PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI
Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana
Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas
Sumatera Utara
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
DISA NURDANIA
090904070
Program Studi : Hubungan Masyarakat
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNITERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Disa Nurdania
NIM : 090904070
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI
(Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)
Medan, 21 Agustus 2013
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi,
Dra. Nurbani, M.Si. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.
NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281986012001
Dekan FISIP USU,
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil'alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Berkat, Rahmat dan Krunia-Nya maka peneliti
dapat menyelesaikan penyusuan Skripsi yang berjudul “Path dan Pengungkapan
diri” yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera
Utara.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan dari lubuk hati terdalam kepada
orang-orang terkasih terutama kepada orang tua tercinta, Papa Ir. Pamuncak
Chaniago dan Mama Erwati yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk
kesuksesan penulis, memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta
dukungan baik segi materil maupun moril. Begitu juga kepada saudara-saudara
tersayang, Kak Dira dan Kak Dita serta abang iparku, terima kasih atas segala
perhatian dan dukungannya selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan
tulisan ini dengan baik.
Pada kesempatan kali ini peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi.
3. Ibu Dra Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah
banyak membantu, mengarahkan dan juga membimbing penulis
selama proses pengerjaan skripsi ini sampai dengan selesai.
4. Bapak Prof. Suwardi Lubis, M. S. selaku dosen wali penulis yang telah
banyak memberikan pengarahan dan juga bimbingan selama masa
perkuliahan.
5. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi yang pernah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Staff di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah banyak
7. Seluruh keluarga besar Maraganti
8. Penyemangat saya M. Azhar Harahap, S.Psi yang telah memberi
dukungan dan selalu mengajarkan kesabaran kepada penulis.
9. Sahabat kecilku Nadia, Mine, Aini, Dani, Uwi, Ayu, Lina dan
teman-teman Gen.2 Akselerasi lainnya.
10.Adik-adik baru-ku ataupun informan-informanku sudah bersedia
diganggu, terima kasih atas kerjasamanya.
11.Lalat tsetse; Petiong, Chia, Tami, Sinti, Rancek yang telah memberi
warna-warni hidup di masa perkuliahan.
12.Novi, Ira, Lily, Ayu, Farah, Noni yang telah mewarnai hidup
berseragam putih abu-abu penulis.
13.Kak Nata sebagai kakak senior yang telah berbaik hati bertukar pikiran
serta senior-senior ilmu komunikasi yang tidak dapat disebutkan
namanya.
Semoga Allah memberikan imbalan dan rakhmat-Nya atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Kiranya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, Agustus 2013
Peneliti
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial
Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi
warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik
pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti,
yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri
mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir
sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di
dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kata kunci:
Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
ABSTRAK ... vi
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 12
2.2 Kajian Pustaka ... 14
2.2.1 Komunikasi ... 14
2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 16
2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi ... 18
2.2.3 Media Baru dalam Berkomunikasi ... 20
2.2.3.1 Teori New Media ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ... 45
4.1.1 Profil Program Studi Ilmu Komputer ... 45
4.1.2 Proses Penelitian dan Hasil ... 46
4.1.3 Profil Informan ... 52
4.1.4 Pengungkapan diri Informan dalam Media Sosial Path ... 65
4.2 Pembahasan ... 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 85
5.2 Saran ... 87
DAFTAR REFERENSI ... 88
LAMPIRAN
- Biodata Peneliti
- Panduan dan Transkrip Wawancara
- Dokumentasi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
1.1 Tampilan Path 7
1.2 Tampilan Path 7
1.3 Tampilan Path 7
2. 1 Model Hubungan lima tahap 19
2. 2 Fitur share Path 25
2.3 Jendela Johari 33
2.4 Tangga Hierarki Kebutuhan Maslow 35
3.1 Kerangka Analisis 40
4.1 Pengungkapan diri secara tatap muka 80
4.2 Pengungkapan diri yang dilakukan dengan media sosial 80
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Tabel Karakteristik Informan 64
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial
Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi
warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik
pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti,
yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri
mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir
sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di
dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kata kunci:
Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Manusia sebagai mahluk sosial adalah manusia yang berinteraksi dan
berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Komunikasi merupakan alat dalam
berinteraksi. Melalui komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan emosional
dan meningkatkan kesehatan mentalnya. Hal ini dahulunya telah berhasil
dibuktikan oleh Kaisar Frederick II, penguasa Romawi abad ke-13 yang
melakukan percobaan terhadap bayi, hasil dari penelitian beliau tersebut berhasil
menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat hidup jika manusia tidak berinteraksi
dan tidak berkomunikasi (Floyd, 2012 : 5). Sedangkan komunikasi menurut
Hovland, Janis & Kelley dalam (Miller, 2005:4) adalah suatu proses dimana
seseorang atau yang biasa disebut komunikator menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya.
Harold D. Lasswell berpendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan
arti dari komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan, yang salah
satu diantaranya adalah : What In Which Channel? atau dengan saluran apa?.
Saluran yang biasanya disebut media, media yang di maksud disini adalah alat
yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima) (Cangara, 2009: 19-25).
Media yang dapat digunakan manusia dalam berkomunikasi sangat
beragam. Manusia berkomunikasi pada saat ini dimudahkan oleh perkembangan
media komunikasi itu sendiri yang beriringan dengan perkembangan teknologi
komunikasi. Pada masa lalu media komunikasi masih terbatas, seperti media alat
indera manusia pada komunikasi tatap muka (face-to-face) dan media surat untuk melakukan komunikasi jarak jauh masih membutuhkan waktu yang relatif lama.
Pada saat ini media komunikasi telah berkembang pesat yang merupakan tanda
Sebagaimana hal yang diungkapkan oleh Alvin Toffler dalam (Ardianto,
2011: xiv) tentang perkembangan peradaban manusia yang memiliki tiga
gelombang terdiri dari era pertanian, industri dan era reformasi/komunikasi:
Gelombang pertama atau disebut gelombang pembaruan (800 SM-1500 M) pada
gelombang ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian yaitu
merubah dari kebiasaan berpindah-pindah menjadi menetap disatu tempat.
Gelombang kedua (1500 M-1970 M) adalah masyarakat industri, yang disebut
“manusia ekonomis” yang rakus yang lahir dari Renaissance (pencerahan Eropa).
Gelombang ketiga (1970-2000 M) adalah masyarakat informasi pada gelombang
ketiga ini kadang disebut Knowledge Age, pada gelombang ini ditandai dengan ditemukan dan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan
internet, manusia sudah mulai mampu berkomunikasi melalui kabel optik dalam
jaringan internet, manusia sudah mampu berkomunikasi online.
Perkembangan dari teknologi komunikasi, manusia berinteraksi dan
berkomunikasi tanpa harus bertatap muka (face-to-face), melainkan bisa melalui telepon dan media komunikasi yang sering digunakan pada masa ini adalah
berkomunikasi online dengan jaringan internet.“Internet merupakan sebuah
jaringan antar-komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara
terus-menerus berbentuk pesan-pesan elektronik” (Severin & Tankard, 2008: 6).
Kehadiran Internet membuat segalanya menjadi mudah, ekonomis dan
efisien. Salah satu alasan mengapa internet cukup diminati pada saat ini
dikarenakan internet sudah dapat diakses melalui telephone genggam sehingga memungkinkan untuk menggunakannya kapan saja dan dimana saja.
Didalam kehidupan, manusia berinteraksi dengan beberapa bentuk
komunikasi. Komunikasi yang sering digunakan oleh manusia salah satunya
adalah komunikasi antar pribadi atau disebut juga komunikasi interpersonal.
Komunikasi komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orang
orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito dalam
(Liliweri, 1997:12) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain orang dengan efek dan umpan balik
Pada masa ini manusia berkomunikasi antar pribadi tidak harus bertatap
muka seperti masa lampau. Penyampaian pesan antar pribadi dapat di mediasi
oleh perangkat komputer. Kehadiran internet telah melahirkan beberapa inovasi
yang dapat mempermudah manusia dalam penyampaian pesan komunikasi.
Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah memberi
sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi dengan
perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi
langsung. Walther telah menyadari fenomena yang telah terjadi dikehidupan
bersosial, bahwasannya manusia lebih tertarik berkomunikasi dengan perantara
komputer daripada komunikasi langsung
Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri
sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam (Rahardjo, 2011: 8-9) yang
menguraikan tiga ciri utama yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru
yaitu: interactivity, de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai
komponennya) saling berhubungan aktif untuk berbicara balik kepada
penggunanya hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah
percakapan. Dengan kata lain, sifat interaktif komunikasi melalui media baru yang
tingkatannya mendekati sifat interaktif komunikasi secara tatap muka. Media
komunikasi yang interaktif ini memungkinkan para partisipannya ataupun
penggunanya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih efektif, dan lebih
memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal. Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara partisipan yang terlibat
dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya perpindah dari produsen pesan
kepada konsumen media. Asynchronous bermakna bahwa teknologi komunikasi
baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan dan menerima pesan pada
waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu peserta.
Jejaring sosial atau media sosial (social media) merupakan salah satu inovasi dari internet yang merupakan media baru dan sangat diminati. Media
atau kesamaan latar belakang tertentu. Media sosial merupakan struktur sosial
yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Media sosial
menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai
dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Media sosial adalah
suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah
individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Layanan media sosialberupa berbasis
web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat
berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share music, share photo, share file, blog, dan diskusi grup.
Media sosial memungkinkan penggunanya mempunyai profil, melihat list
yang tersedia, serta mengundang teman atau menerima teman untuk bergabung.
Pada era ini media sosial merupakan media online yang sangat diminati dalam berkomunikasi. Media sosial merupakan hal yang wajib dimiliki oleh seseorang
pada masa ini. Tidak dapat dipungkiri pada saat ini setiap orang memiliki akun di
media sosial yang sedang menjadi trend, karena akun di media sosial tersebut dapat menjadi identitas dari penggunanya.
Untuk membuat sebuah akun di media sosial tidak membutuhkan dana,
hal ini yang menyebabkan media sosial banyak digunakan dari berbagai kalangan
dan menjadi sangat lumrah untuk dimiliki dalam (Luik, 2011: 113). Media sosial
mempermudahkan seseorang untuk memperluas pertemanan dari daerah yang
berbeda, baik itu berbeda Provinsi, Negara dan Benua. Namun, kecendrungan
pada masa ini yang penulis amati adalah kegunaan media sosial atau jejaring
sosial itu sendiri digunakan oleh penggunanya sebagai alat untuk pengungkapkan
diri. “Trenholm berpendapat bahwa seseorang memiliki beberapa pertimbangan
utama ketika berkomunikasi melalui internet yang sama seperti komunikasi tatap
muka (face-to-face), yaitu memiliki kesamaan sikap, saling menyukai satu sama
lain, saling melontarkan humor dan permainan kata-kata yang cerdas dan
self-disclosure” (http://repository.usu.ac.id).
Sebagaimana Johnson berpendapat pengungkapan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang
berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Supratiknya, 1995
: 14).
Pengungkapan diri atau self-disclosure di media sosial merupakan hal yang biasa dan lumrah pada saat ini, bahkan terkadang media sosial atau jejaring
sosial pada saat ini dibuat seperti catatan harian atau lebih seperti buku harian.
Apa yang dilakukan semua dapat dibagikan melalui media sosial atau jejaring
sosial ini. Apa yang di rasakan atau curahan hati soleh pengguna, lagi dimana,
dengan siapa, mau kemana dengan siapa semua diungkapkan dan diberitahukan
lewat media sosial atau jejaring sosial. Ketertarikan melakukan pengungkapan diri
di dalam media sosial tersebut, karena adanya kecendrungan psikologi
komunikator yang ingin mencari perhatian dan komentar dari komunikan. Hal ini
berlandaskan oleh banyak survey-survey yang dilakukan.
Seperti halnya hasil dari salah satu survey, yang telah di lakukan yakni
tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial sebagai tempat
mencurahkan isi hati. Jejaring sosial dinilai sebagai cara terbaik untuk
mendapatkan perhatian. Saat seseorang memperbarui status, sebenarnya mereka
ingin mendapatkan simpati dari orang lain (www.psikologizone.com).
Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Dr Ida Ruwaida, sosiolog dari Universitas Indonesia,yang berpendapat bahwa ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias katarsis lewat media sosial. Sementara, menurut Irwan Hidayana, antropolog dari Universitas Indonesia, ekspresi generasi muda lewat media sosial tidak terlepas dari faktor eksternal yang dialaminya. Misalnya, mereka tidak bisa mengekspresikan perasaannya pada lingkungan terdekatnya, termasuk orangtua. Orang yang tinggal di kos juga tidak bisa curhat pada keluarganya seleluasa orang yang tinggal bersama keluarga.“Seringkali kita menghadapi masalah yang memengaruhi suasana hati, misalnya macet, hujan, dan banjir. Padahal, kita tetap butuh ruang ekspresi. Karena keterbatasan ruang sosial, akhirnya media sosial jadi sarana curhat,” ujar Irwan yang merupakan antropolog dari Universitas Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa dunia maya pun punya kultur sendiri, yang terkadang justru membuat kita terjebak dalam masalah baru (http://female.kompas.com)
ini Path hanya bisa digunakan oleh pengguna gadget berbasis Android dan iOs. Layanan jejaring sosial Path didirikan oleh Dave Morin, mantan eksekutif Facebook. Path berhasil menyerang kelemahan Facebook yang telah disesaki oleh orang tidak dikenal serta penuh dengan informasi yang
kurang relevan. Situs jejaring sosial
maksimal 150 orang. Facebook yang semakin gencar menambahkan
aplikasi, merombak tampilan, memperluas fitur chatting, dan segalanya yang mendorong pengguna agar terhubung dengan pengguna lain. Namun,
Path hadir dengan kesederhanaan
Path sangat personal, Path menarik penggunanya untuk berbagi moment personal dalam hidup anda dengan teman-teman dalam kelompok kecil dibanding
jaringan luas hal ini merupakan salah perbedaan Path dengan media sosial
lainnya. Sebab pada saat ini seperti keluasan pertemanan di dalam media sosial
dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan pengguna itu sendiri. Seperti halnya
seseorang mem-posting sesuatu lalu dikomentar oleh orang yang tidak dikenalnya secara personal. “Path the smart journal that help you share life with the ones you love”
Path yang memiliki arti dalam bahasa yaitu “Jalan”. Diluncurkan pada bulan November 2010. Path telah berkembang untuk memasukkan lebih dari dua juta orang berbagi hidup dengan teman-teman dekat dan keluarga di seluruh dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di pusat kota San
Francisco
Didalam media sosial atau jejaring sosial Path pengguna / pemilik akun
dapat berbagi moment baik berupa tulisan di kolom What’s on your mind?.
Tulisan yang bisa dikomentari dengan emoticon yang tersedia tersenyum, sedih, tertawa seperti halnya media sosial atau jejaring sosial lainnya. Bangun tidur
maupun mau tidur dapat dibagikan di dalam Path dengan cara menyentuh icon
bergambar bulan sabit dan memilih pertanyaan Would you like to go to sleep?. Berbagi moment lokasi maksud dari lokasi disini seperti sedang berada dimana dan dengan siapa, hal ini bisa di-share di dalam Path dengan adanya google map yang tercantum di Path tersebut. Kelebihan lainnya adalah berbagi musik lagu-lagu terkenal kepada teman, video, film-film terkenal, dan juga foto dan dapat
Gambar1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3
Setiap postingan moment di dalam Path di jaga kerahasiannya sehingga lebih aman dan nyaman menggunakannnya. Bahkan, siapa teman yang melihat
postingan moment dari pengguna tersebut dapat terlihat di Path. Tampilan Path lebih simple dan menarik dikarenakan Path itu sendiri hanya digunakan oleh gadget berlayar sentuh sehingga dapat lebih menyenangkan menggunakannya dari pada media sosial atau jejaring sosial yang lainnya. Seperti halnya media sosial
yang sudah ada sebelumnya Path juga memiliki fitur untuk connect dengan media sosial lainnya yaitu Facebook, Twitter dan Foursquare. Moment yang di share
dalam Path dapat disambungkan dan secara otomatis dapat dishare ke media
sosial lainnya yang penggunanya miliki.
Batasan yang diberikan dalam penggunanya untuk bertemanan Path dapat memungkinkan bagi pengguna lebih selektif menerima pertemanan. Selektif
dalam menerima pertemanan dan hal ini memungkinkan si pemilik akun hanya
menerima orang-orang yang memiliki kedekatan pertemanan (personal
relationship) dengan si pemilik akun tersebut. Hal ini menyebabkan media sosial
Path dan yang akan berkomentar atas postingan moment dari si pemilik akun,
merupakan orang yang dikenal saja, tidak seperti media sosial atau jejaring sosial
profil pengguna, akan ada pemberitahuan kepada pengguna bahwa seorang teman
tersebut telah berkunjung untuk melihat profile pengguna.
Dibandingkan dengan banyak followers di Twitter yang tidak dibatasi,
banyak teman dan di media sosial yang mungkin tidak terlalu peduli
tentang hal yang biasanya pemilik akun lakukan sehari-hari. Hal ini adalah
keuntungan dan kelebihan dari aplikasi Path, yaitu merangkul kelompok jejaring sosial yang lebih kecil dan menikmati komunikasi yang lebih baik, nyaman dan
lebih peduli.
Penggunaan Path menjadi media sosial yang dapat menjadi ajang
pengungkapan diri seperti media sosial lain yang sebelumnya. Beberapa aplikasi
didalam Path tersebut yang memungkinkan seseorang untuk berbagi hal apa yang ia fikirkan, musik apa yang sedang ia dengarkan, film apa yang lagi ditonton,
berbagi foto dan video kepada orang yang memiliki pertemanan dengannya di
Path. Secara garis besar pengungkapan diri di media sosial Path lebih mengarah kepada orang-orang yang memiliki kedekatan interpersonal atau kedekatan
hubungan pribadi (personal relationship).
Sebagaimana dijelaskan oleh Verderber et al., dalam (Budyatna &
Ganiem, 2011: 36) personal relationship dimana ketika seseorang berhubungan dengan orang lain, mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Setiap individu juga
dapat menggolongkan orang lain ketika berhubungan menempatkan seseorang
tersebut sebagai kenalan, teman, dan sahabat kental atau sahabat dekat.
Awalnya Path dibuat sebagai cara untuk posting foto dan video kepada teman dan keluarga, aplikasi ini diluncurkan kembali pada bulan ini sebagai
sebuah “jurnal pintar” yang memungkinkan pengguna membagi lebih banyak hal
tentang kehidupan mereka. Wakil presiden perusahaan Path yaitu Matt Van Horn
mengungkapkan Path adalah jejaring yang lebih kecil yang dibangun untuk
orang-orang yang penggunanya cintai seperti teman dekat dan keluarga, Path
adalah tempat pengguna untuk membagikan konten yang lebih intim
(http://www.bisnis-jabar.com).
(iphone dan ipad) berhasil menjadi trend atau gaya hidup. Terlihat dari angka penjualan Android yang meningkat di Indonesia, yang perlahan menyingkirkan blackberry yaitu smartphone yang terkenal mendunia sebelumnya, yang digunakan oleh semua kalangan.
Menurut International Data Corporation (IDC) tahun 2012 menunjukkan
bahwa; Android di Indonesia berhasil menguasai 52% pangsa pasar
smartphone dalam negeri. Darwin Lie (Market Analyst for Client Devices,
IDC Indonesia) mengakatan bahwa pertumbuhan telepon berbasis Android
di Indonesia dipicu bukan cuma karena keterjangkauan dari sisi harga, banyaknya aplikasi yang ditawarkan serta makin populernya layar sentuh
ikut berpengaruh pada pertumbuhan Android
Gadget seperti handphone ataupun tablet berbasis Android, iphone dan ipad berbasis iOs sudah menjadi gaya hidup di Indonesia itu sendiri. Peneliti juga melihat Indonesia sangat tidak mau ketinggalan untuk berkomunikasi melalui
media sosial apapun itu, termasuk media sosial Path yang masih dikatakan baru. Indonesia merupakan salah satu Negara yang konsumtif akan media sosial, dari
semua kalangan dan golongan termasuk mahasiswa. Gadget termasuk di
dalamnya perangkat computer dan smartphone sudah menjadi “makanan” dan gaya hidup mahasiswa terlebih masyarakat di kota-kota besar
Manusia merupakan makhluk dinamis yang terus mengalami
perkembangan dan perubahan. Peneliti sadar akan adanya suatu fenomena dimana
kebanyakan mahasiswa yang memiliki gadget seperti Android, tablet, iphone dan ipad yang notabene mengunduh Path. Peneliti juga sadar bagaimana mahasiswa
khususnya mahasiswa Indonesia sangat konsumtif terhadap gadget dan
penggunaan media sosial itu sendiri. Mahasiswa Ilmu Komputer merupakan salah
satu penjurusan mahasiswa yang sadar akan adanya perkembangan teknologi.
Ilmu yang di pelajari oleh Mahasiswa Ilmu Komputer yang merupakan program
studi berkenaan dengan komputer dan teknologi informasi sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
masih terbilang media sosial yang baru digunakan untuk melakukan
Pengungkapan diri Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer di Fakultas Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
1.2Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah maka penulis mefokuskan masalah
penelitian ini, sebagai berikut: “Bagaimana Path digunakan sebagai media
pengungkapan diri mahasiswi program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera
Utara?”
1.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik pengguna Path pada mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
2. Mengetahui alasan penggunaan Path dikalangan mahasiswa/i program
studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
3. Mengetahui topik pengungkapan diri seperti apa yang diposting Path oleh mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna
dalam memperkaya khasanah penelitian Ilmu Komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan
pembaca khususnya Departemen Ilmu Komunikasi khususnya didalam
media sosial yang pada masa ini digunakan sebagai pengungkapan diri.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian
Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek.
Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan
perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang
memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang
secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan
orang dapat dinilai (Mulyana,2001:5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam
(Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu
seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti
melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu
kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.
Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh
teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang
menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam
pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma
konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap
realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif,
berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu
realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial,
sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman,
konteks dan waktu (Kriyantono,2006:51).
Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.
Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan
kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang
menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka
merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan
tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku
sosial yang diteliti.
Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan
interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam
pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring
melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan
pada teori dari George Kelly dalam (Budyatna dan Ganiem, 2011: 221) mengenai
konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa
orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan
peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah
alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem
kognitif individu.
Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam
komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep
tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu
berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya.
Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung
melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki
perbedaan secara kognitif , maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan
secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif
mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan
orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam
arti dapat memahami orang lain.
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau
strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan
mengklasifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi
2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi
Berbicara tentang komunikasi, haruslah mengerti bagaimana arti dari
komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi atau yang dalam bahasa inggris disebut
communication di ambil dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti “sama”. “Sama” disini memiliki maksud yakni memiliki makna yang sama. Ketika
seseorang sedang berkomunikasi dalam bentuk percakapan dengan lawan
bicaranya, hal ini dapat berlangsung jika keduanya memiliki kesamaan makna
mengenai apa yang diperbincangkan. Maksudnya disini mengerti dari bahasa dan
makna dari bahan yang diperbincangkan dalam komunikasi tersebut (Effendy,
2006: 9).
Sedangkan Harold D. Lasswell dalam (Cangara, 2009 : 19) memiliki
pendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan definisi komunikasi dengan
menjawab beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendefenisikan komunikasi tersebut yaitu: “Siapa yang menyampaikan, apa yang
disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (who?
Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Jika semua pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah terjawab maka hal tersebut merupakan
defenisi dari komunikasi. Jawaban dari setiap pertanyaan pertanyaan tersebut
dapat dijelaskan dengan melihat dari beberapa unsur-unsur komunikasi:
• Siapa yang menyampaikan? / Who?
Siapa yang menyampaikan? Merupakan kalimat lain dari: siapa
sumber/ siapa pengirim? (Who?). Siapa sumber atau siapa pengirim pesan yang dimana disebut dengan komunikator. Penelitian ini membahas
pengguna Path sebagai komunikator.
• Apa yang di sampaikan? / Says what?
Apa yang disampaikan? suatu yang disampaikan oleh pengirim
(komunikator) kepada penerima adalah Pesan. Pesan biasanya dapat
disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
Penelitian ini membahas tentang pesan yang di posting oleh pengguna di
• Melalui saluran apa? In which channel?
Melalui saluran apa? Media yang dimaksud di sini ialah alat yang
digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Ada
yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya. Selain indra
manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram,
yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.
Media dalam komunikasi masa adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di
mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Berkat
perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi
massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik makin banyak
bentuknya, dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara
media komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Media komunikasi
sendiri berkembang sangat cepat yakni dengan kemunculan internet yang
merupakan media yang disebut-sebut sebagai media baru. Kemunculan
internet manusia berkomunikasi, sebagaimana peneliti tertarik untuk
meneliti sebuah media komunikasi yakni merupakan hasil inovasi dari
kehadiran internet yang dinamakan media sosial.
• Kepada siapa? To whom?
Kepada siapa pesan disampaikan oleh komunikator?. Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau bisa dalam bentuk kelompok,
partai atau Negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut
audience atau receiver. Penelitian ini membahas kepada penerima adalah teman pengguna dalam media sosial Path.
• Apa pengaruhnya? With what effect?
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Menurut De Fleur pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi
interpersonal merupakan satu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito komunikasi antar pribadi
merupakan pengiriman pesan dari seseorang (komunikator) dan diterima oleh
orang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik (jawaban balasan dari
komunikan) yang langsung yang didapatkan oleh komunikator. Sementara hal ini
juga dikemukakan oleh Effendy bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan sama
seperti yang De Vito kemukakan. Namun, Effendy menjelaskan komunikasi antar
pribadi tersebut dianggap paling efektif ataupun paling berhasil dalam hal
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang
dialogis (Liliweri, 1997:12).
Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki definisi yang
mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap
muka, seperti halnya yang di ungkapkan oleh Rogers & Tan dalam (Liliweri,
1997: 12) yang mengungkapkan bahwasannya komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap
muka antara dua orang atau lebih. Sedangkan komunikasi antar pribadi menurut
Kathleen S. Verderber et.al, dalam (Budyatna & Ganiem,2011: 14) merupakan
proses dimana orang membuat ataupun menciptakan dan mengelola hubungan
mereka, dan melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik antara satu dengan
yang lain dalam menciptakan makna.
Komunikasi antar pribadi berdasarkan konteks yang dimilikinya
diungkapkan oleh Berger, Dainton & Stafford dalam (West & Turner, 2008: 36)
yang mengatakan bahwa yang dibahas dalam komunikasi antar pribadi tersebut
adalah bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia lainnya, seperti
bagaimana terciptanya suatu hubungan atau bagaimana suatu hubungan dimulai,
Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karaktersitik-karakteristik
yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II dalam (Budyatna & Ganiem,
2011:15) yaitu:
1) Komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang
2) Memiliki umpan balik langsung atau feedback dalam komunikasi
antarpribadi hampir selalu memiliki umpan balik langsung. Feedback
tersebut biasanya bersifat segera, nyata dan berkesinambungan.
3) Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak
terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk,
adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang
membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver
juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media
tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran
fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih
dimungkinkan.
4) Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran,
ketika seseorang. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan
segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang
dilakukannya merupakan sebagai isyarat-isyarat yang dapat
mempengaruhi anda.
5) Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect.Pengaruh atau efek disini
tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi
suau komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki
pengaruh.
6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata
Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan
kata-kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal.
7) Dipengaruhi oleh konteks
Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan-harapan
partisipan meliputi; jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa, dan kultur yang
8) Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan/kebiasaan atau
noise dapat bersifat external, internal, atau semantik.
2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi
Berkomunikasi antar pribadi memiliki eskalasi hubungan. Ketika,
seseorang berkomunikasi antar pribadi, seseorang tersebut pastilah
menggolongkan lawan bicaranya. Seseorang dapat menggolongkan yang mana
sahabat, yang mana hanya teman biasa dsb. Bagaimana seseorang berhubungan
dan berkomunikasi dengan si A, si B, dan si C. Hubungan komunikasi antar
pribadi memiliki beberapa tahap baik itu dari teman biasa menjadi sahabat,
ataupun dari kekasih menjadi keluarga. Hubungan komunikasi antar pribadi
menurut Duck & Gilmour dalam (Budyatna & Ganiem, 2011:36) diartikan
sebagai sebuah serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu
sama lain.
Hubungan komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tahap yakni
menurut Duck, Bythe, Rawlins, Argyle dan Furnham, juga Sillars dan Scott
,Olson dan Cromwel dalam (Liliweri, 1997: 54-58) yaitu:
1) Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan dibagi oleh Berger menjadi tiga kategori yang disebut:
(1) tahap pasif, yaitu tahap yang mengutamakan perhatian terhadap
komunikan tanpa menanyakan apa-apa, seluruh situasi dan kondisi tetap
sebagaimana apa adanya dan tidak dimanipulasi tahap ini ketika seseorang
memperhatikan seseorang, sebelum ia memutuskan akan berkomunikasi
atau tidak dengan seseorang; (2) tahap aktif, yaitu tahap mengajukan
pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan komunikan, komunikan
mulai memanipulasi situasi hubungan antarpribadi, tahap ini ketika
seseorang baru memulai komunikasi; dan (3) tahap interaktif, ialah tahap
memanipulasi komunikan agar komunikator bisa memperoleh informasi
melalui prilaku komunikan, tahap ini dimana sudah saling berkomunikasi
antara satu dengan yang lain, komunikasi yang terjalin aktif antara satu
2) Tahap persahabatan tahapan ini terjadi karena saling mengenal satu sama
lain dengan baik. Argyle dan Henderson mengemukakan, persahabatan
mempunyai beberapa fungsi, yaitu salng berbagi, selalu mendukung satu
sama lain, membantu jika diperlukan, menghibur dan sebagainya
3) Tahap keakraban dan keintiman pada tahapan ini terjadi karena dua
pribadi memiliki banyak kesamaan sehingga membuat hubungan mereka
menjadi satu bukan dua. Kelley menyebutkan keadaan seperti ini dapat
menumbuhkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.
4) Hubungan Suami dengan istri, setelah melewati beberapa tahap, tahap ini
dapat terjalin dengan adanya pernikahan.
5) Hubungan orang tua dan anak
6) Hubungan persaudaraan
De Vito (1997: 233) juga menjelaskan tahapan hubungan komunikasi antar
pribadi, yang saling tumpang tindih dengan hubungan komunikasi antar pribadi
diatas, yaitu:
Gambar 2.1 Model hubungan lima tahap.
Sumber: De Vito, 1997
1) Kontak. Tahap dimana pertama sekali bertemu sama halnya seperti tahap
perkenalan yang dikutip oleh liliweri. Pada tahap kontak yang
didefenisikan oleh De Vito ini beberapa persepsi alat indra digunakan.
Pada tahap ini jyga seseorang biasanya memutuskan untuk melanjutkan
hubungan atapun tidak sewaktu interaksi awal.
2) Keterlibatan. Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh,
juga mengungkapkan dirinya. Hal ini hampir sama dengan tahap
perkenalan menurut para ahli diatas.
3) Keakraban. Pada tahap keakraban, seseorang mengikat dirinya lebih jauh
pada orang ini. Pada tahap ini yang memungkinkan seseorang membina
hubungan primer (primary relationship) dimana terjalin hubungan sahabat baik ataupun kekasih.
4) Perusakan. Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan,
kerenggangan yang terjadi pada sebuah hubungan atau ketika ikatan di
antara kedua pihak lemah. Pada tahap perusakan ini terjadi perasaan
hubungan semakin jauh, atau sudah tidak sehat lagi. Jika tahap ini
berlanjut, maka akan memasuki tahap pemutusan.
5) Pemutusan. Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang
mempertalikan kedua pihak.
2.2.3 Media baru dalam berkomunikasi
Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri
sebagaimana diungkapkan Rogers (1986) yang menguraikan tiga ciri utama yang
menandai kehadiran teknologi komunikasi baru yaitu: interactivity,
de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai komponennya) untuk
berbicara balik kepada penggunanya hampir seperti seorang individu yang
berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Ungkapan yang lain, media baru
memiliki sifat interaktif yang tingkatannya mendekati sifat interaktif pada
komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Media komunikasi yang interaktif ini
memungkinkan para partisipannya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih
efektif, dan lebih memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal.
Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara
partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya
perpindah dari produsen pesan kepada konsumen media. Asynchronous bermakna
dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu
peserta (Rahardjo, 2011: 8-9).
Hal ini telah disadari oleh Liliweri (1997:59) yang telah dituangkan dalam
bukunya komunikasi antarpribadi tentang perubahan-perubahan komunikasi antar
pribadi dalam bidang teknologi. Ia mengatakan paling tidak dalam dua puluh
tahun pertama abad ke-20 ini sudah terjadi suatu kenyataan yang memperlihatkan
penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi elektronika. Teknologi
elektronika tersebut merupakan teknologi yang paling banyak mengemukakan
teknologi komunikasi. Menurut Bride , manusia dapat bertahan hidup sebagai
makhluk karena mampu mengorganisir, memperbaiki, mengembangkan dan
meluaskan cara berkomunikasi. Usaha ini terlihat dari cara manusia mengirimkan
pesan yang jelas melalui cara dan lain-lain (Liliweri, 1997: 59-60).
Tentu ada perubahan penting sehubungan dengan munculnya media baru,
berikut ini merupakan perubahan perubahan penting sehubungan dengan
munculnya media baru menurut McQuail (Rahardjo,2011 :15) :
1) Digitalisasi dan konvergensi semua aspek dari media
2) Interaktivitas dan konektivitas jejaring yang meningkat.
3) Mobilitas dan delokasi pengiriman dan penerimaan (pesan).
4) Adaptasi publikasi dan peran-peran khalayak.
5) Munculnya beragam bentuk baru dari media ‘gateway’, yaitu pintu masuk
untuk mengakses informasi pada Web atau untuk mengakses Web itu
tersendiri.
6) Fragmentasi dan kaburnya ‘institusi media’.
Lalu McQuail juga menguraikan ciri-ciri utama yang menandai perbedaan antara
media baru dengan media lama (konvensional) berdasakan perspektif pengguna
(Rahardjo,2011 :15-16 ):
1) Interactivity : diindikasikan oleh rasio responden atau inisiatif dari pengguna terhadap tawaran dari sumber (pengirim pesan).
2) Social presence (sociability): dialami oleg pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui pengggunaan sebuah
3) Autonomy: seorang pengguna merasa dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.
4) Playfulness: digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.
5) Privacy: diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/ atau isi yang dipilih.
6) Personalization: tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.
Perkembangan teknologi komunikasi membawa perubahan perubahan
ataupun evolusi dari teori komunikasi sebagai akibat langsung maupun tidak
langsung, berikut merupakan perubahan-perubahan yang dibawa oleh
perkembangan teknologi komunikasi (Rahardjo, 2011: 13) :
1) Dari pemusatan pada sumber dan pesan telah bergulir menuju pemusatan
pada penerima dan makna.
2) Dari arus komunikasi satu arah menuju arus sikuler atau spiral.
3) Dari tindak komunikasi statis menuju tindak komunikasi yang berorientasi
pada proses.
4) Dari sebuah penekanan yang ekslusif mengenai transmisi informasi
menuju penekanan pada interpretasi.
5) Dari public speaking menuju sebuah kerangka yang memperhatikan
komunikasi dalam beragam konteks: antarpribadi, kelompok, organisasi,
masyarakat, dan media.
Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah
memberi sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi
dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi
langsung. Walther juga memaparkan tiga faktor yang cenderung menjadikan
partner komunikasi via komputer lebih menarik yaitu:
1) E-mail dan jenis komputer lainnya memungkinkan presentasi diri yang
sangat selektif, dengan lebih sedikit penampilan atau perilaku yang tidak
diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan kata lain,
seseorang tidak harus kerepotan ketika berkomunikasi dengan orang lain
2) Orang yang terlibat dakan komunikasi via komputer kadang kala
mengalami proses atribusi yang berlebihan yang di dalamnya mereka
membangun kesan stereotype tentang partner mereka. Kesan-kesan ini
sering mengabaikan informasi negative, seperti kesalahan cetak,
kesalahan ketik dan sebagainya.
3) Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalamnya pesan-pesan postifif dari
seorang patner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan
satunya.
2.2.3.1 Teori New Media
Teori New Media merupakan teori yang lahir dari teknologi komunikasi
khususnya dunia maya yang dapat merubah masyarakat. Teori New Media
memberi perhatian kepada bentuk-bentuk bagaimana media tersebut digunakan
oleh masyarakat baik berupa informasi individu, kepemilikan penggetahuan
hingga interaksi. Pembahasan utama dalam teori new media ini adalah kekuatan
dari media dan dalam media itu sendiri, termasuk minat baru dalam karakteristik
penyebaran dan penyiaran media. Media baru memiliki sifat interaktif (saling
melakukan aksi antar hubungan) dan menciptakan sebuah pemahaman baru
tentang komunikasi antar pribadi.
Media baru dan media lama sangatlah berbeda. Melalui pendekatan
interaksi sosial dan itegritas sosial media baru dan media lama dapat dilihat
perbedaanya. Pendekatan interaksi sosial membedakan media dengan seberapa
mirip media tersebut dengan model interaksi tatap muka. Media yang lebih lama
memiliki peluang interaksi yang sedikit, media yang lebih menekankan
penyebaran informasi dan sedikit adanya interaksi yang diciptakan seperti halnya
radio, televisi. Sedangkan, media baru lebih memiliki interaksi didalamnya
komunikator dengan komunikan bebas berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini
yang membuat media baru menciptakan pemahaman baru tentang komunikasi
antar pribadi (Littlejohn & Foss, 2009: 413).
baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian kesamaan dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan masyarakat. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial, menciptakan peluang pengetahuan baru dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangan secara luas (Littlejohn & Foss, 2009:413).
Jelas saja berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan media baru tidak
seperti komunikasi tata muka. Media baru memberikan interaksi yang berbeda dan
baru yang membawa penggunanya kembali pada hubungan pribadi dengan cara
yang berbeda dan tidak dapat dilakukan oleh media yang sebelumnya. Pendekatan
Integritas sosial, pendekatan ini bercerita tentang media merupakan sebuah
“ritual” bagaimana manusia menggunakan media untuk menciptakan masyarakat.
Pada pendekatan ini bagaimana media menyatukan manusia kedalam bentuk
masyarakat dan memberi rasa saling memiliki antara satu dengan yang lainnya.
Media baru membuat seseorang merasa sebagai bagian dari sesuatu yang besar
dari dirinya, ketika media menjadi kebiasaan (Litllejohn & Foss, 2009: 414).
2.2.3.2 Uses and Gratification
Uses and Gratification ataupun pendekatan penggunaan, kepuasan dan
ketergantungan merupakan teori populer yang dimiliki komunikasi massa. Uses
and Gratification ini memiliki fokus pada konsumen- anggota audiens- ataupun
pengguna ketimbang pada pesannya. Seseorang bertanggung jawab dalam
memilih media yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Pandangan
ini beranggapan bahwa media merupakan satu-satunya faktor yang mendukung
bagaimana kebutuhan sesorang terpenuhi dan audiens dianggap sebagai perantara.
Pengguna (sebagai individu) yang tahu kebutuhan apa yang ia butuhkan, dan
memenuhinya dengan cara menggunakan media tertentu yang dapat memenuhi
kebutuhannya tersebut (Littlejohn & Foss, 2009: 426).
Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan uses and
gratification (Bungin, 2008: 286) :
1) Kondisi sosial psikologis seseorang
2) Kebutuhan yang menciptakan
3) Harapan-harapan terhadap
5) Perbedaan pola pengguna media (atau keterlibatan dalam aktivitas
lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan
6) Pemenuhan kebutuhan
7) Konsekuensi lainnya
2.2.3.3 Media sosial
Media sosial atau juga disebut jejaring sosial adalah salah satu platform
interaksi baru yang dimungkinkan dengan lahirnya web 2.0 yang bersifat
interaktif. Pengguna internet yang semulanya hanyalah sebagai khalayak yang
hanya bisa menyimak, sekarang bisa turut berpartisipasi (Melissa & Hamidati,
2011: 143).
Hal ini dikuatkan dengan Boyn dan Ellison yang telah mendefinisikan
situs jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan
perorangan untuk (1) membangun profil umum atau semi umum dalam satu
system yang terbatas, (2) menampilkan pengguna lainnya yang berkaitan dengan
mereka dan (3) melihat-lihat dan mengamati daftar koneksi yang mereka miliki
maypun daftar yang dibuat oleh pengguna lainnya dalam sistem tersebut (Melissa
& Hamidati, 2011: 144).
2.2.3.4 Path
Gambar 2.2 Tampilah fitur share pada Path
Sumbe
life — etchings carved in the walls of the Lascaux caves. This impulse remained but the avenues for expression expanded with the creation of the typewriter, the camera, the personal computer, and now, the cell phone and mobile device. From oral storytelling, to the epic poem, to the fable, to the novel — methods to record and share life transformed with new technologies and the cultural shifts inspired by each. With the Internet came the blog, social networks, and a new culture of public journaling. Now a new era is upon us, the mobile era, defined by the fact that we carry devices equipped with keyboards, cameras, music, location-tracking, and our loved ones just a button-press away. The mobile era is deserving of a new way to tell our stories — in a new network, in a new type of journal. The designers and engineers at Path have dreamed up and realized the Smart Journal — a journal that’s with you everywhere you go, posts entries without your effort, combines photo, video, music, people, places, and text, and most importantly, includes your loved ones. Path upholds the expectations for privacy of both the mobile phone and the journal with its limited, intimate, more personal network. On Path you can share your thoughts, the music you’re listening to, where you are, who you’re with, when you wake and when you sleep, and your photos and videos. For those of you who enjoy sharing on networks like Twitter, Foursquare, and Facebook, we’ve made it simple to check-in, upload photos and videos, and tweet directly from Path. A feature we call Automatic enables Path to learn about you as you go about your daily routine. You can optionally choose to have your Path updated with stories about your life — automatically. Path is a journal that writes itself.Path is the modern journal for the modern age. Welcome to the mobile era, welcome to Path.
Adapun value yang di miliki oleh Path adalah sebagai berikut:
1) Simple. Path menyediakan cara sederhana penggunanya untuk membuat jurnal kehidupan /catatan kehidupan penggunanya yang dimana saja bisa
digunakan.
2) Personal. Path membantu penggunanya untuk secara otentik mengekspresikan diri sendiri dan berbagi kehidupan pribadinya dengan
orang yang dicintainya.
3) Quality.Path menyediakan untuk pernggunanya dengan kualitas jaringan, pengalaman superior, dan performa tercepat.
4) Joy. Path menampilkan fitur yang menyenangkan untuk pengggunanya
melalui desain, informasi, dan komunikasi.
6) Private. Path adalah sesuatu yang di ciptakan dengan privasi. Penggunanya bisa mengkontrol privasi mengenai informasi dan
pengalaman hidupnya.
Path memiliki tujuan untuk membantu penggunanya mengembangkan
jaringan berkualitas tinggi untuk menghubungkan lebih mendalam dan berbagi
momen pribadi dengan teman-teman terdekat dan keluarga.Tujuan diciptakannya
Path adalah untuk membina hubungan yang berkualitas untuk menawarkan
kenyamanan untuk berbagi semua momen (http://service.path.com)
2.2.4 Penetrasi Sosial
Teori penetrasi sosial (social penetration theory) merupakan teori yang menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Penetrasi sosial
merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak
dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab menjadi
komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih
dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk
intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan
aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat
bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan,
pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa
hubungan “melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat
penetrasi sosial” (West & Turner, 2008 : 196).
Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):
1) Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim
Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial
ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan
yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan
mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2) Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.
Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas.
Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan
3) Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan
disolusi.
Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri
(keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat
menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.
4) Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan.
Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim
dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain.
Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa
depan antara dua orang dan “membuat diri terbuka terhadap orang lain
memberikan kepuasan yang intristik”. Membuka diri dapat membuat
hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.
Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator
mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan
bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit
bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri
seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra
public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang
bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh
dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor
sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang
memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah
bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan
paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang
mengetahui.
Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West & Turner,
2008:205):
1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit
Tahap paling awal dari interaksi, disebut tahap orientasi, yang terjadi pada
tingkat publik; seseorang hanya sedikit mengenai dirinya yang terbuka
biasanya hanya hal-hal klise dan merupakan gambaran hal-hal yang
bersifat tidak akrab dari seorang individu. Dalam tahapan ini orang
biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial
dan berhati-hati tidak melanggar harapan sosial.
2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri
Merupakan tahapan dimana perluasan daerah publik dari diri dan terjadi
ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.
3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan
Pada tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang
intim. Dimana dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn
dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit
memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini
penggunaan personal idiom mulai muncul. 4) Pertukaran Stabil
Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran,
perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya
spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini
dibangunnya sebuah system komunikasi personal.
2.2.5 Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri atau pembukaan diri (self-disclosure) menurut Johnson adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang
kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang
berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri
berarti mengungkapkan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang
telah dikatakan yakni perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja
dialami atau disaksikan (Supratiknya, 1995: 14).
Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki arti pembicaraan mengenai
diri sendiri kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui apa yang
dipikirkan, dirasakan dan diinginkan oleh diri. Definisi tersebut sejalan dengan
pendapat DeVito bahwa pengungkapan diri merupakan sebuah tipe komunikasi
beritahukan atau disampaikan lewat komunikasi kepada orang lain (Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2)
Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi
keluasan (breadth), kedalaman (depth) dan target atau sasaran pengungkapan diri. Dimensi keluasan mengacu pada cakupan materi yang di ungkap dan semua
materi tersebut dijabarkan dalam enam kategori informasi tentang diri sendiri,
yaitu sikap dan pendapat; rasa dan minat; pekerjaan atau kuliah; uang;
kepribadian; dan tubuh. Dimensi kedalaman pengungkapan diri mengacu pada
empat tingkatan pengungkapan diri, yaitu: tidak pernah bercerita kepada orang
lain tentang aspek diri, berbicara secara umum, bercerita secara penuh dan sangat
mendetail, dan berbohong atau salah mengartikan aspek diri sendiri, sehingga
yang diberikan kepada orang lain berupa gambaran diri yang salah. Pada dimensi
orang yang dituju (target-person), sasaran pengungkapan diri terdiri atas lima orang yaitu ibu, ayah, teman pria, teman wanita, dan pasangan (Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro Vol.3 No.2).
De Vito mengindentifikasi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengungkapan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri tersebut
(De Vito,1997 : 62) :
1) Besar Kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok
kecil ketimbang dalam kelompok besar.
2) Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang-orang yang
disukai atau dicintainya. Ini tidak mengherankan, karena orang yang tidak
disukai (dan barang kali menyukai kita) akan bersikap mendukung dan
positif.
3) Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang
menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik
membuat seseorang menjadi aman dan nyatanya dapat memperkuat
perilaku pengungkapan diri seseorang.
4) Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan
pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten.
5) Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert