Disusun Oleh :
NANDANG SUNANDAR SAID
204046102955
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
NANDANG SUNANDAR SAID
NIM: 204046102955
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H.M Nurul Irfan M.Ag Drs.Sirril Wafa, M.Ag
NIP: 197308082003121001 NIP: 196003181991031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Segala puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan rahmat-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam
pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat serta salam tak lupa sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad
SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di
dalamnya.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses
tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs Noryamin Aini,
MA Pembantu Dekan Bidang Keuangan dan Administrasi dan Dr. H. Yayan Sofyan M.Ag
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Euis Amaliya, M.Ag. dan H. Ah. Azharudin Latif, M.Ag., MH. masing-masing sebagai
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Nurul Irfan, MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan
tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah SWT, mencatat sebagian amal baik disisi-Nya.
6. Kamarusdiana S.Ag., MH. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu mengarahkan,
dan memberikan wejangan serta nasehat, selama masih dalam perkuliahan.
7. Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang keduanya adalah
Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Drs.Irianto (Manajer Humas Pegadaian Pusat Cabang) yang telah mengijinkan untuk
melakukan penelitian dan Ibu Purwanti ( Bag Perpustakaan) Pegadaian Pusat yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data
yang diperlukan.
9. Agus SE, (Kepala Cabang Pegadaian Depok) dan staff yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data yang diperlukan.
10.Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda Sujono dan Ibunda Napsiah yang telah
mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, semangat
serta doanya.
11.Ade-adeku tercinta Dian, Dina, dan Dita yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
semangat ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini
12.Keluarga Besar dari Ayanda dan Ibunda yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
Semoga akan menjadi manfaat dan berkah untuk penulis.
14.Teman-teman UIN Banking Syari’a 04,Syafii, Puri, Rendra, Sahrul, Maya, Lesi , Kutmaja,
Mustopa ,Fahmi, Ina , semua teman-teman Banking Syari’a 2004 khususnya PS-B dan
umumnya PS-A, PS-D, PS-C, yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman
yang datang pergi silih berganti.
15.Serta rekan-rekan lain ka Tata , Didi ’Viit’dan kawan -kawan dan semua pihak yang
mungkin tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam skripsi ini.
Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi pihak-pihak
yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia
bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas
semua perhatian yang diberikan, Penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Jakarta, Juni 2010 M Jumadil akir 1431 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu) 8
E. Sistematika Penulisan 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Lokasi 12
B. Pelayanan 15
C. Minat 19
C. Produk dan Jasa 34
D. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah 37
E. Mekanisme Operasional 43
F. Metodelogi Penelitian 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden 66
B. Hasil Kuisioner dan Analisis 69
1. Lokasi 69
2. Pelayanan 73
3. Minat 83
4. Analisis Regresi Berganda 86
C. Analisis Lokasi 90
D. Analisis Pelayanan 91
E. Analisis Minat 91
F. Analisis Strategi Pegadaian Syariah 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 94
B. Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 96
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 3.1 Skala likert 54
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reabilitas 57
Tabel 3.3 Hasil uji multikolinearitas 59
Tabel 3.4 Hasil uji Durbin – Watson 63
Tabel 4.1 Jenis kelamin 66
Tabel 4.2 Responden berdasarkan pendidikan 67
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status Perkawinan 67
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan pekerjaan 68
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan penghasilan 69
Tabel 4.6 Lokasi Pegadaian Syariah Depok dari tempat tinggal nasabah 69
Tabel 4.7 Lokasi Pegadaian dari jalan raya 70
Tabel 4.8 Lokasi pegadaian dari jalur transportasi 71
Tabel 4.9 Lokasi pegadaian dari jangkauan angkutan umum 71
Tabel 4.10 Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah 72
Tabel 4.11 Penggunaan angkutan umum 73
Tabel 4.12 Interior dan penataan ruang 73
Tabel 4.13 Kebersihan 74
Tabel 4.14 Susana tempat 75
Tabel 4.15 Lokasi parkir 75
Tabel 4.19 Kecepatan melayani 78
Tabel 4.20 Responsif terhadap keinginan nasabah 78
Tabel 4.21 Penyampaian informasi layanan 79
Tabel 4.22 kemampuan pegawai atas produk 79
Tabel 4.23 Kerapihan dan kesopanan dalam melayani 80
Tabel 4.24 Keamanan saat bertransaksi 81
Tabel 4.25 Kepercayaan nasabah 81
Tabel 4.26 Penanganan keluhan 82
Tabel 4.27 Menyambut kedatangan nasabah 82
Tabel 4.28 Penaksiran harga 83
Tabel 4.29 Keamanan barang 83
Tabel 4.30 Biaya penyimpanan 84
Tabel 4.31 Pencairan dana 85
Tabel 4.32 Menyarankan orang lain 85
Tabel 4.33 kepuasan atas pelayanan 86
Tabel 4.34 Hasil analisis regresi berganda 86
Tabel 4.35 Hasil Uji f 87
Tabel 4.36 Hasil uji t 88
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 3.1 Seatterplot Uji Heteroskedastisitas 60
Nomor Keterangan
Lampiran 1 Surat Pengesahan Dosen Pembimbing Akademik
Lampiran 2 Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 3 Mohon Data/Wawancara Pegadaian Syariah
Lampiran 4 Surat Keterangan Pegadaian Syariah Pusat
Lampiran 6 Kuesioner
1
A. Latar belakang
Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang
membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global.
Karenanya , guna menjawab setiap permasalahan yang timbul, maka peran hukum
Islam dalam konteks kekinian sangat diperlukan. Kompoleksitas permasalahan umat
seiring dengan berkembangnya zaman , membuat hukum Islam harus menampakan
sifat elastisitas dan fleksibilitas guna memberikan hasil dan manfaat sesuatu yang
terbaik, serta dapat memberikan kemaslahatan (kepentingan) kepada umat Islam
khususnya dan manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Mendasarkan kepada kemaslahatan tersebut , maka Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk hidup saling membantu , yang kaya harus membantu yang mniskin.
Bentuk saling membantu ini , dapat berupa pemberian tanpa ada pengembalian dari
yang diberi (berfungsi sosial), seperti zakat infaq, dan shadaqah (ZIS) ataupun berupa
pinjaman , yang harus dikembalikan kepada yang memberi pinjaman minimal
mengembalikan pokok pinjamannya.
Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui
individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa
yang dalam hukum Islam kepentingan kreditur itu sangat diperhatikan dan dijaga
sekali, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu , ia dibolehkan meminta ‘barang’
dari debitur sebagai jaminan utangnya. Dalam dunia finansial, barang jaminan ini
biasa dikenal dengan objek jaminan (collateral) atau barang gadai (marhun) dalam
gadai syariah.
Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur Jenderal
VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini
bahwa praktik gadai telah mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa
Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf von
Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri Pertama, dengan misi membantu
masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan
hukum gadai. Seiring dengan perkembangan zaman, pegadaian telah beberapa kali
berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan (1901), perusahaan dibawah IBW
(1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di
tahun 1990 dengan lahirnya Peraturan pemerintah10/1990 tanggal 10 April 1990,1
sampai dengan terbitnya Peraturan pemerintah 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus
sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN dalam
lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang.
Terbitnya Peraturan pemerintah/10 tanggal 10April 1990 dapat dikatakan
menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa
Peraturan pemerintah 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk
mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya Peraturan
pemerintah103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum
Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi
Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah
sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat
beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah
melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan
Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani
kegiatan usaha syariah..
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam.
Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang
Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi
di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit
bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai
konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit
Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta,
sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian
Syariah.
Disamping pencairan dana yang mudah erbilang cepat, pegadaian juga tidak
meminta pesyaratan yang menyulitjkan dalam meminta dana, cukup dengan mmbawa
barang jaminan yan bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana
untuk memenuhi kebutuhannyabaik produktif maupun konsumtif. Pemberian gadai
pda dasarnya adalah suatu jaminan dalam hal pelaksanaan suatu prestasi yang akan
diberiakan nasabah untuk masa yang akan dating.2
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep
pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran
dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah
: 283
)
ةﺮﻘﺒﻟا
2
/
283 ( Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqqoroh :2 : 283)
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang
digadaikan. Meski tanpa bunga pegadaian syaria’ah tetap mendapatkan keuntungan
seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya
pemeliharaan dari barang yang di gadaikan. Barang dihitung dari nilai barang yang
bukan dari jumlah pinjaman. sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang
harus dibayar adalah sejumlah dari yang dipinjamkan.3
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan
kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas
dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang
kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak
ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja
sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan
kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.
Pegadaian syariah Depok berdiri pada tanggal 3 september 2004 Keberadaan
pegadaian syariah Depok merupakan tempat pegadaian yang strategis, mudah
dijangkau karena alat trasnpormasi mudah ditemui, dan letaknya yang berada di jalan
margonda raya yang merupakan pusat keramaian kota dan sebagai penghubung jalan
ke jakarta, Pegadaian syariah depok sangat dikenal masyarakat luas.Pegadaian
memiliki ahli taksir yang dengan cepat menaksir, beberapa nilai riil barang jaminan
tersebut. Biasanya nilai taksiran lebih rendah dari nilai pasar hal ini dimaksudkan
apabila terjadi kemacetan terhadap pembayaran pinjaman, maka dengan mudah pihak
Pegadaian melelang jaminan yang diberikan nasabah dibawah harga pasar.4
Di samping itu, pegadaian juga memiliki timbangan , serta alat ukur tertentu,
misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari taksiran itu
adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Besarnya
pinjaman yang di peroleh dari 80%-90% dari nilai taksiran. Semakin besart nilai
taksiran maka semakin besar pula pinjaman yang diperoleh.5 Selain lokasi dan
pelayanannya juga sangat dominan dalam menentukan minat nasabah dalam
menggadaikan barangnya , dari sini penulis ingin mengangkat tentang pengaruh
lokasi dan pelayanan pegadaian syariah maka skripsi ini diberi judul “Analisis Pengaruh Lokasi Dan Pelayanan Pegadaian Syariah Terhadap Minat Nasabah” (Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok )
4 . Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional Cet pertama, UI-Press, Jakarta 2005 hal 135
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya penulis
membatasi objek yang di kaji dalam skripsi ini. Adapun pembatasan masalah dan
dalam skripsi ini dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh lokasi terhadap minat nasabah?
b. Bagaimana pengaruh pelayanan pegadaian syariah terhadap minat
nasabah?
c. Bagaimana cara pegadaian syariah dalam memperkenalkan produknya
kepada nasabah?
2. Pembatasan Masalah
a. Pada penelitian ini dibahas tentang pengaruh lokasi dan pelayanan
pegadaian syaraih terhadap minat nasabah.
b. Responden pada penelitian ini adalah nasabah pegadaian di Perum
Lembaga Pegadaian Syariah Depok.
c. Objek yang di teliti pada penelitian ini Lembaga PerumPegadaian Syariah
Depok.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pegadaian syariah yang
b. Untuk mengetahui dari mana nasabah mendapatkan informasi tentang
pegadaian syariah.
c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan lokasi dan pelayanan pegadaian
syariah terhadap minat nasabah.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi lembaga pegadaian syariah
Untuk meningkatkan pelayaan kepada nasabah pegadaian syariah yang
lebih baik.
b. Bagi masyarakat
Memberikan acuan yang lebih baik dan jelas kepada masyarakat
mengenai usaha gadai syariah sebagai alternatif dari pegadaian
konvensional
c. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat yang lebih
baik terhadap peran dan tugas pegadaian syariah
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa
sumberkepustakaan. Penulis berpendapat bahwa apa yang merupakan masalah pokok
penelitian ini sangat penting, karena penelitian tentang urgensitas pegadaian syariah
di mata masyarakat Depok sangatlah penting agar dapat memberikan masukan
Adapun kajian kepustakaan yang digunakan dari penulis ini adalah:
1. Pada tahun 2008 telah ditulis skripsi atas nama Syarifah dengan judul
Motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah, dalam hal
ini penulis hanya menjelaskan motivasi nasabah dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah akan tetapi tidak membahas pengaruh lokasi, dan
pelayanan terhadap minat nasabah.
2. Pada tahun 2005 telah ditulis skripsi atas nama Rany Rahmaniah dengan
judul Respon masyarakat Cawang terhadap pegadaian syariah cabang
Dewi Sartika, dalam hal ini penulis hanya menjelaskan respon masyarakat
terhadap pegadaian syariah tetapi tidak membahas pengaruh lokasi dan
pelayanan terhadap pegadaian syariah.
3. Pada tahun 2009 telah di tulis skripsi atas nama kunthi ayu pratiwi dengan
judul analisis pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah pegadaian
syariah cabang Cinere. Pada skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang
pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah dan tidak membahas
tentang lokasi.
Namun dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian di atas yaitu
pada penelitian ini akan membahas tentang pentingnya peran lokasi dan pelayanan
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN .
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI.
Bab ini menjelaskan tentang pengertian lokasi, pengertian pelayanan
serta pegadaian syariah, dalil-dalil tentang pegadaian syariah, mekanisme
operasional dalam pegadaian syariah dan ketentuan pelaksanaan gadai dalam
Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian, Data Penelitian, Teknik dan Instrumen Pengumpulan
data, Subjek-Objek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Variabel dan
Operasional Variabel, Hipotesa, Metode Analisis Data.
BAB IV, HASIL PENELITIAN
meliputi Analisa hasil Penelitian; Uji Validitas dan Realibilitas,
Bab V , PENUTUP
merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini.
Bab ini berisi: Kesimpulan dan Saran-saran dari penulis mengenai hal-hal
12 1. Pengertian Lokasi
Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut
menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi dapat didefinisikan
sebagai "tempat, kedudukan secara fisik yang mempunyai fungsi strategis
karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha".1 Lokasi atau
tempat atau letak adalah "tempat di mana perusahaan itu didirikan"2. Jadi,
lokasi di sini adalah tempat di mana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan
dilaksanakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud lokasi adalah letak
Pegadaian Syariah Depok.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha menurut
Manullang, antara lain :
a. Lingkungan masyarakat
b. Kedekatan dengan pasar atau konsumen
c. Tenaga kerja
Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi :
1) Memilih wilayah atau daerah secara umum.
Ada 5 faktor yang menjadi dasar antara lain:
a) Dekat dengan pasar
b) Dekat dengan bahan baku
c) Tersedianya fasilitas pengangkutan
d) Terjaminnya pelayanan umum
e) Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan
2) Memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada tingkat
pemilihan pertama.
Pilihan didasarkan atas 5 faktor yaitu:
a) Tersedianya tenaga kerja yang cukup dalam jumlah dan skill
yang diperlukan
b) Tingkat upah yang lebih murah
c) Adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau
komplementer
d) Adanya kerjasama yang baik antar sesama usaha yang ada
e) Peraturan daerah yang menunjang
3) Memilih lokasi tertentu.
Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas
dan melakukan operasi.
a) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila keadaannya
seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya
memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau,
dengan kata lain strategis.
b) Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini
lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah
penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
c) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat
tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana3.
3. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan lokasi.
Dalam mendirikan perusahaan, pemilihan lokasi sangat
dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang
penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan.
Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi
meliputi faktor-faktor :
a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
c. Lalu lintas (traffic) di mana ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya
impulse buying.
2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,
misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau
ambulan.
d. Tempat parkir yang luas dan aman.
e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha di
kemudian hari.
f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
Misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah kost, asrama
mahasiswa, atau perkantoran.
g. Persaingan yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi
wartel perlu dipertimbangkan apakah di jalan atau daerah yang sama,
banyak pula terdapat wartel lain atau tidak.
h. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi
(bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.4
B. Pelayanan
1. Pengertian pelayanan
Untuk memberikan pelayanan yang baik dibutuhkan
kesungguhan yang mengandung unsur kecepatan, keramahan, kenyamanan
yang terintegrasi sehingga manfaat yang besar akan diperoleh, terutama
kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar.
Keberhasilan pemasaran produk sangat ditentukan pula oleh baik
tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan
produknya. Pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk
mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pembelian produk dan
pelayanan purna jual yang mencakup atas jaminan semua kerusakan produk
dalam jangka waktu tertentu.
Pelayanan adalah sarana untuk mengidentifikasi dan memenuhi
superior need. Dengan kata lain layanan konsumen dapat menjadi pusat
keuntungan perusahaan.
Pendapat lain menyatakan pelayanan adalah proses pemberian bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar orang tersebut memperoleh sesuatu
yang diinginkannya.
Menurut Tim Pusat Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Pelayanan adalah "kemudahan yang diberikan
sehubungan dengan jual beli barang atau jasa".
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain
dalam jual beli barang atau jasa.
2. Kualitas Pelayanan
a. Menciptakan perhatian calon pembeli
b. Menggugah minat calon pembeli
c. Menanamkan keyakinan calon pembeli
d. Memperlakukan calon pembeli sebagai raja yang harus dihormati,
dilayani dan dipuaskan.
Kualitas layanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis maka tentu saja kualitas
layanan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya yaitu menciptakan
loyalitas konsumen dan kepuasan konsumen.
Menurut Parasuraman dan kawan-kawan (1988) di dalam salah studi
mengenai SERQUAL atau Dimensi Kualitas Pelayanan mengidentifikasikan
lima faktor utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai atau
menentukan kualitas layanan.
Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keandalan (reliability)
Yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b. Berwujud (tangible)
Yakni bukti fisik dari layanan, bisa berupa fasilitas fisik, perlengkapan
dan peralatan yang dipergunakan dan sarana komunikasi.
Yakni keinginan untuk membantu para konsumen dan memberikan
pelayanan dengan cepat, tepat dan informasi yang jelas.
d. Jaminan (assurance)
Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya, bebas dari resiko bahaya dan keragu-raguan.
e. Empati (empathy)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,
perhatian pribadi dan memenuhi kebutuhan para konsumen.5
Menurut Stanton6 sebelum melakukan transaksi konsumen memiliki
superior need sebagai berikut :
a. Kebutuhan informasi produk
b. Kebutuhan informasi tehnik
c. Kebutuhan status dan citra
d. Kebutuhan kepercayaan
e. Kebutuhan kecocokan
f. Kebutuhan untuk menanyakan hal khusus
g. Kebutuhan informasi situasional
5 . Ibid hal 148 - 149
C.Minat Nasabah
Minat nasabah adalah keinginan nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian
syariah , minat nasabah dalam menggadaikan atau dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah dapat di kelompokkan dalam beberapa hal:
1.Mudah
Di mana prosedur yang diterapkan pegadaian syariah dalam pelaksanaanya
sangat mudah yaitu dengan hanya membawa harta (emas, berlian) yang mau di
gadaiakan dan tidak memerlukan banyak persyaratan dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah.
2.Cepat
Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit dalam menggadaikan barang(emas,
berlian) dan nasabah akan langsung mendapatkan uang yang mana nasabah tersebut
telah menggadaiakan hartanya di pegadaian syariah.
3.Dekat
Lokasi yang dekat dan mudah dijangkau sangat mempengaruhi nasabah dalam
menentukan pegadaian syariah yang akan di datangi, semakin mudah dijangkau dan
dekat maka nasabah akan memilih pegadaian tersebut.
4.Pelayanan
Pelayanan yang ramah serta prima dalam melayani nasabah akan memberikan
nilai plus dalam pandangan nasabah, serta nasabah akan merasa nyaman dan akan
5.Bebas Bunga
Dalam pegadaian syariah untuk mengambil keuntungan tidak mengenakan
bunga melainkan dengan biaya simpanan, dengan bebas dari bunga maka nasabah
akan merasa lebih percaya dengan pegadaian syariah.
D. Gadai Syariah a. Pengertian
Dalam Istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai al-habsu, menurut A.A Basyir, rahn adalah perjanjian menahan
sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan suatu benda
bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga
dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat
diterimanya.
Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab
al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang
untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria
al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah
menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu
yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar. Dari
beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian rahn
pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Pengertian gadai yang ada dalam syariah agak berbeda dengan
pengertian gadai yang ada dalam hukum positif. Pengertian gadai dalam
hukum positif seperti yang tercantum dalam Burgerlijk Wetbook (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata) adalah suatu hal yang diperoleh seseorang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Pasal 1150 KUH
Perdata). 7 Jadi perbedaan pegadaian syariah dengan hukum positif adalah
dimana hukum positif ialah mendahulukan orang yang menggadaikan
barangnya dibandingkan dengan orang yang berpiutang lainnya.
7 Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah Di Indonesia Konsep, Implementasi Dan
b. Landasan Hukum
Pada dasarnya gadai menurut Islam, hukumnya adalah boleh (jaiz).
Seperti yang tercantum, baik dalam Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’.
i. Al- Qur’an
Pertama, dalil kebolehan gadai, seperti yang tercantum dalam
Surat Al-Qur’an Surah Al-Baqqoroh, ayat 283 yang berbunyi sebagai
berikut:
)
ةﺮﻘﺒﻟا
2
/
283 ( Artinya:“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang percaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikanpersaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqqoroh :2 : 283)
ii. As-Sunnah
Landasan hukum lainnya adalah hadits Rasul Saw yang
ﻦﻋ
ﹶﺔﺸﺋﺎﻋ
ﺖﹶﻟﺎﹶﻗ
ﻯﺮﺘﺷﺍ
ﹸﻝﻮﺳﺭ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻰﱠﻠﺻ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻢﱠﻠﺳﻭ
ﻦﻣ
ﻱﺩﻮﻬﻳ
ﺎﻣﺎﻌﹶﻃ
ﻪﻨﻫﺭﻭ
ﺎﻋﺭﺩ
ﻦﻣ
ﺪﻳﺪﺣ
.
)
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ
(
“Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw membeli makanan dari seorang Yahudi dan menggadaikannya dengan besi”. (HR.Muslim)8
Dan hadits dari Anas ra.
ﻦﻋ
ﹴﺲﻧﹶﺃ
ﻲﺿﺭ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻧﹶﺄﻬﻨﻋ
ﻰﺸﻣ
ﻰﹶﻟﹺﺇ
ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ
ﻰﱠﻠﺻ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻢﱠﻠﺳﻭ
ﹺﺰﺒﺨﹺﺑ
ﹴﲑﻌﺷ
ﺔﹶﻟﺎﻫﹺﺇﻭ
ﺔﺨﹺﻨﺳ
ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ
ﻦﻫﺭ
ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ
ﻰﱠﻠﺻ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻢﱠﻠﺳﻭ
ﺎﻋﺭﺩ
ﻪﹶﻟ
ﺎﹺﺑ
ﺔﻨﻳﺪﻤﹾﻟ
ﺪﻨﻋ
ﻱﺩﻮﻬﻳ
ﹶﺬﺧﹶﺃﻭ
ﻪﻨﻣ
ﺍﲑﻌﺷ
ﻪﻠﻫﹶﺄﻟ
)
ﻩﺍﻭﺭ
ﻢﻠﺴﻣ
(
“Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”. (HR.Muslim)9
iii. Ijma
Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama
juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat
mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa diisyaratkan pada
waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian, beragumentasi
kepada perbuatan Rasulullah SAW terhadap riwayat hadits tentang orang
yahudi tersebut Di Madinah. Adapun keadaan dalam perjalanan seperti
8 . Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Muslim, Juz 8 Bab Jaminan , hal :306.
ditentukan dalam QS. Al-Baqarah: 283, karena melihat kebiasaan di mana
pada umumnya rahn dilakukan pada waktu bepergian.
iv IV. Fatwa DSN
1) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn
Landasan gadai syariah (rahn) kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni
2002 tentang Rahn, yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Ketentuan Umum :
1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya
marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
5. Penjualan marhun
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.
b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual
paksa/dieksekusi.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
b) Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan
sebagai mana mestinya.
2) Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas
Fatwa Dewan Syariah No. 26/DSN-MUI/III/2002, yang ditetapkan
a) Rahn Emas diperbolehkan berdasarkan prinsip Rahn (Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002).
b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).
c) Ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan
d) Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad ijarah.
c. Hakikat dan fungsi gadai syariah
Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai
pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, di mana
sikap menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Begitu juga dalam
hadits Rasulullah SAW. Dari Ummul Mu’minin ‘ Aisyah ra. Yang
diriwayatkan Abu Hurairah, di sana nampak sikap tolong menolong antara
Rasulullah SAW dengan orang Yahudi saat Rasulullah SAW menggadaikan
baju besinya kepada orang Yahudi tersebut.
Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam
adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan bentuk marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk
kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya
tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.
d. Syarat sah dan rukun gadai syariah
i. Ijab qabul (shigat)
Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan,
asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di
antara para pihak.
ii. Orang yang bertransaksi (Aqid)
Syarat syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang bertransaksi
gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah:
1. Telah dewasa
2. Berakal
3. Atas keinginan sendiri
iii. Adanya barang yang digadaikan (Marhun)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan
digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah:
1. Dapat diserahterimakan
2. Bermanfaat
3. Milik rahin (orang yang menggadaikan)
4. Jelas
5. Tidak bersatu dengan harta lain
6. Dikuasai oleh rahin
7. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan
Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat utang yang dapat
dijadikan alas utang adalah:
1. Berupa utang tetap dan dapat dimanfaatkan
2. Utang harus lazim pada waktu akad
3. Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin10
e. Hak dan kewajiban para pihak gadai syariah
Aspek lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam kaitan dengan
perjanjian gadai adalah yang menyangkut masalah hak dan kewajiban
masing-masing pihak dalam situasi dan kondisi yang normal maupun yang tidak
normal. Situasi dan kondisi yang tidak normal bisa terjadi karena adanya
peristiwa force mayor seperti perampokan, bencana alam, dan sebagainya. Dalam keadaan normal hak dari rahin setelah melaksanakan
kewajibannya adalah menerima uang pinjaman dalam jumlah yang sesuai
dengan yang disepakati dalam batas nilai jaminannya, sedang kewajiban rahin
adalah menyerahkan barang jaminan yang nilainya cukup untuk jumlah
hutang yang dikehendaki. Sebaliknya hak dari murtahin adalah menerima
barang jaminan dengan nilai yang aman untuk uang yang akan
dipinjamkannya., sedang kewajibannya adalah menyerahkan uang pinjaman
sesuai dengan yang disepakati bersama.
Setelah jatuh tempo, rahin berhak menerima barang yang menjadi
tanggungan hutangnya dan berkewajiban membayar kembali hutangnya
dengan sejumlah uang yang diterima pada awal perjanjian hutang. Sebaliknya
murtahin berhak menerima pembayaran hutang sejumlah uang yang diberikan
pada awal perjanjian hutang, sedang kewajibannya adalah menyerahkan
barang yang menjadi tanggungan hutang rahin secara utuh tanpa cacat.
Di atas hak dan kewajiban tersebut di atas, kewajiban murtahin adalah
memelihara barang jaminan yang dipercayakan kepadanya sebagai barang
amanah, sedang haknya adalah menerima biaya pemeliharaan dari rahin.
Sebaliknya rahin berkewajiban membayar biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan murtahin, sedang haknya adalah menerima barang yang menjadi
30
A. Sejarah singkat
Pada tahun 2002 merupakan titik awal mula pegadaian syariah, dimana
muklai diterapkan sistem pegadaian yang dijabarkan dalam fatwa dewan syariah
nasional no. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN no
26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas yang menentukan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai barang jaminan dalam bentuk rahn di
perbolehkan.
Pegadaian syariah pertama kali didirikan pada tahun 2003 dan yang
pertama di Indonesia adalah pegadaian syariah di Dewi Sartika Jakarta, dan
hingga kini pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah di seluruh
Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah, di wilayah jabotabek
khususnya seperti cabang Dewi Sartika , Cabang Margonda Depok, Cabang
Cinere dan Cabang Pondok Aren. Pegadaian syariah cabang Depok berdiri pada
tanggal 3 september 2004, dalam perkembangannya pegadaian syariah cabang
margonda depok pada tahun 2008 memiliki total asset 72 milyar dan hingga kini
memiliki tiga anak cabang yaitu: Anak cabang Srengseng Sawah, Anak cabang
1. Visi dan Misi
Visi :
Pada tahun 2013 pegadaian menjadi “Champion” dalam pembiayaan mikro
dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah.
Misi :
a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya kelas menengah kebawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui melalui pinjaman secara mikro, kecil dan
menengahatas dasar hukum gadai dan fiducia.
b. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan konsisten.
c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
2. Slogan Pegadaian Syariah
Budaya kerja di Pegadaian di gali dan dirumuskan dari praktik-praktik
kerja di perusahaan yang selama ini telah ada dan telah menjadi kebiasaan dan
perilaku para karyawan dalam berorganisasi baik untuk kepentingan internal
maupun untuk kepentingan eksternal. Budaya kerja tersebut diaktualisasikan
dengan jargon si INTAN yang mengandung makna: pertama, I adalah
singkatan dari inovatif yang mempunyai arti penuh gagasan, kreatif, aktif dan
mempunyai tantangan; kedua, N adalah singkatan dari nilai moral tinggi yang
terampil yang mempunyai arti menguasai bidang pekerjaan dan tanggap;
keempat, A singkatan dari adi layanan yang mempunyai arti sopan, ramah dan
berkepribadian menarik; kelima, N singkatan dari nuansa citra yang
mempunyai arti berorientasi usaha, mengutamakan kepuasan pelanggan dan
selalu berusaha mengembangkan diri.1
B. Produk dan Jasa
Bentuk perolehan pendapatan Pegadaian Syariah dapat berupa transaksi yang
berasal dari biaya administrasi (qardhul hasal), jasa penyimpan (ijarah), jasa taksiran,
galeri dan bagi hasil
Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh Pegadaian Syariah kepada
masyarakat, yaitu antara lain, pemberian pinjaman/pembiayaan atas dasar hukum
gadai syariah yang mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang
bergerak oleh rahin. Jumlah pinjaman yang diberikan kepada masing peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan
digadaikan. Ada beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah
dalam bentuk gadai, yaitu:
a. Rahn (Gadai Syariah)
Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
masyarakat bagi masyarakat dengan system gadai yang sesuai syariah Islam
dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik dan kendaraan bremotor.
1 Budi W. Soetjipto, Sahala Harahap, dll, HR Excelllence 2007 Kisah Sukses para Kampiun
nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan
pemeliharaan barang jaminan (ijarah).2 Pegadaian Syariah mengeluarkan produk rahn untuk memenuhi kebutuhan transaksi gadai yang sesuai Syariah,
dengan prosedur pendanaan yang cepat, praktis, dan menentramkan
Cepat yaitu dengan menunggu 15 menit kebutuhan dana nasabah akan
terpenuhi. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang
memberatkan nasabah, cukup membawa barang-barang berharga, maka saat
itu juga nasabah akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka
waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh
tempo tiba dan nasabah masih memerlukan dana pinjaman tersebut, maka
pinjaman nasabah dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan
dan pemeliharaan serta biaya administrasi.
Menentramkan, yaitu sumber dana Pegadaian Syariah berasal dari
sumber yang sesuai dengan Syariah, proses gadai berlandaskan prinsip
Syariah, serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami
sehingga lebih syar’i dan menentramkan.
b. Arrum (Ar Rahn untuk Usaha Mikro Kecil)
Arrum adalah jenis pembiayaan yang diperuntukkan bagi para pengusaha
mikro kecil, yang ingin mengembangkan usaha dengan berprinsip syariah.
Dengan berbagai macam keunggulan yang ditawarkan yaitu:
1) Persyaratan yang mudah, proses yang cepat (± 3 hari), serta biaya-biaya
yang kompetitif dan relatif murah.
2) Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel, mulai dari 12 bulan, 18 bulan,
24 bulan, hingga 36 bulan
3) Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil ataupun motor)
sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan
operasional usaha.
4) Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70% dari nilai taksiran agunan.
5) Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap bulan dengan jumlah tetap.
6) Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian
diskon ijaroh.
7) Didukung oleh staf yang berpengalaman serta ramah dan santun dalam
memberikan pelayanan.
c. Mulia
Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) adalah suatu
produk yang memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan
Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau/
dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu dan
fleksibel.
Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia :
1) Jembatan mewujudkan Niat Mulia Anda untuk :
b) Mempersiapkan Biaya Pendidikan Anak di masa mendatang
c) Memiliki Tempat Tinggal dan Kendaraan
2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portfolio asset nasabah
3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana
yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan
usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis Anda, dll
4) Tersedia pilihan logam Mulia dengan berat 5gr, 10gr, 25gr, 50gr, 100gr,
1000gr.3
C. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah
Gadai syariah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau
rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhunbih
yang telah diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan
demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin memperoleh
jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya4.
Menurut Imam Abu Zakaria Al-anshari, rahn adalah menjadikan benda
yang bersifat harta untuk kepercayaan dari suatu marhun bih yang dapat
dibayarkan dari (harga) benda marhun itu apabila marhun bih tidak dibayar.
Sedangkan menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husaini mendefinisikan
rahn sebagai akad/perjanjian utang-piutang dengan menjadikan marhun sebagai
3 . Brosur Pegadaian Syariah
kepercayaan/penguat marhun bih dan murtahin berhak menjual/melelang barang
yang digadaikan itu pada saat ia menuntut haknya. Barang yang dapat dijadikan
jaminan uang adalah barang yang dapat diperjual-belikan, artinya semua barang
yang dapat dijual itu dapat digadaikan.5
Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan marhun bih
dalam bentuk rahn itu diperbolehkan, dengan ketentuannya bahwa murtahin,
dalam hal ini pegadaian syariah, mempunyai hak menahan marhun sampai semua
marhun bih dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin, yang
pada prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin, kecuali dengan seizin rahin,
tanpa mengurangi nilainya, serta sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan
perawatan. Biaya pemeliharaan dan perawatan marhun adalah kewajiban rahin,
yang tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah marhun bih. Apabila marhun bih
telah jatuh tempo, maka murtahin dijual paksa melalui lelang sesuai syariah dan
hasilnya digunakan untuk melunasi marhun bih, biaya pemeliharaan dan
penyimpanan marhun yang belum dibayar, serta biaya pelelangan. Kelebihan
hasil pelelangan menjadi milik rahin dan kekurangannya pun menjadi kewajiban
rahin.6
Dalam masyarakat Indonesia, sering terjadi adanya transaksi dengan
menggunakan hukum adat, seperti gadai tanah yang tidak ditemukan
5 Chuziamah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Edisi 3, LSIK, Jakarta: 1997. hal. 60
pembahasannya secara khusus dalam fiqh. Di mana satu sisi, gadai tanah mirip
dengan jual beli atau jual gadai, sedangkan di sisi lain mirip dengan rahn.
Kemiripannya dengan jual beli karena berpindahnya hak menguasai harta yang
digadaikan itu sepenuhnya kepada pemegang gadai, termasuk memanfaatkan dan
mengambil keuntungan dari benda tersebut, meskipun dalam waktu yang
ditentukan .Sedangkan kemiripannya dengan rahn, disebabkan adanya hak
menebus atau mengambil kembali bagi penggadai atas harta yang digadaikan itu.
Gadai pada prinsipnya merupakan kegiatan utang piutang yang murni
bersifat sosial. Namun, hal itu berlaku pada masa Rasulullah Saw, masih hidup.
Rahn pada saat itu belum berupa sebuah lembaga keuangan formal seperti
sekarang ini, sehingga aktivitas gadai hanya berlaku bagi perorangan. Jadi pada
saat itu masih mungkin jika aktivitas tersebut hanya berfungsi sosial dan rahin
tidak berkewajiban memberi tambahan apapun dalam pelunasan utangnya.
Kondisi saat ini, gadai sudah menjadi lembaga keuangan formal yang
telah diakui oleh pemerintah. Mengenai fungsi dari pegadaian tersebut sudah
bersifat komersil.
1. Perbedaan antara Pegadaian Konvensional dengan Syariah
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang
yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh
keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu
memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu
pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang
dipinjamkan.
Sedangkan Akad Sewa Tempat (ijarah) merupakan kesepakatan antara
penggadai dengan penerima gadai Perkembangan produk-produk berbasis syariah
kian marak di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian
mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadai syariah. Pada
dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak
memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai
alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis
untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil.
Pegadaian Syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya
menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil).
Karena nasabah dalam mempergunakan marhum bih (UP/uang pertanggungan)
mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang
sekolah atau tambahan modal kerja, penggunaan metode Mudharobah belum tepat
pemakaiannya.
Sebagai penerima gadai atau disebut Mutahin. seseorang akan
mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam meminjam
yang disebut Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat (Ijarah). Dalam akad
gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka
melunasi pinjaman. Untuk menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima
gadai akan mengenakan jasa simpan.7
Variabel biaya dalam pegadaian konvensional meliputi:
1. Biaya administrasi yang ditetapkan sebesar 1% dari uang pinjaman.
2. Biaya sewa modal yang dihitung sebagai berikut:
a. Pinjaman kurang dari Rp. 20.000.000,- dengan masa pinjam setiap 15 hari
sebesar 1,25%
b. Pinjaman lebih dari Rp. 20.000.00,- dengan masa pinjam setiap 30 hari (1
bulan) sebesar 1%
Variabel biaya dalam pegadaian syariah meliputi:
1. Biaya adminisrtasi yang ditetapkan sebagai berikut:
Rp.20.000,- - Rp.150.000,- = Rp. 1000,-
Rp.155.000,- - Rp.500.000,- = Rp. 3000,-
Rp.505.000,- - Rp.1.000.000,- = Rp. 5000,-
Rp.1.050.000,- - Rp.10.000.000,- = Rp. 15.000,-
Rp.10.500.000,- dan seterusnya = Rp. 25.000,-
2. Biaya jasa penyimpanan yang dihitung sebagai berikut:
Biaya Jasa Simpan dihitung per 10 hari, dirumuskan dengan:
Tarif yang dikenakan adalah:
Emas = Rp. 90,-
Barang Elektronik = Rp. 95.-
Motor = Rp. 100,-
Jika di bandingkan pembebanan variabel biaya-biaya tersebut, maka
kita dapatkan perbedaan yang cukup signifikan. Contoh : barang jaminan
berupa emas 22 karat seberat 60 gram dengan nilai taksiran Rp. 5,6 juta.
Pegadaian syariah Pegadaian konvensional
Besar Pinjaman 90% x Rp. 5,6 juta = Rp. 5,04 juta
89% x Rp. 5,6 juta = Rp.4,98 juta
Biaya Administrasi
Rp. 15.000,- 1% x Rp.4,98 juta =
Rp. 49.800,-
Biaya Per 10 hari: Rp. 5,6 juta x 90 = Rp. 50.400,- Rp. 10.000,-
Per 15 hari 1,25% x Rp. 4,98 juta = Rp. 62.250,-
Biaya selama 4 bulan Rp. 50.400 x 12 = Rp.604.800,-
Biaya selama 4 bulan 1,25% x 8 x Rp. 4,98 juta= Rp. 498.000,-
Total Biaya Rp. 619.800,- Rp. 547.800,-
Berikut di sajikan table perbedaan teknis antara pegadaian syariah dan
pegadaian konvensional.8
NO PEGADAIAN SYARIAH PEGADAIAN KONVENSIONAL
1 Biaya administrasi menurut
ketetapan berdasarkan golongan barang
Biaya administrasi menurut prosentase berdasarkan golongan barang
2 Jasa simpanan berdasarkan taksiran
Sewa modal berdasarkan pinjaman
3 Bila lama pengembalian melebihi
perjanjian, barang dijual kepada masyarakat
Bila lama melebihi perjanjian, maka barang dilelang kepad masyarakat
4 Uang pinjaman 90% dari taksiran Uang pinjaman golA: 90% dari
taksiran, golongan B,C, dan D : 86-88% dari taksiran
5 Jasa simpanan dihitung dengan
konstanta X taksiran
Sewa modal dihitung berdsasarkan prosentase X uang pinjaan
6 Maksimal jangka waktu 4 bulan `maksimal jangka waktu 3 bulan
7 Uang kelebihan = hasil penjualan – (uang pinjaman + jasa penitipan + biaya penjualan)
Uang kelebihan = hasil lalang – ( uang pinjaman + sewa modal + biaya lelang)
8 Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil, diserahkan kepada lembaga ZIS
Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil maka menjadi milik pegadaian
D. Mekanisme operasional pegadaian syariah
Mekanisme operasional gadai syariah sangat penting untuk diperhatikan,
karena jangan sampai operasional gadai syariah tidak efektif dan efesien.
Mekanisme opersional gadai syariah haruslah tidak menyulitkan calon nasabah
yang akan meminjam uang atau akan melakukan akad utang piutang. Akad yang
dijalankan, termasuk jasa dan produk yang dijual juga harus selalu berlandaskan
syariah (Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Ijma Ulama), dengan tidak melakukan
kegiatan usaha yang mengandung unsur riba’, maisir dan gharar.
Oleh karena itu , pengawasannya harus melekat , baik internal terutama
berhubungan dengan aturan syariahnya dan internal maupun eksternal Pegadaian
syariah, yaitu masyarakat muslim utamanya, serta yang tidak kalah pentingnya
adalah perasaan selalu mendapatkan pengawasan dari yang membuat syariah itu
sendiri, yaitu Allah Swt.
Implementasi operasional pegadaian syariah hampir bermiripan dengan
pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian Konvensional, Pegadaian
Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.
Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat
hanya menunjukan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang
pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15
menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan
menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang
juga singkat. Namun di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika
ditinjau dari aspek teknik transaksi, dan pendanaan, Pegadaian Syariah memiliki
ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian
Konvensional.
Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam operasionalnya
menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil).
Karena nasabah dalam menggunakan marhun bih (UP/uang pertanggungan)
mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang
Sesuai dengan landasan konsep rahn , pada dasarnya Pegadaian Syariah
berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu:
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan atas hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran uang sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik
nasabah yang telah melakukan akad.
Adapun teknis pelayanan dalam Pegadaian Syariah adalah sebagai berikut:
a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk
mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir barang jaminan
untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan
b. Pegadaian syariah dan nasabah menyepakati akad gadai. Akad ini meliputi
jumlah pinjaman, pembebanan biaya Jasa Simpan dan Biaya Administrasi,
dan jatuh tempo pengembalian pinjaman, yaitu 120 hari (4 bulan)
c. Pegadaian syariah menerima biaya Administrasi dan biaya Jasa Simpan
d. Nasabah menebus barang yang digadaiakan setelah jatuh tempo. Apabila
saat jatuh tempo nasabah belum dapat mengembalikan uang pinjaman,
dapat diperpanjang 1 (satu) kali masa jatu tempo, demikian seterusnya.
e. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak
memperpanjang akad gadai , selanjutnya pegadaian melakukan kegiatan
pelelangan untuk menjual barang tersebut dan mengambil pelunasan uang
pinjaman oleh nasabah dari hasil penjualan barang gadai
Teknis operasional dalam lembaga pegadaian syariah dapat
diilustrasikan dalam gambar sebagai be