• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 berdasarkan indikator peresepan who [1993].

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 berdasarkan indikator peresepan who [1993]."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

vii

INTISARI

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan

dasar yang diperlukan setiap orang. Penggunaan obat yang rasional merupakan

elemen yang penting dalam penggunaan obat yang efektif, aman, dan ekonomis,

agar kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dapat tercapai. Penggunaan

obat yang tidak rasional saat ini telah menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan

kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sejak tahun 1985,

WHO terus berusaha meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Salah satunya

adalah mengembangkan indikator penggunaan obat. Indikator penggunaan obat

dari WHO terdiri dari indikator peresepan, indikator pelayanan pasien, dan

indikator fasilitas kesehatan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non ekperimental dengan

rancangan deskriptif. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan

obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007

berdasarkan indikator peresepan WHO (1993). Data penelitian diambil secara

retrospektif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat yang

diresepkan per lembar resep sebesar 2,33 R/, persentase peresepan obat dengan

nama generik sebesar 22,32%, persentase peresepan antibiotik sebesar 15,44%,

persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 0,21%, dan persentase peresepan

obat yang sesuai formularium rumah sakit sebesar 90,83%.

(2)

viii

ABSTRACT

A qualified health service is one of basic necessities that every individual

needs. The rational drug usage is an essential element in the effective, safe, and

economic drug usage in attaining a better quality of health service. The irrational

drug usage nowadays has become a special problem in health service, both in

developed and developing countries. Since 1985, WHO has continuously tried to

increase the rational drug usage. One of its efforts is developing drug usage

indicators which consist of prescription, patient service, and health facility

indicators.

This research is a non-experimental research with descriptive plan. Its

aim is to know the profile of drug usage for outpatients in Panti Nugroho

Hospital, Sleman, in the period of 2007, based on WHO prescribing indicators

(1993). The research data was collected retrospectively.

The result shows that the average number of drugs prescribed per

encounter are 2,33 R/, the percentage of drugs prescribed by generic name which

is 22,32%, the percentage of encounters with an antibiotic prescribed which is

15,44%, the percentage of encounters with an injection prescribed to outpatients

which is 0,21%, the percentage of drug prescribed from hospital formulary list is

90,83%.

Keywords : prescribing indicators, outpatient

(3)

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

NIM : 048114023

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

NIM : 048114023

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(5)

iii

SKRIPSI

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993)

Yang diajukan oleh :

Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

NIM : 048114023

telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U., Apt.

(6)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993)

Oleh :

Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

NIM : 048114023

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

pada tanggal :

6 Agustus 2008

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

Pembimbing Utama :

Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U., Apt.

….………

Panitia Penguji :

1.

Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U., Apt

….………

2.

Drs. Mulyono, Apt.

….………

3.

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

….………

(7)

v

Karya ini ku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Bapa Yosef

Kluargaku tercinta: Ibu, Bapak, Kakak, dan Adikku

Dia yang senyumnya membangkitkan semangat dan harapanku

Sahabat dan teman-temanku

Almamaterku

“Janganlah hendaknya kamu kawatir tentang apapun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada

Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2008

Penulis

Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

(9)

vii

INTISARI

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan

dasar yang diperlukan setiap orang. Penggunaan obat yang rasional merupakan

elemen yang penting dalam penggunaan obat yang efektif, aman, dan ekonomis,

agar kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dapat tercapai. Penggunaan

obat yang tidak rasional saat ini telah menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan

kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sejak tahun 1985,

WHO terus berusaha meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Salah satunya

adalah mengembangkan indikator penggunaan obat. Indikator penggunaan obat

dari WHO terdiri dari indikator peresepan, indikator pelayanan pasien, dan

indikator fasilitas kesehatan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non ekperimental dengan

rancangan deskriptif. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan

obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007

berdasarkan indikator peresepan WHO (1993). Data penelitian diambil secara

retrospektif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat yang

diresepkan per lembar resep sebesar 2,33 R/, persentase peresepan obat dengan

nama generik sebesar 22,32%, persentase peresepan antibiotik sebesar 15,44%,

persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 0,21%, dan persentase peresepan

obat yang sesuai formularium rumah sakit sebesar 90,83%.

(10)

viii

ABSTRACT

A qualified health service is one of basic necessities that every individual

needs. The rational drug usage is an essential element in the effective, safe, and

economic drug usage in attaining a better quality of health service. The irrational

drug usage nowadays has become a special problem in health service, both in

developed and developing countries. Since 1985, WHO has continuously tried to

increase the rational drug usage. One of its efforts is developing drug usage

indicators which consist of prescription, patient service, and health facility

indicators.

This research is a non-experimental research with descriptive plan. Its

aim is to know the profile of drug usage for outpatients in Panti Nugroho

Hospital, Sleman, in the period of 2007, based on WHO prescribing indicators

(1993). The research data was collected retrospectively.

The result shows that the average number of drugs prescribed per

encounter are 2,33 R/, the percentage of drugs prescribed by generic name which

is 22,32%, the percentage of encounters with an antibiotic prescribed which is

15,44%, the percentage of encounters with an injection prescribed to outpatients

which is 0,21%, the percentage of drug prescribed from hospital formulary list is

90,83%.

Keywords : prescribing indicators, outpatient

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Yohanes Bosco Cahyo Kristanto

Nomor Mahasiswa

: 048114023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN PERIODE 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO (1993)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Agustus 2008

Yang menyatakan

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah

setia menemani dan melimpahkan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis

memperoleh banyak bantuan, dukungan, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma dan dosen penguji atas kritik dan saran yang telah

diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

2.

Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah

diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3.

Bapak Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U., Apt. selaku dosen pembimbing

yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan

kritik selama persiapan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga

penyusunan skripsi ini.

4.

Bapak dr Teddy Janong, M.Kes., selaku Kepala Direktur Rumah Sakit

Panti Nugroho Sleman atas ijin dan bantuannya selama pengumpulan data.

5.

Ibu Fransiska Dewi Astuti, Apt., selaku Kepala Bagian Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman atas ijin dan bantuannya selama

pengumpulan data.

(13)

x

6.

Ibu Bapakku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar, doa,

kepercayaan, bimbingan, pelajaran hidup dan dukungannya baik moril

maupun materiil.

7.

Mbak Elly, Mbak Sisi, Mbak Menik, Mbak Andri, Mbak Narni, Mbak

Puji, Mbak Santi, dan Mbak Sekar di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti

Nugroho atas dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan pengumpulan

data.

8.

Kakakku Dwi dan adikku Joko atas doa, dukungan, dan perhatiannya yang

senantiasa menemani dalam hari-hari yang melelahkan.

9.

Rosalia Septi Wulansari atas segala cinta, perhatian, doa, dukungan, kasih

sayangmu yang selama ini memberi semangat, harapan, dan keceriaan.

10.

Teman-teman seperjuangan : Ndu2, Nina, dan Arif yang selalu memberi

semangat, dukungan, pencerahan, bantuan dan menemani dalam segala

suasana.

11.

Teman-teman Mudika ”Santo Oscar” Brekisan atas semangat dan

kebersamaan selama ini.

12.

Teman-teman KKN angkatan XXXV kelompok 18 : Wulan, Rani, Once,

Ndari, Andre, Jati, Cha2, Fanny, dan Angel yang telah banyak memberi

arti pembelajaran hidup, kebersamaan, dan persahabatan yang sejati.

13.

Teman-teman angkatan 2004 atas persahabatan dan kebersamaannya

selama ini.

14.

Segenap karyawan perpustakaan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

(14)

xi

15.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 16 Juni 2008

Penulis

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A.

Latar Belakang ... 1

1.

Permasalahan ... 3

2.

Keaslian Penelitian ... 3

3.

Manfaat Penelitian ... 4

B.

Tujuan Penelitian ... 4

1.

Tujuan Umum ... 4

(16)

xiii

BAB II. PENELAAH PUSTAKA ... 5

A.

Indikator WHO 1993 ... 5

B.

Penggunaan Obat yang Rasional ... 6

C.

Rata-rata Jumlah Obat per Lembar Resep ... 6

D.

Obat dengan Nama Generik ... 7

E.

Antibiotik ... 8

F.

Sediaan Injeksi ... 8

G.

Formularium Rumah Sakit ... 9

H.

Rumah Sakit ... 10

I.

Keterangan Empiris ... 11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian ... 12

B.

Definisi Operasional Penelitian ... 11

C.

Obyek Penelitian ... 13

D.

Instrumen Penelitian ... 13

E.

Teknik Sampling ... 13

F.

Tatacara Penelitian ... 14

1.

Analisis Situasi ... 14

2.

Pengumpulan Data ... 14

3.

Pengolahan Data ... 15

4.

Analisis Data ... 15

G.

Keterbatasan Penelitian ... 17

(17)

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

A.

Rata-rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembar Resep ... 20

B.

Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik ... 22

C.

Persentase Peresepan Antibiotik ... 23

D.

Persentase Peresepan Injeksi ...24

E.

Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium

Rumah Sakit ... 25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

A.

KESIMPULAN ... 27

B.

SARAN ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN ...31

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Indikator Penggunaan Obat (WHO 1993)..……… 5

Tabel II. Hasil Penelitian Terdahulu ………. 18

Tabel III. Pengambilan Sampel Tiap Bulan

di Rumah Sakit Panti Nugroho ………..………… 19

Tabel IV. Perincian Jumlah Obat per Lembar Resep Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit Panti Nugroho pada Periode 2007……… 20

Tabel V. Perincian Distribusi Peresepan oleh Dokter Umum dan Dokter

Spesialis di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman

pada Periode 2007 ……….……… 21

Tabel VI. Perincian Distribusi Peresepan Antibiotik pada Pasien

Rawat Jalan di RSPN Sleman pada Periode 200 …..…………. 24

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Peresepan ………. 7

Gambar 2. Skema Jalannya Penelitian di RSPN Periode 2007 ...………. 17

Gambar 3. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien

Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Periode 2007 …... 22

Gambar 4. Persentase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit Panti Nugroho Periode 2007 ………….…..… 23

Gambar 5. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi untuk Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit Panti Nugroho Periode 2007 ………….…..… 25

Gambar 6. Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium

Rumah Sakit untuk Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ………. 32

Lampiran 2. Surat Jawaban Permohonan Ijin Penelitian ………...33

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian ………. 34

Lampiran 4. Data Sampel Penelitian ……….… 35

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A.

Latar Belakang

Penggunaan obat dewasa ini semakin beragam dan kompleks yang

disebabkan pengembangan berbagai macam obat secara pesat sejalan dengan

penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pabrik-pabrik farmasi.

Pengembangan ini memungkinkan para dokter mempunyai banyak alternatif

dalam memilih obat yang dikehendaki dalam menangani pasien.

Penggunaan obat yang tidak efektif, tidak aman, dan tidak ekonomis saat

ini telah menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan, baik di negara

maju maupun di negara berkembang (Sastramihardja, 1997). Salah satu

penyebabnya adalah terlalu banyak jenis obat yang tersedia di pasaran dan

informasi mengenai obat maupun pengobatan kurang obyektif, karena sering kali

informasi yang diberikan lebih banyak berasal dari produsen obat yang bersifat

promosi, menyebabkan para pemberi pelayanan (

provider

) atau secara khusus

dokter (

prescriber

) mendapat masalah dalam pemilihan obat secara benar dalam

praktek (Anonim, 2003) dan kurangnya pengetahuan serta pengalaman dari dokter

dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya pengobatan yang tidak rasional

ditandai dengan terjadinya polifarmasi, tindakan ini mempunyai dampak yang

kurang baik terhadap mutu dari pengobatan (Quick, Rankin, Laing, O’Connor,

(22)

2

Sejak tahun 1985, WHO (

World Health Organization

) terus berusaha

meningkatkan mutu penggunaan obat. Salah satunya adalah mengembangkan

indikator penggunaan obat, indikator ini disebut sebagai

first-line measure

, dapat

diartikan sebagai ukuran awal yang dapat menstimulasi pertanyaan yang lebih

lanjut mengenai penggunaan obat. Indikator ini terdiri dari indikator peresepan,

indikator pelayanan kesehatan pasien, dan indikator fasilitas kesehatan dan

penggunaannya ditujukan untuk pasien rawat jalan di fasilitas kesehatan (Anonim,

1993).

Dalam rangka turut serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan

pengobatan di rumah sakit dengan mengacu pada penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan di beberapa rumah sakit, maka peleliti berkeinginan melakukan

penelitian yang sejenis untuk melihat bagaimana gambaran penggunaan obat di

salah satu rumah sakit di Yogyakarta selama periode 2007 berdasarkan indikator

peresepan WHO (1993).

Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN) adalah salah satu fasilitas umum

yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat di daerah

sekitar Pakem Sleman. Di rumah sakit tersebut belum pernah dilakukan penelitian

sejenis dan data yang digunakan tersedia sehingga dipilih sebagai tempat

penelitian.

Penelitian ini menggunakan indikator peresepan WHO (1993) sebagai

salah satu parameter dalam melihat penggunaan obat, karena pada tempat-tempat

pelayanan kesehatan penggunaan obat selalu dimulai dengan peresepan. Indikator

(23)

peresepan digunakan untuk mengukur rata-rata jumlah obat per lembar resep,

persentase peresepan obat dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik,

persentase peresepan sediaan injeksi, dan persentase peresepan yang sesuai

dengan formularium rumah sakit.

1.

Permasalahan

Secara umum, seperti apakah gambaran penggunaan obat pada pasien

rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman pada periode 2007

berdasarkan indikator peresepan WHO (1993), yang meliputi :

a.

berapakah jumlah obat per lembar resep?

b.

berapakah persentase peresepan obat dengan nama generik?

c.

berapakah persentase peresepan antibiotik?

d.

berapakah persentase peresepan sediaan injeksi?

e.

berapakah persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium

rumah sakit?

2.

Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan yaitu gambaran penggunaan obat

untuk pasien rawat jalan di salah satu rumah sakit di Surakarta periode 2006

berdasarkan indikator WHO (1993) (Utami, 2007), di daerah Kebumen

(Handayani, 2006), di Semarang (Sudarmono, 2007), di Yogyakarta

(Rahayu, 2007), dan di Palembang (Permatasari, 2007).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah lokasi, tipe, dan

(24)

4

3.

Manfaat Penelitian

a.

Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

penggunaan obat di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman pada periode

2007.

b.

Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap Rumah

Sakit Panti Nugroho Sleman dalam menerapkan pelayanan kefarmasian.

B.

Tujuan Penelitian

1.

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien rawat jalan

di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 berdasarkan indikator

peresepan WHO (1993).

2.

Tujuan Khusus

Gambaran penggunaan obat pada pasien rawat jalan meliputi :

a.

rata-rata jumlah obat per lembar resep

b.

persentase peresepan obat dengan nama generik

c.

persentase peresepan antibiotik

d.

persentase peresepan sediaan injeksi

e.

persentase peresepan obat yang sesuai formularium rumah sakit

(25)

5

BAB II

PENELAAH PUSTAKA

A.

Indikator WHO 1993

Indikator penggunaan obat yang ditetapkan oleh WHO, merupakan

pedoman untuk menilai pola penggunaan obat berdasarkan masalah yang sering

terjadi di unit pelayanan kesehatan, yang kemudian ditetapkan oleh WHO sebagai

metode dasar untuk menilai penggunaan obat di unit rawat jalan. Indikator

tersebut terdiri dari 3 macam yaitu (Anonim, 1993):

Tabel I. Indikator Penggunaan Obat (WHO 1993)

1

Indikator Peresepan, terdiri dari :

a.

rata-rata jumlah obat per lembar resep

b.

persentase peresepan obat dengan nama generik

c.

persentase peresepan antibiotik

d.

persentase peresepan dengan sediaan injeksi

e.

persentase peresepan obat yang sesuai dengan daftar obat

esensial/formularium

2

Indikator Pelayanan Pasien, terdiri dari :

a.

rata-rata lamanya waktu konsultasi

b.

rata-rata waktu dispensing obat

c.

persentase obat-obat yang berhasil diracik

d.

persentase obat yang di label cukup

e.

pengetahuan pasien dalam memahami dosis

3

Indikator Fasilitas Kesehatan, terdiri dari :

a.

ketersediaan formularium dan daftar obat-obat kunci

(26)

6

Tujuan dari penggunaan indikator ini adalah untuk menggambarkan

kebiasaan pengobatan sekarang, membandingkan perolehan hasil yang didapat,

memonitoring secara periodik dan melakukan pengawasan terhadap perilaku

penggunaan obat, dan menaksirkan dampak dari suatu itervensi (Anonim, 1993).

B.

Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan

sesuai pada kebutuhan klinis mereka dengan dosis yang dibutuhkan secara

individu dalam jangka waktu yang mencukupi dan pada harga yang terjangkau

bagi pasien dan untuk masyarakat luas (Quick, dkk., 1997).

C.

Rata-rata Jumlah Obat per Lembar Resep

Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten dengan

semakin banyaknya jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Indikator rata-rata

jumlah obat per lembar resep digunakan untuk mengetahui terjadinya tendensi

polifarmasi yang dapat menyebabkan terjadi insiden interaksi obat dan efek

samping yang buruk (Anonim, 1993).

Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien,

lebih dari yang dibutuhkan secara logis dan rasional dihubungkan dengan

diagnosis yang ditetapkan (Nair, 1994). Menurut Quick, dkk. (1997), hal ini dapat

dipengaruhi oleh faktor peresepan. Faktor yang dapat mempengaruhi peresepan

terdiri dari empat yaitu dokter (

prescriber

), penyedia obat (

dispenser

), pasien dan

masyrakat, serta sistem kesehatan. Faktor dari dokter antara lain kurangnya

(27)

pelatihan, mengikuti model peresepan yang terdahulu yang belum tentu benar,

kurangnya informasi terhadap obat yang akan diresepkan, dan

financial interest

.

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Peresepan

D.

Obat dengan Nama Generik

Obat dengan nama generik merupakan obat dengan nama resmi yang telah

ditetapkan dalam Farmakope Indonesia, INN (

International Nonproprietary

Names

) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya, baik

branded

maupun

commodity generic

. Untuk lebih meningkatkan dan pemerataan pelayanan

kesehatan perlu penyediaan obat-obatan yang bermutu secara merata dengan

harga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Perlu peningkatan

keterjangkauan obat oleh masyarakat, salah satu strategi yang ditempuh oleh

Departemen Kesehatan adalah distribusi Obat Generik Berlogo (OGB) (Anonim,

(28)

8

E.

Antibiotik

Antibiotik adalah zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan atau

membunuh mikroorganisme pada tubuh manusia yang diklasifikasikan menjadi

penisilin, anti-infeksi dermatologis, agen anti-infeksi ophtalmologis, obat

antidiare, dan antibakteri lain (Anonim, 1993).

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai, akan menimbulkan dampak

negatif, seperti terjadinya kekebalan kuman terhadap berbagai jenis antibiotik (di

rumah sakit resistensi kuman terhadap antibiotik akan memperbesar kemungkinan

infeksi nosokomial), meningkatnya kejadian efek samping obat, biaya pelayanan

kesehatan menjadi tinggi (Gardjito, 1990).

F.

Sediaan Injeksi

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk

yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,

yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kulit atau melalui kulit atau

selaput lendir. Pemakaian obat injeksi memerlukan pertimbangan yang lebih

seksama daripada pemakaian obat oral atau obat yang digunakan sendiri oleh

pasien. Hal ini mengingat bahwa kemungkinan resiko efek samping pemakaiana

obat suntik lebih besar dibanding cara pemberian oral. Efek cepat yang

ditimbulkan memberi peluang untuk terjadinya efek samping yang lebih cepat

pula. Keputusan untuk memberikan obat suntik harus berdasar pada indikasi yang

kuat dengan mengingat kondisi penderita (Anief, 2000).

(29)

G.

Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit (FRS) pada hakekatnya merupakan daftar

produk obat yang telah disepakati untuk dipakai di rumah sakit yang

bersangkutan, beserta informasi yang relefan mengenai indikasi, cara penggunaan,

dan informasi lain mengenai tiap produk (Anonim, 2000).

FRS adalah daftar obat yang diterima atau disetujui oleh Panitia Farmasi

dan Terapi (PFT) untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan. Inti pelaksanaan sistem formularium adalah farmasis

yang terus menerus menilai obat yang tercantum dalam formularium dan obat

yang beredar dalam perdagangan yang belum masuk formularium. Farmasis wajib

menyediakan informasi tentang obat berupa monografi yang akan di evaluasi oleh

PTF, untuk dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari formularium (Siregar,

2006).

Formularium yang telah disepakati di satu rumah sakit perlu dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh (

commitment

) dari pihak yang terkait, meliputi

pengelolaan obat yang menyediakan obat-obat di rumah sakit dan dokter

menggunakan obat-obat yang ada di formularium rumah sakit. Jika sangat

diperlukan, misalnya pada kondisi yang sangat khusus, obat di luar FRS dapat saja

digunakan dengan melalui mekanisme khusus yang telah disepakati. Tujuan

pengembangan dan penerapan FRS adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan

melalui penggunaan obat yang aman, efektif, rasional, dan juga dalam rangka

(30)

10

Tujuan utama pembuatan formularium adalah menyediakan sarana bagi

para staf rumah sakit, meliputi (Anonim, 1991) :

1.

Informasi tentang obat-obatan yang telah disetujui penggunaannya oleh

Komite Farmasi dan Terapi,

2.

Informasi pengobatan dasar setiap obat yang telah disetujui,

3.

Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang mengatur

penggunaan obat-obatan,

4.

Informasi yang khusus seperti pengaturan tentang dosis obat, singkatan yang

biasa digunakan di rumah sakit, dan sebagainya.

Pengembangan FRS perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait di

rumah sakit, yakni pihak pengelolaan obat, managemen rumah sakit, dan

keahlian-keahlian klinik yang ada. Keputusan untuk memasukkan suatu obat

dalam FRS harus didasarkan atas kesepakatan akan kriteria tertentu yang

mencakup bukti manfaat klinik obat, keamanan obat, kesesuaian obat dengan

pelayanan yang ada di rumah sakit, dan biaya. Faktor-faktor ini harus dikaji secara

ilmiah dari sumber informasi yang layak dipercaya. FRS yang telah

dikembangkan harus disosialisasikan di kalangan para dokter dan dalam

penerapannya dilakukan pemantauan secara berrkesinambungan (Anonim, 2000).

H.

Rumah Sakit

Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN) diresmikan berdiri pada tanggal 31

Mei 1999, beralamat di Jl. Kaliurang Km 17 Sleman Yogyakarta. Kepemilikan

dan badan hukum rumah sakit ini adalah Yayasan Panti Rapih yang terletak di Jl.

(31)

Cik Ditiro 30 Yogyakarta. Secara umum pelayanan yang disediakan oleh Rumah

Sakit Panti Nugroho sudah memadai untuk ukuran sebuah rumah sakit kelas D.

Bahkan ada beberapa unit pelayanan yang juga tersedia meskipun bukan

merupakan persyaratan standar yaitu beberapa unit spesialistik komplementer,

ICU (Anonim, 2006).

Rumah sakit yang dikepalai oleh dr. Teddy Janong, M.Kes saat ini

memiliki 50 tempat tidur, 21 orang dokter spesialis, 8 orang dokter umum, 7

orang dokter gigi, dan 11 orang di bagian farmasi. Rumah Sakit Panti Nugroho ini

mempunyai luas lahan 10.000 m

2

dan memiliki luas bangunan 6000 m

2

.

I.

Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran penggunaan obat

pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Nugroho selama

periode 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2007 berdasarkan indikator

peresepan WHO (1993), meliputi:

a.

rata-rata jumlah obat per lembar resep,

b.

persentase peresepan obat dengan nama generik,

c.

persentase peresepan antibiotik,

d.

persentase peresepan sediaan injeksi,

(32)

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat untuk Pasien

Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 Berdasarkan

Indikator Peresepan WHO (1993)” termasuk jenis penelitian nonekperimental

dengan rancangan deskriptif. Menurut Kountour (2003) jenis penelitian ini

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa

adanya perlakuan terhadap obyek yang di teliti. Data penelitian diambil secara

retrospektif karena penelitian ini hanya mengumpulkan data yang telah lalu. Data

yang didapat dibandingkan dengan indikator peresepan WHO (1993) dan

formularium rumah sakit, kemudian hasil yang diperoleh diambil suatu

kesimpulan.

B.

Definisi Operasional Penelitian

Berikut ini adalah batasan pengertian dan istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian :

1.

Penggunaan obat adalah penggunaan obat oleh pasien rawat jalan yang

berdasarkan resep dokter praktek di Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN).

2.

Resep adalah resep dari dokter praktek di RSPN yang masuk ke Instalasi

Farmasi RSPN untuk pasien rawat jalan.

3.

Antibiotik adalah antibiotik yang termasuk dalam klasifikasi WHO.

(33)

4.

Peresepan sesuai Formulatium Rumah Sakit (FRS) adalah resep-resep

yang mengandung obat. Obat tersebut tercantum dalam FRS RSPN.

5.

Jumlah obat yang digunakan adalah jumlah

recipe

(R/) yang ada pada

tiap-tiap lembar resep. Resep racikan dihitung sebagai satu R/.

C.

Obyek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar resep pasien

rawat jalan RSPN Bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007.

D.

Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indikator

Peresepan WHO (1993) dan FRS RSPN (2007).

E.

Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan di Instalasi Farmasi RSPN. Sampel yang

diambil adalah lembar resep pasien rawat jalan dari bulan Januari 2007 sampai

dengan Desember 2007. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel

adalah

Systematic Random Sampling

yaitu mengambil sampel berdasar nomer

urut yang telah ditentukan nilai intervalnya terlebih dahulu. Data yang

(34)

14

F.

Tata Cara Penelitian

1.

Analisis Situasi

Analisis situasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas

mengenai permasalahan yang akan diteliti dan untuk melihat hambatan yang akan

muncul pada saat penelitian. Analisis situasi dilakukan dengan melihat berbagai

buku acuan dan penelitian-penelitian sejenis. Hal tersebut dilanjutkan dengan

pencarian data yang mendukung pembuatan desain penelitian, yaitu pencarian

informasi mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, dilihat dari

jumlah resep yang ada di rumah sakit sebelum penelitian dilakukan.

2.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa lembar resep rawat jalan periode Januari 2007

sampai dengan Desember 2007 secara random. Pencatatan lembar resep meliputi

nomer, tanggal, spesialis dokter, umur pasien, jumlah R/, dan nama obat.

Berdasarkan acuan standar WHO (1993) sampel minimum yang harus

diambil untuk penelitian

retrospektif

adalah 600 lembar resep. Pada penelitian ini

diambil 1.200 lembar resep yang terbagi dalam 12 bulan berdasarkan jumlah resep

yang masuk ke Instalasi Farmasi RSPN.

Resep selama periode 2007 terbagi dalam dua belas bulan, untuk tiap

bulan banyaknya sampel yang diambil dilakukan dengan menghitung jumlah

resep yang masuk pada bulan tertentu dibagi dengan jumlah resep total satu tahun

yang masuk ke Instalasi Farmasi RSPN (34.959 lembar resep pasien rawat jalan),

dikalikan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian (1.200 lembar resep).

(35)

Pada metode

Systematic Random Sampling

yang harus diperhatikan

adalah penentuan nomor pertama sampel yang terambil pertama, karena nomor

yang terpilih tersebut akan menjadi titik awal bagi pengambilan sampel pada

interval berikutnya. Pengambilan sampel pertama yang terletak antara nomor urut

pertama sampai kelipatan pertama dapat dilakukan dengan acak sederhana atau

diambil sampel tengah (Budiarto, 2004). Interval didapatkan dari pembagian

jumlah resep yang masuk pada bulan tertentu dengan jumlah sampel yang

terambil pada bulan tersebut. Hasil perhitungan tersebut diperoleh interval sebesar

29. Nilai tengah dari interval tersebut adalah 15, kemudian digunakan sebagai

nomor pertama sampel terambil. Nomor selanjutnya adalah 44, 73, 102, dan

seterusnya sampai jumlah sampel pada bulan tertentu.

3.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengkategorisasikan data

sejenis, yaitu dengan menyusun data dan menggolongkannya dalam

kategori-kategori. Penggolongan antibiotika berdasarkan MIMS 2008. Setelah itu

dilakukan interpretasi.

4.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian diolah dengan

membandingkannya dengan indikator peresepan WHO (1993). Dari data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

(36)

16

a.

Rata-rata jumlah obat per lembar resep

Jumlah total obat yang diresepkan

= M

Jumlah total lembar resep

= N

Perhitungan = M/N

b.

Persentase jumlah obat dengan nama generik yang diresepkan

Jumlah obat dengan nama generik yang diresepkan

= O

Jumlah total obat yang diresepkan

= M

Perhitungan

= O/M x 100%

c.

Persentase jumlah antibiotik yang diresepkan

Jumlah antibiotik yang diresepkan

= P

Jumlah total obat yang diresepkan

= M

Perhitungan = P/M x 100%

d.

Persentase jumlah injeksi yang diresepkan

Jumlah sediaan injeksi yang diresepkan = Q

Jumlah total obat yang diresepkan

= M

Perhitungan = Q/M x 100%

e.

Persentase jumlah obat yang sesuai FRS

Jumlah obat yang sesuai FRS

= R

Jumlah total obat yang diresepkan

= M

Perhitungan

= R/M x 100%

(37)

Persiapan administrasi

Ijin penelitian

Peralatan bantu penelitian

Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data resep rawat jalan periode 2007

Pengambilan sampel penelitian dengan

Systematic Random Sampling

Pencatatan resep, meliputi : nomor, tanggal, praktek dokter, jumlah

recipe

(R/),

nama obat.

Penggolongan resep, meliputi : golongan nama generik, golongan antibiotik,

golongan injeksi, golongan sesuai FRS.

Analisis data

Menghitung rata-rata jumlah obat yang digunakan per lembar resep

Menghitung persentase peresepan obat dengan nama generik

Menghitung persentase peresepan antibiotika

Menghitung persentase peresepan injeksi

Menghitung persentase peresepan obat yang terdapat dalam FRS

Gambar 2. Skema Jalannya Penelitian di RSPN Periode 2007

G.

Keterbatasan Penelitian

Masalah yang dihadapi pada penelitian ini, hanya menggunakan lembar

resep dan tidak melihat rekam medis sehingga tidak dapat dilakukan analisis lebih

lanjut, serta kesulitan dalam membaca resep yang dituliskan oleh dokter dimana

(38)

18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum penelitian tentang gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat

jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN) berdasarkan indikator peresepan WHO

(1993) dilakukan, terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain di

beberapa rumah sakit, berikut hasil dari penelitian tersebut:

Tabel II. Hasil Penelitian Terdahulu

Indikator

Peresepan

WHO (1993)

Penelitian terdahulu

WHO

(1997)

Handayani

(2006)

Permatasari

(2007)

Rahayu

(2007)

Sudarmono

(2007)

Utami

(2007)

rata-rata R/

lembar resep

3,30

2,44

3,10

2,25

2,71

2,80

% generik

59,00

34,93

45,90

31,06

15,22

38,06

% antibiotik

43,00

21,25

17,07

20,30

24,42

20,12

% sediaan

injeksi

17,00

28,90

2,70

0,28

0,55

1,46

% FRS

-

78,65

52,70

91,92

38,27

98,00

Penelitian ini menggunakan indikator peresepan WHO (1993) sebagai salah

satu parameter dalam melihat penggunaan obat, karena pada tempat-tempat

pelayanan kesehatan penggunaan obat selalu dimulai dengan peresepan. Indikator

peresepan digunakan untuk mengukur rata-rata jumlah obat per lembar resep,

persentase peresepan obat dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik,

persentase peresepan sediaan injeksi, dan persentase peresepan berdasarkan

formularium rumah sakit.

(39)

Pada penelitian ini, diperoleh jumlah total resep yang masuk ke Instalasi

Farmasi RSPN selama periode 2007 sebesar 34.959 lembar resep terbagi dalam dua

belas bulan, dari jumlah tersebut diambil 1.200 sampel. Metode yang digunakan

untuk pengambilan sampel adalah Systematic Random Sampling yaitu mengambil

sampel berdasar nomer urut yang telah ditentukan nilai intervalnya terlebih dahulu.

Interval yang diperoleh dari perhitungan sebesar 29. Hasil dari penentuan jumlah

sampel yang akan diambil tiap bulan periode 2007 dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel III. Pengambilan Sampel Tiap Bulan di

Rumah Sakit Panti Nugroho

Bulan

Jumlah Resep yang

Masuk

Jumlah Sampel

Anak

Dewasa

Januari

3143

108

28

80

Februari

2908

100

19

81

Maret

2902

100

21

79

April

2884

99

34

65

Mei

2903

100

25

75

Juni

2673

92

28

64

Juli

2714

93

27

66

Agustus

2937

100

34

66

September

2699

93

28

65

Oktober

3124

107

38

69

November

2948

101

42

59

Desember

3124

107

22

85

Total

34959

1200

346

854

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan penggolongan data dengan

cara mengkategorisasikan data-data yang sejenis ke dalam kategori yang terdapat

dalam indikator peresepan WHO (1993). Kategori tersebut meliputi jumlah obat per

lembar resep (R/), obat dengan nama generik, obat antibiotik, sediaan injeksi, dan

(40)

20

A.

Rata-rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembar Resep

Menurut WHO (1993) untuk rata-rata jumlah obat yang digunakan per

lembar resep dikategorikan baik jika terdapat paling banyak 2 recipe (R/) obat untuk

satu diagnosis. Dari hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata jumlah obat yang

digunakan per lembar resep adalah 2,33 R/. Pada hasil penelitian WHO yang pernah

dilakukan di Indonesia pada tahun 1997 tentang penggunaan obat pada duapuluh unit

pelayanan kesehatan untuk resep pada pasien rawat jalan, rata-rata jumlah obat per

lembar resep adalah 3,3 (Quick, dkk., 1997). Relatif tingginya hasil tersebut dari

kriteria yang ditentukan oleh WHO (1993) dapat dipengaruhi oleh faktor peresepan.

Tabel IV. Perincian Jumlah Obat per Lembar Resep Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit Panti Nugroho

pada Periode 2007

No.

Jumlah obat

per lembar resep

Jumlah resep

(lembar resep)

Persentase

(%)

1

1

315

26,25

58,50

2

2

387

32,25

3

3

323

26,92

41,50

4

4

147

12,25

5

5

27

2,25

6

6

1

0,08

Jumlah Sampel

1200

100

100

Jumlah Total

recipe

(R/)

2791

Faktor peresepan dipengaruhi faktor dokter (prescriber),

dispenser, pasien

(masyarakat luas), dan sistem kesehatan. Faktor dokter meliputi kurangnya pelatihan,

meniru model peresepan dokter seniornya, pengetahuan yang tidak mencukupi, dan

financial interest. Hal ini dapat menyebabkan ketidakyakinan dokter akan diagnosis

pasien disebabkan kurangnya pengetahuan dokter tentang bukti-bukti ilmiah terbaru

tentang penggunaan berbagai jenis obat, hal ini dapat mendasari terjadinya

(41)

polifarmasi. Dari tabel VI dapat dilihat peresepan di RSPN paling banyak diresepkan

oleh dokter umum. Hal ini dapat dimengerti sebab waktu pelayanan dokter spesialis

lebih sedikit daripada dokter umum.

Tabel V. Perincian Distribusi Peresepan oleh Dokter Umum dan Dokter

Spesialis di

Rumah Sakit Panti Nugroho

Sleman pada Periode 2007

Pembatasan pemakaian obat dapat menekan terjadinya efek samping obat

dan kejadian interaksi obat. Walau bagaimanapun perlu diwaspadai polifarmasi yang

dapat mengakibatkan terjadinya efek samping dan kejadian interaksi obat dengan

memperhatikan empat faktor yaitu efficacy (khasiat obat),

safety

(keamanan obat),

suitability (kesesuaian obat pada pasien), dan cost (harga), sehingga dapat dipilih obat

yang efektif, aman, dan terjangkau.

No.

Dokter

Jumlah resep

(lembar resep)

Persentase

(%)

1

Umum

718

59,84

2

Sp Anak

176

14,67

3

Sp Penyakit Dalam

105

8,75

4

Sp Obstetrik dan Ginekologi

75

6,25

5

Sp Bedah

33

2,75

6

Sp Saraf

28

2,33

7

Gigi

22

1,83

8

Sp Kulit dan Kelamin

15

1,25

9

Sp Telinga Hidung Tenggorokan

15

1,25

10

Sp Urologi

9

0,75

11

Sp Mata

3

0,25

12

Sp Paru

1

0,08

(42)

22

B.

Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik

Pengukuran dengan menggunakan indikator ini bertujuan untuk mengetahui

kecenderungan peresepan obat dengan nama generik. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan persentase peresepan obat dengan nama generik sebesar 22,32%. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 59,00% (Quick, dkk., 1997).

Gambar 3. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien

Rawat Jalan di

Rumah Sakit Panti Nugroho

Periode 2007

Rendahnya peresepan obat dengan nama generik di RSPN dapat disebabkan

karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit swasta, hal ini dapat dimengerti

sebab di Indonesia, kewajiban menggunakan obat generik hanya berlaku di unit-unit

pelayanan kesehatan pemerintah. Permasalahan ini dapat diperkecil apabila dokter

lebih memperhatikan situasi dan kondisi serta kemampuan ekonomi pasien.

Kebanyakan pasien tidak mengerti tentang obat, oleh karena itu peran farmasis untuk

memberikan informasi kepada pasien bahwa obat generik mempunyai kandungan dan

khasiat yang sama dan harganya lebih murah. Pada pasien yang keadaan ekonominya

rendah, sangat tidak memungkinkan untuk menebus obat yang harganya mahal, akan

lebih tepat apabila diberikan obat generik karena harganya lebih terjangkau.

(43)

C.

Persentase Peresepan Antibiotik

Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang

dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Menurut WHO

(1993), pengukuran dengan menggunakan indikator ini bertujuan untuk mengukur

penggunaan antibiotik, karena obat ini sering digunakan secara berlebihan sehingga

dapat menyebabkan kerugian diantaranya terjadi resistensi obat dan pemborosan

biaya terapi. Dari hasil penelitian menunjukkan persentase peresepan antibiotik

sebesar 15,44%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 43,00% (Quick,

dkk., 1997).

Gambar 4. Persentase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit Panti Nugroho

Periode 2007

Berdasarkan data yang diperoleh yang disajikan pada tabel VII., antibiotik

yang sering diresepkan oleh dokter didominasi oleh amoksisilin yang merupakan

golongan Penisilin. Hal ini dapat dipahami karena amoksisilin mempunyai spektrum

yang luas dengan daya kerjanya aktif terhadap bakteri gram negatif maupun positif,

(44)

24

Tabel VI. Perincian Distribusi Peresepan Antibiotik pada Pasien Rawat Jalan di

RSPN Sleman pada Periode 2007

No.

Golongan Antibiotik

Jumlah resep

(lembar resep)

Persentase

(%)

1

Penisilin

155

35,96

2

Quinolon

95

22,04

3

Sefalosporin

68

15,77

4

Aminoglikosida

47

10,90

5

Makrolida

38

8,81

6

Kloramfenikol

24

5,56

7

Tetrasiklin

4

0,96

Jumlah

431

100

D.

Persentase Peresepan Sediaan Injeksi

Pengukuran dengan menggunakan indikator ini bertujuan untuk mengukur

penggunaan sediaan injeksi pada pasien rawat jalan. Dari hasil penelitian

menunjukkan persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 0,21%. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh WHO sebesar 17% (Quick dkk, 1997).

Pada penelitian ini ditemukan sediaan injeksi yang diresepkan adalah insulin

injeksi sebesar 6 sediaan, semuanya ditulis oleh dokter umum dan ditujukan untuk

pasien dewasa. Penggunaan sediaan injeksi sulit untuk dilakukan sendiri oleh pasien

sehingga membutuhkan tenaga ahli. Pasien yang diijinkan menggunakan sendiri

insulin dalam bentuk sediaan injeksi, terlebih dahulu diberikan pelatihan penggunaan

sediaan injeksi dimana ini dilakukan di rumah sakit atau di tempat praktek dokter.

Dengan demikian, penggunaan sediaan injeksi sebesar 0,21% masih dapat diterima

berdasarkan alasan pemberiannya yang logis dalam hal ini bersifat kepraktisan.

(45)

Gambar 5. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi untuk Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit Panti Nugroho Periode 2007

E.

Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah Sakit

Pengukuran dengan menggunakan indikator ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana kepatuhan dokter dalam menggunakan obat yang terdapat dalam

formularium rumah sakit dalam peresepan obat untuk pasien. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium Rumah

Sakit Panti Nugroho Sleman sebesar 90,83%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

sebagian besar peresepan obat yang dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman

sesuai dengan formulariumnya.

(46)

26

Formularium rumah sakit harus selalu ditinjau ulang guna mengikuti

perkembangan obat baru yang beredar. Peresepan obat yang sesuai dengan formularium

rumah sakit diharapkan agar obat tersebut benar-benar bermanfaat, mutu terjamin, harga

terjangkau, mudah diperoleh, sehingga mutu pelayanan melalui penggunaan obat yang

aman, efektif, rasional, dan efisiensi biaya pengobatan dapat mencapai tingkat yang lebih

baik, karena obat yang dibutuhkan pasti tersedia.

(47)

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho

Sleman dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1.

rata-rata jumlah obat yang diresepkan per lembar resep sebesar 2,33 R/.

2.

persentase peresepan obat dengan nama generik sebesar 22,32%.

3.

persentase peresepan antibiotik sebesar 15,44%.

4.

persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 0,21%.

5.

persentase peresepan obat yang sesuai formularium rumah sakit sebesar 90,83%.

B.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut :

1.

Untuk peneliti selanjutnya :

a.

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan indikator pelayanan

pasien dan indikator fasilitas kesehatan.

b.

perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara jumlah obat pada

(48)

28

2.

Untuk Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman :

a.

perlu dilakukan pemilihan obat yang selektif sehingga jumlah recipe obat

pada peresepan akan turun, melalui kerjasama dokter, farmasis, dan

pasien, sehingga dapat tercapai rasionalitas biaya pengobatan dan dapat

mencegah polifarmasi, efek samping, serta interaksi obat.

b.

peresepan dan penggunaan obat generik di Rumah Sakit Panti Nugroho

Sleman perlu ditingkatkan lagi.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2000, Farmasetika, Cetakan II, 194-210, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Anonim, 1991, Pedoman Tata laksana Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit, 1-7, Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

Anonim, 1993, How to Investigate Drugs Use in Health Facilities (selected drug use

indicators), 12-14, World Health Organization, Geneva

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 2-11, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2003, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan,

1105-1107, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2004, Daftar Obat Essensial Nasional, 7-8, Dirjen Pengawasan Obat dan

Makanan, Jakarta

Anonim, 2006, Badan Mutu Pelayanan Kesehatan, Evaluasi Mutu Rumah Sakit Panti

Nugroho, http://badanmutu.or.id/index.php?id=58, diakses tanggal 25

November 2007

Anonim, 2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7, 173-233, PT.

Informater, Jakarta

Budiarto E., 2004, Metodoligi Penelitian Kedokteran Sebuah Pengantar, 28, 42, 43,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Gardjito,W., 1990, Antibiotika Profilaksis-Prinsip Serta Permasalahannya, dalam

Suryawati, S., Seminar Pemilihan dan Pemakaian Antibiotika dalam Klinik,

21-30, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

Handayani, H., 2006, Gambaran Peresepan Obat Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen Berdasarkan Indikator WHO

(1993),

Skripsi, 25-38, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta

(50)

30

Nair, B., 1994, Older People and Medications : What is the right prescription?, 22,

Austr Press, New York

Permatasari, D., 2007, Kajian Penggunaan Obat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Periode 2006 Berdasarkan Indikator WHO

(1993),

Skripsi, 24-41, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta

Quick, J.D., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes,

M.N.G., Garnett, A., 1997, Managing Drug Supply, Second Edition, Revised

Expanded, 422-496,565, Kumarin Press, West Hartfor

Rahayu, K.K., 2007, Gambaran Penggunaan Obat Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2006 Berdasarkan Indikator

Peresepan WHO (1993),

Skripsi, 23-41, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta

Sastramihardja, 1997, Penggunaan Obat Yang Rasional di Tempat Pelayanan

Kesehatan, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol : 47, No. 4, 532-536

Siregar, C.J.P., 2006, Farmasi Klinik Teori dan Terapan, 90-91, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Sudarmono, C.A., 2007, Gambaran Penggunaan Obat Untuk Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang Periode 2006 Berdasarkan Indikator

WHO (1993), Skripsi, 26-41, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta

Utami, P., 2007, Tinjauan Penggunaan Obat Untuk Pasien Rawat Jalan di Rumah

Sakit Umum Kasih Ibu Surakarta Periode 2006 Berdasarkan Indikator WHO

(1993),

Skripsi, 26-41, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Fenaren V

3. 02/01/2007 Um Dewasa 3* Amoxycillin V V Penicillins V

*Paracetamol V V

*Mucohexin V

*Dextina V

Polidemisin TM V

4. 02/01/2007 Um Dewasa 4 Lasix V

Aspar K V

Odace V

Captopril V V

5. 02/01/2007 Sp.PD Dewasa 6 Lasix V

Aspar K V

Lanoxin V

Allopurinol V V

Invastin V

Cedocard V

6. 03/01/2007 Um Dewasa 3 Thiamphenicol V V Chloramphenicol V

Primadol V

Lameson V

7. 03/01/2007 Um Dewasa 4 Baquinor Forte V Quinolones V

Velazol V

Plantacid V

Pronalges V

8. 03/01/2007 Um Dewasa 1 Sulcolon V

9. 03/01/2007 Sp.OG Dewasa 3 Prolacta for Mother

Becom C V

Folamil V

10. 04/01/2007 Sp.U Dewasa 1 Hecobac V Macrolides V

11. 04/01/2007 Um Anak 3 Fixiphar V Cephalosporins V

Paracetamol V V

Dexamethason V V

12. 04/01/2007 Um Dewasa 2 Euphyllin Retard Mite V

Fartolin V

13. 04/01/2007 Sp.A Anak 2 Heptasan V

Proza V

14. 04/01/2007 Sp.A Anak 4 Rifampicin V V Rifamycins V

Heptasan V

Pulmolin V

Likurmin V

15. 05/01/2007 Sp.B Dewasa 1 Merflam V

16. 05/01/2007 Um Dewasa 2 Methylprednisolone V V

Amoxycillin V V Penicillins V

17. 05/01/2007 Sp.A Anak 4 Dexyclav V Penicillins V

Histapan V

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

Ozen V

Supralysin V

18. 05/01/2007 Um Dewasa 4 Sanprima V Urinary Anti-infectives V

Buscopan V

Primperan V

Fasidol V

19. 06/01/2007 Sp.S Dewasa 3 Cholinaar V V

Mersitrophyl V

Tensivask V

20. 06/01/2007 Um Anak 3* Fixiphar V Cephalosporins V

*Paracetamol V V

*Dexamethason V

Curliv V

21. 06/01/2007 Um Dewasa 4 Metronidazole V V Antiprotozoals V

Spasmomen V

Metformin V V

Oralit V V

22. 07/01/2007 Um Dewasa 1 Ciprofloxacin V V Quinolones V

23. 07/01/2007 Um Dewasa 3 Sanprima V Urinary Anti-infectives V

Sistenol V

Cortidex V

24. 08/01/2007 Um Dewasa 2 Ozen V

Medixon V

25. 08/01/2007 Um Dewasa 3 Formyco V Antifungal V

Ketokonazol V V Antifungal V

Ozen V

26. 08/01/2007 Sp.A Anak 2* Dexyclav V Penicillins V

*Nairet V

*Mucohexin V

*Aminophyllin V V

27. 08/01/2007 Sp.A Anak 1 Gentasolon V Aminoglycosides V

28. 08/01/2007 Um Dewasa 3 Sanprima V Urinary Anti-infectives V

Sistenol V

Tremenza V

29. 09/01/2007 Sp.OG Dewasa 1 Becom C V

30. 09/01/2007 Um Dewasa 5 Fasidol V

Amoxycillin V V Penicillins V

Acyclovir V V Antivirals V

Kalii Permanganas

Becom C V

31. 09/01/2007 Sp.A Anak 1 Candistin V Antifungal V

32. 10/01/2007 Um Dewasa 2 Fenaren V

Sulcolon V

33. 10/01/2007 Sp.OG Dewasa 2 Ketokonazol V V Antifungal V

Betadine vag. V

34. 10/01/2007 Sp.A Anak 3* Cefixime V V Cephalosporins V

Silomat V

*Aminophyllin V V

*Histapan V

*Mucohexin V

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

Dextina V

Ciprofloxacin V V Quinolones V

Asam Mefenamat V V

38. 11/01/2007 Sp.B Dewasa 2 Lanakeloid V

Ikagen V

39. 12/01/2007 Um Dewasa 1 Glimepiride V V

40. 12/01/2007 Sp.A Anak 1* *Nairet V

*Cefat V

*Kenacort V

41. 12/01/2007 Gigi Dewasa 1 Flamesin V

42. 12/01/2007 Sp.KK Dewasa 3 Acyclovir V V Antivirals V

Clinovir V

Falergi V

43. 13/01/2007 Um Dewasa 4 Lasix V

Renaphar V

Clonidine V V

Plantacid V

44. 13/01/2007 Sp.A Anak 1 Apialys V

45. 13/01/2007 Um Dewasa 1 Piroxicam V V

46. 13/01/2007 Um Dewasa 3 Captopril V V

Clonidine V V

Lapibal V

47. 14/01/2007 Um Dewasa 2 Fenaren V

Glyceril Gualacolat V V

48. 14/01/2007 Um Dewasa 4 Nifedipin V V

Fenaren V

Nairet V

Glyceril Gualacolat V V

49. 14/01/2007 Sp.OG Dewasa 1 Metronidazole V V Antiprotozoals V

50. 15/01/2007 Gigi Dewasa 2 Amoxycillin V V Penicillins V

Mefinal V

51. 15/01/2007 Sp.A Anak 1 Ottopan drops V

52. 15/01/2007 Um Dewasa 2 Asam Mefenamat V V

Nonflamin V

53. 16/01/2007 Sp.PD Dewasa 4 Q ten V

Lasix V

Aspar K V

Benoxuric V

54. 16/01/2007 Sp.A Anak 2 Ottopan drops V

Colsancetin V

55. 16/01/2007 Sp.B Dewasa 2 Pharflox V Quinolones V

Mefinal V

56. 17/01/2007 Um Anak 3 Starcef V Cephalosporins V

Primadol V

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(58)

Glyceril Gualacolat V V

57. 17/01/2007 Sp.B Dewasa 3 Ciprofloxacin V V Quinolones V

Wiacid V

Flamed V

58. 17/01/2007 Um Dewasa 2 Amoxycillin V V Penicillins V

Fenaren V

59. 17/01/2007 Sp.A Anak 5 Acyclovir V V Antivirals V

Isprinol syrup V

Tempra Forte V

Comtusin V

Erysanbe V

60. 18/01/2007 Um Dewasa 4 Fasix V

Renaphar V

Primadol V

Gestabilnano Forte V Aminoglycosides V

61. 18/01/2007 Um Dewasa 4 Captopril V V

Vometa V

Fasidol V

Gestabilnano Forte V Aminoglycosides V

62. 18/01/2007 Um Dewasa 1 Musin V

63. 19/01/2007 Um Dewasa 2 Falergi V

Lycoxy V

64. 19/01/2007 Um Dewasa 3 Pharflox V Quinolones V

Primadol V

65. 19/01/2007 Sp.A Dewasa 3* Plantacid V

*Chlorpromazin V V

*Vitamin B6 V V

Praxion V

66. 20/01/2007 Um Dewasa 4 Amoxycillin V V Penicillins V

Fasidol V

Captopril V V

Furosemid V V

67. 20/01/2007 Um Dewasa 1 Mefinal V

68. 20/01/2007 Um Dewasa 2 Starcef V Cephalosporins V

Lacidofil V

69. 21/01/2007 Um Dewasa 3 Primadol V

Lapifed V

Vomitas V

70. 21/01/2007 Um Dewasa 3 Mefinal V

Sanadryl Expectoran V

Amoxycillin V V Penicillins V

71. 21/01/2007 Um Dewasa 3 Ciprofloxacin V V Quinolones V

Fasidol V

Omeprazole V V

72. 22/01/2007 Um Anak 2* Neokaolana V

*Metronidazole Antiprotozoals V V V

*Damaben

73. 22/01/2007 Um Dewasa 2 Lapifed V

Imox

74. 22/01/2007 Sp.PD Dewasa 1 Curliv V

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

INH V

Vitamin B1 V V

78. 23/01/2007 Um Dewasa 2 Falergi V

Flucap V

79. 23/01/2007 Sp.B Dewasa 1 Amoxycillin V V Penicillins V

80. 24/01/2007 Um Anak 2 Gestabilnano Forte V Aminoglycosides V

Lacidofil V

81. 24/01/2007 Sp.OG Dewasa 3 Prolacta for Mother Nutrimama

Elkana V

82. 24/01/2007 Sp.A Anak 2* *Rimcure Paed V

*Heptasan V

Comtusin V

83. 25/01/2007 Um Anak 2* Gentamycin V V Aminoglycosides V

*Amoxycillin Penicillins V V V

*Paracetamol V V

*Dexamethason V V

*Tremenza V

84. 25/01/2007 Um Dewasa 2 Zistic V Macrolides V

Primadol V

85. 25/01/2007 Um Dewasa 5 Lasix V

Aspar K V

Diaversa V

Diabex V

Irvell V

86. 26/01/2007 Sp.OG Dewasa 2 Folamil V

Lactas. V

87. 26/01/2007 Sp.PD Dewasa 4 Sanadryl Expectoran V

Fasidol V

Hyperil V

Invastin V

88. 26/01/2007 Um Anak 3 Amoxycillin V V Penicillins V

Fasidol V

Tremenza V

89. 27/01/2007 Um Dewasa 3 Lasix V

Aspar K V

Lanoxin V

90. 27/01/2007 Sp.PD Dewasa 2 Lasix V

Aspar K V

91. 27/01/2007 Um Anak 2 Zistic V Macrolides V

Primadol V

92. 27/01/2007 Sp.OG Dewasa 3 Biosanbe V

Elkana V

Becom C V

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(60)

93. 28/01/2007 Um Dewasa 2 Asam Mefenamat V V

Ranitidine V V

94. 28/01/2007 Um Dewasa 1 Allopurinol V V

95. 28/01/2007 Um Dewasa 3 Amoxycillin V V Penicillins V

Primadol V

Lameson V

96. 28/01/2007 Um Dewasa 1 Aspar K V

97. 28/01/2007 Um Dewasa 1 Comtusin V

98. 29/01/2007 Um Dewasa 1 Daryantulle V

99. 29/01/2007 Sp.A Anak 2 Ottopan drops V

San B V

100. 29/01/2007 Um Dewasa 4 Sanprima V Urinary Anti-infectives V

Sumagesic V

Plantacid V

Lodia V

101. 30/01/2007 Sp.PD Dewasa 4 Furosemid V V

Aspar K V

Hyperil V

Narfoz V

102. 30/01/2007 Um Dewasa 3 Pronalges V

Ciprofloxacin V V Quinolones V

Lameson V

103. 30/01/2007 Um Dewasa 3 Sanprima V Urinary Anti-infectives V

Fasidol V

Damaben V

104.

Gambar

Tabel I.  Indikator Penggunaan Obat (WHO 1993)..…………………… 5
Gambar 4. Persentase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan
Tabel I. Indikator Penggunaan Obat (WHO 1993)
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Peresepan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lama kelamaan, endapan itu menjadi keras karena tekanan oleh adanya zat zat yang merekatkan bagian per bagian.. Belajar ipa

antara satu tamadun dengan tamadun yang lain. Negara barat menganggap mereka adalah kuasa besar dan sentiasa campurtangan dalam urusan negara lain atas nama

Sejalan dengan hal di atas, Arikunto (1993) menyatakan bahwa “tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga

BPKH Tembusan MEN - HUT & penyam- paian peta arahan indikatif Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah pecah dan tidak ada harapan

Berdasarkan dari hasil evaluasi dan pengujian yang sudah dilakukan dalam Rancang Bangun Alat Pencampuran Nutrisi Otomatis Pada Tanaman Hidroponik Berbasis

[r]

SISTEM PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT. Bidang