• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Keluarga Harapan (Pkh) Di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program Keluarga Harapan (Pkh) Di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI

KECAMATAN KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Herman Susanto

NIM. 1111054100005

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i   

ABSTRAK

Herman Susanto

Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan

Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 telah menerbitkan Program Keluarga Harapan PKH. Program serupa di Negara lain dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) yang diterjemahkan menjadi bantuan tunai bersyarat. PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga rumah tangga miskin diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapakan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari jurang kemiskinan. Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDG’s). Lima komponen tujuan MDG’s yang terbantu oleh PKH yaitu: Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, Pendidikan dasar, Kesetaraan Gender, Pengurangan angka kematian bayi, Pengurangan kematian Ibu melahirkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut. Pertama, bagaimana pelaksanaan program keluarga harapan terhadap RTSM di Kecamatan Kebayoran Lama. Kedua, apakah program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama telah mencapai tujuan proses yang telah direncanakan.

(6)

ii   

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak memberi nikmat, nikmat iman, islam, serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai ke zaman terang benderang seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis juga akan menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu memberikan moril maupun materil serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak berbagi ilmu, serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

iii   

6. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih telah membantu dalam pelayanan memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.

7. Terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh staf pegawai Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

8. Bapak Budi Herwono selaku Koordinator Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kota Jakarta Selatan, yang sudah memberi izin penelitian ini.

9. Seluruh staf kepegawaian Kecamatan Kebayoran Lama yang telah membantu memberikan data – data seputar Kecamatan.

10.Bapak Alwidrus selaku Koordinator Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan Kebayoran Lama, yang sudah banyak memberikan informasi seputar PKH di Kecamatan Kebayoran Lama

11.Mas Imam Panji Saputro dan teman – teman pendamping lainnya, yang sudah memberikan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

12.Tak lupa untuk kedua orang tua saya Bapak Samsudin dan Ibu Sariyati atas jasa – jasanya, kesabaran, doa, moril, materil, dan selalu memberi cintanya yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil.

(8)

iv   

menginspirasi.

15.Keluarga besar dan Pengurus 2015 - 2016 Himpunan Mahasiswa Islam, Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terimakasih sudah menjadi rumah kedua yang telah mendewasakan saya selama ini. YAKUSA.

16.Keluarga besar dan Pengurus Karang Taruna Sub Unit 04 Pondok Pinang 2014 – 2017. Terimakasih untuk Andi S., Putri Ari F., Niken Ayu M., Desi Kamalia, Rama Agusta, Fajrin atas dukungan dan semangatnya. Saya bangga berjuang bersama kalian.

17.Keluarga besar Kosan H. Sentot dan Kosan Pak Edi. Ma’mur Rizki, Togar, dan Bang Jals & Ajib. terimakasih atas penginapannya selama berada di ciputat.

18.Terimakasih untuk keluarga, sahabat, teman senasib suka dan duka Wati Indriani, Dhimas Suryo P., Agung Prasetyo P., Tridiwa Arief S., Rizal Wahyudha, Muh Ni’am, Reza Agustiyadi, M. Baydawi Nurzaman, Bayu Perdana P., Fiqih Fauzi, Jaylani. sudah menjadi bagian hidup selama berada dikampus. Terus berjuang, Yakin Usaha Sampai.

Jakarta, 8 Maret 2016 Penulis,

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1. Pembatasan Masalah ... 7

2. Tempat Waktu dan Penelitian ... .10

3. Jenis Penelitian ... .10

4. Ruang Lingkup Penelitian Evaluasi ... .11

5. Teknik Pengumpulan Data ... .11

6. Sumber Data ... .13

7. Teknik Analisi Data ... .13

8. Keabsahan Data ... .14

9. Instrumen Penelitian ... .14

F. Tinjauan Pustaka ... .15

G. Pedoman Penulisan Skripsi ... .19

H. Sistematika Penulisan ... .19

BAB II LANDASAN TEORI ... 21

A. Evaluasi Program ... 21

1. Pengertian Evaluasi Program ... 21

2. Model Evaluasi Program ... 24

3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program ... 28

B. Konsep Keluarga ... 31

1. Pengertian Keluarga ... 31

2. Struktur Keluarga ... 33

(10)

vi

1. Pengertian Kemiskinan... ... 38

2. Penyebab – Penyebab Kemiskinan ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KECAMATAN KEBAYORAN LAMA DAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ... 41

A. Kondisi Objektif Kecamatan Kebayoran Lama ... 41

1. Sejarah Kebayoran Lama ... 41

2. Letak geografis Kecamatan Kebayoran Lama ... 42

3. Keadaan Demografis Kecamatan Kebayoran Lama ... 46

4. Keadaan Sosiologis Kecamatan Kebayoran Lama ... 51

B. Gambaran Umum Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) ... 54

1. Latar belaknag Program Keluarga Harapan ... 54

2. Program Keluarga Harapan ... 54

3. Manfaat dan Tujuan Program Keluarga Harapan ... 55

4. Proses Program Keluarga Harapan ... 57

5. Manajemen Organisasi Program Keluarga Harapan ... 58

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 68

A. Analisi Evaluasi Program Keluarga Harapan Terhadap RTSM Di Kecamatan Kebayoran Lama ... 68

1. Seleksi dan Penetapan Lokasi PKH ... 69

2. Pertemuan Awal dan Validasi Calon Peserta PKH ... 71

3. Pencairan Pertama ... 74

4. Pembentukan Kelompok Peserta PKH ... 77

5. Verifikasi Komitmen Peserta PKH Pada Komponen Kesehatan dan Pendidikan ... 77

6. Penangguhan dan pembatalan ... 80

7. Pemutakhiran Data ... 81

8. Pengaduan ... 82

B. Evaluasi program Keluarga Harapan Di Kecamatan Kebayoran Lama ... 84

1. Evaluasi Konteks ... 85

2. Evaluasi Masukan ... 87

3. Evaluasi Proses ... 88

4. Evaluasi Hasil... 91

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

(11)

vii   

Table 1.1 Informan Penelitian ...11

Table 3.1 Jumlah RT/RW Tiap Kelurahan ...37

Table 3.2 Keadaan Penduduk Bulan Januari Tahun 2016 ...40

Tabel 3.3 Perkembangan Jumlah Mobilitas Penduduk Bulan Januari Tahun 2016 ...41

Table 3.4 Mata Pencaharian di Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2016 ...42

Table 3.5Jumlah Penduduk Miskin Kecamatan Kebayoran Lama ...45

Table 3.6 Data Peserta PKH Kecamatan Kebayoran Lama...46

Table 3.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama...47

Table 3.8 Jumlah Sarana Ibadah Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2016...47

Table 3.9 Jumlah Sarana Pendidikan ...48

Table 4.1 Skenario Bantuan...64

Table 4.2 Indikator Penilaian Program PKH...74

Table 4.3 Matrik CIPP Evaluasi Proses Program Keluarga Harapan di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan...90

(12)

viii   

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Kebayoran Lama...38

Gambar 3.2 Komponen Program Keluarga Harapan...47

Gambar 3.3 Proses Utama Pelaksanaan PKH...51

Gambar 3.4 Struktur Kelembagaan PKH...52

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Uppkh Kecamatan...60

Gambar 4.1 Suasana Saat Pencairan Bantuan Pos Cipulir ...66

Gambar 4.2 Suasana Saat Pencairan Bantuan Pos Pondok Pinang.... ...66

(13)

ix   

Lampiran 1 Surat Persetujuan Penelitian oleh Unit Pelaksana Program Keluarga

Harapan Kota Jakarta Selatan

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Transkip Wawancara Pendamping

Lampiran 4 Transkip Wawancara Pendamping

Lampiran 5 Transkrip Wawancara YN

Lampiran 6 Transkrip Wawancara SL

Lampiran 7 Transkrip Wawancara NN

Lampiran 8 Transkrip Wawancara DV

Lampiran 9 Hasil Observasi

Lampiran 10 Hasil Studi Dokumentasi

Lampiran 11 Form Verifikasi Pendidikan dan Keseharan

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah serius yang dialami oleh sebagian negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara kawasan Afrika, melainkan juga dialami di negara-negara kawasan Asia seperti di Indonesia. Masalah kemiskinan sudah menjadi masalah yang kompleks sehingga suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kemiskinan secara sendirian. Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat atau ketidakmampuan dari pekerjaan yang dimiliki untuk menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.1

Kemiskinan sudah menjadi kondisi yang biasa bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masih banyak sekali rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan dan hidup dalam keadaan yang tidak selayaknya. Saat ini 32,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dan sekitar

1“Pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli”

(15)

setengah dari seluruh rumah tangga tetap berada di sekitar garis kemiskinan nasional (Rp 200.262/bulan). Bank dunia juga menatapkan bahwa seseorang dianggap miskin jika ia memiliki pendapatan kurang dari $2 per hari.2 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen).3

Kemiskinan berkaitan sekali dengan kualitas sumber daya manusia. Kemiskinan muncul karena sumber daya manusia tidak berkualitas. Kemiskinan dapat ditimbulkan akibat dari kualitas sumber daya manusia yang rendah dan tidak menutup kemungkinan kualitas sumber daya manusia yang rendah pun dapat menjadi pemicu kemiskinan. Menurut teori human capital kualitas sumber daya manusia selain ditentukan oleh kesehatan, juga ditentukan oleh pendidikan.4 Pendidikan dipandang tidak hanya juga dapat menambah pengetahuan tetapi dapat juga meningkatkan keterampilan, pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas yang dimaksud yaitu, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penghasilan, dan kesejahteraan.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan di bidang perlindungan sosial, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 telah

2

Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia, (Bandung: Alfabeta. 2009),

h. 15

3

“Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta” diakses pada 22 Juni 2016 dari http://www.jakarta.go.id/v2/news/2015/09/tingkat-kemiskinan-di-dkijakartamaret2015#.V2o29FKtGlo

4

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan,

(16)

menerbitkan Program Keluarga Harapan (PKH). Seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (9) UU No.11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial menentukan bahwa:

“Perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menagani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial”5

Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik pusat maupun di daerah. Pada pelaksanaannya PKH ini dilaksanakan oleh Kementerian Sosial dengan melibatkan berbagai kementerian dan lembaga seperti, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik (BPS), PT POS Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia.6

Program ini memberikan bantuan uang secara tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan catatan harus mengikuti persyaratan yang diwajibkan. Adapun persyaratan yang dimaksud yaitu terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu kesehatan dan pendidikan. Sasaran atau penerima bantuan ini adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga berusia 0-15 tahun dan Ibu hamil.

5 Kementerian Sosial. “Undang –

undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.” Diakses pada 22 Juni 2016 dari https://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf

6

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2k), Panduan Penanggulangan

(17)

Program Keluarga Harapan sebenarnya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini tidak samadengan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.7

Tujuan utama dari PKH adalah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut senada dengan upaya percepatan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Dimana secara khusus tujuan PKH meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM, meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM, meningkatkan status kesehatan gizi ibu hamil, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan kesehatan RTSM.

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan Ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui

7

Kementerian Sosial, Pedoman Umum Program Keluarga Harapan, (Jakarta:Direktorat

(18)

pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan). Kesehatan merupakan kekayaan yang sejati dan kunci untuk melakukan segala aktivitas, sebab dengan sehat individu dapat melakukan kegiatan perekonomian untuk memenuhi kebutuhannya. Kesehatan juga faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah memadai, melainkan pula orang yang sehat, baik jasmani maupun rohani.

Tujuan utama PKH selanjutnya di bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib sembilan tahun serta upaya mengurangi angka pekerja pada keluarga yang sangat miskin. Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui pengusaan pengetahuan, informasi dan teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern.8 Pelayanan pendidikan dalam konteks kebijakan sosial bukan saja ditujukan untuk menyiapkan dan menyediakan angkatan kerja yang sangat diperlukan dunia kerja, melainkan pula untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dalam arti luas, yakni membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan.

Namun pada delapan tahun perjalanannya hingga saat ini, yang dicanangkan program PKH berakhir di tahun 2015. Program PKH ini tidak terlepas dari berbagai masalah. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan PKH terlihat dari Pertama, proses verifikasi yang belum sepenuhnya dilaksanakan. Permasalahan yang terjadi di lapangan yaitu pihak

8

(19)

sekolah dan puskesmas merasa keberatan untuk melakukan verifikasi secara kontinyu. Kedua, Pembayaran kepada RTSM yang tidak tepat waktu. Proses pencairan dana yang seharusnya dilakukan tepat waktu terkendala lambannya proses verifikasi. Ketiga, kurangnya koordinasi antar instansi pendukung. Koordinasi yang terdiri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Ketenagakerja belum terlaksana dengan baik. Akibatnya tidak semua anggota rumah tangga peserta PKH memperoleh jaminan kesehatan untuk orang miskin maupun bantuan pendidikan untuk siswa miskin.

Berbeda dengan Jakarta Utara dan Jakarta Timur yang sudah lebih dulu menjalani program ini. Tahun 2014 PKH merambah ke area Jakarta Selatan yang meliputi sepuluh Kecamatan, di antaranya yaitu Kecamatan Kebayoran Lama yang menurut Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan pada sensus penduduk 2010, Kebayoran Lama memiliki jumlah penduduk terbanyak disamping Kecamatan Jagakarsa dan Pasar Minggu yakni berjumlah 294.108 dengan angka penduduk miskin mencapai 12.064.9

Walaupun PKH banyak mempunyai masalah. Ternyata Bank Dunia mencatat penerima PKH miliki perubahan signifikan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Dermaga TNI Angkatan Laut, Biyorsi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Selasa (5/4/2016). Berikut yang disampaikannya:

9

(20)

“Bank Dunia memiliki laporan lengkap terkait program CCT atau PKH di Indonesia yang diperlukan untuk perluasan jangkauan dan monitoring.”10

Maka dari itu, berangkat dari permasalahan tersebut. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Program Keluarga

Harapan (PKH) Di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berbicara mengenai penyaluran dana memerlukan pembahasan yang cukup luas. Demi terselesaikan penulisan ini, maka dari itu penulis memfokuskan pada pembahasan evaluasi program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama tahun 2016.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka secara spesifik perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan program keluarga harapan terhadap RTSM di Kecamatan Kebayoran Lama?

10Puspita Wisnuwardani, Dyah. “Mensos: Bank Dunia catat penerima PKH miliki perubahan

(21)

b. Bagaimana hasil evaluasi program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama benar-benar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

2. Untuk mengevaluasi program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Akademik

a. Menambahkan pengetahuan bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial di bidang kebijakan publik.

b. Menjadi bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum serta sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang terkait.

Manfaat Praktis

(22)

b. Agar hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Kebayoran Lama.

c. Berbagi pemikiran dengan Pegawai Kecamatan Kebayoran Lama yang menangani pembuatan pelaksanaan kesejahteraan sosial khususnya berkaitan dengan bidang perlindungan sosial.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekataan Penelitian

(23)

Dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.11

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis meneliti tentang, pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang bertempat di Kantor Kecamatan Kebayoran Lama Jl. Ciputat Raya No. 1 Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini penulis membutuhkan waktu selama 6 bulan yang di mulai dari bulan November 2015 sampai bulan Mei 2016, untuk menghasilkan informasi yang relavan mengenai program keluarga harapan.

3. Jenis Penelitian

Dalam penelitian penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencoba memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, atau kelompok tertentu.12 Dalam penelitian ini akan digambarkan tentang kebijkan publik melalui program keluarga Harapan yang dilakukan di Kecamatan Kebayoran Lama.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,1998), h. 11 12

Mely G. Tan, Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat (Jakarta: PT

(24)

4. Ruang Lingkup Penelitian Evaluasi

Untuk mempermudah dalam penelitian skripsi ini dan agar lebih terarah serta berjalan dengan baik. Maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu:

a. Penelitian ini hanya membahas tentang proses pelayanan yang diberikan UPPKH Kecamatan Kebayoran Lama kepada RTSM/KSM.

b. Peneliti hanya membahas tentang proses dan hasil yang dilakukan oleh UPPKH Kecamatan Kebayoran Lama dalam upaya mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

(25)

Kecamatan Kebayoran Lama, dan Rumah penerima bantuan untuk melakukan pengamatan langsung.

b. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab kepada kelurahan dan masyarakat yang menjadi peserta program keluarga harapan. Untuk lebih mengetahui tentang pelaksanaan dari program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:

Table 1.1 Informan Penelitian

No Nama

(Inisial) Jenjang Pendidikan

Jabatan

1 AL S1 Sosiologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Koordinator UPPKH Kecamatan Kebayoran

Lama

2 IPS S1 Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendamping Kelurahan Pondok pinang

3 YN SMP Ketua Kelompok RW

08 Pondok Pinang

4 DV SMA Ketua Kelompok RW

01 Pondok Pinang

5 SL SD Ketua Kelompok RW

04 Cipulir

6 NN SMA Ketau Kelompok RW

06 Cipulir

c. Dokumentasi

(26)

yang penulis kumpulkan yaitu seperti arsip-arisp tentang kegiatan program keluarga harapan di Kecamatan Kebayoran Lama.

6. Sumber Data

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari informan yang ada di Kecamatan Kebayoran Lama pada waktu penelitian. Data ini di peroleh dari pengamatan dan wawancara.

7. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan subjek penelitian yaitu PKH Kecamatan Kebayoran Lama, maka hal tersebut akan dikemukakan di sini bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.13

13

(27)

8. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah, data yang diperoleh data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data yang relevan.

Selain itu teknik untuk keabsahan data yang berikutnya adalah dengan Triangulasi sumber yang berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.14 Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.

9. Instrumen Penelitian

Untuk mempermudah proses penelitian dan observasi, maka diperlukan beberapa instrumen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara mendalam

b. Pedoman observasi

14

(28)

c. Pedoman telaah dokumentasi

d. Perekam suara

e. Kamera

F. Tinjauan Pustaka

Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu: Hidmatullah, “Peran Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Dalam Peningkatan Kesejahteraan Warga Masyarakat Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Koja Jakarta Utara”.

Skripsi S1 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Maksud dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui secara lebih dekat mengenai harapan warga masyarakat Kelurahan Koja tentang Program Keluarga Harapan. Disisi lain juga dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui harapan suku Dinas Sosial Jakarta Utara tentang peningkatan kesejahteraan warga masyarakat Koja Jakarta Utara melalui Program Keluarga Harapan.15

Walaupun dari judul skripsi mempunyai kesamaan tetapi dari skripsi Hidmatullah penulis melihat adanya perbedaan dalam subjeknya. Subjeknya

15

Hidmatullah, “Peran Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Dalam Peningkatan Kesejahteraan

Warga Masyarakat Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Koja Jakarta Utara.”

(29)

adalah Dinas Sosial Jakarta Utara. Didalam penulisan skripsi Hidmatullah juga dijelaskan bahwa ada harapan dari warga Kelurahan Koja agar bantuan yang diberikan sampai ditingkat SLTA. Sedangkan dalam skripsi ini penulis sudah melihat di UPPKH Kecamatan Kebayoran Lama sudah ada bantuan yang diperuntukan sampai tingkat SLTA.

Kemudian, skripsi berikutnya yang menjadi bahan acuan adalah

“Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK di

Kelurahan Sunter Jaya)” oleh Yudi. Skripsi S1 Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2010.

Dalam penelitian tersebut penulis menggunakan model evaluasi yang dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.16

Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan subjek dalam penelitian yang akan dilakukan. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam model evaluasi. Dalam hal ini penulis menggunakan model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam yaitu model evaluasi context, input, process, product (CIPP).

16

Yudi, “Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK di Kelurahan

Sunter Jaya).” (Skripsi S1Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

(30)

Lalu, skripsi berikutnya yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah skripsi Efektivitas Program Keluarga Harapan, Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Kecamatan

Leuwisadeng Pada UPPKH Kabupaten Bogor.” Skripsi ini menggambarkan

mengenai efektivitas mekanisme penyaluran dana bantuan sosial PKH di tingkat UPPKH Kabupaten kepada penerima manfaat. Adapun salah satu tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengidentifikasi konsep dan model pengelolaan dan mekanisme penyaluran dana PKH dalam penyalurannya dari UPPKH Kabupaten ke masyarakat RTSM di Kecamatan Leuwisadeng Kab. Bogor. 17

Skripsi selanjutnya yang menjadi tinjauan pustaka yaitu peran penyuluh sosial pada program keluarga harapan, Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Peran Penyuluh Sosial Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Anak Rumah Tangga Miskin Di Kelurahan Cipinang Kecamatan Pulo Gadung.” Skripsi ini

menggambarkan bagaimana peran penyuluh sosial dalam melaksanakan pertemuan dengan peserta Program Keluarga Harapan. Dalam pelaksanaannya penyuluh sosial ini berkeliling mendatangi rumah – rumah peserta program.

17

Muhammad Bahrul, “Efektivitas Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Leuwisadeng

Pada UPPKH Kabupaten Bogor.” (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah

(31)

Penyuluhan dilakukan dengan teknik face to face berhadapan dengan massa dimana secara tim bergantian melakukan ice breaking terhadap peserta penyuluhan.18

Terakhir skripsi yang menjadi tinjauan pustaka yaitu Evaluasi Program Keluarga Harapan, Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang dengan judul “Evaluasi Program Keluarga Harpan Di Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2010.”

Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pelaksanaan program keluarga harapan di Kelurahan Saruni. Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Penulis didalam skripsinya juga menggambarkan beberapa kriteria yang menjadi bahan evaluasi, yaitu: (1) Efektifitas, apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?. (2) Efisiensi, seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?. (3) Kecukupan, seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memcahkan masalah?. (4) Perataan, apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok – kelompok?. (5) Responsivitas, apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok –

18

Noriez Asep. F, “Peran Penyuluh Sosial Pada Program Keluarga Harapan Dalam

Meningkatkan Partisipasi Belajar Anak Rumah Tangga Miskin Di Kelurahan Cipinang Kecamatan

Pulo Gadung” (Skripsi S1Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

(32)

kelompok tertentu?. (6) Ketepatan, apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar – benar berguna atau bernilai?.19

G. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”20

yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007”.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini di jabarkan atas 1 bab yang terdiridari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori, paparan tentang pengertian evaluasi, kebijakan publik, program keluarga harapan.

19

Edwin Satria. P, “Evaluasi Program Keluarga Harpan Di Kelurahan Saruni Kecamatan

Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun 2010” (Skripsi S1Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012), h. 47 20

Hamid Nasuhi, dkk., Idris Thaha, ed., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

(33)

BAB III : Gambaran umum lembaga, dalam bab ini dipaparkan tentang sejarah terbentuknya PKH, struktur organisasi PKH Kecamatan Kebayoran Lama, Profil Kecamatan Kebayoran Lama.

BAB IV : Hasil penelitian dan analisa, pembahasan yang merupakan bagian terpenting dari penelitian yang berupaya membahas bagian-bagian yang terpenting yang di temukan di lapangan. Dalam bab ini dipaparkan tentang implementasi program keluarga harapan di Kecamatan kebayoran lama Jakarta Selatan. BAB V : Penutup

- Kesimpulan : pernyataan berisi fakta, pendapat, alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi.

- Kritik : tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya.

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Kata evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Istilah “penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran”

mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.1

Pengertian evaluasi dalam kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionry Of Current English evalusai adalah to find Out, decide the amount or value yang

artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang terkandung di dalam definisi tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Anderson, Evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

1

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,

(35)

tercapainya tujuan. Definisi lain dari evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, produser, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.2

Sementara itu menurut Ralph Tyler sebagaimana yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai.3

Evaluasi program juga bisa diartikan sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektivitas, masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh dari evaluator. Evaluasi program berfungsi untuk menentukan apakah output dan outcomes yang diharapkan dari pelaksanaan program bisa direalisasikan. Evaluasi tersebut tentunya melalui pengumpulan dan analisis data yang memadai. Dalam evaluasi program yang komprehensif, evaluasi itu mencakup:4

Pertama, yaitu memonitoring program penilaian apakah suatu

program dilaksanakan sebagaimana direncanakan. Memonitoring program ini akan memberikan umpan balik yang terus menerus pada

2

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988),

Cet. Ke-1, h. 1 3

Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 2

4

(36)

program yang dilaksanakan dan mengidentifikasikan masalah begitu muncul.

Kedua, evaluasi proses yaitu penilaian bagaimana program

dioperasikan, berfokus pada pelaksanaan program kepada peserta (service delivery).

Ketiga, evaluasi dampak yaitu penilaian apakah suatu program telah

mewujudkan pengaruh terhadap individu-individu, rumah tangga, lembaga atau lingkugan hidup, dan apakah dampak tersebut dapat secara ilmiah distribusikan kepada pelaksanaan intervensi program tersebut.

Keempat, cost-benefit atau effectiveness adalah penilaian dari biaya

program dan manfaat yang dihasilkan oleh biaya tersebut, untuk menentukan apakah manfaatnya cukup bernilai dibandingkan biaya yang digunakan.

(37)

2. Model Evaluasi Program

Dalam melakukan evaluasi, perlu kiranya dipertimbangan model evaluasi yang ingin dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang akan dievaluasi.

Ada delapan model evaluasi yang disajikan oleh Arikunto dalam salah satu bukunya,5 yaitu:

1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. Model ini merupakan yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.

2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven. Model ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Model ini memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai.

3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek

5

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi

(38)

yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai (evaluasi sumatif).

4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi dan (2) pertimbangan.

5. CSE – UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. Model ini mempunyai lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.

6. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Jadi, jika evluator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang digunakan maka mau tidak mau harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen – komponennya.

7. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. Model ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan adalah mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen.

(39)

University, yakni: CIPP Evaluation Model. CIPP merupakan sebuah

singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

Context Evaluation : evaluasi terhadap konteks

Input Evaluation : evaluasi terhadap masukan  Process Evaluation : evaluasi terhadap proses

Product Evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP ini juga model evaluasi yang melihat program yang dievaluasi sebagai sistem. Artinya, jika evaluator menentukan model CIPP sebagai model yang digunakan untuk mengevaluasi program, maka mau tidak mau evaluator harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen – komponennya.

a. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan program.6

b. Evaluasi Masukan

Tahap kedua dari model CIPP ini adalah evaluasi masukan. Pada tahap ini segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Evaluasi masukan ini akan memberikan bantuan agar dapat memberikan keputusan, menentukan sumber – sumber yang dibutuhkan.

6

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi

(40)

Mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya.7

c. Evaluasi Proses

Evaluasi proses dalam model CIPP ini menunjukan pada“apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa”

(who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi

proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Stufflebeam mengusulkan pertanyaan – pertanyaan untuk proses antara lain:8

 Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?

 Apakah staf yang terlibat di dalam pelaksanaan

program akan sanggup menagani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?

 Apakah sarana dan prasarana yang disediakan

dimanfaatkan secara maksimal?

 Hambatan – hambatan apa saja yang dijumpai selama

pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

7

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi

Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan, h. 47

8

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi

(41)

d. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil ini digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (masyarakat penerima program). Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:

1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya?

2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima program tersebut?

Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:

 Berorientasi pada program. kriteria keberhasilan pada

umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.

 Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan pada

umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat. Misalnya munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.9

3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Progam

Tujuan dari kegiatan evaluasi program yaitu untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan

9

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyrakat dan Intervensi

(42)

program, karena seseorang yang ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya perlu memperjelas dirinya dengan apa tujuan program yang akan di evaluasi.

Menurut Isbandi Rukminto, mengutip pendapat Feurstein sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia mengatakan ada sepuluh alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

1. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

2. Melihat kemajuan dikaitkan dengan tujuan program 3. Agar tercapai manajemen yang lebih baik

4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat program

5. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program

6. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable

7. Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik

8. Melindungi pihak lain agara tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik

(43)

10.Memberi kesempatan untuk mendapat masukan dari masyarakat10

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat.

Evaluasi program sangat erat sekali hubungan dengan kebijakan, karena program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan. Apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

1. Menghentikan Program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

2. Merevisi Program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

3. Melanjutkan Program, karena pelaksanaan program menunjukan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

10

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

(44)

4. Menyebarluaskan Program (melaksanakan Program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.11

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam Islam. Keluarga juga tempat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Tempat dimana nilai - nilai agama dan norma – norma diajarkan untuk menjadi anak yang berakhlaq mulia. Keluarga adalah satu – satunya lembaga sosial, disamping agama, yang secara resmi telah berkembang di semua masyarakat.12 Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institui terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sanagt besar dalam kemajuan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini jelas erat kaitannya dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kedua orang tua sebagai ujung tombak keluarga mendapat perhatian dan perlakuan khusus dalam Islam. Al-Quran setelah memberi perintah menyambah Allah SWT dan larangan menyekutukan-Nya, juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebagaimana firman-Nya.

11

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi

Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan, Edisi Kedua, Cet. 4,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 22 12

(45)

36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta kula dan warga “kulawarga” yang

berarti “anggota” dan “kelompok kerabat”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “keluarga” yaitu: Ibu, Bapak, dengan anak-anaknya

satuan kerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.

Salah satu ilmuwan yang mengkaji keluarga, George Murdock. Dalam bukunya social structure, Murdock berpendapat bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.13 Dalam surveinya Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended family). Berdasarkan penelitiannya salah satu dari tipe keluarga Murdock meyatakan bahwa keluarga inti (nuclear family) merupakan kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari keluarga inti ini bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga menjalankan empat fungsi universal dari keluarga, yaitu seksual, reproduksi, pendidikan, dan ekonomi.

13

Sri Lestari, PSIKOLOGI KELUARGA, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(46)

Menurut Koerner dan Fitzpatrick (2004), definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu:14

Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran

atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Definisi memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan.

Definisi Fungsional. Keluraga didefinisikan denga penekanan

pada terpenuhinya tugas – tugas dan fungsi – fungsi psikososial. Fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran – peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada tugas – tugas yang dilakukan oleh keluarga.

Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok

yang mengembangkan keintiman melalui perilaku – perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga seperti ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita – cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksankan fungsinya.

2. Struktur Keluarga

Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga batih (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga

14

Sri Lestari, PSIKOLOGI KELUARGA, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(47)

posisi sosial, yaitu: suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling.15 Struktur keluarga yang demikian menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orang tua menjadikan keluarga sebagai wahana prokreasi. Dalam keluarga inti hubungan antara suami istri bersifat saling membutuhkan dan mendukung layaknya persahabatan, sedangkan anak – anak tergantung pada orang tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.

Adapun keluarga batih adalah keluarga yang di dalamnya menyertakan posisi lain selain ketiga posisi di atas. Bentuk pertama dari keluarga batih yang banyak ditemui di masyarakat adalah keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi ketika seorang anak, dan hanya seorang anak, yang sudah menikah masih tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari keluarga batih adalah keluarga berumpun (lineal family). Bentuk ini terjadi manakala lebih dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Bentuk ketiga dari keluarga batih adalah keluarga beranting (full extended). Bentuk ini terjadi manakala di dalam suatu keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan tetap tinggal bersama.

Keluarga inti pada umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan. Perkawinan menjadi pondasi bagi keluarga, oleh karena itu ketika sepasang manusia menikah akan lahir keluarga yang baru. Sedangkan keluarga batih dibangun berdasarkan hubungan antargenerasi, bukan antarpasangan. Keluarga batih biasanya terdapat dalam masyarakat yang memandang penting

15

Sri Lestari, PSIKOLOGI KELUARGA, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(48)

hubungan kekerabatan. Hubungan perkawinan berada posisi sekunder dibanding hubungan dengan orang tua.

3. Relasi Dalam Keluarga

Pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki – laki dan perempuan dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan suami istri. Ketika anak pertam lahir munculah bentuk relasi yang baru, yaitu relasi orang tua – anak. Ketika anak berikutnya lahir muncul lagi bentuk relasi lain, yaitu relasi sibling (saudara sekandung). Ketiga macam relasi tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu kelurga inti.

1) Relasi Pasangan Suami Istri

Sebagai permulaan bagi relasi yang lain, relasi suami istri memberi landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga. Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuaian di antara pasangan. Menurut David H. Olson dan Amy K. Olson, terdapat sepuluh aspek yang membedakan antara pasangan yang bahagia dan yang tidak bahagia, yaitu:16

1. Komunikasi 2. Fleksibilitas 3. Kedekatan

4. Kecocokan kepribadian 5. Resolusi konflik

16

Sri Lestari, PSIKOLOGI KELUARGA, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(49)

6. Relasi seksual

7. Kegiatan di waktu luang 8. Keluarga dan teman 9. Pengelolaan kuangan 10. Keyakinan spiritual

2) Relasi Orang Tua Anak – Anak

Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang dijalani oleh pasangan yang memiliki anak. Masa transisi menjadi orang tua pada saat kelahiran anak pertama terkadang menimbulkan masalah bagi relasi pasangan dan menurunkan kualitas perkawinan. Selain itu, masalah ini berkaitan dengan pilihan antara mengurus anak dan kesempatan ekonomis. Menurut Hinde relasi orang tua – anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu:17

1. Interaksi. Orang tua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang menciptakan suatu hubungan. Berbagi interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di kemudian hari.

2. Kontribusi mutual. Orang tua dan anak sama – sama memiliki sumbangan dan peran dalam interaksi,demikian juga terhadap relasi keduanya.

17

Sri Lestari, PSIKOLOGI KELUARGA, Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(50)

3. Keunikan. Setiap relasi orang tua – anak bersifat unik yang melibatkan dua pihak, dan karenanya tidak dapat ditirukan dengan orang tua atau dengan anak yang lain.

4. Pengharapan masa lalu. Interaksi orang tua – anak yang telah terjadi membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, orang tua akan memahami bagaimana anaknya akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya anak kepada orang tuanya. 5. Antisipasi masa depan. Karena relasi orang tua – anak bersifat

kekal, masing – masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan keduanya.

4. Keberfungsian Keluarga

Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang, perlindunagan, dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi ke generasi. Menurut Berns, keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu:

1. Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasinya yang ada di dalam masyarakat.

(51)

3. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial, ekonomi, dan peran gender.

4. Dukungan ekonomi. Keluatga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan jaminan kehidupan.

5. Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.

C. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok.18

Kemiskinan berasal dari kata “miskin” dengan mendapatkan awalan “ke”

dan akhiran “an”. Miskin diartikan tidak berharta benda; serba kekurangan

(berpenghasilan sangat rendah)19, sedangkan kemiskinan adalah situasi penduduk atau sebagian orang yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan, yakni orang yang tertutup baginya kesempatan untuk

18

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Rajawali Press, 1999), h. 320

19

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(52)

mendapatkan nafkah untuk makan dan kebutuhan lainnya seperti pakaian, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya.20

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.21 Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4)22

Menurut Oscar Lewis kemiskinan muncul sebagai akibat adanya nilai – nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang – orang miskin, seperti: malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memilik etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti: birokrasi atau peraturan – peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya.23

20

Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1993) Cet Ke-2, h. 20

21

Departemen Sosial (Depsos), Penduduk Fakir Miskin Indonesia Tahun 2002, (Jakarta:

Depsos, 2002) 22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 133

23

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

(53)

2. Penyebab – Penyebab Kemiskinan

Dr. Mustopa Husni Assiba’i berpendapat bahwa kemiskinan itu

disebabkan sebagai berikut:24

1) Kemalasan atau keteledoran.

2) Ketidakmampuan bekerja dan kehilangan syarat – syarat untuk bekerja.

Secara mendasar penyebab kemiskinan itu ada dua yaitu: Pertama, penyebab yang disebabkan oleh individu, dalam hal ini individu tidak memiliki kemampuan dan keahlian untuk berkreasi yang didasari oleh rendahnya pendidikan sehingga individu tersebut tidak dapat berkreasi. Kedua, penyebab yang disebabkan oleh garis struktural yang ada. Masyarakat miskin memiliki keterbatasan akses dan kesempatan karena telah terjadinya diskriminatif.

24

Mustopa Husni Assiba’I, Kehidupan Sosial Menurut Islam, (Bandung: CV,

(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG KECAMATAN KEBAYORAN LAMA

DAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

A. Kondisi Objektif Kecamatan Kebayoran Lama 1. Sejarah Kebayoran Lama

Dalam sturktural kewilayahan, kecamatan merupakan kesatuan administratif di Indonesaia dibawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Kedudukan kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten atau kota sebagai pelaksana teknis kewilyahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat. Salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah administratif pemerintah daerah DKI Jakarta adalah Kecamatan Kebayoran Lama. Kecamatan ini berada di Kotamadya Jakarta Selatan.

Kecamatan Kebayoran Lama merupakan wilayah yang terletak di Kotamadya Jakarta selatan. Menurut sejarahnya nama kebayoran berasal dari kata

Bahasa Betawi “Kabayuran”, yang artinya tempat penimbunan kayu bayur. Kayu

(55)

selatan yakni Pasar Jumat, dan Lebak Bulus. Wilayah ini terdapat sejumlah mall mulai dari ITC Permata Hijau, hingga Pondok Indah Mall.1

2. Letak Geografis Kecamatan Kebayoran Lama

Kecamatan Kebayoran Lama sebagai salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, di bentuk berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b/3/2/14/67 tanggal 1 Juli 1967 dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978 tentang Pemerintahan Wilayah Kota dan Kecamatan di DKI Jakarta, terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Pondok Pinang

2. Kelurahan Kebayoran Lama Utara 3. Kelurahan Kebayoran Lama Selatan 4. Kelurahan Grogol Utara

5. Kelurahan Grogol Selatan 6. Kelurahan Cipulir2

Kecamatan Kebayoran Lama bercirikan daerah yang beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum 30º celcius, minimum 27º celcius. Curah hujan mencapai ketinggian 77.8 pertahun.3

1

Imam Panji Saputro, Laporan Program Keluarga Harapan Bulan Agustus2014, h. 2

2

Buku Monografi Kecamatan Kebayoran Lama, 2016, h. 1 3

(56)

Adapun Batas – batas wilayah dari kecamatan Kebayoran Lama adalah, sebagai berikut:4

1. Sebelah Utara : Jl. Palmerah Barat perbatasan dengan kecamatan Kebon Jeruk dan Kelurahan Grogol.

2. Sebelah Timur : Kali Grogol perbatasan dengan kecamatan Kebayoran Baru.

3. Sebelah Barat : Perbatasan dengan kali Pesanggrahan kecamata Pesanggrahan.

4. Sebelah Selatan : Jl. Raya Lebak Bulus perbatasan kecamatan Cilandak

Wilayah Kecamatan Kebayoran Lama dengan luas wilayah 1.932,79 Ha. terbagi habis menjadi 6 kelurahan dengan luas masing-masing kelurahan, sebagai berikut:5

* Kelurahan Pondok Pinang : 684,00 Ha. * Kelurahan Kebayoran Lama Utara : 172,22 Ha. * Kelurahan Kebayoran Lama Selatan : 257,22 Ha. * Kelurahan Grogol Utara : 332,50 Ha. * Kelurahan Grogol Selatan : 286,55 Ha. * Kelurahan Cipulir : 193,30 Ha. JUMLAH 1.932,79 Ha

4

Buku Monografi Kecamatan Kebayoran Lama, 2016, h. 3 5

(57)

Table 3.1

Jumlah RT/RW Tiap Kelurahan.6

Jumlah RT / RW pada bulan Januari tahun 2016 sebanyak 855 RT. dan 77 RW, luas wilayah 1.932,79 Ha.

No. Kelurahan RW. RT. Keterangan

1. Pondok Pinang 17 166

2. Keby Lama Utara 10 117

3. Keby Lama Selatan 12 139

4. Grogol Utara 16 105

5. Grogol Selatan 11 186

6 Cipulir 11 142

J u m l a h 77 855

6

(58)

.Letak Wilayah Kecamatan Kebayoran Lama dapat dilihat berdasarkan gambar sebagai berikut.7

Gambar 3.1

Peta Kecamatan Kebayoran Lama

7

(59)

Adapun kantor Kecamatan Kebayoran Lama meliputi enam kelurahan, yaitu:8

 Grogol Utara, Kebayoran Lama dengan kode pos 12210  Grogol Selatan, Kebayoran Lama dengan kode pos 12220

 Cipulir, Kebayoran Lama dengan kode pos 12230

 Kebayoran Lama Utara, Kebayoran Lama 12240  Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama 12240

 Pondok Pinang, Kebayoran Lama 12310

.

3. Keadaan Demografis Kecamatan Kebayoran Lama

Penduduk Kecamatan Kebayoran Lama pada bulan Januari tahun 2016 tercatat 302.232 jiwa, sedangkan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 96.843 KK, hal ini disebabkan adanya :

1. Jumlah penduduk yang pindah tempat tinggal dan meninggal dunia. 2. Jumlah penduduk yang datang dari luar wilayah Kecamatan Kebayoran

Lama.

3. Jumlah penduduk secara de jure dan de facto berdasarkan pendataan ulang lebih kecil jika dibandingkan jumlah penduduk secara de jure (masih tercatat tetapi tidak lagi tinggal di wilayah kelurahan yang bersangkutan).9

8

Buku Monografi Kecamatan Kebayoran Lama, 2016, h. 1 9

(60)

Adapun rincian jumlah jiwa menurut jenis kelamin dan kewarganegaraan sampai dengan bulan Januari tahun 2016 adalah sebanyak 302.232 jiwa dengan rincian sebagai berikut:

Table 3.2

Keadaan Penduduk Bulan Januari Tahun 2016.10

NO KELURAHAN

KEADAAN PENDUDUK KET.

KK LK-LK PR WNI WNA

(61)

Tabel 3.3

Perkembangan Jumlah Mobilitas Penduduk Bulan Januari Tahun 2016.11

N KELURAHAN Keby Lama Selatan

124

Dari jumlah penduduk sebanyak 302.232 jiwa , dapat disimpulkan bahwa rata -rata kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Kebayoran Lama sebagai berikut :

(62)

Adapun mata pencaharian penduduk Kecamatan Kebayoran Lama pada umumnya mayoritas sebagai Pegawai Swasta, selain itu ada pula sebagai Pegawai Negeri, ABRI, buruh, pedagang, pensiunan, serta yang lainnya. Aktivitas ekonomi yang sangat menonjol di wilayah ini adalah jasa, industri, dan perdaganagan.

Tabel 3.4

Mata Pencaharian di Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2016.12

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1 Tani -

2 Nelayan -

3 Buruh 31.355

4 Karyawan Swasta 85.822

5 PNS 6.212

6 ABRI 2.786

10 Lain-lain 176.057

12

Gambar

Gambar 3.3 Proses Utama Pelaksanaan PKH........................................................51
gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, atau
Table 1.1
Table 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit. Bila tubuh

Dokumen Subbidang Layanan di Badan Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, September 2015... 2) Subbidang layanan kerjasama dan teknologi informasi.. Jenis

Oleh karena itu dilakukanlah suatu penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki sistem informasi akademik pada Bimbingan Belajar Rumah Terang, karena Proses pendaftaran

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Spika yang muncul tidak hanya terbentuk langsung dari rimpang tetapi juga berasal dari perubahan tunas vegetatif menjadi tunas generatif (spika). Jahe mempunya masa berbunga yaitu

Sebagai akibat dari penggenangan, baik lama maupun tingginya genangan, karakteristik dan dinamika P pada tanah sawah dan lahan basah lainnya sangat berbeda dengan pada

Sebelum revolusi di negeri Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama

Ependi Daulay, 201410115072, Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap Tindak Pidana Kekerasan oleh Guru Kepada Murid dalam Dunia Pendidikan (Studi Kasus Putusan No.