• Tidak ada hasil yang ditemukan

Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI

Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana

Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas

Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

DISA NURDANIA

090904070

Program Studi : Hubungan Masyarakat

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNITERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Disa Nurdania

NIM : 090904070

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI

(Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

Medan, 21 Agustus 2013

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Komunikasi,

Dra. Nurbani, M.Si. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.

NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281986012001

Dekan FISIP USU,

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil'alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Berkat, Rahmat dan Krunia-Nya maka peneliti

dapat menyelesaikan penyusuan Skripsi yang berjudul “Path dan Pengungkapan

diri” yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera

Utara.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan dari lubuk hati terdalam kepada

orang-orang terkasih terutama kepada orang tua tercinta, Papa Ir. Pamuncak

Chaniago dan Mama Erwati yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk

kesuksesan penulis, memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta

dukungan baik segi materil maupun moril. Begitu juga kepada saudara-saudara

tersayang, Kak Dira dan Kak Dita serta abang iparku, terima kasih atas segala

perhatian dan dukungannya selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan

tulisan ini dengan baik.

Pada kesempatan kali ini peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi.

3. Ibu Dra Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah

banyak membantu, mengarahkan dan juga membimbing penulis

selama proses pengerjaan skripsi ini sampai dengan selesai.

4. Bapak Prof. Suwardi Lubis, M. S. selaku dosen wali penulis yang telah

banyak memberikan pengarahan dan juga bimbingan selama masa

perkuliahan.

5. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi yang pernah

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh Staff di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak

(4)

7. Seluruh keluarga besar Maraganti

8. Penyemangat saya M. Azhar Harahap, S.Psi yang telah memberi

dukungan dan selalu mengajarkan kesabaran kepada penulis.

9. Sahabat kecilku Nadia, Mine, Aini, Dani, Uwi, Ayu, Lina dan

teman-teman Gen.2 Akselerasi lainnya.

10.Adik-adik baru-ku ataupun informan-informanku sudah bersedia

diganggu, terima kasih atas kerjasamanya.

11.Lalat tsetse; Petiong, Chia, Tami, Sinti, Rancek yang telah memberi

warna-warni hidup di masa perkuliahan.

12.Novi, Ira, Lily, Ayu, Farah, Noni yang telah mewarnai hidup

berseragam putih abu-abu penulis.

13.Kak Nata sebagai kakak senior yang telah berbaik hati bertukar pikiran

serta senior-senior ilmu komunikasi yang tidak dapat disebutkan

namanya.

Semoga Allah memberikan imbalan dan rakhmat-Nya atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Kiranya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2013

Peneliti

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial

Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi

warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik

pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti,

yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri

mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir

sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di

dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kata kunci:

Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 12

2.2 Kajian Pustaka ... 14

2.2.1 Komunikasi ... 14

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 16

2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.2.3 Media Baru dalam Berkomunikasi ... 20

2.2.3.1 Teori New Media ... 23

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ... 45

4.1.1 Profil Program Studi Ilmu Komputer ... 45

4.1.2 Proses Penelitian dan Hasil ... 46

4.1.3 Profil Informan ... 52

4.1.4 Pengungkapan diri Informan dalam Media Sosial Path ... 65

4.2 Pembahasan ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 87

DAFTAR REFERENSI ... 88

LAMPIRAN

- Biodata Peneliti

- Panduan dan Transkrip Wawancara

- Dokumentasi

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

1.1 Tampilan Path 7

1.2 Tampilan Path 7

1.3 Tampilan Path 7

2. 1 Model Hubungan lima tahap 19

2. 2 Fitur share Path 25

2.3 Jendela Johari 33

2.4 Tangga Hierarki Kebutuhan Maslow 35

3.1 Kerangka Analisis 40

4.1 Pengungkapan diri secara tatap muka 80

4.2 Pengungkapan diri yang dilakukan dengan media sosial 80

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Tabel Karakteristik Informan 64

(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial

Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi

warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik

pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti,

yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri

mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir

sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di

dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kata kunci:

Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial adalah manusia yang berinteraksi dan

berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Komunikasi merupakan alat dalam

berinteraksi. Melalui komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan emosional

dan meningkatkan kesehatan mentalnya. Hal ini dahulunya telah berhasil

dibuktikan oleh Kaisar Frederick II, penguasa Romawi abad ke-13 yang

melakukan percobaan terhadap bayi, hasil dari penelitian beliau tersebut berhasil

menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat hidup jika manusia tidak berinteraksi

dan tidak berkomunikasi (Floyd, 2012 : 5). Sedangkan komunikasi menurut

Hovland, Janis & Kelley dalam (Miller, 2005:4) adalah suatu proses dimana

seseorang atau yang biasa disebut komunikator menyampaikan stimulus (biasanya

dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku

orang-orang lainnya.

Harold D. Lasswell berpendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan

arti dari komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan, yang salah

satu diantaranya adalah : What In Which Channel? atau dengan saluran apa?.

Saluran yang biasanya disebut media, media yang di maksud disini adalah alat

yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator (sumber) kepada

komunikan (penerima) (Cangara, 2009: 19-25).

Media yang dapat digunakan manusia dalam berkomunikasi sangat

beragam. Manusia berkomunikasi pada saat ini dimudahkan oleh perkembangan

media komunikasi itu sendiri yang beriringan dengan perkembangan teknologi

komunikasi. Pada masa lalu media komunikasi masih terbatas, seperti media alat

indera manusia pada komunikasi tatap muka (face-to-face) dan media surat untuk melakukan komunikasi jarak jauh masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Pada saat ini media komunikasi telah berkembang pesat yang merupakan tanda

(12)

Sebagaimana hal yang diungkapkan oleh Alvin Toffler dalam (Ardianto,

2011: xiv) tentang perkembangan peradaban manusia yang memiliki tiga

gelombang terdiri dari era pertanian, industri dan era reformasi/komunikasi:

Gelombang pertama atau disebut gelombang pembaruan (800 SM-1500 M) pada

gelombang ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian yaitu

merubah dari kebiasaan berpindah-pindah menjadi menetap disatu tempat.

Gelombang kedua (1500 M-1970 M) adalah masyarakat industri, yang disebut

“manusia ekonomis” yang rakus yang lahir dari Renaissance (pencerahan Eropa).

Gelombang ketiga (1970-2000 M) adalah masyarakat informasi pada gelombang

ketiga ini kadang disebut Knowledge Age, pada gelombang ini ditandai dengan ditemukan dan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan

internet, manusia sudah mulai mampu berkomunikasi melalui kabel optik dalam

jaringan internet, manusia sudah mampu berkomunikasi online.

Perkembangan dari teknologi komunikasi, manusia berinteraksi dan

berkomunikasi tanpa harus bertatap muka (face-to-face), melainkan bisa melalui telepon dan media komunikasi yang sering digunakan pada masa ini adalah

berkomunikasi online dengan jaringan internet.“Internet merupakan sebuah

jaringan antar-komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara

terus-menerus berbentuk pesan-pesan elektronik” (Severin & Tankard, 2008: 6).

Kehadiran Internet membuat segalanya menjadi mudah, ekonomis dan

efisien. Salah satu alasan mengapa internet cukup diminati pada saat ini

dikarenakan internet sudah dapat diakses melalui telephone genggam sehingga memungkinkan untuk menggunakannya kapan saja dan dimana saja.

Didalam kehidupan, manusia berinteraksi dengan beberapa bentuk

komunikasi. Komunikasi yang sering digunakan oleh manusia salah satunya

adalah komunikasi antar pribadi atau disebut juga komunikasi interpersonal.

Komunikasi komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orang

orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito dalam

(Liliweri, 1997:12) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang lain orang dengan efek dan umpan balik

(13)

Pada masa ini manusia berkomunikasi antar pribadi tidak harus bertatap

muka seperti masa lampau. Penyampaian pesan antar pribadi dapat di mediasi

oleh perangkat komputer. Kehadiran internet telah melahirkan beberapa inovasi

yang dapat mempermudah manusia dalam penyampaian pesan komunikasi.

Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah memberi

sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi dengan

perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi

langsung. Walther telah menyadari fenomena yang telah terjadi dikehidupan

bersosial, bahwasannya manusia lebih tertarik berkomunikasi dengan perantara

komputer daripada komunikasi langsung

Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri

sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam (Rahardjo, 2011: 8-9) yang

menguraikan tiga ciri utama yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru

yaitu: interactivity, de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai

komponennya) saling berhubungan aktif untuk berbicara balik kepada

penggunanya hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah

percakapan. Dengan kata lain, sifat interaktif komunikasi melalui media baru yang

tingkatannya mendekati sifat interaktif komunikasi secara tatap muka. Media

komunikasi yang interaktif ini memungkinkan para partisipannya ataupun

penggunanya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih efektif, dan lebih

memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal. Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara partisipan yang terlibat

dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya perpindah dari produsen pesan

kepada konsumen media. Asynchronous bermakna bahwa teknologi komunikasi

baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan dan menerima pesan pada

waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu peserta.

Jejaring sosial atau media sosial (social media) merupakan salah satu inovasi dari internet yang merupakan media baru dan sangat diminati. Media

(14)

atau kesamaan latar belakang tertentu. Media sosial merupakan struktur sosial

yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Media sosial

menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai

dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Media sosial adalah

suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah

individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik

seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Layanan media sosialberupa berbasis

web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat

berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share music, share photo, share file, blog, dan diskusi grup.

Media sosial memungkinkan penggunanya mempunyai profil, melihat list

yang tersedia, serta mengundang teman atau menerima teman untuk bergabung.

Pada era ini media sosial merupakan media online yang sangat diminati dalam berkomunikasi. Media sosial merupakan hal yang wajib dimiliki oleh seseorang

pada masa ini. Tidak dapat dipungkiri pada saat ini setiap orang memiliki akun di

media sosial yang sedang menjadi trend, karena akun di media sosial tersebut dapat menjadi identitas dari penggunanya.

Untuk membuat sebuah akun di media sosial tidak membutuhkan dana,

hal ini yang menyebabkan media sosial banyak digunakan dari berbagai kalangan

dan menjadi sangat lumrah untuk dimiliki dalam (Luik, 2011: 113). Media sosial

mempermudahkan seseorang untuk memperluas pertemanan dari daerah yang

berbeda, baik itu berbeda Provinsi, Negara dan Benua. Namun, kecendrungan

pada masa ini yang penulis amati adalah kegunaan media sosial atau jejaring

sosial itu sendiri digunakan oleh penggunanya sebagai alat untuk pengungkapkan

diri. “Trenholm berpendapat bahwa seseorang memiliki beberapa pertimbangan

utama ketika berkomunikasi melalui internet yang sama seperti komunikasi tatap

muka (face-to-face), yaitu memiliki kesamaan sikap, saling menyukai satu sama

lain, saling melontarkan humor dan permainan kata-kata yang cerdas dan

self-disclosure” (http://repository.usu.ac.id).

Sebagaimana Johnson berpendapat pengungkapan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang

(15)

berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Supratiknya, 1995

: 14).

Pengungkapan diri atau self-disclosure di media sosial merupakan hal yang biasa dan lumrah pada saat ini, bahkan terkadang media sosial atau jejaring

sosial pada saat ini dibuat seperti catatan harian atau lebih seperti buku harian.

Apa yang dilakukan semua dapat dibagikan melalui media sosial atau jejaring

sosial ini. Apa yang di rasakan atau curahan hati soleh pengguna, lagi dimana,

dengan siapa, mau kemana dengan siapa semua diungkapkan dan diberitahukan

lewat media sosial atau jejaring sosial. Ketertarikan melakukan pengungkapan diri

di dalam media sosial tersebut, karena adanya kecendrungan psikologi

komunikator yang ingin mencari perhatian dan komentar dari komunikan. Hal ini

berlandaskan oleh banyak survey-survey yang dilakukan.

Seperti halnya hasil dari salah satu survey, yang telah di lakukan yakni

tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial sebagai tempat

mencurahkan isi hati. Jejaring sosial dinilai sebagai cara terbaik untuk

mendapatkan perhatian. Saat seseorang memperbarui status, sebenarnya mereka

ingin mendapatkan simpati dari orang lain (www.psikologizone.com).

Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Dr Ida Ruwaida, sosiolog dari Universitas Indonesia,yang berpendapat bahwa ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias katarsis lewat media sosial. Sementara, menurut Irwan Hidayana, antropolog dari Universitas Indonesia, ekspresi generasi muda lewat media sosial tidak terlepas dari faktor eksternal yang dialaminya. Misalnya, mereka tidak bisa mengekspresikan perasaannya pada lingkungan terdekatnya, termasuk orangtua. Orang yang tinggal di kos juga tidak bisa curhat pada keluarganya seleluasa orang yang tinggal bersama keluarga.“Seringkali kita menghadapi masalah yang memengaruhi suasana hati, misalnya macet, hujan, dan banjir. Padahal, kita tetap butuh ruang ekspresi. Karena keterbatasan ruang sosial, akhirnya media sosial jadi sarana curhat,” ujar Irwan yang merupakan antropolog dari Universitas Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa dunia maya pun punya kultur sendiri, yang terkadang justru membuat kita terjebak dalam masalah baru (http://female.kompas.com)

(16)

ini Path hanya bisa digunakan oleh pengguna gadget berbasis Android dan iOs. Layanan jejaring sosial Path didirikan oleh Dave Morin, mantan eksekutif Facebook. Path berhasil menyerang kelemahan Facebook yang telah disesaki oleh orang tidak dikenal serta penuh dengan informasi yang

kurang relevan. Situs jejaring sosial

maksimal 150 orang. Facebook yang semakin gencar menambahkan

aplikasi, merombak tampilan, memperluas fitur chatting, dan segalanya yang mendorong pengguna agar terhubung dengan pengguna lain. Namun,

Path hadir dengan kesederhanaan

Path sangat personal, Path menarik penggunanya untuk berbagi moment personal dalam hidup anda dengan teman-teman dalam kelompok kecil dibanding

jaringan luas hal ini merupakan salah perbedaan Path dengan media sosial

lainnya. Sebab pada saat ini seperti keluasan pertemanan di dalam media sosial

dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan pengguna itu sendiri. Seperti halnya

seseorang mem-posting sesuatu lalu dikomentar oleh orang yang tidak dikenalnya secara personal. “Path the smart journal that help you share life with the ones you love”

Path yang memiliki arti dalam bahasa yaitu “Jalan”. Diluncurkan pada bulan November 2010. Path telah berkembang untuk memasukkan lebih dari dua juta orang berbagi hidup dengan teman-teman dekat dan keluarga di seluruh dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di pusat kota San

Francisco

Didalam media sosial atau jejaring sosial Path pengguna / pemilik akun

dapat berbagi moment baik berupa tulisan di kolom What’s on your mind?.

Tulisan yang bisa dikomentari dengan emoticon yang tersedia tersenyum, sedih, tertawa seperti halnya media sosial atau jejaring sosial lainnya. Bangun tidur

maupun mau tidur dapat dibagikan di dalam Path dengan cara menyentuh icon

bergambar bulan sabit dan memilih pertanyaan Would you like to go to sleep?. Berbagi moment lokasi maksud dari lokasi disini seperti sedang berada dimana dan dengan siapa, hal ini bisa di-share di dalam Path dengan adanya google map yang tercantum di Path tersebut. Kelebihan lainnya adalah berbagi musik lagu-lagu terkenal kepada teman, video, film-film terkenal, dan juga foto dan dapat

(17)

Gambar1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3

Setiap postingan moment di dalam Path di jaga kerahasiannya sehingga lebih aman dan nyaman menggunakannnya. Bahkan, siapa teman yang melihat

postingan moment dari pengguna tersebut dapat terlihat di Path. Tampilan Path lebih simple dan menarik dikarenakan Path itu sendiri hanya digunakan oleh gadget berlayar sentuh sehingga dapat lebih menyenangkan menggunakannya dari pada media sosial atau jejaring sosial yang lainnya. Seperti halnya media sosial

yang sudah ada sebelumnya Path juga memiliki fitur untuk connect dengan media sosial lainnya yaitu Facebook, Twitter dan Foursquare. Moment yang di share

dalam Path dapat disambungkan dan secara otomatis dapat dishare ke media

sosial lainnya yang penggunanya miliki.

Batasan yang diberikan dalam penggunanya untuk bertemanan Path dapat memungkinkan bagi pengguna lebih selektif menerima pertemanan. Selektif

dalam menerima pertemanan dan hal ini memungkinkan si pemilik akun hanya

menerima orang-orang yang memiliki kedekatan pertemanan (personal

relationship) dengan si pemilik akun tersebut. Hal ini menyebabkan media sosial

Path dan yang akan berkomentar atas postingan moment dari si pemilik akun,

merupakan orang yang dikenal saja, tidak seperti media sosial atau jejaring sosial

(18)

profil pengguna, akan ada pemberitahuan kepada pengguna bahwa seorang teman

tersebut telah berkunjung untuk melihat profile pengguna.

Dibandingkan dengan banyak followers di Twitter yang tidak dibatasi,

banyak teman dan di media sosial yang mungkin tidak terlalu peduli

tentang hal yang biasanya pemilik akun lakukan sehari-hari. Hal ini adalah

keuntungan dan kelebihan dari aplikasi Path, yaitu merangkul kelompok jejaring sosial yang lebih kecil dan menikmati komunikasi yang lebih baik, nyaman dan

lebih peduli.

Penggunaan Path menjadi media sosial yang dapat menjadi ajang

pengungkapan diri seperti media sosial lain yang sebelumnya. Beberapa aplikasi

didalam Path tersebut yang memungkinkan seseorang untuk berbagi hal apa yang ia fikirkan, musik apa yang sedang ia dengarkan, film apa yang lagi ditonton,

berbagi foto dan video kepada orang yang memiliki pertemanan dengannya di

Path. Secara garis besar pengungkapan diri di media sosial Path lebih mengarah kepada orang-orang yang memiliki kedekatan interpersonal atau kedekatan

hubungan pribadi (personal relationship).

Sebagaimana dijelaskan oleh Verderber et al., dalam (Budyatna &

Ganiem, 2011: 36) personal relationship dimana ketika seseorang berhubungan dengan orang lain, mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan

berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Setiap individu juga

dapat menggolongkan orang lain ketika berhubungan menempatkan seseorang

tersebut sebagai kenalan, teman, dan sahabat kental atau sahabat dekat.

Awalnya Path dibuat sebagai cara untuk posting foto dan video kepada teman dan keluarga, aplikasi ini diluncurkan kembali pada bulan ini sebagai

sebuah “jurnal pintar” yang memungkinkan pengguna membagi lebih banyak hal

tentang kehidupan mereka. Wakil presiden perusahaan Path yaitu Matt Van Horn

mengungkapkan Path adalah jejaring yang lebih kecil yang dibangun untuk

orang-orang yang penggunanya cintai seperti teman dekat dan keluarga, Path

adalah tempat pengguna untuk membagikan konten yang lebih intim

(http://www.bisnis-jabar.com).

(19)

(iphone dan ipad) berhasil menjadi trend atau gaya hidup. Terlihat dari angka penjualan Android yang meningkat di Indonesia, yang perlahan menyingkirkan blackberry yaitu smartphone yang terkenal mendunia sebelumnya, yang digunakan oleh semua kalangan.

Menurut International Data Corporation (IDC) tahun 2012 menunjukkan

bahwa; Android di Indonesia berhasil menguasai 52% pangsa pasar

smartphone dalam negeri. Darwin Lie (Market Analyst for Client Devices,

IDC Indonesia) mengakatan bahwa pertumbuhan telepon berbasis Android

di Indonesia dipicu bukan cuma karena keterjangkauan dari sisi harga, banyaknya aplikasi yang ditawarkan serta makin populernya layar sentuh

ikut berpengaruh pada pertumbuhan Android

Gadget seperti handphone ataupun tablet berbasis Android, iphone dan ipad berbasis iOs sudah menjadi gaya hidup di Indonesia itu sendiri. Peneliti juga melihat Indonesia sangat tidak mau ketinggalan untuk berkomunikasi melalui

media sosial apapun itu, termasuk media sosial Path yang masih dikatakan baru. Indonesia merupakan salah satu Negara yang konsumtif akan media sosial, dari

semua kalangan dan golongan termasuk mahasiswa. Gadget termasuk di

dalamnya perangkat computer dan smartphone sudah menjadi “makanan” dan gaya hidup mahasiswa terlebih masyarakat di kota-kota besar

Manusia merupakan makhluk dinamis yang terus mengalami

perkembangan dan perubahan. Peneliti sadar akan adanya suatu fenomena dimana

kebanyakan mahasiswa yang memiliki gadget seperti Android, tablet, iphone dan ipad yang notabene mengunduh Path. Peneliti juga sadar bagaimana mahasiswa

khususnya mahasiswa Indonesia sangat konsumtif terhadap gadget dan

penggunaan media sosial itu sendiri. Mahasiswa Ilmu Komputer merupakan salah

satu penjurusan mahasiswa yang sadar akan adanya perkembangan teknologi.

Ilmu yang di pelajari oleh Mahasiswa Ilmu Komputer yang merupakan program

studi berkenaan dengan komputer dan teknologi informasi sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

(20)

masih terbilang media sosial yang baru digunakan untuk melakukan

Pengungkapan diri Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer di Fakultas Ilmu Komputer

dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

1.2Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah maka penulis mefokuskan masalah

penelitian ini, sebagai berikut: “Bagaimana Path digunakan sebagai media

pengungkapan diri mahasiswi program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera

Utara?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik pengguna Path pada mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui alasan penggunaan Path dikalangan mahasiswa/i program

studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

3. Mengetahui topik pengungkapan diri seperti apa yang diposting Path oleh mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna

dalam memperkaya khasanah penelitian Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan

pembaca khususnya Departemen Ilmu Komunikasi khususnya didalam

media sosial yang pada masa ini digunakan sebagai pengungkapan diri.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian

Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek.

Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan

perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang

memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang

secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan

orang dapat dinilai (Mulyana,2001:5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam

(Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu

seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti

melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu

kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.

Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh

teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang

menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam

pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma

konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap

realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif,

berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu

realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial,

sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman,

konteks dan waktu (Kriyantono,2006:51).

Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu

penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan

kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang

menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka

merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan

(22)

tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku

sosial yang diteliti.

Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan

interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam

pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring

melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan

pada teori dari George Kelly dalam (Budyatna dan Ganiem, 2011: 221) mengenai

konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa

orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan

peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah

alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem

kognitif individu.

Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam

komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep

tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu

berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya.

Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung

melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki

perbedaan secara kognitif , maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan

secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif

mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan

orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam

arti dapat memahami orang lain.

Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau

strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan

mengklasifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi

(23)

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Berbicara tentang komunikasi, haruslah mengerti bagaimana arti dari

komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi atau yang dalam bahasa inggris disebut

communication di ambil dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti “sama”. “Sama” disini memiliki maksud yakni memiliki makna yang sama. Ketika

seseorang sedang berkomunikasi dalam bentuk percakapan dengan lawan

bicaranya, hal ini dapat berlangsung jika keduanya memiliki kesamaan makna

mengenai apa yang diperbincangkan. Maksudnya disini mengerti dari bahasa dan

makna dari bahan yang diperbincangkan dalam komunikasi tersebut (Effendy,

2006: 9).

Sedangkan Harold D. Lasswell dalam (Cangara, 2009 : 19) memiliki

pendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan definisi komunikasi dengan

menjawab beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendefenisikan komunikasi tersebut yaitu: “Siapa yang menyampaikan, apa yang

disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (who?

Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Jika semua pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah terjawab maka hal tersebut merupakan

defenisi dari komunikasi. Jawaban dari setiap pertanyaan pertanyaan tersebut

dapat dijelaskan dengan melihat dari beberapa unsur-unsur komunikasi:

• Siapa yang menyampaikan? / Who?

Siapa yang menyampaikan? Merupakan kalimat lain dari: siapa

sumber/ siapa pengirim? (Who?). Siapa sumber atau siapa pengirim pesan yang dimana disebut dengan komunikator. Penelitian ini membahas

pengguna Path sebagai komunikator.

• Apa yang di sampaikan? / Says what?

Apa yang disampaikan? suatu yang disampaikan oleh pengirim

(komunikator) kepada penerima adalah Pesan. Pesan biasanya dapat

disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.

Penelitian ini membahas tentang pesan yang di posting oleh pengguna di

(24)

• Melalui saluran apa? In which channel?

Melalui saluran apa? Media yang dimaksud di sini ialah alat yang

digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Ada

yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya. Selain indra

manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram,

yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

Media dalam komunikasi masa adalah alat yang dapat

menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di

mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Berkat

perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi

massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik makin banyak

bentuknya, dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara

media komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Media komunikasi

sendiri berkembang sangat cepat yakni dengan kemunculan internet yang

merupakan media yang disebut-sebut sebagai media baru. Kemunculan

internet manusia berkomunikasi, sebagaimana peneliti tertarik untuk

meneliti sebuah media komunikasi yakni merupakan hasil inovasi dari

kehadiran internet yang dinamakan media sosial.

• Kepada siapa? To whom?

Kepada siapa pesan disampaikan oleh komunikator?. Penerima

adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

Penerima bisa terdiri dari satu orang atau bisa dalam bentuk kelompok,

partai atau Negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah

seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut

audience atau receiver. Penelitian ini membahas kepada penerima adalah teman pengguna dalam media sosial Path.

• Apa pengaruhnya? With what effect?

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Menurut De Fleur pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap

(25)

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi

interpersonal merupakan satu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito komunikasi antar pribadi

merupakan pengiriman pesan dari seseorang (komunikator) dan diterima oleh

orang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik (jawaban balasan dari

komunikan) yang langsung yang didapatkan oleh komunikator. Sementara hal ini

juga dikemukakan oleh Effendy bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan sama

seperti yang De Vito kemukakan. Namun, Effendy menjelaskan komunikasi antar

pribadi tersebut dianggap paling efektif ataupun paling berhasil dalam hal

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang

dialogis (Liliweri, 1997:12).

Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki definisi yang

mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap

muka, seperti halnya yang di ungkapkan oleh Rogers & Tan dalam (Liliweri,

1997: 12) yang mengungkapkan bahwasannya komunikasi antar pribadi

merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap

muka antara dua orang atau lebih. Sedangkan komunikasi antar pribadi menurut

Kathleen S. Verderber et.al, dalam (Budyatna & Ganiem,2011: 14) merupakan

proses dimana orang membuat ataupun menciptakan dan mengelola hubungan

mereka, dan melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik antara satu dengan

yang lain dalam menciptakan makna.

Komunikasi antar pribadi berdasarkan konteks yang dimilikinya

diungkapkan oleh Berger, Dainton & Stafford dalam (West & Turner, 2008: 36)

yang mengatakan bahwa yang dibahas dalam komunikasi antar pribadi tersebut

adalah bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia lainnya, seperti

bagaimana terciptanya suatu hubungan atau bagaimana suatu hubungan dimulai,

(26)

Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karaktersitik-karakteristik

yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II dalam (Budyatna & Ganiem,

2011:15) yaitu:

1) Komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang

2) Memiliki umpan balik langsung atau feedback dalam komunikasi

antarpribadi hampir selalu memiliki umpan balik langsung. Feedback

tersebut biasanya bersifat segera, nyata dan berkesinambungan.

3) Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak

terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk,

adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang

membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver

juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media

tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran

fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih

dimungkinkan.

4) Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran,

ketika seseorang. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan

segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang

dilakukannya merupakan sebagai isyarat-isyarat yang dapat

mempengaruhi anda.

5) Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect.Pengaruh atau efek disini

tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi

suau komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki

pengaruh.

6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan

kata-kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal.

7) Dipengaruhi oleh konteks

Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan-harapan

partisipan meliputi; jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa, dan kultur yang

(27)

8) Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan/kebiasaan atau

noise dapat bersifat external, internal, atau semantik.

2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi antar pribadi memiliki eskalasi hubungan. Ketika,

seseorang berkomunikasi antar pribadi, seseorang tersebut pastilah

menggolongkan lawan bicaranya. Seseorang dapat menggolongkan yang mana

sahabat, yang mana hanya teman biasa dsb. Bagaimana seseorang berhubungan

dan berkomunikasi dengan si A, si B, dan si C. Hubungan komunikasi antar

pribadi memiliki beberapa tahap baik itu dari teman biasa menjadi sahabat,

ataupun dari kekasih menjadi keluarga. Hubungan komunikasi antar pribadi

menurut Duck & Gilmour dalam (Budyatna & Ganiem, 2011:36) diartikan

sebagai sebuah serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu

sama lain.

Hubungan komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tahap yakni

menurut Duck, Bythe, Rawlins, Argyle dan Furnham, juga Sillars dan Scott

,Olson dan Cromwel dalam (Liliweri, 1997: 54-58) yaitu:

1) Tahap Perkenalan

Tahap perkenalan dibagi oleh Berger menjadi tiga kategori yang disebut:

(1) tahap pasif, yaitu tahap yang mengutamakan perhatian terhadap

komunikan tanpa menanyakan apa-apa, seluruh situasi dan kondisi tetap

sebagaimana apa adanya dan tidak dimanipulasi tahap ini ketika seseorang

memperhatikan seseorang, sebelum ia memutuskan akan berkomunikasi

atau tidak dengan seseorang; (2) tahap aktif, yaitu tahap mengajukan

pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan komunikan, komunikan

mulai memanipulasi situasi hubungan antarpribadi, tahap ini ketika

seseorang baru memulai komunikasi; dan (3) tahap interaktif, ialah tahap

memanipulasi komunikan agar komunikator bisa memperoleh informasi

melalui prilaku komunikan, tahap ini dimana sudah saling berkomunikasi

antara satu dengan yang lain, komunikasi yang terjalin aktif antara satu

(28)

2) Tahap persahabatan tahapan ini terjadi karena saling mengenal satu sama

lain dengan baik. Argyle dan Henderson mengemukakan, persahabatan

mempunyai beberapa fungsi, yaitu salng berbagi, selalu mendukung satu

sama lain, membantu jika diperlukan, menghibur dan sebagainya

3) Tahap keakraban dan keintiman pada tahapan ini terjadi karena dua

pribadi memiliki banyak kesamaan sehingga membuat hubungan mereka

menjadi satu bukan dua. Kelley menyebutkan keadaan seperti ini dapat

menumbuhkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.

4) Hubungan Suami dengan istri, setelah melewati beberapa tahap, tahap ini

dapat terjalin dengan adanya pernikahan.

5) Hubungan orang tua dan anak

6) Hubungan persaudaraan

De Vito (1997: 233) juga menjelaskan tahapan hubungan komunikasi antar

pribadi, yang saling tumpang tindih dengan hubungan komunikasi antar pribadi

diatas, yaitu:

Gambar 2.1 Model hubungan lima tahap.

Sumber: De Vito, 1997

1) Kontak. Tahap dimana pertama sekali bertemu sama halnya seperti tahap

perkenalan yang dikutip oleh liliweri. Pada tahap kontak yang

didefenisikan oleh De Vito ini beberapa persepsi alat indra digunakan.

Pada tahap ini jyga seseorang biasanya memutuskan untuk melanjutkan

hubungan atapun tidak sewaktu interaksi awal.

2) Keterlibatan. Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh,

(29)

juga mengungkapkan dirinya. Hal ini hampir sama dengan tahap

perkenalan menurut para ahli diatas.

3) Keakraban. Pada tahap keakraban, seseorang mengikat dirinya lebih jauh

pada orang ini. Pada tahap ini yang memungkinkan seseorang membina

hubungan primer (primary relationship) dimana terjalin hubungan sahabat baik ataupun kekasih.

4) Perusakan. Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan,

kerenggangan yang terjadi pada sebuah hubungan atau ketika ikatan di

antara kedua pihak lemah. Pada tahap perusakan ini terjadi perasaan

hubungan semakin jauh, atau sudah tidak sehat lagi. Jika tahap ini

berlanjut, maka akan memasuki tahap pemutusan.

5) Pemutusan. Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang

mempertalikan kedua pihak.

2.2.3 Media baru dalam berkomunikasi

Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri

sebagaimana diungkapkan Rogers (1986) yang menguraikan tiga ciri utama yang

menandai kehadiran teknologi komunikasi baru yaitu: interactivity,

de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai komponennya) untuk

berbicara balik kepada penggunanya hampir seperti seorang individu yang

berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Ungkapan yang lain, media baru

memiliki sifat interaktif yang tingkatannya mendekati sifat interaktif pada

komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Media komunikasi yang interaktif ini

memungkinkan para partisipannya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih

efektif, dan lebih memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal.

Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara

partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya

perpindah dari produsen pesan kepada konsumen media. Asynchronous bermakna

(30)

dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu

peserta (Rahardjo, 2011: 8-9).

Hal ini telah disadari oleh Liliweri (1997:59) yang telah dituangkan dalam

bukunya komunikasi antarpribadi tentang perubahan-perubahan komunikasi antar

pribadi dalam bidang teknologi. Ia mengatakan paling tidak dalam dua puluh

tahun pertama abad ke-20 ini sudah terjadi suatu kenyataan yang memperlihatkan

penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi elektronika. Teknologi

elektronika tersebut merupakan teknologi yang paling banyak mengemukakan

teknologi komunikasi. Menurut Bride , manusia dapat bertahan hidup sebagai

makhluk karena mampu mengorganisir, memperbaiki, mengembangkan dan

meluaskan cara berkomunikasi. Usaha ini terlihat dari cara manusia mengirimkan

pesan yang jelas melalui cara dan lain-lain (Liliweri, 1997: 59-60).

Tentu ada perubahan penting sehubungan dengan munculnya media baru,

berikut ini merupakan perubahan perubahan penting sehubungan dengan

munculnya media baru menurut McQuail (Rahardjo,2011 :15) :

1) Digitalisasi dan konvergensi semua aspek dari media

2) Interaktivitas dan konektivitas jejaring yang meningkat.

3) Mobilitas dan delokasi pengiriman dan penerimaan (pesan).

4) Adaptasi publikasi dan peran-peran khalayak.

5) Munculnya beragam bentuk baru dari media ‘gateway’, yaitu pintu masuk

untuk mengakses informasi pada Web atau untuk mengakses Web itu

tersendiri.

6) Fragmentasi dan kaburnya ‘institusi media’.

Lalu McQuail juga menguraikan ciri-ciri utama yang menandai perbedaan antara

media baru dengan media lama (konvensional) berdasakan perspektif pengguna

(Rahardjo,2011 :15-16 ):

1) Interactivity : diindikasikan oleh rasio responden atau inisiatif dari pengguna terhadap tawaran dari sumber (pengirim pesan).

2) Social presence (sociability): dialami oleg pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui pengggunaan sebuah

(31)

3) Autonomy: seorang pengguna merasa dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.

4) Playfulness: digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.

5) Privacy: diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/ atau isi yang dipilih.

6) Personalization: tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.

Perkembangan teknologi komunikasi membawa perubahan perubahan

ataupun evolusi dari teori komunikasi sebagai akibat langsung maupun tidak

langsung, berikut merupakan perubahan-perubahan yang dibawa oleh

perkembangan teknologi komunikasi (Rahardjo, 2011: 13) :

1) Dari pemusatan pada sumber dan pesan telah bergulir menuju pemusatan

pada penerima dan makna.

2) Dari arus komunikasi satu arah menuju arus sikuler atau spiral.

3) Dari tindak komunikasi statis menuju tindak komunikasi yang berorientasi

pada proses.

4) Dari sebuah penekanan yang ekslusif mengenai transmisi informasi

menuju penekanan pada interpretasi.

5) Dari public speaking menuju sebuah kerangka yang memperhatikan

komunikasi dalam beragam konteks: antarpribadi, kelompok, organisasi,

masyarakat, dan media.

Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah

memberi sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi

dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi

langsung. Walther juga memaparkan tiga faktor yang cenderung menjadikan

partner komunikasi via komputer lebih menarik yaitu:

1) E-mail dan jenis komputer lainnya memungkinkan presentasi diri yang

sangat selektif, dengan lebih sedikit penampilan atau perilaku yang tidak

diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan kata lain,

seseorang tidak harus kerepotan ketika berkomunikasi dengan orang lain

(32)

2) Orang yang terlibat dakan komunikasi via komputer kadang kala

mengalami proses atribusi yang berlebihan yang di dalamnya mereka

membangun kesan stereotype tentang partner mereka. Kesan-kesan ini

sering mengabaikan informasi negative, seperti kesalahan cetak,

kesalahan ketik dan sebagainya.

3) Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalamnya pesan-pesan postifif dari

seorang patner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan

satunya.

2.2.3.1 Teori New Media

Teori New Media merupakan teori yang lahir dari teknologi komunikasi

khususnya dunia maya yang dapat merubah masyarakat. Teori New Media

memberi perhatian kepada bentuk-bentuk bagaimana media tersebut digunakan

oleh masyarakat baik berupa informasi individu, kepemilikan penggetahuan

hingga interaksi. Pembahasan utama dalam teori new media ini adalah kekuatan

dari media dan dalam media itu sendiri, termasuk minat baru dalam karakteristik

penyebaran dan penyiaran media. Media baru memiliki sifat interaktif (saling

melakukan aksi antar hubungan) dan menciptakan sebuah pemahaman baru

tentang komunikasi antar pribadi.

Media baru dan media lama sangatlah berbeda. Melalui pendekatan

interaksi sosial dan itegritas sosial media baru dan media lama dapat dilihat

perbedaanya. Pendekatan interaksi sosial membedakan media dengan seberapa

mirip media tersebut dengan model interaksi tatap muka. Media yang lebih lama

memiliki peluang interaksi yang sedikit, media yang lebih menekankan

penyebaran informasi dan sedikit adanya interaksi yang diciptakan seperti halnya

radio, televisi. Sedangkan, media baru lebih memiliki interaksi didalamnya

komunikator dengan komunikan bebas berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini

yang membuat media baru menciptakan pemahaman baru tentang komunikasi

antar pribadi (Littlejohn & Foss, 2009: 413).

(33)

baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian kesamaan dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan masyarakat. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial, menciptakan peluang pengetahuan baru dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangan secara luas (Littlejohn & Foss, 2009:413).

Jelas saja berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan media baru tidak

seperti komunikasi tata muka. Media baru memberikan interaksi yang berbeda dan

baru yang membawa penggunanya kembali pada hubungan pribadi dengan cara

yang berbeda dan tidak dapat dilakukan oleh media yang sebelumnya. Pendekatan

Integritas sosial, pendekatan ini bercerita tentang media merupakan sebuah

“ritual” bagaimana manusia menggunakan media untuk menciptakan masyarakat.

Pada pendekatan ini bagaimana media menyatukan manusia kedalam bentuk

masyarakat dan memberi rasa saling memiliki antara satu dengan yang lainnya.

Media baru membuat seseorang merasa sebagai bagian dari sesuatu yang besar

dari dirinya, ketika media menjadi kebiasaan (Litllejohn & Foss, 2009: 414).

2.2.3.2 Uses and Gratification

Uses and Gratification ataupun pendekatan penggunaan, kepuasan dan

ketergantungan merupakan teori populer yang dimiliki komunikasi massa. Uses

and Gratification ini memiliki fokus pada konsumen- anggota audiens- ataupun

pengguna ketimbang pada pesannya. Seseorang bertanggung jawab dalam

memilih media yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Pandangan

ini beranggapan bahwa media merupakan satu-satunya faktor yang mendukung

bagaimana kebutuhan sesorang terpenuhi dan audiens dianggap sebagai perantara.

Pengguna (sebagai individu) yang tahu kebutuhan apa yang ia butuhkan, dan

memenuhinya dengan cara menggunakan media tertentu yang dapat memenuhi

kebutuhannya tersebut (Littlejohn & Foss, 2009: 426).

Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan uses and

gratification (Bungin, 2008: 286) :

1) Kondisi sosial psikologis seseorang

2) Kebutuhan yang menciptakan

3) Harapan-harapan terhadap

(34)

5) Perbedaan pola pengguna media (atau keterlibatan dalam aktivitas

lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan

6) Pemenuhan kebutuhan

7) Konsekuensi lainnya

2.2.3.3 Media sosial

Media sosial atau juga disebut jejaring sosial adalah salah satu platform

interaksi baru yang dimungkinkan dengan lahirnya web 2.0 yang bersifat

interaktif. Pengguna internet yang semulanya hanyalah sebagai khalayak yang

hanya bisa menyimak, sekarang bisa turut berpartisipasi (Melissa & Hamidati,

2011: 143).

Hal ini dikuatkan dengan Boyn dan Ellison yang telah mendefinisikan

situs jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan

perorangan untuk (1) membangun profil umum atau semi umum dalam satu

system yang terbatas, (2) menampilkan pengguna lainnya yang berkaitan dengan

mereka dan (3) melihat-lihat dan mengamati daftar koneksi yang mereka miliki

maypun daftar yang dibuat oleh pengguna lainnya dalam sistem tersebut (Melissa

& Hamidati, 2011: 144).

2.2.3.4 Path

Gambar 2.2 Tampilah fitur share pada Path

Sumbe

(35)

life — etchings carved in the walls of the Lascaux caves. This impulse remained but the avenues for expression expanded with the creation of the typewriter, the camera, the personal computer, and now, the cell phone and mobile device. From oral storytelling, to the epic poem, to the fable, to the novel — methods to record and share life transformed with new technologies and the cultural shifts inspired by each. With the Internet came the blog, social networks, and a new culture of public journaling. Now a new era is upon us, the mobile era, defined by the fact that we carry devices equipped with keyboards, cameras, music, location-tracking, and our loved ones just a button-press away. The mobile era is deserving of a new way to tell our stories — in a new network, in a new type of journal. The designers and engineers at Path have dreamed up and realized the Smart Journal — a journal that’s with you everywhere you go, posts entries without your effort, combines photo, video, music, people, places, and text, and most importantly, includes your loved ones. Path upholds the expectations for privacy of both the mobile phone and the journal with its limited, intimate, more personal network. On Path you can share your thoughts, the music you’re listening to, where you are, who you’re with, when you wake and when you sleep, and your photos and videos. For those of you who enjoy sharing on networks like Twitter, Foursquare, and Facebook, we’ve made it simple to check-in, upload photos and videos, and tweet directly from Path. A feature we call Automatic enables Path to learn about you as you go about your daily routine. You can optionally choose to have your Path updated with stories about your life — automatically. Path is a journal that writes itself.Path is the modern journal for the modern age. Welcome to the mobile era, welcome to Path.

Adapun value yang di miliki oleh Path adalah sebagai berikut:

1) Simple. Path menyediakan cara sederhana penggunanya untuk membuat jurnal kehidupan /catatan kehidupan penggunanya yang dimana saja bisa

digunakan.

2) Personal. Path membantu penggunanya untuk secara otentik mengekspresikan diri sendiri dan berbagi kehidupan pribadinya dengan

orang yang dicintainya.

3) Quality.Path menyediakan untuk pernggunanya dengan kualitas jaringan, pengalaman superior, dan performa tercepat.

4) Joy. Path menampilkan fitur yang menyenangkan untuk pengggunanya

melalui desain, informasi, dan komunikasi.

(36)

6) Private. Path adalah sesuatu yang di ciptakan dengan privasi. Penggunanya bisa mengkontrol privasi mengenai informasi dan

pengalaman hidupnya.

Path memiliki tujuan untuk membantu penggunanya mengembangkan

jaringan berkualitas tinggi untuk menghubungkan lebih mendalam dan berbagi

momen pribadi dengan teman-teman terdekat dan keluarga.Tujuan diciptakannya

Path adalah untuk membina hubungan yang berkualitas untuk menawarkan

kenyamanan untuk berbagi semua momen (http://service.path.com)

2.2.4 Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial (social penetration theory) merupakan teori yang menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Penetrasi sosial

merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak

dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab menjadi

komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih

dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk

intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan

aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat

bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan,

pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa

hubungan “melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat

penetrasi sosial” (West & Turner, 2008 : 196).

Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):

1) Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim

Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial

ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan

yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan

mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.

2) Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.

Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas.

Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan

(37)

3) Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan

disolusi.

Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri

(keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat

menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.

4) Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan.

Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim

dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain.

Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa

depan antara dua orang dan “membuat diri terbuka terhadap orang lain

memberikan kepuasan yang intristik”. Membuka diri dapat membuat

hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.

Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator

mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan

bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit

bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri

seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra

public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang

bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh

dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor

sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang

memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah

bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan

paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang

mengetahui.

Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West & Turner,

2008:205):

1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit

Tahap paling awal dari interaksi, disebut tahap orientasi, yang terjadi pada

tingkat publik; seseorang hanya sedikit mengenai dirinya yang terbuka

(38)

biasanya hanya hal-hal klise dan merupakan gambaran hal-hal yang

bersifat tidak akrab dari seorang individu. Dalam tahapan ini orang

biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial

dan berhati-hati tidak melanggar harapan sosial.

2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri

Merupakan tahapan dimana perluasan daerah publik dari diri dan terjadi

ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.

3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan

Pada tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang

intim. Dimana dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn

dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit

memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini

penggunaan personal idiom mulai muncul. 4) Pertukaran Stabil

Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran,

perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya

spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini

dibangunnya sebuah system komunikasi personal.

2.2.5 Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri atau pembukaan diri (self-disclosure) menurut Johnson adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang

kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang

berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri

berarti mengungkapkan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang

telah dikatakan yakni perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja

dialami atau disaksikan (Supratiknya, 1995: 14).

Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki arti pembicaraan mengenai

diri sendiri kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui apa yang

dipikirkan, dirasakan dan diinginkan oleh diri. Definisi tersebut sejalan dengan

pendapat DeVito bahwa pengungkapan diri merupakan sebuah tipe komunikasi

(39)

beritahukan atau disampaikan lewat komunikasi kepada orang lain (Jurnal

Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2)

Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi

keluasan (breadth), kedalaman (depth) dan target atau sasaran pengungkapan diri. Dimensi keluasan mengacu pada cakupan materi yang di ungkap dan semua

materi tersebut dijabarkan dalam enam kategori informasi tentang diri sendiri,

yaitu sikap dan pendapat; rasa dan minat; pekerjaan atau kuliah; uang;

kepribadian; dan tubuh. Dimensi kedalaman pengungkapan diri mengacu pada

empat tingkatan pengungkapan diri, yaitu: tidak pernah bercerita kepada orang

lain tentang aspek diri, berbicara secara umum, bercerita secara penuh dan sangat

mendetail, dan berbohong atau salah mengartikan aspek diri sendiri, sehingga

yang diberikan kepada orang lain berupa gambaran diri yang salah. Pada dimensi

orang yang dituju (target-person), sasaran pengungkapan diri terdiri atas lima orang yaitu ibu, ayah, teman pria, teman wanita, dan pasangan (Jurnal Psikologi

Universitas Diponegoro Vol.3 No.2).

De Vito mengindentifikasi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

pengungkapan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri tersebut

(De Vito,1997 : 62) :

1) Besar Kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok

kecil ketimbang dalam kelompok besar.

2) Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang-orang yang

disukai atau dicintainya. Ini tidak mengherankan, karena orang yang tidak

disukai (dan barang kali menyukai kita) akan bersikap mendukung dan

positif.

3) Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang

menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik

membuat seseorang menjadi aman dan nyatanya dapat memperkuat

perilaku pengungkapan diri seseorang.

4) Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan

pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten.

5) Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert

Gambar

Gambar1.1
Gambar 2.1 Model hubungan lima tahap.
Gambar 2.2 Tampilah fitur share pada Path
Gambar 2.3  Jendela Johari
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi awal, hasil rancangan sustainable building dan manfaat yang dihasilkan pada aspek lingkungan,

Maten yang dilipul dalam penelitian ini melipnti proID dess Ngadisan yang termaru salah sam dese di kliwasan komunitas Tengger. Oi samping itu juga diulas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada dasarnya dapat menjadi dua bagian yaitu faktor intrinsik atau faktor yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri

Bila dapat dikembangkan terapi yang sama multifacetnya seperti apa yang mendasari suatu stroke iskemik mungkin hasil terapi akan lebih baik. Sayangnya hingga saat ini

Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida atau tanpa..

Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis tiap butir pertanyaan berdasarkan kompetensi- kompetensi guru, yaitu kompetensi kepribadian sebagai pendidik sebanyak 83,33%,

Berdasarkan % N-gain yang dicapai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving pada topik Kinematika

I choose Private Practice as the source of my analysis because this television series has many conflicts among the characters that happen due to the non-observance of