• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SISWANTI

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Status Gizi dan Kesehatan Mahasiswa. Dibawah bimbingan DODIK BRIAWAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji hubungan bodyimage

dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : (1) mengkaji karakteristik contoh, (2) mengkaji body image pada mahasiswa, (3) mengkaji perilaku makan dan tingkat konsumsi zat gizi contoh, (4) mengkaji perilaku sehat contoh, (5) mengkaji status gizi dan kesehatan mahasiswa, (6) mengkaji hubungan body image dengan perilaku makan dan perilaku sehat, (7) mengkaji hubungan perilaku makan dan perilaku sehat dengan status gizi dan kesehatan.

Penelitian ini merupakan bagian dari program Pemberian Makanan Tambahan (Feeding Program) bagi mahasiswa IPB yang merupakan kerjasama antara Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Tekhnologi Pangan serta Southeast Asia Food and Agricultural Science & Technologi (SEAFAST) Center IPB. Penelitian ini menggunakan desain Cross SectionalStudy. Penelitian dilakukan pada bulan September 2005 sampai April 2006, bertempat di Asrama TPB IPB Dramaga, Bogor.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer. Data yang digunakan adalah base line data yang dikumpulkan oleh tim Feeding Program IPB. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh (umur, uang saku dan asal daerah), karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua), konsep body image, perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan (kadar Hb dan IMT) serta record konsumsi pangan (4 x 24 jam) dengan dua hari libur dan dua hari kuliah.

Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 11,0 for windows dan Microsoft excel. Uji beda T dilakukan untuk menganalisis perbedaan antara contoh putra dan putri mengenai umur, besar keluarga, BB dan TB aktual, BB dan TB harapan, konsumsi makanan beragam, konsumsi energi, karbohidrat, minyak dan lemak, zat besi, tingkat kecukupan zat gizi, IMT dan status anemia. Uji Mann-Whitney

dilakukan untuk melihat perbedaan uang saku, asal daerah, pendapatan orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, persepsi body image, kepuasan contoh, kebiasaan sarapan, frekuensi makan, konsumsi alkohol, kebiasaan membaca label kemasan pangan, makanan pantangan dan perilaku sehat contoh. Hubungan antara

body image dengan perilaku makan dan perilaku sehat serta hubungan antara perilaku makan dan perilaku sehat dengan status anemia dan IMT contoh dianalisis dengan uji korelasi Spearmans dan Pearson.

Sebagian besar contoh berusia 19 tahun, mendapatkan uang saku antara Rp 300 000 sampai Rp 500 000, memiliki keluarga yang tergolong dalam kategori keluarga besar dan berasal dari luar jabodetabek. Sebagian besar orangtua contoh berprofesi sebagai wiraswasta berpenghasilan antara Rp 500 000 sampai Rp 1 000 000. Sebanyak 36.3% ayah contoh berpendidikan SMA, sedangkan pada ibu contoh sebanyak 33.1% mengenyam pendidikan sampai tingkat SD dan 32.5% sampai tingkat SMA.

(3)

tersehat dan gambar bentuk tubuh pasangan idaman menurut contoh adalah gambar nomor empat. Rata-rata berat badan contoh adalah 55.3 kg (putra) dan 50.0 kg (putri). Rata-rata tinggi badan contoh adalah 164.7 cm (putra) dan 153.8 cm (putri). Sebagian besar contoh merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya saat ini. Contoh putra menginginkan penurunan berat badan sedangkan contoh putri menginginkan penambahan berat badan. Semua contoh menginginkan penambahan tinggi badan.

Konsumsi pangan contoh tergolong cukup beragam. Tingkat kecukupan energi yang masih defisit dengan rata-rata konsumsi energi contoh sebesar 1693 kkal. Tingkat kecukupan karbohidrat yang masih tergolong kurang dan tingkat kecukupan lemak juga tergolong kurang. Tingkat kecukupan zat besi pada putra tergolong cukup namun pada putri masih tergolong kurang. Rata-rata konsumsi protein contoh 38.7 gram, rata-rata konsumsi zat besi, vitamin A dan vitamin C contoh berturut-turut yaitu 14.2 mg, 500.9 RE dan 40.1 mg. Tingkat kecukupan protein contoh termasuk dalam kategori kurang. Tingkat kecukupan vitamin A termasuk dalam kategori cukup dan tingkat kecukupan vitamin C termasuk dala m kategori kurang. Berdasarkan kebiasaan makan, sebagian besar contoh selalu sarapan pagi, tidak mengkonsumsi alkohol dan selalu membaca label kemasan pangan. Sebagian besar contoh tidak merokok, melakukan olahraga secara rutin, memiliki leisure time dan minum air bersih < 8 gelas sehari.

Sebanyak 25.0% contoh menderita anemia dan 57.5% memiliki IMT yang tergolong normal. Anemia lebih banyak diderita oleh contoh putri dari pada putra dengan rata-rata kadar Hb-nya adalah 15.5 ± 1.2 (putra) dan 11.8 ± 1.7 (putri).

Terdapat hubungan nyata antara keberagaman konsumsi pangan contoh dengan persepsi terhadap tubuh ideal, tubuh tersehat dan harapan perubahan berat badan. Tingkat kecukupan zat besi juga berhubungan dengan persepsi terhadap tubuh ideal, tubuh tersehat dan harapan perubahan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku makan tidak hanya terbentuk dari dorongan untuk mengatasi rasa lapar, akan tetapi juga karena adanya kebutuhan fisiolo gis dan psikologis yang ikut berpengaruh. Terdapat hubunga n nyata positif antara kebiasaan merokok dengan persepsi gambar tubuh tersehat dan kebiasaan minum air putih dengan persepsi tubuh ideal. Semakin baik persepsi contoh mengenai gambaran tubuh tersehat maka semakin baik pula kesadaran contoh untuk tidak merokok.

(4)

Gizi merupakan pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan, sepanjang siklus kehidupan. Pada umumnya permasalahan gizi muncul karena perilaku gizi seseorang yang salah, yaitu adanya ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya. Pada remaja hal ini bisa terjadi karena adanya konsep body image yang salah. Banyak remaja merasa tidak puas dengan ukuran dan bentuk tubuhnya, dan sebagian besar melakukan perilaku makan dan perilaku sehat yang salah untuk mencapai ukuran tubuh yang mereka inginkan. Perilaku makan yang salah ini tentu saja akan berdampak terhadap status gizi dan kesehatan mereka. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji konsep body image pada remaja yang diwakili contoh dari mahasiswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa.

Penelitian ini merupakan bagian dari program Pemberian Makanan Tambahan (Feeding Program) bagi mahasiswa IPB yang merupakan kerjasama antara Departemen GM, Departemen ITP dan SEAFAST Center IPB. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study, dilakukan pada bulan September 2005 sampai April 2006, bertempat di Asrama TPB IPB Dramaga, Bogor.

Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep body image (Stunkard 1983), perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan (status anemia dan IMT) serta record konsumsi pangan (4 x 24 jam) dengan dua hari libur dan dua hari kuliah. Untuk mengetahui tingkat perbedaan antara contoh putra dan putri dilakukan uji beda T dan Mann-whitney. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan dengan analisis korelasi Spearman dan Pearsons.

Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan gambar yang dikembang oleh stunkard (1983), baik contoh putra maupun putri cenderung memilih gambar nomor empat untuk menunjukkan gambaran tubuh aktual, tubuh remaja Indonesia, tubuh ideal, tubuh tersehat dan tubuh pasangan idaman. Sebagian besar contoh merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya saat ini. Contoh putra menginginkan penurunan berat badan sedangkan contoh putri menginginkan penambahan berat badan. Semua contoh menginginkan penambahan tinggi badan karena merasa tinggi badannya kurang..

Konsumsi pangan contoh tergolong cukup beragam, dengan tingkat kecukupan energi yang masih defisit, kecukupan karbohidrat yang masih kurang, tingkat kecukupan lemak yang masih kurang, tingkat kecukupan zat besi dan vitamin C yang cukup, tingkat kecukupan vitamin A dan protein masih tergolong kurang. Contoh selalu melakukan sarapan, tidak mengkonsumsi alkohol, selalu membaca label kemasan pangan, memiliki leisure time, tidak merokok, melakukan olahraga secara rutin dan minum air putih < 8 gelas/ hari.

Berdasarkan status gizi dan kesehatannya diketahui bahwa 25% contoh menderita anemia dan sebagia n besarnya adalah remaja putri serta 57.5% contoh memilik i IMT yang tergolong normal.

(5)

Status and Student Health. (Guide By DODIK BRIAWAN)

Nutrition is main pillar from health and wealth a long life siclus. Generally nutrition problem is caused by wrong nutrition behaviour of people, it come from unbalance consumption of nutrition with dietary allowances. For adolescent, it can happen because there’s wrong body image concept. There are many adolescent feel unsatisfied with size and form of their body and many of them have wrong food behaviour and healthy behaviour to reach body size they want. Food behaviour will effect their nutrition status and health. Therefore, researcher interest to study body image concept to adolescent represented from student.

This research purpose to study relation body image with food behaviour, healthy behaviour, nutrition status and student health.

This research is a part from feeding program for TPB IPB student, which is coorporation among GM departement, ITP departement and SEAFAST center IP B. This research use cross sectional study design, done at 2005 september up to 2006 April. Located in TPB IPB dormitory, Dramaga Bogor.

Data collected was sample characteristic, family characteristic, body image concept (1983 Stunkard), food behaviour, healthy behaviour, nutrition status (anaemia status and body mass index (BMI)) and food consumption record (4 x 24 hours) with two days free and two days studying in IPB. To know differences level between boy and girl samples done independent sample T-test and Mann-whitney. Eventhough to know relation among variables, done with Spearmans and pearsons corelation analysis.

Result of research show that picture developed by Stunkard (1983) for boy and girl samples tend to choose picture numbered ‘four’ to show actual body size, Indonesian adolescent body, ideal body, most healthy and desire couple body. Many of them feel unsatisfied with their body condition at that time. For example, boys want to increase their body weight but girl samples want to decrease body weight. All samples want to increase body height because feel their height is not enough.

Food consumption samples is clasified variatif, with energy completely level is still defisit, completely of carbohidrat clasified not enough, completely of Fe and vitamin C enough, vitamin A completely level and protein is still not enough. Samples always have breakfast, don’t consume alcohol, always read food packaging label, have leisure time, don’t smoke, do sport continously and drink water < 8 glass/ day.

According to nutrition status and healthy, knowed that 25.0% samples anaemia and part of them is girl adolescent and also 57.2% samples have BMI clasification is normal.

(6)

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : Siswa nti A54102028

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Nama Mahasiswa : Siswanti Nomor Pokok : A54102028

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 131879330

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr. NIP. 130422698

(8)

sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Saman dan Ibu Ambarwati. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1990 di SDN 09 Petang, Sumur Batu, Kemayoran Jakarta Pusat. Pada tahun yang sama penulis pindah ke SDN Bero 1 Klaten Jawa Tengah sampai tahun 1996. Selanjutnya pada tahun 1996 sampai 1999 penulis menempuh pendidikan lanjutan di SLTPN 1 Pedan Klaten. Pendidikan penulis dilanjutkan di SMUN 1 Cawas Klaten sampai tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur USMI. Penulis pernah menjadi pengurus DKM Al- Hurriyyah periode 2002-2004 sebagai staf Departemen Infokom. Penulis pernah menjadi anggota Departemen Pers dan Media pada Forum Keluarga Mushola GMSK (FKMG) periode 2003-2004. Pada tahun yang sama penulis menjadi anggota Bina Desa GMSK pada Departemen Kewirausahaan. Penulis juga aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian (FKRD-A) sebagai ketua Departemen Keputrian (2004-2005) dan sebagai Bendahara (2005-2006).

Pada tahun 2005 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cijambe, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam bidang kewirausahaan dengan judul ”Pengembangan Industri Madu Buah Pisang”. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) selama dua tahun.

(9)

Segala puji bagi Allah yang maha Rahman dan Rahim, sehingga dengan hidayah dan kasih sayang-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam tercurah pada manusia paling sempurna, qudwah hasanah setiap umat, Rosulullah SAW beserta para sahabat, keluarga dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau dalam menyebarkan risalah Islam.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik ananda dengan bingkai Islam, Pengorbanan Ayah dan Ibu teramat besar, semoga Allah menggantikannya dengan Syurga.

2. Ir. Dodik Briawan, MCN atas segala nasehat dan bimbingan yang diberikan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih. 3. DR. Rimbawan selaku dosen pembimbing akademik yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis selama penulis kuliah di GMSK. 4. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Eddy S Mudjajanto selaku dosen pemandu seminar, sehingga kegiatan seminar dapat berjalan dengan lancar.

6. Seluruh dosen GMSK tercinta yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dengan penuh keikhlasan dan kedisiplinan. Semoga ilmu bermanfaat ini mampu memberi syafa’at kelak di hari perhitungan.

7. Seluruh staf GMSK (khususnya Pak Ugan & Mas Rena) yang telah memberikan pelayanan yang terbaik untuk kami. Maaf kalau sering merepotkan.

8. Mas Indarjo yang baik hati, Dik Tri yang selalu memberi semangat, Dik Monok dan Dik Fauzan yang selalu membawa keceriaan. Semoga Allah mengumpulkan kita dalam Jannahnya.

(10)

11.Wisma Mardiyah crew yang telah memberikan cinta dan indahnya persaudaraan (Dik Ajeng makasih komputernya, Yayat, Afi, Teh Ita, Mba Dye, Mba Trias, Delfy, Mba Puji, Mba Herlin, Mba Tia dan Mba Eva) semoga persaudaraan kita selamanya.

12.Tim Feeding Program (Pak Budi, Pak Rizal, Bu titi, Mba Re isy, Mba Ruri, Mba Pipo, Mba Ratna, Mba Yuni, Kak Adi, Pak Jay) dan teman seperjuanganku (yati, Titin & Juki), terimakasih atas kerjasama dan pengalaman yang tak terlupakan.

13.Gamasakers 39 (dari inggrit sampai anica) welcome to the jungle, angkatan 40, 41 dan 42 ayo keep hamasah.

14.Adik-adik FKRD (Ima, Arin, Retno, Occy, Via, Bram, Kristanto, Mada, Eni, Titin, Eti, Desty, Erick, Mastuti, Aulia ...) Selamat berjuang dan makasih atas do’anya.

15.Semua pihak di Asrama yang telah dengan ikhlas membantu (wa bil Khusus buat para SR yang baik hati).

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu gizi dan kesehatan. Atas segala kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena kelebihan dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.

Bogor, Januari 2007

(11)

i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Remaja dan Mahasiswa... 4

Body Image ... 5

Perilaku Makan ... 7

Perilaku Sehat ... 13

Status Gizi dan Kesehatan... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

METODE PENELITIAN ... 20

Desain Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 22

Pengolahan dan Analisis Data ... 23

Definisi Operasional... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Karakteristik Contoh ... 28

Karakteristi Keluarga Contoh... 28

Body Image... 29

Konsep Body Image ... 29

Berat Badan dan Tinggi Badan Aktual ... 33

Indeks Masa Tubuh... 34

Kepuasan Contoh ... 34

Berat Badan dan Tinggi Badan Harapan ... 35

Perilaku Makan ... 39

Perilaku Sehat... 46

Status Gizi dan Kesehatan ... 48

Hubungan Body Image dengan Perilaku Makan dan Perilaku Sehat ... 49

Hubungan Perilaku Makan dan Perilaku Sehat dengan Status Gizi dan Kesehatan... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(12)

ii

1 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal... 14

2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik ... 29

3 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Masa Tubuh ... 34

4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepuasan terhadap kondisi tubuh aktual ... 34

5 Sebaran contoh berdasarkan berat badan dan tinggi badan harapan ... 38

6 Sebaran contoh berdasarkan keberagaman konsumsi pangan... 40

7 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan ... 44

8 Rata-rata konsumsi zat gizi contoh... 45

9 Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh... 45

10 Sebaran contoh berdasarkan perilaku sehat ... 48

(13)

iii

halaman 1 Siluet persepsi body image ... 7 2 Bagan hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat,

status gizi dan kesehatan pada mahasiswa ... 19 3 Tahapan penarikan contoh penelitian body image ... 21 4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh aktual ... 30 5 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar tubuh remaja

Indonesia ... 31 6 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal ... 32 7 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh tersehat ... 32 8 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh pasangan

idaman ... 33 9 Sebaran contoh berdasarkan IMT, jenis kelamin dan tingkat kepuasan .... 35 10 Sebaran contoh berdasarkan harapan perubahan berat badan ... 36 11 Sebaran contoh berdasarkan harapan perubahan tinggi badan... 37 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, IMT dan harapan perubahan berat badan ... 39 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan keberagaman

konsumsi pangan ... 41 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kecukupan

energi ... 41 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kecukupan

karbohidrat ... 42 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tingkat

kecukupan zat besi ... 43 17 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan rata-rata tingkat

(14)

iv

1 Peubah, kategori dan skoring perilaku makan dan perilaku sehat ... 57 2 Hasil uji Mann-Whitney beberapa variabel ... 58 3 Hasil uji beda T ... 59 4 Hasil analisis uji korelasi Spearmans dan Pearson antara variabel

body image dengan perilaku makan ... 60 5 Hasil uji korelasi Spearmans antara variabel body image dengan perilaku

sehat... 61 6 Hasil analisis uji korelasi Spearmans dan Pearson antara variabel

perilaku makan dengan IMT dan status anemia ... 62 7 Hasil analisis uji korelasi Spearmans perilaku sehat dengan IMT dan

(15)

WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu WHO mendorong negara-negara anggotanya untuk mempromosikan pola makan dan pola hidup yang sehat dengan pedoman gizi seimbang (Soekirman 2000).

Menurut Depkes RI (1995), pada umumnya permasalahan gizi muncul karena perilaku gizi seseorang yang salah, yaitu adanya ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecuk upan gizinya. Pada remaja hal ini bisa terjadi karena adanya persepsi yang salah tentang konsep tubuh ideal (body image negatif). Menurut Khomsan (2003), remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut- ikutan dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri, mereka ingin mempunyai postur tubuh sempurna seperti bintang film, penyanyi peragawati atau olahragawan.

(16)

melakukan diet yang berlebihan, bahkan muntah dengan sengaja, serta menggunakan obat cuci perut dan pil diet.

Diet yang berlebihan akan mengakibatkan tubuh banyak kehilangan energi. Tubuh yang kekurangan energi akan melakukan penyeimbangan dengan mengambilnya dari cadangan glikogen otot, lalu glikogen hati dan terakhir cadangan lemak. Hilangnya glikogen akan mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dan garam- garam, rusaknya jaringan-jaringan tubuh dan bahkan bisa mengakibatkan tubuh menjadi kurus serta tubuh kekurangan zat gizi tertentu (anemia). Penggunaan obat cuci perut dan melakukan muntah dengan sengaja dapat membuat keluarnya cairan tubuh secara berlebihan yang akan mengakibatkan hilangnya elektrolit tubuh yang penting bagi kesehatan, bahkan bila hal ini masih terus dilakukan, maka bisa berujung pada kematian (Wirakusumah 1994).

Anemia dapat mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransportasikan ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala letih, lesu, cepat lelah. Akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan prestasi pada atlit, menurunkan prestasi belajar pada anak sekolah dan dapat menurunkan produktivitas kerja pada pekerja yang berdampak pada rendahnya tingkat ekonomi (Soekirman 2000). Pada anak dan remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Penderita kekurangan zat besi akan turun daya tahan tubuhnya, akibatnya mudah terkena penyakit infeksi (Depkes RI 1995).

(17)

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa.

Tujuan Khusus

1. Mengkaji karakteristik contoh

2. Mengkaji body image pada mahasiswa

3. Mengkaji perilaku makan dan tingkat konsumsi zat gizi (energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C dan Fe)

4. Mengkaji perilaku sehat pada mahasiswa 5. Mengkaji status gizi dan kesehatan mahasiswa

6. Mengkaji hubungan body image dengan perilaku makan dan perilaku sehat 7. Mengkaji hubungan perilaku makan dan perilaku sehat terhadap status gizi

dan kesehatan pada mahasiswa

Hipotesis

Body image mahasiswa berhub ungan dengan perilaku makan dan perilaku sehatnya serta perilaku makan dan perilaku sehat berhubungan dengan status gizi dan kesehatan mahasiswa.

Kegunaan

(18)

Masa remaja adalah periode yang kritis dalam perjalanan kehidupan manusia, karena pada saat itulah individu mulai mengembangkan sikap mental dan identitas dirinya. Monks, Knoers dan Hadinoto (1994) diacu dalam Desmawita (2002) menyatakan bahwa remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja berada diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi- fungsi fisik maupun psikisnya. Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah menengah ataupun perguruan tinggi.

Menurut Sarwono (1993), berdasarkan usia tahap perkembangannya masa remaja dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Tahap remaja awal (14-17 tahun untuk laki- laki dan 13-17 tahun untuk wanita) dengan ciri-ciri yaitu : (a) status sosial belum jelas antara anak-anak dan dewasa; (b) terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang pesat. Perubahan kejiwaan menyebabkan perubahan sikap terhadap diri sendiri maupun orang lain, sedangkan pertumbuhan fisik pada tahap ini terjadi sangat pesat dibanding tahap akhir; (c) masa peningkatan emosi; (d) masa tidak stabil (cepat bosan, sulit konsentrasi dan lain- lain); (e) merasa banyak masalah.

2. Tahap remaja akhir (18-21 tahun untuk laki- laki dan wanita) dengan ciri-ciri yaitu: (a) lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berfikir; (b) bertambah realistis; (c) meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah; (d) tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang kurang; (e) pertumbuhan fisik pada tahap ini lamban.

(19)

Remaja yang merasa dirinya gemuk seringkali memiliki rasa percaya diri yang kurang dan menganggap penampilan mereka kurang serasi. Walaupun tubuh mereka sudah proporsional berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), namun kebanyakan dari mereka masih berkeinginan untuk menurunkan berat badan mereka (Wirakusumah 1994). Penelitian yang pernah dilakukan Anggraeni (1998), mengungkapkan bahwa sebagian besar wanita yang merasa gemuk padahal kondisi riil berat badannya normal cenderung melakukan upaya pencapaian tubuh ideal yang salah. Mereka melakukan diet yang berlebihan, bahkan muntah dengan sengaja, serta menggunakan obat cuci perut dan pil diet yang itu semua justru membahayakan diri mereka.

Body Image

Menurut Germov & Williams (2004), body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri; gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebaga i body image yang negatif.

Sedangkan menurut Lightstone (2002) body image meliputi persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik seseorang dari dan terhadap tubuhnya. Hal ini tidak bersifat statis, melainkan akan senantiasa berubah, terutama dipengaruhi oleh mood, lingkungan dan pengalaman fisik. Hal ini tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh dari proses balajar. Proses belajar ini terjadi di keluarga dan di lingkungan teman sebaya.

(20)

Rini (2004) menjelaskan bahwa sebenarnya berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak ada penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang. Bila konsumsi gizi selalu kurang dari kecukupan maka seseorang akan menderita gizi kurang. Sebaliknya jika konsumsi melebihi kecukupan, yang bersangkutan akan menderita gizi lebih dan obesitas. Berat badan ideal atau berat badan normal sangat menguntungkan karena penampilan akan menjadi menarik, lincah dan resiko sakit lebih rendah.

Ukuran tubuh yang ideal adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan. Serasi atau tidaknya perbandingan berat badan dan tinggi badan dapat dilihat dengan menggunakan standar yang telah diakui dunia internasional seperti Indeks Masa Tubuh (Wirakusumah 1994). Namun yang perlu diperhatikan bukan berarti lemak yang selama ini dianggap menjadi biang keladi kegemukan harus ditiadakan dari tubuh. Lemak dalam tubuh harus tetap ada, tetapi jangan sampai kekurangan atau kelebihan, minimal sebanyak 3% dari berat badan baik untuk pria maupun wanita.

(21)

Gambar 1 Siluet Persepsi Body Image (Stunkard 1983) Perilaku Makan

Menurut Khumaidi (1989), perilaku makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sedangkan Suhardjo (1989) berpendapat bahwa perilaku makan merupakan suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tatakrama, frekuensi makan, pola makan, peneriman terhadap makanan dan cara pemilihan makanan.

Perilaku makan tidak hanya terbentuk dari dorongan untuk mengatasi rasa lapar, akan tetapi disamping itu ada kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi. Setiap kelompok mempunyai pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan dan menilai makanan yang merupakan ciri kebudayaan masing-masing. Pola budaya ini mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi pangan serta mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam memilih pangan (Suhardjo 1989).

(22)

Persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya akan berpengaruh terhadap perilaku makannya. Takut akan kegemukan dapat mendorong seseorang melakukan perilaku diet yang salah. Perilaku diet yang pada umumnya terjadi pada orang yang senantiasa memperhatikan penampilan adalah terjadinya anoreksia dan bulimia. Penderita bulimia mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang wajar atau bahkan mereka memiliki nafsu makan seperti orang yang obesitas. Namun setelah semua makanan itu masuk, mereka berusaha mengelurkannya kembali melalui mulut atau dibantu dengan obat pencahar. Sedangkan pada penderita anoreksia, mereka cenderung melakukan pembatasan konsumsi makan yang tidak wajar, sehingga berat badan mereka cenderung kurus (Khomsan 2003).

Diet yang berlebihan akan mengakibatkan tubuh banyak kehilangan energi. Tubuh yang kekurangan energi akan melakukan penyeimbangan dengan mengambilnya dari cadangan glikogen otot, lalu glikogen hati dan terakhir cadangan lemak. Hilangnya glikogen akan mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dan garam- garam, rusaknya jaringan-jaringan tubuh dan bahkan bisa mengakibatkan tubuh menjadi kurus serta tubuh kekurangan zat gizi tertentu (anemia). Penggunaan obat cuci perut dan melakukan muntah degan sengaja dapat membuat keluarnya cairan tubuh secara berlebihan yang akan mengakibatkan hilangnya elektrolit tubuh yang penting bagi kesehatan, bahkan bila hal ini masih terus dilakukan, maka bisa berujung pada kematian (Wirakusumah 1994).

Perilaku makan yang salah harus dihindari karena akan berhubungan dengan status gizi dan kesehatan seseorang. Dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PUGS 2003), terdapat beberapa anjuran mengenai perilaku makan yang baik agar tubuh tetap sehat. Anjuran mengenai perilaku makan tersebut adalah:

Mengkonsumsi makanan yang beragam. Makan makanan yang beragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam adalah makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasanya disebut triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pengatur dan pembangun.

(23)

apabila sering makan berlemak dan manis- manis yang menghasilkan energi tinggi tetapi tidal diimbangi dengan kegiatan fisik yang memadai, mendorong orang mudah menjadi gemuk (Soekirman 2000).

Mengkonsumsi makanan yang memenuhi kecukupan energi. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi agar dapat hidup dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti; bekerja, belajar, berolahraga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak.

Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama dalam hidangan di Indonesia, seperti; nasi, jagung, ubi dan sagu. Akan tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Oleh karena itu makanan sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50 - 60% dari kebutuhan energi. Dengan demikian kekurangan zat gizi lain dapat dipenuhi dari zat pembangun dan pengatur. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60% maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi. Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi dari pada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 Kkal sedangkan tiap gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 Kkal. Selain berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang mengkonsumsi lemak secara berlebihan maka akan cenderung mengurangi konsumsi makanan yang lain. Akibatnya kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan konsumsi minyak dan lemak dalam makanan sehari- hari tidak lebih dari 25% kebutuhan energi

(24)

Mengkonsumsi makanan sumber zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari- hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit kurang darah.

Dalam memilih makanan sumber zat besi, selain memperhatikan jumlahnya yang terdapat dalam makanan, juga harus diperhatikan daya serap dan nilai biologinya. Makanan yang banyak mengandung zat besi yang mudah diserap dan nilai biologinya tinggi adalah makanan hewani, khususnya hati, daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, kacang-kacangan, serealia tumbuk, sayuran hijau dan beberapa jenis buah (Almatsier 2003). Daya serap dan nilai biologi zat besi makanan dipengaruhi oleh empat hal: jumlah kandungan zat besi, bentuk kimia fisiknya, adanya makanan lain yang memacu/ menghambat penyerapan zat besi dan cara pengolahan makanan (Soekirman 2000)

Biasakan makan pagi. Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki resiko gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin bahkan pingsan. Bagi pelajar hal ini dapat mengakibatkan prestasi menurun karena konsentrasi yang menurun (Depkes RI 2003).

(25)

Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Selain harus bergizi lengkap dan seimbang makanan harus juga layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

Menurut Soekirman (2000), makanan yang tidak aman yang disebabkan oleh adanya zat-zat asing yang membahayakan merupakan penyebab banyak penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh makan. Penyakit yang biasa terjadi akibat makanan yang tidak aman antara lain: diare, tipus, hepatitis, parasitis, efek kronis dari kontaminasi bahan kimia dan lain- lain.

Baca label pada produk makanan yang dikemas. Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, seseuai dengan kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.

Penilaian Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan seseorang dilakukan dengan menghitung sejauh mana tingkat konsumsi zat gizi yang telah dimakan. Suatu susunan konsumsi pangan atau makanan dikatakan cukup bagi seseorang apabila jumlah masing-masing zat gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi tersebut memenuhi kebutuha n atau kecukupan tubuh akan beragam zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994).

Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), pada prinsipnya penilaian jumlah konsumsi zat gizi dilihat berdasarkan tiga jenis data, yaitu data konsumsi pangan, data kandungan gizi bahan makanan, dan data kecukupan gizi. Penilaian terhadap kandungan gizi dari beragam bahan pangan merupakan penjumlahan dari masing-masing zat gizi pangan komponennya.

(26)

kebiasaan makan. Sedangkan penilaian konsumsi pangan secara kualitatif biasanya dilakukan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitug konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar yang diperlukan (Supariasa, Bakri & Fajar 2002).

Metode yang biasa direkomendasikan ada beberapa cara antara lain: recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food records), penimbangan makanan (food weighing), food account, inventaris (inventory method), dan pencatatan (household food records). Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan dalam bentuk kandungan gizi yang dikonsumsi contoh. Secara umum rumus yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi konsumsi makanan yang berasal dari pangan yang beragam adalah:

100 100

BDDj xGijx Bj

KGij =

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j dengan berat B gram Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)

Penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen. Secara umum tingkat konsumsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

% 100 x AKGi

Ki TKGi=

Keterangan:

TKGi = Tingkat konsumsi gizi i (%)

Ki = Konsumsi zat gizi i (sesuai satuannya)

AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan (sesuai satuannya)

(27)

Tabel 1 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal

Zat Gizi

Perempuan (umur)

Laki-laki (umur) 16-18 19-29 16-18 19-29 Energi (kkal) 2200 1900 2600 2550

Protein (g) 55 50 65 60

Zat Besi (mg) 26 26 15 13

Vitamin A (RE) 600 500 600 600

Vitamin C (mg) 75 75 90 90

Menurut Depkes RI (1990), tingkat konsumsi energi dan protein diklasifikasikan menjadi empat yaitu: baik (= 100%), sedang (80-99%), kurang (70-80%) dan defisit (= 70%). Tingkat konsumsi vitamin dan mineral dikategorikan dalam kategori cukup (= 66%) dan kurang (< 66%) (Gibson 1993).

Perilaku Sehat

Menurut Depkes RI (2003), Perilaku hidup sehat akan menunjang produktivitas kerja setiap orang. Hidup yang teratur dan memperhatikan faktor kesehatan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu. Perilaku hidup sehat meliputi semua aktivitas yang kita lakukan sejak bangun tidur sampai tidur kembali (perilaku makan termasuk di dalamnya).

Salah satu syarat menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan dengan menjaga berat badan ideal. Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh itu perlu dilakukan pemantauan (penimbangan) berat badan secara teratur. Berat badan ideal me nunjukkan status gizi yang normal. Untuk mempertahankan berat badan ideal diperlukan keseimbangan antara makanan dengan aktivitas fisik termasuk olahraga (Soekirman 2000).

Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 pesan yang berisi tentang apa saja yang harus dilakukan oleh setiap orang, agar tubuhnya tetap sehat dan bisa beraktivitas dengan lancar. Berik ut adalah pesan-pesan yang harus dilakukan agar seseorang dapat hidup sehat

(28)

ginjal (Depkes RI 1995). Keseimbanga n cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar tubuh. Semakin banyak air yang dibutuhkan tubuh maka semakin sedikit yang dikeluarkannya. Tubuh paling sedikit harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urin yaitu jumlah minimal yang diperlukan tubuh untuk mengeluarkan bahan sisa metabolisme di dalam tubuh (Almatsier 2003). Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana. 2 Lakukan aktivitas fisik secara teratur (olahraga dan istirahat). Olahraga

yang teratur akan memperlancar peredaran darah. Takaran dan macam olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Namun dari beberapa media kesehatan menganjurkan agar olahraga dilakukan 3-4 kali seminggu selama 20-30 menit. Selain itu hal yang harus diperhatikan agar tubuh tetap fit dan sehat adalah istirahat yang cukup. Istirahat berarti memberikan kesempatan pada sel-sel otak dan semua organ tubuh untuk santai atau bekerja pada tingkat paling minimal. Istirahat dapat berupa aktivitas santai dan diam, tidur-tiduran dan tidur. Tidur pulas, walau sebentar, merupakan bentuk istirahat yang paling berkualitas. Remaja memerlukan tidur 8-10 jam, dewasa 7-9 jam dan lansia 5-6 jam setiap harinya (Hardinsyah 2004). Pemeriksaan kesehatan secara rutin perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan kita pada saat ini dan mendapat petunjuk medis yang benar mengenai berbagai masalah kesehatan.

3. Hilangkan kebiasaan merokok. Merokok merupakan kebiasaan yang merugikan baik bagi pria maupun wanita. Gangguan yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok antara lain: penyakit jantung, paru-paru, impotensi dan kanker.

Status Gizi dan Kesehatan

(29)

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang cepat. Jika kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Mc Williams 1980).

Status gizi dapat diketahui dengan berbagai cara yaitu : konsumsi pangan, antropometri, biokimia dan klinis. Setiap cara penilaian status gizi tersebut saling melengkapi satu sama lain. Masalah pertumbuhan erat kaitannya dengan masalah konsumsi energi dan protein. Antropometri sebagai refleksi keadaan pertumbuhan dapat memberikan gambaran tentang status energi dan protein seseorang pada kelompok usia tertentu (Suhardjo1989).

Menurut Permaesih (2003) status gizi dapat diketahui melalui pemerikasaan laboratorium maupun secara antropometri. Kekurangan kadar Hb atau anemia ditentukan dengan pemerikasaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indek Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.

Masalah gizi dan kesehatan pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko melahirkan bayi dengan BBLR dan penurunan kesegaran jasmani. Menurut Permaesih (2003) banyak penelitian yang menunjukkan bahwa remaja mengalami banyak permasalahan gizi. Masalah gizi tersebut antara lain adalah anemia dan IMT yang kurus. Prevalensi anemia berkisar antara 40-88%, sedangkan prevalensi IMT yang kurus berkisar antara 30-40%.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang memberi gambaran tentang ukuran massa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan, atau penurunan jumlah yang dikonsumsi, maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Riyadi 1995).

(30)

Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 1995).

Menurut Riyadi (1995), indikator IMT menurut umur merupakan indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan juga sejalan dengan indikator yang sudah direkomendasikan untuk orang dewasa serta data referensi yang bermutu tinggi tentang indikator ini sudah tersedia. Pengukuran berat badan dapat digunakan timbangan injak merek seca dengan ketelitian 0.01 kg, sedangkan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Untuk mengukur IMT digunakan rumus sebagai berikut :

IMT = BB/TB2 (kg/m2) Keterangan :

BB = berat badan (kg) TB = tinggi badan (m)

Batas ambang nilai IMT menurut IOTF,WHO (2000) untuk Asia adalah < 18.5 kg/ m2 termasuk dalam kategori kurus, 18.5-22.9 kg/ m2 untuk kategori normal dan = 23 kg/ m2 termasuk kategori gemuk.

Menurut O’Dea (1996) diacu dalam Desmawita (2002), pada masa pubertas remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal berat badan, tinggi badan, lemak tubuh dan otot serta penyempurnaan berbagai sistem organ. Pertumbuhan masa anak-anak mencapai 25% dari tinggi badan saat dewasa, sedangkan 40% berat badan saat dewasa tercapai dimasa remaja. Sehingga pada masa ini, pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Selanjutnya apabila terjadi defisiensi zat gizi, maka hal ini akan terlihat pada keadaan fisik, status gizi dan kesehatannya.

Anemia

(31)

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga sering disebut dengan anemi gizi besi. Menurut Latham (1979), penyebab terjadinya anemia gizi adalah tidak cukupnya zat-zat gizi, terutama yang diserap dalam makanan sehari- hari, guna pembentukan sel darah merah. Selain itu zat-zat penyerta yang meningkatkan daya serap, seperti protein dan vitamin C, juga tidak cukup. Husaini & Husaini (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya anemia yaitu : kehilangan darah karena pendarahan, kerusakan sel darah merah dan produksi darah merah tidak cukup. Menurut Khomsan (2003) anemia selain disebabkan oleh faktor konsumsi juga disebabkan karena adanya infeksi (kecacingan) yang terjadi karena kebiasaan hidup yang tidak bersih dan sehat baik dari segi kebersihan diri ma upun lingkungannya. Dikuatkan oleh pendapat Almatsier (2003), bahwa kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absopsi.

Dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah sebagai bagian dari protein yang bernama hemoglobin dalam sel-sel darah merah, dan bernama mioglobin dalam sel-sel otot. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh sedangkan mioglobin mengangkut dan menyimpan oksige n untuk sel-sel otot (Soekirman 2000).

(32)

berasal dari dalam dirinya (faktor internal), melainkan juga berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Pada umumnya faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap tubuhnya adalah ukuran tubuhnya saat ini, kebiasaan makan, kondisi stres dan pengetahuan gizi. Sedangkan faktor eksternal yang bisa berpengaruh adalah media masa dan peer group.

Konsep body image yang sudah melekat pada diri seseorang diduga akan berhubungan dengan perilaku makan dan perilaku sehatnya. Seseorang yang menginginkan agar tubuhnya tetap menarik dan indah dipandang mata (berat badan dan tinggi badan ideal) seringkali menjaga perilaku makan dan perilaku sehatnya.

Namun apabila konsep body image ini mengarah pada yang negatif, remaja pada umumnya cenderung menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh penampilan fisik yang menarik. Diet yang dilakukan tanpa pengetahuan gizi yang benar serta aktivitas fisik yang berlebihan senantiasa dilakukan agar tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan.

(33)

Keterangan :

[image:33.596.77.488.82.705.2]

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2 Hubungan body image dengan perilaku makan perilaku sehat, status gizi dan kesehatan

Body image

Perilaku makan

Perilaku sehat Faktor Internal

F Ukuran tubuh saat ini F Kebiasaan makan F Kondisi stres F Pengetahuan gizi

Faktor Eksternal F Media Masa F Peer group

Status GIzi & Kesehatan

- IMT

(34)

Penelitian ini merupakan bagian dari program Pemberian Makanan Tambahan (Feeding Program) bagi mahasiswa IPB yang merupakan kerjasama antara Departemen Gizi Masyarakat, Departemen Ilmu dan Tekhnologi Pangan serta Southeast Asia Food and Agricultural Science & Technologi (SEAFAST) Center IPB. Pene litian ini menggunakan desain Cross Sectional Study, dilakukan pada bulan September 2005 sampai April 2006, bertempat di Asrama TPB IPB Dramaga, Bogor.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah pengambilan contoh acak kelompok (Cluster Random Sampling) berdasarkan data peserta feeding program. Tujuan dari feeding program adalah untuk mempertahankan status gizi mahasiswa yang sudah baik agar tetap baik dan yang belum baik menjadi lebih baik lagi. Mahasiswa yang diambil menjadi peserta program ini adalah mahasiswa tingkat satu yang memenuhi kriteria sebagai berikut: IMT = 18-25 kg/ m2, uang saku = Rp 500.000 dan tidak menderita penyakit kronis. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) dan pemberian kapsul zat besi (khusus contoh putri). Penyuluhan gizi diadakan sebulan sekali di Asrama TPB IPB. PMT diberikan dalam periode mingguan yaitu dari hari senin sampai hari jum’at, sedangkan makanan yang harus dikonsumsi peserta pada hari libur langsung diberikan pada hari jum’at dan makanan ini hanya boleh dikonsumsi oleh peserta feeding program. PMT yang diberikan berupa jus, biskuit, yoghurt, buah segar, wafer, susu, roti gambang, puding, brownies, molen,

cheese stick, muffin dan roti manis. Pemberian pil besi bagi peserta putri diberikan seminggu sekali.

(35)

pengamatan maka diambil contoh 80 mahasiswa dan 80 mahasiswi sehingga total contoh sebanyak 160 mahasiswa.

Keterangan:

n = Jumlah contoh yang akan diambil p = prevalensi gizi normal remaja q = 1 – p

d = presisi yang diinginkan

Z1-α/2 = nilai pada distribusi normal stándar yang sama dengan tingkat kemaknaannya.

Pemilihan contoh dilakukan secara acak. Dari 298 orang contoh putri dan 199 orang contoh putra, hanya 200 orang contoh putri dan 191 contoh putra yang memiliki data yang lengkap (perjanjian dan identitas diri), sehingga dari sejumlah contoh tersebut diambil 80 orang contoh putra dan 80 orang contoh putri. Contoh dengan IMT gemuk diambil 100% karena jumlahnya yang sedikit, sedangkan pada contoh dengan IMT normal dan kurus diambil masing- masing sebanyak 30% agar cukup mewakili populasi. Penarikan contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Peserta Feeding Program (497 orang)

Putra (199 orang) putri (298 orang)

Lengkap (191 orang) Lengkap (200 orang)

Kurus = 68 Normal = 115 Gemuk = 8 Kurus = 38 Normal = 140 Gemuk = 22

[image:35.596.91.509.500.724.2]

27 45 8 12 46 22 Gambar 3 Tahapan penarikan contoh penelitian body image

(36)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer. Data yang digunakan adalah base line data yang dikumpulkan oleh tim Feeding Program IPB. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep body image, perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan (kadar Hb dan IMT) serta record konsumsi pangan (4 x 24 jam) dengan dua hari libur dan dua hari kuliah. Pemilihan hari kuliah dan hari libur adalah untuk mencerminkan rata-rata tingkat konsumsi pangan contoh selama seminggu.

Data karakteristik contoh (umur, uang saku, asal daerah dan besar keluarga), karakteristik keluarga (pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua), perilaku makan (keberagaman konsumsi pangan, konsumsi pangan yang memenuhi kecukupan energi, konsumsi pangan sumber karbohidrat, konsumsi lemak dan minyak, konsumsi pangan sumber zat besi, kebiasaan sarapan dan kebiasaan membaca label kemasan pangan), perilaku sehat (kebiasaan minum air putih, olahraga, istirahat dan merokok) dan record

konsumsi pangan (4 x 24 jam) diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh contoh. Data berat badan, tinggi badan, kadar Hb dan persepsi

body image diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang digunakan untuk wawancara langsung pada saat itu juga oleh enumerator. Namun sebelumnya data kadar Hb, berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran oleh tim

Feeding program. Kadar Hb diperoleh setelah sampel darah contoh diana lisis secara biokimia di laboratorium SEAMEO UI dengan metode

Cyanmethemoglobin dengan alat spektrofotometer. Sampel darah contoh tersebut diambil sebanyak 1 ml dari setiap contoh. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah Microtoise (ketelitian 0.1 cm) sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan SECA (ketelitian 0.01 kg).

(37)

Pengolahan dan Analisis Data

Karakteristik contoh dan keluarga contoh dianalisis secara deskriptif. Umur contoh dilihat berdasarkan tanggal lahir contoh. Kategori uang saku contoh di bagi menjadi tiga yaitu: < Rp 300.000, Rp 300.000-Rp 500.000 dan > Rp 500.000 (karena biaya makan seseorang agar memenuhi kebutuhan gizi, rata-rata adalah Rp 10.000/ hari sehingga biaya yang dikeluarkan untuk makan selama satu bulan adalah Rp 500.000). Asal daerah contoh dilihat berdasarkan asal SMU dan dikategorikan menjadi dua yaitu Jabodetabek dan luar Jabodetabek. Besar keluarga contoh dilihat dari jumlah anggota keluarga yang merupakan anggota keluarga inti dikategorikan menjadi keluarga kecil (= 4 orang) dan keluarga besar (> 4 orang).

Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi 12 macam yaitu: PNS, ABRI, swasta, wiraswasta, pensiunan PNS, guru, purnawirawan, petani, nelayan, buruh, ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Sedangkan untuk pendapatan dikategorikan me njadi lima yaitu < Rp 500.000, Rp 500.000-Rp 1.000.000, Rp 1.000.001-Rp 2.000.000, Rp 2000.001-Rp 5.000.000 dan > Rp 5.000.000.

Konsep body image dibagi menjadi tiga peubah, yaitu: persepsi terhadap ukuran tubuh, tingkat kepuasan serta harapan perubahan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Persepsi terhadap ukuran tubuh dianalisis dengan melihat persepsi contoh terhadap lima pertanyaan tentang gambar siluet tubuh manusia yang mengindikasikan kecenderungan contoh terhadap gambar tubuh tertentu. Alat ukur yang digunakan adalah gambar siluet tubuh yang dikembangkan oleh Stunkard (1983) yang digunakan pada penelitian Bulik et al (2001). Siluet ini memuat sembilan gambar tubuh pria dan wanita dan bisa digunakan pada contoh yang berumur 18 tahun keatas. Berdasarkan gambar tersebut, contoh diminta untuk memilih gambar yang menunjukkan gambar tubuh aktual contoh, gambar tubuh remaja Indonesia, gambar tubuh ideal, gambar tubuh yang paling sehat dan gambar tubuh pasangan idaman.

(38)

contoh (bila contoh puas maka diberi skor 1 dan bila tidak puas diberi skor 0). Harapan perubahan BB dan TB contoh dilihat dengan membandingkan antara ukuran tubuh aktual contoh dengan ukuran tubuh yang diinginkan (baik BB maupun TB). Selanjutnya data tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori harapan, yaitu: berkurang, tetap dan bertambah.

Perilaku makan contoh dianalisis dengan melihat anjuran yang terdapat dalam PUGS (13 Pesan Dasar Gizi Seimbang) dan tingkat konsumsi zat gizi contoh. Keberagaman makanan yang dikonsumsi contoh dinilai dengan melihat kebiasaan contoh dalam mengkonsumsi makanan jajanan, sayur-mayur, buah-buahan, lauk hewani, lauk nabati dan susu dalam satu hari. Jawaban selalu diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, jarang diberi skor 1 dan tidak pernah diberi skor 0. Dikatakan selalu apabila contoh melakukan 5-7 kali/ minggu, kadang-kadang 3-4 kali/ minggu, jarang 1-2 kali/ minggu dan tidak pernah 0 kali/ minggu. Total skor kemudian dipersentasekan untuk menilai keberagamannya dengan kategori berdasarkan mean ± standar deviasi (61% ± 14%). Dikatakan beragam bila skornya > 75%, cukup beragam bila skornya antara 47 - 75% dan dikatakan kurang beragam bila skornya < 47%. Konsumsi yang beragam diberi skor 3, cukup beragam diberi skor 2 dan kurang beragam diberi skor 1.

Konsumsi makanan yang memenuhi kecukupan energi dilihat berdasarkan hasil record pangan contoh. Menurut Depkes RI (1990), tingkat konsumsi energi diklasifikasikan menjadi empat yaitu: baik (= 100%), sedang (80-99%), kurang (70-80%) dan defisit (= 70%). Tingkat konsumsi energi yang baik diberi skor 3, sedang diberi skor 2, kurang diberi skor 1 dan defisit diberi skor 0.

Konsumsi makanan sumber karbohidrat dikategorikan menjadi kurang (< 50%), cukup (50-60%) dan lebih > 60% (Depkes RI 2003). Selanjutnya untuk kategori cukup diberi skor 3 dan yang lainnya (kategori kurang dan lebih) diberi skor 1.

(39)

Konsumsi makanan sumber zat besi yang sesuai anjuran, dilihat berdasarkan hasil record konsumsi pangan dan pengkategoriannya dikatakan cukup bila tingkat konsumsi = 66% dan dikatakan kurang bila < 66% (Gibson 1993). Selanjutnya kategori cukup diberi skor 3 sedangkan untuk kategori kurang diberi skor 1.

Kebiasaan makan pagi contoh (sarapan) dilihat untuk mengetahui kebiasaan makan contoh. Apabila contoh selalu sarapan diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, jarang diberi skor 1 dan tidak pernah diberi skor 0. Konsumsi minuman beralkohol dinilai dengan pertanyaan dikotomi (ya/ tidak), dan diberi skor 3 untuk jawaban tidak serta 0 untuk jawaban ya. Aspek keamanan pangan dilihat melalui kebiasaan contoh dalam membaca label produk dalam kemasan. Apabila contoh membaca label kemasan pangan sebelum mengkonsumsi suatu produk pangan maka diberi skor 3 dan bila tidak diberi skor 0.

Record konsumsi pangan diperlukan untuk mengetahui konsumsi zat gizi dari makanan yang dikonsumsi contoh. Konsumsi zat gizi yang diteliti terdiri atas energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C. Setelah konsumsi zat- zat tersebut diketahui, maka tingkat konsumsi zat gizi dapat diketahui dengan cara membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Untuk mempermudah perhitungan pengolahan data konsumsi pangan dilakukan dengan menggunakan program Nutrisoft. Menurut Depkes RI (1990), tingkat konsumsi energi dan protein diklasifikasikan menjadi empat yaitu: baik (= 100%), sedang (80-99%), kurang (70-80%) dan defisit (= 70%). Tingkat konsumsi vitamin dan mineral dikategorikan dalam kategori cukup (= 66%) dan kurang (< 66%) (Gibson 1993).

Perilaku sehat contoh juga dianalisis berdasarkan anjuran yang terdapat dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Kebiasaan minum air putih apabila = 8 gelas/ hari diberi skor 1 dan < 8 gelas/hari diberi skor 0. Aktifitas yang ditanyakan (olahraga, leisure time) apabila dilakukan mendapat skor 1 dan apabila tidak dilakukan dib eri skor nol. Contoh yang merokok diberi skor nol dan yang tidak merokok diberi skor 1.

(40)

13 g/dl (putra). Contoh dikatakan kurus bila IMT < 18.5 kg/m2, bila IMT antara 18.5 sampai 22.9 kg/m2 dikatakan normal dan dikatakan gemuk bila IMT > 22.9 kg/m2 (IOTF, WHO 2000).

Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan melalui proses editing, coding, entri dan analisis data. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 11,0 for windows dan Microsoft excel.

Uji- uji yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

Ø Uji beda T dilakukan untuk menganalisis perbedaan antara contoh putra dan putri mengenai umur, besar keluarga, BB dan TB aktual, harapan perubahan BB dan TB, konsumsi makanan beragam, konsumsi energi, karbohidrat, minyak dan lemak, zat besi, tingkat kecukupan zat gizi, IMT dan status anemia.

Ø Uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan uang saku, asal daerah, pendapatan orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, persepsi body image, kepuasan contoh, kebiasaan sarapan, konsumsi alkohol, kebiasaan membaca label kemasan pangan dan perilaku sehat contoh (kebiasaan mencuci tangan, mandi, menggosok gigi, merokok, berolahraga, medical chek up, minum air putih dan leisure time).

Ø Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Spearmans (untuk data yang berupa skala atau ordinal dan Pearson (untuk data yang terdistribusi normal)

Definisi Operasional

Remaja adalah mahasiswa putra dan putri TPB IPB angkatan 2005

Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri; gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya.

Status gizi adalah keadaan gizi seorang remaja yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator IMT .

(41)

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ayah dan ibu responden yang dikategorikan menjadi Tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan PT.

Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu siswa untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang meliputi petani, buruh pedagang, PNS dan lain- lain.

Pendapatan orangtua adalah pendapatan gabungan dari ayah dan ibu setiap bulan (baik dari usaha pokok maupun usaha sampingan.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah, hidup dari satu sumber penghasilan dan makan dari satu dapur yang dikelompokkan menjadi keluarga besar (> 4 orang) dan keluarga kecil (≤ 4 orang).

Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan yang digunakan untuk konsumsi pangan dan nonpangan baik yang berasal dari orang tua maupun sumber lainnya.

Perilaku makan adalah perilaku yang dianjurkan dalam PUGS yang terkait dengan kebiasaan makan yaitu mengkonsumsi makanan yang beragam, konsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan energi, konsumsi karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, konsumsi lemak maksimal seperempat dari kebutuhan energi, konsumsi makanan yang mengandung zat besi, biasakan sarapan pagi (menjaga frekuensi makan), hindari minuman beralkohol, konsumsi makanan yang aman dan membaca label pada makanan yang dikemas.

(42)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran umur contoh adalah 18–21 tahun dengan sebagian besar (48.1%) berusia 19 tahun. Berdasarkan hasil tersebut dapat kita lihat bahwa contoh termasuk dalam kategori remaja akhir (Sarwono 1993). Berdasarkan jumlah uang saku, baik yang berasal dari orangtua maupun dari sumber lainnya, 75.0% contoh mendapatkan uang saku antara Rp 300 000 sampai Rp 500 000. Jumlah uang saku yang diterima, akan mempengaruhi pengalokasian dana untuk kehidupan sehari- hari termasuk pengalokasian untuk konsumsi. Data sebaran contoh berdasarkan jumlah uang saku dapat dilihat pada Tabel 2.

Besar keluarga berhub ungan dengan kapasitas keluarga dalam pengalokasian sumberdaya yang dimiliki. Keluarga yang berjumlah lebih dari 4 orang termasuk dalam kategori keluarga besar (BKKBN 1997). Berdasarkan hasil wawancara hampir tigaperempat dari contoh (73.1%) memiliki keluarga yang tergolong dalam kategori keluarga besar (baik contoh putra maupun putri), sedangkan sisanya (26.8%) termasuk dalam kategori keluarga kecil.

Penerimaan mahasiswa IPB yang sebagian besar melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB), menjadikan komposisi mahasiswanya cukup beragam. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (67.5%) berasal dari luar Jabodetabek. Pada umumnya mereka berasal dari sekolah favorit yang berada di daerah mereka dan sisanya merupakan mahasiswa yang masuk melalui SPMB. Hasil uji beda T menunjukkan tidak adanya perbedaan antara contoh putra dan putri dalam hal umur dan besar keluarga sedangkan berdasarkan uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan uang saku dan asal daerah contoh (p>0.05).

Karakteristik Keluarga

Pekerjaan orangtua contoh 32.5% adalah wiraswasta. Pekerjaan yang banyak dilakukan ole h orangtua contoh setelah wiraswasta adalah PNS (17.5%). Selain itu orang tua contoh juga banyak yang bekerja sebagai petani (14.4%). Orangtua contoh tidak ada yang berprofesi sebagai ABRI dan nelayan.

(43)

satu bulan. Berdasarkan data sebaran pendapatan orangtua contoh, diperoleh hasil bahwa 43.1% orangtua contoh berpenghasilan antara Rp 500 000-Rp 1 000 000, namun sebanyak 19.4% orangtua contoh masih berpenghasilan di bawah Rp 500 000, hal ini tentu akan mempengaruhi uang saku yang diberikan kepada contoh.

[image:43.596.98.515.305.541.2]

Sebanyak 36.3% ayah contoh berpendidikan SMA (dan sekolah lain yang sederajat) serta tidak ada dari ayah contoh yang tidak tamat SD. Sedangkan pada ibu contoh sebanyak 33.1% mengenyam pendidikan sampai tingkat SD dan 32.5% sampai tingkat SMA. Selain itu ibu contoh juga tidak ada yang tidak tamat SD. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan karakteristik orang tua contoh putra dan putri (p>0.05).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

Total Putra Putri

n % n % N %

Umur (Mean ± SD = 19.24 ± 0.75):

18 tahun 12 15.0 13 16.3 25 156

19 tahun 37 46.3 40 50.0 77 48.1

20 tahun 26 32.5 27 33.8 53 33.1

21 tahun 5 6.3 0 0.0 5 3.1

Uang Saku:

<Rp 300 000 21 26.3 14 17.5 35 21.9 Rp 300 000 – Rp 500 000 57 71.3 63 78.8 120 75.0

>Rp 500 000 2 2.5 3 3.8 5 3.1

Besar Keluarga (Mean ± SD = 5.50 ± 1.69):

= 4 Orang 22 27.5 21 26.3 43 26.9

>4 Orang 58 72.5 59 73.8 117 73.1

Asal Daerah:

Jabodetabek 21 26.3 31 38.8 52 32.5

Luar Jabodetabek 59 73.8 49 61.3 108 67.5

Body Image

Konsep Body Image

(44)

Persepsi contoh tentang gambar yang paling mirip dengan kondisi tubuh aktual adalah gambar nomor empat (38.8% putra dan 46.3% putri). Sebaran contoh tentang gambaran tubuhnya ini beragam dari gambar satu sampai dengan gambar tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian yang mengangap dirinya sangat kurus dan ada pula yang me nganggap dirinya sangat gemuk (Gambar 4). Berdasarkan uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi antara putra dan putri dalam hal persepsi tubuh aktual (p=0.103).

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh aktual

Gambaran bentuk tubuh remaja Indonesia menurut contoh putra adalah gambar nomor empat (51.3%). Berbeda halnya dengan contoh putra, contoh putri lebih beranggapan bahwa gambar yang mencerminkan gambaran tubuh remaja Indonesia adalah gambar nomor tiga (61.3%). Persepsi contoh selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan uji beda Mann-Whitney dapat diketahui bahwa persepsi contoh putra dan putri mengenai gambaran bentuk tubuh remaja Indonesia adalah berbeda nyata (p=0.000).

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0

Skala ukuran tubuh

Putra 0.0 10.0 21.3 38.8 25.0 3.8 1.3 Putri 1.3 15.0 20.0 46.3 16.3 1.3 0.0

1 2 3 4 5 6 7

(45)
[image:45.596.154.439.84.263.2]

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh remaja Indonesia

Persepsi contoh tentang gambar tubuh ideal menurut contoh adalah gambar nomor empat (57.7% contoh putra dan 35.0% contoh putri). Sedangkan secara jelas dapat dilihat bahwa 56.3% dari contoh putri menganggap bahwa gambar nomor tiga adalah gambar tubuh yang paling ideal untuk wanita. Hal ini menunjukkan bahwa wanita cenderung menginginkan tubuh yang kurus dan langsing sedangkan pria lebih menginginkan tubuh yang berisi (Germov & Williams 2004).

Wanita yang langsing sering kali dianggap cantik dan sehat serta menjadi idaman banyak laki- laki. Sedangkan kegemukan dianggap sebagai hal yang memalukan. Gemuk itu dianggap jelek, lemah, tidak punya kendali, malas dan tidak punya ambisi (Biber 1996). Setelah dilakukan uji Mann-Whitney terdapat perbedaan yang nyata antara contoh putra dan putri mengenai persepsi tubuh ideal (p=0.000).

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Skala ukuran tubuh Persen

n

Putra 0.0 7.5 23.8 51.3 17.5

Putri 1.3 7.5 61.3 27.5 5.0

(46)
[image:46.596.157.480.86.260.2]

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal

Pada umumnya postur tubuh (IMT) merupakan hal yang paling mudah dilihat dan banyak dijadikan sebagai indikator status kesehatan seseorang, namun sebenarnya hal ini tidak selamanya berkorelasi positif. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada contoh tentang gambaran tubuh yang sehat, pada contoh putra 42.5% menganggap gambar nomor empat dan 48.8% menganggap gambar nomor lima sebagai gambar yang paling sehat. Sedangkan 43.8% contoh putri menganggap gambar nomor empat dan 45.0% menganggap gambar nomor tiga yang merupakan gambar tubuh yang tersehat. Berdasarkan uji Mann-Whitney

menunj ukkan perbedaan yang nyata (p=0.000) antara persepsi contoh putra dan putri (Gambar 7).

Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh tersehat 0.0

20.0 40.0 60.0

Skala ukuran tubuh Persen

Putra 0.0 6.3 42.5 48.8 2.5 0.0

Putri 1.3 45.0 43.8 8.8 0.0 1.3

2 3 4 5 6 7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Skala ukuran tubuh Persen

Putra 0.0 1.3 5.0 57.5 36.3

Putri 1.3 6.3 56.3 35.0 1.3

[image:46.596.137.449.502.684.2]
(47)

Dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Stunkard (1983) ini ditanyakan pula gambaran bentuk tubuh pasangan yang diharapkan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (63.8% putra dan 56.3% putri) menganggap bahwa gambar nomor empat merupakan gambaran tubuh pasangan ideal yang diidamkan. Hal ini menunjukkan bahwa contoh putra maupun contoh putri menginginkan pasangan hidup yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Berdasarkan uji

[image:47.596.143.434.273.428.2]

Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan antara contoh putra dan putri mengenai persepsi bentuk tubuh pasangan idaman (p=0.481).

Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gambar bentuk tubuh pasangan idaman

Berat Badan dan Tinggi Badan Aktual

Pengukuran berat badan contoh dilakukan dengan menggunakan timbangan SECA. Apabila dilihat dari berat badan aktualnya dapat diketahui bahwa sebaran berat badan contoh putra 40.9-73.0 kg dengan rata-rata 55.4 ± 6.8 kg. Sedangkan berat badan contoh putri berada pada sebaran 35.4-66.5 kg dengan rata-rata 50.0 ± 6.0 kg. Berdasarkan hasil uji beda T dapat dilihat bahwa berat badan aktual contoh putra dan putri berbeda nyata (p=0.000).

Tinggi badan contoh diukur dengan Microtoise da

Gambar

Gambar 1  Siluet Persepsi Body Image (Stunkard 1983)
Tabel 1  Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal
Gambar 2  Hubungan body image dengan perilaku makan perilaku sehat, status
Gambar 3  Tahapan penarikan contoh penelitian body image
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang hubungan body image dengan pola makan dan status gizi remaja putri di SMP Al

12 Kelebihan indeks BB/TB yaitu tidak memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus), sedangkan kelemahan indeks BB/TB adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Body image , dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015.. Ini

Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak usia 1-3 tahun berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

Hasil analisa bivariat remaja putri yang mengalami perilaku makan tidak baik dengan gizi normal sebanyak 29 responden (78%), berdasarkan hasil uji statistik dengan

Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi body image   dengan perilaku diet, konsumsi pangan dan status gizi, pengetahuan gizi dan tingkat kecukupan

Uji beda Mann Whitney digunakan untuk menguji perbedaan karakteristik anak dan orang- tua, pola konsumsi, status kesehatan anak, pola asuh kesehatan, status gizi dan

Hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di kabupaten bogor [skripsi].. Bogor: Fakultas