• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013)

Oleh Marthina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Marthina

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIID dan kelas VIIE yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data

penelitian berupa nilai pemahaman konsep matematis yang diperoleh melalui tes.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, pemahaman konsep matematis siswa yang

menggunakan model pembelajran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat

disim-pulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Jigsaw ... 12

3. Pembelajaran Konvensional ... 13

4. Pemahaman Konsep ... 14

B. Kerangka Pikir ... 15

C. Anggapan Dasar ... 16

(6)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 18

B. Desain Penelitian ... 19

C. Prosedur Penelitian ... 19

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Data Penelitian ... 20

2. Teknik Pengumpulan Data ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 21

1. Validitas ... 21

2. Reliabilitas ... 22

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 23

1. Uji Normalitas ... 23

2. Uji Homogenitas ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

1. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 27

2. Uji Hipotesis ... 28

B. Pembahasan ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(7)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu masyarakat. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan proses pembelajaran. semakin tinggi tingkat keberhasilan proses pembelajaran maka mutu masyarakat di negara tersebut semakin baik. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdas-an, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(8)

2 Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang mencangkup rencana, tujuan, isi, bahan, dan metode pembelajaran. Dalam kuri-kulum pendidikan dasar dan menengah, matematika merupakan salah satu mata ajar yang wajib dipelajari oleh siswa.

Matematika merupakan ilmu murni yang sangat bermanfaat, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah, dikutip dari Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam:

1. Memahami konsep matematis

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat 3. Memecahkan masalah

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Pada tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Sehingga dapat disim-pulkan kita dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika yang lainnya apabila pemahaman konsep matematis telah tercapai dengan baik.

(9)

menya-3 takan bahwa kemampuan sains dan matematika Indonesia menempati urutan 38 dari 45 negara.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep matematis pada pelajaran matematika adalah guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang selama ini digunakan adalah konvensional, yaitu peran guru mendominasi dalam proses pembelajaran. Guru berfokus pada materi yang di-sampaikan, sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan tepat sesuai dengan perangkat pembelajaran. Dalam dalam pembelajaran siswa hanya terfokus pada guru yang mengakibatkan siswa cenderung pasif dan kurang aktif berinteraksi untuk memahami, bertukar pendapat serta menjelaskan pemahaman materi antar sesama teman.

(10)

4 Dalam proses pembelajaran setiap anggota kelompok harus benar-benar memahami materi sebab setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan materi sub bab yang diperoleh kepada anggota kelompok asal. Sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematis siswa?”

Masalah ini akan dijawab melalui pertanyaan:

“Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model

pembelajarankooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran koopera-tif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

(11)

5 2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman matematis siswa melalui model pembelajaran yang menarik dan diharapkan dapat memperluas wawasan untuk mempertimbangkan faktor pendukung dalam keberhasilan proses belajar mengajar melalui model pembelajaran yang bervariatif.

E.Ruang Lingkup

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berpe-ngaruh jika pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaram kooperatif merupakan model pembelajaran yang didalamnya siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menyelesaikan masalah. Dalam model pembelajaran ini, saat diberi tugas siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok. Dengan demi-kian siswa dapat berinteraksi saling mengemukakan pendapat dengan anggota kelompok serta dapat mengembangkan kemampuan individu secara maksimal. Pada akhir pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dan bersama guru menganalisis serta mengevaluasi hasil pembelajaran.

(12)

6 3. Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok kecil.

Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 4-6 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-6. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. Setiap kelompok ahli ditugaskan mempelajari materi yang berbeda-beda yang nantinya akan diajarkan dengan teman kelompok asal. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai beberapa tagihan individu atau kelompok. Diakhir pembelajaran bebe-rapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

4. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa disebut metode ceramah. Dalam model pembelajaran ini hanya terjadi satu arah interaksi antara siswa dan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator yang aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan serta menyimak. Kemudian siswa diberi tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok yang nantinya akan dibahas oleh guru. Pembelajaran diakhiri dengan refleksi, beberapa siswa diminta menyimpulkan materi pembelajaran.

5. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan dasar siswa dalam mengartikan, menjelaskan, serta menyimpulkan suatu konsep pembelajaran sesuai kemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Adapun indikator pemaham-an konsep matematis dalam penelitipemaham-an ini dikutip dari Peraturpemaham-an Dirjen Disdakmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

(13)

7 c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

(14)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

(15)

9

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada pendekatan secara intensif yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa karena mampu memotivasi siswa dalam melakukan berbagai kegiatan yang menantang siswa untuk memahami konsep materi-materi pembelajaran serta menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif.

(16)

10 Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran lebih menekankan pada proses bekerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karak-teristik. Rusman (2012: 207) menjelaskan karaketeristik atau ciri-ciri model pem-belajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim. Tim harus mampu membuat setiap siswa be-lajar dan anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Fungsi manajemen sebagai pe-rencanaan pelaksanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol.

3. Kemauan untuk bekerja sama. Tanpa kerja sama yang baik, pembe-lajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterlampilan bekerja sama. Siswa perlu didorong untuk mau dan sang-gup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian karakteristik model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu siswa melakukan pembelajaran secara kelompok sehingga siswa dapat menge-mukakan ide serta saling bertukar pendapat tentang materi yang diberikan. Model pembelajaran ini didasarkan pada manajemen kooperatif sebagai perencanaan pembelajaran yang terorganisasi dan terkontrol dengan kerja sama yang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat mengurutkan materi sesuai pemahaman konsep yang telah diperoleh selama proses pembelajaran dengan baik serta dapat menginterpretasikan dengan baik dan benar.

(17)

11 bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Menurut Trianto (2009: 66), terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada nsiswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

(18)

12 2. Jigsaw

Huda (2011: 120) menyatakan bahwa metode jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1925). Lie (2003: 69) menjelaskan bahwa dalam metode ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Sedangkan menurut Rusman (2012: 218) pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie (Rusman 2012: 218), bahwa “pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”. Rusman (2012: 219) menjelaskan pembelajaran kooperatif jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggota empat sampai enam orang secara heterogen dan tiap anggota kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda tetapi semua kelompok menghadapi permasalahan yang sama.

(19)

13 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6

orang).

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

7. Perwakilan setiap kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi.

3. Pembelajaran Konvensional

(20)

14 ini guru sebagai petransfer ilmu dan siswa cenderung pasif sebagai menerima ilmu.

4. Pemahaman Konsep

1. Pemahaman memiliki kata dasar paham, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Yasyin (1997: 346) berarti mengerti, sedangkan konsep berarti rancangan. Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika ilmu yang mempunyai objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran. Salah satu objek dasar itu adalah konsep. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan dengan definisi. Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Jadi dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk benar-benar memahami materi yang diberikan oleh guru dan menyusun kembali urutan pemahaman pembelajaran secara sistematis oleh masing-masing siswa sesuai kemampuan siswa. Adapun indikator pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini dikutip dari Peraturan Dirjen Disdakmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

f. Mengaplikasikan konsep.

(21)

15 kembali materi pembelajaran secara sistematis, dan dapat menjelaskan kembali materi yang telah diperoleh sesuai kemampuan yang dimiliki.

B.Kerangka Pikir

(22)

16 ada saat anggota kelompok mengajarkan materi kepada teman kelompok dan ada saatnya anggota kelompok yang diajar oleh teman kelompok. Interaksi yang terjadi dapat membentuk ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Siswa dapat menyerap materi dengan baik, dapat menyusun pola serta menjabarkan kembali dengan baik. Dalam proses pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Proses pembelajaran konvensional hanya terjadi satu arah dan tidak ada pembelajaran berulang. Proses pembelajaran berulang hanya terjadi pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu pada kelompok asal dan kelompok ahli. Diakhir pembelajaran jigsaw, partisipasi, kerja sama, tanggung jawab, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya pemahaman konsep matematis siswa lebih baik.

C.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini yaitu:

1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 memperoleh materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

(23)

17 D.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah “pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

(24)

18

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang ada dalam enam kelas. Sampel dari penelitian ini diambil melalui teknik purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari enam kelas yang nilai rata-rata ujian akhir semester ganjilnya sama atau hampir sama dan di sekitar rata-rata-rata-rata keseluruhan. Satu kelas pada sampel sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII-D yang memiliki nilai rata-rata 46,74 pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas lainnya yaitu kelas VII-E yang memiliki nilai rata-rata 46,81 sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut berada di sekitaran nilai rata-rata keseluruhan yaitu 46,48. Nilai rata-rata matematika kelas VII semester ganjil disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Nilai Rata-rata Semester Ganjil Kelas VII

SMP Negeri 20 Bandar Lampung

No Kelas Jumlah peserta didik Nilai Rata-Rata

1. VII-A 37 47,11

2. VII-B 36 45,41

3. VII-C 36 44,24

4. VII-D 37 46,74

5. VII-E 36 46,81

(25)

19

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Pada desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelompok kontrol yang memperoleh perlakuan model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furchan (1982: 368) desain pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan

A1 X1 O1

A2 X2 O2

Keterangan:

A1 = kelompok eksperimen

A2 = kelompok kontrol

O = posttest

X1 = perlakuan (model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)

X2 = perlakuan (metode pembelajaran konvensional)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(26)

20 2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal, soal tes, dan kunci jawaban soal tes pemahaman konsep yang merujuk pada pedoman penskoran.

3. Melakukan validasi instrumen. 4. Melakukan uji coba tes.

5. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

6. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 7. Menganalisis hasil posttest.

8. Menyusun Laporan

D.Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis berupa data kuantitatif diperoleh melalui posttest pemahaman konsep matematis siswa pada akhir pembelajaran.

2. Teknik Pengumpulan Data

(27)

21 kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis yang berbentuk uraian.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa berupa butir soal berbentuk uraian. Butir soal disusun sesuai dengan materi pembelajaran, RPP, silabus, serta indikator pencapaian materi. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep. Adapun pedoman penskoran untuk tes pemahaman konsep terlampir.

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan membuat kisi-kisi soal, butir soal essay, dan kunci jawaban. Untuk mengetahui apakah butir soal telah memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk pengambilan data, maka harus memenuhi kriteria tes yang baik diantaranya:

1. Validitas Tes

Validitas isi diketahui dengan cara membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.

(28)

22 Validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Butir tes yang dinyatakan valid adalah yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru.

Hasil penilaian terhadap instrumen pada penelitian ini telah memenuhi validitas isi. (Lampiran B.1)

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas tes digunakan setelah instrumen tes dinyatakan valid. Dalam penelitian ini uji coba tes reliabilitas dilakukan pada kelas VIII F SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Setelah dilakukan uji coba tes reliabilitas, selanjutnya meng-analisis hasil tes untuk mengetahui keterandalannya.

Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2007: 109), yaitu:

N = banyaknya item tes yang digunakan dalam tes

(29)

23

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria indeks reliabilitas.

Menurut Arikunto (2007: 109) suatu tes dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya ≥ 0,70. Oleh karena itu, kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang memiliki indeks reliabilitas sama dengan atau lebih

besar dari 0,70 ( 11

r ≥ 0,70).

Berdasarkan analisis uji coba tes, diperoleh koefisien instrumen tes r11 = 0,73.

Maka instrumen tes pemahaman konsep matematis reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.1)

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data pemahaman konsep matematis dan pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian ini langkah-langkah untuk menganalisis data pemahaman konsep matematis dan pengujian hipotesis melalui beberapa tahapan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005: 273) rumusannya sebagai berikut:

a) Hipotesis

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal

(30)

24 b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan � = 5%

c) Statistik Uji

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan

d) Keputusan Uji

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Setelah dilakukan perhitungan uji normalitas terhadap data pemahaman konsep matematis diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.3. Hasil perhitungan uji normalitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.4 dan C.5)

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep

Berdasarkan Tabel 3.3 rangkuman hasil uji normalitas data pemahaman konsep

matematis di atas, dapat diketahui bahwa �ℎ� ��2 kelompok model pembelajaran

jigsaw dan konvensional < �2 . Berarti keputusan uji normalitas pada penelitian ini adalah terima H0 yang artinya data sampel berasal dari populasi

(31)

25

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelompok populasi yang diambil yaitu kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

�0 ∶ �1 2 =

�2 2

(kelompok populasi mempunyai varians yang sama)

�1 ∶ �1 2

≠ �2 2

(kelompok populasi mempunyai varians yang tidak sama) Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F.

Rumus Uji F yaitu : � = � � � �

Setelah dilakukan perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematis diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.4. Hasil perhitungan uji homogenitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.6)

(32)

26 Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional memiliki �ℎ� �� < � yang berarti

(33)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu siswa untuk lebih antusias serta bertanggung jawab dalam belajar sehingga membantu siswa untuk menyerap materi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang diperoleh kesim-pulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelaja-ran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh positif terhadap pemaha-man konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, khususnya pokok bahasan bangun datar segi empat.

(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/Kep?/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. [on line]. Tersedia: http://jcblogindah.blogspot.com/2012_05_01_archive.html. (tanggal 22 Maret 2013)

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi pembelajaran/. (tanggal 24 Pebruari 2013)

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Permendiknas. 2006. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah. [on line].

Tersedia:http://matematikalujeng.blogspot.com/2013/02/tujuan-pembelajaran-matematika-sekolah.html. (tanggal 24 Pebruari 2013) Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(36)

36

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Nilai Rata-rata Semester Ganjil Kelas VII

Referensi

Dokumen terkait

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan memahami seni desain web sebagai sarana informasi digital, keterampilan teknis me-layout serta memberikan kemampuan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menentukan komponen fitokimia daun cengkeh dan ekstraknya, (2) menentukan jenis pelarut ekstraksi yang dapat menghasilkan ekstrak daun

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan metode mendongeng dengan media scrabble dapat me- ningkatkan keterampilan menulis siswa kelas I

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

(3) To find out whether or not learning motivation and vocabulary knowledge simultaneously has a positive correlation with students’ reading competence of the

Hasil uji korelasi rank Spearman menggambarkan bahwa secara umum aktivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh kepala seksi dan juga staf memiliki hubungan dalam tingkatan