• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh lokasi dan pelayanan Pegadaian Syariah terhadap minat nasabah: studi kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh lokasi dan pelayanan Pegadaian Syariah terhadap minat nasabah: studi kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

NANDANG SUNANDAR SAID

204046102955

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

NANDANG SUNANDAR SAID

NIM: 204046102955

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H.M Nurul Irfan M.Ag Drs.Sirril Wafa, M.Ag

NIP: 197308082003121001 NIP: 196003181991031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Segala puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan rahmat-Nya skripsi ini

dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam

pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Salawat serta salam tak lupa sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad

SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di

dalamnya.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses

tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs Noryamin Aini,

MA Pembantu Dekan Bidang Keuangan dan Administrasi dan Dr. H. Yayan Sofyan M.Ag

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Euis Amaliya, M.Ag. dan H. Ah. Azharudin Latif, M.Ag., MH. masing-masing sebagai

Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. H. Nurul Irfan, MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan

membantu dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan

(5)

tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

Allah SWT, mencatat sebagian amal baik disisi-Nya.

6. Kamarusdiana S.Ag., MH. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu mengarahkan,

dan memberikan wejangan serta nasehat, selama masih dalam perkuliahan.

7. Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang keduanya adalah

Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Drs.Irianto (Manajer Humas Pegadaian Pusat Cabang) yang telah mengijinkan untuk

melakukan penelitian dan Ibu Purwanti ( Bag Perpustakaan) Pegadaian Pusat yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data

yang diperlukan.

9. Agus SE, (Kepala Cabang Pegadaian Depok) dan staff yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data yang diperlukan.

10.Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda Sujono dan Ibunda Napsiah yang telah

mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, semangat

serta doanya.

11.Ade-adeku tercinta Dian, Dina, dan Dita yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

semangat ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini

12.Keluarga Besar dari Ayanda dan Ibunda yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

(6)

Semoga akan menjadi manfaat dan berkah untuk penulis.

14.Teman-teman UIN Banking Syari’a 04,Syafii, Puri, Rendra, Sahrul, Maya, Lesi , Kutmaja,

Mustopa ,Fahmi, Ina , semua teman-teman Banking Syari’a 2004 khususnya PS-B dan

umumnya PS-A, PS-D, PS-C, yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman

yang datang pergi silih berganti.

15.Serta rekan-rekan lain ka Tata , Didi ’Viit’dan kawan -kawan dan semua pihak yang

mungkin tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam skripsi ini.

Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi pihak-pihak

yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah.

Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia

bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas

semua perhatian yang diberikan, Penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Jakarta, Juni 2010 M Jumadil akir 1431 H

(7)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu) 8

E. Sistematika Penulisan 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Lokasi 12

B. Pelayanan 15

C. Minat 19

(8)

C. Produk dan Jasa 34

D. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah 37

E. Mekanisme Operasional 43

F. Metodelogi Penelitian 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden 66

B. Hasil Kuisioner dan Analisis 69

1. Lokasi 69

2. Pelayanan 73

3. Minat 83

4. Analisis Regresi Berganda 86

C. Analisis Lokasi 90

D. Analisis Pelayanan 91

E. Analisis Minat 91

F. Analisis Strategi Pegadaian Syariah 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 94

B. Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 96

(9)

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 3.1 Skala likert 54

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reabilitas 57

Tabel 3.3 Hasil uji multikolinearitas 59

Tabel 3.4 Hasil uji Durbin – Watson 63

Tabel 4.1 Jenis kelamin 66

Tabel 4.2 Responden berdasarkan pendidikan 67

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status Perkawinan 67

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan pekerjaan 68

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan penghasilan 69

Tabel 4.6 Lokasi Pegadaian Syariah Depok dari tempat tinggal nasabah 69

Tabel 4.7 Lokasi Pegadaian dari jalan raya 70

Tabel 4.8 Lokasi pegadaian dari jalur transportasi 71

Tabel 4.9 Lokasi pegadaian dari jangkauan angkutan umum 71

Tabel 4.10 Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah 72

Tabel 4.11 Penggunaan angkutan umum 73

Tabel 4.12 Interior dan penataan ruang 73

Tabel 4.13 Kebersihan 74

Tabel 4.14 Susana tempat 75

Tabel 4.15 Lokasi parkir 75

(10)

Tabel 4.19 Kecepatan melayani 78

Tabel 4.20 Responsif terhadap keinginan nasabah 78

Tabel 4.21 Penyampaian informasi layanan 79

Tabel 4.22 kemampuan pegawai atas produk 79

Tabel 4.23 Kerapihan dan kesopanan dalam melayani 80

Tabel 4.24 Keamanan saat bertransaksi 81

Tabel 4.25 Kepercayaan nasabah 81

Tabel 4.26 Penanganan keluhan 82

Tabel 4.27 Menyambut kedatangan nasabah 82

Tabel 4.28 Penaksiran harga 83

Tabel 4.29 Keamanan barang 83

Tabel 4.30 Biaya penyimpanan 84

Tabel 4.31 Pencairan dana 85

Tabel 4.32 Menyarankan orang lain 85

Tabel 4.33 kepuasan atas pelayanan 86

Tabel 4.34 Hasil analisis regresi berganda 86

Tabel 4.35 Hasil Uji f 87

Tabel 4.36 Hasil uji t 88

(11)

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 3.1 Seatterplot Uji Heteroskedastisitas 60

(12)

Nomor Keterangan

Lampiran 1 Surat Pengesahan Dosen Pembimbing Akademik

Lampiran 2 Surat Pembimbing Skripsi

Lampiran 3 Mohon Data/Wawancara Pegadaian Syariah

Lampiran 4 Surat Keterangan Pegadaian Syariah Pusat

Lampiran 6 Kuesioner

(13)

1

A. Latar belakang

Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang

membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global.

Karenanya , guna menjawab setiap permasalahan yang timbul, maka peran hukum

Islam dalam konteks kekinian sangat diperlukan. Kompoleksitas permasalahan umat

seiring dengan berkembangnya zaman , membuat hukum Islam harus menampakan

sifat elastisitas dan fleksibilitas guna memberikan hasil dan manfaat sesuatu yang

terbaik, serta dapat memberikan kemaslahatan (kepentingan) kepada umat Islam

khususnya dan manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip

yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

Mendasarkan kepada kemaslahatan tersebut , maka Islam mengajarkan kepada

umatnya untuk hidup saling membantu , yang kaya harus membantu yang mniskin.

Bentuk saling membantu ini , dapat berupa pemberian tanpa ada pengembalian dari

yang diberi (berfungsi sosial), seperti zakat infaq, dan shadaqah (ZIS) ataupun berupa

pinjaman , yang harus dikembalikan kepada yang memberi pinjaman minimal

mengembalikan pokok pinjamannya.

Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui

individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa

(14)

yang dalam hukum Islam kepentingan kreditur itu sangat diperhatikan dan dijaga

sekali, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu , ia dibolehkan meminta ‘barang’

dari debitur sebagai jaminan utangnya. Dalam dunia finansial, barang jaminan ini

biasa dikenal dengan objek jaminan (collateral) atau barang gadai (marhun) dalam

gadai syariah.

Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur Jenderal

VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini

bahwa praktik gadai telah mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia.

Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa

Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf von

Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri Pertama, dengan misi membantu

masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan

hukum gadai. Seiring dengan perkembangan zaman, pegadaian telah beberapa kali

berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan (1901), perusahaan dibawah IBW

(1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di

tahun 1990 dengan lahirnya Peraturan pemerintah10/1990 tanggal 10 April 1990,1

sampai dengan terbitnya Peraturan pemerintah 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus

sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN dalam

lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang.

(15)

Terbitnya Peraturan pemerintah/10 tanggal 10April 1990 dapat dikatakan

menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa

Peraturan pemerintah 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk

mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya Peraturan

pemerintah103/2000 yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum

Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi

Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah

sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat

beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah

melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan

Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani

kegiatan usaha syariah..

Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern

yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam.

Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang

Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi

di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit

bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai

konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit

Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003.

Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta,

(16)

sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian

Syariah.

Disamping pencairan dana yang mudah erbilang cepat, pegadaian juga tidak

meminta pesyaratan yang menyulitjkan dalam meminta dana, cukup dengan mmbawa

barang jaminan yan bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana

untuk memenuhi kebutuhannyabaik produktif maupun konsumtif. Pemberian gadai

pda dasarnya adalah suatu jaminan dalam hal pelaksanaan suatu prestasi yang akan

diberiakan nasabah untuk masa yang akan dating.2

Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep

pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran

dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah

: 283









































































)

ةﺮﻘﺒﻟا

2

/

283 ( Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah

(17)

ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqqoroh :2 : 283)

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang

digadaikan. Meski tanpa bunga pegadaian syaria’ah tetap mendapatkan keuntungan

seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya

pemeliharaan dari barang yang di gadaikan. Barang dihitung dari nilai barang yang

bukan dari jumlah pinjaman. sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang

harus dibayar adalah sejumlah dari yang dipinjamkan.3

Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan

kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas

dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang

kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak

ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja

sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan

kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.

Pegadaian syariah Depok berdiri pada tanggal 3 september 2004 Keberadaan

pegadaian syariah Depok merupakan tempat pegadaian yang strategis, mudah

dijangkau karena alat trasnpormasi mudah ditemui, dan letaknya yang berada di jalan

margonda raya yang merupakan pusat keramaian kota dan sebagai penghubung jalan

ke jakarta, Pegadaian syariah depok sangat dikenal masyarakat luas.Pegadaian

(18)

memiliki ahli taksir yang dengan cepat menaksir, beberapa nilai riil barang jaminan

tersebut. Biasanya nilai taksiran lebih rendah dari nilai pasar hal ini dimaksudkan

apabila terjadi kemacetan terhadap pembayaran pinjaman, maka dengan mudah pihak

Pegadaian melelang jaminan yang diberikan nasabah dibawah harga pasar.4

Di samping itu, pegadaian juga memiliki timbangan , serta alat ukur tertentu,

misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari taksiran itu

adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Besarnya

pinjaman yang di peroleh dari 80%-90% dari nilai taksiran. Semakin besart nilai

taksiran maka semakin besar pula pinjaman yang diperoleh.5 Selain lokasi dan

pelayanannya juga sangat dominan dalam menentukan minat nasabah dalam

menggadaikan barangnya , dari sini penulis ingin mengangkat tentang pengaruh

lokasi dan pelayanan pegadaian syariah maka skripsi ini diberi judul “Analisis Pengaruh Lokasi Dan Pelayanan Pegadaian Syariah Terhadap Minat Nasabah” (Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok )

4 . Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional Cet pertama, UI-Press, Jakarta 2005 hal 135

(19)

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya penulis

membatasi objek yang di kaji dalam skripsi ini. Adapun pembatasan masalah dan

dalam skripsi ini dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh lokasi terhadap minat nasabah?

b. Bagaimana pengaruh pelayanan pegadaian syariah terhadap minat

nasabah?

c. Bagaimana cara pegadaian syariah dalam memperkenalkan produknya

kepada nasabah?

2. Pembatasan Masalah

a. Pada penelitian ini dibahas tentang pengaruh lokasi dan pelayanan

pegadaian syaraih terhadap minat nasabah.

b. Responden pada penelitian ini adalah nasabah pegadaian di Perum

Lembaga Pegadaian Syariah Depok.

c. Objek yang di teliti pada penelitian ini Lembaga PerumPegadaian Syariah

Depok.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pegadaian syariah yang

(20)

b. Untuk mengetahui dari mana nasabah mendapatkan informasi tentang

pegadaian syariah.

c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan lokasi dan pelayanan pegadaian

syariah terhadap minat nasabah.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi lembaga pegadaian syariah

Untuk meningkatkan pelayaan kepada nasabah pegadaian syariah yang

lebih baik.

b. Bagi masyarakat

Memberikan acuan yang lebih baik dan jelas kepada masyarakat

mengenai usaha gadai syariah sebagai alternatif dari pegadaian

konvensional

c. Bagi mahasiswa

Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat yang lebih

baik terhadap peran dan tugas pegadaian syariah

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa

sumberkepustakaan. Penulis berpendapat bahwa apa yang merupakan masalah pokok

penelitian ini sangat penting, karena penelitian tentang urgensitas pegadaian syariah

di mata masyarakat Depok sangatlah penting agar dapat memberikan masukan

(21)

Adapun kajian kepustakaan yang digunakan dari penulis ini adalah:

1. Pada tahun 2008 telah ditulis skripsi atas nama Syarifah dengan judul

Motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah, dalam hal

ini penulis hanya menjelaskan motivasi nasabah dalam menggunakan jasa

pegadaian syariah akan tetapi tidak membahas pengaruh lokasi, dan

pelayanan terhadap minat nasabah.

2. Pada tahun 2005 telah ditulis skripsi atas nama Rany Rahmaniah dengan

judul Respon masyarakat Cawang terhadap pegadaian syariah cabang

Dewi Sartika, dalam hal ini penulis hanya menjelaskan respon masyarakat

terhadap pegadaian syariah tetapi tidak membahas pengaruh lokasi dan

pelayanan terhadap pegadaian syariah.

3. Pada tahun 2009 telah di tulis skripsi atas nama kunthi ayu pratiwi dengan

judul analisis pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah pegadaian

syariah cabang Cinere. Pada skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang

pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah dan tidak membahas

tentang lokasi.

Namun dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian di atas yaitu

pada penelitian ini akan membahas tentang pentingnya peran lokasi dan pelayanan

(22)

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN .

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu dan sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI.

Bab ini menjelaskan tentang pengertian lokasi, pengertian pelayanan

serta pegadaian syariah, dalil-dalil tentang pegadaian syariah, mekanisme

operasional dalam pegadaian syariah dan ketentuan pelaksanaan gadai dalam

Islam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian, Data Penelitian, Teknik dan Instrumen Pengumpulan

data, Subjek-Objek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Variabel dan

Operasional Variabel, Hipotesa, Metode Analisis Data.

BAB IV, HASIL PENELITIAN

meliputi Analisa hasil Penelitian; Uji Validitas dan Realibilitas,

(23)

Bab V , PENUTUP

merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini.

Bab ini berisi: Kesimpulan dan Saran-saran dari penulis mengenai hal-hal

(24)

12 1. Pengertian Lokasi

Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut

menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi dapat didefinisikan

sebagai "tempat, kedudukan secara fisik yang mempunyai fungsi strategis

karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha".1 Lokasi atau

tempat atau letak adalah "tempat di mana perusahaan itu didirikan"2. Jadi,

lokasi di sini adalah tempat di mana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan

dilaksanakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud lokasi adalah letak

Pegadaian Syariah Depok.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha menurut

Manullang, antara lain :

a. Lingkungan masyarakat

b. Kedekatan dengan pasar atau konsumen

c. Tenaga kerja

(25)

Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi :

1) Memilih wilayah atau daerah secara umum.

Ada 5 faktor yang menjadi dasar antara lain:

a) Dekat dengan pasar

b) Dekat dengan bahan baku

c) Tersedianya fasilitas pengangkutan

d) Terjaminnya pelayanan umum

e) Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan

2) Memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada tingkat

pemilihan pertama.

Pilihan didasarkan atas 5 faktor yaitu:

a) Tersedianya tenaga kerja yang cukup dalam jumlah dan skill

yang diperlukan

b) Tingkat upah yang lebih murah

c) Adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau

komplementer

d) Adanya kerjasama yang baik antar sesama usaha yang ada

e) Peraturan daerah yang menunjang

3) Memilih lokasi tertentu.

Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas

dan melakukan operasi.

(26)

a) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila keadaannya

seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya

memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau,

dengan kata lain strategis.

b) Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini

lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah

penyampaian jasa harus tetap berkualitas.

c) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat

tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana3.

3. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan lokasi.

Dalam mendirikan perusahaan, pemilihan lokasi sangat

dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang

penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan.

Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi

meliputi faktor-faktor :

a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

(27)

c. Lalu lintas (traffic) di mana ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya

impulse buying.

2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,

misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau

ambulan.

d. Tempat parkir yang luas dan aman.

e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha di

kemudian hari.

f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

Misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah kost, asrama

mahasiswa, atau perkantoran.

g. Persaingan yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi

wartel perlu dipertimbangkan apakah di jalan atau daerah yang sama,

banyak pula terdapat wartel lain atau tidak.

h. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi

(bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.4

B. Pelayanan

1. Pengertian pelayanan

Untuk memberikan pelayanan yang baik dibutuhkan

kesungguhan yang mengandung unsur kecepatan, keramahan, kenyamanan

(28)

yang terintegrasi sehingga manfaat yang besar akan diperoleh, terutama

kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar.

Keberhasilan pemasaran produk sangat ditentukan pula oleh baik

tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan

produknya. Pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk

mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pembelian produk dan

pelayanan purna jual yang mencakup atas jaminan semua kerusakan produk

dalam jangka waktu tertentu.

Pelayanan adalah sarana untuk mengidentifikasi dan memenuhi

superior need. Dengan kata lain layanan konsumen dapat menjadi pusat

keuntungan perusahaan.

Pendapat lain menyatakan pelayanan adalah proses pemberian bantuan

yang diberikan kepada seseorang agar orang tersebut memperoleh sesuatu

yang diinginkannya.

Menurut Tim Pusat Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, Pelayanan adalah "kemudahan yang diberikan

sehubungan dengan jual beli barang atau jasa".

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain

dalam jual beli barang atau jasa.

2. Kualitas Pelayanan

(29)

a. Menciptakan perhatian calon pembeli

b. Menggugah minat calon pembeli

c. Menanamkan keyakinan calon pembeli

d. Memperlakukan calon pembeli sebagai raja yang harus dihormati,

dilayani dan dipuaskan.

Kualitas layanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor

yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis maka tentu saja kualitas

layanan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya yaitu menciptakan

loyalitas konsumen dan kepuasan konsumen.

Menurut Parasuraman dan kawan-kawan (1988) di dalam salah studi

mengenai SERQUAL atau Dimensi Kualitas Pelayanan mengidentifikasikan

lima faktor utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai atau

menentukan kualitas layanan.

Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Keandalan (reliability)

Yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

b. Berwujud (tangible)

Yakni bukti fisik dari layanan, bisa berupa fasilitas fisik, perlengkapan

dan peralatan yang dipergunakan dan sarana komunikasi.

(30)

Yakni keinginan untuk membantu para konsumen dan memberikan

pelayanan dengan cepat, tepat dan informasi yang jelas.

d. Jaminan (assurance)

Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat

dipercaya, bebas dari resiko bahaya dan keragu-raguan.

e. Empati (empathy)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,

perhatian pribadi dan memenuhi kebutuhan para konsumen.5

Menurut Stanton6 sebelum melakukan transaksi konsumen memiliki

superior need sebagai berikut :

a. Kebutuhan informasi produk

b. Kebutuhan informasi tehnik

c. Kebutuhan status dan citra

d. Kebutuhan kepercayaan

e. Kebutuhan kecocokan

f. Kebutuhan untuk menanyakan hal khusus

g. Kebutuhan informasi situasional

5 . Ibid hal 148 - 149

(31)

C.Minat Nasabah

Minat nasabah adalah keinginan nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian

syariah , minat nasabah dalam menggadaikan atau dalam menggunakan jasa

pegadaian syariah dapat di kelompokkan dalam beberapa hal:

1.Mudah

Di mana prosedur yang diterapkan pegadaian syariah dalam pelaksanaanya

sangat mudah yaitu dengan hanya membawa harta (emas, berlian) yang mau di

gadaiakan dan tidak memerlukan banyak persyaratan dalam menggunakan jasa

pegadaian syariah.

2.Cepat

Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit dalam menggadaikan barang(emas,

berlian) dan nasabah akan langsung mendapatkan uang yang mana nasabah tersebut

telah menggadaiakan hartanya di pegadaian syariah.

3.Dekat

Lokasi yang dekat dan mudah dijangkau sangat mempengaruhi nasabah dalam

menentukan pegadaian syariah yang akan di datangi, semakin mudah dijangkau dan

dekat maka nasabah akan memilih pegadaian tersebut.

4.Pelayanan

Pelayanan yang ramah serta prima dalam melayani nasabah akan memberikan

nilai plus dalam pandangan nasabah, serta nasabah akan merasa nyaman dan akan

(32)

5.Bebas Bunga

Dalam pegadaian syariah untuk mengambil keuntungan tidak mengenakan

bunga melainkan dengan biaya simpanan, dengan bebas dari bunga maka nasabah

akan merasa lebih percaya dengan pegadaian syariah.

D. Gadai Syariah a. Pengertian

Dalam Istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai al-habsu, menurut A.A Basyir, rahn adalah perjanjian menahan

sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan suatu benda

bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga

dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat

diterimanya.

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab

al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang

untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup

membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria

al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah

menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu

yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar. Dari

beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian rahn

(33)

pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn

adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Pengertian gadai yang ada dalam syariah agak berbeda dengan

pengertian gadai yang ada dalam hukum positif. Pengertian gadai dalam

hukum positif seperti yang tercantum dalam Burgerlijk Wetbook (Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata) adalah suatu hal yang diperoleh seseorang

berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh

seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang

memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan

dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang

berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang

tersebut dan biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Pasal 1150 KUH

Perdata). 7 Jadi perbedaan pegadaian syariah dengan hukum positif adalah

dimana hukum positif ialah mendahulukan orang yang menggadaikan

barangnya dibandingkan dengan orang yang berpiutang lainnya.

7 Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah Di Indonesia Konsep, Implementasi Dan

(34)

b. Landasan Hukum

Pada dasarnya gadai menurut Islam, hukumnya adalah boleh (jaiz).

Seperti yang tercantum, baik dalam Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’.

i. Al- Qur’an

Pertama, dalil kebolehan gadai, seperti yang tercantum dalam

Surat Al-Qur’an Surah Al-Baqqoroh, ayat 283 yang berbunyi sebagai

berikut:









































































)

ةﺮﻘﺒﻟا

2

/

283 ( Artinya:

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang percaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikanpersaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqqoroh :2 : 283)

ii. As-Sunnah

Landasan hukum lainnya adalah hadits Rasul Saw yang

(35)

ﻦﻋ

ﹶﺔﺸﺋﺎﻋ

ﺖﹶﻟﺎﹶﻗ

ﻯﺮﺘﺷﺍ

ﹸﻝﻮﺳﺭ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻰﱠﻠﺻ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻪﻴﹶﻠﻋ

ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﻦﻣ

ﻱﺩﻮﻬﻳ

ﺎﻣﺎﻌﹶﻃ

ﻪﻨﻫﺭﻭ

ﺎﻋﺭﺩ

ﻦﻣ

ﺪﻳﺪﺣ

.

)

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

(

Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw membeli makanan dari seorang Yahudi dan menggadaikannya dengan besi”. (HR.Muslim)8

Dan hadits dari Anas ra.

ﻦﻋ

ﹴﺲﻧﹶﺃ

ﻲﺿﺭ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻪﻧﹶﺄﻬﻨﻋ

ﻰﺸﻣ

ﻰﹶﻟﹺﺇ

ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ

ﻰﱠﻠﺻ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻪﻴﹶﻠﻋ

ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﹺﺰﺒﺨﹺﺑ

ﹴﲑﻌﺷ

ﺔﹶﻟﺎﻫﹺﺇﻭ

ﺔﺨﹺﻨﺳ

ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ

ﻦﻫﺭ

ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ

ﻰﱠﻠﺻ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻪﻴﹶﻠﻋ

ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﺎﻋﺭﺩ

ﻪﹶﻟ

ﺎﹺﺑ

ﺔﻨﻳﺪﻤﹾﻟ

ﺪﻨﻋ

ﻱﺩﻮﻬﻳ

ﹶﺬﺧﹶﺃﻭ

ﻪﻨﻣ

ﺍﲑﻌﺷ

ﻪﻠﻫﹶﺄﻟ

)

ﻩﺍﻭﺭ

ﻢﻠﺴﻣ

(

Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”. (HR.Muslim)9

iii. Ijma

Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama

juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat

mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa diisyaratkan pada

waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian, beragumentasi

kepada perbuatan Rasulullah SAW terhadap riwayat hadits tentang orang

yahudi tersebut Di Madinah. Adapun keadaan dalam perjalanan seperti

8 . Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Muslim, Juz 8 Bab Jaminan , hal :306.

(36)

ditentukan dalam QS. Al-Baqarah: 283, karena melihat kebiasaan di mana

pada umumnya rahn dilakukan pada waktu bepergian.

iv IV. Fatwa DSN

1) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

Landasan gadai syariah (rahn) kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni

2002 tentang Rahn, yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Ketentuan Umum :

1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun

(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya

marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan

(37)

5. Penjualan marhun

a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.

b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual

paksa/dieksekusi.

c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya

penjualan.

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

b) Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di

kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan

sebagai mana mestinya.

2) Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas

Fatwa Dewan Syariah No. 26/DSN-MUI/III/2002, yang ditetapkan

(38)

a) Rahn Emas diperbolehkan berdasarkan prinsip Rahn (Fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002).

b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

c) Ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan

d) Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad ijarah.

c. Hakikat dan fungsi gadai syariah

Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai

pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, di mana

sikap menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Begitu juga dalam

hadits Rasulullah SAW. Dari Ummul Mu’minin ‘ Aisyah ra. Yang

diriwayatkan Abu Hurairah, di sana nampak sikap tolong menolong antara

Rasulullah SAW dengan orang Yahudi saat Rasulullah SAW menggadaikan

baju besinya kepada orang Yahudi tersebut.

Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam

adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang

membutuhkan dengan bentuk marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk

kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya

tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.

d. Syarat sah dan rukun gadai syariah

(39)

i. Ijab qabul (shigat)

Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan,

asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di

antara para pihak.

ii. Orang yang bertransaksi (Aqid)

Syarat syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang bertransaksi

gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah:

1. Telah dewasa

2. Berakal

3. Atas keinginan sendiri

iii. Adanya barang yang digadaikan (Marhun)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan

digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah:

1. Dapat diserahterimakan

2. Bermanfaat

3. Milik rahin (orang yang menggadaikan)

4. Jelas

5. Tidak bersatu dengan harta lain

6. Dikuasai oleh rahin

7. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan

(40)

Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat utang yang dapat

dijadikan alas utang adalah:

1. Berupa utang tetap dan dapat dimanfaatkan

2. Utang harus lazim pada waktu akad

3. Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin10

e. Hak dan kewajiban para pihak gadai syariah

Aspek lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam kaitan dengan

perjanjian gadai adalah yang menyangkut masalah hak dan kewajiban

masing-masing pihak dalam situasi dan kondisi yang normal maupun yang tidak

normal. Situasi dan kondisi yang tidak normal bisa terjadi karena adanya

peristiwa force mayor seperti perampokan, bencana alam, dan sebagainya. Dalam keadaan normal hak dari rahin setelah melaksanakan

kewajibannya adalah menerima uang pinjaman dalam jumlah yang sesuai

dengan yang disepakati dalam batas nilai jaminannya, sedang kewajiban rahin

adalah menyerahkan barang jaminan yang nilainya cukup untuk jumlah

hutang yang dikehendaki. Sebaliknya hak dari murtahin adalah menerima

barang jaminan dengan nilai yang aman untuk uang yang akan

dipinjamkannya., sedang kewajibannya adalah menyerahkan uang pinjaman

sesuai dengan yang disepakati bersama.

Setelah jatuh tempo, rahin berhak menerima barang yang menjadi

(41)

tanggungan hutangnya dan berkewajiban membayar kembali hutangnya

dengan sejumlah uang yang diterima pada awal perjanjian hutang. Sebaliknya

murtahin berhak menerima pembayaran hutang sejumlah uang yang diberikan

pada awal perjanjian hutang, sedang kewajibannya adalah menyerahkan

barang yang menjadi tanggungan hutang rahin secara utuh tanpa cacat.

Di atas hak dan kewajiban tersebut di atas, kewajiban murtahin adalah

memelihara barang jaminan yang dipercayakan kepadanya sebagai barang

amanah, sedang haknya adalah menerima biaya pemeliharaan dari rahin.

Sebaliknya rahin berkewajiban membayar biaya pemeliharaan yang

dikeluarkan murtahin, sedang haknya adalah menerima barang yang menjadi

(42)

30

A. Sejarah singkat

Pada tahun 2002 merupakan titik awal mula pegadaian syariah, dimana

muklai diterapkan sistem pegadaian yang dijabarkan dalam fatwa dewan syariah

nasional no. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN no

26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas yang menentukan bahwa pinjaman

dengan menggadaikan barang sebagai barang jaminan dalam bentuk rahn di

perbolehkan.

Pegadaian syariah pertama kali didirikan pada tahun 2003 dan yang

pertama di Indonesia adalah pegadaian syariah di Dewi Sartika Jakarta, dan

hingga kini pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah di seluruh

Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah, di wilayah jabotabek

khususnya seperti cabang Dewi Sartika , Cabang Margonda Depok, Cabang

Cinere dan Cabang Pondok Aren. Pegadaian syariah cabang Depok berdiri pada

tanggal 3 september 2004, dalam perkembangannya pegadaian syariah cabang

margonda depok pada tahun 2008 memiliki total asset 72 milyar dan hingga kini

memiliki tiga anak cabang yaitu: Anak cabang Srengseng Sawah, Anak cabang

(43)

1. Visi dan Misi

Visi :

Pada tahun 2013 pegadaian menjadi “Champion” dalam pembiayaan mikro

dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah.

Misi :

a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat

khususnya kelas menengah kebawah dengan memberikan solusi

keuangan yang terbaik melalui melalui pinjaman secara mikro, kecil dan

menengahatas dasar hukum gadai dan fiducia.

b. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dalam

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan konsisten.

c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.

2. Slogan Pegadaian Syariah

Budaya kerja di Pegadaian di gali dan dirumuskan dari praktik-praktik

kerja di perusahaan yang selama ini telah ada dan telah menjadi kebiasaan dan

perilaku para karyawan dalam berorganisasi baik untuk kepentingan internal

maupun untuk kepentingan eksternal. Budaya kerja tersebut diaktualisasikan

dengan jargon si INTAN yang mengandung makna: pertama, I adalah

singkatan dari inovatif yang mempunyai arti penuh gagasan, kreatif, aktif dan

mempunyai tantangan; kedua, N adalah singkatan dari nilai moral tinggi yang

(44)

terampil yang mempunyai arti menguasai bidang pekerjaan dan tanggap;

keempat, A singkatan dari adi layanan yang mempunyai arti sopan, ramah dan

berkepribadian menarik; kelima, N singkatan dari nuansa citra yang

mempunyai arti berorientasi usaha, mengutamakan kepuasan pelanggan dan

selalu berusaha mengembangkan diri.1

B. Produk dan Jasa

Bentuk perolehan pendapatan Pegadaian Syariah dapat berupa transaksi yang

berasal dari biaya administrasi (qardhul hasal), jasa penyimpan (ijarah), jasa taksiran,

galeri dan bagi hasil

Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh Pegadaian Syariah kepada

masyarakat, yaitu antara lain, pemberian pinjaman/pembiayaan atas dasar hukum

gadai syariah yang mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang

bergerak oleh rahin. Jumlah pinjaman yang diberikan kepada masing peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan

digadaikan. Ada beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah

dalam bentuk gadai, yaitu:

a. Rahn (Gadai Syariah)

Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi

masyarakat bagi masyarakat dengan system gadai yang sesuai syariah Islam

dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik dan kendaraan bremotor.

1 Budi W. Soetjipto, Sahala Harahap, dll, HR Excelllence 2007 Kisah Sukses para Kampiun

(45)

nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan

pemeliharaan barang jaminan (ijarah).2 Pegadaian Syariah mengeluarkan produk rahn untuk memenuhi kebutuhan transaksi gadai yang sesuai Syariah,

dengan prosedur pendanaan yang cepat, praktis, dan menentramkan

Cepat yaitu dengan menunggu 15 menit kebutuhan dana nasabah akan

terpenuhi. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang

memberatkan nasabah, cukup membawa barang-barang berharga, maka saat

itu juga nasabah akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka

waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh

tempo tiba dan nasabah masih memerlukan dana pinjaman tersebut, maka

pinjaman nasabah dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan

dan pemeliharaan serta biaya administrasi.

Menentramkan, yaitu sumber dana Pegadaian Syariah berasal dari

sumber yang sesuai dengan Syariah, proses gadai berlandaskan prinsip

Syariah, serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami

sehingga lebih syar’i dan menentramkan.

b. Arrum (Ar Rahn untuk Usaha Mikro Kecil)

Arrum adalah jenis pembiayaan yang diperuntukkan bagi para pengusaha

mikro kecil, yang ingin mengembangkan usaha dengan berprinsip syariah.

Dengan berbagai macam keunggulan yang ditawarkan yaitu:

(46)

1) Persyaratan yang mudah, proses yang cepat (± 3 hari), serta biaya-biaya

yang kompetitif dan relatif murah.

2) Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel, mulai dari 12 bulan, 18 bulan,

24 bulan, hingga 36 bulan

3) Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil ataupun motor)

sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan

operasional usaha.

4) Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70% dari nilai taksiran agunan.

5) Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap bulan dengan jumlah tetap.

6) Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian

diskon ijaroh.

7) Didukung oleh staf yang berpengalaman serta ramah dan santun dalam

memberikan pelayanan.

c. Mulia

Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) adalah suatu

produk yang memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan

Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau/

dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu dan

fleksibel.

Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia :

1) Jembatan mewujudkan Niat Mulia Anda untuk :

(47)

b) Mempersiapkan Biaya Pendidikan Anak di masa mendatang

c) Memiliki Tempat Tinggal dan Kendaraan

2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portfolio asset nasabah

3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana

yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan

usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis Anda, dll

4) Tersedia pilihan logam Mulia dengan berat 5gr, 10gr, 25gr, 50gr, 100gr,

1000gr.3

C. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah

Gadai syariah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau

rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhunbih

yang telah diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan

demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin memperoleh

jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya4.

Menurut Imam Abu Zakaria Al-anshari, rahn adalah menjadikan benda

yang bersifat harta untuk kepercayaan dari suatu marhun bih yang dapat

dibayarkan dari (harga) benda marhun itu apabila marhun bih tidak dibayar.

Sedangkan menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husaini mendefinisikan

rahn sebagai akad/perjanjian utang-piutang dengan menjadikan marhun sebagai

3 . Brosur Pegadaian Syariah

(48)

kepercayaan/penguat marhun bih dan murtahin berhak menjual/melelang barang

yang digadaikan itu pada saat ia menuntut haknya. Barang yang dapat dijadikan

jaminan uang adalah barang yang dapat diperjual-belikan, artinya semua barang

yang dapat dijual itu dapat digadaikan.5

Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan marhun bih

dalam bentuk rahn itu diperbolehkan, dengan ketentuannya bahwa murtahin,

dalam hal ini pegadaian syariah, mempunyai hak menahan marhun sampai semua

marhun bih dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin, yang

pada prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin, kecuali dengan seizin rahin,

tanpa mengurangi nilainya, serta sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan

perawatan. Biaya pemeliharaan dan perawatan marhun adalah kewajiban rahin,

yang tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah marhun bih. Apabila marhun bih

telah jatuh tempo, maka murtahin dijual paksa melalui lelang sesuai syariah dan

hasilnya digunakan untuk melunasi marhun bih, biaya pemeliharaan dan

penyimpanan marhun yang belum dibayar, serta biaya pelelangan. Kelebihan

hasil pelelangan menjadi milik rahin dan kekurangannya pun menjadi kewajiban

rahin.6

Dalam masyarakat Indonesia, sering terjadi adanya transaksi dengan

menggunakan hukum adat, seperti gadai tanah yang tidak ditemukan

5 Chuziamah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Edisi 3, LSIK, Jakarta: 1997. hal. 60

(49)

pembahasannya secara khusus dalam fiqh. Di mana satu sisi, gadai tanah mirip

dengan jual beli atau jual gadai, sedangkan di sisi lain mirip dengan rahn.

Kemiripannya dengan jual beli karena berpindahnya hak menguasai harta yang

digadaikan itu sepenuhnya kepada pemegang gadai, termasuk memanfaatkan dan

mengambil keuntungan dari benda tersebut, meskipun dalam waktu yang

ditentukan .Sedangkan kemiripannya dengan rahn, disebabkan adanya hak

menebus atau mengambil kembali bagi penggadai atas harta yang digadaikan itu.

Gadai pada prinsipnya merupakan kegiatan utang piutang yang murni

bersifat sosial. Namun, hal itu berlaku pada masa Rasulullah Saw, masih hidup.

Rahn pada saat itu belum berupa sebuah lembaga keuangan formal seperti

sekarang ini, sehingga aktivitas gadai hanya berlaku bagi perorangan. Jadi pada

saat itu masih mungkin jika aktivitas tersebut hanya berfungsi sosial dan rahin

tidak berkewajiban memberi tambahan apapun dalam pelunasan utangnya.

Kondisi saat ini, gadai sudah menjadi lembaga keuangan formal yang

telah diakui oleh pemerintah. Mengenai fungsi dari pegadaian tersebut sudah

bersifat komersil.

1. Perbedaan antara Pegadaian Konvensional dengan Syariah

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang

yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh

keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu

memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu

(50)

pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang

dipinjamkan.

Sedangkan Akad Sewa Tempat (ijarah) merupakan kesepakatan antara

penggadai dengan penerima gadai Perkembangan produk-produk berbasis syariah

kian marak di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian

mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadai syariah. Pada

dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak

memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai

alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis

untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil.

Pegadaian Syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil).

Karena nasabah dalam mempergunakan marhum bih (UP/uang pertanggungan)

mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang

sekolah atau tambahan modal kerja, penggunaan metode Mudharobah belum tepat

pemakaiannya.

Sebagai penerima gadai atau disebut Mutahin. seseorang akan

mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam meminjam

yang disebut Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat (Ijarah). Dalam akad

gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka

(51)

melunasi pinjaman. Untuk menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima

gadai akan mengenakan jasa simpan.7

Variabel biaya dalam pegadaian konvensional meliputi:

1. Biaya administrasi yang ditetapkan sebesar 1% dari uang pinjaman.

2. Biaya sewa modal yang dihitung sebagai berikut:

a. Pinjaman kurang dari Rp. 20.000.000,- dengan masa pinjam setiap 15 hari

sebesar 1,25%

b. Pinjaman lebih dari Rp. 20.000.00,- dengan masa pinjam setiap 30 hari (1

bulan) sebesar 1%

Variabel biaya dalam pegadaian syariah meliputi:

1. Biaya adminisrtasi yang ditetapkan sebagai berikut:

Rp.20.000,- - Rp.150.000,- = Rp. 1000,-

Rp.155.000,- - Rp.500.000,- = Rp. 3000,-

Rp.505.000,- - Rp.1.000.000,- = Rp. 5000,-

Rp.1.050.000,- - Rp.10.000.000,- = Rp. 15.000,-

Rp.10.500.000,- dan seterusnya = Rp. 25.000,-

2. Biaya jasa penyimpanan yang dihitung sebagai berikut:

Biaya Jasa Simpan dihitung per 10 hari, dirumuskan dengan:

(52)

Tarif yang dikenakan adalah:

Emas = Rp. 90,-

Barang Elektronik = Rp. 95.-

Motor = Rp. 100,-

Jika di bandingkan pembebanan variabel biaya-biaya tersebut, maka

kita dapatkan perbedaan yang cukup signifikan. Contoh : barang jaminan

berupa emas 22 karat seberat 60 gram dengan nilai taksiran Rp. 5,6 juta.

Pegadaian syariah Pegadaian konvensional

Besar Pinjaman 90% x Rp. 5,6 juta = Rp. 5,04 juta

89% x Rp. 5,6 juta = Rp.4,98 juta

Biaya Administrasi

Rp. 15.000,- 1% x Rp.4,98 juta =

Rp. 49.800,-

Biaya Per 10 hari: Rp. 5,6 juta x 90 = Rp. 50.400,- Rp. 10.000,-

Per 15 hari 1,25% x Rp. 4,98 juta = Rp. 62.250,-

Biaya selama 4 bulan Rp. 50.400 x 12 = Rp.604.800,-

Biaya selama 4 bulan 1,25% x 8 x Rp. 4,98 juta= Rp. 498.000,-

Total Biaya Rp. 619.800,- Rp. 547.800,-

Berikut di sajikan table perbedaan teknis antara pegadaian syariah dan

pegadaian konvensional.8

NO PEGADAIAN SYARIAH PEGADAIAN KONVENSIONAL

1 Biaya administrasi menurut

ketetapan berdasarkan golongan barang

Biaya administrasi menurut prosentase berdasarkan golongan barang

(53)

2 Jasa simpanan berdasarkan taksiran

Sewa modal berdasarkan pinjaman

3 Bila lama pengembalian melebihi

perjanjian, barang dijual kepada masyarakat

Bila lama melebihi perjanjian, maka barang dilelang kepad masyarakat

4 Uang pinjaman 90% dari taksiran Uang pinjaman golA: 90% dari

taksiran, golongan B,C, dan D : 86-88% dari taksiran

5 Jasa simpanan dihitung dengan

konstanta X taksiran

Sewa modal dihitung berdsasarkan prosentase X uang pinjaan

6 Maksimal jangka waktu 4 bulan `maksimal jangka waktu 3 bulan

7 Uang kelebihan = hasil penjualan – (uang pinjaman + jasa penitipan + biaya penjualan)

Uang kelebihan = hasil lalang – ( uang pinjaman + sewa modal + biaya lelang)

8 Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil, diserahkan kepada lembaga ZIS

Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil maka menjadi milik pegadaian

D. Mekanisme operasional pegadaian syariah

Mekanisme operasional gadai syariah sangat penting untuk diperhatikan,

karena jangan sampai operasional gadai syariah tidak efektif dan efesien.

Mekanisme opersional gadai syariah haruslah tidak menyulitkan calon nasabah

yang akan meminjam uang atau akan melakukan akad utang piutang. Akad yang

dijalankan, termasuk jasa dan produk yang dijual juga harus selalu berlandaskan

syariah (Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Ijma Ulama), dengan tidak melakukan

kegiatan usaha yang mengandung unsur riba’, maisir dan gharar.

Oleh karena itu , pengawasannya harus melekat , baik internal terutama

(54)

berhubungan dengan aturan syariahnya dan internal maupun eksternal Pegadaian

syariah, yaitu masyarakat muslim utamanya, serta yang tidak kalah pentingnya

adalah perasaan selalu mendapatkan pengawasan dari yang membuat syariah itu

sendiri, yaitu Allah Swt.

Implementasi operasional pegadaian syariah hampir bermiripan dengan

pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian Konvensional, Pegadaian

Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.

Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat

hanya menunjukan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang

pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15

menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan

menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang

juga singkat. Namun di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika

ditinjau dari aspek teknik transaksi, dan pendanaan, Pegadaian Syariah memiliki

ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian

Konvensional.

Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam operasionalnya

menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil).

Karena nasabah dalam menggunakan marhun bih (UP/uang pertanggungan)

mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang

(55)

Sesuai dengan landasan konsep rahn , pada dasarnya Pegadaian Syariah

berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu:

1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan

memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai

jaminan atas utang nasabah.

2. Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan atas hak guna atas barang dan atau jasa

melalui pembayaran uang sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi

Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik

nasabah yang telah melakukan akad.

Adapun teknis pelayanan dalam Pegadaian Syariah adalah sebagai berikut:

a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk

mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir barang jaminan

untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan

b. Pegadaian syariah dan nasabah menyepakati akad gadai. Akad ini meliputi

jumlah pinjaman, pembebanan biaya Jasa Simpan dan Biaya Administrasi,

dan jatuh tempo pengembalian pinjaman, yaitu 120 hari (4 bulan)

c. Pegadaian syariah menerima biaya Administrasi dan biaya Jasa Simpan

(56)

d. Nasabah menebus barang yang digadaiakan setelah jatuh tempo. Apabila

saat jatuh tempo nasabah belum dapat mengembalikan uang pinjaman,

dapat diperpanjang 1 (satu) kali masa jatu tempo, demikian seterusnya.

e. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak

memperpanjang akad gadai , selanjutnya pegadaian melakukan kegiatan

pelelangan untuk menjual barang tersebut dan mengambil pelunasan uang

pinjaman oleh nasabah dari hasil penjualan barang gadai

Teknis operasional dalam lembaga pegadaian syariah dapat

diilustrasikan dalam gambar sebagai be

Gambar

Tabel 3.1 Skala Likert
Tabel 3.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Gambar 3.1
Gambar 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

responden menyatakan setuju. 29 responden menyatakan sangat setuju.. Dedy Yuzwar : Pengaruh Lokasi Dan Promosi Terhadap Minat Pembelian Ulang Pada Supermarket Madinah Syariah

Sebesar 74% dari 50 responden pada Pegadaian Syariah cabang Cinere tertarik dengan produk penjualan emas logam mulia, hal ini juga terlihat dari jumlah nasabah dan penjualan emas

dari data 23 nasabah pembiayaan ARRUM BPKB Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan terdapat 52% nasabah yang mengalami peningkatan pendapatan karena pendapatan yang

M Reza Al-fajri (Kasir Pegadaian Syariah Unit Pelayanan Syariah Pasar Tamin), wawancara 5 November 2018.. Para pesaing justru semakin gencar melakukan usaha pemasaran

Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Blauran Surabaya karena, jumlah populasi nasabah produk gadai (rahn) adalah populasi yang infinit, di mana jumlah populasi yang akan

Pegadaian Syariah Unit Bunul sesuai dengan nilai taksiran barang yang digadaikan tidak memberatkan saya dalam menggunakan jasa Pegadaian Syariah Unit Bunul..

aplikasi PSDS dapat memudahkan nasabah yang tidak memiliki waktu untuk datang langsung melakukan transaksi di Pegadaian Syariah CPS Kebomas Gresik. Dan juga upaya

Faktor yang menyebabkan variabel pelayanan tidak berpengaruh terhadap preferensi nasabah dalam memilih produk pegadaian segmen syariah adalah karena bukan karena