2005/2006 PESERTA
FEEDING PROGRAM
MARYAM RAZAK
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005/2006 PESERTA
FEEDING PROGRAM
MARYAM RAZAK
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Program
Nama : Maryam Razak
NRP : A551040081
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana dan Sumberdaya Keluarga
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
dan karunia-Nya serta shalawat dan salam tercurah selalu pada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS, sebagai ketua komisi pembimbing Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sejak persiapan sampai tersusunnya tesis ini.
2. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai penguji luar komisi atas masukannya dalam penulisan tesis ini.
3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf administrasi dan staf pengajar, khususnya Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga atas bekal materi pelajaran dan pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
4. Seafast Center IPB dan Departemen GMSK yang mengijinkan untuk dapat
melakukan penelitian pada Feeding Program dan memberi bantuan selama pelaksanaan penelitian.
5. Direktur dan Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister di IPB serta rekan-rekan sejawat di Jurusan Gizi yang selalu memberi semangat untuk segera menyelesaikan studi.
6. Departemen Kesehatan RI yang memberi bantuan biaya pendidikan (Gudosin).
7. Teman-teman GMK 2004 Pak Edi, Lely, Uli, Fia, Inne dan Anna dan teman-teman GMK 2005 teh Nok, Ely dan Nita. Adik-adik di GMSK Maning, Yudith, Juli, Asti, Udhin, Joel dan Aris yang sangat membantu saat pengambilan data. Nung, Atid, Eno dan Widi yang selalu bersedia memberi bantuan saat pengolahan data, juga Bu Indani dan keluarga serta Bu Hj. Mukhtar dan keluarga.
8. Penghargaan dan terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Ibunda tercinta Hj. Halidjah dan Ayahanda tercinta H. Abd. Razak Djama (almarhum), kakak-kakak, adik dan suami tercinta serta seluruh keluarga atas limpahan kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan selama ini.
Terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa dan dukungan yang telah diberikan selama perkuliahan sampai penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2007
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perubahan Pola Konsumsi dan Status Gizi Mahasiswa Putra dan Putri TPB IPB Tahun 2005/2006 Peserta Feeding Program adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
© Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
Penulis dilahirkan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Nopember 1970 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, putri dari pasangan
Drs. H. Abd. Razak Djama (Almarhum) dan Hj. Halidjah. Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Makassar dan melanjutkan pendidikan di Akademi Gizi Makassar dan lulus tahun 1993.
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN... v
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Kebutuhan Gizi Remaja... 5
Kebiasaan Makan Remaja ... 6
Pengetahuan dan Sikap Gizi Remaja... 8
Pola Konsumsi dan Konsumsi Pangan Remaja ... 10
Status Gizi Remaja... 12
Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Remaja... 13
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODOLOGI PENELITIAN ... 18
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Cara Pengambilan Contoh ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19
Pengolahan dan analisis Data ... 20
Definisi Operasional ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
Karakteristik Contoh ... 24
Keadaan Kesehatan ... 24
Uang Saku Perbulan ... 25
Pendidikan Orangtua... 26
Pekerjaan Orangtua ... 26
Pendapatan Orangtua ... 28
Kebiasaan Makan Remaja... 28
Putra peserta feeding program ... 29
Putra nonfeeding program ... 33
Putri peserta feeding program... 36
Putri nonfeeding program ... 39
ii
Frekuensi konsumsi pangan mahasiswa putri ... 47
Konsumsi Pangan, Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 51
Status Gizi Remaja... 55
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Status Gizi Remaja ... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
Kesimpulan ... ...61
Saran... ...64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
2005/2006 PESERTA
FEEDING PROGRAM
MARYAM RAZAK
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005/2006 PESERTA
FEEDING PROGRAM
MARYAM RAZAK
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Program
Nama : Maryam Razak
NRP : A551040081
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana dan Sumberdaya Keluarga
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
dan karunia-Nya serta shalawat dan salam tercurah selalu pada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS, sebagai ketua komisi pembimbing Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sejak persiapan sampai tersusunnya tesis ini.
2. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai penguji luar komisi atas masukannya dalam penulisan tesis ini.
3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf administrasi dan staf pengajar, khususnya Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga atas bekal materi pelajaran dan pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
4. Seafast Center IPB dan Departemen GMSK yang mengijinkan untuk dapat
melakukan penelitian pada Feeding Program dan memberi bantuan selama pelaksanaan penelitian.
5. Direktur dan Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister di IPB serta rekan-rekan sejawat di Jurusan Gizi yang selalu memberi semangat untuk segera menyelesaikan studi.
6. Departemen Kesehatan RI yang memberi bantuan biaya pendidikan (Gudosin).
7. Teman-teman GMK 2004 Pak Edi, Lely, Uli, Fia, Inne dan Anna dan teman-teman GMK 2005 teh Nok, Ely dan Nita. Adik-adik di GMSK Maning, Yudith, Juli, Asti, Udhin, Joel dan Aris yang sangat membantu saat pengambilan data. Nung, Atid, Eno dan Widi yang selalu bersedia memberi bantuan saat pengolahan data, juga Bu Indani dan keluarga serta Bu Hj. Mukhtar dan keluarga.
8. Penghargaan dan terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Ibunda tercinta Hj. Halidjah dan Ayahanda tercinta H. Abd. Razak Djama (almarhum), kakak-kakak, adik dan suami tercinta serta seluruh keluarga atas limpahan kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan selama ini.
Terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa dan dukungan yang telah diberikan selama perkuliahan sampai penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2007
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perubahan Pola Konsumsi dan Status Gizi Mahasiswa Putra dan Putri TPB IPB Tahun 2005/2006 Peserta Feeding Program adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
© Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
Penulis dilahirkan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Nopember 1970 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, putri dari pasangan
Drs. H. Abd. Razak Djama (Almarhum) dan Hj. Halidjah. Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Makassar dan melanjutkan pendidikan di Akademi Gizi Makassar dan lulus tahun 1993.
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN... v
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Kebutuhan Gizi Remaja... 5
Kebiasaan Makan Remaja ... 6
Pengetahuan dan Sikap Gizi Remaja... 8
Pola Konsumsi dan Konsumsi Pangan Remaja ... 10
Status Gizi Remaja... 12
Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Remaja... 13
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODOLOGI PENELITIAN ... 18
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Cara Pengambilan Contoh ... 18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19
Pengolahan dan analisis Data ... 20
Definisi Operasional ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
Karakteristik Contoh ... 24
Keadaan Kesehatan ... 24
Uang Saku Perbulan ... 25
Pendidikan Orangtua... 26
Pekerjaan Orangtua ... 26
Pendapatan Orangtua ... 28
Kebiasaan Makan Remaja... 28
Putra peserta feeding program ... 29
Putra nonfeeding program ... 33
Putri peserta feeding program... 36
Putri nonfeeding program ... 39
ii
Frekuensi konsumsi pangan mahasiswa putri ... 47
Konsumsi Pangan, Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 51
Status Gizi Remaja... 55
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Status Gizi Remaja ... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
Kesimpulan ... ...61
Saran... ...64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
iii
1 Jenis data, cara pengumpulan data dan pengolahan data ... 21
2 Sebaran contoh menurut umur ... 24
3 Sebaran contoh menurut keadaan kesehatan... 25
4 Sebaran contoh menurut uang saku per bulan ... 26
5 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua... 27
6 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua ... 27
7 Sebaran contoh menurut pendapatan orang tua ... 28
8 Kebiasaan makan mahasiswa putra peserta feeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 30
9 Kategori kebiasaan makan mahasiswa putra peserta feeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 32
10 Kebiasaan makan mahasiswa putra nonfeeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 34
11 Kategori kebiasaan makan mahasiswa putra nonfeeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 36
12 Kebiasaan makan mahasiswa putri peserta feeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 37
13 Kategori kebiasaan makan mahasiswa putri peserta feeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ... 39
14 Kebiasaan makan mahasiswa putri nonfeeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...40
15 Kategori kebiasaan makan mahasiswa putri nonfeeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...41
16 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...43
17 Sebaran contoh menurut sikap gizi sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...44
18 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi mahasiswa putra sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...51
19 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi mahasiswa putri sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir ...54
iv
v
1 Kuesioner pengetahuan gizi ... 70 2 Sebaran contoh (putra) menurut jawaban yang benar untuk pertanyaan
pengetahuan gizi dengan pilihan jawaban benar-salah ... 73 3 Sebaran contoh (putra) menurut jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan gizi dengan pilihan jawaban multiple choice ... 74 4 Sebaran contoh (putra) menurut jawaban yang benar untuk pernyataan sikap gizi ... 75 5 Sebaran contoh (putri) menurut jawaban yang benar untuk pertanyaan
pengetahuan gizi dengan pilihan jawaban benar-salah ... 76 6 Sebaran contoh (putri) menurut jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan gizi dengan pilihan jawaban multiple choice ... 77 7 Sebaran contoh (putri) menurut jawaban yang benar untuk pernyataan sikap gizi ... 78 8 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan mahasiswa putra peserta feeding dan putra nonfeeding... 79 9 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan mahasiswa putri peserta feeding dan putri nonfeeding... 80 10 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra peserta feeding sebelum feeding program... 81 11 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra peserta feeding saat feeding program... 81 12 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra peserta feeding setelah 2 bulan feeding program berakhir... 81 13 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra nonfeeding
sebelum feeding program... 82 14 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra nonfeeding
saat feeding program... 82 15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putra nonfeeding
vi
20 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putri nonfeeding
saat feeding program... 84 21 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi putri nonfeeding
Sumberdaya manusia sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa. Remaja merupakan salah satu sumberdaya manusia yang harus diperhatikan karena remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran penting di masa yang akan datang. Kualitas manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas remaja masa kini. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia utamanya remaja, banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain gizi dan kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan lain-lain.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama dalam memenuhi kebutuhan zat gizi. Pada gilirannya zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan (Harper, et al. 1986). Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Kekurangan gizi akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah dan produktivitas rendah (Soekirman, 2000). Hasil penelitian Permaesih (2003) menunjukkan prevalensi remaja gizi kurang berkisar antara 40-88%, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di asrama mahasiswa IPB tahun 2002/2003 menunjukkan tingginya prevalensi anemia dan kurang gizi pada mahasiswa tersebut. Mahasiswa putri yang menderita anemi sebesar 48,1% dan kurang gizi sebesar 7,3%, dan mahasiswa putra menderita anemi sebesar 4,3% dan 28,7% kurang gizi (Anggraeni, 2004; Putri, 2004; Santika, 2004; Suherman, 2004).
gizi remaja yang rendah tercermin dari sikap dan perilaku yang menyimpang dalam kebiasaan memilih makanan (Permaesih, 2003).
Pola konsumsi pangan seseorang juga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, pola sosial budaya dan faktor pribadi. Ketersediaan makanan bagi mahasiswa ditentukan oleh daya beli yang terkait dengan uang saku setiap bulan yang diberikan oleh orang tua atau pihak-pihak lain (misal: beasiswa, saudara, dll) dan pengaruh sosial budaya seperti sikap, kebiasaan makan, tabu terhadap makanan dan ketidaktahuan akan gizi (Suhardjo, 1989).
Menurut Satoto (1990) masalah gizi kurang maupun lebih terjadi terutama karena salah pilih makanan, yang sedikit ataupun banyak disebabkan oleh ketidaktahuan cara memilih makanan yang benar. Pada masalah gizi kurang, selain pengaruh infeksi salah pilih tersebut disebabkan oleh kemiskinan, baik kemiskinan sumberdaya maupun kemiskinan informasi (ketidaktahuan). Pada gizi lebih, umumnya sumberdaya dan informasi tersedia, tetapi yang bersangkutan salah dalam memilih makanan sehat dan seimbang. Jika remaja memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan.
Pada tahun 2005, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan program pemberian makanan tambahan (PMT) atau Feeding Program kepada ±500 orang mahasiswa putra dan putri TPB IPB Tahun 2005/2006 yang tinggal di asrama TPB. Feeding Program dilaksanakan selama ±6 bulan. Disamping itu juga diberikan penyuluhan gizi. Tujuan program PMT adalah memperbaiki status gizi mahasiswa sedangkan penyuluhan gizi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan mempengaruhi komposisi dan pola konsumsi pangan mahasiswa. Penyuluhan gizi ini diharapkan tidak hanya sampai tingkat kognitif (pengetahuan) dan afektif (penghayatan), tapi dapat mencapai tingkat psikomotor (praktek) sehingga mahasiswa dapat memilih makanan yang bergizi dan gaya hidup yang baik untuk menunjang kesehatan dan prestasi akademiknya.
program pemberian makanan tambahan (PMT) atau Feeding Program telah berakhir, diharapkan pola konsumsi mahasiswa menjadi lebih baik daripada sebelum pelaksanaan program tersebut. Dan selanjutnya dapat memperbaiki status gizinya dan dapat menunjang prestasi akademiknya.
Berdasarkan hal-hal diatas, menarik untuk diteliti mengenai perubahan pola konsumsi dan status gizi mahasiswa putra dan putri yang memperoleh makanan tambahan (peserta Feeding Program) dan yang tidak memperoleh makanan tambahan (nonfeeding Program) sebelum, saat dan setelah Feeding Program berakhir.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan pola konsumsi dan status gizi mahasiswa putra dan putri TPB IPB tahun 2005/2006 sebelum, saat dan setelah feeding program.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1.Menganalisis perbedaan kebiasaan makan, pengetahuan gizi, pola konsumsi, konsumsi pangan dan status gizi mahasiswa putra dan putri peserta feeding program dan nonfeeding sebelum, saat dan setelah feeding program berakhir 2.Menganalisis pengaruh kebiasaan makan, pengetahuan gizi, pola konsumsi, dan
konsumsi pangan terhadap status gizi mahasiswa putra dan putri peserta feeding program dan nonfeeding sebelum, saat dan setelah feeding program berakhir
Hipotesis
1.Ada perbedaan kebiasaan makan, pengetahuan gizi, pola konsumsi, konsumsi pangan dan status gizi antara mahasiswa putra dan putri peserta feeding program dengan mahasiswa putra dan putri nonfeeding sebelum, saat dan setelah feeding program berakhir
Manfaat Penelitian
Usia remaja berkisar antara 12 tahun sampai dengan 19 tahun akhir atau 20 tahun awal. Perubahan biologi merupakan tanda berakhirnya masa anak-anak. Sementara itu, pertumbuhan yang cepat pada berat dan tinggi badan merupakan awal dimulainya masa remaja. Sedangkan mahasiswa adalah seseorang yang mempunyai kisaran umur 17 – 22 tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa termasuk remaja akhir. Menurut Papalia dan Olds (1986), kondisi kejiwaan (psikologis) dan gaya hidup remaja adalah penyebab paling umum dari terjadinya masalah-masalah fisik. Ruang lingkup masalah tersebut adalah kebiasaan makan yang salah (eating disorders), pemakaian dan penyalahgunaan obat-obatan serta penyakit menular seksual.
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Sianturi, G. 2002). Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VIII) tahun 2004 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja laki-laki usia 16 sampai 18 tahun adalah 2600 kkal/hari, protein 65 g/hari, vitamin A 600 RE/hari, vitamin C 90 mg/hari dan zat besi (Fe) 15 mg/hari, sedangkan untuk perempuan energi 2200 kkal/hari. protein 55 g/hari, vitamin A 600 RE/hari, vitamin C 75 mg/hari dan zat besi (Fe) 26 mg/hari.
Kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Spear, 1996). Peningkatan kebutuhan zat besi (sampai 15%) selama remaja digunakan untuk pengembangan massa sel darah merah dan mioglobin, pertambahan jaringan otot baru, mengkonpensasi kehilangan darah akibat menstruasi yang menyebabkan remaja putri membutuhkan lebih banyak Fe (Riyadi, 1996).
yang diikuti dari usia 6 bulan sampai 14 tahun, berat badan selama balita berhubungan dengan kematangan dan tinggi badan saat remaja (Jhonston & Haddad, 1996).
Masa remaja merupakan masa pengembangan fisik dan sosial. Pada saat tersebut pemilihan makanan yang bergizi tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatannya sekarang tetapi sangat mempengaruhi kesehatannya di masa mendatang (Marlow, 2002).
Kebiasaan Makan Remaja
Mantra (1996) menyatakan bahwa status gizi berhubungan langsung dengan makanan dan kebiasaan makan dari individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Perbaikan gizi pada dasarnva adalah upaya merubah kebiasaan yang berhubungan dengan makanan pada individu, keluarga atau masyarakat secara keseluruhan untuk status gizi yang lebih baik.
Menurut Khumaidi (1989), kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia dan kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Selanjutnya Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan. seperti tata krama makan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan, kepercayaan terhadap makanan (misalnya: pantangan), penerimaan terhadap pangan dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan.
Kebiasaan makan yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan, konsumsi energi dan intik zat gizi, umumnya terbentuk pada masa kanak-kanak dan sebagian pada masa remaja. Walaupun rumah dan lingkungan sekolah memegang peranan terbesar dalam pembentukan pola konsumsi, namun terdapat peningkatan tendensi pada anak, terutama remaja, untuk memilih makanannya sendiri di luar rumah dan lingkungan sekolah. Namun tidak selamanya makanan yang dipilih tersebut sesuai dengan kaidah gizi yang seimbang (Khumaidi, 1989).
perbaikan gizi, harus dapat dicarikan upaya agar kebiasaan makan yang baik dapat dilestarikan dan kebiasaan makan yang jelek dapat digantikan dengan ide-ide baru untuk menunjang tercapainya kecukupan gizi (Khumaidi, 1989). Kebiasaan makan yang terdapat pada diri seseorang diperoleh melalui dua cara yaitu dipelajari dan tidak dipelajari (Sanjur, 1982). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan melalui pendidikan gizi yang diajarkan secara formal akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Perilaku makan yang tidak diperoleh memalui proses pendidikan biasanya diturunkan dari orangtua dan merupakan budaya.
Menurut Alexander (1994) kebiasaan makan sehat pada remaja masih jauh dari ideal. Remaja lebih suka mengkonsumsi fast food, snack, soft drink dan sebagainya yang pada umumnya rendah sumber vitamin dan mineral. Rickert (1996) menyebutkan ada tiga kebiasaan makan yang dilakukan remaja yaitu : (1) Mengurangi frekuensi makan (skipping meal). Salah satu kebiasaan makan remaja adalah mengurangi frekuensi makan seperti tidak makan pagi. Berdasarkan penelitian tentang kebiasaan makan pagi, ditemukan 50% remaja putri tidak makan pagi yang dihubungkan dengan tidak ada selera makan dan ketersediaan menu yang kurang memuaskan (Rickert, 1996); (2) Mengkonsumsi makanan ringan (snacking). Menurut Hurlock (1997) remaja suka makan jenis makanan ringan seperti kue-kue, permen dan lain-lain, sedangkan sayur-sayuran dan buah-buahan jarang dikonsumsi sehingga dalam dietnya rendah serat, zat besi dan vitamin C. Makan makanan ringan (cemilan) dapat menurunkan selera makan sehingga remaja yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan biasanya akan makan dengan porsi lebih sedikit, bahkan sering tidak makan. Beberapa studi mengungkapkan bahwa cemilan yang dikonsumsi remaja umumnya rendah serat, rendah kalori, rendah vitamin A, kalsium dan zat besi (Spear, 1996). (3) Mengkonsumsi makanan siap saji (fast food). Makanan siap saji atau fast food
Pengetahuan dan Sikap Gizi Remaja
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat (recall) kembali kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut di dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan (Sapp dan Jensen, 1997).
Pengetahuan gizi selalu berhubungan dengan makanan dan perbaikan gizi. Hasil penelitian Caliendo et al. (1997) menunjukkan bahwa penganekaragaman makanan pada anak-anak secara positif dan nyata berkorelasi dengan pengetahuan gizi ibunya. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi akan mempraktekkan pengetahuan yang mereka miliki melalui perilaku gizi yang baik. Tetapi pengetahuan gizi yang baik tidaklah selalu diikuti oleh perilaku gizi yang baik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya beli dan ketersediaan waktu untuk menyiapkan makanan (Schafer, et al. 1993).
Pengetahuan gizi akan mempengaruhi kebiasaan makan suatu masyarakat. Menurut Soesanto, et al (1989), tumbuhnya kebiasaan makan dalam masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat dalam memilih dan mengolah pangan sehari-hari. Yang termasuk dalam sumber-sumber pengetahuan dalam memilih dan mengolah pangan adalah : a) sistem sosial anggota keluarga yang bersumber secara turun-temurun dari orang tua; b) proses sosialisasi anggota keluarga dengan sistem sosial lain, misalnya melalui keikutsertaan dalam organisasi sosial/kemasyarakatan dan kegiatan mobilitas fisik keluar desa; dan c) interaksi anggota keluarga dengan media massa (radio, koran TV dan lain-lain).
perilaku perorangan, keluarga dan masyarakat agar semuanya mampu melestarikan perilaku hidup dan lingkungan yang sehat.
Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar berpengaruh terhadap sikapnya, termasuk gizi dan makanan (Sanjur, 1982).
Sikap merupakan suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikiran atau daya nalar yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu hal, sehingga secara langsung dapat mempengaruhi perilaku, begitu juga halnya dengan sikap terhadap gizi makanan (Wong, 1999). Sikap juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau obyek. Sikap belum tentu merupakan tindakan aktif tetapi masih merupakan predisposisi tingkah laku. Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Melalui kemampuan kognisi (kemampuan yang berkembang dengan pengenalan) akan timbul gagasan dan keyakinan terhadap obyek tertentu. Komponen afeksi akan memberikan penilaian emosional (senang atau tidak senang) terhadap obyek dan komponen konasi akan menentukan kesediaan untuk memberikan jawaban berupa tindakan. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan karena sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Pengalaman yang diperoleh seseorang ada yang dirasa menyenangkan atau sebaliknya tidak menyenangkan, sehingga timbul rasa suka atau tidak suka terhadap makanan dan selanjutnya dapat mempengaruhi pemilihan makanan. Menurut Sanjur (1982), sikap terhadap pemilihan makanan merupakan penggabungan antara sesuatu yang dipelajari dan dilihat, misalnya melalui berbagai iklan dan media massa.
sosial. Hasil penelitian Sartiningsih (1993) tentang perilaku konsumsi fast food
pada remaja di Bogor menunjukkan pada umumnya remaja yang mengkonsumsi
fast food memiliki lingkungan sosial sendiri yaitu keluarga dan teman dekat atau teman sekolah yang mendukung konsumsi fast food.
Pola Konsumsi dan Konsumsi Pangan Remaja
Menilai status gizi seseorang dapat dilihat dari pola konsumsi yang ada. Pola konsumsi seseorang tidak lepas dari kebiasaan makan yang dilakukannya. Kebiasaan makan seringkali merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan disusun berdasarkan data jenis pangan, frekuensi penggunaan serta banyaknya yang dimakan. Pola konsumsi pangan adalah jenis frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi yang umumnya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang (Suhardjo, 1989).
Kebiasaan makan dapat membentuk pola konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebiasaan makan, ketersediaan pangan, kesenangan, sosial budaya, agama, taraf ekonomi dan lingkungan (Suhardjo, 1989).
Status Gizi Remaja
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak baik (Riyadi, 2001).
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada masa remaja kebutuhan akan zat gizi mencapai maksimum. Kebutuhan zat gizi ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang cepat. Jika kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Mc Williams, 1980).
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Sianturi G, 2002). Menurut Husaini dan Husaini (1989), remaja pria membutuhkan lebih banyak zat-zat gizi dari remaja puteri karena itu Recommended Dietary Allowance
(RDA) untuk pria lebih tinggi daripada wanita. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari pangan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap harinya. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi pada usia remaja lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badannya dibanding orang dewasa. Tambahan ini dibutuhkan selain untuk pemeliharaan fungsi fisiologis juga untuk menunjang pertumbuhan yang optimal. (WKNPG, 2004).
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang cepat akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan remaja. Remaja yang mengalami gizi kurang, tumbuh lebih lambat dan umur menarche (umur pertama kali haid) juga tertunda (Spear, 1996). Massa tubuh yang rendah pada remaja putri berhubungan dengan menurunnya massa tulang pada masa dewasa awal dan dapat menyebabkan osteoporosis yang lebih besar pada pasca menopause (Riyadi, 2001).
gambaran tentang status energi dan protein seseorang pada kelompok usia tertentu (Suhardjo & Riyadi, 1990). Salah satu indikator yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah indikator IMT menurut umur. Menurut Riyadi (2001), indikator IMT menurut umur merupakan indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas, dan juga sejalan dengan indikator yang sudah direkomendasikan untuk orang dewasa, serta data referensi yang bermutu tinggi tentang indikator ini sudah tersedia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Remaja
Konsumsi Makanan
Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi (Supariasa et al, 2001). Menurut Soekirman (2000) manusia membutuhkan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan kesehatan. Zat gizi yang diperlukan oleh manusia terdapat pada makanan yang dikonsumsinya.
Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang, status gizi baik tercapai jika tubuh mendapat cukup zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin, sedangkan gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (Almatsier, 2001).
Keadaan Kesehatan
Sehat sejatinya adalah sehat secara fisik, sehat secara mental, dan sehat secara sosial. Derajat kesehatan dapat diukur dengan angka kesakitan, angka kematian, perilaku hidup sehat penduduk dan angka status gizi penduduk serta dihubungkan dengan berbagai upaya perbaikan kesehatan (Dainur, 1995).
imunitas (pertahanan tubuh) dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terkena penyakit infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pengetahuan , karena semakin tinggi pendidikan maka akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Pendidikan seseorang yang tinggi diharapkan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik sehingga memungkinkan dimilikinya informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan mempengaruhi konsumsi pangan melalui pemilihan bahan pangan (Sediaoetama, 1991).
Pengetahuan Gizi
Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu (Wingkel, 1994).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya pengetahuan gizi tidak selalu diikuti dengan praktek-praktek makan yang sehat (Sztainer et al, 1995). Penelitian Wang et al (2002) memberikan intervensi pengetahuan tentang pemilihan makanan rendah lemak, ketersediaan dan akses terhadap buah, jus dan sayur serta pengetahuan pada orangtua untuk memotivasi anak mengkonsumsi buah, jus dan sayur. Setelah intervensi terdapat peningkatan pengetahuan anak tentang manfaat buah, jus dan sayur untuk kesehatan dan meningkatnya ketersediaan buah, jus dan sayur di rumah. Menurut Irawati dan Fahrurrozi (1992) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan akan semakin baik pula keadaan gizinya.
perkembangan yang pesat. Pada masa ini pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan oleh orang lain (penyedia makanan di rumah) ataupun dirinya sendiri. Selanjutnya bila terjadi defisiensi zat gizi, akan dapat terlihat pada keadaan fisik, status kesehatan dan status gizi.
Secara tidak langsung status gizi mahasiswa dipengaruhi oleh karakteristik contoh (umur, status kesehatan, uang saku per bulan) dan karakteristik keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua), sedangkan secara langsung status gizi dipengengaruhi oleh pola konsumsi pangan dan konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan, pengetahuan gizi, dan ketersediaan makanan di kantin asrama pada saat contoh tinggal di asrama dan ketersediaan makanan di warung sekitar tempat kost dan kampus .
Kebiasaan makan berhubungan dengan pola konsumsi pangan seseorang (Suhardjo, 1989). Kebiasaan makan yang baik mendorong terpenuhinya kebutuhan gizi dimana pada kebiasaan makan yang baik, konsumsi pangan akan baik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi (Khumaidi, 1989). Konsumsi pangan yang baik akan tercermin dari pola konsumsi pangan dalam hal frekuensi dan jenis makanan. Jika remaja memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan.
Program pemberian makanan tambahan (PMT) atau Feeding Program
untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga dapat memperbaiki pola konsumsi pangan mahasiswa.
Cukup dan tidaknya konsumsi makanan ditentukan dengan menganalisis kandungan zat gizinya, kemudian dibandingkan dengan standar yang dianjurkan untuk mencapai suatu tingkat gizi dan kesehatan yang optimal. Standar yang dimaksud adalah angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan (Suhardjo, 1989).
Keterangan :
= diteliti = tidak diteliti
Pola konsumsi pangan Kebiasaan makan
Pengetahuan gizi Konsumsi pangan
Tingkat konsumsi zat gizi
Status gizi (IMT)
Sebelum FP
Kebiasaan makan Pola konsumsi pangan
Pengetahuan gizi
Ketersediaan makanan di kantin asrama Konsumsi pangan
Tingkat konsumsi zat gizi
Status gizi (IMT)
Saat FP Feeding Program
Pola konsumsi pangan Kebiasaan makan
Pengetahuan gizi Konsumsi pangan
Tingkat konsumsi zat gizi
Status gizi (IMT)
Setelah 2 bulan FP
berakhir
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perubahan Pola Konsumsi dan Status Gizi Mahasiswa Putra dan Putri TPB IPB Tahun 2005/2006 Peserta Feeding dan Nonfeeding Program Sebelum, Saat dan Setelah Feeding Program Berakhir
Putra peserta feeding program (FP)
Putra nonfeeding program
Putri peserta feeding program
Putri nonfeeding program
Karakteristik contoh Karakteristik keluarga
Penelitian ini menggunakan desain longitudinal study. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) karena di asrama putra dan putri
diadakan program pemberian makanan tambahan (PMT) atau Feeding Program.
Pengambilan data dilakukan tiga tahap yaitu, Tahap I : sebelum Feeding Program, Tahap II : setelah Feeding Program, dan Tahap III : 2 bulan setelah Feeding Program berakhir. Tahap I dan II dilakukan di asrama mahasiswa TPB IPB putra dan putri mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2006. Sedangkan Tahap III
dilakukan setelah mahasiswa keluar dari asrama TPB (tinggal di kost) pada bulan
Agustus sampai dengan September 2006.
Cara Pengambilan Contoh
Populasi contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra dan putri
tingkat persiapan bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun 2005/2006 yang
tinggal di asrama IPB dan mengikuti program pemberian makanan tambahan
(Feeding Program) dan mahasiswa yang tidak mengikuti program pemberian
makanan tambahan (Nonfeeding Program). Kriteria contoh yang masuk dalam
Feeding Program adalah memiliki indeks massa tubuh (IMT) ≤ 25.0, mendapat kiriman bulanan ≤ Rp. 500.000,- dan tidak menderita penyakit kronis. Jumlah
mahasiswa yang mengikuti Feeding Program ini sebanyak 497 orang yang terdiri dari 199 orang putra dan 298 orang putri.
Menurut Singarimbun (1995), bilamana teknik analisa yang digunakan
adalah untuk membandingkan antar kelompok, maka contoh yang harus diambil
untuk setiap kelompok minimal 30. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
diperoleh contoh sebanyak 100 orang yang dipilih secara acak sederhana yaitu 50
orang contoh yang mengikuti Feeding Program terdiri dari 20 orang putra dan 30
orang putri. Contoh yang tidak mengikuti Feeding Program sebanyak 50 orang
yang ditetapkan secara purposive sesuai dengan kriteria mahasiswa putra dan putri
yang mengikuti Feeding Program. Prosedur penarikan contoh digambarkan pada
Gambar 2. Bagan Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yang digunakan pada Tahap I dan II dikumpulkan oleh Tim Feeding Program
IPB. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, status kesehatan, uang
saku per bulan), karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
pendapatan orang tua), kebiasaan makan, pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan
(frekuensi dan jenis makanan), ketersediaan makanan di kantin asrama, konsumsi
pangan (recall 2x24 jam), dan status gizi (IMT). Pada Tahap III, data primer yang dikumpulkan adalah sama dengan data primer Tahap I dan II.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara contoh
menggunakan kuesioner. Pengumpulan data karakteristik contoh dan keluarga,
kebiasaan makan, ketersediaan makanan di kantin asrama dilakukan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Data pengetahuan gizi dan sikap tentang
keamanan pangan dikumpulkan dengan cara wawancara yang terdiri dari 40 butir
pertanyaan yaitu 20 pertanyaan dengan alternatif jawaban benar-salah, 10
pertanyaan multiple choice, dan 10 pertanyaan tentang sikap tentang keamanan 2743 orang mahasiswa putra dan
putri TPB IPB 2005/2006
497 orang mengikuti
Feeding Program
199 orang putra 298 orang putri
30 orang putri 20 orang putra
30 orang putri 20 orang putra
2246 orang tidak mengikuti
Feeding Program
pangan dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju (Lampiran 1). Pola
konsumsi pangan (frekuensi dan jenis makanan), diukur dengan metode food
frequency questionare (FFQ) dengan panduan tabel berisi daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaannya untuk perhari, perminggu dan perbulan. Konsumsi
pangan diukur menggunakan metode recall 2x24 jam dengan satu hari kuliah dan satu hari libur. Data status gizi yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) dikumpulkan
dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan
menggunakan timbangan injak merk Tanika, tingkat ketelitian 1 kg dan kapasitas
125 kg, sedangkan tinggi badan diukur menggunakan Microtoice merk Sakura
ketelitian 0.1 cm dan kapasitas 2 m.
Data sekunder meliputi jumlah mahasiswa TPB IPB Tahun 2005/2006
yang tinggal diasrama TPB IPB yang diperoleh dari Kantor BPA.
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer dan sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kemudian
diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia dengan
menggunakan program SPSS 11.0 for Windows. Perbedaan antar variabel
menggunakan uji beda t (Independent Samples T-test). Pengaruh antar variabel dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda (Alhusin, 2002). Jenis data,
Tabel 1 Jenis data, cara pengumpulan data dan pengolahan data
Jenis Data Cara Pengumpulan Data Pengolahan Data Karakteristik contoh dan keluarga
contoh:
• Umur
• Status kesehatan
• Uang saku per bulan
• Pendidikan Orangtua
• Pekerjaan orang tua
• Pendapatan orang tua
Wawancara langsung menggunakan kuesioner
Deskriptif
Kebiasaan makan :
• Frekuensi makan lengkap
• Kebiasaan sarapan
• Konsumsi protein nabati
• Konsumsi protein hewani
• Konsumsi jajanan/snack
• Konsumsi susu
• Konsumsi sayur
• Konsumsi buah
• Makanan pantangan
Wawancara langsung
• Skor kategori kebiasaan makan: Baik = ≥ 66.7
Sedang = 33.4-66.6 Jelek = <33.3 Pengetahuan dan sikap tentang
keamanan pangan
Pengisian kuesioner Baik = skor ≥ 80% Cukup = skor 60-80% Rendah = skor < 60% (Khomsan, 2000) Ketersediaan makanan di kantin asrama Wawancara langsung
menggunakan kuesioner
Deskriptif
Pola konsumsi pangan (frekuensi makan dan jenis pangan) :
• sumber karbohidrat (nasi, mie, roti)
• sumber protein hewani (ikan, daging, telur)
• sumber protein nabati (tahu dan tempe)
Jarang = dikonsumsi <3x/minggu Sering = dikonsumsi 3-6x/minggu Selalu = dikonsumsi >7x/minggu
Konsumsi pangan
• Recall 2 x 24 jam
Wawancara langsung menggunakan kuesioner sebanyak 2 kali yaitu 1 hari kuliah dan satu hari libur
• AKG pria : Energi 2600 kkal, Status gizi (IMT)
• Pengukuran tinggi badan (TB)
• Pengukuran berat badan (BB)
• Pengukuran langsung menggunakan Mikrotoise
Defenisi Operasional
1. Contoh adalah Mahasiswa IPB putra dan putri tingkat persiapan bersama
(TPB) IPB Tahun 2005/2006 yang tinggal di asrama TPB IPB yang ikut
dalam program PMT (Feeding Program) yang dilakukan oleh IPB-SEAFAST
Center maupun yang tidak mengikuti program PMT
2. Karakteristik mahasiswa meliputi usia, status kesehatan dan uang saku per
bulan
3. Karakteristik keluarga meliputi pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah
dan ibu dan pendapatan ayah dan ibu
4. Uang saku per bulan adalah banyaknya uang yang diterima contoh setiap
bulan baik dari orang tua, saudara atau beasiswa untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
5. Pola konsumsi pangan adalah frekuensi dan jenis makanan yang dikonsumsi
per hari, per minggu atau per bulan, kemudian diubah ke dalam frekuensi per
minggu meliputi pola konsumsi pangan sumber karbohidrat (nasi, mie, roti),
daging, ikan, telur, pangan sumber protein nabati (tahu, tempe), susu, sayuran,
buah-buahan, makanan jajanan (snack) dan suplemen
6. Kebiasaan makan adalah kebiasaan konsumsi pangan mahasiswa yang terdiri
dari frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi
pangan sumber protein hewani dan nabati, sayuran, buah-buahan, susu, dan
pantangan terhadap makanan
7. Pengetahuan gizi adalah tingkat pengetahuan mahasiswa yang berhubungan
dengan gizi, makanan, pertumbuhan dan kesehatan dengan skor baik > 80%,
cukup 60-80%, kurang < 60%
8. Ketersediaan makanan di kantin asrama adalah jenis makanan yang
tersedia di kantin asrama putra maupun putri
9. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
mahasiswa dalam satu hari dengan cara recall 2 x 24 jam pada satu hari kuliah dan satu hari libur, kemudian nilai gizi makanan dibandingkan dengan DKBM
Selanjutnya diubah dalam zat gizi energi, protein, zat besi, vitamin A dan
10.Status gizi remaja berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) adalah rasio dari
berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m2)
11.Feeding Program atau program pemberian makanan tambahan (PMT)
adalah suatu kegiatan pemberian makanan tambahan kepada mahasiswa putra
dan putri TPB IPB Tahun 2005/2006 yang tinggal diasrama berupa makanan
selingan (snack) seperti biskuit/kue/roti dan minuman (jus buah atau susu) yang mengandung energi ±300 kkal dan zat gizi mikro lainnya (zat besi dan
Umur
Populasi contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra dan putri tingkat
persiapan bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun 2005/2006 yang tinggal di
asrama IPB, mengikuti program pemberian makanan tambahan (Feeding Program)
yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor sebanyak 497 orang yang terdiri dari
199 orang putra dan 298 orang putri. Secara proporsional dan acak sederhana terpilih
50 orang peserta feeding program yang terdiri dari 20 orang mahasiswa putra dan 30
orang mahasiswa putri kemudian secara purposive dipilih 50 orang mahasiswa putra
dan putri yang tidak mengikuti feeding program sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Umur mahasiswa berkisar antara 18-19 tahun dengan rata-rata 18.93±0.26.
Sebagian besar mahasiswa putra dan putri berumur 19 tahun dengan persentase putra
berkisar antara 85.0-90.0% dan putri 90.0-93.3%. Sebaran contoh menurut umur
mahasiswa peserta feeding dan nonfeeding program disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran contoh menurut umur
Peserta Feeding Nonfeeding
Putra Putri Putra Putri Umur (Tahun)
n % n % n % n %
18
19
2
18
10.0
90.0 2
28
6.67
93.33 3
17
15.0
85.0 3
27
10.0
90.0
Total 20 100.0 30 100.0 20 100.0 30 100.0
Keadaan Kesehatan
Keadaan kesehatan merupakan keadaan yang dirasakan contoh (sehat atau
sakit) pada saat wawancara dilakukan. Keadaan kesehatan mahasiswa putra dan putri
baik peserta feeding maupun nonfeeding sebagian besar dalam keadaan sehat yaitu
keadaan sakit. Jenis penyakit yang diderita pada saat penelitian dilakukan adalah flu,
batuk, maag, demam, diare dan radang tenggorokan. Pada umumnya contoh tidak
mengobati penyakit yang sedang diderita, tetapi ada juga yang mengobati
penyakitnya dengan datang ke klinik atau membeli obat di warung. Keadaan
kesehatan mahasiswa putra dan putri dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran contoh menurut keadaan kesehatan
Peserta Feeding Nonfeeding
Putra Putri Putra Putri Keadaan
kesehatan
n % n % n % n %
Sehat
Sakit
17
3
85.0
15.0
25
5
83.33
16.67 17
3
85.0
15.0
28
2
93.33
6.67
Total 20 100.0 30 100.0 20 100.0 30 100.0
Uang Saku per Bulan
Uang saku per bulan adalah uang yang diterima contoh setiap bulan dari orang
tua, beasiswa atau sumber lainn yang digunakan sehari-hari untuk kebutuhan pangan
dan nonpangan . Jenis beasiswa yang diterima contoh adalah beasiswa POM
(Persatuan Orangtua Mahasiswa), student equity, PPA (Peningkatan Prestasi
Akademik) DKM Al-Hurriyah dan Beastudi Etos Dompet Duafa Republika,
sedangkan uang saku dari sumber lain berasal dari paman/tante dan saudara kandung.
Rata-rata uang saku mahasiswa putra dan putri peserta feeding dan putra nonfeeding
sebagian besar berkisar antara Rp 400.000-500.000, masing-masing persentasenya
secara berurut 60.0%, 46.67%, dan 75.0% sedangkan uang saku per bulan putri
nonfeeding lebih rendah yaitu 93.3% berkisar antara Rp 300.000-399.999 (Tabel 4).
Menurut Sumarwan (2003), jumlah pendapatan (untuk mahasiswa adalah uang saku)
akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang dibeli dan dikonsumsi oleh
seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa
akan menentukan jenis dan jumlah makanan yang akan dibeli dan merupakan faktor
paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan.
Tabel 4 Sebaran contoh menurut uang saku per bulan
Peserta Feeding Nonfeeding
Putra Putri Putra Putri Uang saku
Tingkat pendidikan orang tua bervariasi, mulai dari SD sampai perguruan
tinggi (PT). Persentase terbesar pendidikan orang tua mahasiswa putra dan putri
peserta feeding adalah SMA yaitu ayah 35.0% dan 50.0%, sedangkan ibu 30.0% dan
36.67%. Demikian juga untuk mahasiswa putra dan putri nonfeeding sebagian besar
pendidikan orang tua adalah SMA yaitu ayah 40.0% dan 46.67%, dan ibu 55.5% dan
40.0% (Tabel 5).
Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan orang tua contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi 11 macam
pekerjaan yaitu PNS, ABRI, swasta, wiraswasta, pensiunan PNS, guru,
purnawirawan, petani, nelayan, buruh, ibu rumah tangga (IRT) dan tidak bekerja.
Jenis pekerjaan ayah mahasiswa putra peserta feeding sebagian besar adalah petani
yaitu sebesar 25.0% dan putri peserta feeding adalah PNS sebesar 33.3%. Pekerjaan
ibu sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 60.0% dan 46.7%.
Persentase terbesar pekerjaan ayah mahasiswa putra dan putri nonfeeding adalah
PNS yaitu sebesar 40.0% dan 33.3%, pekerjaan ibu sama dengan mahasiswa peserta
Tabel 5 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua
Peserta Feeding Nonfeeding
Putra Putri Putra Putri Pendidikan
Tabel 6 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua
Peserta Feeding Nonfeeding
Pendapatan Orangtua
Pendapatan orang tua adalah gabungan pendapatan dari ayah dan ibu setiap
bulan. Pendapatan orang tua dikelompokkan menjadi empat yaitu < Rp 500.000, Rp
500.000-1.000.000, Rp 1.000.000-2.000.000, dan Rp 2.000.000-5.000.000. Pada
Tabel 7 terlihat persentase terbesar (45.0%) pendapatan orang tua mahasiswa putra
peserta feeding sebesar Rp 500.000-1.000.000, untuk putri peserta feeding 43.33%
berpendapatan Rp 1.000.000-2.000.000. Pendapatan orang tua mahasiswa putra
nonfeeding 45% berkisar antara Rp 1.000.000-2.000.000 dan putri nonfeeding 46.7%
berkisar antara Rp 2.000.000-5.000.000. Pendapatan orangtua mahasiswa putra dan
putri peserta nonfeeding program lebih besar daripada pendapatan orangtua
mahasiswa putra dan putri peserta feeding program. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain bergantung pada besar kecilnya pendapatan
keluarga atau pendapatan orangtua (Berg, 1986).
Tabel 7 Sebaran contoh menurut pendapatan orang tua
Peserta Feeding Nonfeeding
Putra Putri Putra Putri Pendapatan orangtua
(Rp)
n % n % n % n % < Rp.500.000
Rp 500.000-1.000.000 Rp 1.000.000-2.000.000
Rp 2.000.000-5.000.000
Kebiasaan Makan Remaja
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan
dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial
dan budaya. Kebiasaan makan mahasiswa putra dan putri meliputi frekuensi makan
dalam sehari, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi pangan sumber protein hewani
dan nabati, sayuran, buah-buahan, susu dan makanan pantangan. Kebiasaan makan
ini ditanyakan mulai dari sebelum, saat dan setelah 2 bulan pelaksanaan feeding
Kebiasaan Makan Mahasiswa Putra Peserta Feeding Program
Pada Tabel 8 terlihat sebelum pelaksanaan feeding program sebagian besar
(75%) frekuensi makan makanan lengkap mahasiswa putra peserta feeding sebanyak
3 kali/hari dan selalu (80.0%) sarapan, tetapi saat pelaksanaan feeding program
frekuensi makan 3 kali/hari turun menjadi 50% dan setelah feeding program berakhir
sebagian besar frekuensi makan mahasiswa putra peserta feeding program 2 kali/hari
sebesar 55.0%.
Saat pelaksanaan feeding program, persentase mahasiswa yang selalu sarapan
turun dari 80% menjadi 40% dan sedikit meningkat menjadi 45% setelah feeding
program berakhir. Menurut Khomsan (2002), anak yang tidak sarapan pagi akan
mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula darah akan menurun. Dampak
negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa
pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit
menerima pelajaran dengan baik, gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan
menurun.
Kebiasaan makan mahasiswa putra peserta feeding program mengalami
penurunan saat pelaksanaan feeding program, diduga karena PMT yang diberikan
cenderung menggantikan konsumsi pangan utama (konsumsi makanan lengkap dan
kebiasaan sarapan). Menurunnya frekuensi makan dan kebiasaan sarapan mahasiswa
putra peserta feeding program setelah 2 bulan feeding program berakhir diduga
karena semakin banyak kebutuhan nonpangan yang harus dipenuhi seperti biaya
kost, transportasi, kuliah, dan sebagainya. Kemungkinan lain adalah kesibukan kuliah
semakin padat sehingga waktu yang tersedia untuk membeli atau menyediakan
makanan menjadi lebih sedikit.
Mahasiswa putra peserta feeding selalu mengkonsumsi pangan sumber protein
nabati seperti tahu, tempe, oncom dan hasil olahan yaitu secara berurut sebelum 60%,
saat 50% dan setelah 2 bulan feeding program berakhir 55%, demikian juga dengan
pangan sumber protein hewani seperti daging, ikan, telur dan hasil olahannya yaitu
secara berurut sebelum 50%, saat 60% dan setelah 2 bulan feeding program berakhir
Persentase kategori selalu mengkonsumsi jajanan/snack meningkat saat feeding
program yaitu 10% menjadi 15% tetapi menurun menjadi 5% setelah 2 bulan feeding
program berakhir, sedangkan sebelum dan saat feeding program, mahasiswa putra
peserta feeding kadang-kadang (60% dan 55%) mengkonsumsi jajanan/snack dan
menjadi jarang (60%) setelah 2 bulan feeding program berakhir.
Tabel 8 Kebiasaan makan mahasiswa putra peserta feeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir
sebelum saat setelah Kebiasaan makan
n % n % n % Frekuensi makan lengkap:
a. 1 kali/hari Kebiasaan sarapan :
a. Selalu Konsumsi nabati :
a. Selalu Konsumsi hewani :
a. Selalu Konsumsi jajanan/snack :
a. Selalu Konsumsi susu :
a. Selalu Konsumsi sayur :
a. Selalu Konsumsi buah :
a. Selalu Makanan pantangan :
Sama halnya dengan susu, sebelum feeding program 15% dari jumlah
mahasiswa putra peserta feeding program selalu mengkonsumsi susu dan meningkat
menjadi 40% saat feeding program tetapi menurun menjadi 5% setelah 2 bulan
feeding program berakhir, sedangkan kategori jarang merupakan persentase terbesar
yaitu 60%. Konsumsi buah untuk kategori selalu cenderung meningkat saat
pelaksanaan feeding program yaitu dari 15% menjadi 50% tetapi menurun menjadi
20% setelah 2 bulan feeding program berakhir.
Meningkatnya konsumsi jajanan, susu dan buah ini karena adanya pemberian
makanan dalam feeding program berupa roti, kue, biskuit, susu, buah, jus buah, dan
sebagainya yang diberikan setiap hari secara bergantian, sedangkan menurunnya
konsumsi jajanan, susu dan buah setelah 2 bulan feeding program berakhir mungkin
disebabkan karena pada saat pelaksanaan feeding program mereka mendapat
makanan gratis sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli jenis
makanan tersebut, tetapi setelah feeding program berakhir mereka tidak memperoleh
makanan tambahan lagi sedangkan kebutuhan nonpangan seperti biaya kost,
transportasi, kuliah, dan sebagainya harus dipenuhi. Mereka kemudian mengurangi
frekuensi jenis pangan tertentu yang dianggap jika tidak dikonsumsi setiap hari sudah
dapat memenuhi kebutuhan makan, apalagi susu harganya relatif mahal bagi
mahasiswa untuk dikonsumsi setiap hari. Dapat dikatakan bahwa konsumsi makan
mahasiswa sangat tergantung dari banyaknya uang saku yang dimiliki. Jumlah dan
kualitas zat gizi yang masuk melalui makanan dapat dipengaruhi oleh pendapatan
(uang saku) yang dimiliki seseorang. Biasanya individu berpendapatan rendah akan
mengutamakan makanan kaya kalori (sumber karbohidrat) yang akan memberikan
rasa kenyang daripada faktor gizi dan selera (Martianto dan Ariani, 2004).
Kemampuan individu dalam penyediaan pangan dalam jumlah cukup dipengaruhi
oleh pendapatan dan daya beli yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan secara tidak
langsung pendapatan mempengaruhi pola konsumsi pangan individu (Suhardjo,
1989).
Mahasiswa putra peserta feeding program kadang-kadang mengkonsumsi sayur
kecil (30%) mahasiswa putra peserta feeding yang pantang terhadap beberapa jenis
makanan dengan alasan kesehatan, alergi atau tidak menyukai makanan tertentu
karena rasanya, aromanya, dan lain-lain. Jenis makanan yang dipantang seperti nenas,
durian, makanan yang pedas tidak dikonsumsi karena alasan menderita penyakit
maag, dan tidak mengkonsumsi telur, ikan, dan udang karena alasan alergi, tetapi
persentasenya menjadi lebih sedikit yaitu 5% setelah 2 bulan feeding program
berakhir. Hal ini mungkin disebabkan karena informasi dan pengetahuan gizi yang
telah diperoleh saat pelaksanaan feeding program tentang makanan yang sehat dan
bergizi membuat mereka mengetahui kebiasaan makan yang baik untuk menjaga
kondisi kesehatannya.
Tabel 9 terlihat bahwa sebelum pelaksanaan feeding program, kebiasaan
makan mahasiswa putra peserta feeding program 70% adalah baik, cukup 0% dan
kurang 30%. Saat pelaksanaan feeding program terjadi penurunan, kategori baik
25%, cukup 75% dan kurang menjadi 0%. Setelah 2 bulan feeding program berakhir
terjadi perubahan lagi yaitu kategori kebiasaan makan yang baik menjadi 0%, cukup
95% dan kurang 5%.
Tabel 9 Kategori kebiasaan makan mahasiswa putra peserta feeding program
sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir
Sebelum Saat Setelah Kebiasaan makan
Hasil uji t menunjukkan bahwa kebiasaan makan mahasiswa putra peserta
feeding program sebelum pelaksanaan feeding program berbeda nyata (p<0.05)
dengan saat pelaksanaan feeding program tetapi kebiasaan makan mahasiswa putra
peserta feeding program saat pelaksanaan feeding program tidak berbeda nyata
(p>0.05) dengan setelah 2 bulan feeding program berakhir. Kebiasaan makanan putra
hal ini terjadi karena PMT yang diberikan cenderung menggantikan konsumsi pangan
utama (konsumsi makanan lengkap dan kebiasaan sarapan). Jika dikaitkan antara
frekuensi makan dengan kebiasaan sarapan, terlihat frekuensi makan dan kebiasaan
sarapan menurun saat pelaksanaan feeding program, hal ini mungkin disebabkan
karena mahasiswa merasa sebagian kebutuhan makannnya dapat terpenuhi dari
produk makanan yang diberikan dalam feeding program. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Harahap, et al (1998) pada anak SD penerima PMT-AS yaitu kebiasaan
sarapan cenderung dikurangi pada hari PMT. Terjadi penurunan kebiasaan
makan/sarapan sebesar 1 - 8% pada anak penerima PMT, banyak anak yang biasanya
sarapan menjadi tidak sarapan. Kebiasaan makan adalah sesuatu yang dinamis dan
dapat berubah. Besar kecilnya perubahan tersebut tergantung pada intensitas dan
kekuatan faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan kebiasaan
makan (Suhardjo, 1989).
Kebiasaan Makan Mahasiswa Putra Nonfeeding Program
Pada Tabel 10 disajikan kebiasaan makan mahasiswa putra nonfeeding
sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir. Frekuensi konsumsi
makanan lengkap sebelum pelaksanaan feeding program 25% untuk 1 kali/hari, 45%
adalah 2 kali/hari dan 30% untuk 3 kali/hari. Saat pelaksanaan feeding program
terlihat adanya perubahan frekuensi makan dalam sehari yaitu frekuensi makan
1 kali/hari menjadi 5%, 2 kali/hari menurun menjadi 40% dan 3 kali/hari meningkat
menjadi 55%. Setelah 2 bulan feeding program berakhir terjadi perubahan lagi yaitu
frekuensi makan 1 kali/hari menjadi 25%, 2 kali/hari menjadi 55% dan 3 kali/hari
menjadi 20%. Sebelum feeding program, mahasiswa putra nonfeeding yang selalu
sarapan sebanyak 35% menjadi 65% pada saat pelaksanaan feeding program tetapi
turun menjadi 40% setelah 2 bulan feeding program berakhir.
Perubahan frekuensi makan lengkap dan kebiasaan sarapan pada saat feeding
program, kemungkinan disebabkan karena mahasiswa putra nonfeeding walaupun
tidak mendapat PMT tetapi mendapat penyuluhan gizi sehingga termotivasi untuk
ada dua faktor lain yang mendorong terjadinya perubahan perilaku. Pertama, faktor
internal yaitu dorongan dari dalam individu yang bersangkutan. Kedua, faktor
eksternal yaitu pengaruh lingkungan/dari luar individu sehingga timbul unsur-unsur
dan dorongan (motivasi) untuk berbuat sesuatu.
Tabel 10 Kebiasaan makan mahasiswa putra nonfeeding program sebelum, saat dan setelah 2 bulan feeding program berakhir
sebelum saat setelah Kebiasaan makan
n % n % n % Frekuensi makan lengkap:
a. 1 kali/hari Kebiasaan sarapan :
a. Selalu Konsumsi nabati :
a. Selalu Konsumsi hewani :
a. Selalu Konsumsi jajanan/snack :
a. Selalu Konsumsi susu :
a. Selalu Konsumsi sayur :
a. Selalu Konsumsi buah :
a. Selalu Makanan pantangan :