• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENEMBAK DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENEMBAK DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini di Indonesia permainan bola basket merupakan permainan yang banyak digemari tidak hanya kalangan orang dewasa tetapi anak-anak pun sudah banyak memainkannya. Gejala ini erat kaitannya dengan gencarnya tayangan Liga Bola Basket Amerika atau yang dikenal dengan NBA (National Basketball Association). Tayangan dan dampak dari NBA ini tidak hanva terdapat di Indonesia tapi hampir di seluruh negara di dunia.

Permainan bola basket merupakan permainan yang sangat menarik, oleh karena dapat dimainkan oleh putra dan putri semua golongan umur, selain dari para pemain dituntut keterampilan bermain juga kebugaran jasmani, dan kekuatan, serta daya tahan tubuh yang tinggi.

(2)

baik buruknya pembinaan dan pengembangan olahraga bola basket di sekolah-sekolah tergantung pada mekanisme proses belajar mengajarnya dikaitkan dengan Kurikulum dijelaskan bahwa melalui proses belajar dalam proses belajar bola basket terdapat faktor-faktor yang akan menentukan terhadap hasil belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah faktor bawaan atau faktor internal yang dimiliki oleh individu sendiri, seperti : bakat, minat, motivasi dan intelegensi. Selain faktor tersebut adalah faktor eksternal atau faktor yang, berasal dari luar individu, seperti : pelatih. guru, waktu latihan, penggunaan prasarana dan sarana pembelaiara.

Berdasarkan pendapat di alas, penggunaan fasilitas pembelajaran yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pembelajaran. Dengan adanya fasilitas pembelajaran akan merangsang siswa untuk belajar. Seperti yang, dikemukakan Briggs yang dikutip oleh Sardiman (1993:6), sebagai berikut: "media adalah segala alas fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang siswa untuk belajar". Lebih lanjut Sadirman menerangkan tentang kegunaan dari media.

Media pendidikan berguna untuk : 1. Menimbulkan kegairahan belajar

2. Memungkinikan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

3. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya .

(3)

belajarnya, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran akan lebih besar. Hal tersebut akan mempermudah dan memperlancar proses belajar rnengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pula halnya dalam proses belajar bola basket, penggunaan media belajar sangat diperlukan dalam mempelajari gerakan-gerakan yang dilakukan. Media belajar akan bermanfaat bagi siswa apabila digunakan sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini diungkapkan Kiram (1991:269) sebagai berikut :

"Kondisi persyaratan luar seperti fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan atau dipergunakan yang tidak mendukung dapat merupakan sumber penyebab terjadinya kesalahan, misalnya menggunakan alat yang telah rusak, ukuran peralatan yang dignakan tidak sesuai dengan kemampuan siswa (terlalu ringan, terlalu pendek, terlalu berat, atau terlalu besar).

Dari keterangan diatas minimnya prasarana dan sarana olahraga juga

menuntut guru untuk lebih kreatif, guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dan memanfaatkan prasarana dan sarana seadanya di sekolah, modifikasi diartikan sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru, seperti bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya

menghilangkan kreatifitas aslinya, Rush Lutan(1997). Dalam permainan bola basket banyak teknik dasar yang perlu dipelajari agar seseorang, dapat

bermain bola basket dengan baik diantaranya : teknik melempar, menangkap, teknik menggiring bola, teknik menembak, teknik gerak berporos, teknik lay-up shoot dan teknik merebut bola (rebound). Salah satu yang

(4)

suatu regu, "Keberhasilan (kemampuan) suatu regu sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam menembak. Untuk dapat berhasil dalam tembakan perlu dilakukan teknik-teknik yang betul". Selain itu bola basket merupakan permainan dengan tujuan memasukkan bola sebanyak mungkin.

Menurut pengamatan penulis masih banyak guru olahraga dalam proses belajar mengajar gerak dasar menembak dalam bola basket untuk siswa dengan menggunakan prasarana dan sarana pendukung serba standar. Sejauh pengamatan penulis para siswa pemula mempunyai banyak kesulitan untuk belajar gerak dasar baik apabila mempergunakan prasarana dan sarana serba standar seperti, bola ukuran standar dan tinggi ring yang standar apalagi kalau dikaitkan dengan fisik dan otot-otot para siswa yang masih lemah dan kecil. Banyak diantara siswa tersebut melakukan

penyesuaian gerak akibat bola yang tidak sesuai dengan kapasitas tenaga yang mereka miliki, misalnya akibat ring yang tinggi dan bola yang

(5)

tinggi ring dan bola merupakan alternatif untuk mengurangi hambatan dalam belajar gerak dasar menembak dalam permainan bola basket. Karena dengan menggunakan prasarana dan modifikasi tersebut maka ketidaksesuaian antara tinggi ring dan bola daripada kapasitas tenaga siswa menjadi teratasi.

Berdasarkan penilaian dan pengamatan selama penulis mengajar di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu kelas VI Semester Genap tahun ajaran 2011/2012, dengan melihat hasil pembelajaran permainan bola basket khususnya gerak dasar menembak hasil pembelajaran gerak dasar menembak sangat rendah. Di dalam proses pembelajaran

berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, nilai 6,5 atau lebih telah memenuhi kategori ketuntasan belajar. Bertolak ukur dari keterangan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa bertujuan dari upaya meningkatkan proses belajar mengajar khususnya gerak dasar menembak bola basket,

penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai solusinva.

B. Rumusan Masalah

(6)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar menembak dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola basket mini dan ketinggian ring yang dimodifikasi.

2. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar

menembak dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola kaki dan ketinggian ring yang dimodifikasi.

3. Untuk mengetahui adakah peningkatan pembelajaran gerak dasar dalam permainan bola basket dengan menggunakan bola futsal dan ketinggian ring yang dimodifikasi.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru Penjas

Sebagai bahan masukan untuk mengajarkan gerak dasar menembak bola basket kepada siswanya.

2. Program Studi Penjas FKIP Unila

Sebagai kontribusi untuk perbendaharan dalam pendekatan mengajarkan keterampilan gerak khususnva bagi mahasiswa yang akan melakukan PPL.

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian sebagai berikut : 1. Jenis gerak dasar menembak yang diteliti adalah gerak dasar menembak

(7)

2. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi SD Negeri 1 Tri Tunggal Mulyo kelas VI sebanyak 36 orang dikarenakan kelas tersebut mempunyai nilai dibawah rata-rata.

F. Penjelasan Istilah

1. Belajar menurut Nasution (1986:39), menjelaskan sebagai berikut : "Belajar adalah suatu proses perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.

2. Menembak menurut Hal Wissel (2000:43), menjelaskan sebagai berikut: "menembak adalah keahlian yang sangat penting di dalam olahraga bola basket. Keahlian dasar yang harus dilatih itu adalah keakuratan

menembak".

3. Sarana menurut Soepartono (2000:6), menjelaskan sebagai berikut istilah sarana adalah terjemahan dari "Facilities", yaitu sesuatu yang dapat dignakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau Penjas".

4. Prasarana menurut Soepartono (2000:5), menjelaskan sebagai berikut: "secara umum Prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses".

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar

Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang saling berinteraksi antara

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan mengajar yang

dilakukan oleh guru.

Interaksi antara guru dan siswa ini terjalin erat bila keduanya mempunvai

tujuan yang sama jelasnya dan dipahami oleh masing - masing pelakunya.

Dalam kaitan tersebut Usman (1990 : 1), menjelaskan tentang proses belajar

mengajar sebaaai berikut :

"Proses belajar mengajar merupakan suatu perbuatan guru dan siswa atas

dasar hubungan timbal balik yang berkembang dalam situasi eduktif untuk

mencapai tujuan tertentu, interaksi hubungan timbal balik antara guru dan

siswa ini merupakan syarat utama bagi berkembangnya proses belajar

mengajar".

Jadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa akan tercapai tujuannya,

bila keduanya saling memahami dengan baik. Untuk mengetahui dan mengerti

sesuatu hal, bahwa dalam diri seseorang telah terjadi sesuatu proses belajar,

harus mengerti dahulu apa yang dimaksud dengan proses belajar. Proses

belajar secara umum adalah proses perubahan seseorang dari tidak mampu

(9)

"belajar itu selalu menunjukan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi

seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu". "PErilaku disini

mempunyai pengertian vang luas, mecakup berbagai kegiatan manusia seperti

mengindra, mempersepsi, memperhatikan, belajar, dan berbuat dengan gerak

nyata" menurut Sage yang dikutip Lutan (1988:75).

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diungkapkan beberapa hal

mengenai belajar. Belajar merupakan proses perubahan prilaku atau pribadi

yang didasari oleh praktek pengalaman tertentu itu bisa berupa kegiatan

mengindra, mempersepsi, memperhatikan, bekerja, dan berbuat dengan gerak

nyata, serta melalui pembelajaran. Dari definisi belajar yang telah penulis

paparkan, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan

yang berurusan dengan prilaku seseorang yang bersifat menetap sebagai

akibat adanya pengalaman dam pembelajaran.

B. Landasan Teori Belajar Motorik

Belajar motorik berhubungan erat dengan proses latihan dan pengalaman

seperti yang diungkapkan oleh Schmidt yang dikutip oleh Lutan (1988:102)

bahwa : "Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan

latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen

dalam prilaku terampil".

Perubahan itu seridiri hanya dapat ditafsirkan berdasarkan penampilan dalam

pelaksanaan tugas yang bersangkutan, karena melalui penampilanlah

perubahan tersebut dapat diamati, diukur dan dinilai. Gejala belajar motorik

(10)

Behaviorisme sangat mengandung pola prilaku manusia secara objektif, dan

inilah yang menjadi perhatian utama teori belajar behaviorisme. Sedangkan

hal-hal yang bersifat subjektif seperti kesadaran, pikiran dan keamanan kurang

diperhatikan. Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan

hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) dan hubungan (S-R) akan

bertambah erat jika sering dilatih. Dengan demikian latihan merupakan

pengulangan S-R yang dipandang oleh teori ini sebagai proses belajar.

Penemu teori behaviorisme adalah John B. Watson. Ia melatih cara seekor

tikus yang berusaha keluar dari lorong yang berbelit-belit. Ia mengamati

dan mencatat semua tang dilakukan tikus percobaanya sebagai data untuk

memecahkan gejala prilaku binatang dengan kondisi tertentu. Gejala

perilaku pada tikus tersebut kemudian diterapkan untuk menelaah belajar

manusia sedangkan faktor yang bersifat subjektif dan sukar diuji

kebenarannya diabaikan. Akhirnva Watson mengajukan beberapa konsep

belajar itu berdasakan prilaku yang, dapat diukur, diamati, dan diuji secara

objektif.

Bermula dari teori behaviorisme Watson, akhirnya timbul berbagai

aliran-aliran baru, yang dapat dikelompokkan dalam teori behaviristik, yaitu Teori

Koneksionisme (Thorndike) dan Teori Kondisioning (Povlov). Pala mulanya

teori-teori belajar tersebut bertitik tolak dari hal yang sama yaitu pada

mekanisme terbentuknya stimulus-respon. Narnun demikian masih terdapat

(11)

Teori kondisioning, seorang ahli ilmu faal Dari rusia berhasil melakukan

penelitian terhadap seekor anjing dan air liurnya. Ia adalah Ivan P. Pavlov

yang terkenal sebagai Bapak Teori Kondisioning. Dalam percobaannya

Pavlov menghubungkan antara makanan (SI) dengan keluarnya air liur anjinh

(R). Kondisioning dilakukan berulang-ulang, sampai akhimya Pavlov hanya

memberikan S2 saja dengan maksud ingin mengetahui apakah air liur anjing

keluar apa tidak. Ternyata Pavlov menemukan bahwa air liur anjing keluar

ketika bel dibunyikan. Dengan kata lain. R akan terjadi manakala S2

dilakukan.

Teori Koneksionisme, tokoh utama aliran koneksionisme adalah Edward

Thordike. Dimana ia melakukan percobaan terhadap seekor kucing, yang

dimasukkan ke dalam kurungan. Setelah kucing baru dimasukan, kucing, itu

berlari-lari, mencakar-cakar dan menggigit suatu saat kucing menyentuh

palang pintu sehingga ia melakukan kondisi ini dilakukan berulang-ulang,

ternyata berlari, mencakar dan keadaannya menjadi berkurang frekuensinya,

dan pada akhirnya kucing tersebut kembali tanpa mengulangi kelakuan

tersebut.

Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa belajar merupakan pembentukan

dan penguatan asosiasi antara stimulus dan respons, yang akan bertambah erat

manakala dilatih. Untuk itu, teori belajar Thorndike sering disebut teori

stimulus-respon (S-R Bond Theory). Berkaitan dengan prinsip belajarnya,

(12)

mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam proses belajar mengajar

disekolah. Ketiga hukum tersebut yakni : Hukum Kesiapan (Law of

Readiness), Hukum ulangan atau latihan (Law of Exercise), dan Hukum

Akibat (Law of Effect). Secara garis besarnya hukum-hukum tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Hukum kesiapan

Menyatakan belajar akan berlangsung efektif jika siswa yang bersangkutan

telah siap untuk memberikan respons.

2. Hukum ulangan atau latihan

Menyatakan bahwa koneksi antara stimulus dan respons akan menjadi kuat

jika respons tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai beberapa

kali.

3. Hukum akibat

Menyatakan bahwa saat respons menjadi lebih kuat kalau diikuti kepuasan

dan akan menjadi lemah bila diikuti ketidakpuasan.

Namun pada perkembangan selanjutnya, Thorndike mengadakan

perubahan terhadap hukum akibat kepuasan diganti menjadi ganjaran

(reinforcement), dan ketidakpuasan diganti menjadi hukuman.

Berdasarkan hukum-hukum Thorndike di atas, sebagai guru maupun pelatih

perlu menerapkan hukum-hukum tersebut dalam kegiatan belajar

keterampilan gerak. Penerapannya sebagai berikut :

(13)

utama dari siswa yang akan dibinanya, sebagai tuntunan bagi kegiatan

memilih dan menyediakan kegiatan belajar yang sesuai dengan kesiapan

siswa agar proses belajar mencapai hasil yang maksimal.

 Latihan harus dilakukan dengan kondisi yang menyenangkan agar proses belajar menjadi efektif. Karena latihan yang berulang-ulang saja

tidak akan menjamin tercapainya tujuan yang diharapkannya. Dengan

demikian harus ada perencanaan yang matang tentang pengaturan atau

distribusi latihan serta pemberian ganjaran atau hadiah pada saat yang

tepat.

 Pengorganisasian pengalaman belajar harus dilakukan oleh guru dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belaiar Siswa

Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor tersebut dapat digolongkan dalam

dua bagian yaitu : faktor eksternal dan faktor internal.

1. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu atau

siswa misalnya : kemampuan, bakat, minat, kebiasaan, motivasi, kesehatan

dan lain-lain.

2. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri individu

misalnya lingkungan sekolah meliputi cara mengajar guru, materi

pelajaran, perlengkapan belajar, situasi lapangan dan lain-lain.

Hal tersebut diatas dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

(14)

antara berbagai faktor yang mempengaruh

maupun dari luar diri (eksternal) individu.

D. Bermain Bola Basket

Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya

adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukan bola

mencegah tim lain

umum pada tim dengan

sebagai shooting

power forward, dan pemain 5 sebagai pemain ten

Gambar 1.

berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam

n dari luar diri (eksternal) individu.

Bermain Bola Basket

Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya

apatkan nilai (skor) dengan memasukan bola ke keranj

ain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya den

(operan) dengan tangan atau dengan mendriblenya beberapa kali pada

lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Teknik dasar

erakan kaki, shooting (menembak), passing (operan) dan

drible, rebond, bergerak dengan bola, bergerak tanpa bola

pun para pemain bergerak pada posisi apapun, posisi yan

um pada tim dengan lima pemain 1 adalah sebahai point guard, pemain

guard, pemain 3 sebagai small forward, pemain 4 sebagai

power forward, dan pemain 5 sebagai pemain tengah.

Gambar 1. Bermain bola Basket

diadaptasi dari Engkos Kosasih (1994)

m diri (internal)

Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya

keranjang dan

diberikan hanya dengan

nya beberapa kali pada

dengan dua tangan secara bersamaan. Teknik dasar

(operan) dan

an bola, bergerak tanpa bola dan

pada posisi apapun, posisi yang paling

ai point guard, pemain 2

ai small forward, pemain 4 sebagai

(15)

E. Menembak

Permainan bola basket merupakan permainan dengan tujuan memasukkan

bola sebanyak mungkin ke keranjang lawan. Oleh karena itu, para pemain

dituntut untuk mempunyai kemampuan menembak yang baik, bahkan dalam

permainan bola basket modern, seorang pemain bertahan pada saat menyerang

harus mampu mencetak angka sama baiknya dengan pemain penyerang, maka

munculah istilah "shooting guard" yaitu seorang pemain bertahan sekaligus

pencetak angka. Era bertahan pemain murni (pure defence) kini sudah

ditinggalkan, karena tidak efektif lagi. Gerak dasar menembak dalam

permainan bola basket merupakan suatu koordinasi yang meliputi gerakan

mengarahkan dan mengusahakan agar bola masuk kekeranjang (sasaran).

Banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas atau kemampuan menembak

seseorang, sedikitnya ada dua faktor yang sangat penting yang terlibat untuk

menjadi penembak yang baik menurut Murphy (1939:19) faktor yang bisa

mempengaruhi kualitas menembak adalah kepercayaan diri dan konsentrasi.

Hilangnya kepercayaan diri akan menjadi penghambat untuk menjadi

penembak yang baik, sementara tingginya kepercayaan diri akan memberikan

peluang kepada para penembak untuk meraih keberhasilan. Ketakutan dan

pengendalian pikiran bahwa ia akan mengalami kegagalan akan berpengaruh

langsung terhadap hasil yang tidak baik atau yang tidak diinginkan. Untuk

menghindari ketegangan dan mengatasi kurangnya kepercayaan diri, pemain

dianjurkan untuk berkonsentrasi pada ring dan tembakan yang akan dilakukan.

(16)

bahwa bola masih diluar ring tersebut. Jika cara-cara ini dilakukan maka tidak

akan ada atau bahkan tidak ada waktu untuk memikirkan kegagalan. Menurut

Bunn (1964:70) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan

menembak, sedikitnya para pemain harus mempunyai tiga faktor yaitu :

relaksasi, kepercayaan diri dan gerak dasar yang benar.

Relaksasi menjadi bagian yang, penting dalam permainan bola basket

terutama saat melakukan tembakan. Dalam keadaan tekanan emosional atau

usaha-usaha untuk mencoba secara optimal akan mengakibatkan otot-otot

menjadi tegang dan dalam keadaan ini seorang pemain tidak akan bisa

mengontrol gerakannva. Akibatnya tembakan yang dilepaskan tidak

menuju sasaran yang diharapkan.

Kecepatan, sentuhan jari yan ringan, dan irama gerakkan yang lentur adalah

karakteristik relaks. Supaya tetap dalam keadaan relaks, usaha-usaha yang

terkontrol harus dipertahankan setiap saat. Misalnya, tidak terburu-buru

untuk melakukan tembakan, menarik nafas dalam-dalam.

Kepercayaan diri diantaranya berupa ketenangan, penuh pertimbangan, sadar,

memahami semua aspek permasalahan. Pengalaman yang banyak atau

seringnya seorang pemain melakukan tembakan atau latihan, bisa

(17)

Gambar 2.

F. Menembak Dengan Menembak dengan sat

menembak lebih ter

dibandingkan den

1. Pelaksanaan.

Kaki sejajar a

kaki yang didepan sesuai de

menembak.

a. Pertama-ta

di depan dahi. Siku lengan kanan (ta

membentuk sudut 90 derajat.

tangan kanan diputar menghadap

(relax). Badan lur

b. Tekuk lutut agak dalam untuk derajat, lengan rnengikuti gerak kaki.

c. Luruskan kaki depan bersamaan den kedepan a

Gambar 2. Menembak

Diadaptasi Engkos Kosasih (1994)

Dengan Satu Tangan Di Atas Kepala

Menembak dengan satu tangan sangat diutamakan, sebab kecepatan

terjamin dan koordinasi lebih mudah dikuasai

kan dengan tembakan dengan dua tangan.

atau sikap kuda - kuda, bila menggunakan sikap kuda

ang didepan sesuai dengan tangan yang digunakan untuk

tama bola dipegang dengan dua tangan di atas kepala

pan dahi. Siku lengan kanan (tangan untuk menembak)

membentuk sudut 90 derajat. Tangan kiri meninggalkan bola, telapak

tangan kanan diputar menghadap basket, sikap harus tetap lentuk

). Badan lurus menghadap sasaran.

Tekuk lutut agak dalam untuk mengambil awalan, siku tetap 90

derajat, lengan rnengikuti gerak kaki.

Luruskan kaki depan bersamaan denhan luruskan juga lengan kanan

kedepan atas hingga lengan itu membuat sudut lebih kurang 45 derajat Diadaptasi Engkos Kosasih (1994)

tangan sangat diutamakan, sebab kecepatan

ah dikuasai, bila

gunakan sikap kuda - kuda

n untuk

a bola dipegang dengan dua tangan di atas kepala sedikit

menembak)

meninggalkan bola, telapak

tetap lentuk

mengambil awalan, siku tetap 90

juga lengan kanan

(18)

dan diakhiri den

menghadap kebawah.

2. Kesalahan yang mungkin terjadi

a. Ada ketegangan otot sebelum kerja.

b. Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke

pundak kanan.

c. Tidak ada lecutan pergelangan tan

Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket

G. Pengertian Sarana

Sarana menurut Soepartono (2000:6) adalah te

yaitu sesuatu yang dapat d

kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana dapat

dua kelompok yaitu peralatan dan perlengkapan.

sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga

olahraga memiliki ukuran standar. Akan

dan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan hingga

menghadap kebawah.

Kesalahan yang mungkin terjadi

Ada ketegangan otot sebelum kerja.

Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke

pundak kanan.

Tidak ada lecutan pergelangan tangan pada saat melepaskan bola.

Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket diadaptasi dari FIBA. (2000)

Pengertian Sarana

Sarana menurut Soepartono (2000:6) adalah terjemahan dari "

yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan

a atau pendidikan jasmani. Sarana dapat dibedakan menjadi

mpok yaitu peralatan dan perlengkapan. Seperti halny

sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga pada masing-masi

a memiliki ukuran standar. Akan tetapi apabila caba ga jari-jari

Waktu lutut ditekuk sudut pada siku berubah atau bola di bawah ke

an pada saat melepaskan bola.

Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket

(19)

olahraga tersebut dipakai sebagai materi pembelajaran pendidikan

jasmani, sarana yang., digunakan bisa dimodifikasi, disesuaikan dengan

kondisi sekolah dan karakteristik siswa. Sarana pendidikan jasmani yang

dibicarakan disini adalah sarana sederhana untuk pelaksanaan materi

pembelajaran pendidikan jasmani tertentu.

H. Pengertian Prasarana

Menurut Soepartono (2000:5) “Prasarana adalah : Segala sesuatu yang

merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau bangunan)”.

Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah

atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu

sifat tersebut adalah susah dipindahkan.

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disebutkan beberapa contoh

prasarana olahraga misalnya lapangan bola basket. Gedung olahraga

merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat

digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. Gedung serba guna

dapat digunakan sebagai sarana pertandingan bola basket dan lain-lain.

Semua yang disebutkan di atas adalah contoh-contoh prasarana olahraga

dengan ukuran standar. Akan tetapi pendidikan jasmani seringkali

hanya di lakukan di halaman sekolah atau sekitar taman. Hal ini bukan karena

tidak adanya larangan pendidikan jasmani dilakukan di halaman yang

memenuhi standar, tetapi memang kondisi sekolah-sekolah saat sekarang

(20)

Sebagai tambahan dikemukakan pula bahwa pengertian prasarana sebenarnya

bukan hanya terbatas pada hal-hal yang terkait dengan arena kegiatan olahraga

saja. Tetapi segala sesuatu di luar arena yang ikut memperlancar jalannya

aktivitas olahraganya juga disebut prasarana. Dalam hal ini jalan yang menuju

arena dan tempat parker juga termasuk prasarana olahraga yang terkait.

I. Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana dan Prasarana Ukuran Standar

Guru pendidikan jasmani seringkali mengeluh tidak dapat mengajar dengan

baik karena tidak memiliki peralatan olahraga yang cukup. Keluhan demikian

biasanya dilakukan oleh guru yang masih mengajar secara tradisional, dan

peralatan yang dimaksud adalah peralatan olahraga standar yang biasa dipakai

bermain oleh orang-orang dewasa. Misalnya basket yang semua prasarana dan

sarananya serba standar. Mengajar secara tradisional yang dimaksud adalah

mengajar pendidikan jasmani dengan materi yang mirip dengan pendidikan

olahraga. Murid diperkenalkan kepada teknik dasar standar untuk

meningkatkan cabang olahraga tertentu. Dengan pengajaran secara tradisional

ini, banyak murid yang tidak mampu melaksanakan tugas gerak yang

diberikan oleh guru. Sebab di samping gerakannya sulit, biasanya digunakan

peralatan olahraga untuk orang dewasa.

Dari uraian di atas dapat dibayangkan berbagai kesulitan mengajar mengajar

pendidikan jasmani di SD dengan sarana dan prasaran olahraga ukuran

(21)

ring dan bola sesuai dengan ukurannya maka pasti banyak murid terutama

murid putri yang iak mampu melakukannya. Sama halnya dengan mengajar

cabang olahraga lainnya. Kesimpulannya banyak kelemahan-kelemahan

dalam pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan fasilitas alat dan

lapangan dalam ukuran standar. Paling tidak selain harganya mahal dan

diperlukan dalam jumlah banyak, dapat pula disebutkan beberapa kelemahan

lain yaitu banyak sekolah yang tidak mernpunyai lapangan, kurang memberi

kebebasan murid, tidak semua murid mampu menggunakan dengan baik, tidak

sesuai dengan karakteristik murid dan tujuan pendidikan jasmani sulit dicapai.

1. Banyak sekolah tidak mempunyai lapangan.

Mengajar dengan ukuran lapangan sebenarnya memerlukan lapangan luas

paling tidak sekolah harus memiliki satu lapangan bola basket dan satu

lapangan sepak bola (Soepartono, 2000:32). Namun kondisi sekolah

sekarang kebanyakan hanya memiliki halaman yang tak begitu luas.

Karena masih ada guru yang hanya mengairah dengan peralatan dan

lapangan ukuran sebenarnya, maka banyak materi pendidikan jasmani

tidak diajarkan misalnya halaman sekolah hanya 15 x 25 meter, cukup

untuk satu lapangan bola basket saja padahal dalam kurikulum seharusnya,

satu semester hanya dua kali pelajaran bola basket.

2. Kurang memberikan kebebasan kepada murid.

Pendidikan jasmani dengan aturan dengan cabang olahraga yang

sebenarnya kurang memberi kebebasan kepada murid. Karena

keterampilan murid belum baik dan harus menggunakan alat (misalnya

(22)

dan tidak lancar.

karena terkait

bola basket, dalam pelaksanaan sh

sulit dalam mel

digunakan tersebut serba standar.

pendidikan jasmani adalah untuk

murid. Untuk itu seharusnya murid

luasnya.

3. Tidak Semua Mu

Olahraga Ukuran Standar.

Tentang fasilitas ala

menuntut tersedianya peralatan u

ukuran sebenarnya. Dana untuk pengadaan

baik dibelikan bahan atau peralatan sederhana yang

sebagian bisa dibuat sendiri

sebenarnya, disampi

menggunakan. Contoh dalam permai

gambar ini.

Gambar 4. Sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa diadaptasi dari Yoyo Bahagia (2000).

lancar. Pada waktu bermain murid tidak dapat bebas be

karena terkait oleh peraturan permainan. Ambil contoh permainan

bola basket, dalam pelaksanaan shooting bola basket bagi siswa

sulit dalam melakukan lemparan yang baik dikarenakan ala

digunakan tersebut serba standar. Padahal salah satu tujuan

pendidikan jasmani adalah untuk memenuhi kebutuhan gerak

murid. Untuk itu seharusnya murid diberi kesempatan bergerak seluas

Tidak Semua Murid Mampu Menggunakan Dengan Baik Fasilitas

Olahraga Ukuran Standar.

fasilitas alat pun sebenarnya guru pendidikan jasmani tidak perlu

menuntut tersedianya peralatan untuk setiap cabang olahraga

ukuran sebenarnya. Dana untuk pengadaan peralatan

baik dibelikan bahan atau peralatan sederhana yang murah dan m

sebagian bisa dibuat sendiri oleh guru. Peralatan olahraga yang

sebenarnya, disamping harganya mahal juga belum tentu murid mampu

akan. Contoh dalam permainan bola basket kejadiannya seperti

Sarana dan prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa diadaptasi dari Yoyo Bahagia (2000).

dapat bebas bergerak

contoh permainan

ooting bola basket bagi siswa SD sangat

akan alat yang

Padahal salah satu tujuan

enuhi kebutuhan gerak

diberi kesempatan bergerak

seluas-gunakan Dengan Baik Fasilitas

uru pendidikan jasmani tidak perlu

k setiap cabang olahraga dengan

peralatan tersebut lebih

murah dan mungkin

Peralatan olahraga yang

juga belum tentu murid mampu

ket kejadiannya seperti

(23)

4. Tidak Sesuai Dengan Karakteristik Murid.

Guru pendidikan jasmani seharusnya tidak mengajar tetapi

membelajarkan. Artinya guru harus mengusahakan agar muridnya mau

dan senang belajar. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami

karakteristik muridnya. Murid SD masih tergolong anak-anak yang masih

menyukai aktivitas bermain dan lomba-lomba yang menyenangkan. Jadi

fasilitasnya tidak sesuai dengan karakter murid, sebaiknya dimodifikasi

disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi murid.

5. Tujuan Pendidikan Jasmani Sulit Dicapai.

Tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani secara tradisional masih

meningkatkan kemampuan gerak dasar untuk meningkatkan prestasi

cabang olahraga tertentu. Padahal tidak satupun tujuan pendidikan jasmani

didalam kurikulum yang berbunyi meningkatkan prestasi, baik kurikulum

SD, SMP maupun SMA. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa dengan

menggunakan peralatan standar, waktu gerak efektif per murid sangat

rendah. Dengan menggunakan efektif per murid rendah maka sulit untuk

meningkatkan kesegaran jasmani maupun merangsang pertumbuhan.

Begitu pula tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang lain sulit dicapai juga.

J. Pengertian Modifikasi

Menurut Rusli Lutan (1997) menjelaskan bahwa : “Modifikasi diartikan

sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru seperti bentuk,

(24)

kreatifitas aslinya”. Modifikasi sebenarnya hanya istilah saja, modifikasi

bukan model juga bukan metode, tapi mengacu kepada. Berbagai keterampilan

mengajar yang diadaptasikan secara tepat selama proses pengajaran.

Modifikasi menurut Soepartono (2000:38) menjelaskan sebagai berikut:

Modifikasi adalah pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi

kelas yang menekankan kepada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan

gerak agar sukses dalam mengembanakan keterampilan. Cara-cara guru

memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajaran yang

diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pembelajaran.

K. Modifikasi Tujuan pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari

mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi.

Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan

materi kedalam tiga komponen, yakni tujuan perluasan, penghalusan dan

tujuan penerapan.

1. Tujuan perluasan.

Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih

menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan

bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan

aspek efisiensi dan efektifitas. Contohnya siswa mengetahui dan dapat

(25)

2. Tujuan Penghalusan.

Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih

menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan

efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya. Misalnya siswa

mengetahui dan melakukan menembak bola basket dengan menggunakan

satu tangan di atas kepala.

3. Tujuan Penerapan.

Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih

menekankan pada perolehan dan kemampuan melakukan efektititas gerak

atau keterampilan yang dipelajarinya misalnya siswa

mengetahui dan melakukan menembak bola basket tanpa

menggunakan bola.

L. Modifikasi Alat Belajar

Media belajar atau alat belajar merupakan suatu perangkat yang terlibat dalam

proses belajar mengajar. Media belajar atau alat belajar juga bisa menentukan

kualitas proses belajar mengajar, walaupun banyak faktor lainnya yang bisa

menentukan kualitas belajar mengajar. Media belajar yang harus juga

mempertimbangkan situasi, kondisi dan kemampuan siswa. Ada kalanya

media belajar yang dipergunakan siswa tidak sesuai atau tidak

mempertimbangkan kondisi serta kemampuan siswa misalnya anak-anak usia

sekolah dasar saat melakukan suatu permainan memakai perlengkapan orang

dewasa. Mengenai kondisi siswa Kiram (1991:295) mengatakan seringkali

(26)

yang belum memiliki kemampuan umuk memenuhi tuntunan kurikulum atau

tuntutan hasil belajar yang harus dicapai oleh kurikulum. Inti

permasalahannya, bahwa apabila media belajar tersebut tidak sesuai dengan

kondisi dan kernampuan peserta didik maka siswa akan mengalami kesulitan

dalam proses belajarnya, dan hal ini akan menghambat dalam pencapaian

tujuan proses belajar mengajar tersebut. Ketidaksesuaian media belajar bisa

mengakibatkan kondisi kejiwaan siswa terganggu. Misalnya, turunnya

kegairahan belajar, rasa percaya diri dan motivasi. Hal ini dikatakan Kiram

(1991:296), sebagai berikut : "bila keadaan yang demikian dibiarkan

berlaruit-larut maka rasa percaya diri, motivasi, dan kegairahan belajar siswa akan

menurun. Akhirnya mereka akan terjerumus pada suatu kondisi psikis yang,

frustasi karena merasa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk berbuat atau

menampilkan sesuatu yang baik. Hal yang demikian patut dihindarkan atau

dicegah". Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap

kondisi alat belajar dan kreatifitas untuk mengubahnya, apabila dirasakan

kondisi alat belajar tersebut tidak sesuai lagi dengan siswa, merupakan jalan

keluar yang baik. Lebih lanjut Kiram (1991:298) menerangkan hal sebagai

berikut "Bila alat yang digunakan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

terlalu besar, kecil, berat, ringan, rumit, dan sebagainya, ubahlah alat yanh

dihunakan tersebut sehingga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

menggunakannya".

Dalam hal modifikasi ini Ateng ( 1988:253) mengatakan : “Pertimbangan

yang paling penting dalam modifikasi adalah agar anak dapat belajar

(27)

Berikut ini adalah seju

dikemukakan oleh Ateng (1988:254) :

regu, ukuranlapan

Gambar 6. Sketsa modifikasi pembelajaran bola

Gambar di atas me

yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk prasarana yaitu tiang ring Berikut ini adalah sejumlah gagasan contoh modifikasi, yang

oleh Ateng (1988:254) : “kurangi jumlah pemain dalam satu

lapanglan dikurangi, atau diperkecil, kurangi waktu

rendahkan net atau ring basket, mempermudah membuat

gan mempermudah gawang, meniadakan penjaga ga

dengan cara lain dalam membuat skor, pakai al

lebih cocok, seperti bola yang lebili ringan, bola pantai untuk bola

ukuran yunior untuk sepakbola dan bola basket, pakai garis bantu

untuk menekankan permainan posisi”.

. Sketsa modifikasi sarana pembelajaran bola basket

Gambar 6. Sketsa modifikasi pembelajaran bola basket

Gambar di atas merupakan contoh sketsa modifikasi prasarana dan sarana

digunakan dalam penelitian ini. Untuk prasarana yaitu tiang ring lah gagasan contoh modifikasi, yang

jumlah pemain dalam satu

, atau diperkecil, kurangi waktu

membuat skor,

, meniadakan penjaga gawang

n cara lain dalam membuat skor, pakai alat yang

bola yang lebili ringan, bola pantai untuk bola voli,

n bola basket, pakai garis bantu

aran bola basket

contoh sketsa modifikasi prasarana dan sarana

(28)

dengan ukuran tinggi ring dari Ujung papan bawah 2,20 meter dan tinggi

ring dari ujung papan bawah kesimpai 0,30 meter, untuk papan pantul jarak

AB=CD=1,80 meter, AC=13 D=1,20 meter, EF=GH=1 0,59 meter

EG=14=1=0,45 meter, lebar garis-garis pada papan 0,05 dan tebal papan

pantul=3 cm. Untuk sarana yang pertama yaitu bola basket mini dengan

berat bola 450-500 gram keliling bola 60-73 cm, kedua bola kaki dengan

berat bola 353 gram keliling bola 63-68 cm, ketiga bola futsal 350 gram

dengan keliling 55-65 cm.

Tujuan modifikasi yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk

menikimati permainan secara penuh, dalam situasi dan kondisi yang sesuai

dengan usia dan kapasitas fisik mereka, suatu usaha untuk mengurangi

kesulitan-kesulitan dalam permainan, memperbesar kenikmatan

dan kepuasan kepribadian anak, semua tujuan dan pertirnbangan untuk

memodifikasi alat belajar pada dasarnya untuk memberi kemudahan

kepada siswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Kemudahan-kemudahan yang di dapat oleh anak-anak tersebut selama proses

belajar mengajar diharapkan bisa meningkatkan persentase keberhasilan dalam

belajar keterampilan motorik. Hal ini dapat mengakibatkan efek kejiwaan

yang positif, umpamanya meningkatkan rasa percaya diri, bergairah, dan

motivasi dalam proses belajar keterampilan motorik. Kiram (1991:295)

mengatakan bahwa : Memberikan pengalaman keberhasilan dalam belajar

keterampilan motorik adalah memberikan kesempatan, kemungkinan, atau

(29)

pembelajaran. Mengalami suatu keberhasilan atau meningkatkan rasa percaya

diri, bergairah, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

M. Tinggi Ring, Bola Mini, Sebagai Prasarana dan Sarana Modifikasi Alat Belajar.

Tinggi ring, bola mini, sebagai prasarana dan sarana modifikasi alat

belajar merupakan usaha untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa dalam belajar menembak. Selain itu juga, dasar pertimbangan yang lain

adalah supaya anak melakukan pola gerak yang benar tanpa dibebani oleh ring

basket yang tinggi, bola yang mungkin terlalu berat. Kemudian hal yang

paling penting lainnya adalah memberikan keberhasilan yang lebih banyak

kepada si anak dibandingkan dengan menagunakan prasarana dan sarana

yang serba standar. Penggunaan prasarana dan sarana modifikasi alat

yaitu bola dan ketinggian ring yang dari biasanya juga bisa menumbuhkan

motivasi ekstrinsik atau motivasi yang timbul dari luar individu. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Sardiman (1993:90), sebagai berikut : "motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar". Lebih lanjut Sardiman (1993:90), menjelaskan bahwa :

"motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar".

Tujuan akhir dari penggunaan sebagai sarana modifikasi dalam proses

(30)

yang betul dalam tembakan juga untuk menumbuhkan aspek kejiwaan yang

positif, misalnya tumbuhnya kepercayaan diri, motivasi, rasa senang dan rasa

puas. Kumpulan (akumulasi) dari aspek-aspek kejiwaan tesebut ditambah

dengan latihan yang berkelanjutan dan sistematis diharapkan bisa membentuk

para pemain basket dengan kemampuan atau kualitas menembak yang baik.

N. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis dari

penelitian ini sebagai berikut : Jika pembelajaran menggunakan prasarana

dan sarana modifikasi dilakukan maka hasil pembelajaran gerak dasar

menembak dalam permainan bola basket pada siswa kelas VI dengan

menggunakan bola basket mini, bola kaki, bola futsal dan ketinggian ring

yang dimodifikasi di SD Negeri 1 Tri Tungal Adiluwih Kecamatan Adiluwih

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(classroom action research) dilaksanakan pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu

dengan alasan bahwa siswa kelas VI memiliki kemampuan yang

rendah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani

khususnya dalam gerak dasar menembak permainan bola basket. Hal

ini berdasarkan dokumentasi hasil tes menembak dimana siswa memiliki

nilai dibawah rerata.

Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk perbaikan dan

peningkatan layanan profesionalisme dosen dan guru dalam menangani

proses belajar mengajar bagaimana tujan itu dapat dicapai, tujuan itu

dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam

memecahkan persoalan pembelajaran dikelas oleh karena itu fokus

penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif

yang direncanakan, dicobakan, dan dievaluasi sehingga

tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan

(32)

B. Definisi Operasional Variabel

1. Modifikasi prasarana dan sarana adalah cara melakukan gerak dasar

menembak dengan menggunakan prasarana dan sarana modifikasi.

2. Keterampilan gerak dasar menembak bola basket adalah siswa

melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan prasarana

(ketinggian ring) dan sarana (bola basket mini, bola kaki, bola futsal).

C. Subjek Penelitian dan Sampel

1. Subjek Penelitian

Dalam proses pemecahan masalah diperlukan suatu data objek

penelitian atau populasi yang akan diselidiki mengenai populasi ini.

Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian, populasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri

Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu berjumlah 36

siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam PTK ini

Sampel yang digunakan adalah adalah siswa kelas VI di SD Negeri 1

Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu yang

berjumlah 36 Siswa, dengan pertimbangan bahwa siswa kelas tersebut

memiliki kemampuan yang rendah dalam melakukan pembelajaran

(33)

b

c

hasil tes menembak dimana kelas VI memiliki nilai dibawah rerata kelas

lainnya.

D. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis merencanakan sampai tiga siklus dan setiap

siklus memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaannya, setiap

proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya

seperti pada gambar di bawah ini :

Siklus Penelitian Kaji Tindak

Gambar 7. Siklus Penelitian Kaji Tindak diadapatasi dari Depdikbud (1999)

Keterangan Gambar :

 a : rencana  b : tindakan  c : observasi  d : refleksi

E. Pelaksanaan Tindakan

PTK ini dilaksanakan selama bulan Februari-Maret 2012 dengan 3 siklus dan

kegiatannya sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

1.1. Menyiapkan alat observasi sebagai alat pemantau dan

perekam data. Dalam pelaksanaan PTK ini direkam dengan

Handycam untuk keperluan evaluasi.

I II III

a

(34)

1.2. Menyiapkan prasarana dan sarana bola basket yang akan

digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

1.3. Menyiapkan hasil pemantauan untuk didiskusikan dengan

dosen pembimbing yang akan digunakan sebagai dasar untuk

menentukan tindak lanjut kegiatan.

2. Persiapan

Persiapan diarahkan pada situasi yang kondusif, agar tidak terjadi

kejutan-kejutan yang dapat nnenimbulkan kegagalan dalam pelaksanaan.

PTK ini ditujukan pada siswa kelas VI di SD Negeri 1 Tri Tunggal

Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.

3. Implementasi di Lapangan

3.1. Memberikan pengarahan kepada subjek penelitian.

3.2. Memberikan petunjuk dan demonstrasi setiap tugas gerak

3.3. Melihat situasi kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

3.4. Mengamati pelaksanaan penelitian, apakah berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

3.5. Mencapai setiap hasil pembelajaran untuk refleksi siklus berikutnya.

4. Pengelolaan dan Pengendalian

Pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

4.1. Pengorganisasian waktu, rencana, sarana dan prasarana

pendukung PTK ini pada setiap siklus.

4.2. Peneliti mencatat seluruh peristiwa yang terjadi saat

berlangsung prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai

(35)

5. Prosedur Pembehajaran dan Cara Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana penerapan

proses pembelajaran dengan menggunakan prasarana dan sarana

modifikasi dengan memperhatikan poin-poin yang akan dinilai

(evaluasi) untuk menembak bola basket yang diperhatikan adalah

cara memegang bola, sikap awal, sikap lempar, hasil dan sikap akhir.

Pada siklus pertama proses pembelajarannya, mengamati poster,

penjelasan dan demonstrasi. Setelah obyek penelitian melihat,

mencermati, menganalisis, siswa mencoba melakukan tindakan yaitu

menembak bola basket.

Pada siklus kedua merupakan tindak lanjut dari siklus pertama,

masalah yang ditemui pada menembak bola basket adalah kurang

baik dalam sikap lempar dan sikap akhir. Jika dibandingkan dengan

siklus pertama maka basil pada siklus kedua sudah ada meningkatan dan

lebih baik dari pada siklus sebelumnya.

Pada penelitian siklus ketigamerupakan tindak lanjut dari penelitian

siklus kedua. Pada putaran ketiga ini belajarnya mengamati poster

dan diberikan demonstrasi langsung disaat pembelajaran bagi yang

belum dan kurang menguasai keterampilan, gerak dasar menembak

bola basket. Dengan pemberian tindakan yang bervariasi peningkatan

hasil pembelajaran sangat baik dilihat perolehan rerata kelas. Untuk

tes menembak bola basket pada siklus ketiga lebih baik daripada siklus

(36)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK

disetiap siklusnya. Instrumen untuk menganalisis keterampilan gerak

dasar menembak bola basket diadaptasi dari Persatuan Bola Basket

Seluruh Indonesia (PERBASI.1999) dan setiap indikatornya diberi bobot

nilai 1-5. alat itu berupa indikator-indikator dari penilain gerak dasar

menembak bola basket, bentuk indikatornya adalahn. 1. Cara memegang

bola; 2. Sikap awal ; 3. Sikap lempar ; 4. Sikap akhir ; 5.Hasil.

Menurut Freire and Cuningham dalam Muhajir (1997) alat ukur untuk

Instrumen dalam PTK tindakan valid, bila tindakan itu memang aplikatif

dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga

kriteria validitas PTK terletak pada aplikatifnya atau berfungsinya

tindakan untuk mengupayakan perbaikan atas masalah yang dihadapi.

Cara penilaian pada proses pembelajaran gerak dasar bola basket

dengan melihat nilai dari tahap cara memegang bola, sikap awal, sikap

lempar, sikap akhir dan hasil. Jika siswa memenuhi setiap aspek pada

tahap-tahap proses gerak tolak peluru maka siswa mendapatkan nilai 1-5.

Sedangkan aspek-aspek dari tahap gerakan tersebut meliputi :

1. Cara memegang bola

1.1.Telapak Tangan

Kedua telapak tangan seluruhnya melekat pada samping-samping

bola agak ke belakang

1.2.Bola

(37)

1.3.Jari-jari

Jari-jari tercerai lentuk.

1.4.Ibu Jari

Kedua ibu jari terletak dekat dengan badan dibagian belakang

bola dan menghadap kearah tengah ke depan.

1.5.Posisi Lengan

Posisi lengan ditekuk membentuk sudut 45 derajat.

2. Sikap awal

2.1.Posisi Kaki

Kaki sejajar atau kuda-kuda, bila, menggunakan sikap kuda-kuda kaki

yang depan sesuai dengan tangan kanan yang digunakan untuk

menembak

2.2.Pandangan

Pandangan kedepan atau melihat sasaran

2.3.Tangan

Tangan untuk menembak berada dibelakang bola

2.4.Siku

Siku masuk kedalam

2.5. Bola

Bola berada diantara telinga dan bahu.

3. Sikap Lempar

3.1.Bola

Pertama-tama bola dipegang dengan 2 tangan di atas kepala sedikit di

(38)

3.2.Siku Lengan Kanan

Siku lengan kanan (tangan untuk menembak) membentuk

sudut 90 derajat

3.3.Tangan Kiri

Tangan kiri meninggalkan bola.

3.4.Telapak Tangan Kanan

Telapak tangan kanan diputar menghadap basket.

3.5.Posisi Badan

Badan lurus menghadap sasaran teknik lutut agak dalam untuk

mengambil awalan, lengan mengikuti gerakan kaki.

4. Sikap akhir

4.1.Kaki

Kaki depan diluruskan

4.2.Lengan Kanan

Lengan kanan diluruskan kedepan atas hingga lengan itu

membuat sudut lebih kurang 45 derajat

4.3.Pergelangan Tangan

Diakhiri dengan lecutan pergelangan Langan.

4.4.Jari-jari

Jari-jari menghadap ke bawah

4.5.Pandangan

Pandangan ke depan/target

5. Hasil

(39)

Apabila bola tidak sampai atau melebihi sasaran

5.2.Membentur Papan/Ring

Apabila bola membentur papan/ring dan bola tidak masuk

5.3.Membentur Papan

Apabila bola membentur papan dan bola masuk

5.4.Membentur Ring

Apabila bola membentur ring dan bola masuk

5.5.Bola Masuk

Apabila bola masuk ke keranjang tanpa menyentuh papan ring basket.

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui tindakan disetiap siklus, selanjutnya data

dianalisis melalui tabulasi, prosentase dan normative. Berdasarkan

kategori ketuntasan belajar, siswa yang mendapat nilai dibawah 6 perlu

diperhatikan, sedangkan siswa vang nilainya 6,5 keatas telah

memenuhi katunketuntasan belajar (KBK 2004). Untuk melihat

kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :

= x 100% (Subagio, 1991 dalam Surisman)

Keterangan :

P : Persentase keberhasilan

f : Jumlah gerakan yang dilakukan benar

N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Untuk melihat keefektifan hasil tindakan pada PTK ini digunakan

perhitungan yang dikemukakan oleh Goodwin dan Coates, dalam

(40)

= − 100%

Keterangan rumus :

E : Efektifitas gerak melempar pada siswa

: Rerata nilai akhir siklus ke –3

: Rerata nilai tes awal atau tes sebelum tindakan

Bila basil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang

dilakukan dinyatakan efektif

H. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak dasar Menembak Bola Basket

1. Siklus pertama

Didalam pelaksanaannya, siklus pertama dilaksanakan pukul 08.45 s/d

10.15 wib (90 menit)

1.1. Rencana

 Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses

pembelajaran yaitu bola basket ukuran mini dan tinggi ring yang

telah dimodifikasi serta instrumen yang diperlukan untuk

mengobservasi tindakan.

Pengenalan alat yang digunakan digunakan dalam pembelajaran

modifikasi bola basket.

Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus

pertama.

1.2. Tindakan

Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan

(41)

Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu

ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.

1.3. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus pertama

dibantu oleh alat perekam evaluasi yanf dapat di replay ulang

untuk menjaga objektifitas penilaian.

1.4.Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan

siklus pertama dengan menggunakan bola basket mini dan

modifikasi ketinggian ring sangat berpengaruh terhadap proses

pembelajaran menembak bola basket, namun masih terdapat

kekurangan.

Merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Yang mana penulis

berencana menggunakan bola kaki.

2. Siklus kedua

Di dalam pelaksanaanya, siklus kedua dilaksanakanpukul 08.45 s/d

10.15 wib (90 menit)

2.1.Rencana

 Menyiapkan alat-alat yang, berkaitan dengan proses

pembelajaran yaitu : bola kaki dan tinggi ring yang telah

dimodifikasi serta instrumen yang diperlukan untuk

mengobservasi tindakan.

(42)

2.2.Tindakan :

 Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan bola

kaki

Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu

ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.

2.3.Observasi

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus kedua

dibantu oleh alat perekam evaluasi yang dapat di replay ulang, untuk

menjaga objektifitas penilaian.

2.4.Refleksi :

 Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan

siklus kedua dengan menggunakan bola kaki dan modifikasi

ketinggian ring sangat berpengaruh terhadap proses

pembelajaran menembak bola basket, namun masih terdapat

kekurangan.

Merencanakan tindakan untuk siklus kedua. Yang mana penulis

bcrencana menggunakan bola futsal.

3. Siklus ketiga

Didalam pelaksanaannya, siklus ketiga dilaksanakan 4 kali pertemuan

waktu, pukul 08.45 s/d 10.15 wib (90 menit)

3.1.Rencana:

 Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses

(43)

dimodifikasi dan instrumen yang diperlukan untuk

mengobservasi tindakan.

Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus

ketiga.

3.2.Tindakan

Melakukan gerak dasar menembak dengan menggunakan bola futsal.

Memodifikasi prasarana pembelajaran bola basket yaitu

ketinggian ring. Dengan tinggi tiang 2,50 meter.

3.3.Observasi

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai/dievaluasi dari hasil pada siklus ketiga

dibantu oleh alat perekam evaluasi yang dapat di replay ulang untuk

menjaga objektifitas penilaian.

3.4.Refleksi

Hasil observasi siklus ketiga didiskusikan dan disimpulkan, bahwa

pelaksanaan tindakan siklus ketiga dengan menggunakan bola

futsal terdapat peningkatan yang sangat signifikan dengan

prosentase rata-rata di atas 50%, untuk itu penulis beranggapan

bahwa penelitian ini dikatakan berhasil dan mendapat nilai yang

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat penulis

simpulkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Pembelajaran keterampilan gerak dasar menembak bola basket yang

dilakukan dengan menggunakan modifikasi telah memberikan pengaruh

yang positif terhadap peningkatan keterampilan gerak dasar menembak

bola basket pada siswa kelas VI dengan menggunakan bola basket mini,

bola kaki, bola futsal di SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu.

2. Penggunaan latihan pada tahap motivasi dalam proses pembelajaran gerak

dasar menembak bola basket dengan tiga siklus tindakan telah terbukti

menghasilkan proses pembelajaran yang sangat efektif bagi siswa kelas VI

SD Negeri 1 Tri Tunggal Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.

3. Berdasarkan nilai rerata yang diperoleh dari setiap siklus tindakan dalam

proses pembelajaran menembak bola basket maka implikasinya adalah

untuk meningkatkan hasil pembelajaran harus diberikan perlakuan yang

sesuai dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan, bila bentuk

perlakuan yang diberikan tidak sesuai dengan metode yang ditetapkan,

(45)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penulis

mengajukan beberapa saran :

1. Kepada guru Penjas baik pada jenjang pendidikan tingkat dasar

maupun tingkat menengah agar dapat memanfaatkan pendekatan metode

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak didik.

2. Kepada rekan mahasiswa program S 1 penjaskes agar selalu berupaya

meningkatkan kemampuannya baik pengetahuan maupun keterampilan

motoriknya melalui pendekatan metode pembelajaran dalam. mengajar.

3. Didalam proses pembelajaran yang dilakukan berupa

tindakan-tindakan dari siklus pertama hingga siklus ketiga hasil refleksi

menyimpulkan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini terletak

pada hasil atau akurasi dalam melakukan tembakan.

4. Setelah siswa benar-benar siap, terutama dalam kondisi fisiknya

maka proses pembelajaran menembak dalam permainan bola basket

bisa diteruskan dengan menggunakan prasarana dan sarana ukuran

standar.

(46)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Bermain Bola Basket ... 14

2. Menembak ... 17

3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola Basket ... 18

4. Sarana dan Prasarana yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa ... 22

5. Sketsa Modifikasi Prasarana Pembelajaran Bola Basket ... 27

6. Sketsa Modifikasi Sarana Pembelajaran Bola Basket... 27

(47)

xi A. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar ... 8

B. Landasan Teori Belajar Moterik ... 9

1. Hukum kesiapan ... 12

2. Hukum ulangan atau latihan... 12

3. Hukum akibat ... 12

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses. Belaiar Siswa ... 13

D. Bermain Bola Basket... 14

E. Menembak ... 15

F. Menembak Dengan Satu Tangan Di Atas Kepala ... 17

G. Pengertian Sarana ... 18

H. Pengertian Prasarana ... 19

I. Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana dan Prasarana Ukuran Standar ... 20

J. Pengertian Modifikasi ... 23

K. Modifikasi Tujuan pembelajaran ... 24

L. Modifikasi Alat Belajar ... 25

M. Tinggi Ring Bola Mini Sebagai Prasarana dan Sarana Modifikasi Alat Belajar ... 29

N. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian ... 31

B. Definisi Operasional Variabel ... 32

C. Subjek Penelitian dan Sampel ... 32

(48)

xii

Menembak Bola Basket ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Refleksi Hasil Penelitian ... 44 B. Deskripsi dan Efektifitas Pembelajaran setiap siklus... 49 C. Implikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 51 B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA

(49)

D A F T A R P U S T A K A

Ateng, Abdul Kadir. (1988), Bandung. Asas dan Landasan Pendidikan Jusmani.

Bunn, W. J. (1964), Basketball Techniques and Team Play. New Jersey ; Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs.

Departemen Pendidikan dan Kebudavaan, (1999), Penelitian Tindakan Kelas Action Research, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Umum.

Departemen Pendidikan dan Kebudavaan, (1979), Jakarta. Permainan dan felodik.

Departemen Pendidikan Nasional, (2000), Bola Basket. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Engkos Kosasih, (1994), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Erlangga

FIBA, (2000), Peraturan Permainan Bola Basket Internasional.

KBK, (2004). Jakarta, Pendidikan Jasmani untuk SMP Kurikulum Berbasis Kompetensi. Penerbit Erlangga.

Kiram, Phil Yanuar. (1991), Belajar Motorik. Jakarta ; P2TK.

Lutan, Rusli. (1988), Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Dirjen Dikti, P2LPTK.

Lutan, Rusli. (1997). Jakarta. Olahraga dan Etika Fairplay.

Mphajir, Noeng, (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak.

Yogyakarta. BPGSD.

Murpy, C. C. (1939). Basketball. New York , AS. Barrier and Company

Nasution, S (1986). Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung, Jemmars.

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung PT Remaja Rosda Karya.

Sardinnan. (1993). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

(50)

Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Usman, Moch. U. (1990), Pengantar Penelitian Kaidah Dasar-dasar Metode Teknik. Bandung ; Tarsito.

Wissel, Hal. (2000). Bola Basket. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Yoyo, Bahagia. (2000). Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang

(51)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-5

setiap siklus menembak bola basket ... 45 2. Simpulan Deskripsi nilai pembelajaran dengan menggunakan prasarana dan

(52)

KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh : ERLIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(53)

KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2012

Oleh : ERLIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Penjaskes Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(54)

MENGGUNAKAN MODIFIKASI

PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : ERLIYANTO

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118009

Program Studi : Penjaskes

Juruasan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Drs. Herman Tarigan, M.Pd

(55)

PENGESAHAN

Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd …………

Penguji : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(56)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENEMBAK DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN

MODIFIKASI PRASARANA DAN SARANA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2012

Oleh ERLIYANTO

Peneltian ini bertujuan untuk mengatasi ketidaksesuaian prasarana dan sarana dalam proses belajar menembak dalam permainan bola basket melalui modifikasi pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan 3 Siklus. Siklus 1 menggunakan bola basket mini, siklus 2 menggunakan bola kaki, dan siklus 3 menggunakan bola futsal serta

menggunakan prasarana berupa ketinggian Ring yang telah dimodifikasi. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu yang berjumlah 36 siswa dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut berdasarkan dokumentasi hasil tes menembak mendapat nilai dibawah rerata kelas lainnya. Pengumpulan data pada setiap siklus dilakukan dengan menggunakan tabulasi dan prosentase.

(57)

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : ERLIYANTO

NPM : 1013118009

Tempat tanggal lahir : Lampung Selatan, 27 November 1967

Alamat : Lumbirejo RT/RW : 004/004

Kecamatan Negeri Katon

Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan

Pembelajaran Menembak Dalam Permainan Bola Basket Dengan

Menggunakan Modifikasi Prasarana dan Sarana Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Tritunggal Mulyo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2012.” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal Februari – Maret 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 10 April 2012

(58)

Tidak semua orang berprestasi akan berhasil dengan mudah,teruslah

berusaha dan jangan pernah menyerah apalagi putus asa dalam

berkompetisi dengan pekerjaan.

 Jadi diri sendiri dan harus bisa menghargai orang lain, itu merupakan salah

(59)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Allah SWT karena berkat kuasa dan KaruniaNya saya mampu menyusun Skripsi ini

hingga selesai.

2. Bapak DosenPembimbing dan Pembahas yangtelahmemberipengarahan yang kami

butuhkansehinggasayabisatahuhal – hal yang sayabelumtahu.

3. BapakKepalaSekolah yangtelahmengizinkandanbertanggungjawabataspelaksanaanPe

nelitian saya.

4. Istri dan Anak-anakku tersayang karena telah mendukung dan menjadi motivatorku.

5. Sahabat-sahabatku yang

selalumenemaniperjuangankubersama-samadariawalsampaiakhirmasakuliahku di

FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung

6. AlmamaterFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung tercinta

7. Dan kepadasemuapihak yang tidakdapatpenulissebutkansatupersatu yang

Gambar

Gambar 1.  Gambar 1.
Gambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola BasketGambar 3. Rangkaian Gerak Dasar Menembak Bola BasketGambar 3
gambar ini.
Gambar 5. Sketsa modi. Sketsa modifikasi sarana pembelajaran bola basketaran bola basket

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah ada perbedaan tingkat depresi antara

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan modifikasi dasar permainan bola basket terhadap peningkatan keterampilan gerak

Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi

Berdasarkan latar belakang masalah, Identifikasi masalah dan Pembatasan masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut : “Apakah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagi berikut: “Apakah penerapan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan Frekuensi Kesakitan

Berdasarkan latar belakang, identifi- kasi masalah dan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Apakah ada hubungannya antara

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Apakah terdapat pengaruh Latihan spike menggunakan bola