• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (BKR) TERHADAP USAHA MENINGKATAKAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1945-1949

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (BKR) TERHADAP USAHA MENINGKATAKAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1945-1949"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (BKR) TERHADAP USAHA MENINGKATAKAN

KETAHANAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1945-1949

Oleh Fitri Diantuti

Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak mutlaknya dan dengan segala keiklasaan mengorbankan segala yang dicintainya, untuk kepentingan angkatan bangsa Indonesia demi untuk mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia yang berhak atas kedaulatan dan keadilan. Maka, terbentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato Presiden, yang tugasnya menjaga keamanan umum di daerah-daerah dibawah koordinasi Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah dan penolong korban perang.

(2)

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik dan militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949. Metode yang digunakan adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949 telah membawa pengaruh terhadap kondisi politik dan militer. Dalam bidang politik peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) ialah berusaha untuk memperoleh kedaulatan Indonesia yang tidak diakui oleh bangsa Jepang dan Belanda yang dilakukan dengan cara membentuk badan-badan perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan dibidang militer peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) ialah mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia agar Jepang dan Belanda tidak menjajah kembali dengan cara menghadapi belanda dan perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak mutlaknya dan dengan segala keiklasaan mengorbankan segala yang dicintainya, untuk kepentingan angkatan bangsa Indonesia demi untuk mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia yang berhak atas kedaulatan dan keadilan, karena bangsa Jepang dan Belanda tidak mau mengakui kedaulatan dari pada Indonesia.

(4)

merupakan semacam hansip, para pemuda kemudian membentuk apa yang dikenal secara umum badan-badan perjuangan. Badan-badan perjuangan itu

kemudian menyatukan diri dalam sebuah komite dan aksi yang bermarkas di Jalan Menteng 31 dibawah pimpinan Adam Malik, Sukarni, Chairul Saleh, Martonitimiharjo dan lain-lain. Adapun badan-badan perjuangan itu antara Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI). Badan – badan perjuangan lainnya dibentuk di Jawa seperti Barisan Benteng, Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia Maluku (PMI), Hisbullah, Sabilillah, Pemuda Sosial Indonesia (Pasindo) dan Barisan Pembrontak Rakyat Indonesia dan lainnya. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 108)

Badan-badan perjuangan dan BKR di samping berjuang di bidang militer juga perjuangan di kalangan pemuda-pemuda pejuang untuk merebut, menengakkan, serta mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda yang keduanya tidak mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Bangsa Indonesia. Sesudah proklamasi terjadilah pertempuran dan bentrokan-bentrokan antara pemuda-pemuda Indonesia. BKR melawan aparat pemuda-pemuda Indonesia dan BKR melawan aparat kekuasaan Jepang. Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan guna menegakkan kedaulatan Indonesia serta untuk memperoleh senjata.

(5)

senjata, semua itu dilakukan supaya Jepang mengakui akan kemerdekaan Bangsa Indonesia dan alat perjuangan melawan pihak belanda secara nyata akan melawan pihak Indonesia lagi. Hal ini terbukti Belanda telah mendaratkan tentaranya di Indonesia dengan cara membonceng tentara sekutu yang bernama NICA (Netherlands Indies Civil administration) yang secara nyata tidak ingin mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Sementara itu para pemimpin-pemimpin di daerah menyambut proklamasi dengan perasaan gembira dan mereka menyatakan bergabung dengan Bangsa Indonesia dan mendukung terhadap para pempin negara, badan-badan perjuangan, rakyat, dan BKR untuk tetap semangat dalam pergerakannya. Karena mendapatkan dorongan, para tokoh pemerintah segera menyelesaikan apa yang sedang dihadapi bangsa kita. Namun berkat dukungan dari rakyat, pemuda-pemuda yang tergabung dalam badan-badan perjuangan dan BKR maka kemerdekaan bangsa Indonesia dapat direbut dan dipertahankan dari penjajah baik itu bangsa Jepang maupun bangsa Belanda.

(6)

Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung atau tidak langsung membahayakan integritas identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan pembangunan nasional. (Tontowi, 2008 : 76)

Ketahanan nasional dibidang politik dan militer dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama ditunjukan untuk memelihara stabilitas politik yang sehat dan dinamis serta untuk mengamankan pembangunan nasional, menangkal segala ancaman, baik yang datang dari dalam atau luar dan terpenting dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Namun secara gigih Badan Keamanan Rakyat (BKR), rakyat, dan badan-badan perjuangan berjuang bahu-membahu membela, merebut dan mempertahankan bangsanya untuk tetap berdaulat penuh dan mengupayakan pengakuan dan mempertahankan agar bangsa Jepang dan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara menyeluruh.

(7)

B. Analisis data

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949.

2. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949.

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada:

1. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949.

2. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949

3. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas kembali inti permasalahan yang akan diteliti maka diperlukan suatu rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(8)

2. Bagaimanakah Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949?.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk memahami peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949.

2. Untuk memahami peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) di bidang militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini:

(9)

b. Dengan memahami lebih nyata tentang peran BKR di bidang militer diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peminat sejarah untuk mengkaji lebih luas lagi tentang peran BKR dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949 tersebut kemudian diambil hikmahnya sebagai masukan yang berharga bagi perjuangan pembelaan negara Republik Indonesia terutama bagi TNI.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah diatas cukup umum dalam penelitian untuk menghindari kesalah pahaman, maka dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan peneliti mencakup :

1. Objek Penelitian : Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) 2. Subjek Penelitian : Usaha meningkatkan ketahanan nasional

Indonesia tahun 1945 – 1949.

3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologi konsep tinjauan pustaka terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Dalam Kamus Bahasa Indonesia “ Tinjauan berasal dari kata tinjau yang bearti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk menarik kesimpulan”. Sedangkan kata Historis berasal dari bahasa Yunani “ Istoria” yang bearti ilmu yang biasanya diperuntukan bagi penelaah mengenai gejala-gejala ( terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.

Menurut definisi yang paling umum, kata History kini bearti “ masa lampau umat manusia”. Sedangkan Sejarah menurut bahasa Jerman adalah geschichte yang berasal dari geschehen yang bearti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata Historis dikenal dengan kata sejarah. Adapun pengertian Historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. (Roeslan Abdulgani, dalam H. Rustam E. Tamburaka. 1999 : 12)

(11)

baik individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritia dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis) dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberikan pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.

2. Konsep Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi prilaku-prilaku yang diharapkan dari memegang kedudukan tertentu. (Hendropuspito : 105)

Pada tanggal 22 Agustus 1945, terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato Presiden, yang tugasnya menjaga keamanan umum di daerah-daerah dibawah koordinasi Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah dan penolong korban perang. Pidato Presiden itu mendapat sambutan dua macam dari pemuda-pemudi Indonesia, dikalangan pemuda Indonesia terutama mereka yang pernah menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, dan Koninklijk Nederland Indisch Leger (KNIL) memutuskan untuk memasuki BKR dan memanfaatkannya semaksimal mungkin sebagai wahana perjuangan. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 108)

3. Konsep Tentang BKR di Bidang Politik

(12)

tanggal 17 Agustus 1945. Sebagaimana dalam penyusunan suatu kekuatan pertahanan keamanan negara, maka dibentuklah BKR, sesudahnya keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 22 Agustus BKR adalah suatu Badan Keamanan Rakyat yang bertujuan untuk melindungi rakyatnya. Adapun usaha yang dilakukan BKR adalah mengadakan perjuangan terhadap tanah air, di luar BKR timbullah badan-badan perjuangan rakyat yang juga ikut berjuang bersama-sama. Namun badan-badan perjuangan ini menyatukan dirinya dalam suatu komite van aksi, adapun badan-badan itu adalah Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (Bara) dan Barisan Buruh Indonesia (BBI), hal ini sebagaimana dikemukan oleh (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 108) sebagai berikut :

Mereka membentuk badan-badan perjuangan yang kemudian menyatakan diri dalam sebuah Komite van aksi yang bermarkas di Jalan Menteng 31 di bawah pimpinan Adam Malik, Sukarni, Khairil Saleh, Maruto Nitimiharjo, dan lain-lain. Badan-badan yang bernaung di bawah Komite Van Aksi adalah Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI). (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 108)

(13)

(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 106) mengemukakan kembali bahwa :

Di Bali, para pemuda telah membentuk beberapa organisasi pemuda seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir bulan Agustus. Mereka berusaha menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pihak Jepang. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 106)

Para pemuda membentuk organisasi-organisasi yang bertujuan supaya pemerintah Kolonial Jepang mau mengakui serta mengembalikan kedaulatan Republik Indonesia secara utuh, dan tidak dikembalikan kepada pemerintah kolonial Belanda, meskipun Jepang negara yang kalah dalam peperangan dengan sekutu. Adapun usaha yang dilakukan para pemuda Indonesia memperjuangkan kemerdekannya agar dikembalikkan pada bangsa kita dengan mengadakan pertemuan dengan Jepang dengan melakukan perebutan persenjataan dan kekuasaan dari pemerintah Jepang di mana-mana. Hal ini sebagai mana dikemukakan lagi oleh (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 121) menyatakan sebagai berikut :

BKR dan badan-badan perjuangan yang di bentuk oleh para pemuda itulah yang mempelopori perebutan kekuasaan dan perebutan persenjataan dari tangan Jepang. Dengan demikian pertempuran-pertempuran yang pertama terjadi melawan pihak Jepang. Pemimpin tentara keenam belas Jepang di Jawa tidak mau mengakui adanya Republik Indonesia,karena mereka terikat komitmen untuk sebagai pihak yang kalah perang memelihara status gua senjak tanggal 15 Agustus 1945 tak kala pucuk pimpinan negara mereka menyerah pada serikat. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 121)

(14)

di Jawa khususnya tidak mau mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diproklamsikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta untuk memperoleh persenjataan dengan melucuti tentara Jepang yang telah kalah dan senjatanya sebagai modal dalam melawan bangsa Belanda yang membonceng sekutu. Hal ini sesuai pernyataan (M. Yamin. 1950: 18) mengemukakan sebagai berikut :

Kelakuan Jepang adalah perampasan kekuasaan dengan jalan yang tidak sah dan tidak jujur, serta kelakuan Belanda dan Inggris adalah peperangan-peperangan yang alim, perang kemerdekaan Indonesia adalah perang pembelaan kemerdekaan yang menjadi hak mutlak sebagai bangsa. (M. Yamin. 1950: 18)

Tindakan-tindakan pemerintah Jepang terhadap Indonesia adalah perampasan kekuasaan dengan jalan melakukan peperangan dengan pemerintah Indonesia. Hal ini dilakukan karena Jepang tidak mau mengakui adanya bangsa Indonesia. Dilain pihak Belanda merupakan salah satu bangsa yang akan menanamkan pengaruhnya di Indonesia yang dianggap masih wilyah kekusaannya. Kemudian menurut (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 101) mengemukakan sebagai berikut :

Sesudah proklamasi terjadilah pertempuran dan bentorakan-bentrokan antara pemuda Indonesia melawan aparat kemanan Jepang. Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan guna menegakkan kedaulatan Republik Indonesia serta untuk memperoleh peralatan senjata. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 101)

(15)

Dengan demikian proklamasi kemerdekaan memerlukan pengisiaan dan pertahanan yang kuat. Sebagaimana yang dikemukan oleh (Muhammad Yamin: 1950: 31) menyatakan sebagai berikut ;

Revolusi Indonesia yang dimulai dengan Proklamasi itu menetapkan dengan membela kemerdekaan negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia yang diperjuangkan supaya mendapat keanggotaan penuh sempurna dalam lingkungan segala bangsa merdeka sedunia. (Muhammad Yamin. 1950: 31)

Bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan para pemuda dan pejuang yang lain adalah untuk memperoleh kedaulatan kemerdekaan dan supaya bangsa Indonesia mendapatkan pengakuan dan kedaulatan dari bangsa-bangsa di dunia terutama bangsa Belanda yang pernah menjajah di Indonesia. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka seperti bangsa-bangsa didunia lainnya.

Dengan demikian penantian yang dinantikan itu akan berwujud melalui perjuangan yang dilakukan oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan pemuda pejuang Indonesia lainnya. Jadi dengan ini jelaslah bahwa pengaruh Badan Keamanan Rakyat (BKR) di bidang politik merupakan langkah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan untuk memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia.

4. Konsep Tentang Peran BKR Di Bidang Militer

(16)

Jepang dalam usahanya merebut senjata dari tangan Jepang,sebab Jepang tidak mau mengakui adanya kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengadakan perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia tercinta ini. Hal ini sebagaimana dikemukan oleh (Nugroho Notosusanto. 1990 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 104) sebagai berikut :

Di Semarang setelah ada pemuda yang berhasil merebut kekuasaan, terjadi perbenturan yang dasyat antara para pemuda Indonesia melawan Jepang karena pihak Jepang merasa terancam oleh pemuda yang berusaha merebut senjata mereka. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 104)

Dari konsepsi diatas dapat diambil pengertian bahwa setelah bangsa Indonesia memproklamasikan diri, bangsa Jepang tidak mau mengakui akan kekuasaan Republik Indonesia walaupun sebenarnya Jepang telah mengalami kekalahan dengan serikat. Dengan demikian maka para pemuda harus memaksa pemerintah Jepang agar mau mengakui kemerdekaan itu, dengan cara melakukan perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang. Sehingga secara langsung terjadi insiden-insiden pertempuran-pertempuran antara para pemuda dan bangsa Jepang. Sementara itu Jepang harus menjaga status gua, dilain pihak pemuda Indonesia ingin mempertahankan kemerdekaan dan memperoleh pengakuan. (A.H. Nasution. 1977; 3) mengemukakan sebagai berikut :

(17)

Bangsa Belanda dengan segala cara akan kembali ke Indonesia untuk menanankan pengaruh kolonial dan ia masih menganggap bangsa Indonesia adalah merupakan dari wilayahnya. Perlu pula diketahui bahwa bangas Indonesia telah adanya perubahan yaitu telah memproklamasikan kemerdekannya, maka menimbulkan perselisihan antara bangsa Belanda dan bangsa Indonesia. Dengan demikian menimbulkan amarah di kalangan pemuda-pemuda Indonesia atas ulah Belanda yang tidak mau mengakui kedaulatan kemerdekaan Indonesia, kemudian pertempuran tidak dapat dielakkan lagi antara pemuda Indonesia melawan Belanda. Hal ini sesuai pernyataan (M. Yamin. 1950: 27) yang mengemukakan sebagai berikut :

Maka sangatlah sayang karena pihak agresi Belanda dan Inggris pada permulaan revolusi Indonesia telah berusaha hendak menidurkan pergerakan kemerdekaan Indonesia agar menjalankan muslihat hendak mengembalikan keadaan revolusi dan kedaulatan jajahan seperti sebelum Perang dunia II. (M. Yamin. 1950: 27)

(18)

Oleh karena itu barisan rakyat mengambil taktik tidak memberikan kesempatan lagi kepada serdadu-serdadu NICA yang terangan-terangan hendak menjajah lagi itu untuk menyesuaikan diri dengan iklim di daerah timur ini guna nanti mereka mengadakan serangan yang lebih hebat. (A.H. Nasutio. 1977; 249)

Pemerintah Belanda tetap ingin menjadikan Indonesia sebagai negara jajahan, hal ini dilakukan oleh pemerintah Belanda yang secara terang-terangan mendaratkan tentaranyadi beberapa daerah, serta tidak mau mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan Belanda melihat serta akan menyesuaikan diri dengan keadaan Indonesia yang sudah merdeka dan akan mengadakan serangan yang lebih hebat lagi, bila rakyat Indonesia tidak bersungguh-sungguh dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan bangsa atas kedaulatannya. Sehubungan dengan hal ini (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 123) mengemukakan bahwa :

Kenyataan adalah lain di kota-kota lain yang didatangi oleh pasukan serikat lalu terjadilah insiden-insiden bahkan pertempuran-pertempuran dengan pihak Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan pasukan serikat tidak menghormati kedaulatan Republik Indonesia. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993; 123)

(19)

mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945. Hal ini dikemukan (A.H Nasution. 1977; 91) yang menyatakan sebagai berikut :

Pertempuran – pertempuran Bandung, Semarang, Surabaya, Banyumas, Sukarta, Magelang,Yogyakarta dan sebagainya adalah lebih tegas daripada peristiwea dipusat dimana serentak rakyat secara masa bergerak merebut kekuasaan sipil dan militer. (A.H Nasution. 1977; 91)

perlawanan atau pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Indonesia dan penguasa-penguasa di daerah bersama-sama serentak melakukan perebutan kekuasaan serta memperoleh pengakuan dari penjajah baik dari bangsa Belanda maupun Jepang. Biasanya pertempur biasanya pertempuran-pertempuran didaerah lebih dasyat bila dibandingkan dengan di pusat. Perebutan kekuasaan sipil dan militer di daerah dengan menyerahkan tenaga rakyat yang banyak. Hal ini membuat semakin besarnya semangat bangsa Indonesia terutama para pemuda-pemudanya dalam usahanya mempertahankan kedaulatan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jadi dengan demikian maka perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang dan pemuda-pemuda serta BKR dapat mewujudkan pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan dari negara bekas penjajah yaitu Belanda dan Jepang serta dunia Internasional.

5. Konsep ketahanan nasional

(20)

gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung atau tidak langsung membahayakan integritas identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan pembangunan nasional.

Ketahanan Nasional meliputi :

1. Ketahanan di bidang ideologi yang berakar pada kepribadian bangsa sendiri.

2. Ketahanan di bidang politik yang mutlak diperlukan untuk membina stabilitas politik dengan mengembangkan kehidupan demokratis yang memadukan kebebasan aktif dan tanggung jawab.

3. Ketahanan di bidang ekonomi yang harus diusahakan dengan melaksanakan pembangunan ekonomi yang adil dan merata.

4. Ketahanan di bidang sosial budaya dengan mengembangkan rasa senasib sepenanggungan serta keselarasan keserasian dan keseimbangan sosial. 5. Ketahanan di bidang pertahanan keamanan, dengan memupuk rasa

kesadaran dan tanggung jawab seluruh bangsa atas kedaulatan dan keamanan negara dan bangsa dengan kekuatan bersenjata sebagai pelopor. (Tontowi, 2008 : 76)

Menurut Winarno dalam bukunya Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan terdapat tiga prespektif atau sudut pandang terhadap konsepsi Ketahanan Nasional. Ketiga prespektif tersebut sebagai berikut :

1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi. Prespektif ini melihat Ketahanan Nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi. Keadaan atau kondisi ideal demikian memungkinkan suatu negara memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu menghadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.

2. Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara. Sebagai suatu pendekatan Ketahanan Nasional menggambarkan pendekatan yang integral. Integral dalam arti pendekatan yang mencerminkan antara segala aspek/isi, baik pada saat pembangunan maupun pemecahan masalah kehidupan.

3. Ketahanan Nasional sebagai doktrin. Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi Khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep Ketahanan Nasional dimaksukan dalam GBHN agar setiap orang, masyarakat, dan penyelenggara menerima dan menjalankannya.

(21)

Kemudian Menurut Muhamad Erwin bukunya yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia terdapat prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan ketahanan nasional adalah sebagai berikut :

 Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Pada prinsipnya pelaksanaan dan pengembangan ketahanan nasional haruslah diselenggarakan dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan baik secara lahiriah maupun bathiniah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

 Asas Utuh Menyeluruh dan Terpadu

Pada prinsipnya dalam penyelenggaraan ketahanan nasional haruslah dilaksanakan dengan sungguh – sungguh dan meliputi aspek kehidupan berbangsa dan bernegara secara seimbang, serasi, sistematis, dan harmonis.

 Asas Kekeluargaan

Pada prinsipnya dalam penyelenggaraan ketahanan nasional haruslah didasari dengan suasana kebersamaan, toleransi, gotong royong, dan bertanggung jawab.

 Asas Mawas Diri

(22)

Dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan karya Kaelan dan Achmad Zubaidi terdapat beberapa Konsepsi Ketahanan Nasionalyang melatar belakangi suatu bangsa sebagai berikut :

 Kekuataan apapun yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

 Kekuataan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

 Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan (the stability idea of changes). (H.Kaelan & H.Achmad Zubaidi : 147)

(23)

maupun dari luar serta memupuk rasa kesadaran dan tanggung jawab seluruh bangsa atas kedaulatan dan keamanan negara dan bangsa dengan kekuatan bersenjata. Oleh karena itu, Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertugas menegakan Republik Indonesia agar tidak dapat dijajah kembali oleh bangsa asing.

B. Kerangka Pikir

Setelah terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato Presiden, yang tugasnya menjaga keamanan umum di daerah-daerah dibawah koordinasi Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah dan penolong korban perang. Pidato Presiden itu mendapat sambutan dua macam dari pemuda-pemudi Indonesia, dikalangan pemuda Indonesia terutama mereka yang pernah menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, dan Koninklijk Nederland Indisch Leger (KNIL) memutuskan untuk memasuki BKR dan memanfaatkannya semaksimal mungkin sebagai wahana perjuangannya.

(24)
(25)

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Bidang

: Garis Variabel

Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Dibidang

politik Dibidang militer

a. membentuk badan-badan perjuangan pemuda dan rakyat

b. mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

a. Perebutan persenjataan dan kekuasaan jepang. b. Menghadapi belanda. Usaha Meningkatkan Ketahanan Nasional

(26)

III. METODE PENELITIAN

Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

Sedangkan menurut Husin Sayuti menegaskan bahwa metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti, 1989; 32).

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.

A. Metode yang digunakan

1. Metode Historis

Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu.

(Louis Gottschalk, 1986; 32)

(27)

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan , baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarangmaupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. (Hadari Nawawi, 2001; 79)

Berdasarkan pendapat kedua ahli diatas, maka metode historis adalah suatu cara dalam proses mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterprestasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekontruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis adalah:

1. Heuristik, yakni kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau.

2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isi.

3. Inteprestasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.

4. Historiografi, menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah. (Nugroho Notosusanto, 1984; 84)

Berdasarkan langkah penelitian histories seperti di atas, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah :

1. Heuristik : Peneliti mencoba mencari serta mengumpulkan data- data yang diperlukan dan berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

(28)

ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah mengkritik dengan melihat apakah data yang didapat itu asli atau palsu. Kritik intern adalah mengkritik yang bertujuan untuk meneliti kebenaran isi data dari sumber data yang sudah didapat.

3. Interpretasi : Peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang telah didapatkannya dan selanjutnya berusaha untuk melakukan analisis data atau peneliti mulai melakukan pembentukan konsep dan generalisasi sejarah.

4. Historiografi : Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah

melakukan penyusunan atau penulisan dalam bentuk laporan hingga menjadi sebuah konsep sejarah yang sistematis.

Bersadarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode histories adalah suatu cara dalam mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data histories, serta diinterpretasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekonstruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

(29)

Menurut Hadari Nawawi, variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian. (Hadari Nawawi, 1996; 55).

Variabel adalah obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik. (Sugiyono, 2009; 60).

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik Kepustakaan

Menurut Koentjaraningrat studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1997; 8).

(30)

mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Nawawi, 1993; 133).

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku–buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argumen yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti. (Nawawi, 1993; 134).

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan , transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1989; 188).

Jadi, dengan mengunakan teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk mengumpulkan buku-buku, surat kabar, dan film dokumenter yang terbit pada masa sekitar Perang Kemerdekaan dengan tujuan untuk mengetahui peran badan keamanan rakyat pada saat itu khususnya peran dibidang politik dan militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional tahun 1945-1949.

3. Teknik Analisis Data

(31)

data kualitatif yaitu data yang berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dan karangan para sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran dalam menyelesaikan masalah penelitian.

Langkah–langkah dalam mengalisis data dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan kenudian dituangkan dalam bentuk laporan, selanjutnya adalah proses mengubah rekaman data kedalam pola, kategori dan disusun secara sistematis. Proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transpormasi data dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian berlangsung. Fungsi dari reduksi data iniadalah untuk menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir sehingga interpretasi bisa ditarik. Data yang direduksi akan memberikan gambaran mengenai hasil pengamatan yang mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penampilan data sekumpulan data yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dari pengambilan tindakan.

(32)

3. Pengambilan Kesimpulan dan verifikasi

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data – data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan

maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dengan peran Badan Keamanan

Rakyat (BKR) terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun

1945 – 1949 adalah sebagai berikut:

1. Peran Badan Keamana Rakyat (BKR) di bidang politik terhadap usaha

meningkatkan ketahanan nasional Indonesia pada tahun 1945 – 1949.

Dengan membentuk badan – badan perjuangan yang membentuk

organisasi – organisasi politik, Angkatan Pemuda Indonesia (API),

Barisan rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI) dan

lainnua. Mereka bersama – sama bersatu berusaha berjuang ingin

mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengadakan

perebuatan kekuasaan dan persenjataan dari tangan Jepang, karena bangsa

Jepang tidak mau mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dan ingin

(34)

2. Peran Badan Keamanan Rakyat di bidang militer berperan terhadap usaha

meningkatkan ketahanan nasional Indonesia pada tahun 1945 – 1949.

Dalam usahanya BKR dan badan – badan perjuangan bersatu bahu –

membahu mengadakan perjuangan dengan cara pertempuran –

pertempuran, bentrokan – bentrokan, perebutan senjata dan perebuatan

kekuasaan di mana – mana melawan aparat pemerintah Jepang, untuk

memperjuangkan, meningkatkan ketahanan nasional, serta menegakkan

kedaulatan kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diproklamasikan

pada tanggal 17 Agustus 1945. Selain itu pula bangsa Indonesia harus

melawan dengan bangsa Belanda yang akan kembali menjajah bangsa

Indonesia karena bangsa Belanda tidak mau mengakui kedaulatan

kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah merdeka secara sah.

B. SARAN

Dari penelitian skripsi yang berjudul peran Badan Keamanan Rakyat (BKR)

terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945 – 1949,

penulis memberi saran sebagai berikut:

1. Bagi seluruh warga negara Indonesia agar dapat menjaga dan mengisi

kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945

yang diperjuangkan oleh para pahlawan kita dengan baik.

2. Kepada para pecinta sejarah Indonesia hendaknya memahami kembali

sejarah pada masa kemerdekaan Indonesia untuk memperluas wawasan

(35)

Oleh

FITRI DIANTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(36)

Gambar 1 : Laskar Badan Keamanan Rakyat...

Gambar 2 : Terbentuknya BKR...

Gambar 3 : Badan Keamanan Rakyat...

Gambar 5 : Pasukan KNIL...

(37)
(38)

Puji syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang Maha Berkehendak

Atas Segala Sesuatu atas rahmat dan karunia yang senantiasa tercurah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tinjauan Historis Tentang

Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) Terhadap Usaha Meningkatkan

Ketahanan Nasional Indonesia Tahun 1945-1949” dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas segala

bantuan dan bimbingan berbagai pihak, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman M. Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M. S. selaku pembantu dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M. Si selaku pembantu dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H selaku pembantu dekan III Fakultas

(39)

6. Bapak Drs. Maskun, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku

Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, ilmu,

saran-saran, dan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Drs. Tontowi Amsia, M. Si selaku pembimbing I dan dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan waktu untuk bimbingan dan

memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

8. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum. selaku Penguji yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan masukan dalam upaya penyelesaian tulisan ini.

9. Seluruh Dosen, Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, Bapak Drs. Ali Imron, M.

Hum, Ibu Dra. Risma Margareta Sinaga, M. Hum, Bapak Muhammad Basri,

S.Pd., M.Pd, Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum, Bapak Suparman

Arif, S.Pd., M.Pd dan seluruh karyawan Program Studi Pendidikan Sejarah,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

10. Sahabat terbaikku, Yessi dan Dede, terimakasih telah menjadi sahabat

terbaik selama penulis menempuh studi.

11. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Sejarah 2007 Reguler, Era, Neni,

Ria, dan semua teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih atas semangat dan kebersamaannya selama menuntut

ilmu di program studi pendidikan sejarah dan terimakasih atas

(40)

13. Teman Seminarku, Era Mutiara dan Sugesti yang telah saling memberikan

motivasi dan dukungan, Terimakasih atas kebersamaannya melewati hari

yang sulit bersama penulis.

14. Kakak-kakak tingkat penulis, dan Adik-adik tingkat yang telah memberikan

saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan

Terimakasih atas kebersamaannya.

15. Teman-teman PPL Penulis di SMA Negeri 12 Bandar Lampung Selly

Febriani, Abdul Rohman, Reny anggraeny, Vida Elsyana, Romadhon

Saputra, Yayuk Winarti, Liwarni Edadari, Melia Marhellen, Kartika koto

dan Lasti Ardalina, Terimakasih atas kebersamaanya dalam melewati

masa-masa sulit dan terimaksih atas dukungannya selama ini.

16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini jauh dari sempurna, karena itu saran yang membangun senantiasa penulis

harapkan.

Bandar Lampung, Mei 2012

Penulis

(41)

(Skripsi)

Oleh Fitri Diantuti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(42)

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (BKR) TERHADAP USAHA MENINGKATAKAN

KETAHANAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1945-1949

Oleh

Fitri Diantuti

Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak mutlaknya dan dengan segala keiklasaan mengorbankan segala yang dicintainya, untuk kepentingan angkatan bangsa Indonesia demi untuk mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia yang berhak atas kedaulatan dan keadilan. Maka, terbentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato Presiden, yang tugasnya menjaga keamanan umum di daerah-daerah dibawah koordinasi Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah dan penolong korban perang.

(43)

Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik dan militer terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949. Metode yang digunakan adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 1945-1949 telah membawa pengaruh terhadap kondisi politik dan militer. Dalam bidang politik peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) ialah berusaha untuk memperoleh kedaulatan Indonesia yang tidak diakui oleh bangsa Jepang dan Belanda yang dilakukan dengan cara membentuk badan-badan perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan dibidang militer peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) ialah mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia agar Jepang dan Belanda tidak menjajah kembali dengan cara menghadapi belanda dan perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang.

(44)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. Tinjauan Pustaka,Kerangka Pikir dan Paradigma... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Konsep Tinjauan Historis ... 9

2. Konsep Tentang Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) ... 10

3. Konsep Tentang BKR Dibidang Politik ... 10

4. Konsep Tentang BKR Dibidang Militer... 14

5. Konsep Ketahanan Nasional... 19

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

a. Teknik Kepustakaan ... 30

b. Teknik Dokumentasi ... 31

(45)

Rakyat (BKR) ... 35

2. Usaha Meningkatkan Ketahanan Nasional ... 37

a. Bidang Politik... 37

b. Bidang Militer ... 38

3. Usaha Meningkatkan Ketahanan Nasional Dibidang Politik 1945- 1949 ... 38

4. Usaha Meningkatkan Ketahanan Nasional Dibidang Militer 1945- 1949 ... 40

5. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 19451949... 41

a. Membentuk BadanBadan Perjuangan ... 41

b. Ingin Mempertahankan Kemerdekaan ... 46

6. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang militer Terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 19451949... 50

a. Menghadapi tentara Belanda... 51

b. Perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang... 56

B. Pembahasan ... 60

1. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang politik terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 19451949 ... 60

a. Membentuk BadanBadan Perjuangan... 61

b. Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia ... 62

2. Peran Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibidang militer Terhadap usaha meningkatkan ketahanan nasional Indonesia tahun 19451949... 64

a. Menghadapi tentara Belanda... 64

b. Perebutan kekuasaan dan persenjataan Jepang ... 66

V. Kesimpulan dan Saran... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saranp... 70

(46)

A. Buku

Alwi, Hasan. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Amsia, Tontowi. 2008.Perspektif Kewiraan dalam Ketahanan Nasional. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 1993.Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985.Peran Pelajar Sekitar

Kemerdekaan. Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI

Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto. 1993.Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Balai Pustaka: Jakarta.

Erwin, Muhamad. 2011.Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. PT. Refika Aditama: Bandung.

Gottschalk, Louis penerjemah Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Hendropuspito, D., OC. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit: Kanisius

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.

Muh. Yamin. Mr. H. 1952.Proklamasi dan Kontitusi. Ghalia: Indonesia.

Nasution. A.H. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid I

(47)

Nasution. A.H. 1977. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid III(diplomasi

sambil bertempur).Angkasa: Bandung.

Nawawi, Hadari. 1985.Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada university Press : Yogyakarta.

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1994.Penelitian Terapan. Gajah Mada Press : Yogyakarta.

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta.

Sayuti, Husin. 1989.Pengantar metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta.

Surakhmad, Winarno. 1982.Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung.

Tamburaka Rustam E dan Roeslan Abdul Gani.1999. Pengantar Ilmu Sejarah,Teori Filsarat Dan IPTEK.PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Zubaidi, Achmad. 2010.Pedidikan Kewarganegaraan. Paradigma: Yogyakarta.

B. Internet

(48)

TAHUN 1945-1949

Nama Mahasiswa : Fitri Diantuti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713033025

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Tontowi Amsia, M.Si Drs. Maskun, M.H

NIP. 19571011 198703 1 001 NIP. 19591228 198503 1 005

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Buchori Asik, M.Si Drs. Maskun, M.H

(49)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tontowi Amsia, M. Si ………

Sekertaris :Drs. Maskun, M. H ………

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Wakidi, M. Hum ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

DR. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003

(50)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara

keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaiton.

Sesungguhnya syaiton adalah musuh yang nyata bagi kamu

.

(51)

1. Nama : Fitri Diantuti 2. NPM : 0713033025 3. Program Studi : Pendidikan Sejarah 4. Jurusan / Fakultas : Pend. IPS / FKIP Unila

5. Alamat : Jln. Pajajaran No. 141/28 Gunung Sulah Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2012

(52)

Dengan mengucapkan lafadz Alhamdulillahhirobil aalamin Ke - Hadirat illahi

Robbi, atas segala rahmat dan karunianya, kupersembahkan Skiripsi ini dengan

segenap kasih dan sayangku

Kepada :

Ayahanda dan Ibunda yang dalam sujud dan tahajudnya selalu

mendoakan keberhasilan dan kesuksesanku.

Kakakku Mas Eko Raharjo, A.Md

Adikku Maya Sari

Sahabatku Keke Ardenia

Seseorang yang akan mendampingi hidupku

(53)

Penulis lahir di Yogyakarta, pada tanggal 19 Mei 1989. Penulis

merupakan Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Jono

Pram (alm) dan Ibu Sumini.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal Sekolah Dasar di SDN 2 Gunung Sulah

Bandar Lampung selesai pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

SMP Gajah Mada Bandar Lampung selesai pada tahun 2004, dan Sekolah

Menengah Atas di SMA YP UNILA Bandar lampung selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis

menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 12 Bandar

Referensi

Dokumen terkait

Di Gorontalo, terdapat tiga bahasa yang terkenal yakni bahasa Gorontalo (disebut juga Hulontalo), bahasa Suwawa, dan bahasa Atinggola. Selain itu, terdapat juga

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007.. Penelitian dilakukan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bidang agama Islam, lebih khusus pada metode dalam menghafal Al- Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiizhul Qur’an,

Implementasi Model Pembelajaran Listening Team dalam meningkatkan hasil Belajar Akidah Akhlak ...29. Lokasi dan Subjek

Tujuan penyusunan Laporan Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan diploma III pada jurusan Administrasi Bisnis program studi Administrasi Bisnis,

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru TIK/KKPI dan meningkatkan perannya di dalam Implementasi Kurikulum 2013, LPPPTK Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi

Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa dan kajian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Pengayaan kerja berpengaruh langsung positif terhadap loyalitas, dalam

Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut, karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang