ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1
Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan
Tubuh Manusia)
Oleh
SARVIA TRISNIATI
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah menunjukkan bahwa
kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu
kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil
belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok
non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA3 dan XI IPA2 yang dipilih
secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berupa rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa yang diperoleh dari hasil
observasi pada tiap pertemuan kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif
iii
Pertahanan Tubuh kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji-t dan
uji U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dengan rata-rata berkriteria baik yaitu
75,00. Siswa menunjukkan tingkat kontribusi dengan kriteria “cukup” (67,58 ± 0,00)
dengan ikut menyampaikan pendapatnya ketika proses diskusi. Siswa menunjukkan
kemampuan pemecahan masalah (problem solving) berkriteria “cukup” (68,37 ± 1,66) dengan berusaha aktif mencari solusi untuki setiap masalah dalam proses
diskusi. Siswa menunjukkan sikap (attitude) dengan kriteria “baik” (83,60 ± 4,42) dengan tidak memberikan kritik yang negatif terhadap pendapat yang disampaikan
oleh anggota yang lain. Siswa menunjukkan tingkat fokus pada tugas (focus on the task) dengan kriteria “baik” (81,84 ± 0,28) sehingga siswa dapat memahami tugas yang diberikan. Siswa menunjukkan kemampuan bekerja dengan yang lain (working with others) dengan kriteria “cukup” (73,64 ± 1,38) dengan mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anggota lain serta tidak mengambil alih proses diskusi.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai N-gain (60,43± 14,57) dengan kriteria sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama
dan hasil belajar siswa pada materi Sistem Pertahanan Tubuh Manusia.
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Manusia)
Oleh
SARVIA TRISNIATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalirejo, Lampung Tengah pada 30
Oktober 1992. Penulis adalah putri kelima dari lima
bersaudara pasangan Surip Udi Winarno dengan Sartinem.
Penulis beralamat di desa Sinarsari, Kecamatan Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah. Penulis memiliki nomor handphone 085758929792,
dan email sarvia_trisniati@yahoo.com.
Pendidikan yang penulis tempuh adalah SD Negeri 1 Sinarsari (1998-2004), SMP
Negeri 1 Kalirejo (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Kalirejo (2007-2010). Pada Juli
2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui
jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Udik, Kecamatan Tulang
Bawang Udik dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karta, Kecamatan Tulang
Bawang Udik, Tulang Bawang Barat, serta penelitian pendidikan di SMA Negeri
1 Bangunrejo untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada tahun
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibu (Sartinem) dan ayah (Surip udi Winarno) tercinta, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala
langkahku menuju keberhasilan dan kebahagian.
Kakak- kakakku (Supriyanto, Saryanti, Sarmiyatun, dan Sarwati Ningsih) tersayang, yang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku.
Oppa, yang senantiasa memberikan dukungan dan selalu menemaniku ketika aku dalam kesulitan.
----
Moto
----
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia mengubah keadaan yang ada pada dirinya ”
___Allah SWT. (Q.S Ar-rad:11)___
“ Todo es facil si sabes como hacerlo
(Everything is easy if you know how to do it).” ___Jorge Lorenzo___
“Rencana Allah itu lebih baik dari rencana mu, jadi tetaplah berjuang dan berdoa, hingga kau kan menemukan bahwa ternyata memang Allah memberikan yang terbaik untukmu”
___Muhammad Agus___
“Jangan pernah iri dengan kesuksesan orang lain, just do your best, “believe” rezeki tidak akan pernah tertukar.”
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL
BELAJAR PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH
MANUSIA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bangunrejo
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem
Pertahanan Tubuh)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,
Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan
xii
6. Syarief Hamka, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Bangunrejo dan
Muharom, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan
selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA
Negeri 1 Bangunrejo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
8. Partner terbaik Dira Tiara, terima kasih untuk kebersamaan, semangat yang
diberikan, dan segala bantuan yang telah diberikan;
9. Sahabat-sahabatku Mila Vanalita, Eli Komariah, mbak Sefty Goestira,
Marettha Ania, Rahma Nurul, Destya Norrahmah, dan Rika Purwanti, terima
kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat
ini;
10.Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010), kakak
tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA dan teman- teman KKN dan PPL
terima kasih atas persahabatan yang kalian berikan;
11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar Lampung, November 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir ... 6
G. Hipotesis Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9
B. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 11
C. Hasil Belajar Kognitif ... 17
D. Kemampuan Kerjasama ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur penelitian ... 26
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 36
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53
xvi
1. Silabus ... 59
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63
3. Lembar Kerja Siswa ... 73
4. Soal Pretest dan Posttest ... 130
5. Lembar Observasi ... 138
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Kriteria poin peningkatan kelompok ... 15
2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa ... 34
3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa ... 35
4. Kriteria peningkatan N-gain... ... 36
5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa ... 40
6. Kemampuan kerjasama siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 41
7. Hasil uji statistik nilai pretest, posttest dan N-gain Hasil Belajar siswa ... ... 42
8. Hasil uji statistik rata-rata N-gain indikator hasil belajar kognitif (C2, C3, dan C4) pada siswa... ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat ... 8
2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli ... 14 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen. ... 26
4. Jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS kelas Jigsaw
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tercermin
berdasarkan hasil Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diikuti siswa SMA/MA. Hasil OSN Bandung misalnya pada tahun 2013, siswa dengan
peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 60 lebih rendah
dibandingkan nilai untuk siswa peringkat pertama mata pelajaran lain
misalnya kimia yang memperoleh nilai 70 (Suratman, 2013: 4). Hal yang
sama juga terjadi pada hasil OSN pontianak tahun 2014, siswa dengan
peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 50. Hal ini lebih kecil
dibandingkan nilai peringkat pertama untuk mata pelajaran kimia yang
memperoleh nilai 93 (Nazaruddin, 2014: 9). Hal ini menunjukkan masih
rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa.
Sementara kualitas pembelajaran yang rendah salah satunya disebabkan oleh
metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kebanyakan guru menggunakan
metode pembelajaran dengan satu cara, yaitu dengan ceramah (Prima, 2013:
1). Dalam sisi lain, metode ceramah memiliki kekurangan diantaranya
auditori, bila terlalu lama pembelajaran akan membosankan, susah untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan,
dan metode ceramah membuat siswa bersikap pasif (Sanjaya, 2012: 1). Sikap
pasif siswa dalam pembelajaran tentu berdampak pada rendahnya kemampuan
kerjasama siswa.
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa juga terjadi di SMA
Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah yang diketahui berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan guru biologi kelas XI SMA Negeri 1
Bangunrejo tahun ajaran 2012/2013 sekitar 39% siswa memperoleh hasil
belajar kognitif pada materi sistem pertahanan tubuh manusia yang masih di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 73 dengan
rata- rata nilai ulangan harian 69.
Kurangnya kerjasama antar siswa SMA Negeri 1 Bangunrejo tercermin ketika
proses diskusi berlangsung. Pada proses diskusi semua anggota belum terlibat
secara aktif. Siswa yang pandai masih mendominasi proses diskusi.
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa dikarenakan proses
pembelajaran yang belum optimal karena guru masih menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Penggunaan metode ceramah akan membuat siswa
bersikap pasif karena siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi
yang diberikan oleh guru. Metode diskusi yang digunakan pun belum dapat
sepenuhnya mengembangkan kemampuan kerjasama dikarenakan saat proses
diskusi hanya beberapa anggota yang terlibat aktif dalam diskusi. Akibatnya
sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi
tersebut. Hal ini penting untuk dicarikan solusinya agar memperbaiki kualitas
pembelajaran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai hasil
dari meningkatnya kualitas pemahaman dan kemampuan siswa.
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan mengembangkan kemampuan kerjasama siswa adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Lie (2008: 27) menjelaskan bahwa
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model
pembelajaran tipe Jigsaw ini lebih menekankan pada pentingnya interaksi dan kerjasama dalam suatu tim. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk
mempelajari salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam
kelompok akan bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh
karena itu, menjadi penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama.
Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Menurut Hamalik
(2002: 172) kemampuan kerjasama dalam proses belajar merupakan salah satu
faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran
siswa.
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alsa (2010: 171)
menyebutkan bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan kerjasama kelompok. Hasil analisis Alsa menunjukkan bahwa
kerjasama kelompok. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ristiani (2011: 51) diketahui bahwa rata-rata N-gain siswa kelas eksperimen (pembelajaran dengan model Jigsaw) lebih tinggi dibandingkan rata-rata
N-gain kelas kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi). Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran Jigsaw efektif terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa. Merujuk pada penelitian terdahulu tersebut, terlihat
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan
Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Pertahanan
Tubuh Manusia (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2013/2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap kemampuan kerjasama siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama siswa.
2. Pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti
sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang
dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Bagi guru, dapat menjadi alternatif untuk menggunakan model Jigsaw lagi sehingga dapat mengembangkan kemampuan kerjasama siswa dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan
siswa dalam bekerjasama.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
kelompok asal; (2) memberi tugas kepada masing- masing anggota untuk
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran; (3) membentuk
kelompok ahli; (4) diskusi kelompok ahli; (5) dikusi kelompok asal; (6)
penyajian hasil diskusi kelompo; (7) kuis secara individual (dimodifikasi
dari Amri dan Ahmadi, 2010: 96-97).
2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh
berdasarkan nilai pretes dan postes.
3. Kemampuan kerjasama yang diamati dalam penelitian mencakup lima
indikator, yaitu: (1) Contributions (Berkontribusi dalam tim), (2)
Problem solving (Penyelesaian masalah), (3) Attitude (Sikap), (4) Focus on the task (Fokus pada tugas), dan (5) Working with others (Bekerja dengan yang lain). Kemampuan kerjasama ini diukur melalui observasi
saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 semester
genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2013/2014.
5. Materi pokok yang diteliti adalah Sistem Pertahanan Tubuh Manusia
dengan kompetensi dasar “Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit”
F. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran adalah proses pendidikan yang terjalin di antara guru dan
siswa. Guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran yang bermakna
meningkatkan hasil belajar dan juga dapat mengukur kemampuan siswa
misalnya kemampuan kerjasama yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki konsep untuk
mengembangkan kemampuan siswa yang berbeda. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa yang akan diukur.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa. Jigsaw menggunakan konsep diskusi kelompok, setiap anggota kelompok akan selalu terlibat dalam
diskusi dan akan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Model
Jigsaw menuntut tim ahli menguasai materi yang ditugaskan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari diskusi tersebut.
Kerjasama antar individu sangat diperlukan dikarenakan akan menentukan
keberhasilan kelompok, dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa 100% .
Dengan tercapainya seluruh tujuan pembelajaran berarti proses pembelajaran
sudah efektif.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan menggunakan dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian untuk mengetahui hasil belajar kognitif dan kemampuan kerjasama
Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram
berikut:
Keterangan: X= Model pembelajaran tipe Jigsaw; Y1 = hasil belajar siswa;
Y2 = kemampuan kerjasama siswa.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa.
2. Ho = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok sistem pertahanan tubuh manusia.
H1 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem
pertahanan tubuh manusia.
X
Y1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. Isjoni (2010: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Menurut Slavin
(dalam Isjoni, 2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Isjoni (2010:21)
tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah:
Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman- temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Sebuah pembelajaran kooperatif dalam kelas mengharuskan kelompok siswa
berusaha untuk mencapai tujuan bersama di mana semua anggota kelompok
bertanggung jawab satu sama lain. Ada banyak pendekatan untuk
pembelajaran kooperatif. Sebuah pendekatan yang sangat mudah dan alami
mereka untuk berkolaborasi bersama-sama pada suatu tugas, selanjutnya
mereka menyerahkan laporan. Hal ini disebut pendekatan ' belajar bersama '.
Sebuah pendekatan yang lebih formal untuk membagi kelas menjadi
beberapa kelompok, dan memberikan tanggung jawab kepada setiap anggota
kelompok untuk mempelajari bagian dari topik, mengajarkan bagiannya
kepada anggota kelompok yang lain, dan juga belajar dari mereka (Biggs dan
Watkins, 1995: 36-37).
Selain itu, pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2010: 56) muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Jadi, menurutnya hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Selanjutnya Arends (dalam Trianto 2010: 65-66), berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.
Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang efektif untuk melatih siswa belajar dan bekerja dalam
mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil
yang optimal dalam belajar.
B. Model Pembelajaran Jigsaw
Dalam model Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas
salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang
diberikan pada setiap kelompok ini, masing- masing anggota harus
mempelajari bagian- bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Setelah
mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing- masing, setiap
anggota yang mempelajari bagian- bagian ini berkumpul dengan anggota-
anggota dari kelompok- kelompok lain yang juga menerima bagian- bagian
materi yang sama. Jadi, dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok
ahli”. Setelah masing- masing anggota menjelaskan bagiannya masing-
masing kepada teman- teman satu kelompoknya, mereka bersiap untuk diuji
secara individu (biasanya dengan kuis). Skor yang diperoleh setiap anggota
dari hasil ujian/ kuis individu ini akan menentukan skor yang diperoleh
kelompok mereka (Huda, 2013: 120-122).
Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Aronson di AS memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kerukunan etnis, kelas ras campuran di Texas. Dengan
demikian, ia tampaknya telah mengembangkan suatu pendekatan yang juga
kelompok-kelompok. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk mempelajari
salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam kelompok akan
bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh karena itu, menjadi
penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama, tidak hanya
mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari, tetapi juga
memperluas pengetahuan satu sama lain dengan mengajukan pertanyaan dan
menawarkan saran. Tidak ada kompetisi tim atau hadiah. Pada akhir
pelajaran Jigsaw, setiap siswa diberikan kuis oleh guru (Biggs dan Watkins, 1995: 38).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan (Lie, 2008: 27).
Pada model pembelajaran tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim-tim ahli)
saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan
kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli (Amri dan
Ahmadi, 2010: 95).
Model Jigsaw memberikan siswa dengan kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam proses belajar. Jigsaw dapat meningkatkan efektivitas dengan meminta pertanggungjawaban kepada setiap individu untuk kinerja kelompok
(Lucas, dalam Maden, 2011: 913). Dalam teknik Jigsaw, siswa adalah peserta dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Pada awalnya, para siswa berkumpul di kelompok asal dan masing-masing
peserta dalam kelompok asal mempelajari bagian dari topik sebagai
"spesialis", dan mengajarkan untuk / nya teman-temannya pada saat yang
sama ( Doymus, Simsek, dan Bayrakceken, dalam Maden, 2011: 913).
Jigsaw, awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson di Austin, Texas. Jigsaw
dianggap efektif dalam meningkatkan hasil pendidikan yang positif. Setiap
anggota kelompok ditugaskan bagian materi yang berbeda. Kemudian semua
siswa dari kelompok yang berbeda dengan materi pembelajaran yang sama
berkumpul dan membentuk sebuah "kelompok ahli" untuk mendiskusikan
dan berkomunikasi satu sama lain sampai mereka menguasai semua materi.
materi kepada anggota lain dari kelompok mereka (Wang, dalam Mengduo
dan Xiaoling, 2010: 113-114).
Variasi lain dari teknik ini adalah bahwa siswa menyelesaikan "lembar ahli"
untuk dijelaskan kembali ke kelompok asal. Jigsaw dikatakan mampu meningkatkan belajar siswa karena kurang mengancam bagi banyak siswa,
meningkatkan jumlah partisipasi siswa di dalam kelas, mengurangi
kebutuhan akan daya saing, dan mengurangi dominansi guru dalam kelas."
Akibatnya, strategi Jigsaw berhasil dapat mengurangi keengganan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas dan membantu menciptakan
suasana aktif yang berpusat pada peserta didik. (Longman Dictionary, dalam
Mengduo dan Xiaoling, 2010: 114).
Hubungan yang terjadi antar kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
oleh Arrends dalam Ainy (2000: 15) sebagai berikut:
Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995: 30):
1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi
tersebut untuk mendapatkan informasi.
2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
3. Diskusi kelompok asal: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk
menjelaskan topik pada kelompoknya.
4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik
5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.
Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:
Jumlah poin peningkatan individu setiap kelompok
Pk =
Banyaknya anggota kelompok
Pk = Poin peningkatan kelompok
Tabel 1. Kriteria poin peningkatan kelompok
Peningkatan Penghargaan
Pk < 15
15≤ Pk <25
Pk ≥ 25
Good Team (Tim yang bagus)
Great Team (Tim yang hebat)
Super Team (Tim yang super)
Selain itu, Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam model
pembelajaran Jigsaw (Hanafiah dkk, 2010: 44) sebagai berikut: a. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
b. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ bab- bab
yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.
e. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkan.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi .
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhonson dan Jhonson (dalam
Rusman, 2012: 219) tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh positif
terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:
a. Meningkatkan hasil belajar.
b. Meningkatkan daya ingat.
c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi.
d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu).
e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen.
g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru.
h. Meningkatkan harga diri anak.
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif.
j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.
C. Hasil Belajar Kognitif
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan
(Hakim, 2008: 1). Sedangkan menurut Sudirman (1986: 20), belajar
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain
sebagainya.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat,
meskipun tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu
hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu
dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana
aktivitas siswa sebagai subjek belajar (Sudirman,1986: 49).
Menurut Nana Sudjana (2005: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses
pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan
belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada
individu setelah mengalami pembelajaran.
Dalam KTSP ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan
afektif. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek pengetahuan (kognitif)
dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100. Setiap
satuan pendidikan dapat menentukan KKM untuk setiap mata pelajaran yang
dilakukan oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Forum guru
menentukan KKM melalui analisis kriteria ketun-tasan belajar minimal pada
setiap kompetensi dasar (KD). Adapun penetapannya harus memperhatikan
tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai
oleh siswa, tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran (BNSP, 2006: 53).
Secara umum, ranah kognitif hasil belajar dapat diukur menggunakan tes
tertulis dan/atau tes lisan. Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif
mayoritas menggunakan tes tertulis. Proses tahapan mengkonstruksi tes
tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan
indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep,
revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes
tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan (Suryantini, 2011: 1).
Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal
dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal
dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan
jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.
Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di
dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28)
aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
D. Kemampuan Kerjasama
Kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).
Sedangkan menurut William Burton ada 2 jenis kerjasama kelompok:
1. Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah memiliki
langkah- langkah sebagai berikut: merasa ada/ timbul masalah, identifikasi
dan analisis masalah, diseminasi tugas, aktivitas kelompok, penyelidikan
oleh kelompok, dan konklusi.
2. Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan
berbagai pendapat.
Kemudian, agar kerja kelompok berjalan baik, perlu diperhatikan beberapa
prinsip berikut:
1. Peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana, masalah,
dan manfaat untuk mereka.
2. Setiap anggota memberikan masukan-kontribusi.
3. Setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok.
4. Dikembangkan peran serta dan kerjasama secara efektif.
5. Perlu dicapai prosedur yang demokratis dalam perencanaan, pelaksanaan,
penyelesaian, dan pembuatan keputusan.
6. Pemimpin kelompok perlu menciptakan suasana dimana setiap anggota
7. Gunakan evaluasi terhadap kemajuan kelompok dalam berbagai segi;
social, aktivitas, kepemimpinan, dan sebagainya.
8. Diusahakan menimbulkan perubahan konstruktif pada kelakuan seseorang.
9. Setiap anggota merasa puas dan aman dalam kelompok kelas.
Maka, pada setiap pengajaran, guru hendaknya menciptakan suasana sosial
yang membangkitkan kerja sama diantara peserta didik dalam menerima
pelajaran sehingga pengajaran terlaksana lebih efektif dan efisien (Rohani,
2004: 25-26).
Beberapa siswa dalam menyelesaikan tugas mungkin merasa dieksploitasi dan
bahkan mereka harus bekerja lebih keras karena anggota tim lainnya kurang
berkontribusi dalam kerjasama kelompok. Perilaku yang tidak memenuhi
norma dalam kerjasama tim diantaranya tidak mendengarkan orang lain dan
tidak mendamaikan ide-ide dan pendapat yang berbeda, mendominasi diskusi
tim, dan menekan orang lain untuk menerima perspektif mereka. Kebutuhan
untuk mendidik siswa sebagai norma-norma tim yang dibutuhkan adalah salah
satu kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
terlibat dalam kerja sama tim (Arabella, 2007: 61).
Tempone dan Martin (dalam Arabella, 2007: 61) mengidentifikasi perpecahan
yang ada dalam persepsi kerja tim oleh siswa. Ketika siswa ditugaskan dalam
tim untuk menyelesaikan tugas mereka, peran tim dapat dibagi menjadi dua
kategori besar: dalam kategori pertama siswa melihat tim sebagai sarana agar
kedua memandang tim sebagai sarana untuk memajukan pengetahuan individu
dan kolektif mereka.
Teamwork didefinisikan oleh Scarnati (2001: 5) "sebagai suatu proses kerja
sama yang memungkinkan orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa".
Harris dan Harris (1996: 23) juga menjelaskan bahwa tim memiliki tujuan
bersama atau tujuan di mana anggota tim dapat mengembangkan hubungan
timbal balik untuk mencapai tujuan tim. Individu yang bekerja bersama dalam
lingkungan kooperatif untuk mencapai tujuan tim bersama melalui berbagi
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu elemen
penting dari sebuah tim adalah fokusnya menuju tujuan bersama dan tujuan
yang jelas (Fisher, Hunter, dan Macrosson, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).
Kerja sama tim yang sukses bergantung pada sinergisme yang ada antara
semua anggota tim yang menciptakan lingkungan agar semua anggota bersedia
untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam rangka memelihara lingkungan
tim yang efektif. Anggota tim harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja kooperatif agar tujuan dapat dicapai melalui kolaborasi dan
saling ketergantungan sosial ketimbang individual atau tujuan kompetitif (Luca
dan Tarricone, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).
Penelitian telah memberikan sejumlah atribut yang diperlukan untuk sukses
dalam kerja sama tim. Berikut ini ringkasan literatur tentang atribut sukses
yang diperlukan untuk kerja sama tim yang efektif sebagai berikut (Pina dan
a. Komitmen terhadap keberhasilan tim dan tujuan bersama
Anggota tim berkomitmen untuk keberhasilan tim dan tujuan bersama
mereka untuk proyek tersebut. Tim sukses termotivasi, terlibat dan
bertujuan untuk mencapai pada tingkat tertinggi.
b. Interdependensi
Anggota tim perlu menciptakan suatu lingkungan agar mereka
bersama-sama dapat memberikan kontribusi jauh lebih banyak daripada sebagai
individu. Sebuah tim saling tergantung positif yang memungkinkan tim
untuk mencapai tujuan mereka pada tingkat jauh lebih unggul. Individu
mempromosikan dan mendorong anggota tim mereka sesama untuk
mencapai, berkontribusi, dan belajar.
c. Keterampilan Interpersonal
Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk membahas permasalahan
secara terbuka dengan anggota tim, jujur, dapat dipercaya, mendukung dan
menunjukkan rasa hormat dan komitmen terhadap tim dan kepada individu
tersebut. Membina lingkungan kerja yang peduli termasuk kemampuan
untuk bekerja secara efektif dengan anggota tim lainnya.
d. Komunikasi Terbuka dan umpan balik positif
Aktif mendengarkan dan menghargai kontribusi anggota tim akan
membantu menciptakan lingkungan kerja yang efektif. Anggota tim harus
bersedia untuk memberi dan menerima kritik konstruktif dan memberikan
e. Komposisi tim yang tepat sangat penting dalam pembentukan tim sukses
Tim anggota harus sepenuhnya menyadari peran tim mereka spesifik dan
memahami apa yang diharapkan dari mereka dalam hal kontribusi mereka
terhadap tim.
f. Komitmen untuk tim meliputi proses, kepemimpinan dan akuntabilitas
Anggota tim harus bertanggungjawab atas kontribusi mereka terhadap tim.
Mereka perlu menyadari proses tim, praktek terbaik dan ide-ide baru.
Kepemimpinan yang efektif sangat penting untuk keberhasilan tim
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1
Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap
SMA Negeri 1 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 3
kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 (sebagai kelas
eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan
teknik pengambilan sampel bertujuan khusus (purposive sampling) (Sugiyono, 2009: 83).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain pretes-postes kelas non
ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas XIIPA 3) diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sementara kelas kontrol (kelas XIIPA 2) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi
tes/soal berupa soal essay yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan:
I = Kelas eksperimen (kelas XI IPA 3) II = Kelas kontrol (kelas XI IPA 2)
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes
O2 = Postes
Gambar 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi
subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dan lembar
observasi kemampuan kerjasama siswa.
f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas
eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester
ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2) Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Jigsaw) a. Kegiatan Awal
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian
untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia.
2) Guru memberikan apersepsi kepada siswa.
a. Pertemuan I
” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.
Seperti bermain tanah, mengapa kita tidak sakit ketika
bermain tanah? Padahal di tanah banyak sekali terdapat
kuman dan bakteri?”
b. Pertemuan II
“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang
bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ
luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa
a. Pertemuan I
”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan
masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita
memiliki pelindung dalam tubuh kita.”
b. Pertemuan II
”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang
sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari
berbagai bibit penyakit.”
4) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing 4
orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya,
yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan
tingkat intelegensi dan jenis kelamin).
2) Siswa dibagikan kartu nama yang warnanya berbeda (merah,
3) Siswa ditempatkan ke dalam kelompok ahli sesuai dengan
warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah
berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang
memiliki kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli
kedua, siswa yang memiliki warna kartu oranye berkumpul
membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki
warna kartu biru berkumpul membentuk kelompok ahli
keempat.
4) Setiap anggota kelompok memperoleh lembar ahli sesuai
dengan jumlah anggota kelompoknya
a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan
kelainan pada sistem pertahan non spesifik.
b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan
kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik.
5) Kemudian siswa dalam kelompok ahli berdiskusi untuk
mengerjakan lembar ahli dengan dibimbing dan diawasi oleh
guru.
6) Masing- masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok
asal dan setiap kelompok asal diberikan lembar asal. Setiap
anggota ahli menginformasikan hasil diskusi dengan anggota
kelompok asal. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi
dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
7) Salah satu kelompok asal diminta oleh guru untuk
tidak presentasi, mendengarkan presentasi dan dapat
membandingkan hasil diskusi untuk menambahkan informasi
dan melengkapi jawaban.
8) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang
telah dikerjakan oleh siswa.
9) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari
pembelajaran.
2) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).
3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
b. Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) a. Kegiatan Awal
1) Siwa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian
untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia.
2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru.
a. Pertemuan I
” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.
Seperti bermain tanah, mengapa kita tidak sakit ketika
bermain tanah? Padahal di tanah banyak sekali terdapat
b. Pertemuan II
“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang
dapat melindungi kita dari berbagai bakteri dan virus. Lalu
bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ
luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”
3) Siswa memperoleh motivasi dari guru
a. Pertemuan I
” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan
masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita
memiliki pelindung dalam tubuh kita.”
b. Pertemuan II
” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui
bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang
sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari
berbagai bibit penyakit.”
2) Siswa mendengarkan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran serta karakter yang harus dicapai siswa diakhir
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing
(setiap kelompok terdiri dari 4- 5 anggota).
2) Setiap kelompok memperoleh LKS tentang sistem pertahanan
a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan
kelainan pada sistem pertahan non spesifik.
b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan
kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik.
3) Setiap siswa mulai mengkaji literatur dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan LKS dari
guru.
4) Siswa berdiskusi, saling mengemukakan pendapat, dan
bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk
mendiskusikan LKS tersebut.
5) Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan
kelompok yang belum presentasi mendengarkan dengan rasa
hormat dan perhatian, kemudian dapat mengajukan pertanyaan,
memberikan tanggapan, serta mengemukakan pendapatnya.
7) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang
telah dikerjakan oleh siswa.
8) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang
belum dipahami oleh siswa.
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari
pembelajaran.
3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa skor hasil belajar kognitif siswa yang
diperoleh dari nilai pretes dan postes.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi kemampuan
kerjasama oleh siswa selama pembelajaran.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data hasil belajar kognitif adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai
pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan setiap
kelas. Bentuk soal yang diberikan baik pretes maupun postes adalah
sama, dan soal berupa essay yang mengandung indikator pencapaian
materi. Masing-masing indikator memiliki skor yang tertera pada
rubrik penilaian soal pretes dan postes. Teknik penskoran nilai pretes
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
b) Lembar Observasi Kerjasama Siswa
Lembar observasi kerjasama tim siswa berisi aspek kegiatan
kerjasama siswa yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua
kelas. Setiap siswa diamati aspek kegiatan kerjasama yang dilakukan
dengan cara memberi skor pada tiap aspek dengan rentang 1 - 4 pada
lembar observasi.
Tabel 2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa
No Nama
Skor Aspek Kerjasama
Siswa ∑xi n X±
Sd
Kriteria
A B C D E
1 2 3 4 5 dst.
∑xi
N X ± Sd Kriteria
Tabel 3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa
Aspek Skor Deskriptor
Contributions (Kontribusi)
1 Tidak pernah memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok 2 Jarang memberikan ide-ide yang berguna ketika
berpartisipasi dalam diskusi kelompok
3 Kadang-kadang memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok 4 Rutin memberikan ide-ide yang berguna ketika
berpartisipasi dalam diskusi kelompok Catatan
Sering = > 5 kali mengeluarkan ide Kadang- kadang = 3-4 kali mengeluarkan ide
Jarang = 1-2 kali mengeluarkan ide
Tidak pernah = 0
Problem solving (Pemecahan masalah)
1 Tidak mencoba untuk memecahkan masalah atau membantu orang lain memecahkan masalah 2
Tidak menyarankan atau memperbaiki solusi, tetapi bersedia untuk mencoba solusi yang disarankan oleh orang lain.
3 Memperbaiki solusi yang disarankan oleh orang lain 4 Secara aktif mencari dan menyarankan solusi untuk
masalah
Attitude (Sikap)
1 Sering memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain
2 Jarang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain
3 Kadang- kadang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain.
4 Tidak pernah memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain
Catatan
Sering = > 5 kali memberikan kritik Kadang- kadang = 3-4 kali memberikan kritik
Jarang = 1-2 kali memberikan kritik
Tidak pernah = 0
Focus on the task (Fokus pada tugas)
1 Tidak pernah fokus pada tugas. Memungkinkan orang lain yang melakukan pekerjaan
2
Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan beberapa waktu. Harus didorong dan diingatkan untuk melaksanakan tugas
3 Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan sebagian besar waktu
4 Secara konsisten tetap fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan
Working with others (Bekerja dengan yang
lain)
1 Tidak mendengarkan dan mengambil alih diskusi tanpa membiarkan orang lain memiliki giliran 2 Mengalami kesulitan untuk mendengarkan, dan tidak
mempertimbangkan ide-ide lain
3 Mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide lain 4
Mendengarkan, mempertimbangkan ide-ide lain, dan membantu mengarahkan kelompok dalam
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Hasil Belajar Kognitif Siswa
Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari rata-rata skor pretes postes.
Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan
menggunakan rumus N-gain lalu dianalisis secara statistik.
Hasil belajar kognitif siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus yaitu:
Ngain =
Keterangan:
Ngain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum
Modifikasi dari Hake (1999: 1)
Tabel 4. Kriteria peningkatan N-gain siswa
Nilai Kriteria
80,1-100 Sangat tinggi
60,1-100 Tinggi
40,1-60 Sedang
20,1-40 Rendah
0,1-20 Sangat rendah
Sumber: (Fithria, 2012: 37).
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan
program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
Spost – Spre Smax– Spre
1) Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui sebaran data yang tersebar
antara nilai yang paling tinggi sampai nilai yang paling rendah pada
sampel. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors
menggunakan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Nurgiantoro, 2002: 118).
2) Uji Homogenitas Data
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS
versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
a) Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho
diterima
b) Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho
ditolak
3) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan
dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji U.
Uji t digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U
digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.
A.Uji hipotesis dengan uji t
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kriteria Uji
- Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004: 13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan
kelas kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol.
2. Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
B.Uji Hipotesis dengan uji U
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2. Kriteria Uji
- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho
diterima
- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka
Ho ditolak (Martono, 2010: 158).
2. Data Kualitatif
Kemampuan Kerjasama oleh Siswa
Data kerjasama siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan
data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase kerjasama
siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rata- rata skor kemampuan dengan menggunakan rumus:
n x100
x X
iKeterangan : X = Rata-rata skor kemampuan siswa
∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69).
2. Setelah memperoleh rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa
kemudian menafsirkan atau menentukan katagori indeks kemampuan
Tabel 5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa
Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011: 17).
Skor Kriteria
87,50 – 100
75,00 – 87,49
50,00 – 74,99
0 – 49,99
Sangat baik
Baik
Cukup
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa pada pembelajaran.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat digunakan oleh
guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi
pokok sistem pertahanan tubuh.
2. Model Jigsaw memiliki sintaks yang memerlukan waktu yang cukup lama,
guru diharapkan memberikan arahan yang jelas dan tegas kepada siswa
3. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, LKS yang dibuat guru
sebaiknya mengandung indikator yang sama dengan indikator pada soal
DAFTAR PUSTAKA
Ainy, C. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pengajaran
Matematika di Sekolah Dasar (Tesis). Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Alsa, A. 2010. Pengaruh Metode Belajar Jigsaw Terhadap Keterampilan Hubungan
Interpersonal dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
(Skripsi). Universitas Gadjah mada. Jogjakarta.
Amri, S., dan Ahmadi, I.K. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Arabella, V. 2007. Teamwork and Assessment: A Critique. Monash University. Australia. Diakses dari http://www.questia.com/library/journal/1G1-183313478/teamwork-and-assessment-a-critique pada 22 Desember 2013 11:45 a.m.
Biggs, J., dan Watkins, D. 1995. Classroom Learning. University of Hongkong. Hongkong.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada 20 Desember 2013 9.24 a.m.
Hanafiah, N., dan S. Cucu. 2010. Konsep dan Strategi Pendidikan. Refika Aditama. Bandung.
Harris, P. R., & Harris, K. G. 1996. Managing effectively through teams. Team Performance Management: An International Journal.
Hidayati, A., N. Rustaman, S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
2011).Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.
Huda, M. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.
Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.
Maden, S. 2011. Effect of Jigsaw I Technique on Achievement in Written Expression Skill. Cumhuriyet University. Turkey. Diakses dari
http://www.academia.edu/1322758/Effect_of_Jigsaw_I_Technique_on_Achie vement_in_Written_Expression_Skill pada 20 Desember 2013 11:30 a.m.
Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Gava Media. Yogyakarta.
Mengduo, Q., dan X. Jin. 2010. Cooperative Learning Technique Focusing on The Language Learners. Harbin Institute of Technology. Chinese. Diakses dari http://www.celea.org.cn/teic/92/10120608.pdf pada 22 Desember 2013 09:45 a.m.
Nazaruddin. 2014. Daftar Nilai Hasil Seleksi Olimpiade Sains Nasional (Osn) Tingkat Sma/Ma Kota Pontianak Tahun 2014. Diakses dari
http://www.dindikptk.net/dikmen/NILAI_AKHIR_OSN_2014.pdf pada 26 April 2014 09:00 p.m.
Nurgiantoro, B., Gunawan, dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Perkins, D V. 2001. A "Jigsaw Classroom" Technique for Undergraduate Statistics Courses. Ataturk University. Turki. Diakses dari
http://top.sagepub.com/content/28/2/111 pada 22 Juli 2014 08.00 p.m.
http://www.deakin.edu.au/itl/assets/resources/pd/tl-modules/teaching- approach/group-assignments/case-studies/case-study-edith-cowan-university.pdf pada 20 Desember 2013 10:58 a.m.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Prima, F. 2013. Fakta pendidikan Di Indonesia. Diakses dari
http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/02/fakta-pendidikan-di-indonesia--565120.html pada 18 September 2014 07.11 a.m.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ristiani, R. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Vertebrata Di Sma Bina Mulya Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Jakarta.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sanjaya, B. 2012. Metode Pembelajaran: Metode Ceramah - Kelebihan dan
Kekurangan. Diakses dari http://www.hasiltesguru.com/2012/10/metode-pembelajaran-metode-ceramah.html. pada 18 september 2014 07.08 a.m.
Scarnati, J. T. 2001. On becoming a team player. Team Performance Management: An International Journal.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.
Slavin, R. 1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.
Sudirman. 1986. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suratman, A. 2013. Hasil Olimpiade Sains Nasional OSN Kab Bandung Barat 2013.