• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran penggunaan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresapan WHO 1993...[Abstrak dan teks sedang dalam proses].

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran penggunaan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresapan WHO 1993...[Abstrak dan teks sedang dalam proses]."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penggunaan obat dewasa ini semakin kompleks, disebabkan karena

pengembangan berbagai macam obat yang pesat sejalan dengan penelitian dan

pengembangan yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait obat. Perkembangan

tersebut juga dapat membawa efek terjadinya ketidakrasionalan dalam pola

pemberian obat pada pasien yang akan berdampak buruk pada sisi ekonomis, sisi

klinis, dan sisi psikososial pasien.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat untuk

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember

2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO 1993. Penelitian

termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif.

Data diperoleh secara retrospektif berupa resep pasien rawat jalan yang masuk ke

Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang diambil secara systematic random sampling.

Data berupa rata-rata jumlah obat per lembar resep, persentase peresepan obat

dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan

sediaan injeksi, dan persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium

rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan indikator peresepan

WHO 1993, diperoleh hasil bahwa rata-rata jumlah obat yang diresepkan per

lembar resep sebesar 2,83 R/, persentase peresepan obat dengan nama generik

sebesar 22,78%, persentase peresepan antibiotik sebesar 15,35%, persentase

peresepan sediaan injeksi sebesar 1,77%, dan persentase peresepan obat yang

sesuai dengan formularium rumah sakit sebesar 90,51%.

Kata kunci

: gambaran penggunaan obat, indikator peresepan, Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta

(2)

ABSTRACT

Present day drug use is more and more complex, its caused by rapid

development of many drug in accordance with research and development which

conducted by many related drug party. This development can also bring

irrationality producing effect, in drug administration to patient which will be

dilapidatedly affect in economic, clinic, and psycho-social side of patient.

This study is aimed to find out drug administration outlook for outpatient

in “Panti Rapih” Hospital of Yogyakarta December 2006 – November 2007

period based on WHO prescription indicator 1993. This study is counted as

non-experimental study with analytic descriptive study design. Data is obtained

retrospectively in out patient form who entering Hospital Pharmaceutical

Installation, which is collected by systematic random sampling. Data is an average

value of drug per prescription sheet, generic drug name prescription percentage,

antibiotic prescription percentage, injection prescription percentage, and

percentage of drug which agree with hospital formularies.

Based on the study result by using 1993 WHO prescribing indicator,

resulting yield that the average of prescription drug value per receipt sheet is 2,83

R/, the generic name drug prescription percentage is 22,78%, antibiotic

prescription percentage is 15,35% injection prescription percentage is 1,77%, and

the percentage of drug which agree with hospital formularies. is 90,51%.

Keyword

: drug using outlook, prescription indicator, “Panti Rapih” Hospital of

Yogyakarta

(3)

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO 1993

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Arif Eka Santoso

NIM : 048114138

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE DESEMBER 2006 – NOVEMBER 2007

BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO 1993

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Arif Eka Santoso

NIM : 048114138

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah

dalam kesusahan, dan bertekunlah dalam doa”

(Roma 12:12)

”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun

juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal

keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

Yesus sang Juru Selamatku

Mamah dan Almarhum Papah sebagai ungkapan syukur, cinta

dan terima kasihku

Adik-adikku Vero dan Vita sebagai ungkapan kasih sayangku

Widia sebagai ungkapan cintaku yang terdalam

Guru dan Almamaterku sebagai ungkapan hormat

dan terima kasihku

(8)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Arif Eka Santoso

Nomor Mahasiswa

: 04 8114 138

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Gambaran Penggunaan Obat Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Desember 2006 – November 2007 Berdasarkan Indikator

Peresepan WHO 1993

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 4 Februari 2009

Yang menyatakan

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul

”Gambaran Penggunaan Obat Pasien Rawat Jalan di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Desember 2006 – November 2007

Berdasarkan Indikator Peresepan WHO 1993.

Kemuliaan kepada Bapa, Putra,

dan Roh Kudus, terpujilah Yesus, Maria, dan St. Yoseph selama-lamanya.

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajad

Sarjana Farmasi Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

gambaran penggunaan obat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode

Desember 2006 – November 2007 berdasarkan indikator WHO 1993.

Dalam penulisan skripsi hingga selesai tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, dan dukungan banyak pihak, maka dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu baik langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :

1.

Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma sekaligus sebagai dosen penguji.

2.

Bapak Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U., Apt, selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritik selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

(10)

3.

Bapak Drs. Mulyono., Apt yang telah memberikan masukan dan saran

untuk menyempurnakan karya tulis ini.

4.

Ibu Yustina Sri Hartini, M.S.i., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan karya tulis ini.

5.

Ibu Eliza Konda Landowero, S.Si., Apt, selaku Kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas ijin dan bantuannya selama

pengumpulan data.

6.

Bapak B. Agung Sulistiyo, S.H, selaku Kepala Personalia Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta atas ijin dan bantuannya selama pengumpulan

data.

7.

Bapak Riszat Arief selaku staf administrasi personalia atas ijin dan

bantuannya selama pengumpulan data.

8.

Mamah, adik-adikku dan Widia atas segala doa yang tulus, dukungan,

semangat, dan cinta.

9.

Teman-teman seperjuangan, Bosco, Ndu-Ndu, dan Nina yang telah rela

berbagi suka dan duka, canda dan tawa, dan lain-lain.

10. Mahasiswa angkatan 2004 seluruhnya khususnya kelas FKK atas segala

kenangan, suka dan duka yang ditorehkan kepada penulis selama menuntut

ilmu.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

(11)

Ada peribahasa mengatakan bahwa

”tak ada Mawar yang tak berduri”

,

penulis menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang sempurna termasuk pada

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila ada

kekurangan atau kekeliruan dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya, semoga karya ini bermanfaat bagi penulis, Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta pada khususnya dan kemajuan ilmu pengetahuan serta

masyarakat pada umumnya. Amien.

Yogyakarta, Desember 2008

Penulis

(12)
(13)

INTISARI

Penggunaan obat dewasa ini semakin kompleks, disebabkan karena

pengembangan berbagai macam obat yang pesat sejalan dengan penelitian dan

pengembangan yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait obat. Perkembangan

tersebut juga dapat membawa efek terjadinya ketidakrasionalan dalam pola

pemberian obat pada pasien yang akan berdampak buruk pada sisi ekonomis, sisi

klinis, dan sisi psikososial pasien.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat untuk

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember

2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO 1993. Penelitian

termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif.

Data diperoleh secara retrospektif berupa resep pasien rawat jalan yang masuk ke

Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang diambil secara systematic random sampling.

Data berupa rata-rata jumlah obat per lembar resep, persentase peresepan obat

dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan

sediaan injeksi, dan persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium

rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan indikator peresepan

WHO 1993, diperoleh hasil bahwa rata-rata jumlah obat yang diresepkan per

lembar resep sebesar 2,83 R/, persentase peresepan obat dengan nama generik

sebesar 22,78%, persentase peresepan antibiotik sebesar 15,35%, persentase

peresepan sediaan injeksi sebesar 1,77%, dan persentase peresepan obat yang

sesuai dengan formularium rumah sakit sebesar 90,51%.

Kata kunci

: gambaran penggunaan obat, indikator peresepan, Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta

(14)

ABSTRACT

Present day drug use is more and more complex, its caused by rapid

development of many drug in accordance with research and development which

conducted by many related drug party. This development can also bring

irrationality producing effect, in drug administration to patient which will be

dilapidatedly affect in economic, clinic, and psycho-social side of patient.

This study is aimed to find out drug administration outlook for outpatient

in “Panti Rapih” Hospital of Yogyakarta December 2006 – November 2007

period based on WHO prescription indicator 1993. This study is counted as

non-experimental study with analytic descriptive study design. Data is obtained

retrospectively in out patient form who entering Hospital Pharmaceutical

Installation, which is collected by systematic random sampling. Data is an average

value of drug per prescription sheet, generic drug name prescription percentage,

antibiotic prescription percentage, injection prescription percentage, and

percentage of drug which agree with hospital formularies.

Based on the study result by using 1993 WHO prescribing indicator,

resulting yield that the average of prescription drug value per receipt sheet is 2,83

R/, the generic name drug prescription percentage is 22,78%, antibiotic

prescription percentage is 15,35% injection prescription percentage is 1,77%, and

the percentage of drug which agree with hospital formularies. is 90,51%.

Keyword

: drug using outlook, prescription indicator, “Panti Rapih” Hospital of

Yogyakarta

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN JUDUL...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PRAKATA...vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ix

INTISARI...x

ABSTRACT...xi

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I. PENGANTAR...1

A.

Latar Belakang...1

1. Permasalahan...3

2. Keaslian Penelitian...3

3. Manfaat Penelitian...4

B. Tujuan Penelitian...4

1. Tujuan Umum...4

(16)

2. Tujuan Khusus...5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...6

A. Indikator WHO 1993...6

B. Rata-Rata Jumlah Obat Per Lembar Resep...7

C. Obat dengan Nama Generik...7

1. Penggolongan Obat Generik...7

2. Mutu Obat Generik...8

D.

Antibiotik...8

E. Sediaan Injeksi...10

F.

Formularium

Rumah Sakit...10

G. Keterangan Empiris...12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...13

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...13

B. Definisi Operasional Penelitian...13

C. Obyek Penelitian...14

D. Instrumen Penelitian...14

E. Teknik Sampling...14

F. Tata Cara Penelitian...14

1. Analisis Situasi...14

2. Pengumpulan Data...15

3. Pengolahan Data...16

4. Analisis Data...16

G. Skema Jalannya Penelitian...18

(17)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...19

A. Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunakan Per Lembar Resep...19

B. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik...22

C. Persentase Peresepan Antibiotik...23

D. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi...26

E. Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah

Sakit...28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...31

A.

Kesimpulan...31

B.

Saran...31

DAFTAR PUSTAKA...33

LAMPIRAN...36

BIOGRAFI PENULIS...109

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1

Indikator WHO 1993………..

6

Tabel 2

Tabel 3

Pengambilan Sampel Tiap Bulan di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006 –

November 2007...

Perincian Jumlah Obat per Lembar Resep Pasien

Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

pada Periode Desember 2006 – November

2007...

16

19

Tabel 4

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Hasil Penelitian Terdahulu Rata-rata Jumlah Obat per

Lembar Resep...

Perincian Distribusi Peresepan oleh Dokter Umum dan

Dokter Spesialis di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Desember 2006 – November

2007...

Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan

dengan Nama Generik...

Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan

Antibiotik………..

20

21

23

24

Tabel 8

Tabel 9

Persentase Golongan Antibiotik yang Diresepkan

untuk Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta pada Periode Desember 2006 – November

2007...

Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan

Sediaan Injeksi………..

25

27

Tabel 10

Tabel 11

Sepuluh Besar Sediaan Injeksi yang Diresepkan di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada Periode

Desember 2006 – November 2007...

Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan Obat

yang Sesuai FRS...

28

29

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Skema Jalannya Penelitian di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006 –

November 2007...

18

Gambar 2

Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik

di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Desember 2006 – November

2007...

22

Gambar 3

Persentase Peresepan Antibiotik di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Desember 2006 –

November 2007...

24

Gambar 4

Persentase Peresepan Sediaan Injeksi di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Desember

2006 – November 2007...

27

Gambar 5

Persentase Peresepan Obat untuk Pasien Rawat

Jalan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan yang Sesuai

dengan Formularium Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Desember 2006 – November

2007...

29

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas

Farmasi USD ke Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta...

36

Lampiran

2 Surat Jawaban Permohonan Ijin Penelitian oleh

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta...

37

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta...

38

Lampiran 4 Data Sampel Penelitian...

39

(21)

BAB I

PENGANTAR

A.

Latar Belakang

Pada tahun 1985, WHO telah memulai penelitian tentang peningkatan

penggunaan obat yang rasional. Salah satunya adalah dengan mengembangkan

indikator penggunaan obat. Meskipun indikator tersebut tidak dapat digunakan

untuk mengukur semua dimensi ketepatan penggunaan obat, tetapi indikator

penggunaan obat tersebut dapat disebut sebagai first-line measures, dapat

diartikan sebagai alat ukur awal, yang dapat menstimulasi pertanyaan lebih lanjut

mengenai penggunaan obat. Indikator tersebut terdiri dari indikator peresepan,

indikator pelayanan kesehatan pasien, dan indikator fasilitas kesehatan dan

penggunaannya ditujukan untuk pasien rawat jalan di fasilitas kesehatan (Anonim,

1993).

Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan tidak

ekonomis atau yang lebih populer dengan istilah tidak rasional, saat ini telah

menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan, baik di negara maju

maupun negara berkembang. Penyebab ketidakrasionalan pengobatan tersebut

adalah terlalu banyak jenis obat yang tersedia di pasar dan informasi mengenai

obat maupun pengobatan yang kurang obyektif, karena seringkali informasi yang

diberikan lebih banyak berasal dari produsen obat yang bersifat promosi, sehingga

para pemberi pelayanan (provider) atau secara khusus dokter (prescriber)

mendapatkan masalah, terutama dalam pemilihan dan penggunaan obat secara

(22)

benar dan aman dalam praktek (Anonim, 2003a) dan kurangnya pengetahuan,

serta pengalaman dokter dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya pengobatan

yang tidak rasional ditandai dengan terjadinya polifarmasi, tindakan tersebut

berdampak kurang baik terhadap mutu pengobatan (Quick, Rankin, Laing,

O’Connor, Hogerzeil, Dukes, dan Garnett, 1997).

Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional dapat dilihat dari

berbagai segi. Selain pemborosan dari segi ekonomi, pola pengobatan yang tidak

rasional dapat berakibat menurunnya mutu pelayanan pengobatan, misalnya

meningkatnya efek samping obat, meningkatnya kegagalan pengobatan, dan

meningkatnya resistensi mikroba. Sayangnya, dampak tersebut tidak secara

langsung dapat dilihat, beberapa diantaranya memerlukan studi secara khusus

bahkan observasi jangka panjang agar dapat terlihat secara nyata (Anonim,

2003a).

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) adalah salah satu fasilitas umum yang

memberikan pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat di Yogyakarta. Mutu

dan pelayanan rumah sakit yang profesional membuat masyarakat memilih rumah

sakit tersebut sebagai tempat untuk mengobati dan memeriksakan kesehatan. Di

rumah sakit tersebut belum pernah diteliti profil peresepannya dan data yang

digunakan tersedia sehingga dipilih rumah sakit tersebut sebagai tempat

penelitian, selain itu hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk

membandingkan profil peresepan di daerah Jawa dan DIY.

(23)

yang meliputi rata-rata jumlah obat per lembar resep, persentase peresepan obat

dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan

sediaan injeksi, dan persentase peresepan berdasarkan formularium rumah sakit.

Diharapkan dengan perbandingan tersebut dapat terlihat gambaran penggunaan

obat yang sedang berlangsung pada periode penelitian ini.

1.

Permasalahan

Seperti apakah gambaran penggunaan obat di RSPRY periode

Desember 2006 – November 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO

1993, yang meliputi :

1.

Berapakah rata-rata jumlah obat per lembar resep?

2.

Berapakah persentase peresepan obat dengan nama generik?

3.

Berapakah persentase peresepan antibiotik?

4.

Berapakah persentase peresepan sediaan injeksi?

5.

Berapakah persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium

rumah sakit?

2.

Keaslian Penelitian

(24)

Kupang (Maharia, 2008) dan beberapa Rumah Sakit Swasta di Yogyakarta

yaitu PKU Muhamadiyah (Rahayu, 2007), Panti Nugroho (Kristanto, 2008),

dan Panti Rini (Sindudisastra, 2008).

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada rumah sakit

yang berbeda yaitu RSPRY.

3.

Manfaat Penelitian

a.

Manfaat teoritis

Hasil penelitian dapat menggambarkan penggunaan obat di RSPRY

pada Periode Desember 2006 - November 2007, berdasarkan data-data

yang diperoleh dan dibandingkan dengan indikator peresepan WHO 1993.

b.

Manfaat praktis

Hasil penelitian dapat memberi masukan kepada RSPRY dalam

menerapkan pelayanan kefarmasian, khususnya dalam peningkatan

penggunaan obat rasional.

B.

Tujuan Penelitian

1.

Tujuan Umum

(25)

2.

Tujuan Khusus

Secara khusus dimaksudkan untuk mengetahui :

a.

rata-rata jumlah obat per lembar resep

b.

persentase peresepan obat dengan nama generik

c.

persentase peresepan antibiotik

d.

persentase peresepan sediaan injeksi

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.

Indikator WHO 1993

Tujuan studi penggunaan obat dengan menggunakan indikator WHO 1993

antara lain (Anonim, 1993): menggambarkan praktek penggunaan obat yang

sedang berlangsung, membandingkan hasil masing-masing fasilitas atau

peresepan pada tempat-tempat yang bersangkutan, memonitor secara periodik dan

mengawasi tindakan penggunaan obat secara spesifik, dan menilai pengaruh yang

kuat suatu intervensi.

Tabel 1. Indikator WHO 1993

Indikator Peresepan, terdiri dari :

Hasil dari Quick

a.

Rata-rata jumlah obat per lembar resep

3,30 R/

b.

Persentase peresepan obat dengan nama

generik

59,00%

c.

Persentase peresepan antibiotik

43,00%

d.

Persentase peresepan sediaan injeksi

17,00%

1.

e.

Persentase peresepan obat-obat yang sesuai

dengan formularium

-

Indikator Pelayanan Pasien, terdiri dari :

a.

Rata-rata lamanya waktu konsultasi

b.

Rata-rata waktu dispensing

c.

Persentase obat yang benar-benar didispensing

d.

Persentase obat yang dilabel cukup

2.

e.

Pengetahuan pasien dalam memahami dosis.

Indikator Fasilitas Kesehatan, terdiri dari :

a.

Ketersediaan daftar obat-obat essensial atau

formularium

3.

b.

Ketersediaan obat-obat kunci

(27)

B. Rata-rata Jumlah Obat per Lembar Resep

Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten dengan

semakin banyaknya jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Indikator rata-rata

jumlah obat per lembar resep digunakan untuk mengetahui tendensi polifarmasi

yang dapat menimbulkan interaksi obat yang berat dan efek samping yang sangat

merugikan pasien (Anonim, 1993).

Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien,

lebih dari yang dibutuhkan secara logis dan rasional dihubungkan dengan

diagnosis yang ditetapkan (Nair, 1994). Menurut Quick et.al (1997), hal itu dapat

dipengaruhi oleh faktor peresepan.

C. Obat dengan Nama Generik

Obat generik merupakan obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia, International Nonproprietary Names (INN) WHO

untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. (Anonim, 2004).

1.

Penggolongan Obat Generik (Anonim, 1996) :

a.

Branded Generic

Branded generic adalah produk yang masa patennya sudah berakhir atau

yang tidak dipatenkan dan dijual dengan nama dagang, dengan masa paten

suatu produk maksimal dua puluh tahun.

b.

Commodity Generic

(28)

2.

Mutu Obat Generik

Tidak ada perbedaan kandungan antara obat generik dan obat paten.

Efektivitas obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena dalam

membuat obat generik Perusahaan Farmasi harus mengikuti Cara Pembuatan

Obat yang Baik atau CPOB. Aturan tersebut menentukan kandungan obat

yang harus terdapat dalam obat generik setelah melalui pengujian pemerintah,

produsen baru bisa mencantumkan logo generik pada kemasannya (Anonim,

1996).

Untuk lebih meningkatkan dan meratakan pelayanan kesehatan perlu

penyediaan obat-obatan yang bermutu secara merata dengan harga terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu perlu peningkatan keterjangkauan obat oleh

masyarakat, salah satu strategi yang ditempuh oleh Departemen Kesehatan adalah

menyediakan Obat Generik Berlogo (OGB). (Anonim, 2004).

Pemasyarakatan obat generik oleh Pemerintah dipertegas dan didorong

melalui penerapan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang dimaksudkan

untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan dan

pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya

yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk memperluas, meratakan, dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Anonim, 2004).

D. Antibiotik

(29)

penisilin, anti-infeksi dermatologis, agen anti-infeksi ophtalmologis, obat

antidiare, dan antibakteri lain (Anonim, 1993).

Pemilihan antibiotik yang akan digunakan harus berdasarkan hal-hal

berikut (Mehtar, 1992) : spektrum aktivitas bakteri, keamanan meliputi interaksi,

baik langsung maupun tidak langsung (dengan obat lain), tujuan (untuk profilaksis

atau terapi, baik terapi empirik maupun terapi target), rute pemberian yang

diinginkan, biaya, kemungkinan ada alternatif lain yang lebih murah dengan

efektivitas setara.

Pemakaian antibiotik yang rasional adalah apabila antibiotik dipakai

dengan indikasi yang tepat, pemilihan yang tepat, regimen yang tepat (dosis, cara

pemberian, dan lama pemberian), serta waspada terhadap kemungkinan terjadinya

efek yang tidak diinginkan (Widodo, 2005).

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, akan menimbulkan dampak

negatif seperti : terjadinya kekebalan kuman terhadap berbagai jenis antibiotika

(di rumah sakit resistensi kuman terhadap antibiotik akan memperbesar

kemungkinan infeksi nosokomial), meningkatnya kejadian efek samping obat,

biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi (Gardjito, 1990).

(30)

tempat-tempat tertentu, tidak memahami sifat dan ciri antibiotik (farmakokinetik,

farmakodinamik, proses terjadinya kekebalan kuman) (Gardjito, 1990).

E. Sediaan Injeksi

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk

yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan kulit atau melalui kulit atau selaput

lendir (Anief, 2000).

Pemakaian obat injeksi memerlukan pertimbangan yang lebih seksama

daripada pemakaian obat oral atau obat yang digunakan sendiri oleh pasien. Hal

ini mengingat bahwa kemungkinan resiko efek samping pemakaian obat suntik

lebih besar dibanding cara pemberian oral. Efek cepat yang ditimbulkan memberi

peluang untuk terjadinya efek samping yang lebih cepat pula. Keputusan untuk

memberikan obat suntik harus berdasar pada indikasi yang kuat dengan mengingat

kondisi penderita (Tan dan Raharja, 2002).

F. Formularium Rumah Sakit

(31)

Formularium Rumah Sakit yang telah disepakati di suatu rumah sakit perlu

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh (commitment) oleh pihak-pihak yang

terkait meliputi (Anonim, 2003a) :

1.

Pengelola obat menyediakan obat- obat di rumah sakit sesuai dengan

formularium rumah sakit

2.

Dokter menggunakan obat-obat yang ada di formularium rumah sakit.

Tujuan utama pembuatan formularium tersebut adalah menyediakan

sarana bagi para staf rumah sakit, meliputi (Anonim, 1991):

1.

Informasi tentang obat-obatan yang telah disetujui penggunaannya oleh

Komite Farmasi dan Terapi

2.

Informasi pengobatan dasar setiap obat yang telah disetujui

3.

Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang mengatur

penggunaan obat-obatan

4.

Informasi yang khusus seperti misalnya peraturan tentang dosis obat,

singkatan-singkatan yang biasa digunakan di rumah sakit, isi sediaan dan

berbagai obat.

(32)

formularium tersebut merupakan sarana yang kuat untuk meningkatkan dan

mengawasi biaya obat yang digunakan di rumah sakit. Formularium merupakan

sarana yang digunakan oleh staf medis dan perawatan, oleh karena itu daftar

tersebut harus lengkap, ringkas, dan mudah digunakan (Anonim, 2000).

G.

Keterangan Empiris

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran penggunaan obat

pada pasien rawat jalan RSPRY selama periode 1 Desember 2006 – 30 November

2007 sesuai dengan indikator peresepan WHO 1993, meliputi:

a. rata-rata jumlah obat per lembar resep,

b. persentase peresepan obat dengan nama generik,

c. persentase peresepan antibiotik,

d. persentase peresepan sediaan injeksi,

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul ”Gambaran Penggunaan Obat untuk Pasien

Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 –

November 2007 Berdasarkan Indikator Peresepan WHO 1993” termasuk jenis

penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data dikumpulkan

secara retrospektif karena hanya mengumpulkan data yang telah lalu.

B.

Definisi Operasional Penelitian

Berikut ini adalah batasan pengertian dan istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian :

1.

Penggunaan obat adalah penggunaan obat oleh pasien rawat jalan yang

berdasarkan resep dokter praktek di RSPRY.

2.

Resep adalah resep dokter praktek di RSPRY yang masuk ke IFRSPRY untuk

pasien rawat jalan.

3.

Antibiotik adalah antibiotik yang terdapat dalam klasifikasi WHO, termasuk

anti fungi, anti tuberculosa, anti virus, anthelmintik, urinary anti-infectives

agents dan topical anti-infectives agents.

4.

Peresepan sesuai Formularium Rumah Sakit adalah resep-resep yang

mengandung obat-obat yang tercantum dalam Formularium Rumah Sakit

Panti Rapih (2005).

(34)

5.

Jumlah obat yang digunakan adalah jumlah (R/) yang ada pada tiap-tiap

lembar resep.

C.

Obyek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar resep pasien

rawat jalan RSPRY bulan Desember 2006 sampai dengan November 2007

D.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indikator Peresepan

WHO 1993 dan Formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (2005).

E.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel secara

systematic random sampling yaitu mengambil sampel berdasar nomor urut yang

telah ditentukan nilai intervalnya.

F. Tata Cara Penelitian

1. Analisis Situasi

(35)

kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, dilihat dari jumlah resep yang

ada di rumah sakit sebelum dilakukan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa lembar resep rawat jalan periode Desember

2006 sampai dengan November 2007 secara random. Pencatatan lembar resep

meliputi nomor, tanggal, spesialis dokter, umur pasien, jumlah R/, dan nama obat.

Berdasarkan acuan standar WHO 1993 sampel minimum yang harus

diambil untuk penelitian retrospektif selama 1 tahun adalah 600 lembar resep.

Pada penelitian tersebut diambil 1.200 lembar resep terbagi sebanyak 12 bulan

berdasarkan jumlah resep yang masuk ke Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSPRY

pada bulan tertentu, yaitu didapatkan dari rasio jumlah resep yang masuk pada

bulan tertentu dengan jumlah resep total 1 tahun yang masuk ke Instalasi Farmasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (195.678 lembar resep)

dikalikan jumlah sampel resep yang diambil dalam penelitian (1.200 lembar

resep).

(36)

jumlah sampel pada bulan tertentu. Jumlah sampel yang diambil tiap bulan dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengambilan Sampel Tiap Bulan di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006 – November 2007

Bulan Jumlah

resep

masuk

Jumlah sampel

Anak

Dewasa

Desember 16.286

100

22

78

Januari 17.932

110

20

90

Februari 16.706

102

21

81

Maret 17.525

108

13

95

April 16.501

102

21

81

Mei 16.954

104

17

87

Juni 14.499

89

8

81

Juli 15.323

94

14

80

Agustus 16.044

98

15

83

September 15.190

93

9

84

Oktober 15.872

97

16

81

November 16.846

103

18

85

TOTAL 195.678

1.200

194

1.006

3. Pengolahan Data

Dilakukan dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu dengan menyusun

data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori. Setelah itu dilakukan

interpretasi.

4. Analisis Data

(37)

pasien rawat jalan. Dari data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram. Perhitungan data dilakukan sebagai berikut :

a.

Rata-rata jumlah obat per lembar resep

Jumlah total obat yang diresepkan = A

Jumlah total lembar resep = B

Perhitungan = A/B

b.

Persentase jumlah obat dengan nama generik yang diresepkan

Jumlah obat dengan nama generik yang diresepkan = C

Jumlah total obat yang diresepkan = A

Perhitungan = C/A x 100%

c.

Persentase jumlah antibiotik yang diresepkan

Jumlah antibiotik yang diresepkan = D

Jumlah total obat yang diresepkan = A

Perhitungan = D/A x 100%

d.

Persentase jumlah sediaan injeksi yang diresepkan

Jumlah sediaan injeksi yang diresepkan = E

Jumlah total obat yang diresepkan = A

Perhitungan = E/A x 100%

(38)

G.

Skema Jalannya Penelitian

Proses penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang dapat dilihat pada

skema penelitian berikut :

Analisis data, meliputi :

1.

Menghitung rata-rata jumlah obat yang digunakan per lembar resep

2.

Menghitung persentase peresepan obat dengan nama generik

3.

Menghitung persentase peresepan antibiotik

4.

Menghitung persentase peresepan sediaan injeksi

5.

Menghitung persentase peresepan obat yang terdapat dalam FRS.

1.

Pengumpulan data resep rawat jalan periode Desember 2006 –

November 2007

2.

Pengambilan sampel penelitian dengan Systematic Random

Sampling

3.

Pencatatan Resep meliputi :

a.

Nomor Resep

b.

Tanggal Resep

c.

Spesialisasi Dokter

d.

Jumlah (R/)

e.

Nama Obat

4.

Penggolongan Resep meliputi :

a.

Golongan nama generik

b.

Golongan antibiotik

c.

Golongan sediaan injeksi

d. Golongan sesuai FRS

Pelaksanaan penelitian

Persiapan administrasi :

1.

Ijin penelitian

2.

Peralatan bantu penelitian

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Rata-rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembar Resep

Menurut WHO (1993) untuk rata-rata jumlah obat yang digunakan per

lembar resep dikategorisasikan baik jika terdapat paling banyak dua R/ untuk satu

diagnosis, karena kombinasi obat terdiri dari sedikitnya dua R/ obat (Anonim,

1993). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat yang

digunakan per lembar resep adalah 2,83 R/ yang diperoleh dari ratio jumlah total

obat sebesar 3394 dengan jumlah resep sampel sebesar 1200 lembar resep. Pada

hasil penelitian WHO yang pernah dilakukan di Indonesia tentang penggunaan

obat pada dua puluh unit pelayanan kesehatan untuk resep pada pasien rawat

jalan, rata-rata jumlah obat per lembar resep adalah 3,3 R/ (Quick et al, 1997).

Jumlah R/ per lembar resep dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perincian Jumlah Obat per Lembar Resep Pasien Rawat

Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006

– November 2007

No

Jumlah obat per lembar resep Jumlah

resep Persentase

(%)

1

1 205

2

2 359

47,00

3

3 303

4

4 189

5

5 91

6

6 36

7

7 8

8

8 5

9

9 1

10

10 3

53,00

Jumlah Total

3394

100,00

Rata-rata

3394/1200 = 2,83 R/

(40)

Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu Rata-rata Jumlah Obat per

Lembar Resep

Indikator Peresepan

WHO 1993

Penelitian Terdahulu

Quick (1997)

3,30

Permatasari (2007)

3,10

Utami (2007)

2,80

Sudarmono (2007)

2,71

Maharia (2008)

2,67

Sindudisastra (2008)

2,59

Handayani (2006)

2,44

Kristanto (2008)

2,33

Rata-rata R/ per lembar

resep

Rahayu (2007)

2,25

Hasil penelitian di RSPRY jika dibandingkan dengan hasil penelitian di

rumah sakit lain, maka hasil penelitian di RSPRY ada di antara Permatasari dan

Utami, berada di peringkat tiga teratas. Hal ini berarti rata-rata penggunaan obat

per lembar resep di RSPRY masih relatif tinggi, menimbulkan kecenderungan

terjadinya polifarmasi.

Menurut Dwiprahasto (2006) peresepan yang berlebih dan tidak rasional

cenderung meningkatkan terjadinya adverse drug event (ADE). Terdapat

hubungan linier antara jumlah obat yang diresepkan dengan terjadinya ADE, yaitu

semakin banyak obat yang diresepkan maka semakin tinggi pula resiko untuk

terjadinya ADE. Polifarmasi umumnya didasarkan pada berbagai faktor, antara

lain : ketidakyakinan dokter akan diagnosis pasien, dorongan pasien untuk

meresepkan obat lain yang tidak diperlukan, dan persepsi dokter bahwa dari

berbagai obat yang diberikan, beberapa diantaranya pasti akan memberikan efek

yang diharapkan, serta kurangnya pengetahuan dokter tentang bukti-bukti ilmiah

(41)

Pembatasan pemakaian obat dapat menekan terjadinya efek samping obat

dan kejadian interaksi obat. Walau bagaimanapun perlu diwaspadai polifarmasi

yang dapat mengakibatkan terjadinya efek samping dan kejadian interaksi obat

dengan memperhatikan empat faktor yaitu efficacy (khasiat obat), safety

(keamanan obat), suitability (kesesuaian obat pada pasien), dan cost (harga),

sehingga dapat dipilih obat yang efektif, aman, dan terjangkau.

Tabel 5. Perincian Distribusi Peresepan oleh Dokter Umum dan

Dokter Spesialis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Desember

2006 – November 2007

No. Dokter Jumlah

Resep

Persentase (%)

Total

Persentase (%)

1

Umum 513

42,75 42,75

2

Sp. Penyakit Dalam

290

24,17

3

Sp. Saraf

57

4,75

4

Sp. Obstetrik dan

Ginekologi

50 4,17

5

Sp. Bedah

47

3,92

6

Sp. Paru

46

3,83

7

Sp. Anak

41

3,42

8

Sp. Bedah Mulut

21

1,75

9

Sp. Bedah Urologi

19

1,58

10

Sp. Bedah Orthopedi

17

1,42

11

Sp. Orthodonti

16

1,33

12

Sp. Kulit dan Kelamin

11

0,92

13

Sp. Telinga Hidung

Tenggorokan

11 0,92

14

Sp. Bedah Digestif

10

0,83

15

Gigi 10

0,83

16

Sp. Bedah Syaraf

9

0,75

17

Sp. Mata

7

0,58

18

Sp. Kelainan Jiwa

7

0,58

19

Sp. Bedah Anak

5

0,42

20

Sp. Radiologi

4

0,33

21

Sp. Bedah Thoraks

3

0,25

22

Sp. Anaestesi

2

0,16

23

Sp. Bedah Plastik

2

0,16

24

Sp. Rehabilitasi Medik

2

0,16

57,25

(42)

B.

Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik

Pengukuran dengan menggunakan indikator tersebut bertujuan untuk

mengetahui kecenderungan peresepan obat dengan nama generik. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa persentase peresepan obat dengan nama generik

adalah 22,78%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 59,00%

(Quick et al, 1997).

Diagram penggunaan obat dengan nama generik di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 – November 2007 dapat dilihat pada

gambar 2.

Non

Generik

77,22%

Generik

22,78%

Gambar 2. Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien

Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih

(43)

Tabel 6. Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan dengan

Nama Generik

Indikator Peresepan

WHO 1993

Penelitian Terdahulu

Maharia (2008)

78,21

Quick (1997)

59,00

Permatasari (2007)

45,90

Utami (2007)

38,06

Handayani (2006)

34,93

Rahayu (2007)

31,06

Sindudisastra (2008)

24,33

Kristanto (2008)

22,32

% obat dengan nama

Generik

Sudarmono (2007)

15,22

Dilihat dari hasil yang ada, penggunaan obat dengan nama generik di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta masih sangat rendah. Hal itu menunjukkan

bahwa dokter lebih mengutamakan peresepan obat non generik daripada obat

generik dalam pengobatan pasien. Hal itu dibahas sebagai berikut : Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta merupakan rumah sakit swasta, yang pasien

pelanggannya didominasi oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke

atas, sehingga kecenderungan untuk meresepkan obat paten diprediksi tidak akan

membebani pasien, fokusnya adalah pelayanan kesehatan yang optimum,

sedangkan kewajiban menggunakan obat generik hanya berlaku di unit-unit

pelayanan kesehatan pemerintah. Permasalahan tersebut dapat diperkecil apabila

dokter lebih memperhatikan situasi dan kondisi serta kemampuan ekonomi pasien.

C.

Persentase Peresepan Antibiotik

Pengukuran dengan menggunakan indikator tersebut bertujuan untuk

mengukur penggunaan antibiotik, karena obat ini sering digunakan secara

(44)

obat dan pemborosan biaya terapi sehingga penggunaan obat ini menjadi tidak

sesuai dengan kondisi kebutuhan pasien. Dari hasil penelitian di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta diperoleh persentase penggunaan antibiotik sebesar

15,35%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO sebesar 43,00% (Quick et al,

1997). Diagram penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

periode Desember 2006 – November 2007 dapat dilihat pada gambar 3.

Non

Antibiotik

84,65%

15,35

Antibiotik

%

Gambar 3. Persentase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di

Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Desember 2006 – November 2007

Tabel 7. Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan Antibiotik

Indikator Peresepan

WHO 1993

Penelitian Terdahulu

Quick (1997)

43,00

Sudarmono (2007)

24,42

Handayani (2006)

21,25

Rahayu (2007)

20,30

Utami (2007)

20,12

Permatasari (2007)

17,07

Sindudisastra (2008)

16,96

Kristanto (2008)

15,44

% Antibiotik

(45)

Hasil penelitian di RSPRY jika dibandingkan dengan hasil penelitian di

rumah sakit lain, maka hasil penelitian di RSPRY ada di antara Kristanto dan

Maharia, berada di peringkat dua terbawah. Hal ini berarti penggunaan antibiotik

di RSPRY relatif rendah, menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik di RSPRY

tidak berlebih, sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi obat.

Tabel 8. Persentase Golongan Antibiotik yang Diresepkan untuk

Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada Periode

Desember 2006 – November 2007

No Penggolongan

Jenis

Jumlah

Resep

Persentase

(%)

Total

Persentase (%)

Amoxycillin

118 22,65

CO Amoxiclave

17 3,26

Penicillin

Sultamicillin

2 0,38

26,29

Cefadroxile

34 6,53

Cefixime

7 1,34

Cephalexin

5 0,96

Cephradine

5 0,96

Ceftriaxone

3 0,58

Cephrozile

2 0,38

Cefuroxime

2 0,38

Cefotaxime

2 0,38

Cephalosporin

Cefoperazone

2 0,38

11,89

Meropenem

4 0,77

Other Group of

Beta Laktam

Imipenem

2 0,38

1,15

Tetracyclin

Doxycyclin

8 1,54 1,54

Gentamycin

31 5,95

Kanamycin

2 0,38

Aminoglikoside

Netromycin

1 0,19

6,52

Spiramycin

13 2,50

Erithromycin

8 1,54

Roxithromycin

4 0,77

Macrolide

Clarithromycin

1 0,19

5,00

Ciprofloxacin

56 10,75

Levofloxacin

9 1,73

Quinolon

Pefloxacin

2 0,38

12,86

Antibacterial

Combination

Cotrimoxazol

27 5,18

5,18

Chloramphenicol

25 4,80

1

Antibiotics

Others

Clindamycin

23 4,41

(46)

Ethambutol

13 2,50

Pyrazinamida

11 2,11

Rifampicin

11 2,11

2

Antimicobacteries Antitubercular

Agents

INH

2 0,38

7,10

Nystatin

4 0,77

Chlotrimazol

4 0,77

Ketoconazol

3 0,58

3

Antifungals

Fluconazol

2 0,38

2,50

4

Antiviral

Acyclovir

22 4,22

4,22

5

Antiprotozoa

Metronidazole

17 3,26

3,26

6

Antihelmintic

Pyrantel pamoat

2 0,38 0,38

Phenazopyridine

HCL

4 0,77

7

Urinary Anti-infectives Agents

Pipemidic acid

4 0,77

1,54

Fusidic acid

4 0,77

8

Topical Anti-infectives Agents

Mupirocin

1 0,19

0,96

9

Antiseptic Povidone

iodine

2 0,38 0,38

Jumlah Total

521 100,00 100,00

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 8., antibiotik yang paling

sering diresepkan oleh dokter adalah turunan

β

-laktam yaitu penicillin sebanyak

26,29% dari total antibiotik yang digunakan. Hal itu dapat dipahami karena

turunan

β

-laktam mempunyai spektrum luas, efektif terhadap bakteri gram-positif

dan gram-negatif, dan efek sampingnya relatif ringan.

D.

Persentase Peresepan Sediaan Injeksi

Pengukuran dengan menggunakan indikator tersebut bertujuan untuk

mengukur penggunaan sediaan injeksi pada pasien rawat jalan. Dari hasil

penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta diperoleh persentase

penggunaan sediaan injeksi sebesar 1,77%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(47)

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 – November 2007

dapat dilihat pada gambar 4.

98,23%

Non Injeksi

Injeksi

1,77%

Gambar 4. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi untuk Pasien Rawat Jalan

di Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Desember 2006 – November 2007

Tabel 9. Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan Sediaan

Injeksi

Indikator Peresepan

WHO 1993

Penelitian Terdahulu

Handayani (2006)

28,90

Quick (1997)

17,00

Permatasari (2007)

2,70

Utami (2007)

1,46

Maharia (2008)

0,91

Sudarmono (2007)

0,55

Sindudisastra (2008)

0,35

Rahayu (2007)

0,28

% Sediaan Injeksi

Kristanto (2008)

0,21

Hasil penelitian di RSPRY jika dibandingkan dengan hasil penelitian di

rumah sakit lain, maka hasil penelitian di RSPRY ada di antara Permatasari dan

Utami, berada di peringkat empat teratas. Hal ini berarti penggunaan sediaan

injeksi di RSPRY masih relatif tinggi. Jika dimungkinkan dapat diganti bentuk

(48)

Pada pasien rawat jalan sebaiknya tidak diberikan obat sediaan injeksi

sebab penggunaan sediaan injeksi sangat sulit dilakukan sendiri oleh pasien,

selain itu resiko efek samping penggunaan sediaan injeksi relatif lebih besar

daripada penggunaan sediaan oral. Kecuali untuk pasien yang secara

terus-menerus menggunakan obat dalam bentuk sediaan injeksi seperti pada pasien

diabetes mellitus tipe satu yang mempunyai ketergantungan pada insulin.

Tabel 10. Sepuluh Besar Sediaan Injeksi yang Diresepkan di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006 – November

2007

No Sediaan

Injeksi Jumlah

Persentase

(%)

1

Gentamycin 5

8,33

2

Amoxycillin 4

6,67

3

Dexamethason 4

6,67

4

Meropenem 4

6,67

5

Ceftriaxone 3

5,00

6

Medroxyprogesterone acetate

3

5,00

7

Furosemide 2

3,33

8

Imipenem 2

3,33

9

Leuprorelin 2

3,33

10

Ketorolac tromethamine

2

3,33

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemukan sediaan injeksi

yang digunakan untuk pengobatan infeksi. Hal itu perlu diperhatikan agar

resistensi obat dan biaya terapi dapat ditekan.

E.

Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah

Sakit

Penelitian yang bersangkutan ditujukan untuk mengetahui sejauh mana

kepatuhan dokter dalam menggunakan obat yang terdapat dalam formularium

rumah sakit dalam peresepan obat untuk pasien. Hasil penelitian di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta menunjukkan persentase peresepan obat yang sesuai

(49)

obat yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

periode Desember 2006 – November 2007 dapat dilihat pada gambar 5.

FRS

90,51%

Non FRS

9,49%

Gambar 5. Persentase Peresepan Obat untuk Pasien Rawat Jalan di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan yang Sesuai dengan Formularium Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Desember 2006 – November 2007

Tabel 11. Hasil Penelitian Terdahulu Persentase Peresepan Obat yang

Sesuai FRS

Indikator Peresepan

WHO 1993

Penelitian Terdahulu

Utami (2007)

98,00

Rahayu (2007)

91,92

Kristanto (2008)

90,83

Handayani (2006)

78,65

Maharia (2008)

75,12

Permatasari (2007)

52,70

Sudarmono (2007)

38,27

Sindudisastra (2008)

19,84 (DOEN)

% FRS

Quick (1997)

-

Hasil penelitian di RSPRY jika dibandingkan dengan hasil penelitian di

rumah sakit lain, maka hasil penelitian di RSPRY ada di antara Kristanto dan

(50)

sesuai FRS di RSPRY sudah relatif tinggi, menunjukkan bahwa sudah banyak

dokter yang patuh terhadap FRS.

Formularium rumah sakit harus selalu ditinjau ulang guna mengikuti

perkembangan obat baru yang beredar. Peresepan obat yang sesuai dengan

formularium rumah sakit diharapkan agar obat tersebut benar-benar bermanfaat,

mutu terjamin, harga terjangkau, mudah diperoleh, sehingga mutu pelayanan

melalui penggunaan obat yang aman, efektif, rasional, dan efisiensi biaya

pengobatan dapat mencapai tingkat yang lebih baik, karena obat yang dibutuhkan

pasti tersedia dan obat yang tersedia pasti digunakan atau diresepkan. Aspek yang

paling penting agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tersebut adalah faktor

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.

Rata-rata jumlah obat yang diresepkan per lembar resep sebesar 2,83.

2.

Persentase peresepan obat dengan nama generik sebesar 22,78%.

3.

Persentase peresepan antibiotik 15,35%.

4.

Persentase peresepan sediaan injeksi sebesar 1,77%.

5.

Persentase peresepan obat yang sesuai formularium rumah sakit sebesar

90,51%.

B.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disampaikan saran

sebagai berikut :

1.

Untuk peneliti selanjutnya :

a.

Perlu diteliti lebih lanjut tentang penilaian penggunaan obat dengan

menggunakan indikator-indikator lain, seperti indikator pelayanan

pasien dan indikator fasilitas kesehatan.

b.

Perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara jumlah R/ obat pada

peresepan dengan jumlah diagnosis dalam pemberian obat.

(52)

c. Perlu dipertimbangkan berapa resep yang tidak dilayani di apotek dari

total resep dokter praktek di rumah sakit, agar benar-benar dapat

mewakili gambaran penggunaan obat di rumah sakit.

2.

Untuk Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta :

a. Peresepan dan penggunaan obat generik di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta perlu ditingkatkan lagi dalam kaitan rasionalisasi biaya

pengobatan dan untuk mendukung program pemerintah misalnya

askeskin, dengan pemasyarakatan obat generik melalui seminar,

penyuluhan secara langsung, melalui media massa dan media elektronik

di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2000, Farmasetika, Cetakan II, 194-210, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta

Anonim, 1991, Pedoman Tata-laksana Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian

di Rumah Sakit, 1-7, Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

Anonim, 1993, How to Investigate Drug Use in Health Facilities (selected drug

use indicators), 4-5, 12-14, World Health Organization, Geneva

Anonim, 1996, Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 tentang Kewajiban

Menuliskan Resep dan atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Pemerintah, dalam Kumpulan Peraturan

Perundang-undangan Bidang Obat dan Makanan, 172-174, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2003a, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 2-3, 199,

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2003b, Profil Rumah Sakit Panti Rapih, Seksi Perencanaan dan

Pengembangan SDM Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta

Anonim, 2004, Daftar Obat Essensial Nasional, vii-xii, Dirjen Pengawasan Obat

dan Makanan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2005, Formularium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, Panitia

Farmasi dan Terapi, Yogyakarta

Gardjito, W., 1990, Antibiotika Profilaksis-Prinsip Serta Permasalahannya, dalam

Suryawati, S., Seminar Pemilihan dan Pemakaian Antibiotika dalam

Klinik, 21-30, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

Handayani, H., 2006, Gambaran Peresepan Obat Pasien Rawat Jalan dan Rawat

Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen Berdasarkan Indikator

WHO (1993), Skripsi, 25-38, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Indriyani, A., 2008, Distribusi SDM Medik dan Non-Medik Rumah Sakit Panti

Rapih, Yogyakarta

(54)

Kristanto, Y. B. C., 2008, Gambaran Penggunaan Obat pada Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman pada Periode 2007 Berdasarkan

Indikator Peresepan WHO (1993), Skripsi, 38, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Maharia, A., 2008, Profil Penggunaan Obat di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.

W. Z. Johannes Kupang Periode September 2006 – Oktober 2007

Berdasarkan Indikator Peresepan WHO, Skripsi, 34, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Mehtar, S., 1992, Hospital Infection Control: Setting up a Cost Effective

Programme, 73, Oxford University Press Inc, New York

Nair, B., 1994, Older People and Medications : What is the right prescription?,

22, Austr Press, New York

Permatasari, D., 2007, Kajian Penggunaan Obat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Periode 2006 Berdasarkan Indikator

WHO,

Skripsi, 24-41, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Quick, J. D., Rankin, J. R., Laing, R.O., O’Connor, R. W., Hogerzeil, H.V.,

Dukes, M.N.G., Garnett, A., 1997, Managing Drug Supply, Second

Edition, Revised and Expanded, 14-15, 122-124, 423-425, Kumarin Press,

West Hartford

Rahayu, K. K., 2007, Gambaran Penggunaan Obat Pada Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2006 Berdasarkan

Indikator WHO (1993), Skripsi, 23-41, Fakultas Farmasi, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta

Sindudisastra, C. I., 2008, Gambaran Penggunaan Obat untuk Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode 2007 Berdasarkan

Indikator Peresepan WHO (1993), Skripsi, 30, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Sudarmono, C. A., 2007, Gambaran Penggunaan Obat Untuk Pasien Rawat Jalan

di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang Periode 2006 Berdasarkan

Indikator WHO (1993), Skripsi, 26-41, Fakultas Farmasi, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta

(55)

Utami, P., 2007, Tinjauan Penggunaan Obat Untuk Pasien Rawat Jalan di Rumah

Sakit Umum Kasih Ibu Surakarta Periode 2006 Berdasarkan Indikator

WHO (1993), Skripsi, 22-35, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

LAMPIRAN 4

TABEL DATA SAMPEL PENELITIAN

NO.

TANGGAL

DOKTER

UMUR

JUMLAH

ISI R/

GENERIK

ANTIBIOTIK

GOLONGAN

INJEKSI

FRS

RESEP

PASIEN

R/

ANTIBIOTIK

1 01/12/2006 Sp.PD Anak 3 Voltadex Retard √ √

Cefadroxile √ √ Cephalosporin √

Lactulax syrup √

2 01/12/2006 Sp.PD Dewasa 4 Medixon √

Celebrex √

Flamar Emugel √

Chloroquin √ √

3 01/12/2006 Um Anak 1 Combantrin √ Antihelmintic √

4 02/12/2006 Sp.PD Dewasa 5 Lasix √

Triatec √

Concor √

Plavix √

Plantacid syrup √

5 02/12/2006 Sp.PD Dewasa 3 Ciprofloxacin √ √ Quinolon √

Urispas √

Systabon Plain √

6 02/12/2006 Um Dewasa 2 Amoxycillin √ Penicillin √

Ibuprofen √ √

7 02/12/2006 Sp.BM Dewasa 5 Lincocin √ Others √

Kalmethason √

Cataflam D √

Mefinal √

Sirdalud √

8 03/12/2006 Um Dewasa 3 Glibenklamid √ √

Amitriptilin √ √

Neurovit-E √

9 03/12/2006 Um Dewasa 2 Amoxsan √ Penicillin √

Pronalges √

10 04/12/2006 Sp.PD Dewasa 2 Ismo √

Thrombo Aspilet

11 04/12/2006 Sp.BO Dewasa 1 Meloxicam √ √

12 04/12/2006 Sp.PD Dewasa 1 Hyalgan √

13 04/12/2006 Um Dewasa 4 Amoxycillin √ Penicillin √

Pondex Forte √

Becefort √

Bioplacenton √

14 04/12/2006 Sp.P Dewasa 5 Rifampicin √ √ Antitubercular Agents √

Suprazid Forte √

Ethambutol √ √

Ofloxacin √ √ Quinolon √

HP Pro √

15 05/12/2006 Um Anak 5 Primadex Forte √ Antibacterial Combination √

(61)

Loperamide √ √

Motilium √

Oralit Garam

16 05/12/2006 Um Anak 2 Piptal Pediatric drops √

Dialac

17 05/12/2006 Um Dewasa 5 Acyclovir √ √ Antiviral √

Sistenol √

Cetirizine √ √

Kalii Permanganas √ √

Liquor Edhii √

18 06/12/2006 Um Anak 3 CO Amoxiclave √ √ Penicillin √

Nonflamin √

Paracetamol √ √

19 06/12/2006 Sp.PD Dewasa 5 Mycostatin OS √ Antifungal

Ryzen √

Analsik √

Quibron TSR √

Norvask √

20 06/12/2006 Um Dewasa 3 Erlamicetin √ Others

Ofloxacin √ √ Quinolon √

Alloris √

21 07/12/2006 Sp.KJ Dewasa 1 Claforan inj √ Cephalosporin √ √

22 07/12/2006 Sp.PD Dewasa 3 Enzyplex

Ranitidine √ √

Pehavral √

23 07/12/2006 Um Anak 3 Euphyllin Retard Mite √

Lasal Exp syrup √

Ambroxol √

24 08/12/2006 Sp.PD Dewasa 2 Simvastatin √ √

Allopurinol √ √

25 08/12/2006 Um Dewasa 4 Acyclovir √ √ Antiviral √

Acyclovir 5% CR √ √ Antiviral √

Bevizil √

Sanmol √

26 08/12/2006 Sp.PD Dewasa 5 Zyloric √

Kenalog √

Pantozol √

Celebrex √

Medixon √

27 09/12/2006 Sp.PD Dewasa 5 Dilbloc √

Cedocard √

Glucophage √

Norvask √

Amaropo Plus √

28 09/12/2006 Sp.PD Dewasa 2 Mucosta

Prosogan FD √

29 09/12/2006 Sp.KK Dewasa 2 Formyco √ Antifungal √

Urotractin √ Urinary Anti Infectives Agents √

(62)

Rhinos SR √

Comtusi syrup √

31 10/12/2006 Um Dewasa 2 Clonidine √ √

Furosemid √ √

32 10/12/2006 Um Dewasa 1 Profenid E √

33 10/12/2006 Sp.A Anak 2 Cefspan dry syrup √ Cephalosporin √

Erlamicetin TM √ Others

34 11/12/2006 Sp.PD Dewasa 3 Bellaphen √

Glyceril Guaiacolat √ √

Rhinos SR √

35 11/12/2006 Sp.B Dewasa 1 Ikamicetin topical oint √

36 11/12/2006 Sp.P Dewasa 5 Suprazid Forte √

Rifampicin √ √ Antitubercular Agents √

Ethambutol √ √

HP Pro √

Ofloxacin √ √ Quinolon √

37 11/12/2006 Um Dewasa 2 Mefinal √

Cendo Fenicol 0,5% TM √ Others √

38 12/12/2006 Sp.PD Dewasa 1 Insulin Mixtard √

39 12/12/2006 Sp.B Dewasa 2 Nonflamin √

Lincomycin √ √ Others √

40 12/12/2006 Sp.P Dewasa 1 Inflamide √

41 12/12/2006 Um Anak 3 Amoxsan Forte dry syrup √ Penicillin √

Proris syrup

Lysmin syrup √

42 13/12/2006 Um Anak 2 Alloris √

Caladin talk √

43 13/12/2006 Um Dewasa 2 Dolo Scaneuron √

Hemobion √

44 13/12/2006 Sp.PD Dewasa 1 Lipanthyl √

45 13/12/2006 Um Dewasa 2 Mertigo √

Tripanzym √

46 14/12/2006 Um Anak 3 Buscopan Plus √

Ciprofloxacin √ √ Quinolon √

Kalkurenal drop √

47 14/12/2006 Um Anak 3 Sanmol √

Ultravita √

Ofloxacin √ √ Quinolon √

48 14/12/2006 Um Anak 1 Pedialyte √

49 15/12/2006 Um Dewasa 4 Hyperil

Natrilix SR √

Cordarone √

Lipitor √

50 15/12/2006 Sp.PD Dewasa 3 Merislon √

Captropil √

Clobazam √

51 15/12/2006 Um Anak 2 Otopain ear drops √

Pondex Forte √

(63)

53 16/12/2006 Sp.PD Dewasa 6 Furosemid √ √

Aspar K √

Angioten √

Thrombo Aspilet

Allopurinol √ √

Lanoxin √

54 16/12/2006 Um Dewasa 3 Amoxycillin √ Penicillin √

Gitas Plus √

Flamar √

55 17/12/2006 Um Anak 3 Sanmol syrup √

Daktarin 2% oral gel √ Antifungal √

Isoprenosin √

56 17/12/2006 Um Anak 2 Nipe Drop √

San-B-plex baby drops √

57 18/12/2006 Sp.PD Dewasa 7 Furosemid √ √

Aspar K √

Lanoxin √

Cedocard √

Angioten √

Persantin √

Flamar Emugel √

58 18/12/2006 Sp.PD Dewasa 2 Captopril √ √

Tensivask √

59 18/12/2006 Sp.KJ Dewas

Gambar

Gambar 1 Skema Jalannya Penelitian di Rumah Sakit Panti
Tabel 2. Pengambilan Sampel Tiap Bulan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada Periode Desember 2006 – November 2007
Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Tabel 3. Perincian Jumlah Obat per Lembar Resep Pasien Rawat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan hal di atas, Arikunto (1993) menyatakan bahwa “tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga

Pembuatan permen soba dengan penambahan rumput laut Eucheuma cottonii merupakan penelitian utama dengan perlakuan penambahan rumput laut Eucheuma cottonii 30%, 40%

BPKH Tembusan MEN - HUT & penyam- paian peta arahan indikatif Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perusahaan dan

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah pecah dan tidak ada harapan

Peraturan Bupati Karangasem Nomor 46 Tahun 2014 tentang Target Penerimaan Tiap Triwulan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Karangasem

(2) Dengan menggunakan teknik steril setiap bakteri di inokulasi kedalam tabung yang berisi media yang telah di beri label dengan cara ditusuk dan setelah itu digores; (3)

“Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk melihat dengan kegiatan yang dilakukan objek tersebut.” 41 Observasi tersebut mengenai