• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Cysticercus bovis pada Steak Daging Sapi di Rumah Makan Jalan Dr. Mansyur Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Cysticercus bovis pada Steak Daging Sapi di Rumah Makan Jalan Dr. Mansyur Medan Tahun 2013"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PENGESAHAN

IdentifikasiCysticercus bovispadaSteakDaging Sapi di Rumah Makan Jalan Dr. Mansyur Medan Tahun 2013

Nama : Nur Qistina Humaidi

NIM : 100100410

Pembimbing Penguji I

(dr. Nurfida K. Arrasyid, M.Kes) (dr. Dadik Wahyu Wijaya, SpAn)

NIP: 197008191999032001 NIP: 196809142008011013

Penguji II

(dr. H. Emil Azlin, SpA(K))

NIP: 140355822

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran

Dekan

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH

(3)

ABSTRAK

Cysticercus bovismerupakan larva cacing pita Taenia saginata. Larva ini dapat menyebabkan taeniasis saginata. Taeniasis terjadi apabila manusia mengkonsumsi daging mentah atau dimasak kurang matang yang telah terkontaminasi Cysticercus bovis. Penilitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Cysticercus bovis pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur, Medan.

Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode total sampling. Sampel diambil dari setiap rumah makan yang menyediakan steak daging sapi dan dihantar ke Laboratorium Parasitologi. Pemeriksaan sampel dilakukan secara observasi langsung dengan menggunakan metode diseksi total.

Terdapat 15 buah rumah makan yang menjual steak daging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Hasil pemeriksaan daripada 60 sampel, 2 sampel dari setiap rumah makan dengan 2 kali pengambilan, menunjukkan tidak ditemukan Cysticercus bovis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak adaCysticercus bovis yang dapat diidentifikasi pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Pemeriksaan terhadap daging sapi di kawasan yang lebih luas perlu dilakukan untuk memastikan daging sapi benar-benar bebas dari infeksi Cysticercus bovis.

(4)

ABSTRACT

Cysticercus bovis is a larvae of tapeworm Taenia saginata. This larvae causes taeniasis saginata. Taeniasis infects human who consumes contaminated raw beef or undercooked beef with Cysticercus bovis. The objective of this study is to identify Cysticercus bovis in beef steak in restaurants at Jalan Dr. Mansyur, Medan.

This is a descriptive study with cross sectional design. Total sampling is used as a method of choosing the samples. The samples were taken from each restaurant which serves beef steak and were sent to Parasitology Laboratory. Each sample was observed directly using total dissection method.

There are 15 restaurants which serve beef steak in Jalan Dr. Mansyur. The result of the observation shows that there are no Cysticercus bovisout of all the 60 samples taken.

As a conclusion, there are no Cysticercus bovis that can be identified in beef steak at Jalan Dr. Mansyur. An inspection on the beef samples in a broader region should be conducted to ensure the beef is free from Cysticercus bovis.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadrat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini dengan sebaiknya.

Karya Tulisan Ilmiah ini berjudul ‘Identifikasi Cysticercus bovis pada SteakDaging Sapi di Jalan Dr. Mansyur, Medan’ disusun sebagai rangkaian tugas

akhir untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesa ikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan setinggi-tinggi penghargaan kepada:

1. dr. Nurfida Khairina Arrasy id, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan saran selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu, ayah dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan nasihat.

Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada penulis sendiri dan para pembaca.

Medan, 9 Desember 2013

_________________

Nur Qistina Humaidi

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan .... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vi

Daftar Gambar... vii

Daftar Lampiran... ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. InfeksiTaenia saginata... 4

2.1.1. Definisi... 4

2.1.2. Morfologi dan Siklus Hidup... 4

2.1.3. Sumber dan Cara Penularan... 6

2.1.4. Manifestasi Klinis dan Diagnosa... 6

2.1.5. Pengobatan dan Pencegahan... 6

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 8 a. Kerangka Konsep... 8

(7)

BAB 4 METODE PENELITIAN... 9

4.1. Jenis Penelitian... 9

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 9

4.4. Metode Pengumpulan Data... . 10

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 10

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 11

5.1. Hasil Penelitian... ... 11

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 11

5.1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium... 11

5.2. Pembahasan... 13

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 14

6.1. Kesimpulan... ... 14

6.2. Saran... 14

(8)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL HALAMAN

5.1. Hasil pemeriksaan I steakdaging sapi 11

5.2. Hasil pemeriksaan II steakdaging sapi 12

5.3. Distribusi rumah makan yang menyediakan steakdaging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan

(9)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HALAMAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Data Induk Hasil Penelitian

Lampiran 7 Data Induk Hasil Penelitian

Lampiran 8 Data Output Hasil Penelitian

Lampiran 9 Data Output Hasil Penelitian

(11)

ABSTRAK

Cysticercus bovismerupakan larva cacing pita Taenia saginata. Larva ini dapat menyebabkan taeniasis saginata. Taeniasis terjadi apabila manusia mengkonsumsi daging mentah atau dimasak kurang matang yang telah terkontaminasi Cysticercus bovis. Penilitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Cysticercus bovis pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur, Medan.

Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode total sampling. Sampel diambil dari setiap rumah makan yang menyediakan steak daging sapi dan dihantar ke Laboratorium Parasitologi. Pemeriksaan sampel dilakukan secara observasi langsung dengan menggunakan metode diseksi total.

Terdapat 15 buah rumah makan yang menjual steak daging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Hasil pemeriksaan daripada 60 sampel, 2 sampel dari setiap rumah makan dengan 2 kali pengambilan, menunjukkan tidak ditemukan Cysticercus bovis.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak adaCysticercus bovis yang dapat diidentifikasi pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Pemeriksaan terhadap daging sapi di kawasan yang lebih luas perlu dilakukan untuk memastikan daging sapi benar-benar bebas dari infeksi Cysticercus bovis.

(12)

ABSTRACT

Cysticercus bovis is a larvae of tapeworm Taenia saginata. This larvae causes taeniasis saginata. Taeniasis infects human who consumes contaminated raw beef or undercooked beef with Cysticercus bovis. The objective of this study is to identify Cysticercus bovis in beef steak in restaurants at Jalan Dr. Mansyur, Medan.

This is a descriptive study with cross sectional design. Total sampling is used as a method of choosing the samples. The samples were taken from each restaurant which serves beef steak and were sent to Parasitology Laboratory. Each sample was observed directly using total dissection method.

There are 15 restaurants which serve beef steak in Jalan Dr. Mansyur. The result of the observation shows that there are no Cysticercus bovisout of all the 60 samples taken.

As a conclusion, there are no Cysticercus bovis that can be identified in beef steak at Jalan Dr. Mansyur. An inspection on the beef samples in a broader region should be conducted to ensure the beef is free from Cysticercus bovis.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taeniasis pada manusia ialah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia saginata, Taenia solium danTaenia asiatica). Manusia dapat terinfeksi dengan cacing pita apabila memakan daging sapi (T. saginata) atau daging babi (T. solium danT. asiatica) secara mentah atau dimasak kurang matang. Kebanyakan penderita taeniasis tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi dengan cacing pita karena menunjukkan gejala klini s yang ringan atau asimptomatik. Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomonis. Gejala taeniasis dapat berupa rasa tidak enak pada lambung, nausea, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare, dan pruritus ani (Depkes,2000; CDC, 2013).

Cacing pita yang menyebabkan taeniasis dapat dijumpai di seluruh dunia. Infeksi T.saginata terjadi di tempat-tempat yang banyak penduduknya makan daging sapi mentah yang terkontaminasi, khususnya di Eropah Timur, Rusia, Afrika Timur dan Amerika Latin. Taeniasis yang disebabkan oleh T.saginatajuga dapat dijumpai di negara -negara yang menternak hewan seperti sapi untuk konsumsi manusia dan sanitasinya buruk (CDC, 2013).

(14)

pada tahun 2004 dan di Karang Asem pada tahun 2006, hingga 2 7.5% di Gianyar (Desa Ketewel) pada tahun 200 4. Tingkat prevalensi taeniasis saginatameningkat secara dramatis di Gianyar, termasuk pada tahun 2002 (25.6%) dan 2005 (23.8%), berbanding survei sebelumnya pada tahun 1977 (2.1%) dan 1999 (1.3%). Hal ini mungkin terjadi karena ada peningkatan jumlah keluarga yang mengkonsumsi daging sapi yang dimasak kurang matang dan mempunyai resiko terkontaminasi dengan larva Cysticercus bovis. Faktor resiko terjadinya taeniasis ialah memakan daging yang dimasak kurang matang karena larva Cysticercus bovis bisa masih dalam bentuk infektif. Walau bagaimanapun, apabila 48 pasien taeniasis di Gianyar diberikan pengobatan dengan praziquantel pada tahun 2002 -2005 diperiksa kembali pada tahun 2003-2006, tidak ada kasus infeksi ulang dilaporkan setelah penghentian mengkonsumsi daging sapi kurang matang oleh pasien-pasien tersebut (Wandra et al., 2007). Survei terbaru di Bali dan Kabupaten Samosir, Sumatera Utara pada tahun 2002 -2005 mengungkapkan bahwa insiden taeniasis Taenia saginata telah meningkat dan taeniasis Taenia asiatica masih umum di Kabupaten Samosir (Suroso, 2006).

Jalan Dr. Mansyur dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdapat banyak rumah makan yang menjadi pilihan para pelanggan terutama daripada mahasiswa-mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Hasil survei awal, terdapat beberapa buah rumah maka n yang menyediakan steak daging sapi di dalam menunya.

Berdasarkan penyataan di atas, maka peneliti ingin mencari Cysticercus bovis dari Taenia saginata pada daging sapi yang dimasak kurang matang (steak) di rumah makan Jalan Dr. Mansyur Medan.

1.2. Rumusan Masalah

(15)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Cysticercus bovis dari Taenia saginata pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya di Medan, Sumatera Utara pada tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

i. Untuk mengetahui jumlah rumah makan yang menjual steakdaging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya di Medan, Sumatera Utara pada tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: a. Masyarakat umum agar menyadari kepentingan makan makanan yang

dimasak dengan sempurna untuk meng hindari infeksi olehT. saginata. b. Dinas kesehatan agar mengambil tindakan pencegahan dengan membuat

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. InfeksiTaenia saginata 2.1.1. Definisi

Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia saginata ialah manusia, manakala hospes perantaranya ialah hewan dari famili Bovidae seperti sapi dan kerbau.

2.1.2 Morfologi dan Siklus Hidup

Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang; terdiri atas kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas -ruas proglotid, sebanyak 1000 -2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter atau lebih. Skoleks berukuran han ya 1-2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan otot -otot yang kuat, tanpa kait -kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu. Strobila terdiri atas rangkaian proglotid yang imatur, matur, dan mengand ung telur (gravid). Proglotid gravid terletak di bagian terminal dan sering terlepas daripada strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar bersama tinja atau sendiri dari anus secara spontan. Setiap hari, kira -kira 9 buah proglotid dilepas. Bentuk proglotid lebih panjang daripada lebar. Sebuah proglotid gravid berisi kira -kira 100.000 buah telur (Sutanto, 2008).

(17)
(18)

2.1.3. Sumber dan Cara Penularan

Sumber penularan taeniasis saginata dapat melalui penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing pita. Hewan ternak terutamanya sapi yang mengandung larva cacing pita (Cysticercus bovis) juga dapat menjadi sumber penularan. Seseorang bisa terkena infeksi cacing pita melalui makanan, yaitu memakan daging sapi yang mengandung larva (Depkes, 2000).

2.1.4. Manifestasi Klinis dan Diagnosa

Kebanyakan kasus taeniasis asimptomatis. Gejala ringan seperti diare, gangguan pencernaan, dan nyeri abdomen dapat dijumpai pada beberapa kasus. Diagnosa taeniasis dapat dite gakkan dengan dua cara yaitu, menanyakan riwayat penyakit (anamnesis) dan pemeriksaan tinja. Dalam anamnesis perlu ditanyakan apakah penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita pada saat buang air besar ataupun secara spontan. Tinja y ang diperiksa pula ialah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan dan dalam keadaan segar. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis dilakukan dengan metode langsung (secara natif) dengan menggunakan pengencer NaCl 0,9% atau lugol. Apabila ditemukan telur ca cing Taenia saginata, maka pemeriksaan menunjukkan hasil positif taeniasis. Pada pemeriksaan tinja secara mikroskopis dapat juga ditemukan proglotid jika keluar (Depkes, 2000; Heelan & Ingersoll, 2002).

2.1.5. Pengobatan dan Pencegahan

(19)

harinya. Dua hingga dua setengah jam kemudian, diberikan pula garam Inggris (MgSO4), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak -anak, mengikut kesesuaian umur, yang dilarutkan dalam sirup (pemberian sekaligus). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil apabila skoleks Taenia saginata dapat ditemukan utuh bersama proglotid(Depkes, 2000).

Niclosamide juga dapat diberikan pada penderita taeniasis dewasa dan anak-anak di atas enam tahun dengan dosis sebanyak 2g, administrasi tunggal selepas sarapan dan diteruskan dengan pemberian laxative 2 jam kemudian. Bagi anak-anak usia dua sampai enam tahun, dosis niclosamide yang diberikan ialah sebanyak 1g dan bagi anak -anak di bawah usia 2 tahun sebanyak 500mg (WHO, 2013).

(20)
(21)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penilitian ialah suatu uraian dan visualisasi hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Pada penelitian ini, variabel-variabel yang akan diamati ialah daging sapi yang dimasak kurang matang (steak daging sapi) sebagai variabel independen dan Cysticercus bovissebagai variabel dependen.

3.2. Definisi Operasional

Cysticercus bovis ialah larva dari cacing pita Taenia saginata yang ditemukan padasteakdaging sapi.

Steak daging sapi ialah daging sapi yang dimasak kurang matang dan diperoleh dari rumah makan di sepanjang Jalan Dr. Mansyur, Medan.

Cara ukur:

Pengukuran dijalankan dengan menggunakan metode diseksi total. Seluruh otot dari daging sapi diiris tipis untuk menemukanCysticercus bovis.

Hasil ukur:

Hasil pengukuran dibuat dengan menemukan larva Cysticercus bovis pada steak daging sapi.

Skala ukur:

Skala ukur yang digunakan ialah skala nominal.

(22)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional, di mana penelitian ini mengidentifikasi apakah terdapat Cysticercus bovis pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur, Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah makan Jalan Dr. Mansyur, Medan dan dijalankan pada bulan November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini ialah steak daging sapi yang terdapat di rumah-rumah makan Jalan Dr. Mansyur, Medan. Metode pengambilan sampel yang digunakan ialah total sampling.

(23)

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan meminta izin dari petugas di rumah makan tersebut terlebih dahulu. Dua sampel diambil dari setiap rumah makan yang menjual steak daging sapi. Kemudian, tanggal dan lokas i pengambilan sampel dicatat. Setiap sampel diberi kode dan dikirim ke Laboratorium Parasitologi.

4.4.2. Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan pada sampel steak daging sapi dilakukan dengan cara observasi langsung dengan menggunakan metode diseksi total. Metode tersebut dapat dilakukan seperti berikut (Barker, 2003; Wanzala, 2003):

1. Steakdaging sapi diiris tebal kurang lebih 2 milimeter. 2. Irisan daging diletakkan di atas kaca objek.

3. Pemeriksaan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis apabila diperlukan.

4. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan dengan meletakkan irisan daging yang telah dikompresi sedikit di atas kaca objek lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat morfologi dan karakteristik dari Cysticercus bovisdi bawah mikroskop.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(24)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel untuk penelitian ini telah dilakukan di sepanjang Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Terdapat 15 buah rumah makan yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini.

5.1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

[image:24.612.125.511.561.642.2]

Pemeriksaan dilakukan dengan membawa sampel yang diambil dari setiap rumah makan ke Laboratorium Parasitologi Universitas Sumatera Utara untuk diperiksa. Setiap sampel diperiksa dengan menggunakan metode total diseksi. Sampel diiris tebal kurang lebih 2 milimeter. Kemudian, dilakukan observasi langsung untuk mengidentifikasi Cysticercus bovis. Apabila dicurigai adanya dijumpaiCysticercus bovis, dilanjutkan dengan pemeriksaan di bawah mikroskop untuk dipastikan. Dari 30 sampel yang pertama diperiksa, tidak ditemukan adanya Cysticercus bovis(tabel 5.1).

Tabel 5.1. Hasil pemeriksaan Isteakdaging sapi

Cysticercus bovis Frekuensi Persentase

Dijumpai 0 0

Tidak dijumpai 30 100

(25)
[image:25.612.124.511.175.255.2]

Tabel 5.2. memperlihatkan bahwa p ada pengambilan sampel kedua juga tidak dijumpai adanyaCysticercus bovis padasteakdaging sapi yang diperiksa.

Tabel 5.2. Hasil pemeriksaan IIsteakdaging sapi

Cysticercus bovis Frekuensi Persentase

Dijumpai 0 0

Tidak dijumpai 30 100

Total 30 100

[image:25.612.126.512.430.510.2]

Dari kedua tabel di atas dapat dinyatakan bahwa tidak ditemukan Cysticercus bovis pada steak daging sapi yang dijual di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya . Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan hasil dari rumah makan di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya hanya 60% yang menyediakan menusteakdaging sapi (tabel 5.3.).

Tabel 5.3. Distribusi rumah makan yang menyediakan steakdaging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya

MenuSteakDaging Sapi Frekuensi Persentase

Ada 15 60

Tidak ada 10 40

(26)

5.2. Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 60 steak daging sapi tidak ditemukan adanya Cysticercus bovis, baik pada pengambilan sampel pertama maupun pada pengambilan sampel kedua. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang diperoleh Marianto (2012) dimana dari 32 sampel daging sapi yang diambil dari pasar tradisional Kecamatan Medan Kota tidak dijumpai adanya Cysticercus bovis. Hasil identifikasi Cysticercus bovis yang negatif pada daging sapi ini menunjukkan bahwa pengelolaan dari peternakan di sekitar Medan sudah semakin baik.

Suatu survei epidemiologi berulang mengenai taeniasis/sistiserkosis pada tahun 2003-2006 oleh Wandra (2006) menunjukkan t idak adaT.saginatadijumpai di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Hasil survei ini sejalan dengan hasil penelitian ini dan menunjukkan rendahnya insidens taeniasis saginata di provinsi Sumatera Utara sehingga identifikasi T.saginata sukar diidentifikasi terutama di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya di Medan.

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa t idak dijumpai adanya Cysticercus bovispadasteakdaging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur Medan dan sekitarnya. Persentase rumah makan yang menjual steakdaging sapi di Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya sebesar 60%.

6.2. Saran

1. Melakukan pemeriksaan terhadap daging sapi di kawasan yang lebih luas untuk memastikan benar-benar bebas dari infeksiCysticercus bovis. 2. Menilai tingkat pengetahuan juru masak rumah makan mengenai tingkat

kematangan daging sapi yang sesuai.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Barker, J., 2003.Inspection Procedures for the Head and Head Meats of Cattle (including calves). Ministry for Primary Industries. Available from: http://www.foodsafety.govt.nz/industry/general/animal

-products/omar-notifications/03-165.htm[Accessed 16 May 2013]

Centers for Disease Control and Prevention, 2013. Taeniasis. United States of America. Available from: http://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/ [Accessed 15 April 2013]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Petunjuk Pemberantasan Taeniasis/Sistiserkosis di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Food Safety and Inspection Service (FSIS), 2011. Fact Sheets: Safe Food

Handling. United States Department of Agriculture. Available from: http://www.fsis.usda.gov/factsheets/Keep_Food_Safe_Food_Safety_Basics/

[Accessed 20 May 2013]

Food Safety and Inspection Service, 2013. Food Safety Education: Is It Done Yet?. United States Department of Agriculture. Available from: http://www.fsis.usda.gov/is_it_done_yet/brochure_text/index.asp

(29)

Gillespie, S.H., Pearson, R.D., 2001. Principles and Practice of Clinical Parasitology. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Heelan, J., Ingersoll, F., 2002 .Essentials of Human Parasitology. USA: Delmar.

Malemna, S., 2005. Pemeriksaan Larva Cacing Pita pada Daging Babi (Porcina) di Rumah Makan Babi Panggang Karo Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2005. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34884 [Accessed 16 May 2013]

Marianto, 2012. Kontaminasi Sistiserkus pada Daging dan Hati Sapi dan Babi yang Dijual di Pasar Tradisional pada Kecamatan Med an Kota. Available from:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32576

[Accessed 16 May 2013]

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

(30)

Sutanto, I., Ismid, I.S., Pudji K., Sjarifuddin, Sungkar, S., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Wahyuni, A.S.,2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Bamboedoea Communication, Jakarta Timur.

Wandra, T., et al 2007. Taeniasis/Cysticercosis in Indonesia, 1996 -2006.

Indonesia. Available from:

http://www.tm.mahidol.ac.th/seameo/2007 -38-suppl-1/38suppl1-140.pdf

[Accessed 16 April 2013]

Wanzala, W., et al 2003.Control of Taenia saginata by Post -Mortem Examination of Carcasses. Kenya. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2141596/

[Accessed 15 May 2013]

World Health Organization (WHO), 2013. Taeniasis/Cysticercosis. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs376/en/ [Accessed 17 May 2013]

WHO, 2013. Taeniasis/Cysticercosis. Available from: http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/

(31)
(32)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera.

Saya, Nur Qistina Humaidi, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) ingin melakukan penelitian pada steak daging sapi di rumah makan Jalan Dr. Mansyur dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya Cysticercus bovis padasteakdaging sapi yang dijual. Oleh sebab itu, saya ingin meminta persetujuan daripada bapak/ibu untuk mengidentifikasi steakdaging sapi dari rumah makan bapak/ibu agar dapat dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran USU. Hasil pemeriksaan akan dirahsiakan dan tidak akan disalahgunakan.

Atas perhatian dan persetujuannya, saya uc apkan terima kasih.

Medan, September 2013

Hormat saya,

Peneliti,

(33)

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah mendengar penjelasan mengenai penelitian ‘Identifikasi Cysticercus bovis Pada Steak Daging Sapi di Rumah Makan Jalan Dr. Mansyur dan Sekitarnya, Medan Tahun 2013’ dari peneliti Nur Qistina Humaidi (NIM: 100100410), saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama:_______________________________________

menyatakan bahawa saya menyetujui pene litian yang dilakukan pada steak daging sapi yang dijual. Saya juga telah mengetahui risiko dari penelitian.

Demikianlah saya sampaikan dalam keadaan sehat dan tenang tanpa paksaan apapun.

Peneliti, Hormat saya,

_________________ _______________

(Nur Qistina Humaidi)

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

DATA OUTPUT HASIL PENELITIAN Frequencies [DataSet0] Cysticercus bovis Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid negatif 30 100.0 100.0 100.0

Notes

Output Created 19-NOV-2013 06:29:59

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none> N of Rows in Working

Data File 30

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES

VARIABLES=c.bovis /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.01

Statistics Cysticercus bovis

N Valid 30

(39)

Frequencies

Statistics Cysticercus bovis

N Valid 30

Missing 0 Cysticercus bovis Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid negatif 30 100.0 100.0 100.0

Notes

Output Created 19-NOV-2013 06:35:54

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none> N of Rows in Working

Data File 30

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES

VARIABLES=c.bovis /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.02

(40)
[image:40.612.132.503.110.312.2]

Gambar 1 Mendiseksisteakdaging sapi dengan metode diseksi total

[image:40.612.130.505.381.603.2]

Gambar

Tabel 5.1. Hasil pemeriksaan I steak daging sapi
Tabel 5.2. Hasil pemeriksaan II steak daging sapi
Gambar 1 Mendiseksi steak daging sapi dengan metode diseksi total

Referensi

Dokumen terkait

Titik Impas (Break Even point) adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk

[r]

Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk. mendapatkan keuntungan pribadi

Untuk perlakuan 20% sebanyak 1 orang panelis ahli menyatakan produk sangat berasa wortel, 2 orang panelis ahli menyatakan produk berasa wortel, 1 orang

Komputer yang digunakan sebagai server memiliki spesifikasi yang lebih handal dari komputer client yang terhubung dalam satu jaringan, dimana diharapkan komputer client

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas X MAN Awipari Kota Tasikmalaya yang dijadikan sampel menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem

Asymmetric information , fenomena ini mengarah pada kondisi di mana terjadi perbedaan sumber dan jumlah informasi antara pengelola kawasan dalam hal ini BBKSDA PB yang mendapat