• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode COOL STAD Untuk Meningk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode COOL STAD Untuk Meningk"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode

COOL-STAD

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Fisika Siswa Kelas X-10 Semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar

Tahun Pelajaran 2012/2013

Drs. I Gusti Nyoman Suardika, M.Pd.

Guru fisika,SMA Negeri 1 Denpasar, Jalan Kasmboja No.4,

Denpasar, 80234, Indonesia.

E-mail: [email protected].

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa kelas X-10 SMAN 1 merasa kesulitan belajar fisika. Hasil belajar fisika masih bawah nilai KKM 78. Beberapa metode pembelajaran telah diterapkan namun tidak menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan karena kurang motivasi dan semangat belajar untuk menguasai materi. Untuk meningkatkan penguasaan Kompetensi Dasar yang diharapkan perlu diterapkan Metode yang lebih menuntut aktivitas, kelompok. Dengan menerapkan metode COOL-STAD (Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions) diharapkan mampu menumbuhkan kenyamanan dalam kerja kelompok, sehingga hasil belajar fisika siswa menjadi lebih baik.

Pembelajaran COOL-STAD merupakan Pembelajaran Kooperatif yang pada dasarnya adalah belajar bersama dalam kelompok, sehingga dalam proses belajar perlu adanya penekanan pada kerja kelompok, yang pada akhirnya siswa tetap berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.

Penelitian tindakan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran

Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa.

Metode penelitian mengacu pada langkah-langkah menurut Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari Perencanaan, Observasi, dan Refleksi. Data dianalisis denan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan, pada setiap siklus terjadi peningkatan pada rerata hasil belajar, jumlah siswa mencapai nilai di atas KKM dan ketuntasan belajar secara klasikal. Hal ini sangat mendukung tujuan dari penelitian ini sehingga mengarah pada kesimpulan bahwa metode pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: Pembelajaran Cool-Stad, Hasil Belajar.

1. Pendahuluan

Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang begitu indah dan secara terstruktur dapat dideskripsikan secara matematis. Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk fisika. Pengetahuan fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan prisip fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi pengetahuan fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi

konsep-konsep fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi penggunaan konsep-konsep untuk membuat inferensi-inferensi yang lebih kompleks atau untuk pemecahan soal fisika yang berkaitan dengan konsep-konsep tersebut.

(2)

2

perubahan sikap, maka Fisika akan berisi rasa ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab, kejujuran, keterbukaan dan kerjasama.

Belajar fisika lebih menekankan penalaran dalam pemahaman konsep melalui pembelajaran. Belajar fisika harus mau berfikir, sering disosialisasikan dengan kreativitas dan pemecahan masalah. Tanpa adanya rasa keingintahuan yang kuat atau motivasi tinggi hal tersebut tidak dapat tercapai.

Sasaran mutu yang ditetapkan SMAN 1 Denpasar untuk kelas X, kreteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 75 ketuntasan pembelajaran secara klasikal 85% dan daya serap minimal 75%. Kondisi nyata pada kegiatan pembelajaran bahwa hasil pre-test yang dilakukan pada kelas X-10 pelajaran guru, sisanya kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran fisika. Siswa SMA Negeri 1 Denpasar masih mengalami kesulitan dalam mempelajari fisika baik proses maupun produk, hal ini ditunjukkan pada ketidak mampuan memahami prosedur kerja praktikum di laboratorium. Program remidial atau perbaikan cenderung bersifat klise hanya sebagai syarat saja karena pertimbangan waktu tersedia dengan banyaknya materi yang harus disampaikan sehingga hal ini menyebabkan siswa yang sulit dalam belajar cenderung makin menurun minat belajarnya dan pada giliran selanjutnya dapat menurunkan hasil belajar siswa itu sendiri.

Beberapa strategi maupun metode pembelajaran telah dicobakan antara lain: metode ceramah, diskusi kelompok dan metode penugasan. Namun dengan metode ini belum dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Demikian juga dalam proses belajar mengajar yang telah berlangsung cenderung masih sulit untuk melibatkan siswa secara aktif. Siswa cenderung menerima apa yang dijelaskan oleh guru dan tidak bertanya kepada guru atau temannya jika ada hal yang belum dipahami. Sehingga pada pelajaran berikutnya kembali harus mengulang penjelasan yang telah dipelajari. Hal itu disebabkan beberapa faktor antara lain kurangnya motivasi belajar dan semangat untuk memahami suatu konsep fisika.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan ketuntasan belajar fisika siswa berupa penerapan Cooperative Learning Student Teams Achivement Divisions (

COOL-STAD) dengan menggunakan ketrampilan proses, yang diduga dapat meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas X-10 semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar Tahun pelajaran 2012/2013.

Metode pembelajaran Cooperative STAD

merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Metode pembelajaran

Cooperative STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Metode pembelajaran Cooperative STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

(3)

tingkat kinerja siswa. Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah memahami pelajaran tersebut. Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi (kuis) dimana siswa bekerja secara individual dan tidak lagi bekerja secara kelompok tetapi nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata kelompok. Kelompok siswa yang mendapat upaya kinerja tertinggi nilai rata-rata sekarang dibandingkan dengan nilai rata-rata yang lalu dan mendapatkan penghargaan/ganjaran atas nama kelompok itu (Nur, 1998).

Dengan metode pembelajaran Cooperative STAD

diharapkan siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar, mampu melakukan penalaran dan mau berfikir untuk memudahkan pemahaman standar kompetensi . Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik, sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Metode pembelajaran Cooperative STAD

diharapkan tepat untuk pembelajaran optik geometri dan alat-alat optik, karena pada standar kompetensi ini siswa betul-betul dituntut dapat bekerja kelompok dalam melakukan eksperimen.

Berpijak pada latar belakang dan dasar teori yang dipaparkan di atas maka pada penelitian ini diajukan hipotesis tindakan: Penerapkan metode

CooperativeLearningStudent Teams Achievement Divisions (COOL-STAD) dapat meningkatkan hasil belajar fisika kelas X-10 Semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar Tahun Pelajaran 202/2013.

2. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat kolaboratif, yaitu dengan melibatkan guru Fisika yang secara formal bertugas di sekolah yang bersangkutan sebagai pengamat. Model penelitian menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart (1998) yang terdiri dari beberapa langkah berikut : (1) Perencanaan, (2) Tindakan

(3) Observasi, dan (4) Refleksi,

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dengan diawali kegiatan pra tindakan, yaitu dari bulan Januari sampai bulan maret 2013. Penelitian dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan jumlah jam tatap muka pada pokok bahasan Optik geometri dan alat-alat optik. Masing-masing siklus terdiri dari beberapa langkah berikut : (1)

Perencanaan, yaitu dengan menyusun rumusan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan. (2)

Tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perubahan yang dilakukan. (3) Observasi, dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. (4)

Refleksi, pada tahap ini peneliti mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan.

Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan teshasil belajar fisika. Selanjutnya dianalisis dengan statistik deskriptif, yang terdiri dari: nilai rerata kelas, ketuntasan belajar klasikal. Data juga ditampilkan dalam tabel frekuensi kumulatif dan dalam bentuk histogram.

Keberhasilan pembelajaran diperoleh jika terjadi peningkatan hasil belajar antara prestasi subjek penelitian sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberika tindakan. Dalam penelitian ini diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu pada siklus I hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan belajar sebesar 85% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 85 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 90%. Ketentuan ini merupakan sasaran mutu SMA Negeri 1 Denpasar agar siswa dapat bersaing dalam sekolah lebih lanjut ke Perguruan Tinggi Negeri yang divavoritkan masyarakat.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) Pengamatan Siklus I

Pengamatan dilakukan pada proses pembelajaran dan tes kemampuan kognitif dilakukan setelah 3 kali pertemuan dengan melakukan tes hasil belajar. Data hasil belajar yang didapat pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel-1. Capaian hasil belajar pada siklus I

No. Indikator Hasil Target

5. Jumlah Siswa yang Mesti

Diremidi 8 0

6. Jumlah Siswa yang Perlu

Diberi Pengayaan 28 36

7. Prosentase Ketuntasan

Belajar 75,67% 85%

(4)

4

dalam berdiskusi dan pemecahan masalah. Berdasarkan analisis dapat dibuat tabel Kelas Interval pada Siklus I sebagai berikut.

Tabel 2. Data Kelas Interval pada Siklus I

No

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut.

Gambar-1. Histogram siklus I

Tabel distribusi frekuensi dan histogram menunjukkan sekitar 16,67 % perolehan skor hasil belajar fisika siswa berada di sekitar rata-rata, 47,22% di atas rata-rata dan 36,11 % di bawah rata-rata. Namun masih terdapat 8 siswa (22%) yang belum mencapai KKM 78. Beberapa aspek keberhasilan pada siklus I: terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa, mulai adanya kerja sama dalam kelompok, meningkatnya motivasi belajar siswa, dan meningkatnya ketuntasan belajar secara klasikal.

Kelemahan-kelemahan yang ada dari pelaksanaan tindakan siklus I adalah: (a) Mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu. Hal ini disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok. (b) Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok

maupun secara perorangan. (c) Masih lambatnya siswa bekerja dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan. (d) Belum maksimalnya siswa bekerja sama dalam kelompok.

2) Pengamatan Siklus II

Berdasarkan data hasil belajar pada siklus I, dilakukan perhitungan dan dikomparasi dengan indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan, yang ditunjukkan pada tabel 4-3 berikut.

Tabel 3. Perolehan skor hasil belajar pada siklus II

6. Jumlah Siswa yang Mesti

Diremidi 1

0

7. Jumlah Siswa yang Perlu Diberi

Pengayaan 35

36

8. Prosentase Ketuntasan Belajar 94,59 90

Rerata hasil belajar fisika siswa sudah melampaui target yang ditetapkan. Namun masih terdapat 1 dari 36 siswa perolehan skor di bawah KKM 78. Maka siswa tersebut harus diremidial pada hari tertentu dan pada kompetensi dasar yang sama. Dari hasil observasi pada proses pembelajaran, bahwa siswa yang belum tuntas tersebut memang belum dapat berkolaborasi dalam kegiatan belajar dalam kelompoknya. Pada kegiatan kelompok, tampaknya mereka tetap pasif dalam berdiskusi dan pemecahan masalah. Persentase ketuntasan belajar 94,59% sudah melampaui target 90% yang direncanakan.

Berdasarkan analisis data dapat dibuat tabel distribusi frekuensi data hasil belajar fisika siswa sebagai berikut.

Tabel 4. Data Kelas Interval pada Siklus II

No

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat

(5)

digambarkan dalam bentuk histogram sesuai gambar 2 sebagai berikut.

Gambar2. Histogram Hasil belajar fisika siswa pada Siklus II

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan histogram dapat dilihat bahwa sekitar 22 % perolehan skor hasil belajar fisika siswa berada di sekitar rata-rata, 47,22% di atas rata-rata dan 30,56 % di bawah rata-rata, dan masih ada 1 (0,03%) siswa belum mencapai KKM 78.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada kondisi awal penelitian diperoleh data hasil belajar fisika siswa dengan rata-rata 76,56 menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X-10 SMA Ngeri 1 Denpasar dalam mata pelajaran fisika masih sangat rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar siswa kelas X untuk mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Denpasar adalah 78. Demikian juga ketuntasan belajar klasikal hanya 62,16%.

Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu maka peneliti mengupayakan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode COOL-STAD (Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions). Akhirnya dengan penerapan metode COOL-STAD yang benar sesuai teori yang ada, peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dapat diupayakan dan mencapai rata-rata 83,86. Namun rata-rata tersebut belum maksimal karena hanya 28 siswa memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang lainnya belum mencapai KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar mereka baru mencapai 75,67. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan metode pembelajaran COOL-STAD belum dapat dilakukan secara maksimal, karena metode tersebut baru dicobakan sehingga guru masih belum mampu melaksanakannya sesua alur teori yang benar.

Dengan membuat perencanaan yang lebih baik pada siklus ke II untuk perbaikan hasil belajar siswa yang lebih maksimal dengan menggunakan alur dan teori dari metode pembelajaran COOL-STAD dengan benar dan lebih maksimal. Disamping itu juga memotivasi siswa agar giat belajar, memberi arahan-arahan, menuntun mereka untuk mampu menguasai materi pada mata fisika lebih optimal. Akhirnya dengan semua upaya tersebut peneliti mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata 85,86, dengan ketuntasan belajar 94,59. Hasil belajar ini sudah melebihi target rata-rata 85 yang diharapkan pada siklus II dan juga melampaui ketuntasan yang ditargetkan pada siklus II yaitu 90. Upaya-upaya yang maksimal tersebut menuntun kepada peneliti pada kesimpulan bahwa metode pembelajaran COOL-STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kesimpulan

Berawal dari permasalahan pada rendahnya hasil belajar fisika siswa kelas X-10 SMA Negeri 1 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, yang telah dipaparkan pada permasalahan penelitian ini. Beberapa metode pembelajaran telah dicobakan namun belum menunjukkan peningkatan hasil belajar secara signifikan. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mencobakan penerapan metode pembelajaran COOL-STAD (CooperativeLearning Student Teams Achievement Divisions). Yang diduga dapat peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X-10.

Peningkatan hasil belajar fisika siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dibuat tabel ringkasan sebagai berikut.

Tabel 5. Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan Siklus II

No. Komponen Kondisi awal Siklus I Siklus II

Berdasarkan bukti pencapaian tujuan pembelajaran pada tabel ringkasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran COOL-STAD dapat dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X-10 SMA Negeri 1 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 .

(6)

6

Berpijak dari temuan penelitian ini, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata fisika SMA, penggunaan metode pembelajaran COOL-STAD diharapkan menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada, mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, partisipasi aktif, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain.

Daftar Pustaka

[1] Arends, Richard. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[2] Baskoro Adi Prayitno, dkk. 2013., “Penerapan Integrasi Sintaks Inkuiri Dan STAD (Instad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas VII-D SMPN 27 Surakarta”. BIOEDUKASI Volume 6, Nomor 1 Halaman 34-38

[3] B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara. [4] Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan

Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

[5] Gagne, Robert M. 1985. The Conditions of Learning, Japan: Holt-Saunders.

[6] Hamzah, Lamatenggo, Satria & Koni. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

[7] Hergenhahn, B.R. and Matthew H. Olson. 1997. An Introduction to Theories of Learning, New Jersey : Prentice-Hall.

[8] Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York:

McGraw Hill Companies

[10 Nana Sudjana, 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[11] Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003.

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

[12] Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. [13] Robert E Slavin1991. Educational

Psychology, New Jersey: Prentice Hall. [14] Sanjaya, Wina. 2009, Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

[15] Sudana Degeng. 1993, Terapan Teori Kognitif dalam Desain Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

[16] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[17] Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Prenada Media.

[18] Woolfolk Anita E. and Larraine McCune Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers, New Jersey: Prentice-Hall Inc. [20] Winkel. Psikologi Pengajaran, 1996. Jakarta :

Gambar

Tabel-1. Capaian hasil belajar pada siklus I
Gambar-1. Histogram siklus I
gambar 2 sebagai berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi serta analisis yang mengacu pada hasil temuan pada saat pelaksanaan tindakan. Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan

Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dengan

Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dengan

Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan introspeksi diri terhadap tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian refleksi

Refleksi (Reflection) pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan

Peneliti dan guru kelas mendiskusikan hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan sehingga

Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti dan observer mengadakan diskusi terhadap tindakan yang dilakukan. Data penelitian tindakan kelas ini

Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang sudah dilakukan berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan