Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Dosen Pembimbing:
1. Yunita Faela Nisa, M.Psi.,Psi
2. Solicha, M.Si
Disusun Oleh:
AGUNG KUMOJOYO 105070002315
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
ii
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Agung Kumojoyo
NIM: 105070002315Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi.
NIP: 19770608 2005012 003
Pembimbing II
Solicha, M.Si
NIP: 19720415 1999032 001
Fakultas Psikologi
iii
Jakarta pada tanggal 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 15 Maret 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekertaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2001
Anggota:
Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si Solicha, M.Si
NIP. 19620724 1989032 001 NIP. 197204151999032001
iv
“Anak yang sedang berkembang
adalah sebuah kesatuan psikososial
v e) X + 115 halaman
Kecerdasan majemuk diartikan sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan majemuk salah satu diantaranya adalah lingkungan rumah, dalam lingkungan rumah meliputi pola asuh orang tua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan majemuk siswa 2) berapakah proporsi varian pola asuh orang tua terhadap kecerdasan majemuk siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Januari 2011 di SDN 03 Cirendeu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas. 1) metode kausalitas dengan teknik analisis data menggunakan teknik multi-regresi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 62 siswa. Adapun teknik pemilihan sampel menggunakan simple random sampling dengan cara undian yakni sebanyak 30 siswa. Sementara itu, instrumen pengumpulan data menggunakankuesionerdengan dua skala yaitu MI-FALAE dan pola asuh orang tua. Untuk memperkaya data yang terkait dengan penelitian, peneliti mencantumkan identitas responden, kegiatan ekstrakurikuler dan pekerjaan orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: 1) pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan majemuk yang meliputi kecerdasan bahasa, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. 3) proporsi varian pola asuh orang tua terhadap kecerdasan naturalis sebesar 29,2%.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar mencari dan menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan majemuk, diantaranya peran guru, materi pelajaran, metode pengajaran, lingkungan kelas, serta peran anak.
vi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah berkat ridho-Nya dan bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga M.Si Pudek bidang akademik.
3. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi, pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Solicha, M.Si yang banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan
saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 6. Kepala sekolah SDN 03 Cirendeu, yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian ini dengan tangan terbuka dan telah membantu kesuksesan penelitian ini.
7. Seluruh teman di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah atas persahabatan yang tulus serta atas semua bantuan selama masa perkuliahan, khususnya untuk sahabat terbaikku: Idham, Budi, Adi, Wahyu, Pei, Rizki, dan Rojak, yang memberikan semangat dan dukungan. 8. Seluruh sahabat di PMII khususnya Komisariat Fakultas Psikologi yang
telah memberikan pengalaman berorganisasi di kampus.
9. Seluruh rekan KMPA MAHACHALA yang telah memberikan
vii
anaknya, semoga aku dapat membuatmu selalu bahagia Mama. 12. Untuk Papa, aku ingin menjadi yang terbaik baginya.
13. Untuk kakak, adik, dan keponakan-keponakanku ‘Zufar & Zayan’ yang membuat hidupku berwarna.
14. Untuk Nur Sabila Rahmah ‘ucha’ yang telah memberikanku dukungan secara total dalam pengerjaan skripsi ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 2 Maret 2011
viii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Agung kumojoyo
NIM : 105070002315
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh orang Tua terhadap Kecerdasan Majemuk ” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 Maret 2011
ix
Halaman Pengesahan ... ii
Lembar Pengesahan……….. iii
Motto...iv
Abstrak...v
Kata Pengantar...vi-vii Pernyataan Bukan Plagiat...viii
Daftar Isi...ix-xi Daftar Tabel...xii-xiii Daftar Bagan...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 7
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1 Tujuan penelitian...9
1.4.2 Manfaat penelitian...9
1.5 Sistematika Penulisan... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
2.1 Kecerdasan Majemuk... 12
2.1.1 Pengertian kecerdasan majemuk ... 12
2.1.2 Aspek-aspek dan Karakteristik kecerdasan majemuk... 13
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan majemuk... 16
2.1.4 Pengukuran kecerdasan majemuk... 18
2.2. Pola Asuh Orang Tua... 19
2.2.1 Pengertian pola asuh orang tua... 19
x
BAB III METODE PENELITIAN... 33
3.1 Jenis Penelitian... 33
3.1.1 Pendekatan penelitian ... 33
3.1.2 Metode penelitian ... 33
3.2. Variabel Penelitian... 34
3.2.1. Definisi variabel... 34
3.2.2. Definisi konseptual variabel ... 34
3.2.3.Definisi operasional variabel ... 35
3.3. Pengambilan Sampel ... 35
3.3.1. Populasi ... 35
3.3.2. Sampel ... 36
3.3.3. Teknik pengambilan sampel... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.4.1. Skala pola asuh orang tua... 38
3.4.2. Skala kecerdasan majemuk ... 39
3.5. Uji Instrumen Penelitian...40
3.5.1. Teknik uji instrumen ...40
3.5.2. Hasil uji instrumen penelitian ...42
3.6. Teknik Analisa Data ... 46
3.7. Prosedur Penelitian ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 50
4.2 Kategorisasi ... 51
4.2.1 Kategorisasi kecerdasan majemuk ……... 52
4.2.2 Kategorisasi pola asuh orang tua... 58
4.3 Uji Hipotesis... 58
xii
Tabel 3.2 Blue print skala pola asuh orang tua ... 39
Tabel 3.3 Blue print field studyskala MI-FALAE... 43
Tabel 3.4 Blue print field studyskala pola asuh orang tua... 43
Tabel 3.5 Blue print field studyskala MI-FALAE... 45
Tabel 3.6 Blue print field studyskala pola asuh orang tua... 45
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian... 50
Tabel 4.2 Kategorisasi skor... 51
Tabel 4.3 Hasil kategori kecerdasan bahasa ... 52
Tabel 4.4 Hasil kategori kecerdasan logis-matematis... 52
Tabel 4.5 Hasil kategori kecerdasan musik... 53
Tabel 4.6 Hasil kategori kecerdasan visual... 54
Tabel 4.7 Hasil kategori kecerdasan kinestetik... 54
Tabel 4.8 Hasil kategori kecerdasan interpersonal ... 55
Tabel 4.9 Hasil kategori kecerdasan intrapersonal ... 56
Tabel 4.10 Hasil kategori kecerdasan naturalis... 56
Tabel 4.11 Hasil keseluruhan kategorisasi... 57
Tabel 4.12 Hasil kategorisasi pola asuh orang tua ... 57
Tabel 4.13Coefficientsanalisa regresi dari ke-7 IV ... 58
Tabel 4.14 Hasil nilai signifikan pola otoriter terhadap kecerdasan majemuk ... 63
Tabel 4.15 Hasil nilai signifikan pola asuh demokratis terhadap kecerdasan majemuk... 65
Tabel 4.16 Hasil nilai signifikan pola asuh permisif terhadap kecerdasan majemuk .. 68
Tabel 4.17 Hasil nilai signifikan jenis kelamin terhadap kecerdasan majemuk ... 70
Tabel 4.18 Hasil nilai signifikan usia terhadap kecerdasan majemuk ... 72
xiii
Tabel 4.23Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan logis-matematis ... 79
Tabel 4.24 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan logis-matematis ... 79
Tabel 4.25Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan musik... 80
Tabel 4.26 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan musik ... 80
Tabel 4.27Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan visual ... 81
Tabel 4.28 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan visual ... 81
Tabel 4.29Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan kinestetik ... 82
Tabel 4.30 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan kinestetik ... 82
Tabel 4.31Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan interpersonal... 83
Tabel 4.32 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan interpersonal ... 83
Tabel 4.33Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan intrapersonal... 84
Tabel 4.34 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan intrapersonal ... 84
Tabel 4.35Model summarydari ke-7 IV terhadap kecerdasan naturalis ... 85
Tabel 4.36 Anova dari ke-7 IV terhadap kecerdasan kecerdasan naturalis ... 85
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya pendidikan yang utama bagi anak berada di rumah bersama orang
tua. Indikatornya adalah orang tua merupakan orang yang paling bertanggung
jawab terhadap perkembangan anaknya, orang tua merupakan orang yang pertama
berinteraksi dengan anak sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain, dan
lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat (micro system) yang
berpengaruh terhadap kecerdasan anak.
Gunarsa (2000), menyatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak, baik dalam organis-psikologis,
antara lain pemberian makanan, kebutuhan akan perkembangan intelektual,
perawatan, dan asuhan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gerber dan Ware
(dalam Djamarah, 2008), menyebutkan bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan
Hurlock (1978), menyatakan bahwa ada 10 sumbangan yang dapat
diberikan oleh keluarga (orang tua) kepada anak, yaitu: 1) perasaan aman, 2)
pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis, 3) sumber kasih sayang dan
penerimaan, 4) model perilaku yang disetujui guna belajar menjadi sosial, 5)
bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disetujui secara sosial, 6)
bantuan dalam pemecahan masalah anak, 7) bimbingan dan bantuan dalam
mempelajari kecakapan motorik, verbal, dan sosial yang diperlukan untuk
penyesuaian, 8) perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah
dan kehidupan sosial, 9) bantuan dalam menetapkan aspirasi yang sesuai minat
dan kemampuan, dan 10) sumber persahabatan sampai mereka cukup besar untuk
mendapatkan teman di luar rumah.
Fenomena yang banyak terjadi pada saat ini ialah banyaknya orang tua
yang menuntut anak agar mendapatkan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini
menjadi kendala bagi anak apabila pelajaran yang diterimanya itu sulit untuk
dipahami mungkin karena proses belajar mengajar tersebut kurang menarik,
membosankan, dan materi yang diajarkan bersifat monoton, sehingga tidak jarang
anak menjadi underachiever yaitu memperoleh prestasi dibawah kemampuan
intelektual yang ia miliki.
Untuk dapat membuat proses belajar lebih menarik dan dapat dilakukan di
mana saja dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu dengan menggunakan
merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang inteligensi yang menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk
menjadi cerdas.
Menurut Gardner (1999), kecerdasan majemuk adalah sebuah penilaian
secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Teori kecerdasan majemuk
memberikan cara melihat gambaran lengkap potensi anak sehingga kemampuan
mereka yang terabaikan pun akan dihargai dan dikembangankan (Armstrong,
2005). Menurut Suharsono (2004), dengan menggunakan kecerdasan majemuk
maka fungsi otak kiri memiliki kemampuan dan potensi memecahkan masalah,
sedangkan otak kanan memiliki kemampuan untuk merespons hal-hal yang
bersifat kualitatif, artistik, dan abstrak. Kebanyakan siswa hanya menggunakan
otak kiri saja ketika sedang belajar dan jarang sekali melibatkan otak kanan dalam
proses belajar sehingga hasil yang didapat pun tidak begitu optimal.
Menurut Jasmine (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010), pembelajaran
dengan kecerdasan majemuk sangatlah penting untuk mengutamakan perbedaan
individual pada anak. Implikasi dari teori kecerdasan majemuk dalam proses
pendidikan dan pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu memperhatikan
modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan berbagai strategi dan
Tujuan dari teori kecerdasan majemuk ialah siswa dapat belajar sesuai
dengan gaya belajarnya masing-masing. Hal ini karena kecerdasan majemuk
memiliki metode discovering ability, yaitu proses menemukan kemampuan
seseorang (Chatib, 2010). Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki
kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Untuk menemukan kecerdasannya anak
perlu dibantu oleh lingkungannya, baik orang tua, guru, sekolah, maupun sistem
pendidikan.
Dalam aspek pendidikan, kecerdasan majemuk dapat diterapkan dalam
melaksanakan proses pengajaran secara luas, sedangkan bagi siswa penerapan
kecerdasan majemuk dalam proses belajar siswa dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan talentanya. Sementara bagi orang tua dan masyarakat,
penggunaan kecerdasan majemuk dapat meningkatkan proses belajar dan
mengajar karena setiap aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses belajar akan
melibatkan anggota masyarakat (Susanto, dalam Soefandi & Pramudya, 2009).
Menurut Armstrong (dalam Musfiroh, 2008), salah satu faktor yang
mempengaruhi kecerdasan majemuk ialah sejarah hidup pribadi, termasuk di
dalamnya adalah pengalaman-pengalaman (bersosialisasi dan hidup) dengan
orang tua, guru, teman sebaya, atau orang lain, baik yang membangkitkan
Menurut Kohn (dalam Muallifah, 2009), pola asuh merupakan cara orang
tua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman,
pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku anak.
Baumrind (dalam Papalia dkk, 2010), menyatakan bahwa terdapat tiga
macam pola asuh orang tua yang menggambarkan pola perilaku umum dari anak
yang dibesarkan dengan masing-masing cara pengasuhan. Pola asuh tersebut,
yaitu pola asuh otoritarian (authoritarian), otoritatif (authoritative), dan permisif
(permissive).
Menurut Baumrind, pola asuh otoritarian adalah gaya yang membatasi dan
menghukum, di mana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka
dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka, sedangkan pola asuh permisif
adalah gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun
tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka, sementara pola asuh otoritatif
adalah mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan
kendali pada tindakan mereka (dalam Santrock, 2007).
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai
kecerdasan majemuk, menurut Tientje (2010), terdapat enam komponen yang
diharapkan dapat bekerja sama serta berinteraksi dengan baik, yaitu peran guru,
anak. Dalam penelitian ini variabel tambahan yang digunakan adalah jenis
1.2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi
untuk meneliti pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
majemuk siswa SD. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anak yang
meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian,
serta tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku anak.
2. Kecerdasan majemuk adalah sebuah penilaian secara deskriptif
bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
terdapat beberapa rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah pola asuh orang tua (mencakup pola asuh otoriter, pola asuh
demokratis, dan pola asuh permisif) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecerdasan majemuk (mencakup kecerdasan
bahasa, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan
visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis)?
2. Apakah jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan visual, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan naturalis)?
3. Apakah usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
majemuk (mencakup kecerdasan bahasa, kecerdasan logis-matematis,
kecerdasan musik, kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis)?
4. Apakah pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan majemuk (mencakup kecerdasan bahasa,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis)?
5. Apakah kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan majemuk (mencakup kecerdasan bahasa,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua (mencakup pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif) terhadap
kecerdasan majemuk (mencakup kecerdasan bahasa, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan visual, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan naturalis) siswa SD?
2. Untuk melihat nilai varian pola asuh orang tua (mencakup pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif) terhadap
kecerdasan majemuk (mencakup kecerdasan bahasa, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan musik, kecerdasan visual, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan naturalis) siswa SD.
1.4.2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi dalam dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat teoritis
Adapaun manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
bidang psikologi pendidikan, terutama sebagai bahan untuk
bidang psikologi perkembangan, terutama sebagai bahan untuk
mengembangkan teori tentang pola asuh orang tua.
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi sekolah, dan siswa.
a. kontribusi bagi pihak sekolah untuk memberikan fasilitas, sarana dan
prasarana kepada siswa dalam meningkatkan kecerdasan majemuk
siswa.
b. kontribusi bagi siswa yakni dapat membantu siswa untuk
mengidentifikasi kecerdasan majemuk yang dimilikinya.
1.5. Sistematika Penulisan
Peneliti menggunakan teknik penulisan American Psychological
Association(APA)Style. Secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
Bab 1 Pendahuluan, yang meliputi:
Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
Bab 2 Landasan Teori, yang meliputi:
Kecerdasan majemuk, diantaranya pengertian kecerdasan majemuk,
mempengaruhi kecerdasan majemuk, dan pengukuran kecerdasan
majemuk.
Pola asuh orang tua, diantaranya pengertian pola asuh orang tua,
macam-macam pola asuh orang tua, faktor-faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua, dan cara pengukuran pola asuh orang tua.
Kerangka berpikir, dan Hipotesa
Bab 3 Metode Penelitian, yang meliputi:
Jenis penelitian (pendekatan penelitian, metode penelitian), dan
variabel penelitian (definisi konseptual variabel, definisi operasional
variabel), populasi dan sampel, pengambilan sampel, teknik dan
instrument pengumpulan data (kuisioner dan analisa data), teknik
penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa data, serta
prosedur penelitian.
Bab 4 Hasil Penelitian, yang meliputi:
Gambaran umum responden, uji hipotesis penelitian, proporsi varian
dan hasil hipotesis.
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini yang
terdiri dari 4 subbab, yaitu: (1) kecerdasan majemuk, (2) pola asuh orang tua, (3)
kerangka berpikir, (4) hipotesis penelitian.
2.1. Kecerdasan Majemuk
2.1.1. Pengertian kecerdasan majemuk
Menurut Gardner (1999), kecerdasan majemuk adalah sebuah penilaian yang
melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Gardner (dalam Santrock, 2007), mengusulkan delapan tipe kecerdasan,
yaitu: kecerdasan bahasa, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musik,
kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Menurut Gardner (dalam Santrock, 2007),
setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam tingkatan yang
2.1.2. Aspek-aspek dan karakteristik kecerdasan majemuk
Menurut Gardner (dalam Santrock, 2007), kecerdasan majemuk dapat
diklasifikasikan atas beberapa jenis kecerdasan majemuk, antara lain:
1. Kecerdasan bahasa adalah kemampuan untuk berpikir dengan kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan bahasa, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan bahasa cenderung senang
membaca, menulis, dan berbicara.
2. Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan untuk menyelesaikan
operasi matematika.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis, sebagai
berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan logis-matematis cenderung kuat di
bidang matematika, senang menyusun permainan kata (scrabble),
dan suka akan komputer.
3. Kecerdasan musik adalah sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan musik, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan musik cenderung senang
mendengarkan musik, mudah mengingat melodi, dan suka menonton
4. Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk berpikir tiga dimensi.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan visual, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan visual cenderung suka membuat
dan membaca peta, suka akan video, fotografi, film, slide, dan
multimedia.
5. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk memanipulasi objek dan
cerdas dalam hal-hal fisik.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan bahasa, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan kinestetik cenderung bagus dalam
aktivitas fisik, suka kegiatan olahraga, dan memiliki koordinasi
motorik yang baik.
6. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan bahasa, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan interpersonal cenderung memiliki
jiwa pemimpin, mudah bersosialisasi, senang bekerja sama.
7. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri
dan menata kehidupan dirinya secara efektif.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
Siswa yang kuat pada kecerdasan intrapersonal cenderung sangat
percaya diri, suka bekerja sendiri, dan suka memenuhi kesenangan
dan kegemaran pribadi.
8. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengamati pola-pola di
alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia.
Armstrong (dalam Rasiyo, 2005), menjelaskan karakteristik yang biasa
dimiliki oleh siswa yang memiliki kecerdasan bahasa, sebagai berikut:
Siswa yang kuat pada kecerdasan naturalis cenderung mahir
membedakan jenis burung, pohon, dan jenis flora-fauna lainnya.
Untuk dapat mengoptimalkan hasil dari tujuan yang akan dicapai, menurut
Hoerr (2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi
dan mendorong penggunaan kecerdasan majemuk di sekolah.
Tabel 2.1.
Identifikasi penggunaan kecerdasan majemuk
Kecerdasan Kegiatan Pengembangan
Bahasa
Menulis cerita dan esai, menggunakan kosata luas, dan menggunakan kata untuk menggambarkan sebuah cerita.
Melibatkan siswa dalam debat dan presentasi lisan, menunjukkan bagaimana puisi dapat menyampaikan emosi.
Logis-Matematis
Bekerja dengan angka, memecahkan masalah, dan memahami cara kerja sesuatu.
Meminta siswa menunjukkan urutan, menggunakan grafik, tabel, dan bagan waktu.
Musik
Mendengarkan dan bermain musik, menciptakan dan meniru lagu.
Mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep, mengajarakan sejarah dan geografi melalui musik dari masa dan tempat terkait.
Visual
Mencoret-coret, melukis, atau menggambar, menciptakan tampilan tiga dimensi, membongkar dan menyusun kembali barang-barang.
Kinestetik
Berolahraga dan aktif secara fisik, menari, dan bermain dengan benda mekanis.
Menyediakan kegiatan untuk tangan dan bergerak, memanfaatkan kegiatan menjahit, membuat model dan lain-lain yang memerlukan keterampilan motorik halus.
Interpersonal
Senang berteman banyak,
membantu teman
memecahkan masalah, menjadi anggota tim yang efektif.
Menggunakan pembelajaran kerja sama, memberi siswa kesempatan untuk mengajar teman sebaya, menciptakan situasi yang membuat siswa saling mengamati dan memberi masukan.
Intrapersonal
Merenung, mengendalikan perasaan dan suasana hati sendiri.
Membiarkan siswa bekerja dengan iramanya sendiri, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk memberi dan menerima masukan.
Naturalis
Meluangkan waktu di luar ruangan, mengumpulkan tanaman dan binatang, mengelompokkan flora dan fauna.
Menggunakan alam terbuka sebagai kelas, memelihara tanaman dan binatang di kelas dan siswa bertanggung jawab terhadapnya.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan majemuk anak
Menurut Tientje dan Iskandar (dalam Setiawati, 2008), faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan majemuk anak, yaitu: intervensi keluarga,
interversi lingkungan (sekolah), kesehatan (fisik maupun mental).
1. Lingkungan keluarga
Perhatian orang tua terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh positif
pada kecerdasan majemuk anak, sedangkan ketidakpercayaan orang tua
terhadap kemampuan anak akan berpengaruh negatif terhadap kecerdasan
2. Lingkungan sekolah
Program yang dibuat oleh sekolah yaitu program yang mendorong anak
menyukai belajar dan melaksanakan tugas-tugas sekolah bukan sekedar
suka pergi ke sekolah sehingga anak dapat mengembangkan kecerdasan
anak.
3. Kesehatan
Kesehatan adalah suatu bahan yang perlu didapatkan supaya pertumbuhan
baik dan sempurna. Pemenuhan kesehatan yang cukup baik untuk fisik
maupun mental berpengaruh terhadap kecerdasan majemuk anak.
1) Kesehatan fisik
Kesehatan fisik sangat berguna bagi pertumbuhan anak, seperti zat
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin
untuk mengatur metabolisme tubuh.
2) Kesehatan mental
Kesehatan mental harus disesuaikan dengan usia dan kondisi anak.
Faktor lingkungan keluarga memiliki sumbangan terhadap perkembangan
tingkah laku anak. Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola
asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam
mewarnai perkembangan terhadap kecerdasan majemuk pada anak. Sehingga
penggunaan pola asuh yang sesuai dapat mengembangkan kecerdasan majemuk
2.1.4. Pengukuran kecerdasan majemuk
Dalam mengukur kecerdasan majemuk, penulis menggunakan alat ukur
MI-FALAE (Multiple Intelligences For Adult Literacy and Education) yang
dibuat oleh Multiply Work (2010), dan telah diadapatasi ke dalam bahasa
Indonesia. Alat ukur MI-FALAE yang terdiri dari delapan komponen, antara lain:
1. Kecerdasan bahasa.
2. Kecerdasan logis-matematis.
3. Kecerdasan musik.
4. Kecerdasan visual.
5. Kecerdasan kinestetik.
6. Kecerdasan interpersonal.
7. Kecerdasan intrapersonal.
8. Kecerdasan naturalis.
Alasan penulis menggunakan alat ukur MI-FALAE, sebagai berikut:
1. MI-FALAE memang dirancang untuk menilai seberapa besar
kecerdasan kecerdasan majemuk individu, alat ukur ini sesuai dengan
variabel yang ingin diteliti yaitu kecerdasan majemuk.
2.2. Pola Asuh Orang Tua
2.2.1. Pengertian pola asuh orang tua
Kohn (dalam Muallifah, 2009), mengatakan bahwa pola asuh merupakan
cara orang tua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah,
hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku
anak. Sedangkan menurut pendapat lain Theresia (dalam Muallifah, 2009),
menyatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh
merupakan proses interaksi anatara anak dan orang tua dalam pembelajaran dan
pendidikan yang nantinya sangat bermanfaat bagi aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2.2.2. Macam-macam pola asuh orang tua
Baumrind (dalam Santrock, 2007), membagi pola asuh menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Pola asuh otoriter (autoritarian parenting)
Adalah gaya yang membatasi dan menghukum, di mana orang tua
mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati
pekerjaan dan upaya mereka.
Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter menurut Baumrind (dalam Muallifah,
1. Memperlakukan anak dengan tegas.
2. Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan
orang tua.
3. Kurang memiliki kasih sayang.
4. Kurang simpatik.
5. Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak ingin
berlaku kreatif.
2. Pola asuh demokratis (autoritatif parenting)
Adalah suatu pola yang mendorong anak untuk mandiri namun masih
menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Baumrind (dalam
Muallifah, 2009), sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara
seimbang.
2. Saling melengkapi satu sama lain, orang tua yang menerima dan
melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait dengan
kepentingan keluarga.
3. Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan
anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan
kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberi kehangatan,
4. Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang
diberikan oleh orang tua kepada anak.
5. Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa membatasi
segala potensi yang dimilikinya serta kreativitasnya, namun tetap
membimbing dan mengarahkan anak-anaknya.
3. Pola asuh permisif (permissive parenting)
Adalah suatu pola di mana orang tua sangat terlibat dengan anak tetapi
sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka.
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Baumrind (dalam
Muallifah, 2009), sebagai berikut:
1. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin.
2. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab.
3. Anak diberi hal yang sama dengan orang dewasa, dan diberi
kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri.
4. Orang tua tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak
tidak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengatur diri sendiri dan
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
Menurut Maccoby & Mc loby (dalam Suparyanto, 2010), terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, diantaranya:
1. Sosial ekonomi
Pikunas (dalam Yusuf, 2004) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch,
Kohn, dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau
teknik orang tua dalam mengatur (mengelola atau memperlakukan anak)
anak, antara lain:
a. Kelas bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet
training” dan lebih sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan
dengan kelas menengah.
b. Kelas menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan
pengawasan, dan perhatian sebagai orang tua.
c. Kelas atas (Upper Class) cenderung lebih memanfatkan waktu
luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar
belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang
mengembangkan apresiasi estetikanya.
2. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan
yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya.
3. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
4. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua
Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual
keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa
anak (Djamarah, 2004).
5. Kepribadian
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang
anak (Sjarkawi, 2008).
6. Jumlah anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan orang tua.
2.2.4 Cara pengukuran pola asuh orang tua
Dalam mengukur pola asuh orang tua, penulis menggunakan parenting
style yang dibuat oleh Baumrind (dalam Yusuf, 2004), alat ukur pola asuh orang
tua terdiri dari tiga indikator, antara lain:
a. Authoritarian (otoriter), terdiri dari sikap ”acceptence” rendah, namun
kontrol tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengomando
(mengharuskan atau memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap
menolak.
b. Authoritative (demokratis), terdiri dari sikap “acceptence” dan kontrolnya
menyatakan pendapat, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk.
c. Permissive (permisif), terdiri dari sikap “acceptence”nya tinggi, namun
kontrolnya rendah, memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
keinginannya.
Alasan penulis menggunakan alat ukurparenting style, sebagai berikut:
1. Parenting style merupakan laporan hasil penelitian mengenai gaya
pengasuhan orang tua, hal ini sesuai dengan variabel yang ingin
diteliti yaitu pola asuh orang tua.
2. Parenting styledapat dimodifikasi dengan menggunakan skala Likert,
sehingga memudahkan penulis dalam membuat kuisioner.
2.3. Kerangka Berpikir
Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2008), masa usia sekolah dasar
merupakan masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun
sampai sebelas atau dua belas tahun. Pada fase ini ditandai dengan dimulainya
sejarah baru dalam kehidupan anak yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan
tingkah lakunya.
Seperti yang telah diketahui pada umumnya, usia sekolah dasar memiliki
banyak tuntutan seperti: tekanan sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta
menuntut anak sedemikian besar untuk berprestasi tinggi, dan terkadang harapan
orang tua melebihi kapasitas anak untuk mencapainya. Berbagai kondisi sosial
yang penuh tuntutan ini, baik dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat
menimbulkan berbagai permasalahan bagi anak seperti: attention deficit disorder
(gangguan kurang perhatian), learning disabled (ketidakmampuan belajar),
underachiever(berprestasi dibawah kemampuan).
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Gardner dan rekan-rekannya di
Harvard University, menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai banyak cara
yang berbeda untuk menjadi pandai. Bisa melalui kata-kata, angka, gambar,
musik, ekspresi fisik, pengalaman dengan alam, interaksi sosial, dan pemahaman
terhadap diri sendiri (Armstrong, 2005).
Gardner (1999), menyatakan bahwa kecerdasan majemuk adalah sebuah
penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan
kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Menurut Tientje dan Iskandar (dalam Setiawati, 2008), salah satu faktor
yang mempengaruhi kecerdasan majemuk adalah lingkungan keluarga. Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Kartono, 2005).
Pengaruh dari penggunaan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
[image:40.595.99.521.133.772.2]majemuk siswa SD dapat dilihat dari bagan berikut:
Tabel 2.2
Skema kerangka berpikir pengaruh penggunaan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan siswa SD
Pola Asuh Orang
Tua
Siswa
KECERDASAN MAJEMUK Kecerdasan bahasa Kecerdasan
logis-matematis
Kecerdasan musik Kecerdasan visual Kecerdasan
kinestetik Kecerdasan
intrepersonal Kecerdasan
intrapersonal
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori, dan
kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini ialah:
Hipotesis 1:
H1.a: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H1.b: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H1.c: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H1.d: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan visual, khususnya bagi siswa.
H1.e: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan kinestetis, khususnya bagi siswa.
H1.f: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H1.g: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H1.h: Pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Hipotesis 2:
H2.a: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H2.b: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H2.c: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H2.d: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan visual, khususnya bagi siswa.
H2.e: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan kinestetis, khususnya bagi siswa.
H2.f: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H2.g: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H2.h: Pola asuh demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan naturalis, khususnya bagi siswa.
Hipotesis 3:
H3.a: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H3.b: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
H3.c: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H3.d: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan visual, khususnya bagi siswa.
H3.e: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan kinestetis, khususnya bagi siswa.
H3.f: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H3.g: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H3.h: Pola asuh permisif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan naturalis, khususnya bagi siswa.
Hipotesis 4:
H4.a: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H4.b: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H4.c: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H4.d: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
H4.e: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan kinestetik, khususnya bagi siswa.
H4.f: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H4.g: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H4.h: Jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan naturalis, khususnya bagi siswa.
Hipotesis 5:
H5.a: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
bahasa, khususnya bagi siswa.
H5.b: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H5.c: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
musik, khususnya bagi siswa.
H5.d: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
visual, khususnya bagi siswa.
H5.e: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
kinestetik, khususnya bagi siswa.
H5.f: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
H5.g: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H5.h: Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
naturalis, khususnya bagi siswa.
Hipotesis 6:
H6.a: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H6.b: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H6.c: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H6.d: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan visual, khususnya bagi siswa.
H6.e: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan kinestetik, khususnya bagi siswa.
H6.f: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H6.g: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H6.h: Kegiatan ekstrakurikuler memiliki pengaruh yang signifikan
Hipotesis 7:
H7.a: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan bahasa, khususnya bagi siswa.
H7.b: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan logis-matematis, khususnya bagi siswa.
H7.c: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan musik, khususnya bagi siswa.
H7.d: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan visual, khususnya bagi siswa.
H7.e: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan kinestetik, khususnya bagi siswa.
H7.f: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan interpersonal, khususnya bagi siswa.
H7.g: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan intrapersonal, khususnya bagi siswa.
H7.h: Pekerjaan orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian, diantaranya jenis
penelitian (pendekatan penelitian, metode penelitian), dan variabel penelitian
(definisi konseptual variabel, definisi operasional variabel), populasi dan sampel,
pengambilan sampel, teknik dan instrument pengumpulan data (kuisioner dan
analisa data), teknik penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa
data, serta prosedur penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian
yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,
peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk
menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk
melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang
lain (Sevilla dkk, 2006).
3.1.2. Metode penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode kausalitas karena
tujuan dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh pola asuh orang tua terhadap
masing-masingindependent variabledandependent variable.
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Definisi variabel
Menurut Kerlinger (2000), variabel merupakan suatu sifat, simbol atau
lambang yang dapat memiliki bermacam nilai dan sesuatu yang bervariasi. Dalam
penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas (independent variable)
dan variabel terikat (dependent variable). Ditambahkan, Kerlinger (2000)
mendefinisikan variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai sebab
kemunculan (anteseden), sedangkan variabel terikat adalah dipandang sebagai
akibatnya (konsekuensi).
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini, diantaranya:
Variabel bebas : Pola asuh orang tua.
Variabel terikat : Kecerdasan majemuk.
3.2.2. Definisi konseptual variabel
Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Kecerdasan majemuk adalah sebuah penilaian yang melihat secara
deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasanya untuk
2. Pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anak yang
meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta
tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku anak.
3.2.3. Definisi operasional variabel
Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel
dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu
untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Dimana definisi operasional
merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel atau
memanipulasinya (Kerlinger, 2000). Adapun definisi operasional dalam penelitian
ini, diantaranya:
Kecerdasan majemuk adalah skor yang diperoleh dari skala MI-FALAE
yang dibuat Literacy Work, skala ini terdiri dari 56 item yang meliputi
kecerdasan bahasa, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan musik,
kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Pola asuh orang tua adalah skor yang diperoleh dari skala pola asuh orang
tua yang diadaptasi dariParenting StyleBaumrind.
3.3. Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi
Gay dalam Sevilla dkk (2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok
menurut Kerlinger (2000) dan Sevilla, dkk (2006) bahwa populasi adalah
keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan
baik. Adapun populasi dalam penelitian ini merupakan siswa kelas V SDN 03
Cirendeu tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 62 responden.
3.3.2. Sampel
Menurut Sevilla dkk (2006), sampel merupakan kelompok kecil yang
diamati. Selanjutnya, menurut Kerlinger (2000), mendefinisikan sampel sebagai
mengambil sesuatu bagian populasi atau semesta sebagai wakil (representasi)
populasi atau semesta itu.
3.3.3. Teknik pengambilan sampel
Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik probability
sampling dengan cara simple random sampling. Menurut Kerlinger (2000),
probability sampling mengenal tahap-tahap yang menggunakan sampling acak
dalam bentuk tertentu, sedangkan simple random sampling ialah metode
pengambilan suatu bagian (sampel) dari suatu populasi atau semesta sedemikian
rupa, sehingga semua sampel yang mungkin terambil memiliki kemungkinan
sama untuk dipilih.
Alasan peneliti menggunakan simple random sampling, karena setiap
anggota dari populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai
Adapun pelaksanaan simple random samplingdalam penelitian ini dengan
cara pengambilan sampel melalui undian. Prosedur ini dilakukan dengan cara
menetapkan nomor-nomor pada anggota populasi yang terkumpul dalam daftar
sampling. Kemudian peneliti menuliskan nomor anggota populasi pada potongan
kertas kecil, satu nomor untuk setiap anggota populasi. Selanjutnya, gulungan
semua kertas yang sudah diberikan nomor urut, dimasukkan ke dalam kotak lalu
diaduk secara sembarang. Setelah diaduk, ambil gulungan kertas tersebut sesuai
dengan jumlah sampel penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan
tertutup. Dimana pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang pilihan
jawabanya tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√). Kemungkinan
jawaban dipersempit dan diberi pola atau kerangka susunan terlebih dahulu. Hal
ini dapat berfungsi untuk memperjelas dimensi apa yang dicari dalam penelitian,
sehingga akan mendorong sampel untuk memutuskan pilihan jawaban ke satu
arah saja. Selain itu keuntungan lainnya adalah hasilnya dapat dengan mudah dan
cepat dianalisa.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala MI-FALAE dan skala
Likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Adapun perolehan skor dari tem-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable dan unfavorable. Untuk
jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS→S→TS→STS)
dengan nilai (1→2→3→4). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak
sebaliknya dari kiri ke kanan (STS→TS→S→SS) dengan nilai (4→3→2→1).
[image:52.595.117.528.79.476.2]Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:
Table 3.1. Bobot nilai tiap item
Kode Favorable Unfavorable
STS (sangat setuju) 1 4
TS (tidak setuju) 2 3
S (setuju) 3 2
SS (sangat setuju) 4 1
3.4.1. Skala Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian ini, pengukuran pola asuh orang tua menggunakan skala
Likert. Agar instrument skala pola asuh orang tua dapat terarah digunakan
sebagai alat, maka instrument disusun dan dikembangkan berdasarkan
indikator-indikator yang ditetapkan dalam kisi-kisi atau blue print,
Tabel 3.2.
Blue Print skala Pola Asuh Orang Tua
3.4.2 Skala MI-FALAE
Dalam penelitian ini, pengukuran kecerdasan majemuk menggunakan skala
milik Literacy Works (2010). Skala ini terdiri dari 56 item, hanya saja skala
kecerdasan majemuk ini tidak terdapat keterangan didalamnya mengenai blue Indikator
No. Item
∑
Favorable Unfavorable
Otoriter
a. Sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi
1,2,3,4 5,6,7,8 8
b. Suka menghukum
secara fisik 9,10,11,12 13,14,15,16 8
c. Bersikap
mengharuskan/memerint ah
17,18,19,20 21,22,23,24 8
d. Bersikap kaku (keras) 25,26,27,28 29,30,31,32 8 e. Cenderung emosional
dan bersikap menolak 33,34,35,36 37,38,39,40 8
Demokratis
a. Sikap penerimaan tinggi,
namun kontrolnya tinggi 41,42,43,44 45,46,47,48 8 b. Bersikap responsif
terhadap kebutuhan anak
49,50,51,52 53,54,55,56 8 c. Mendorong anak untuk
menyatakan pendapat 57,58,59,60 61,62,63,64 8 d. Menjelaskan tentang
dampak perbuatan 65,66,67,68 69.70,71,72 8
Permisif
a. Sikap penerimaan tinggi, namun kontrolnya rendah
73,74,75,76 77,78,79,80 8 b. Memberi kebebasan
untuk menyatakan keinginan
81,82,83,84 85,86,87,88 8
print skala tersebut. Skala hanya disajikan dalam 56 item yang berisi pernyataan
dengan respon format skor 1 sampai 4, tanpa menyertakan item mana saja yang
termasukfavorabledanunfavorable.
Alasan peneliti menggunakan skala milik Multiply Work (2010), karena
landasan teori yang digunakan adalah teori “Multiple Intelligences” milik Howard
Gardner.
3.5. Uji Instrumen Penelitian
3.5.1. Teknik uji instrumen
Dalam penelitian kuantitatif, sebelum melakukan penelitian field study
seorang peneliti harus melakukan penelitian uji coba (try out). Try out dilakukan
untuk mendapatkan nilai validitas dari setiap item dalam skala yang telah dibuat.
Dengan demikian, peneliti dapat memilih dan menyusun kembali skala
berdasarkanitemyang terpenuhi nilai validatasnya.
Teknik yang peneliti gunakan untuk menguji instrumen penelitian padatry
out adalah uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dan ketelitian
atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Menurut
Sevilla, dkk (2006) validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat
berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat variabel
yang diteliti.
Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data-data
dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya.
Untuk menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari
nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan dan
penghitungannya menggunakan program SPSS (Statistical Package for the
Social Sciences) versi 17.0for Windows.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat
ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla,
dkk (2006) reliabilitas merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau
akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai
reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat
Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus Alpha Cronbach
dan perhitungan menggunakan SPSS 17.0for windows.
3.5.2. Hasil uji instrumen penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan try out selama satu hari yakni
tanggal 22 Desember 2010 try out dilakukan di SD Hang Tuah Pasar Minggu
kepada siswa-siswi sebanyak 35 responden. Kepada siswa yang telah terpilih
menjadi respondentry out diberikan dua skala, yaitu skala MI-FALAE dan skala
pola asuh orang tua. Kemudian data yang telah diperoleh, diolah dengan
menggunakan program SPSS 17.0.
a. Hasil Uji Validitas
Setelah melakukan pengolahan data hasil try out pada tanggal 22
Desember 2010, maka peneliti mendapatkan nilai validitas untuk setiap
item. Item dengan nilai validitas dibawah 0,3 akan dibuang dan gugur.
Sementara itu, item-item yang valid akan digunakan sebagai alat ukur
dalamfield study.
Skala MI-FALAE
Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala MI-FALAE, bahwa dari
keseluruhan item yang terdiri dari 56 item, terdapat 45 item yang memiliki
nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu, 11 item yang memiliki nilai
Tabel 3.3.
Blue print field studyskala MI-FALAE
Aspek-aspek Item ∑
Kecerdasan Bahasa 1*,9*,17*,25*,33*,41*,49* 7 Kecerdasan Logis-matematis 2*,10*,18*,26,34*,42*,50* 7 Kecerdasan Musik 3*,11,19*,27*,35*,43,51* 7 Kecerdasan Visual 4,12*,20*,28*,36*,44*,52* 7 Kecerdasan Kinestetik 5*,13*,21*,29*,37*,45*,53 7 Kecerdasan Interpersonal 6*,14*,22,30*,38*,46*,54* 7 Kecerdasan Intrapersonal 7,15*,23*,31,39*,47*,55 7 Kecerdasan Naturalis 8*,16*,24*,32*,40,48*,56* 7
Total 56
* item yang valid (validitas di atas 0,3)
Skala Pola asuh orang tua
Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala pola asuh orang tua,
bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 88 item, terdapat 37 item
yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu, 51 item yang
memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut dianggap
gugur.
Tabel 3.4.
Blue print field studyskala pola asuh orang tua
Indikator
No. Item
∑
Favorable Unfavorable
Otoriter
a. Sikap penerimaan rendah,
namun kontrolnya tinggi 1,2,3,4 5,6,7,8 8 b. Suka menghukum secara
*
* item yang valid
Dengan demikian, item yang nilai validitasnya di atas 0,3 pada skala
MI-FALAE sebanyak 45 item dan skala pola asuh orang tua sebanyak 31 item,
dikarenakan sedikitnya item yang memiliki validitas diatas 0,3 maka peneliti
menambah jumlah item pada skala pola asuh orang tua agar sesuai dengan
indikator dan dapat dipergunakan sebagai alat ukur dalamfield study. Dibawah ini
adalahblue printskala MI-FALAE dan pola asuh orang tua dalamfield study:
c. Bersikap
mengharuskan/memerinta h
17,18,19*,20 21,22,23*,24 8
d. Bersikap kaku (keras) 25*,26,27,28 29,30*,31*,32* 8 e. Cenderung emosional dan
bersikap menolak 33,34,35,36 37*,38*,39*,40* 8
Demokratis
a. Sikap penerimaan tinggi,
namun kontrolnya tinggi 41,42*,43,44* 45*,46,47,48* 8 b. Bersikap responsif
terhadap kebutuhan anak 49*,50,51*,52* 53*,54*,55,56* 8 c. Mendorong anak untuk
menyatakan pendapat 57*,58,59,60 61*,62,63*,64 8 d. Menjelaskan tentang
dampak perbuatan 65,66,67,68 69.70,71*,72* 8
Permisif
a. Sikap penerimaan tinggi,
namun kontrolnya rendah 73*,74*,75,76* 77*,78,79*,80* 8 b. Memberi kebebasan untuk
menyatakan keinginan 81,82*,83,84 85*,86*,87*,88 8
Tabel 3.5.
Blue print filed studyskala MI-FALAE
Aspek-aspek Item ∑
Kecerdasan Bahasa 1 (1),9(7),17(14),25(21),33(26),41(33),49(40) 7 Kecerdasan
Logis-Matematis
2 (2),10(8),18(15), 34(27),42(34),50(41) 6
Kecerdasan Musik 3 (3), 19(16),27(22),35(28), 51(42) 5 Kecerdasan Visual 12(9),20(17),28(23),36(29),44(35),52(43) 6 Kecerdasan Kinestetik 5 (4),13(10),21(18),29(24),37(30),45(36) 6 Kecerdasan
Interpersonal
6 (5),14(11), 38(31),46(37),54(44) 5 Kecerdasan
Intrapersonal
,15(12),23(19), 39(32),47(38), 4 Kecerdasan Naturalis 8 (6),16(13),24(20),32(25), 48(39),56(45) 6
Total 45
Tabel 3.6.
Blue print field studyskala pola asuh orang tua
Indikator
No. Item
∑
Favorable Unfavorable
Otoriter
a. Sikap penerimaan rendah,
namun kontrolnya tinggi 1,2,3 4,5,6 6
b. Suka menghukum secara
fisik 7,8,9 10,11,12 6
c. Bersikap
mengharuskan/memerintah 13,14,15 16,17,18 6 d. Bersikap kaku (keras) 19,20,21 22,23,24 6 e. Cenderung emosional dan
bersikap menolak 25,26,27 28,29,30 6
Demokratis
a. Sikap penerimaan tinggi,
namun kontrolnya tinggi 31,32,33 34,35,36 6 b. Bersikap responsif
terhadap kebutuhan anak 37, 38,39 40,41,42 6 c. Mendorong anak untuk
b. Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan penghitungan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS
17.0, diperoleh hasil berupa angka reliabilitas untuk kedua skala yang
disebar pada try out. Penghitungan reliabilitas dilakukan setelah item yang
tidak valid dibuang.
Untuk skala MI-FALAE diperoleh angka reliabilitas sebesar 0.938 .
Sementara itu, skala pola asuh orang tua diperoleh angka reliabilitas sebesar
0.838. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik skala MI-FALAE
dan skala pola asuh orang tua memiliki reliabilitas yang baik.
3.6. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada
bab sebelumnya, penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda. Adapun
persamaan umum analisa regresi berganda ini adalah:
d. Menjelaskan tentang
dampak perbuatan 49,50,51 52,53,54 6
Permisif
a. Sikap penerimaan tinggi,
namun kontrolnya rendah 55,56,57 58,59,60 6 b. Memberi kebebasan untuk
menyatakan keinginan 61,62,63 64,65,66 6
Total 33 33 66
Keterangan:
Y :Dependent variable(DV) yang dalam hal ini kecerdasan majemuk
X1, X2,…, Xp :Independent variable(IV) yang jumlahnya p
P : Jumlah independent variabel
A :Intercept/ konstan
b1, b2,.., bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e : Residu/ sisa (IV yang tidak termasuk persamaan)
Dalam analisa multiple regressionini dapat diperoleh beberapa informasi,
yaitu:
1. R2 yang menunjukkan proposisi varian (presentase varian) dari dependent
variable(DV) yang bisa diterangkan olehindependent variable(IV).
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan
dariindependent variable(IV) yaang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang harga Y jika nilai setiap independent variable (IV)
diketahui.
3.7. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berjalan dengan melalui empat tahapan prosedur
penelitian, yaitu tahap persiapan, uji coba, pengambilan data, serta
Persiapan : Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan
variabel yang akan diteliti, melakukan kajian teori untuk
mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang tepat
mengenai variable penelitian. Kemudian menentukan,
menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan
digunakan, yaitu skala pola asuh orang tua dan skala
kecerdasan majemuk.
Uji coba : Peneliti menyebarkan skala pola asuh orang tua dan
kecerdasan majemuk ke responden uji coba (try out).
Penelitian uji coba (try out) dilaksanakan pada tanggal 22
Desember 2010. Setelah data terkumpul, peneliti
mengolah data sehingga diperoleh item-item yang
reliabledanvaliduntuk digunakan penelitian.
Pengambilan data: Menentukan sampel penelitian, sampel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini ialah siswa kelas V A
SDN Cirendeu yang berjumlah 30 responden. Dengan
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian
dan meminta kesedian subjek untuk mengisi kuisioner
penelitian, serta melakukan pengambilan data dengan
Pengolahan data: Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan
data dari hasil instrument penelitian yang telah diisi
oleh responden. Melakukan penilaian dari hasil jawaban
responden pada skala pola asuh orang tua dan
kecerdasan majemuk. Melakukan analisa data dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows
untuk menguji hipotesis dan regresi antar variable
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai gambaran umum subjek
penelitian, hasil pengujian hipotesis yang telah diajukan melalui penghitungan
statistik, dan pembahasan hasil pengujian hipotesis.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sesuai judul penelitian ini, yaitu Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap
Kecerdasan Majemuk Siswa SD, maka subjek dalam penelitian ini ialah siswa SD
03 kelas V A Cirendeu yang berjumlah 30 orang.
Di bawah ini uraian mengenai gambaran umum subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin, usia, kegiatan ekstrakurikuler, dan pekerjaan orang tua
disajikan pada tabel dan deskripsi singkat.
Tabel 4.1.
Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, kegiatan ekstrakurikuler, dan pekerjaan orang tua
Kategori ∑ %
Jenis kelamin Perempuan 14 46,7
Laki-laki 16 53,3
Total 30 100
Usia 10 thn 15 50
11 thn 15 50
Total 30 100
Ekstrakurikuler Pramuka 9 30
Paskibra 4 13,3
Futsal 9 30
Komputer 7 23,3
Lainnya 1 3,3
Total 30 100
Pekerjaan Orang Tua PNS 1 3,3
Wiraswasta 6 20
TNI/POLRI 1 3,3
Lainnya 8 26,7
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.1, dapat kita lihat bahwa subjek penelitian yang
berjenis kelamin laki-laki sebesar 53,3% (16 orang) dan perempuan sebesar
46,7% (14 orang). Kemudian, berdasarkan usia subjek penelitian yang berusia 10
tahun, yakni sebesar 50% (15 orang) dan subjek penelitian yang berusia 11 tahun
sebesar 50% (15 orang). Selanjutnya, berdasarkan kegiatan ekstrakurikuler subjek
penelitian yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka sebesar 30% (9 orang),
paskibra sebesar 13,3% (4 orang), futsal sebesar 3