• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Emosi Dasar Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Terhadap Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Emosi Dasar Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Terhadap Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya Tahun 2011"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN EMOSI DASAR PASIEN RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT TERHADAP PENGGUNAAN NARKOTIKA, ALKOHOL, PSIKOTROPIKA DAN ZAT

ADIKTIF LAINNYA TAHUN 2011

Skripsi ini diajukan sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Di susun oleh :

NUR APRIANNA RAMADHANI 107104001489

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Nur Aprianna Ramadhani

NIM : 107104001489

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

Tahun Akademik : 2007

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang

berjudul :

GAMBARAN EMOSI DASAR PASIEN RUMAH SAKIT

KETERGANTUNGAN OBAT TERHADAP NARKOTIKA, ALKOHOL, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA TAHUN 2011

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima

sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, September 2011

(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, September 2011

Nur Aprianna Ramadhani, NIM : 107104001489

Gambaran Emosi Dasar Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Terhadap Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya Tahun 2011

xiv + 54 halaman, 13 tabel, 2 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK

Emosi adalah suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam tubuh, yang melibatkan hamper keseluruhan dari diri individu. Emosi juga merupakan gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek terhadap persepsi, sikap, dan tingkah laku dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Emosi mendorong seseorang berbuat sesuatu, artinya kalau seseorang beremosi senang ia akan mengerjakan sesuatu yang disenanginya; sebaliknya akan mencegah seseorang berbuat sesuatu kalau seseorang tidak senang pada sesuatu itu.

Empat emosi dasar yaitu senang, marah, takut, dan sedih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran emosi dasar pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat terhadap Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini pasien Instalasi Rawat Jalan Poli NAPZA Non Rumatan (Suboxone) dan Rumatan (Methadone) sebanyak 47 responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan rumus estimasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Penelitian ini dilakukan selama 18 hari yaitu pada tanggal 8 Agustus sampai 26 Agustus 2011.

Hasil uji statistic dengan mengunakan estimasi.Yang terkait dengan emosi bahagia : selalu = 1 orang (2,1%); sering = 10 orang (2,3%); kadang-kadang = 16 orang (34,0%); Jarang = 16 orang (34,0%); tidak pernah = 4 orang (8,5%). Yang terkait dengan emosi marah : selalu = 23 orang (48.9%); sering = 15 orang (31,9%); Kadang-kadang = 9 orang (19,1%). Yang terkait dengan emosi takut : selalu = 26 orang (55,3%); sering = 13 orang (27,7%); kadang-kadang = 7 orang (14,9%); jarang = 1 orang (2,1%). Yang terkait dengan emosi sedih : selalu = 18 orang (38,3%); sering = 15 orang (31,9%); kadang-kadang = 10 orang (21,3%); jarang = 3 orang (6,4%); tidak pernah = 1 orang (2,1%).. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan Rumah Sakit Ketergantungan Obat dapat lebih memperhatikan emosi dasar pasien rawat jalan untuk mengurangi emosi senang terhadap Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.

Kata Kunci : Emosi Dasar, NAPZA

(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

Undergraduate Thesis, September 2011

Nur Aprianna Ramadhani, NIM : 107104001489

A Description of Basic Emotion of Patient in Drug Dependence Hospital of Narcotic, Alcohol, Psychotropic, And Other Addictive On 2011

xiv + 54 pages, 13 tables, 2 figures, 4 appedices

ABSTRACT

Emotion is a situation of distortion adjustment of x'self coming from within body, involving almost the overall of individual x'self. Emotion also represent symptom of psychophysiologis generating effect to perception, attitude, and bahaviour in the form of certain expresion. Emotion occurs when human being have interaction with environment and represent result of effort to adapt with its environment. Emotion push someone do something, its meaning if someone have emotion of happy he will do something that he like. In contrary will prevent someone do something that he doesn't like. Four basic emotion that are : happy, angry, fear and sad.

This research type is quantitative with crosssectional design. Sample in this research is patient who attended in OPD ( Out Patient Department )in DDH ( Drug Dependence Hospital ) of Poli NAPZA non rumatan (suboxone) and of rumatan ( methadone) counted 47 respondents. Technique of taking sample is purposivesampling with estimation formula. Instrument that is used is questioner. This research is conducted during 18 days that is from 8 August until 26 August 2011.

The result of statistic test by using estimation.Related to happiness includes : always = 1 person (2,1%); often = 10 person (2,3%); sometimes = 16 person (34,0%); seldom = 16 person (34,0%); never = 4 person (8,5%). Respondents who had category of angry: always = 23 person (48,9%); often = 15 person (31,9%); sometimes = 9 person (19,1%). Respondents who had category offear : always = 26 person (55,3%), often = 13 person (27,7%); sometimes = 7 person (14,9%); seldom = 1 person (2,1%). Respondents who had category ofsad : always = 18 person (38,3%); often = 15 person (31,9%); sometimes = 10 person (21,3%); seldom = 3 person (6,4%); never = 1 person (2,1%).Pursuant to result of the research it is expected that drugdependence hospital earn more in paying attention of basic emotion of outpatients to lessen emotion like to narcotic,psychotropic and other addictive

Keyword : Basic Emotion, Narcotic Psychotropic and Other Addictive

(5)

iv

(6)

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Aprianna Ramadhani

Tempat, Tgl. Lahir : Terbanggi Besar, 15 April 1989

Alamat : Perum. SITE PT. Gula Putih Mataram Housing 1 Blok D.106

RT 01 RW 01, Bandar Mataram, Lampung Tengah

No. Telp/HP : 085310096216

e-mail : an_na_niez@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Gula Putih Mataram, Lampung Tengah, Lampung

2. SD Gula Putih Mataram, Lampung Tengah, Lampung

3. SMP Gula Putih Mataram, Lampung Tengah, Lampung

4. SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Lampung

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

1. BEM Jurusan Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. ROHIS Jurusan Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim....

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syariah-Nya yang

membawa umat Islam dari zaman jahilliyah sampai zaman sekarang. Atas nikmat-Nya dan

karunia-Nya Yang Besar peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul GAMBARAN EMOSI DASAR PASIEN RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT TERHADAP NARKOTIKA, ALKOHOL, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA TAHUN 2011.

Dalam menyusun skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai

namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras

disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,

segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat

diselesaikan.

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

2. Ayahanda, Ibunda tercinta serta Mas dan Adik terima kasih atas dukungan materi dan doa

(8)

vii

3. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

5. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

6. Ibu Widya Lolita, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan

motivasi

7. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi

8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi

9. Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan

10.Sahabat-sahabat PSIK ’07 yang berjuang bersama-sama di Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena

sesungguhnya kesempurnaan milik Allah. Semoga skripsi ini bisa dikembangkan kembali dan

dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, September 2011

(9)

viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

RIWAYAT HIDUP... v

D. Tujuan Penelitian ... 5

(10)

ix

4. Ekonomi ... 8

5. Rentang Sehat ... 8

B. Keperawatan ... 8

1. Falsafah Keperawatan ... 8

2. Keperawatan Kesehatan Jiwa ... 9

C. Persepsi ... 9

D. Konsep Dasar Emosi... 10

E. Aspek Sosio-Psikologis Perilaku Kesehatan ... 18

F. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Individu ... 19

G. NAPZA ... 20

1. Pengertian NAPZA ... 20

2. Tahapan Penggunaan Zat Adiktif ... 21

H. Kerangka Teori ... 23

BAB III : KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL 24 A. Kerangka Konsep... 24

B. Definisi Operasional ... 25

BAB IV : METODE DAN PROEDUR PENELITIAN ... 29

A. Desain penelitian ... 29

B. Populasi, sampel, dan teknik sampling ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel penelitian ... 29

3. Teknik sampel ... 30

C. Teknik pengumpulan data ... 31

1. Proses pengumpulan data ... 32

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 32

4. Teknik uji instrumen penelitian ... 32

D. Etika penelitian ... 33

1. Informed consent ... 33

(11)

x

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian... 36

B. Gambaran Umum Rumah Sakit Ketergantungan Obat ... 37

C. Sumber Daya Kesehatan ... 39

D. Data Demografi Responden ... 40

1. Usia ... 40

2. Jenis Kelamin ... 41

3. Pekerjaan Terakhir ... 41

4. Penggunaan Pertama ... 42

5. Penggunaan Terakhir ... 42

6. Jenis NAPZA yang digunakan ... 43

7. Lama Terapi yang digunakan ... 43

E. Analisa Univariat ... 44

A. Karakterisitik Responden ... 47

1. Usia ... 47

(12)

xi

3. Pekerjaan Terakhir ... 48

4. Penggunaan Pertama... 48

5. Penggunaan Terakhir ... 48

6. Jenis NAPZA yang digunakan ... 49

7. Lama Terapi yang Digunakan ... 49

B. Gambaran Emosi ... 50

1. Emosi Senang ... 50

2. Emosi Marah... 50

3. Emosi Takut ... 51

4. Emosi Sedih ... 51

C. Keterbatasan Penelitian ... 51

D. Implikasi Hasil Penelitian ... 52

1. Implikasi terhadap pendidikan Keperawatan ... 52

2. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan ... 52

3. Manfaat terhadap Penelitian ... 52

BAB VII PENUTUP ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perubahan-perubahan pada tubuh saat emosi ... 13

Tabel 3.2. Definisi Operasional ... 25

Tabel 5.1 Usia ... 40

Tabel 5.2 Jenis Kelamin ... 41

Tabel 5.3 Pekerjaan terakhir ... 41

Tabel 5.4 Penggunaan Pertama ... 42

Tabel 5.5 Penggunaan Terakhir ... 42

Tabel 5.6 Jenis NAPZA yang Digunakan ... 43

Tabel 5.7 Lama Terapi yang Digunakan ... 43

Tabel 5.8 Gambaran Emosi Senang ... 44

Tabel 5.9 Gambaran Emosi Marah ... 45

Tabel 5.10 Gambaran Emosi Takut ... 45

Tabel 5.11 Gambaran Emosi Sedih ... 46

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 24

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan responden

Lampiran 2 Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 3 Hasil SPSS

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya) sangat dikenal

masyarakat di dunia. Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya tergolong

dalam zat psikoaktif yang bekerja mempengaruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf

(neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) sehingga menyebabkan terganggunya fungsi kognitif (pikiran), persepsi, daya nilai (judgement), perilaku serta dapat menyebabkan efek ketergantungan, baik fisik maupun psikis (Efendy,2009).

NAPZA sebenarnya merupakan zat-zat yang berguna dibidang pengobatan, kedokteran

dan ilmu pengetahuan lainnya bila digunakan dalam dosis yang tepat. Namun sayangnya

sering disalahgunakan oleh sebagian orang sehingga menimbulkan ketagihan dan

ketergantungan (Bahri, 2005)

NAPZA menyebabkan perubahan pada suasan hati (menenangkan, rileks, perasaan

gembira, perasaan bebas), pikiran (stres hilang, daya khayal meningkat), dan perilaku

(keakraban, hambatan nilai dan emosi berkurang atau hilang, lepas kendali) (Joewana, 2004).

Pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau tanpa pengawasan dokter dan

digunakan secara berkali-kali, kadang-kadang atau terus menerus dapat menyebabkan

ketagihan atau ketergantungan, baik secara fisik atau jasmani, maupun mental-emosional,

(17)

2

Pengunaan NAPZA dapat menimbulkan kegawatdaruratan jika menggunakan berlebihan

seperti intoksikasi atau overdosis yaitu kondisi fisik dan perilaku yang abnormal akibat

penggunaan sejumlah obat atau zat yang melampaui batas toleransi tubuh dan keadaan putus

zat merupakan sindroma yang berhubungan dengan penghentian atau pengurangan konsumsi

obat pada klien yang mengalami ketergantungan (RSKO,2010). Penyalahgunaan obat

khususnya NAPZA adalah penyakit kambuh kronis (Scott et al, 2005).

Laporan World Drug Report (2006) dikutip dari Noverryana (2009) bahwa 200 juta orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15-64 tahun menyalahgunakan obat dalam 12 bulan

terakhir selama 1 kali. Di Asia, methampetamin di Indonesia menduduki peringkat ke lima,

ekstasi di Indonesia menduduki urutan ke empat, heroin di Indonesia menduduki urutan ke

enam dan ganja di Indonesia menduduki urutan pertama (UNODC, 2003).

Pengguna NAPZA mengalami peningkatan dalam 5 tahun dari tahun 2003 sampai tahun

2007. Tahun 2003, diperoleh data penggunaan narkotika sebanyak ada 3.929 kasus,

Psikotropika 2.590 kasus, zat adiktif 612 kasus. Tahun 2007, kasus narkotika meningkat 3

kali lipat di banding tahun 2003 yaitu sebanyak 11.380 kasus, psikotropika 4 kali lipat yaitu

9.289 kasus, zat adiktif meningkat 3 kali lipat yaitu 1.961 kasus (survei PusLitBang dan Info

Lakhar BNN,2007 dalam Ritanti 2007). Pada tahun 2008, jumlah pengguna narkoba di

Indonesia mencapai 3,2 juta orang atau sekitar 1,99 % dari jumlah penduduk Indonesia

(Media Indonesia, 2008).

Pengungkapan kasus NAPZA di Indonesia meningkat sekitar 28,9 % pertahun. Tahun

2005, pabrik ekstasi terbesar ke-3 di dunia terbongkar di Tangerang, Banten. Data estimasi

terakhir menyebutkan bahwa pengguna NAPZA di Indonesia mencapai 5 juta jiwa (Efendi

(18)

3

pengguna penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA sekitar 1,5 jumlah penduduk. Polda

Metrojaya mengatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir sampai tahun 2010 ini narkotika ada

37.000 kasus. Data RSKO hasil observasi pada Juni 2011, pasien rawat jalan pada bulan Mei

berjumlah 109 orang. Ketergantungan NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir

dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilaku dipengaruhi oleh NAPZA. Berbagai

gangguan kejiwaan yang sering dialami oleh mereka antara lain rasa tertekan, cemas,

ketakutan, ingin membunuh diri, kasar, marah, agresif. Semua itu bagian dari emosi

(UNICEF, 2011).

Emosi terdiri dari emosi positif dan negatif. Keduanya dapat berpengaruh terhadap

kondisi tubuh sehingga mempengaruhi keseimbangan psikofisiologis. Ada beberapa dampak

bagi tubuh yang ditimbulkan emosi. Diantara organ-organ tubuh yang potensial terkena

dampak emosi negatif tersebut adalah otak besar, jantung, hati, kulit, sistem ekskresi dalam,

lambung, dan paru-paru (Firdaus, 2011).

Emosi positif juga berdampak positif terhadap kesehatan (Firdaus, 2011). Compton

(2005) dalam Widyarini (2010) menyebutkan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan

keuntungan orang yang lebih sering mengalami dan mengekspresikan emosi positif. Mereka

cenderung lebih puas atas hidupnya dan memiliki hubungan interpersonal yang berharga.

Mereka lebih produktif dan lebih puas dengan pekerjaannya, lebih suka menolong orang lain,

dan cenderung lebih tercapai tujuan hidupnya.

Dari uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti tentang emosi dasar pada pasien RSKO

(19)

4

B. Rumusan Masalah

Pada umumnya terdapat enam jenis emosi yang terjadi dalam jangka waktu lama, bisa

membahayakan seseorang. Pertama, gejolak emosi marah yang berlebihan dapat

mengakibatkan penyakit jantung. Kedua, rasa takut yang berlebihan dapat menyebabkan

penyakit depresi. Ketiga, rasa cemas yang berlebihan dapat mengancam ginjal. Keempat,

rasa sedih yang berlebihan bisa mengakibatkan sakit pada paru-paru. Kelima, rasa gembira

yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung. Keenam, rasa malu yang berlebihan

bisa mengakibatkan timbulnya penyakit-penyakit tertentu, seperti maagh dan liver

(Al-Firdaus, 2011)

Odgen (2000) dikutip dari Purwandari (2007) menjelaskan di dalam penelitiannya bahwa

selain teman sebaya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekambuhan penggunaan

NAPZA adalah situasi emosi yang negatif dan konflik interpersonal. Kedua faktor terakhir

ini merupakan motivasi internal. Dengan demikian, mereka pun senantiasa berada dalam

situasi yang sulit untuk bisa menjauhkan diri dari NAPZA. Emosi merupakan gejala

psikofosiologis yang menimbulkan efek terhadap persepsi, sikap, dan tingkah laku

(Al-Firdaus, 2011). Faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan NAPZA. Hal ini

menunjukkan bahwa situasi emosi negatif sulit untuk menjauhkan diri dari NAPZA.

Penelitian kali ini peneliti ingin meneliti tentang emosi dasar pasien terhadap NAPZA karena

zat-zat kimia itu dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang

(Anisyah, 2009).

Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan perasaan enak, nikmat, senang, bahagia, tenang,

dan nyaman. Tetapi perasaan enak ini hanya berlangsung sementara, yaitu selama zat

(20)

5

nyaman. Akibatnya pemakai merasa perlu menggunakannya lagi. Ini terus berulang sampai

pemakai menjadi tergantung. Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi

dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh

zat yang dipakainya. Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang

muncul dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu. Kepribadian yang baru ini tidak peduli

terhadap orang lain, satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia

tetap bisa terus menggunakan narkoba (Anneahira, 2008).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran emosi dasar pasien terhadap

NAPZA pada tahun 2011, khususnya di RSKO Jakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran emosi dasar pasien RSKO Jakarta terhadap NAPZA?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui emosi dasar pasien ketergantungan NAPZA.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui emosi marah pasien terhadap NAPZA di RSKO Cibubur

b. Megetahui emosi takut pasien tehadap NAPZA di RSKO Cibubur

c. Mengetahui emosi sedih pasien tehadap penggunaan NAPZA di RSKO Cibubur.

d. Mengetahui emosi senang pasien tehadap NAPZA di RSKO Cibubur

e. Mengetahui umur pasien.

f. Mengetahui jenis kelamin.

g. Mengetahui pekerjaan terakhir pasien.

(21)

6

i. Mengetahui jenis NAPZA yang dominan digunakan pasien

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Ketergantungan Obat

Menjadi acuan dalam merawat dan memberikan terapi kepada pasien yang memiliki

latar belakang emosi yang berbeda.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat membuat rencana asuhan keperawatan pasien dengan gangguan emosi.

3. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama pendidikan dalam bentuk komunikasi

terapeutik dan sebagai pendengar yang asertif supaya pasien dapat mengungkapkan

emosi dengan sesungguhnya.

F. Ruang Lingkup

Peneliti ingin meneliti tentang gambaran persepsi emosi dasar (senang, marah, takut dan

sedih) pasien tehadap penggunaan NAPZA pada bulan Juli 2011 di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan studi

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEHATAN

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan : kesehatan

adalah sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup

secara social dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur

dari aspek fisik, mental, social dan ekonomi. Keempat dimensi kesehatan tersebut

saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang,

kelompok, atau masyarakat. Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut

dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut :

1. Kesehatan fisikterwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara

klinis tidak terasa sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau

tidak ada gangguan fungsi tubuh.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni : pikiran, emosional, dan

spiritual.

a. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir seseorang, yakni mampu

berpikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut.

b. Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih, dan

sebagainya.

c. Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekpresikan rasa

(23)

8 (Allah Yang Maha Kuasa). Secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat

dari praktik keagamaan atau kepercayaannya, serta perbuatan baik yang sesuai

dengan norma-norma masyarakat.

3. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang

lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa

membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status social, ekonomi,

politik, dan sebagainya, saling menghargai dan toleransi.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang (dewasa)

dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat

menyokong hidupnya atau keluarganya secara financial. Bagi anak, remaja, dan

usila dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka, produktif di sini

diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,

misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan

atau keagamaan bagi para usila (Notoatmodjo, 2005).

5. Rentang Sehat

Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal, sehat sekali dan

sejahtera. Dikatakan sehat bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapu juga

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,

social, dan spiritual (Hidayat, 2003).

B. KEPERAWATAN

1. Falsafah Keperawatan

Konsep keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat

(24)

9 social dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada individu, keluarga atau

masyarakat dalam rentang sehat-sakit ( Hidayat, 2003)

2. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Menurut Dorothy, Cecelia, perawatan psikiatrik / keperawatan kesehatan jiwa

: proses dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam

mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar

pribadi yang lebih harmonis serta berperan lebih produktif di masyarakat. Klien

gangguan jiwa memiliki hubungan yang tidak harmonis misalnya bermusuhan

dengan orang lain dan mengancam (agression) atau curiga yang berlebihan

(paranoid). Klien gangguan jiwa seringkali tidak produktif di masyarakat, bahkan

cenderung merugikan masyarakat misalnya mencuri (cleptomany), malas (abulia),

atau perilaku deviasi sosial lain seperti pemakaian zat adiktif (Yosep, 2007).

C. KONSEP DASAR EMOSI

Emosi masih menjadi hal yang diperdebatkan maknanya oleh para ahli

Psikologi dan Filsafat karena emosi sering diidentifikasi dengan marah sedangkan

marah merupakan salah satu bagian dari emosi dan masih banyak bagian emosi yang

lain selain marah ()Emosi hakekatnya muncul sebagai bentuk pengalaman afektif

(senang / tidak senang), merangsang individu untuk membangkitkan penjelasan

kognitif (menghubungkan sebab-sebab dalam dirinya sendiri atau lingkungan),

memicu variasi penyesuaian internal (misal : detak jantung makin kuat), serta

mendatangkan tingkah laku yang sering, ekspresif (tertawa / menangis),

mengarahkan tujuan (membantu / menolak), dan adaptif (mengubah perilaku atau

(25)

10 Hal yang menarik, emosi ternyata berfungsi untuk memperkuat ataupun

memperlemah tingkah laku seseoarang (jika sesuatu menyenangkan, ia ingin lagi;

jika sesuatu menyedihkan, ia tidak mau lagi). Dalam kehidupan manusia, emosi

memegang peranan yang amat penting. Tanpa emosi, fungsi mental seseorang tidak

dapat dipertahankan dengan memuaskan. Jadi emosi sama dengan jantungnya jiwa.

Kalau jantungnya berhenti, jasmani akan mati. Kalau emosinya berhenti berfungsi

maka matilah jiwanya (misal pada penderita senilitas akut). Dengan dimilikinya

emosi, manusia memiliki kekuatan yang hebat. Ia mampu mengaktifkan dan

memberi energi pada seluruh aktivitas manusia. Ia merupakan pemberi kekuatan,

kegairahan, semangat, kenikmatan, dan tenaga hidup. Namun demikian, emosi juga

dapat berfungsi sebaliknya, melemahkan atau menurunkan. Dalam kaitannya dengan

belajar, emosi juga mampu berperan meningkatkan atau mendorong aktivitas

berfikir, kontrol diri, pemahaman moral, dan bertindak bagi seseorang.

Emosi dan aspek-aspek fungsi jiwa yang lain (proses berpikir, psikomotor,

ingatan, persepsi) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fugsi jiwa manusia

itu pada suatu waktu. Karena itu, kalau emosi seseorang terganggu, maka

fungsi-fungsi jiwa yang lain juga terganggu.

Kondisi emosi yang wajar atau normal dijelaskan oleh Saanin (1976) dengan

kriteria sebagai berikut.

1. Dapat diperkirakan dan sesuai, emosinya biasa, dapat diharapkan dan sejajar

(26)

11 2. Dilihat dari lamanya, emosi tidak diteruskan dalam jangka waktu yang lama dan

tidak pada tempatnya, atau berakhir dengan tiba-tiba, tetapi sesuai dengan

keadaan (kontestual kejadian) yang menimbulkannya.

3. Dilihat dari lama atau intensitasnya, emosi yang ditampilkan tidak terlalu lemah

dan tidak pula terlalu kuat dalam berhubungan dengan situasi.

Sedangkan secara umum, ciri khas emosi yang terganggu adalah:

1. Tidak dapat diprediksikan (unpredictable)

2. Tidak dapat atau sulit dikendalikan (uncontrollable) 3. Sensitif berlebihan (oversensitiveness)

4. Tidak ada keterapan (instability) dan

5. Adanya ketidaktepatan dalam mempersepsi diri sendiri atau lingkungannya

(inadequate self and environment perceptions) (Sunaryo, 2004)

a) Pengertian Emosi

Emosi berasal dari bahasa Latin ”movere” yang berarti menggerakkan atau bergerak (King, 2010). Emosi juga didefinisikan sebagai suatu

keadaan penyesuaian diri yang berasal dari dalam tubuh, yang melibatkan

hampir keseluruhan dari diri individu (Al-Firdaus, 2011). Bila dilihat dari

literatur yang membahas emosi, maka ada banyak pengertian emosi.

Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

Ekman (1982) dalam Causa (2008) bahwa emosi yang sedang

dirasakan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah. Suatu perasaan yang

kompleks yang disertai karakteristik motorik. Franken (1993) menjelaskan

(27)

12 kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologik (proses

hormonal). Emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan

lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan

lingkungannya (Baihaqi, 2005). Emosi adalah suatu pengalaman yang

sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan

sensasi organis dan kinetis (Yosep, 2007).

Istilah emosi mengandung arti kekuatan kejiwaan untuk merasakan

sesuatu, atau hal-hal yang berkaitan dengan ekspresi emosi. Sedangkan

emosionalitas berarti satu kecenderungan atau tingkatan / derajat dimana

seorang mereaksi secara emosional, atau kepekaan rasa dalam menghayati

sesuatu, hingga sesorang mudah dipengaruhi kesan dari luar (Baihaqi,

2005). Menurut pandangan psikologi (yang agak berbeda dengan

neuropsikologi), emosi adalah pengalaman yang sadar dan kompleks yang

memberi pengaruh pada aktivitas-aktivitas tubuh, menghasilkan

sensasi-sensasi organis dan kinestetik, disertai dengan penjelmaan yang jelas,

impuls-imlpuls yang bersamaan serta nada perasaan yang kuat (Sunaryo,

2004).

Pengertian emosi juga lebih menunjukkan pada banyak sedikitnya

dibangkitkan tubuh manusia. Emosi juga bukan motif, kehendak,

dorongan, ataupun perasaan; walaupun ada hubungan sebab akibat. Dalam

fungsi emosi, termasuk didalamnya adalah perubahan-perubahan fisiologis

tingkah laku yang jelas kelihatan, menyentuh perasaan, dan melibatkan

(28)

13 mana yang dinamakan emosi dasar dan emosi kompleks (Causa, 2008).

Menurut para ahli terdapat beberapa pandangan mengenai pembagian

emosi adalah sebagai berikut :

(1) Pandangan Nativistik

Menurut Rene Descartes (1596-1650), menyatakan bahwa

manusia sejak lahirnya mempuyai 6 emosi dasar, yaitu : 1. ingin 2.

kawatir 3. kagum 4. sedih 5. benci 5. cinta 6. gembira.

(2) Pandangan Empiristik

William James (1842-1910, Amerika Serikat ) dan (Carl

Lange),( Denmark) telah menyusun teori tentang hasil persepsi

seeorang tentang perubahan-perubahan terjadi pada tubuh sebagai

respon rangsangan yang datang dari luar. Teori James-Lange

(Sunaryo, 2004).

(3) Mandler menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat sesuatu yang

tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan di dalam

mencapai suatu tujuan tertentu (Hardy, 1988).

(4) Sedangkan menurut C.T. Morgan aspek emosi ada empat, yaitu : a.

Emosi sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh, misalnya

denyut jantung, sirkulasi darah, dan pernapasan. b. Emosi ialah sesuatu

yang diekspresikan, misalnya dalam bentuk tersenyum, tertawa, dan

menangis. c. Emosi ialah sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa

(29)

14 berbuat sesuatu, artinya kalau seseorang beremosi senang ia akan

mengerjakan sesuatu yang disenanginya; sebaliknya akan mencegah

seseorang berbuat sesuatu kalau seseorang tidak senang pada sesuatu

itu (Sunaryo, 2004).

b) Perubahan-Perubahan pada tubuh pada saat terjadi emosi Nama Organ Perubahan pada tubuh

(1) Peredaran darah Bertambah cepat bila marah

(2) Denyut jantung Bertambah cepat bila terkejut

(3) Pernafasan Bernafas panjang kalau kecewa

(4) Pupil mata Membesar bila marah atau sakit

(5) Liur Mengering kalau takut atau tegang

(6) Bulu Berdiri kalau takut

(7) Pencernaan Diare kalau tegang

(8) Otot Keteganganan dan ketakutan menyebabkan

otot menegang atau bergetar atau tremor

Tabel 1.1. Perubahan tubuh manusia apabila terjadi emosi. Sumber :

Rahmat, 2009

c) Emosi Dasar

(1) Kebahagiaan atau suka cita atau senang.

Kebahagiaan dan kegembiraan, merupakan emosi yang positif

karena dalam emosi ini ada situasi yang menguntungkan yang

hampir tapi tidak persis sama, adalah bahasa sehari-hari dikatakan

(30)

15 kebahagiaan tampaknya tidak setara antara orang-orang bahkan di

bawah kondisi yang serupa kehidupan yang positif dan mungkin

dianggap sebagai hadiah besar tidak diberikan pada setiap orang

(Lazarus, 1991).

(2) Kesedihan

Adalah emosi yang sangat menarik dan abscure. Seseorang yang menderita kesedihan, bukan kesedihan secara fisik, melainkan

mnderita karena kehilangan; hal ini biasanya dikatakan terkait

dengan kerugian seperti kematian, dikecewakan ataupun patah

harapan seperti seseorang yang kita cinta, kegagalan nilai

kehidupan, peran, atau hilangnya hal positif yang lain. Emosi ini

yang ditandai dengan ketidak berdayaan untuk mengubah hal-hal,

upaya-upaya yang dipasang untuk menghindari kerugian,

mengembalikan apa yang telah hilang, atau mengelola marabahaya.

Orang yang gagal untuk memulihkan kerugian biasanya proses

panjang biasanya disebut sebagai depresi, karena perjuangan yang

aktif dan berkepanjangan koping yang tidak adekuat. Emosi pada

tahap ini mungkin lebih mirip dengan kesedihan mendalam. Oleh

karena itu, kesedihan adalah langkah menuju pengunduran diri,

yang muncul dari sebuah perjuangan mengatasi masa sulit di mana

prospek emosional sering bertentangan, rapuh, dan berubah

(Lazarus, 1991).

(31)

16 Takut adalah emosi yang bisa disebabkan oleh ancaman yang

nyata bisa juga oleh ancaman yang dibayangkan. Rasa takut dapat

membuat seseorang untuk melakukan suatu tindakan terhadap subjek

yang dianggap mengancam dalam rangka mengantisipasi dan

menghindar.

(4) Marah

Biasanya, kemarahan adalah reaksi terhadap stimulus yang tidak

menyenangakan atau mengancam (Widjaya Kusuma, 1992).

Kemarahan menurut Stuart dan Sunden (1987) adalah perasaan

jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang

dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan

mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.

Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan, misalnya

fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit,

kontrol diri yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran

yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan

perawat yang terlambat dan banyak hal lain yang dapat meningkatkan

emosi klien.

Kemarahan yang diekspresikan keluar dengan kegiatan yang

konstruktif dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang

(32)

17 menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Kemarahan yang

dipendam akan menimbulkan gejala psikosomatis (Yosep, 2007).

Sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu

aktivitas untuk sampai tujannya, dengan demikian ketegangan yang

terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk

menyalurkan ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi

marah.

Ketika marah, seseorang merasa ingin atau berkecenderungan

untuk melukai orang lain. Rasa marah biasanya di luar kendali

individu (Lazarus,1991).

D. ASPEK SOSIO-PSIKOLOGI PERILAKU KESEHATAN

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar.

Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan

jasmani. Dalam proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang

berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum

perkembangan.

Kesimpulannya perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung

dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yan memegang

peranan di dalam pembentukannya perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni

faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat,

(33)

18 meliputi : objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran

dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu

menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk

dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).

F. PENGARUH EMOSI TERHADAP PERILAKU INDIVIDU

Di bawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku

individu di antaranya sebagai berikut :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang

telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai

puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)

c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila sedang mengalami

ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap

dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan

mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun

terhadap orang lain (Yusuf, 2002).

G. NAPZA

(34)

19 NAPZA adalah kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya.

a. Narkotika menurut Undang-Undang No.22 Tahun 1997 adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis atau semi sintetis

yang menyebabkan penuruanan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang meliputi :

1. Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat dan lain-lain.

2. Golongan Kanabis : Ganja, Hashish

3. Golongan Koka : Kokain, Crack.

b. Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (etil alkohol)

c. Psikotropika menurut Undang-undang No.5 tahun 1997 adalah zat atau obat

baik sintetis maupun semisintetis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku yang meliputi : ecxtasy, shabu-shabu, Isd, obat

penenang atau obat tidur, obat ant depresi dan anti psikosis. Zat psikotropika

yang sering disalahgunakan ( menurut WHO) adalah :

1. Alkohol (semua minuman beralkohol)

2. Opioida (heroin, morfin, pethidin, candu)

3. Kanabinoida (ganja = mariyuana, hashish)

4. Sedativa / hipnotika (obat penenang /tidur)

5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, creck

(35)

20 7. Halusinogenika, Isd, mushroom, mescalin

8. Tembakau (mengandung nikotin)

9. Pelarut yang mudah menguap seperti ; aseton, glue, atau lem.

10.Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya; kombinasi heroin dan

shabu-shabu, alkohol dan obat tidur.

d. Zat adiktif lain termasuk inhalasia ( aseton, thinner cat, lem atau glue), nikotin

(tembakau), kafein (kopi)

NAPZA termasuk zat psikoaktif. Yang dimaksud dengan zat psikoaktif

adalah zat yang terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan

perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi dan kesadaran (RSKO, 2011)

2. TAHAPAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF

Tahapan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakkan

oleh remaja dengan gangguan zat adiktif sebagai berikut :

Respon adaptif Respon maladaptif

a. Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan

rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh

kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering

pula dikatakan taraf coba-coba.

b. Rekreasional : Penggnunaan zat adiktif pada waktu berkumpul

(36)

21 acara ulangtahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama

teman-temannya.

c. Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah

merupakan kebutuhan bagi diri sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan

cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya

individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi.

d. Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis,

sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi

penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial,

pendidikan, dan pekerjaan.

e. Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah

terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai

dengan adanya toleransi dan syndroma putus zat; suatu kondisi dimana

individu yang biasa menggunakan za adiktif secara rutin, pada dosis tertentu

menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memkai, sehingga

menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.

Sedangkan toleransi, suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan

dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya (Yosep,

(37)

22

H. KERANGKA TEORI

Berdasarkan teori diatas, rangka teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori interupsi Mandler (1988), Lazarus (1991), dan Ekman (1973) maka di

dapatkan kerangka teori sebagai berikut.

(38)

23 Kerangka Teori Teori modifikasi Interupsi Mandler (1988) , Lazarus (1991) dan Ekman

(39)

24

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori yang dibuat diatas, maka yang akan diteliti

adalah senang, sedih, marah, dan takut. Sedangkan jijik, benci, heran tidak

diteliti karena menurut penelitian Markam (1992), situasi pada benci tidak

jelas. Menurut Causa(2006), objek emosi jijik dapat ditujkan pada suatu rasa,

sentuhan, dan bau-bauan. Emosi heran pada literatur yang didapat tidak

termasuk ke dalam emosi dasar.

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian 1. Karakteristik Pengguna NAPZA

a. Umur

b. Pekerjaan

c. Jenis Kelamin

d. Waktu

e. Jenis penggunaan NAPZA yang dominan

2. Emosi a. Senang

b. Marah

c. Takut

(40)

25

B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Emosi Dasar Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. Senang Persepsi yang menyebabkan

orang menjadi ceria,

tersenyum, membuat hati ,

fikiran tentram, dan puas.

Pengukuran

menggunakan

wawancara

Kuesioner 1. Tidak pernah =1

(kurang dari 10%)

2. Jarang =3 (kurang

dari 50% tapi lebih

dari 10% )

3. Kadang-kadang =5

(50%)

4. Sering =7 (lebih dari

50% tapi kurang 90%)

5. Selalu =9 (lebih dari

90%)

(41)

26

(Wellness, 2003)

2. Marah Persepsi terhadap sesuatu

yang tidak disukai,

menjengkelkan,yang bisa

membuat seseorang

bertindak kasar atau hanya

menyesal karena perilaku

(42)

27

3. Takut Persepsi terhadap sesuatu

yang buruk akan terjadi

yang dianggap

mendatangkan bencana

sehingga orang tersebut

akan waspada sebelum hal

4. Sedih Persepsi terhadap situasi

yang membuat seseorang

Pengukuran

menggunakan

(43)

28

menjadi pilu dan berduka,

bisa juga karena

ketidakmampuan atau

melakukan sesuatu yang

diharapkan.

wawancara (kurang dari 10%)

2. Jarang =3 (kurang

dari 50% lebih dari

10%)

3. Kadang-kadang =5

(50%)

4. Sering =7 (lebih dari

50% tapi kurang dari

90%)

5. Selalu =9 (lebih dari

90%)

(44)

29

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan

tujuan mendeskripsikan gambaran emosi dasar pada pasien Rumah Sakit Ketergantungan

Obat terhadap Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya pada tahun 2011.

B.Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi penelitian

Populasi adalah seluruh subjek atau dengan objek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti ( Hidayat, 2008 ). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien NAPZA rawat

jalan di wilayah Rumah Sakit Ketergantungan Obat 2011.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karaktristik

yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel penelitian ini adalah pasien NAPZA

lama pada rawat jalan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat pada bulan Agustus 2011.

Kriteria Inklusi :

a. Pasien NAPZA yang telah mendapatkan terapi dalam jangka waktu lama (selama

bertahun-tahun)

b. Kondisi Fisik tidak gelisah

c. Bisa membaca dan menulis

(45)

30

Kriteria Eksklusi :

a. Pasien NAPZA yang baru saja mendapatkan terapi (dibawah satu tahun)

b. Sedang sakaw

Rumus Estimasi :

n= Z1-α/2.P(1-P)

d2 Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI / Confident Interval dengan α 5%)

P = harga proporsi di populasi

D = kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi

N = 1,962.0,5.(1-0,5)

d2

n = 3,8416.0,5.(0,5)

1,502

n = 0,9604

1,502 n = 0,9604

2,25

n = 42,684

(46)

31

Untuk menghindari terjadinya sample yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti

menambahkan 10% dari jumlah sample.

Cadangan 10% x 43 = 4,3 = 4 responden

Total = 43 responden+ 4 responden = 47 responden

Jadi, jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu 47 orang.

3. Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah proses sampling seleksi sample yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sample akan mewakili keseluruhan

populasi yang ada (Hidayat,2008). Dalam penelitian ini pengambilan sample dilakukan

dengan teknik nonprobability sampling jenis purposive.yaitu penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Cara pengambilan

sampel untuk tujuan tertentu (Hidayat, 2007)

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,2003)

1. Proses pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan di wilayah Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Cibubur,

Jakarta Selatan dengan proses sebagai berikut :

a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan

memebuat surat permohonan dari PSIK FKIK UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang

ditujukan kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Diklat, peneliti menyerahkan surat permohonan

(47)

32

c. Setelah itu peneliti meminta izin kepada kepala ruangan Instalasi Rawat Jalan RSKO

Jakarta untuk melihat data alasan pasien dirawat di RSKO.

d. Mengambil sample dengan teknik sampling purposive.

e. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden tentang

penelitian dan bagi responden yang bersedia dan memenuhi kriteria smpel dipersilakan

menandatangani persetujuan penelitian.

f. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara kuesioner.

g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan memberikan

kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang belum jelas.

h. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan dan

memeriksa kembali kelengkapan data.

i. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.

2. Instrumen

Instrumen untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer.

Data primer diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner diberikan kepada pasien yang

bersedia menjadi responden. Kuesioner yang telah dibuat mencakup emosi. Emosi

tersebut yaitu senang, sedih, marah dan takut.

a. Kuesioner data demografi

Bagian pertama adalah kuesioner data demografi yang meliputi: umur, jenis

kelamin, pekerjaan, penggunaan pertama NAPZA, penggunaan terakhir NAPZA, jenis

(48)

33

b. Kuesioner emosi senang terhadap NAPZA

Kuesioner terdiri dari 10 pernyataan: dengan pilihan jawaban menggunakan skala

Likert. Skala Likert banyak digunakan untuk riset SDM termasuk persepsi pekerja

(Istijanto, 2005). Pernyataan positif dengan hasil negatif terdiri dari nomor

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan nilai:

1= selalu

2 = sering

3 = kadang-kadang

4 = jarang

5 = tidak pernah

c. Kuesioner emosi marah, takut dan sedih terhadap NAPZA

Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan, 10 pertanyaan tentang emosi takut dan 10

pertanyaan tentang emosi sedih. Pernyataan negatif dengan hasil positif dengan nilai:

1 = tidak pernah

2 = jarang

3 = kadang-kadang

4= sering

5= selalu

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur,

Jakarta Timur karena Rumah Sakit tersebut adalah Rumah Sakit yang khusus menampung

pasien dengan gangguan NAPZA. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli tahun

(49)

34

4. Teknik Uji Instrumen Penelitian

Sebelum Kuesionar dibagikan kepada sampel yaitu pasien Rumah Sakit

Ketergantungan Obat, Cibubur, Jakarta Timur, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba

kuesioner yang dilakukan di tempat yang memiliki karakteristik populasi sama dengan

subjek penelitian yaitu di wilayah Rumah Sakit Ketergantungan Obat pada pasien Rawat

Jalan.

a. Uji Validitas

Prinsip dari validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Uji Validitas ini dilalukan sebayak 25 responden.

Validitas ini dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r table.

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas instrument adalah tingkat konsistensi hasil yang di capai oleh sebuah

alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subyek yang sama atau

yang berbeda (Danim, 2002). Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Apha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach. Uji reliabilitas ini dilakukan sebanyak 25 responden.

D. Etika Penelitian

Masalah penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian karena berhubungan dengan manusia (Aziz, 2002). Penelitian ini memenuhi

beberapa prinsip etik dan formulir inform consent yang diberikan pada pasien sebelum

dilakukan penelitian. Manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat,

(50)

35

Dalam penelitian ini etika penelitian sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan ( Informed Consent )

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan dengan memberikan lembar

persetujuan dari peneliti kepada responden. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan . Tujuannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mewngetahui dampaknya.

2. Tanpa Nama ( anonimity )

Anonimity merupakan suatu etika dengan tidak memberikan atau tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confedentially)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

E. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah

data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses

pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data

tersdapat langkah-langkah yang harus ditempu, diantaranya ( Hidayat,2008)

1. Editing

Editing adalah upaya untuk kembali kebenaran dta yang diperoleh atau dikumpulkan.

(51)

36

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pembreian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar

kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari duatu variabel.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa (Hidayat,

2008)

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari emosi (sedih,

(52)

37

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan hasil penelitian secara lengkap tentang hasil gambaran

emosi dasar pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Terhadap Narkotika, Alkohol,

Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya Tahun 2011. Penelitian ini dilaksanakan selama 18

hari mulai tanggal 8 Agustus 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011. Kuesioner yang

diberikan kepada pasien NAPZA yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan RSKO untuk

meneruskan pengobatannya terhadap NAPZA pada bulan Agustus. Berdasarkan

perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus perhitungan sampel estimasi

penelitian cross sectional (Hidayat, 2008), maka besar sampel dalam penelitian ini sudah memenuhi syarat sebanyak 47 orang. Selanjutnya seluruh sampel dianalisis

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Ketergantungan Obat

Hasil dari Renstra RSKO 2009-2013 mempunyai :

1. Visi

Sebagai pusat layanan dan kajian nasional maupun regional dalam bidang

gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ).

2. Misi

a. Melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative bagi

masyarakat umum dalam bidang GBZ dan penyakit terkait serta

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum

b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta

(53)

38

c. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang GBZ.

3. Motto

Ramah, Sigap, Kasih, Orientasi kepada pelanggan.

4. Program Pelayanan Rumah Sakit Ketergantungan Obat

a. Rawat Jalan

1) Poli NAPZA

a) Non Rumatan

b) Rumatan

2) Poli Umum

3) Poli Spesialis

a) Penyakit Dalam

b) Penyakit Syaraf

c) Penyakit Jiwa

d) Anak

e) Kebidanan

f) Kulit dan kelamin

g) Poli Psikologi

h) Poli Gigi

i) MCU (Medical Check Up)

b. Gawat Darurat

1) Gawat Darurat NAPZA

2) Gawat Darurat Psikiatri

(54)

39

c. Rawat Inap

1) Ruang Perawatan Kelas VIP

2) Ruang Perawatan Kelas I

3) Ruang Perawatan Kelas II

4) Ruang Perawatan Kelas III

5) Ruang Rehabilitasi NAPZA

6) Ruang Komplikasi Medik

7) Ruang HCU

d. Penunjang

1) Instalasi Laboraturium

a) Laboraturium Klinik

b) Laboraturium Toksikologi

2) Instalasi Farmasi

3) Instalasi Radiologi

4) Instalasi Gizi

5) Instalasi Pemulasaran Jenazah

e. Administrasi

1) Layanan Pelanggan

2) Instalasi Administrasi Pasien

f. Diklit

1) Pendidikan dan Pelatihan

(55)

40

g. Program Internasional

1) Bersama 9 negara Eropa Timur, Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Iran

: Penelitian operasional Methafone Meantanance Therapy (WHO-HQ

dalam koordinasi University of Adelaide dan Swiss).

2) Bersama pedoman Terapi Opoid Dependensi dengan dukungan terapi

psikososial : India, Indonesia, Iran, Nigeria, Brazilia, Australia,

Masyarakat Uni Eropa, Polandia (WHO-HQ)

B. Sumber Daya Kesehatan

Data jumlah karyawan RSKO Per 31 Desember 2009

PNS : 224 orang

CPNS : 38 orang

Honor : 43 orang

Berdasarkan tingkat pendidikan :

1. Dokter : 35 orang

2. S2 : 6

3. S2 Keperawatan : 1

4. S1 : 28

5. S1 Keperawatan : 5

6. D3 AKPER : 65

7. D3 UMUM : 35

8. SMA : 83

9. SMP : 2

(56)

41

C. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian

berdasarkan umur, Jenis kelamin, pekerjaan, penggunaan pertama, penggunaan

terakhir, Jenis NAPZA yang dominan digunakan, Jenis dan lama terapi yang

digunakan.

1. Data Demografi responden

Tabel 5.1

Usia responden yang berobat di Ruang Rawat Jalan RSKO Jakarta Tahun 2011

Tabel 5.2

Lama responden menggunakan NAPZA di Ruang Rawat Jalan RSKO Jakarta Tahun 2011

Tabel 5.3

Lama responden menggunakan terapi di Ruang Rawat Jalan RSKO Jakarta Tahun 2011

No Variabel Mean Median Modus Std.Deviasi Miminum Maksimum

1 Usia 31.64 31.00 29 4.811 24 50

2 Lama

penggunaan

10.00 11.00 13 4.175 3 18

3 Lama terapi

yang

digunakan

3.06 3.00 3 1.737 1 7

(57)

42

Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata lama responden menggunakan NAPZA yaitu 10 tahun dan lama terbanyak yaitu 13 tahun. Penggunaan paling minimal yaitu 3 tahun dan penggunaan paling maksimal 18 tahun.

Tabel 5.3 menunjukkan rata-rata dan paling banyak lama terapi yang reponden gunakan yaitu 3 tahun.

4. Jenis Kelamin

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Instalasi Rawat Jalan RSKO Jakarta Tahun 2011

Kategori Frekuensi

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis

kelamin. Jenis kelamin laki-laki merupakan jumlah persentase tertinggi yaitu

sebesar 95.7 % atau 45 responden dan jenis kelamin perempuan sebesar 4.3%

yaitu 2 responden.

5. Pekerjaan pada waktu memakai pertama kali

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di Ruang Rawat Jalan RSKO Jakarta Tahun 2011

(58)

43

Pengangguran Total

11 47

23.4 100.0

Tabel 5.5 menunjukkan sebanyak 31.9% atau 15 responden memiliki latar

belakang pelajar, 21.3% memiliki latar belakang karyawan, sebanyak 23.4 %

memiliki latar belakang wiraswasta dan 23.4 % tidak bekerja atau

pengangguran

6. Jenis NAPZA yang digunakan

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis NAPZA yang digunakan di

Ruang Rawat Jalan Tahun 2011

Kategori Frekuensi Persentase

Putaw 43 91.5%

Shabu-shabu 4 8.5%

Total 47 100%

Tabel 5.6 menunjukkan sebanyak 91.5% atau 43 responden menggunakan

jenis NAPZA putaw dan hanya sebanyak 8.5% atau 4 responden

(59)

44

7. Gambaran Emosi Senang

Tabel 5.7

Emosi senang responden di Rawat Jalan Tahun 2011

EMOSI SENANG FREKUENSI PERSENTASE

Selalu 1 2.1

Sering 10 21.3

Kadang-kadang 16 34.0

Jarang 16 34.0

Tidak pernah 4 8.5

Total 47 100.0

Tabel 5.7 menunjukkan sebanyak 2.1 % atau sebanyak 1 respoden

memiliki emosi selalu senang. Sebanyak 21.3 % atau sebanyak 10 responden

memiliki emosi sering senang. Sebanyak 34.0 % atau sebanyak 16 responden

memiliki emosi kadang-kadang dan jarang senang. Sebanyak 8.5 % atau

sebanyak 4 responden memiliki emosi tidak pernah senang.

8. Gambaran emosi Marah

Tabel 5.8

Emosi marah responden di ruang rawat Jalan Tahun 2011

EMOSI MARAH FREKUENSI PERSENTASE

Selalu 23 48.9

Sering 15 31.9

Kadang-kadang 9 19.1

(60)

45

Tabel 5.8 menunjukkan 48.9 % atau 23 responden menunjukkan selalu

marah. Sebanyak 31.9 % atau sebanyak 15 responden memiliki emosi sering

marah. Sebanyak 19.1 % atau sebanyak 9 responden memiliki emosi

kadang-kadang marah.

9. Gambaran Emosi Takut

Tabel 5.9

Emosi takut responden di ruang rawat Jalan Tahun 2011

Tabel 5.9 menunjukkan sebanyak 55.3 % atau sebanyak 26 responden

memiliki emosi selalu takut. Sebanyak 27.7 % atau sebanyak 13 responden

memiliki emosi sering . Sebanyak 14.9 % atau sebanyak 7 responden. Sebanyak

2.1 % atau sebanyak 1 responden memiliki emosi jarang takut.

10.Gambaran Emosi Sedih

Tabel 5.10

Emosi sedih responden di ruang rawat Jalan Tahun 2011

EMOSI SEDIH FREKUENSI PERSENTASE

Selalu 18 38.3

Sering 15 31.9

EMOSI TAKUT FREKUENSI PERSENTASE

Selalu 26 55.3

Sering 13 27.7

Kadang-kadang 7 14.9

Jarang 1 2.1

(61)

46

Kadang-kadang 10 21.3

Jarang 3 6.4

Tidak Pernah 1 2.1

Total 47 100.0

Tabel 5.10 menunjukkan sebanyak 38.3 % atau sebanyak 18 responden

memiliki emosi selalu sedih. Sebanyak 31.9 % atau sebanyak 15 responden

memiliki emosi sering sedih. Sebanyak 21.3 % atau sebanyak 10 responden

memiliki emosi kadang-kadang sedih. Sebanyak 6.4 % atau sebanyak 3

responden memiliki emosi jarang sedih. Sebanyak 2.1 % atau sebanyak 1

(62)

47

BAB VI PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang

Gambaran Emosi Dasar Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Tahun 2011.

Pembahasan ini mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis

dan penelitian sebelumnya. Bab ini juga akan menjelaskan tentang keterbatasan

penelitian yang telah dilaksanakan dan implikasinya.

A. Gambaran data demografi responden di Ruang Rawat Jalan RSKO Jakarta

1. Usia

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden berusia 31 tahun dan usia

terbanyak yaitu 29 tahun. Batas usia termuda 24 tahun dan batas usia tertua 50

tahun. Pada usia tersebut. Batas usia termuda 24 tahun dan batas usia tertua 50

tahun. Pada usia tersebut banyak remaja yang mulai memakai NAPZA. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang di dapat dari BNN tahun 2009 yaitu remaja

mempunyai kepribadian iseng atau coba-coba sebesar 74.15%, pengaruh teman

sebaya sebesar 51.14%. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden berusia

31 tahun dan usia terbanyak yaitu 29 tahun. Pada usia tersebut sebanyak 6

responden yang memakai NAPZA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di dapat

dari BNN tahun 2009 yaitu remaja mempunyai kepribadian iseng atau coba-coba

sebesar 74.15%, pengaruh teman sebaya sebesar 51.14%. Masa remaja

merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa,

berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori .........................................................................
Gambar 2.1 22
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.2. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perencanaan ini data gelombang yang kami gunakan berasal dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang Tahun 1999 sampai dengan 2008.. Data

Dari penjabaran fenomena diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh faktor pembentuk brand love dan implikasinya pada customer intention

[r]

Pada lahan sawah tadah hujan dengan pola tanam padi gogorancah - padi walik jerami , perbaikan cara budi daya dengan (1) penggunaan varietas intro- duksi Situ Patenggang untuk

Peraturan Bupati Karangasem Nomor 46 Tahun 2014 tentang Target Penerimaan Tiap Triwulan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Karangasem

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang merupakan keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,

Selain kegiatan ekonomi, pendidikan juga menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya kontak bahasa masyarakat, karena kebanyakan guru/pendidik merupakan pendatang

Pada sebagian besar plasmid Ti, terdapat lima kompleks gen, yaitu T-DNA (bagian yang ditransfer dan menyatu dengan genom tanaman), gen virulen (vir) yang terdiri dari 50 kilo basa