• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN TUNAI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN TUNAI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN TUNAI

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI)

Oleh

LIZA KUMALA ELISSYA

Kebijakan dividen merupakan panduan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menentukan jumlah uang yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Insider Ownership, Leverage yang diukur dengan Debt to Equity (DER), dan Profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) terhadap Kebijakan Dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR).

Penelitian ini menggunakan 10 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, yang membayarkan dividen tunai berturut-turut selama periode pengamatan tahun 2007-2011. Dengan melakukan rancangan penelitian yaitu dengan menggunakan metode kuantitatif berupa uji regresi linear berganda dengan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Variabel Insider Ownership tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), dan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pasar modal merupakan tempat bagi para investor untuk melakukan aktifitas investasi, salah satu produk investasi yang ada di pasar modal adalah investasi saham. Investor akan menginvestasikan dananya ke suatu perusahaan (saham) akan dihadapkan dengan return investasi dalam bentuk dividen dan capital gain. Capital Gain merupakan keuntungan modal yang diperoleh dari selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan dividen adalah porsi laba bersih yang dibagikan

perusahaan kepada para pemegang saham. Besarnya jumlah dividen yang dibagikan tergantung pada besarnya laba yang diperoleh dan kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan.

(3)

2 Dividen merupakan informasi yang memberikan sinyal kepada investor di pasar modal. Dividen yang dibayarkan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan prospek yang baik dimasa yang akan datang. Lintner (1956) seperti dikutip Heti (2006) perusahaan-perusahaan berusaha mempertahankan tingkat dividen yang dibayarkan karena penurunan dividen akan memberikan sinyal negatif (perusahaan membutuhkan dana).

Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi kemungkinan juga memiliki fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi. Hal ini akan memberikan sinyal yang tidak baik, khususnya juga dividen turun. Untuk menghindari hal tersebut perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba tinggi (beresiko tinggi) biasanya cenderung

membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen apabila laba perusahaan turun (Hartono, 2003).

Kebijakan dividen berkaitan juga dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer dapat berbeda dan mungkin bisa menimbulkankan konflik, pihak manajer menghendaki pembagian dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana untuk mendanai

(4)

3 Perusahaan didirikan dengan tujuan salah satunya untuk memaksimalkan

kesejahteraan pemegang saham. Akan tetapi pada kenyataannya masalah keagenan dapat terjadi pada saat tujuan tersebut diimplementasikan. Masalah keagenan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Demsey & Laber (1992) seperti dikutip Setiawati (2012), masalah keagenan banyak dipengaruhi oleh insider ownership, yakni pemilik perusahaan sekaligus menjadi pengelola perusahaan. Semakin besar insider ownership maka perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan semakin kecil, pihak manajemen akan bertindak lebih berhati-hati. Karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan yang mereka buat. Adanya kepemilikan saham oleh manajer akan

memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan dapat menurunkan biaya.

(5)

4 Selain insider ownership dan leverage faktor lain yang juga mempengaruhi rasio pembayaran dividen tunai adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan atau laba bersih yang berhasil diperoleh selama masa operasional perusahaan. Sebagian dari keuntungan bersih tersebut akan dibagikan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. Perusahaan akan membagikan dividen tunai jika perusahaan tersebut memperoleh keuntungan bersih setelah dipenuhi kewajiban utamanya yaitu membayar beban bunga dan pajak. Hal tersebut mengakibatkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai (Prihantoro, 2003 dalam Sariwati, 2011).

Pembayaran dividen terhadap pemegang saham tergantung atas jumlah laba yang dilaporkan atau jumlah laba yang ditahan. ketersediaan dana untuk melakukan pembayaran dividen, dan deklarasi dividen oleh pemegang saham (Sutrisno, 2001). Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividen tunai telah banyak dilakukan, seperti pada penelitian Sariwati (2011) yang menguji insider ownership, free cash flow, dan profitabilitas terhadap dividen payout ratio (DPR), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insider ownership dalam

perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap DPR.

(6)

5 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang dividen yang diberi judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN TUNAI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor berikut : Insider Ownership, Laverage dan Profitability mempengaruhi kebijakan dividen kas?”

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan memberikan hasil yang baik, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Kebijakan dividen yang diteliti adalah terbatas pada kebijakan dividen tunai 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dalam penelitian ini yaitu

insider ownership, leverage, dan profitability.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(7)

6 2. Mengetahui dari faktor-faktor berikut insider ownership, leverage, dan

profitability, manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap kebijakan dividen tunai.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi

Dihrapakan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan akademisi dan pihak yang tertarik terhadap kebijakan dividen tunai.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi untuk membantu manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan terhadap jumlah pembagian dividen tunai. 3. Bagi Investor

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing (Sartono, 2001 dalam Setiawati, 2012).

Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk

(9)

2.2 Pengertian Dividen

Dividen merupakan proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah yang diperoleh sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Nilai dan waktu pembayaran dividen ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan nilai yang dibagikan berkisar antara nol hingga berkisar sebesar laba bersih tahun berjalan atau tahun lalu (Aribowo, 2007).

2.2.1 Macam-macam Dividen

Bentuk-bentuk dividen yang dibagikan perusahaan yaitu : 1. Dividen Tunai

Dividen yang paling umum sering dibagikan dalam bentuk kas. Bagi pimpinan perusahaan yang akan membagikan dividen dalam bentuk ini harus

mempertimbangkan ketersediaan kas sebelum membuat pengumuman adanya dividen tunai, apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

2. Dividen Asset Selain Kas (property dividend)

(10)

property dividend akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aset yang dibagikan.

3. Dividen Utang (Scrip Dividend)

Dividen utang (Scrip Dividend) timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya tidak mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividend yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

4. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca laporkan sebagai pengurang modal saham. Apabila perusahaan membagikan dividen likuidasi, pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan

pengembalian modal.

5. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.3 Kebijakan Dividen

2.3.1 Teori Kebijakan Dividen

(11)

1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen)

Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.

2. The Bird in Hand Theory

Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner (1992) yang berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain.

3. Tax Pteferance Theory

(12)

Selain teory diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012) :

1. Information Content or Signaling Hypothesis

Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan nirmal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan norma diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.

2. Clientele Effect

Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

2.3.2 faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

(13)

a. Posisi Likuiditas Perusahaan

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin kuat posisi likuiditas

perusahan berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Suatu perusahan yang sedang tumbuh secara rendabel (perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja sehingga kemampuannya untuk membayarkan dividen pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebubutuhan dananya.

b. Kebutuhan Untuk Membayar Hutang

Perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih dahulu bagaimana cara untuk membayar kembali hutang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan dari sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dapat dibayarakan sebagai dividen.

c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

(14)

tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya dari pada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana lainnya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividen payout ratio yang tinggi.

d. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansi dengan dana yang berasal dari intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari utang akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan kepada pembelajaran intern dalam rangka untuk mempertahankan kontrol terhadap perusahaan berarti mengurangi “dividen payout ratio”.

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen : (Sutrisno, 2001)

(1) Kebutuhan Dana Perusahaan

(15)

diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)

pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.

(2) Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

(3) Kemampuan Meminjam

Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

(4) Keadaan Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividen payout ratio yang rendah. Dengan dividend payou ratiot yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah

(16)

Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

(5) Stabilitas Dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh koefisien arah positif. Bagi

investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.

2.4 Pola Pembayaran Dividen Tunai

Menurut Sutrisno (2001) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara lain :

1. Kebijakan Dividen yang Stabil

(17)

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu.

Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan mengharapkan dividen ekstra ini.

3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan

Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.

4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan posisi dan kebijkan finansial perusahaan tiap bulan.

2.5 Syarat Pembayaran Dividen

Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan utama yang harus dipenuhi, yaitu :

(18)

Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara yang berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada menekankan pada solven atau tidaknya suatu perusahaan sebelum perusaah mengadakan

pembagian dividen dan ada yang menekankan bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto, bahkan ada yang menggunakan kombinasi keduanya.

2. Kondisi Keuangan

Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih daripada legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada kondisi ekonomi tertentu, terutama likuiditas. Jadi, sebelum dividen diumumkan manajemen harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen dividen.

2.6 Kendala Pembagian Dividen

Kendala-kendala dalam pembagian dividen : 1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang

Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit sering kali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang tidak dapat dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga dan rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan.

(19)

Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca.

Pembatasan ini disebut impairment of capital rule, dirancang untuk melindungi kreditur. Tanpa peraturan tersebut, suatu perusahaan yang tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri persoalannya.

3. Ketersediaan Dana

Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai. Jadi, kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal ini biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh pinjaman.

4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar

Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk

menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar.

2.7 Penelitian Terdahulu

(20)

Tabel 1 Penelitian terdahulu

No Peneliti Sampel Hasil Penelitian

1 Andriyani (2008)

21 perusahaan Penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel debt to equity ratio negatif dan insider ownership berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR).

2 Khasanah (2009)

11 perusahaan Penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa

variabel Profitabilitas dengan return on equity sebagai ukurannya menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel yang lainnya tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen

3 Sariwati (2011)

(21)

4 Dewi (2011)

11 perusahaan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hanya variabel leverage dan ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan variabel insider ownership, free cash flow dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijkan dividen kas.

2.8 Kerangka Penelitian dan Perumusan Hipotesis

Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian yaitu : Gambar 1. Rerangka Pemikiran

H1 H2 H3

2.8.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen

Di dalam perusahaan terdapat kepemilikan orang dalam perusahaan yang terlibat secara langsung dengan informasi perusahaan dan disebut dengan Insider

Ownership, yaitu pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan yang

Insider Ownership

Laverage

Profitability

(22)

mempunyai akses langsung terhadap informasi di dalam perusahaan. Insider

ownership biasanya dinyatakan sebagai persentase saham perusahaan yang beredar yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan yaitu; manajer, komisaris dan direksi (Yuniningsih,2008 dalam Sariwati, 2011).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Demsey dan Laber (1992) seperti dikutip Heti (2006) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring

perusahaan yang berarti perusahaan cenderung membayar dividen tinggi jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi dimasa depan yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen.

Hasil penelitian Sariwati (2011) menunjukkan variabel insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR), sedangkan Heti (2006) hasil penelitiannya menunjukan bahwa insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan hipotesis untuk Ha1 adalah sebagai berikut :

Ha1 : Insider Ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen tunai

2.8.2 Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen

(23)

konflik keagenan. Hal ini akan mempengaruhi manajemen dalam mengambil keputusan seberapa besar nilai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Dwi (2012) menyatakan bahwa perusahaan dengan hutang yang tinggi cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang lebih rendah. Ada beberapa alasan untuk itu yang pertama yaitu hutang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, hal ini disebabkan karena perusahaan membiayai kegiatan bisnisnya melalui hutang sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kedua, pada beberapa perjanjian hutang berlaku

pembatasan dalam pembagian dividen oleh pihak kreditur.

Pada tingkat penggunaan utang yang tinggi perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah, dengan keputusan ini perusahaan memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan penutupan utang. Dengan dugaan ini terdapat pengaruh nagatif dari leverage terhadap kebijakan dividen. Kemampuan perusahaan didalam membayar utang yang didanai oleh modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio, dimana DER merupakan bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Riyanto, 1995 dalam Jannati, 2010). Semakin tinggi DER dimungkinkan perusahaan akan menurunkan jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.

Dewi (2011) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel leverage yang

(24)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan hipotesis untuk Ha2 adalah sebagai berikut :

Ha2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Tunai

2.8.3 Pengaruh Profitability terhadap Kebijakan Dividen

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Investor melakukan investasi dengan tujuan mendapatkan return yang diharapkan untuk itu investor akan melihat tingkat pertumbuhan investasi yang dilakukannya. Return on equity menjadi ukuran untuk melihat hasil dari investasi yang dilakukan perusahaan. Pemegang saham akan mempertimbangkan berapa persen dari hasil yang diperoleh itu akan ditanamkan kembali ke perusahaan. Return on equity (ROE) sebagai ukuran profitabilitas dalam penelitian ini.

Penelitian sebelumnya, Sariwati (2011) menyimpulkan profitabilitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, penelitian Khasanah (2009) menghasilkan kesimpulan berbeda bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan hipotesis untuk Ha3 adalah sebagai berikut :

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2007-2011. Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode penyampelan besaran (purposive sampling method) yang informasinya dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel berdasarkan metode purposive sampling yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian melakukan pembayaran dividen tunai setiap periode pengamatan yaitu periode 2007-2011. 2. Perusahaan manufaktur tersebut selalu menyajikan laporan keuangan setiap

periode pengamatan yaitu periode 2007-2011 dan memiliki data yang

dibutuhkan penulis dalam penelitan ini yaitu insider ownership, leverage dan profitabilitas.

(26)

Tabel 2. Sampel Penelitian

Daftar nama perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian

No. Nama Perusahaan kode

1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

2. PT. Tunas Baru Lampung Tbk TBLA

3. PT. AKR CorporindoTbk AKRA

4. PT. LautanLuasTbk LTLS

5. PT. Lionmesh Prima Tbk LMSH

6. PT. Lion Metal Works Tbk LION

7 PT. Metrodata Electronics Tbk MTDL 8 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF

9 PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC

10 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID

Sumber : www.idx.co.id

3.2 Data dan Sumber Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu data yang menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data historis perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek

(27)

3.3 Operasional Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR). Dividend payout ratio merupakan persentase dari jumlah pendapatan yang diporoleh dan didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003 dalam Sariwati, 2011), yang dapat diukur dengan rumus:

DPR = dividen tunai per lembar saham

Laba bersih per lembar saham

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Insider Ownership, Leverage dan Profitability.

1. Insider Ownership

Insider ownership adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang terdiri dari manager, direktur, komisaris. Insider ownership berupa persentase dari kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Keown, 2008) :

(28)

2. Leverage

Leverage yang diukur dengan Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. Semakin rendah debt to equity ratio dan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar porsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kewajibannya. Debt to equity ratio

dihitung dengan membagi total utang dan total ekuitas perusahaan (Harahap, 2007).

DER = Total Utang Total Ekuitas

3. Profitability

Tingkat profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Profitabilitas

menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. (Harahap, 2007)

ROE =

Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas

3.4 Alat Analisis

(29)

Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y : dividend payout ratio a : konstanta

b : koefisien regresi X1 : insider ownership X2 : leverage

X3 : profitabiliy e : error

3.5 Uji Asumsi Klasik

Penelitian dengan menggunakan model analisis regresi membutuhkan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan bebas dari adanya gejala heteroksidasitas,

multikolinearitas, dan autokorelasi. Pengjian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Uji Asumsi Normalitas

(30)

Standardize residual. Normalitas ini dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Selain itu, uji statistic terhadap normalitas juga dapat dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S).

3.5.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi linier ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel

pengganggu periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic. Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin Watson dari hasil estimasi. Berikut ini yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2009)

Tabel 3. Klasifikasi nilai d

Nilai d Keterangan

(31)

3.5.3 Uji Multikolonearitas

Uji multikolonearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonearitas di dalam regresi sebagai berikut :

 Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan

mempengaruhi variabel terikat.

 Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonearitas.

 Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum dilakukan dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.5.4 Uji Heteroskedastisitas

(32)

a. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heterokskedastisitas.

b. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.6 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Pengujian terhadap signifikan koefisien regresi adalah dengan menggunakan nilai probabilitas (p-value) dibandingkan dengan tingkat signifikan (α) yang berarti bahwa resiko tingkat kesalahan dalam pengujian ini α = 5% dengan keputusan sebagai berikut:

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa insider ownership tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tunai.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen tunai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk

struktur modal perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.

(34)

Penelitian ini memiliki keterbatasan dari hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tunai dalam penelitian ini hanya 3 variabel yaitu : insider ownership, leverage, dan profitability.

Sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen.

2. Adanya keterbatasan data pada sampel penelitian yang digunakan, hanya perusahaan yang terdaftar di BEI selama lima tahun berturut-turut. Sehingga sampel yang didapat jumlahnya masih sedikit dan kurang menggambarkan perusahaan secara keseluruhan.

5.3 Saran

Mendasar dari keterbatasan diatas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu :

1. Diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya untuk menambah variabel yang digunakan, mengingat masih banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi kebijakan dividen.

(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, Taufik. 2007. Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman

Pembayaran Dividen. Sripsi Dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia.

Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Invesment Opportunity Set (IOS) dan Profitability Terhadap Kebijakan Dividen. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro

Dewi, Putri. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Kas. 2011. Skripsi. Universitas Lampung

Dwi, Habib. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Skripsi Dipublikasikan. Universitar Diponegoro. Semarang

Ghozali. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Harahap, S.S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Hartono, J. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yokyakarta: BPFE.

Heti, Christina. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership, Dispersion of Ownership, dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi Dipublikasikan. Universitas Indonesia.

(37)

Khasanah, Uswatun. 2009. Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas dan Ukuran PerusahaanTerhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio.Skripsi

Dipublikasikan. Universitas Islam Negeri. Yogyakarta

Nugroho. 2004. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Terhadap Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Sariwati, Ina. 2011. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Dividen Payot Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas STIE Perbanas. Surabaya.

Setiawati. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010. Skripsi Universitas Hassanudin Makasar.

Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia. TEMA Vol.2 No.1 Maret 2001.

Wahana Komputer. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Penerbit Andi

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx

Gambar

Tabel 1
Gambar 1. Rerangka Pemikiran
Tabel 2. Sampel Penelitian
Tabel 3. Klasifikasi nilai d

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan program SPSS for window versi 16.0, maka dapat diketahui reliabilitas instrumen angket pendidikan seks.Setelah dilakukan pengujian reliabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi teripang Holothuria edulis yang diperoleh dari teluk Manado

6 Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan proses- proses tersebut, dipilih proses yang ketiga, yaitu oksidasi propionaldehid karena memerlukan kondisi operasi

Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan

Satu enzim yang masih ada dan terdapat sebelum pembekuan pada ikan dapat meneruskan pembentukan histamin di dalam daging ikan sel bakteri dalam keadaan injury selama

Perbedaan (selisih) land rent ( sewa lahan dan pendapatan) antara lahan HKR dan berbagai pola konversi penggunaan lahan menunjukkan besarnya nilai kesempatan atau

219 yang dibuat dihadapan Notaris Bambang Suwondo, S.H., Notaris di Tangerang, Banten tanggal 16 September 2009, PT Jaya Gardenpolis, perusahaan anak, memperoleh fasilitas