidak terburu-buru
untuk melakukan tembakan, menarik nafas dalam-dalam.
Kepercayaan diri diantaranya berupa ketenangan, penuh pertimbangan, sadar,
memahami semua aspek permasalahan. Pengalaman yang banyak atau
seringnya seorang pemain melakukan tembakan atau latihan, bisa
Gambar 2.
F. Menembak Dengan Menembak dengan sat
menembak lebih ter
dibandingkan den
1. Pelaksanaan.
Kaki sejajar a
kaki yang didepan sesuai de
menembak.
a. Pertama-ta
di depan dahi. Siku lengan kanan (ta
membentuk sudut 90 derajat.
tangan kanan diputar menghadap
(relax). Badan lur
b. Tekuk lutut agak dalam untuk derajat, lengan rnengikuti gerak kaki.
c. Luruskan kaki depan bersamaan den kedepan a
Gambar 2. Menembak
Diadaptasi Engkos Kosasih (1994)
Dengan Satu Tangan Di Atas Kepala
Menembak dengan satu tangan sangat diutamakan, sebab kecepatan
terjamin dan koordinasi lebih mudah dikuasai
kan dengan tembakan dengan dua tangan.
atau sikap kuda - kuda, bila menggunakan sikap kuda
ang didepan sesuai dengan tangan yang digunakan untuk
tama bola dipegang dengan dua tangan di atas kepala
pan dahi. Siku lengan kanan (tangan untuk menembak)
membentuk sudut 90 derajat. Tangan kiri meninggalkan bola, telapak
tangan kanan diputar menghadap basket, sikap harus tetap lentuk
). Badan lurus menghadap sasaran.
Tekuk lutut agak dalam untuk mengambil awalan, siku tetap 90
derajat, lengan rnengikuti gerak kaki.
Luruskan kaki depan bersamaan denhan luruskan juga lengan kanan
kedepan atas hingga lengan itu membuat sudut lebih kurang 45 derajat Diadaptasi Engkos Kosasih (1994)
tangan sangat diutamakan, sebab kecepatan
ah dikuasai, bila
gunakan sikap kuda - kuda
n untuk
a bola dipegang dengan dua tangan di atas kepala sedikit
menembak)
meninggalkan bola, telapak
tetap lentuk
mengambil awalan, siku tetap 90
juga lengan kanan
dan diakhiri den
menghadap kebawah.
2. Kesalahan yang mungkin terjadi
a. Ada ketegangan otot sebelum kerja.
b. Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke
pundak kanan.
c. Tidak ada lecutan pergelangan tan
Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket
G. Pengertian Sarana
Sarana menurut Soepartono (2000:6) adalah te
yaitu sesuatu yang dapat d
kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana dapat
dua kelompok yaitu peralatan dan perlengkapan.
sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga
olahraga memiliki ukuran standar. Akan
dan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan hingga
menghadap kebawah.
Kesalahan yang mungkin terjadi
Ada ketegangan otot sebelum kerja.
Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke
pundak kanan.
Tidak ada lecutan pergelangan tangan pada saat melepaskan bola.
Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket diadaptasi dari FIBA. (2000)
Pengertian Sarana
Sarana menurut Soepartono (2000:6) adalah terjemahan dari "
yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan
a atau pendidikan jasmani. Sarana dapat dibedakan menjadi
mpok yaitu peralatan dan perlengkapan. Seperti halny
sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga pada masing-masi
a memiliki ukuran standar. Akan tetapi apabila caba ga jari-jari
Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke
an pada saat melepaskan bola.
Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket
olahraga tersebut dipakai sebagai materi pembelajaran pendidikan
jasmani, sarana yang., digunakan bisa dimodifikasi, disesuaikan dengan
kondisi sekolah dan karakteristik siswa. Sarana pendidikan jasmani yang
dibicarakan disini adalah sarana sederhana untuk pelaksanaan materi
pembelajaran pendidikan jasmani tertentu.
H. Pengertian Prasarana
Menurut Soepartono (2000:5) “Prasarana adalah : Segala sesuatu yang
merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau bangunan)”.
Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah
atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu
sifat tersebut adalah susah dipindahkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disebutkan beberapa contoh
prasarana olahraga misalnya lapangan bola basket. Gedung olahraga
merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat
digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. Gedung serba guna
dapat digunakan sebagai sarana pertandingan bola basket dan lain-lain.
Semua yang disebutkan di atas adalah contoh-contoh prasarana olahraga
dengan ukuran standar. Akan tetapi pendidikan jasmani seringkali
hanya di lakukan di halaman sekolah atau sekitar taman. Hal ini bukan karena
tidak adanya larangan pendidikan jasmani dilakukan di halaman yang
memenuhi standar, tetapi memang kondisi sekolah-sekolah saat sekarang
Sebagai tambahan dikemukakan pula bahwa pengertian prasarana sebenarnya
bukan hanya terbatas pada hal-hal yang terkait dengan arena kegiatan olahraga
saja. Tetapi segala sesuatu di luar arena yang ikut memperlancar jalannya
aktivitas olahraganya juga disebut prasarana. Dalam hal ini jalan yang menuju
arena dan tempat parker juga termasuk prasarana olahraga yang terkait.
I. Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana dan Prasarana Ukuran Standar
Guru pendidikan jasmani seringkali mengeluh tidak dapat mengajar dengan
baik karena tidak memiliki peralatan olahraga yang cukup. Keluhan demikian
biasanya dilakukan oleh guru yang masih mengajar secara tradisional, dan
peralatan yang dimaksud adalah peralatan olahraga standar yang biasa dipakai
bermain oleh orang-orang dewasa. Misalnya basket yang semua prasarana dan
sarananya serba standar. Mengajar secara tradisional yang dimaksud adalah
mengajar pendidikan jasmani dengan materi yang mirip dengan pendidikan
olahraga. Murid diperkenalkan kepada teknik dasar standar untuk
meningkatkan cabang olahraga tertentu. Dengan pengajaran secara tradisional
ini, banyak murid yang tidak mampu melaksanakan tugas gerak yang
diberikan oleh guru. Sebab di samping gerakannya sulit, biasanya digunakan
peralatan olahraga untuk orang dewasa.
Dari uraian di atas dapat dibayangkan berbagai kesulitan mengajar mengajar
pendidikan jasmani di SD dengan sarana dan prasaran olahraga ukuran
ring dan bola sesuai dengan ukurannya maka pasti banyak murid terutama
murid putri yang iak mampu melakukannya. Sama halnya dengan mengajar
cabang olahraga lainnya. Kesimpulannya banyak kelemahan-kelemahan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan fasilitas alat dan
lapangan dalam ukuran standar. Paling tidak selain harganya mahal dan
diperlukan dalam jumlah banyak, dapat pula disebutkan beberapa kelemahan
lain yaitu banyak sekolah yang tidak mernpunyai lapangan, kurang memberi
kebebasan murid, tidak semua murid mampu menggunakan dengan baik, tidak
sesuai dengan karakteristik murid dan tujuan pendidikan jasmani sulit dicapai.
1. Banyak sekolah tidak mempunyai lapangan.
Mengajar dengan ukuran lapangan sebenarnya memerlukan lapangan luas
paling tidak sekolah harus memiliki satu lapangan bola basket dan satu
lapangan sepak bola (Soepartono, 2000:32). Namun kondisi sekolah
sekarang kebanyakan hanya memiliki halaman yang tak begitu luas.
Karena masih ada guru yang hanya mengairah dengan peralatan dan
lapangan ukuran sebenarnya, maka banyak materi pendidikan jasmani
tidak diajarkan misalnya halaman sekolah hanya 15 x 25 meter, cukup
untuk satu lapangan bola basket saja padahal dalam kurikulum seharusnya,
satu semester hanya dua kali pelajaran bola basket.
2. Kurang memberikan kebebasan kepada murid.
Pendidikan jasmani dengan aturan dengan cabang olahraga yang
sebenarnya kurang memberi kebebasan kepada murid. Karena
keterampilan murid belum baik dan harus menggunakan alat (misalnya
dan tidak lancar.
karena terkait
bola basket, dalam pelaksanaan sh
sulit dalam mel
digunakan tersebut serba standar.
pendidikan jasmani adalah untuk
murid. Untuk itu seharusnya murid
luasnya.
3. Tidak Semua Mu
Olahraga Ukuran Standar.
Tentang fasilitas ala
menuntut tersedianya peralatan u
ukuran sebenarnya. Dana untuk pengadaan
baik dibelikan bahan atau peralatan sederhana yang
sebagian bisa dibuat sendiri
sebenarnya, disampi
menggunakan. Contoh dalam permai
gambar ini.
Gambar 4. Sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa diadaptasi dari Yoyo Bahagia (2000).
lancar. Pada waktu bermain murid tidak dapat bebas be
karena terkait oleh peraturan permainan. Ambil contoh permainan
bola basket, dalam pelaksanaan shooting bola basket bagi siswa
sulit dalam melakukan lemparan yang baik dikarenakan ala
digunakan tersebut serba standar. Padahal salah satu tujuan
pendidikan jasmani adalah untuk memenuhi kebutuhan gerak
murid. Untuk itu seharusnya murid diberi kesempatan bergerak seluas
Tidak Semua Murid Mampu Menggunakan Dengan Baik Fasilitas
Olahraga Ukuran Standar.
fasilitas alat pun sebenarnya guru pendidikan jasmani tidak perlu
menuntut tersedianya peralatan untuk setiap cabang olahraga
ukuran sebenarnya. Dana untuk pengadaan peralatan
baik dibelikan bahan atau peralatan sederhana yang murah dan m
sebagian bisa dibuat sendiri oleh guru. Peralatan olahraga yang
sebenarnya, disamping harganya mahal juga belum tentu murid mampu
akan. Contoh dalam permainan bola basket kejadiannya seperti
Sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa diadaptasi dari Yoyo Bahagia (2000).
dapat bebas bergerak
contoh permainan
ooting bola basket bagi siswa SD sangat
akan alat yang
Padahal salah satu tujuan
enuhi kebutuhan gerak
diberi kesempatan bergerak
seluas-gunakan Dengan Baik Fasilitas
uru pendidikan jasmani tidak perlu
k setiap cabang olahraga dengan
peralatan tersebut lebih
murah dan mungkin
Peralatan olahraga yang
juga belum tentu murid mampu
ket kejadiannya seperti
4. Tidak Sesuai Dengan Karakteristik Murid.
Guru pendidikan jasmani seharusnya tidak mengajar tetapi
membelajarkan. Artinya guru harus mengusahakan agar muridnya mau
dan senang belajar. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami
karakteristik muridnya. Murid SD masih tergolong anak-anak yang masih
menyukai aktivitas bermain dan lomba-lomba yang menyenangkan. Jadi
fasilitasnya tidak sesuai dengan karakter murid, sebaiknya dimodifikasi
disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi murid.
5. Tujuan Pendidikan Jasmani Sulit Dicapai.
Tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani secara tradisional masih
meningkatkan kemampuan gerak dasar untuk meningkatkan prestasi
cabang olahraga tertentu. Padahal tidak satupun tujuan pendidikan jasmani
didalam kurikulum yang berbunyi meningkatkan prestasi, baik kurikulum
SD, SMP maupun SMA. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa dengan
menggunakan peralatan standar, waktu gerak efektif per murid sangat
rendah. Dengan menggunakan efektif per murid rendah maka sulit untuk
meningkatkan kesegaran jasmani maupun merangsang pertumbuhan.
Begitu pula tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang lain sulit dicapai juga.
J. Pengertian Modifikasi
Menurut Rusli Lutan (1997) menjelaskan bahwa : “Modifikasi diartikan
sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru seperti bentuk,
kreatifitas aslinya”. Modifikasi sebenarnya hanya istilah saja, modifikasi
bukan model juga bukan metode, tapi mengacu kepada. Berbagai keterampilan
mengajar yang diadaptasikan secara tepat selama proses pengajaran.
Modifikasi menurut Soepartono (2000:38) menjelaskan sebagai berikut:
Modifikasi adalah pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi
kelas yang menekankan kepada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan
gerak agar sukses dalam mengembanakan keterampilan. Cara-cara guru
memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajaran yang
diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pembelajaran.
K. Modifikasi Tujuan pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari
mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi.
Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan
materi kedalam tiga komponen, yakni tujuan perluasan, penghalusan dan
tujuan penerapan.
1. Tujuan perluasan.
Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan
aspek efisiensi dan efektifitas. Contohnya siswa mengetahui dan dapat
2. Tujuan Penghalusan.
Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. Misalnya siswa
mengetahui dan melakukan menembak bola basket dengan menggunakan
satu tangan di atas kepala.
3. Tujuan Penerapan.
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan dan kemampuan melakukan efektititas gerak
atau keterampilan yang dipelajarinya misalnya siswa
mengetahui dan melakukan menembak bola basket tanpa
menggunakan bola.
L. Modifikasi Alat Belajar
Media belajar atau alat belajar merupakan suatu perangkat yang terlibat dalam
proses belajar mengajar. Media belajar atau alat belajar juga bisa menentukan
kualitas proses belajar mengajar, walaupun banyak faktor lainnya yang bisa
menentukan kualitas belajar mengajar. Media belajar yang harus juga
mempertimbangkan situasi, kondisi dan kemampuan siswa. Ada kalanya
media belajar yang dipergunakan siswa tidak sesuai atau tidak
mempertimbangkan kondisi serta kemampuan siswa misalnya anak-anak usia
sekolah dasar saat melakukan suatu permainan memakai perlengkapan orang
dewasa. Mengenai kondisi siswa Kiram (1991:295) mengatakan seringkali
yang belum memiliki kemampuan umuk memenuhi tuntunan kurikulum atau
tuntutan hasil belajar yang harus dicapai oleh kurikulum. Inti
permasalahannya, bahwa apabila media belajar tersebut tidak sesuai dengan
kondisi dan kernampuan peserta didik maka siswa akan mengalami kesulitan
dalam proses belajarnya, dan hal ini akan menghambat dalam pencapaian
tujuan proses belajar mengajar tersebut. Ketidaksesuaian media belajar bisa
mengakibatkan kondisi kejiwaan siswa terganggu. Misalnya, turunnya
kegairahan belajar, rasa percaya diri dan motivasi. Hal ini dikatakan Kiram
(1991:296), sebagai berikut : "bila keadaan yang demikian dibiarkan
berlaruit-larut maka rasa percaya diri, motivasi, dan kegairahan belajar siswa akan
menurun. Akhirnya mereka akan terjerumus pada suatu kondisi psikis yang,
frustasi karena merasa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk berbuat atau
menampilkan sesuatu yang baik. Hal yang demikian patut dihindarkan atau
dicegah". Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap
kondisi alat belajar dan kreatifitas untuk mengubahnya, apabila dirasakan
kondisi alat belajar tersebut tidak sesuai lagi dengan siswa, merupakan jalan
keluar yang baik. Lebih lanjut Kiram (1991:298) menerangkan hal sebagai
berikut "Bila alat yang digunakan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
terlalu besar, kecil, berat, ringan, rumit, dan sebagainya, ubahlah alat yanh
dihunakan tersebut sehingga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
menggunakannya".
Dalam hal modifikasi ini Ateng ( 1988:253) mengatakan : “Pertimbangan
yang paling penting dalam modifikasi adalah agar anak dapat belajar
Berikut ini adalah seju
dikemukakan oleh Ateng (1988:254) :
regu, ukuranlapan
Gambar 6. Sketsa modifikasi pembelajaran bola
Gambar di atas me
yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk prasarana yaitu tiang ring Berikut ini adalah sejumlah gagasan contoh modifikasi, yang
oleh Ateng (1988:254) : “kurangi jumlah pemain dalam satu
lapanglan dikurangi, atau diperkecil, kurangi waktu
rendahkan net atau ring basket, mempermudah membuat
gan mempermudah gawang, meniadakan penjaga ga
dengan cara lain dalam membuat skor, pakai al
lebih cocok, seperti bola yang lebili ringan, bola pantai untuk bola
ukuran yunior untuk sepakbola dan bola basket, pakai garis bantu
untuk menekankan permainan posisi”.
. Sketsa modifikasi sarana pembelajaran bola basket
Gambar 6. Sketsa modifikasi pembelajaran bola basket
Gambar di atas merupakan contoh sketsa modifikasi prasarana dan sarana
digunakan dalam penelitian ini. Untuk prasarana yaitu tiang ring lah gagasan contoh modifikasi, yang
jumlah pemain dalam satu
, atau diperkecil, kurangi waktu
membuat skor,
, meniadakan penjaga gawang
n cara lain dalam membuat skor, pakai alat yang
bola yang lebili ringan, bola pantai untuk bola voli,
n bola basket, pakai garis bantu
aran bola basket
contoh sketsa modifikasi prasarana dan sarana
dengan ukuran tinggi ring dari Ujung papan bawah 2,20 meter dan tinggi
ring dari ujung papan bawah kesimpai 0,30 meter, untuk papan pantul jarak
AB=CD=1,80 meter, AC=13 D=1,20 meter, EF=GH=1 0,59 meter
EG=14=1=0,45 meter, lebar garis-garis pada papan 0,05 dan tebal papan
pantul=3 cm. Untuk sarana yang pertama yaitu bola basket mini dengan
berat bola 450-500 gram keliling bola 60-73 cm, kedua bola kaki dengan
berat bola 353 gram keliling bola 63-68 cm, ketiga bola futsal 350 gram
dengan keliling 55-65 cm.
Tujuan modifikasi yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
menikimati permainan secara penuh, dalam situasi dan kondisi yang sesuai
dengan usia dan kapasitas fisik mereka, suatu usaha untuk mengurangi
kesulitan-kesulitan dalam permainan, memperbesar kenikmatan
dan kepuasan kepribadian anak, semua tujuan dan pertirnbangan untuk
memodifikasi alat belajar pada dasarnya untuk memberi kemudahan
kepada siswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Kemudahan-kemudahan yang di dapat oleh anak-anak tersebut selama proses
belajar mengajar diharapkan bisa meningkatkan persentase keberhasilan dalam
belajar keterampilan motorik. Hal ini dapat mengakibatkan efek kejiwaan
yang positif, umpamanya meningkatkan rasa percaya diri, bergairah, dan
motivasi dalam proses belajar keterampilan motorik. Kiram (1991:295)
mengatakan bahwa : Memberikan pengalaman keberhasilan dalam belajar
keterampilan motorik adalah memberikan kesempatan, kemungkinan, atau
pembelajaran. Mengalami suatu keberhasilan atau meningkatkan rasa percaya
diri, bergairah, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
M. Tinggi Ring, Bola Mini, Sebagai Prasarana dan Sarana Modifikasi Alat Belajar.
Tinggi ring, bola mini, sebagai prasarana dan sarana modifikasi alat
belajar merupakan usaha untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam belajar menembak. Selain itu juga, dasar pertimbangan yang lain
adalah supaya anak melakukan pola gerak yang benar tanpa dibebani oleh ring
basket yang tinggi, bola yang mungkin terlalu berat. Kemudian hal yang
paling penting lainnya adalah memberikan keberhasilan yang lebih banyak
kepada si anak dibandingkan dengan menagunakan prasarana dan sarana
yang serba standar. Penggunaan prasarana dan sarana modifikasi alat
yaitu bola dan ketinggian ring yang dari biasanya juga bisa menumbuhkan
motivasi ekstrinsik atau motivasi yang timbul dari luar individu. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sardiman (1993:90), sebagai berikut : "motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar". Lebih lanjut Sardiman (1993:90), menjelaskan bahwa :
"motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar".
Tujuan akhir dari penggunaan sebagai sarana modifikasi dalam proses
yang betul dalam tembakan juga untuk menumbuhkan aspek kejiwaan yang
positif, misalnya tumbuhnya kepercayaan diri, motivasi, rasa senang dan rasa
puas. Kumpulan (akumulasi) dari aspek-aspek kejiwaan tesebut ditambah
dengan latihan yang berkelanjutan dan sistematis diharapkan bisa membentuk
para pemain basket dengan kemampuan atau kualitas menembak yang baik.
N. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis dari
penelitian ini sebagai berikut : Jika pembelajaran menggunakan prasarana
dan sarana modifikasi dilakukan maka hasil pembelajaran gerak dasar
menembak dalam permainan bola basket pada siswa kelas VI dengan
menggunakan bola basket mini, bola kaki, bola futsal dan ketinggian ring
yang dimodifikasi di SD Negeri 1 Tri Tungal Adiluwih Kecamatan Adiluwih
III. METODE PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research) dilaksanakan pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu
dengan alasan bahwa siswa kelas VI memiliki kemampuan yang
rendah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani
khususnya dalam gerak dasar menembak permainan bola basket. Hal
ini berdasarkan dokumentasi hasil tes menembak dimana siswa memiliki
nilai dibawah rerata.
Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk perbaikan dan
peningkatan layanan profesionalisme dosen dan guru dalam menangani
proses belajar mengajar bagaimana tujan itu dapat dicapai, tujuan itu
dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam
memecahkan persoalan pembelajaran dikelas oleh karena itu fokus
penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif
yang direncanakan, dicobakan, dan dievaluasi sehingga
tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
B. Definisi Operasional Variabel
1. Modifikasi prasarana dan sarana adalah cara melakukan gerak dasar
menembak dengan menggunakan prasarana dan sarana modifikasi.
2. Keterampilan gerak dasar menembak bola basket adalah siswa
melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan prasarana
(ketinggian ring) dan sarana (bola basket mini, bola kaki, bola futsal).
C. Subjek Penelitian dan Sampel
1. Subjek Penelitian
Dalam proses pemecahan masalah diperlukan suatu data objek
penelitian atau populasi yang akan diselidiki mengenai populasi ini.
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian, populasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri
Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu berjumlah 36
siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam PTK ini
Sampel yang digunakan adalah adalah siswa kelas VI di SD Negeri 1
Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu yang
berjumlah 36 Siswa, dengan pertimbangan bahwa siswa kelas tersebut
memiliki kemampuan yang rendah dalam melakukan pembelajaran
b
c
hasil tes menembak dimana kelas VI memiliki nilai dibawah rerata kelas
lainnya.
D. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis merencanakan sampai tiga siklus dan setiap
siklus memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaannya, setiap
proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya
seperti pada gambar di bawah ini :
Siklus Penelitian Kaji Tindak
Gambar 7. Siklus Penelitian Kaji Tindak diadapatasi dari Depdikbud (1999)
Keterangan Gambar :
a : rencana b : tindakan c : observasi d : refleksi
E. Pelaksanaan Tindakan
PTK ini dilaksanakan selama bulan Februari-Maret 2012 dengan 3 siklus dan
kegiatannya sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
1.1. Menyiapkan alat observasi sebagai alat pemantau dan
perekam data. Dalam pelaksanaan PTK ini direkam dengan
Handycam untuk keperluan evaluasi.
I II III
a
1.2. Menyiapkan prasarana dan sarana bola basket yang akan
digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
1.3. Menyiapkan hasil pemantauan untuk didiskusikan dengan
dosen pembimbing yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tindak lanjut kegiatan.
2. Persiapan
Persiapan diarahkan pada situasi yang kondusif, agar tidak terjadi
kejutan-kejutan yang dapat nnenimbulkan kegagalan dalam pelaksanaan.
PTK ini ditujukan pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri Tunggal
Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
3. Implementasi di Lapangan
3.1. Memberikan pengarahan kepada subjek penelitian.
3.2. Memberikan petunjuk dan demonstrasi setiap tugas gerak
3.3. Melihat situasi kelas saat proses pembelajaran berlangsung.
3.4. Mengamati pelaksanaan penelitian, apakah berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
3.5. Mencapai setiap hasil pembelajaran untuk refleksi siklus berikutnya.
4. Pengelolaan dan Pengendalian
Pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
4.1. Pengorganisasian waktu, rencana, sarana dan prasarana
pendukung PTK ini pada setiap siklus.
4.2. Peneliti mencatat seluruh peristiwa yang terjadi saat
berlangsung prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
5. Prosedur Pembehajaran dan Cara Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana penerapan
proses pembelajaran dengan menggunakan prasarana dan sarana
modifikasi dengan memperhatikan poin-poin yang akan dinilai
(evaluasi) untuk menembak bola basket yang diperhatikan adalah
cara memegang bola, sikap awal, sikap lempar, hasil dan sikap akhir.
Pada siklus pertama proses pembelajarannya, mengamati poster,
penjelasan dan demonstrasi. Setelah obyek penelitian melihat,
mencermati, menganalisis, siswa mencoba melakukan tindakan yaitu
menembak bola basket.
Pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari siklus pertama,
masalah yang ditemui pada menembak bola basket adalah kurang
baik dalam sikap lempar dan sikap akhir. Jika dibandingkan dengan
siklus pertama maka basil pada siklus kedua sudah ada meningkatan dan
lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
Pada penelitian siklus ketigamerupakan tindak lanjut dari penelitian
siklus kedua. Pada putaran ketiga ini belajarnya mengamati poster
dan diberikan demonstrasi langsung disaat pembelajaran bagi yang
belum dan kurang menguasai keterampilan, gerak dasar menembak
bola basket. Dengan pemberian tindakan yang bervariasi peningkatan
hasil pembelajaran sangat baik dilihat perolehan rerata kelas. Untuk
tes menembak bola basket pada siklus ketiga lebih baik daripada siklus
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK
disetiap siklusnya. Instrumen untuk menganalisis keterampilan gerak
dasar menembak bola basket diadaptasi dari Persatuan Bola Basket
Seluruh Indonesia (PERBASI.1999) dan setiap indikatornya diberi bobot
nilai 1-5. alat itu berupa indikator-indikator dari penilain gerak dasar
menembak bola basket, bentuk indikatornya adalahn. 1. Cara memegang
bola; 2. Sikap awal ; 3. Sikap lempar ; 4. Sikap akhir ; 5.Hasil.
Menurut Freire and Cuningham dalam Muhajir (1997) alat ukur untuk
Instrumen dalam PTK tindakan valid, bila tindakan itu memang aplikatif
dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga
kriteria validitas PTK terletak pada aplikatifnya atau berfungsinya
tindakan untuk mengupayakan perbaikan atas masalah yang dihadapi.
Cara penilaian pada proses pembelajaran gerak dasar bola basket
dengan melihat nilai dari tahap cara memegang bola, sikap awal, sikap
lempar, sikap akhir dan hasil. Jika siswa memenuhi setiap aspek pada
tahap-tahap proses gerak tolak peluru maka siswa mendapatkan nilai 1-5.
Sedangkan aspek-aspek dari tahap gerakan tersebut meliputi :
1. Cara memegang bola
1.1.Telapak Tangan
Kedua telapak tangan seluruhnya melekat pada samping-samping
bola agak ke belakang
1.2.Bola
1.3.Jari-jari
Jari-jari tercerai lentuk.
1.4.Ibu Jari
Kedua ibu jari terletak dekat dengan badan dibagian belakang
bola dan menghadap kearah tengah ke depan.
1.5.Posisi Lengan
Posisi lengan ditekuk membentuk sudut 45 derajat.
2. Sikap awal
2.1.Posisi Kaki
Kaki sejajar atau kuda-kuda, bila, menggunakan sikap kuda-kuda kaki
yang depan sesuai dengan tangan kanan yang digunakan untuk
menembak
2.2.Pandangan
Pandangan kedepan atau melihat sasaran
2.3.Tangan
Tangan untuk menembak berada dibelakang bola
2.4.Siku
Siku masuk kedalam
2.5. Bola
Bola berada diantara telinga dan bahu.
3. Sikap Lempar
3.1.Bola
Pertama-tama bola dipegang dengan 2 tangan di atas kepala sedikit di
3.2.Siku Lengan Kanan
Siku lengan kanan (tangan untuk menembak) membentuk
sudut 90 derajat
3.3.Tangan Kiri
Tangan kiri meninggalkan bola.
3.4.Telapak Tangan Kanan
Telapak tangan kanan diputar menghadap basket.
3.5.Posisi Badan
Badan lurus menghadap sasaran teknik lutut agak dalam untuk
mengambil awalan, lengan mengikuti gerakan kaki.
4. Sikap akhir
4.1.Kaki
Kaki depan diluruskan
4.2.Lengan Kanan
Lengan kanan diluruskan kedepan atas hingga lengan itu
membuat sudut lebih kurang 45 derajat
4.3.Pergelangan Tangan
Diakhiri dengan lecutan pergelangan Langan.
4.4.Jari-jari
Jari-jari menghadap ke bawah
4.5.Pandangan
Pandangan ke depan/target
5. Hasil
Apabila bola tidak sampai atau melebihi sasaran
5.2.Membentur Papan/Ring
Apabila bola membentur papan/ring dan bola tidak masuk
5.3.Membentur Papan
Apabila bola membentur papan dan bola masuk
5.4.Membentur Ring
Apabila bola membentur ring dan bola masuk
5.5.Bola Masuk
Apabila bola masuk ke keranjang tanpa menyentuh papan ring basket.
G. Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui tindakan disetiap siklus, selanjutnya data
dianalisis melalui tabulasi, prosentase dan normative. Berdasarkan
kategori ketuntasan belajar, siswa yang mendapat nilai dibawah 6 perlu
diperhatikan, sedangkan siswa vang nilainya 6,5 keatas telah
memenuhi katunketuntasan belajar (KBK 2004). Untuk melihat
kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :
= x 100% (Subagio, 1991 dalam Surisman)
Keterangan :
P : Persentase keberhasilan
f : Jumlah gerakan yang dilakukan benar
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Untuk melihat keefektifan hasil tindakan pada PTK ini digunakan
perhitungan yang dikemukakan oleh Goodwin dan Coates, dalam
= − 100%
Keterangan rumus :
E : Efektifitas gerak melempar pada siswa
: Rerata nilai akhir siklus ke –3
: Rerata nilai tes awal atau tes sebelum tindakan
Bila basil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang
dilakukan dinyatakan efektif
H. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak dasar Menembak Bola Basket
1. Siklus pertama
Didalam pelaksanaannya, siklus pertama dilaksanakan pukul 08.45 s/d
10.15 wib (90 menit)
1.1. Rencana
Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses
pembelajaran yaitu bola basket ukuran mini dan tinggi ring yang
telah dimodifikasi serta instrumen yang diperlukan untuk
mengobservasi tindakan.
Pengenalan alat yang digunakan digunakan dalam pembelajaran
modifikasi bola basket.
Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus
pertama.
1.2. Tindakan
Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan
Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu
ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.
1.3. Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus pertama
dibantu oleh alat perekam evaluasi yanf dapat di replay ulang
untuk menjaga objektifitas penilaian.
1.4.Refleksi :
Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan
siklus pertama dengan menggunakan bola basket mini dan
modifikasi ketinggian ring sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran menembak bola basket, namun masih terdapat
kekurangan.
Merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Yang mana penulis
berencana menggunakan bola kaki.
2. Siklus kedua
Di dalam pelaksanaanya, siklus kedua dilaksanakanpukul 08.45 s/d
10.15 wib (90 menit)
2.1.Rencana
Menyiapkan alat-alat yang, berkaitan dengan proses
pembelajaran yaitu : bola kaki dan tinggi ring yang telah
dimodifikasi serta instrumen yang diperlukan untuk
mengobservasi tindakan.
2.2.Tindakan :
Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan bola
kaki
Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu
ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.
2.3.Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus kedua
dibantu oleh alat perekam evaluasi yang dapat di replay ulang, untuk
menjaga objektifitas penilaian.
2.4.Refleksi :
Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan
siklus kedua dengan menggunakan bola kaki dan modifikasi
ketinggian ring sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran menembak bola basket, namun masih terdapat
kekurangan.
Merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Yang mana penulis
bcrencana menggunakan bola futsal.
3. Siklus ketiga
Didalam pelaksanaannya, siklus ketiga dilaksanakan 4 kali pertemuan
waktu, pukul 08.45 s/d 10.15 wib (90 menit)
3.1.Rencana:
Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses
dimodifikasi dan instrumen yang diperlukan untuk
mengobservasi tindakan.
Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus
ketiga.
3.2.Tindakan
Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan bola futsal.
Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu
ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.
3.3.Observasi
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus ketiga
dibantu oleh alat perekam evaluasi yang dapat di replay ulang untuk
menjaga objektifitas penilaian.
3.4.Refleksi
Hasil observasi siklus ketiga didiskusikan dan disimpulkan, bahwa
pelaksanaan tindakan siklus ketiga dengan menggunakan bola
futsal terdapat peningkatan yang sangat signifikan dengan
prosentase rata-rata di atas 50%, untuk itu penulis beranggapan
bahwa penelitian ini dikatakan berhasil dan mendapat nilai yang
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat penulis
simpulkan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran keterampilan gerak dasar menembak bola basket yang
dilakukan dengan menggunakan modifikasi telah memberikan pengaruh
yang positif terhadap peningkatan keterampilan gerak dasar menembak
bola basket pada siswa kelas VI dengan menggunakan bola basket mini,
bola kaki, bola futsal di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih
Kabupaten Pringsewu.
2. Penggunaan latihan pada tahap motivasi dalam proses pembelajaran gerak
dasar menembak bola basket dengan tiga siklus tindakan telah terbukti
menghasilkan proses pembelajaran yang sangat efektif bagi siswa kelas VI
SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
3. Berdasarkan nilai rerata yang diperoleh dari setiap siklus tindakan dalam
proses pembelajaran menembak bola basket maka implikasinya adalah
untuk meningkatkan hasil pembelajaran harus diberikan perlakuan yang
sesuai dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan, bila bentuk
perlakuan yang diberikan tidak sesuai dengan metode yang ditetapkan,
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penulis
mengajukan beberapa saran :
1. Kepada guru Penjas baik pada jenjang pendidikan tingkat dasar
maupun tingkat menengah agar dapat memanfaatkan pendekatan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak didik.
2. Kepada rekan mahasiswa program S 1 penjaskes agar selalu berupaya
meningkatkan kemampuannya baik pengetahuan maupun keterampilan
motoriknya melalui pendekatan metode pembelajaran dalam. mengajar.
3. Didalam proses pembelajaran yang dilakukan berupa
tindakan-tindakan dari siklus pertama hingga siklus ketiga hasil refleksi
menyimpulkan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini terletak
pada hasil atau akurasi dalam melakukan tembakan.
4. Setelah siswa benar-benar siap, terutama dalam kondisi fisiknya
maka proses pembelajaran menembak dalam permainan bola basket
bisa diteruskan dengan menggunakan prasarana dan sarana ukuran
standar.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Bermain Bola Basket ... 14
2. Menembak ... 17
3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket ... 18
4. Sarana dan Prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa ... 22
5. Sketsa Modifikasi Prasarana Pembelajaran Bola Basket ... 27
6. Sketsa Modifikasi Sarana Pembelajaran Bola Basket... 27
xi A. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar ... 8
B. Landasan Teori Belajar Moterik ... 9
1. Hukum kesiapan ... 12
2. Hukum ulangan atau latihan... 12
3. Hukum akibat ... 12
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses. Belaiar Siswa ... 13
D. Bermain Bola Basket... 14
E. Menembak ... 15
F. Menembak Dengan Satu Tangan Di Atas Kepala ... 17
G. Pengertian Sarana ... 18
H. Pengertian Prasarana ... 19
I. Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana dan Prasarana Ukuran Standar ... 20
J. Pengertian Modifikasi ... 23
K. Modifikasi Tujuan pembelajaran ... 24
L. Modifikasi Alat Belajar ... 25
M. Tinggi Ring Bola Mini Sebagai Prasarana dan Sarana Modifikasi Alat Belajar ... 29
N. Hipotesis ... 30
III. METODE PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian ... 31
B. Definisi Operasional Variabel ... 32
C. Subjek Penelitian dan Sampel ... 32
xii
Menembak Bola Basket ... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Refleksi Hasil Penelitian ... 44 B. Deskripsi dan Efektifitas Pembelajaran setiap siklus... 49 C. Implikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 51 B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA
D A F T A R P U S T A K A
Ateng, Abdul Kadir. (1988), Bandung. Asas dan Landasan Pendidikan Jusmani.
Bunn, W. J. (1964), Basketball Techniques and Team Play. New Jersey ; Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs.
Departemen Pendidikan dan Kebudavaan, (1999), Penelitian Tindakan Kelas Action Research, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Umum.
Departemen Pendidikan dan Kebudavaan, (1979), Jakarta. Permainan dan felodik.
Departemen Pendidikan Nasional, (2000), Bola Basket. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Engkos Kosasih, (1994), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Erlangga
FIBA, (2000), Peraturan Permainan Bola Basket Internasional.
KBK, (2004). Jakarta, Pendidikan Jasmani untuk SMP Kurikulum Berbasis Kompetensi. Penerbit Erlangga.
Kiram, Phil Yanuar. (1991), Belajar Motorik. Jakarta ; P2TK.
Lutan, Rusli. (1988), Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Dirjen Dikti, P2LPTK.
Lutan, Rusli. (1997). Jakarta. Olahraga dan Etika Fairplay.
Mphajir, Noeng, (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak.
Yogyakarta. BPGSD.
Murpy, C. C. (1939). Basketball. New York , AS. Barrier and Company
Nasution, S (1986). Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung, Jemmars.
Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung PT Remaja Rosda Karya.
Sardinnan. (1993). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Usman, Moch. U. (1990), Pengantar Penelitian Kaidah Dasar-dasar Metode Teknik. Bandung ; Tarsito.
Wissel, Hal. (2000). Bola Basket. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
Yoyo, Bahagia. (2000). Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-5
setiap siklus menembak bola basket ... 45 2. Simpulan Deskripsi nilai pembelajaran dengan menggunakan prasarana dan
KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2012
(Skripsi)
Oleh : ERLIYANTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2012
Oleh : ERLIYANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Penjaskes Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGGUNAKAN MODIFIKASI
PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : ERLIYANTO
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118009
Program Studi : Penjaskes
Juruasan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Herman Tarigan, M.Pd
PENGESAHAN
Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd …………
Penguji : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENEMBAK DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN
MODIFIKASI PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2012
Oleh ERLIYANTO
Peneltian ini bertujuan untuk mengatasi ketidaksesuaian prasarana dan sarana dalam proses belajar menembak dalam permainan bola basket melalui modifikasi pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih
Kabupaten Pringsewu.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan 3 Siklus. Siklus 1 menggunakan bola basket mini, siklus 2 menggunakan bola kaki, dan siklus 3 menggunakan bola futsal serta
menggunakan prasarana berupa ketinggian Ring yang telah dimodifikasi. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu yang berjumlah 36 siswa dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut berdasarkan dokumentasi hasil tes menembak mendapat nilai dibawah rerata kelas lainnya. Pengumpulan data pada setiap siklus dilakukan dengan menggunakan tabulasi dan prosentase.
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : ERLIYANTO
NPM : 1013118009
Tempat tanggal lahir : Lampung Selatan, 27 November 1967
Alamat : Lumbirejo RT/RW : 004/004
Kecamatan Negeri Katon
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan
Pembelajaran Menembak Dalam Permainan Bola Basket Dengan
Menggunakan Modifikasi Prasarana dan Sarana Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2012.” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal Februari – Maret 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, 10 April 2012
Tidak semua orang berprestasi akan berhasil dengan mudah,teruslah
berusaha dan jangan pernah menyerah apalagi putus asa dalam
berkompetisi dengan pekerjaan.
Jadi diri sendiri dan harus bisa menghargai orang lain, itu merupakan salah
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
1. Allah SWT karena berkat kuasa dan KaruniaNya saya mampu menyusun Skripsi ini
hingga selesai.
2. Bapak DosenPembimbing dan Pembahas yangtelahmemberipengarahan yang kami
butuhkansehinggasayabisatahuhal – hal yang sayabelumtahu.
3. BapakKepalaSekolah yangtelahmengizinkandanbertanggungjawabataspelaksanaanPe
nelitian saya.
4. Istri dan Anak-anakku tersayang karena telah mendukung dan menjadi motivatorku.
5. Sahabat-sahabatku yang
selalumenemaniperjuangankubersama-samadariawalsampaiakhirmasakuliahku di
FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung
6. AlmamaterFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung tercinta
7. Dan kepadasemuapihak yang tidakdapatpenulissebutkansatupersatu yang