• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU BERBAHASA JAWA NGOKO SEBAGAI BAHASA SEHARI-HARI PADA KOMUNITAS MASYARAKAT JAWA DI DESA BUMI JAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU BERBAHASA JAWA NGOKO SEBAGAI BAHASA SEHARI-HARI PADA KOMUNITAS MASYARAKAT JAWA DI DESA BUMI JAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERILAKU BERBAHASA JAWA NGOKO SEBAGAI BAHASA SEHARI-HARI PADA KOMUNITAS MASYARAKAT JAWA

DI DESA BUMI JAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

Yeni Nurma Yunita

Kesadaran akan kedudukan sosial sangat meresapi seluruh kehidupan orang Jawa. Dalam bahasa Jawa tidak ada kemungkinan untuk menyapa seseorang tanpa memperhatikan kedudukan sosial. Orang Jawa dalam menyapa orang lain mempergunakan istilah-istilah dari bahasa keluarga yang memiliki keistimewaan bahwa di dalamnya selalu menggungkapkan segi yunior dan senior.

Dalam komunikasi sehari-hari mereka mengenal dua macam bahasa Jawa apabila dilihat dari kriteria tingkatannya yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajatnya atau status sosialnya, bahasa Jawa Ngoko dibagi menjadi tiga yaitu Ngoko Madya, Ngoko Andap dan Ngoko Lugu. Pada prinsipnya bahasa Jawa Krama dibagi menjadi dua, yang pertama adalah Krama Inggil yang digunakan hanya pada saat-saat tertentu seperti dalam upacara-upacara kejawen dan lainnya, yang kedua adalah Krama Madya yaitu bahasa Jawa yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal akrab, yang lebih tua usianya dan untuk orang-orang yang derajatnya lebih tinggi.

(2)

Yeni Nurma Yunita

Komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan sebagian besar adalah transmigran yang berasal dari register 38 (Gunung Balak) Lampung Timur yang diberangkatkan pada tanggal 1-

3 februari 1984 sesuai dengan Perda No 1459/1984. KK (Kepala Keluarga) awal yang diberangkatkan pada saat itu yang tercantum dalam P6 berjumlah 549 KK dengan jumlah 2012 orang. Hal ini dapat terjadi karena dalam program pemerataan penduduk. Alasan lain mereka ingin berdomisili di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan adalah keinginan untuk merubah hidup menjadi lebih baik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan perilaku dalam berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan?”, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik wawancara, teknik observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisa datanya adalah teknik analisa data kualitatif.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan sosial sehari-hari mereka berbahasa Jawa, pada waktu mengucapkan bahasa daerah ini seseorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara, usia, maupun status sosialnya.

Penduduk pulau Jawa khususnya Jawa Tengah merupakan sebuah masyarakat yang kompleks dan homogen dan telah menghasilkan pula kebudayaan masyarakat Jawa Tengah yang bersifat spesifik dan membedakannya dengan kebudayaan lain di Indonesia.

(4)

Pengenalan bahasa Jawa Krama khususnya Madya kini mulai berkurang di kalangan keluarga. Padahal keluarga adalah tempat pertama untuk pengenalan bahasa kepada anak-anak. Lama-kelamaanpun orang tidak mau dipusingkan dengan tingkatan berbahasa yang harus dipergunakan secara tepat. Hal itulah yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, mengambil sesuatu secara mudah tanpa memperhatikan warisan budaya yang telah dipertahankan berbad-abad. Ciri khas orang Jawa, salah satu yang menarik adalah bahwa orang Jawa teramat sadar tentang apa arti kebudayaan bagi kehidupan sosial. Pengertian durung njawa “belum Jawa”, “belum berbudaya” yang dikenakan bagi anak-anak dan

orang-orang yang tidak baik secara menunjukkan pengertian orang-orang Jawa mengenai apa itu berbudaya dan apa itu menjadi manusia, dalam artian membentuk suatu perilaku yang baik sehingga menjadi satu-kesatuan yang kompleks sehingga dapat disebut orang Jawa (Neils mulder. 1990: 110).

(5)

tepatnya di Desa Bumi Jaya sangat potensial untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab mendidik anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan orang tua pada anak memberikan dasar bagi pendidikan, dimulai dari berbicara, berjalan dan mengenal kehidupan di masyarakat sekitarnya. Keluarga menjadi kelompok pertama tempat meletakkan dasar kepribadian di dalam keluarga. Orang tua memegang peranan penting membentuk sistem interaksi pada anak. Pada masa yang moderen ini keluarga tidak lagi mengajarkan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka selalu memperkenalkan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, padahal tanpa mereka sadari, mereka turut berperan dalam melupakan warisan budaya yang telah lama dipertahankan.

Selain keluarga, lingkungan juga memberikan kontribusi yang besar bagi eksistensi sebuah warisan budaya. Lingkungan adalah suatu ruang yang merupakan wadah di mana terjadi proses yang saling mengkait antara unsur-unsur kebendaan dengan spiritual antar sesamanya (Soerjono Soekanto. 1990: 3) anak belajar berinteraksi sosial pertama kali di dalam keluarga, melalui keluarga anak belajar merespon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tenggah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

(6)

besar terhadap perilaku berbahasa Jawa Ngoko yang tadinya hanya dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang sebaya, sederajat, orang-orang yang sudah dikenal akrab dan orang-orang yang memiliki status sosial yang sama. Kini bahasa Jawa Ngoko tersebut juga digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dan orang-orang yang baru dikenal. Fenomena seperti itu sudah tentu menyalahi aturan berbahasa/etika berbahasa yang telah disepakati.

Pada umumnya suku-suku pendatang tersebut kurang mengerti tentang aturan berbahasa yang benar bahkan ada yang sebenarnya mengerti namun tidak ingin mempersulit diri mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa belajar bahasa Jawa Krama sangat sulit. Dengan seperti itu mereka tidak lagi memperhatikan

tingkatan bahasa yang seharusnya digunakan dalam berbahasa.

Dalam menghadapi seseorang lebih tua dalam usia, orang Jawa menggunakan kata-kata berlainan dengan apabila ia menghadapi seseorang lebih muda atau sama dalam usia. Menurut Hardjowirogo perbedaan dalam perbendaharaan kata ini terdapat pula karena adanya perbedaan dalam tingkat kebangsawanan dan juga karena adanya perbedaan dalam kedudukan sebagai priyayi dan non priyayi (M. Hardjowirogo. 1982: 11).

(7)

ada dan telah menyalahi peraturan dalam berbahasa Jawa, yang demikian itu dapat mengubah peraturan yang telah lama dipertahankan (Wawancara Kepala Desa, 18 November 2009).

Perkembangan jaman yang semakin cepat, turut mengendalikan pemikiran manusia. Pengendalian tersebut tentunya berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula dengan bahasa yang penggunaanyapun mengalami perubahan. Orang tidak lagi memperhatikan aturan berbahasa yang telah disepakati.

Orang Jawa adalah orang yang selalu menjunjung tinggi budayanya dan benar-benar memahami kehidupan Jawa yang selalu memegang teguh kesopanan, termasuk dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Rendahnya kesadaran berbahasa yang tidak menempatkan perilaku berbahasa secara tepat kadang membuat orang menurunkan derajatnya sendiri dan yang paling parah kadang-kadang mereka mengeluarkan kata-kata yang jorok, tanpa mereka sadari hal itu sudah mempermalukan mereka sendiri dan telah menodai sebuah Kejawaan.

(8)

Dalam acara-acara sakral seperti kelahiran, pernikahan, perkawinan, dan upacara selamatan digunakan pula bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi, dalam acara yang membutuhkan bantuan banyak orang ini manusia saling berinteraksi dan membawa kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan, seperti perilaku berbahasa, dengan cara seperti itu dapat menggubah kebiasaan orang dalam perilaku berbahasa Jawa Ngoko.

Demikian pada prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa Ngoko dibagi menjadi tiga, yaitu Ngoko Madya, Ngoko Andap dan Ngoko Lugu. Bahasa Jawa Krama dibagi menjadi dua yaitu Krama Inggil dan Krama

Madya. Bahasa Jawa Ngoko Madya digunakan untuk berkomunikasi pada kalangan yang memiliki jabatan (kelas menengah ke atas), bahasa Jawa Ngoko Andap digunakan untuk berkomunikasi pada kalangan orang yang memiliki

jabatan dalam lingkup desa, dan bahasa Jawa Ngoko Lugu digunakan oleh orang biasa yang tidak memiliki jabatan (kelas bawah). Sementara itu, bahasa Jawa Krama Inggil digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang bangsawan

dan dipergunakan dalam upacara-upacara kejawen, seperti upacara pertemuan dengan sultan, perayaan sekaten, dan lainnya. Bahasa Jawa Krama Madya digunakan untuk kalangan orang-orang biasa yang juga memiliki kelebihtuaan usia, derajat yang lebih serta orang-orang yang baru dikenal.

(9)

masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan. Agar budaya Jawa ini dapat diketahui oleh penulis dan para pembaca pada umumnya.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Sebagian besar masyarakat di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan menggunakan bahasa Jawa Ngoko untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua bahkan yang derajatnya lebih tinggi.

b. Bahasa Jawa Ngoko hanya boleh dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sebaya dan derajatnya sama atau bahkan di bawahnya. c. Proses perubahan perilaku berbahasa Jawa Ngoko di Desa Bumi Jaya

Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

d. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

2. Pembatasan Masalah

(10)

Kabupaten Way Kanan. Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, diharapkan dalam penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu “Apa saja yang menjadi faktor penyebab perubahan dalam

perilaku berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan?”

B. Tujuan , Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perilaku berbahasa Jawa yang ada pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

(11)

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi atau wawasan bagi penulis dalam mengetahui perilaku berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

2. Penelitian diharapkan memberikan informasi kepada civitas akademik khususnya dan masyarakat pada umumnya yang juga meneliti tentang perilaku berbahasa Jawa Ngoko dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ruang Lingkup Penelitian

(12)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan keluarga (68 %), karena orang tua tidak mengajarkan cara berbahasa yang sesuai dengan pelaku yang diajak berbicara kepada anaknya. 2. Faktor lingkungan tempat tinggal (51 %), karena biasa meniru bahasa yang

digunakan oleh tetangga untuk berkomunikasi dengan orang lain.

3. Faktor majunya jaman dan modernisasi (93 %) yang telah mengendalikan pikiran manusia sehingga melupakan bahasa daerahya terutama dalam perilaku berbahasa Jawa Ngoko.

(13)

5. Upacara sakral seperti upacara slametan (73 %), upacara resepsi perkawinan (73 %), dan upacara menyongsong lahirnya generasi penerus (80 %) dapat menggubah kebiasaan orang dalam berbahasa, khususnya perilaku dalam berbahasa Jawa Ngoko.

6. Kemajuan jaman dan modernisasi sangat memiliki perenan yang besar terhadap perilaku berbahasa Jawa Ngoko sebagai bahasa sehari-hari pada komunitas masyarakat Jawa di Desa Bumi Jaya Kecamatan Negara Batin Kabupaten Way Kanan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis memiliki saran sebagai berikut:

1. Hidup sangat perlu untuk dimaknai, banyak hal-hal penting yang terlewatkan selama hidup. Berbuat baik dan berperilaku baik, begitu pula dalam hal berbahasa. Hendaknya pakailah bahasa yang tepat, karena orang Jawa sangat menjunjung tinggi etika, tatakrama, dan kesopanan.

2. Lestarikan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang termasuk perilaku dalam berbahasa.

3. Junjunglah dan bawa selalu budaya di manapun berada.

4. Semua pihak, seperti keluarga, lingkungan, perkembangan jaman dan modernisasi hendaknya mengajarkan dan memberitahukan perilaku berbahasa yang benar.

(14)

dapat menjadi tempat perilaku berbahasa Jawa yang baik, sesuai dengan aturan yang disepakati.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4, hasil penelitian tingkat disiplin diri para siswa kelas VII SMP BOPKRI III Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 terhadap peraturan sekolah secara

Selain itu anggaran juga merupakan salah satu kendala dimana masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum dilayani Trans Serasi mengingat pelayanan yang diberikan kepada siswa

menghasilkan endapan/ sludge hitam didasar larutan. Larutan tetap berwarna hijau pekat yang kepekatannya tergantung pada jumlah logam uranium terlarut.. Dari Tabel 1

Aliran data citra kerangka ( skeleton ) dari Kinect dihitung panjang tulang ( bone ) dan sudut antar sendi ( joint ) dengan memanfaatkan algoritma geometri sehingga

Banyak orang beranggapan, bahwa belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya

pengukur risiko saham dalam penelitian mereka karena beta sebagai ukuran risiko sistematis dapat dipakai untuk mengestimasi keuntungan yang diharapkan, dimana hal tersebut

Jamming adalah gangguan pada jaringan yang diakibatkan oleh adanya power yang sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal yang tidak diperlukan melalui bandwidth yang sama

Scanned by CamScanner... Scanned