• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan

Tubuh Manusia)

Oleh

SARVIA TRISNIATI

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah menunjukkan bahwa

kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu

kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil

belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok

non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA3 dan XI IPA2 yang dipilih

secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berupa rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa yang diperoleh dari hasil

observasi pada tiap pertemuan kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif

(2)

iii

Pertahanan Tubuh kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji-t dan

uji U.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dengan rata-rata berkriteria baik yaitu

75,00. Siswa menunjukkan tingkat kontribusi dengan kriteria “cukup” (67,58 ± 0,00)

dengan ikut menyampaikan pendapatnya ketika proses diskusi. Siswa menunjukkan

kemampuan pemecahan masalah (problem solving) berkriteria “cukup” (68,37 ± 1,66) dengan berusaha aktif mencari solusi untuki setiap masalah dalam proses

diskusi. Siswa menunjukkan sikap (attitude) dengan kriteria “baik” (83,60 ± 4,42) dengan tidak memberikan kritik yang negatif terhadap pendapat yang disampaikan

oleh anggota yang lain. Siswa menunjukkan tingkat fokus pada tugas (focus on the task) dengan kriteria “baik” (81,84 ± 0,28) sehingga siswa dapat memahami tugas yang diberikan. Siswa menunjukkan kemampuan bekerja dengan yang lain (working with others) dengan kriteria “cukup” (73,64 ± 1,38) dengan mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anggota lain serta tidak mengambil alih proses diskusi.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai N-gain (60,43± 14,57) dengan kriteria sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama

dan hasil belajar siswa pada materi Sistem Pertahanan Tubuh Manusia.

(3)

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Manusia)

Oleh

SARVIA TRISNIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo, Lampung Tengah pada 30

Oktober 1992. Penulis adalah putri kelima dari lima

bersaudara pasangan Surip Udi Winarno dengan Sartinem.

Penulis beralamat di desa Sinarsari, Kecamatan Kalirejo

Kabupaten Lampung Tengah. Penulis memiliki nomor handphone 085758929792,

dan email sarvia_trisniati@yahoo.com.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah SD Negeri 1 Sinarsari (1998-2004), SMP

Negeri 1 Kalirejo (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Kalirejo (2007-2010). Pada Juli

2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui

jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Udik, Kecamatan Tulang

Bawang Udik dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karta, Kecamatan Tulang

Bawang Udik, Tulang Bawang Barat, serta penelitian pendidikan di SMA Negeri

1 Bangunrejo untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada tahun

(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu (Sartinem) dan ayah (Surip udi Winarno) tercinta, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala

langkahku menuju keberhasilan dan kebahagian.

Kakak- kakakku (Supriyanto, Saryanti, Sarmiyatun, dan Sarwati Ningsih) tersayang, yang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku.

Oppa, yang senantiasa memberikan dukungan dan selalu menemaniku ketika aku dalam kesulitan.

(9)

----

Moto

----

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia mengubah keadaan yang ada pada dirinya ”

___Allah SWT. (Q.S Ar-rad:11)___

“ Todo es facil si sabes como hacerlo

(Everything is easy if you know how to do it).” ___Jorge Lorenzo___

“Rencana Allah itu lebih baik dari rencana mu, jadi tetaplah berjuang dan berdoa, hingga kau kan menemukan bahwa ternyata memang Allah memberikan yang terbaik untukmu”

___Muhammad Agus___

“Jangan pernah iri dengan kesuksesan orang lain, just do your best, “believe” rezeki tidak akan pernah tertukar.”

(10)
(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL

BELAJAR PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH

MANUSIA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bangunrejo

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem

Pertahanan Tubuh)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan

(12)

xii

6. Syarief Hamka, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Bangunrejo dan

Muharom, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan

selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA

Negeri 1 Bangunrejo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

8. Partner terbaik Dira Tiara, terima kasih untuk kebersamaan, semangat yang

diberikan, dan segala bantuan yang telah diberikan;

9. Sahabat-sahabatku Mila Vanalita, Eli Komariah, mbak Sefty Goestira,

Marettha Ania, Rahma Nurul, Destya Norrahmah, dan Rika Purwanti, terima

kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat

ini;

10.Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010), kakak

tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA dan teman- teman KKN dan PPL

terima kasih atas persahabatan yang kalian berikan;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

B. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 11

C. Hasil Belajar Kognitif ... 17

D. Kemampuan Kerjasama ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur penelitian ... 26

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 36

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53

(14)

xvi

1. Silabus ... 59

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3. Lembar Kerja Siswa ... 73

4. Soal Pretest dan Posttest ... 130

5. Lembar Observasi ... 138

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Kriteria poin peningkatan kelompok ... 15

2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa ... 34

3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa ... 35

4. Kriteria peningkatan N-gain... ... 36

5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa ... 40

6. Kemampuan kerjasama siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 41

7. Hasil uji statistik nilai pretest, posttest dan N-gain Hasil Belajar siswa ... ... 42

8. Hasil uji statistik rata-rata N-gain indikator hasil belajar kognitif (C2, C3, dan C4) pada siswa... ... 43

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat ... 8

2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli ... 14 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen. ... 26

4. Jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS kelas Jigsaw

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tercermin

berdasarkan hasil Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diikuti siswa SMA/MA. Hasil OSN Bandung misalnya pada tahun 2013, siswa dengan

peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 60 lebih rendah

dibandingkan nilai untuk siswa peringkat pertama mata pelajaran lain

misalnya kimia yang memperoleh nilai 70 (Suratman, 2013: 4). Hal yang

sama juga terjadi pada hasil OSN pontianak tahun 2014, siswa dengan

peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 50. Hal ini lebih kecil

dibandingkan nilai peringkat pertama untuk mata pelajaran kimia yang

memperoleh nilai 93 (Nazaruddin, 2014: 9). Hal ini menunjukkan masih

rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil

belajar siswa.

Sementara kualitas pembelajaran yang rendah salah satunya disebabkan oleh

metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kebanyakan guru menggunakan

metode pembelajaran dengan satu cara, yaitu dengan ceramah (Prima, 2013:

1). Dalam sisi lain, metode ceramah memiliki kekurangan diantaranya

(18)

auditori, bila terlalu lama pembelajaran akan membosankan, susah untuk

mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan,

dan metode ceramah membuat siswa bersikap pasif (Sanjaya, 2012: 1). Sikap

pasif siswa dalam pembelajaran tentu berdampak pada rendahnya kemampuan

kerjasama siswa.

Rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa juga terjadi di SMA

Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah yang diketahui berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dengan guru biologi kelas XI SMA Negeri 1

Bangunrejo tahun ajaran 2012/2013 sekitar 39% siswa memperoleh hasil

belajar kognitif pada materi sistem pertahanan tubuh manusia yang masih di

bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 73 dengan

rata- rata nilai ulangan harian 69.

Kurangnya kerjasama antar siswa SMA Negeri 1 Bangunrejo tercermin ketika

proses diskusi berlangsung. Pada proses diskusi semua anggota belum terlibat

secara aktif. Siswa yang pandai masih mendominasi proses diskusi.

Rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa dikarenakan proses

pembelajaran yang belum optimal karena guru masih menggunakan metode

ceramah dan diskusi. Penggunaan metode ceramah akan membuat siswa

bersikap pasif karena siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi

yang diberikan oleh guru. Metode diskusi yang digunakan pun belum dapat

sepenuhnya mengembangkan kemampuan kerjasama dikarenakan saat proses

diskusi hanya beberapa anggota yang terlibat aktif dalam diskusi. Akibatnya

(19)

sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi

tersebut. Hal ini penting untuk dicarikan solusinya agar memperbaiki kualitas

pembelajaran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai hasil

dari meningkatnya kualitas pemahaman dan kemampuan siswa.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dan mengembangkan kemampuan kerjasama siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Lie (2008: 27) menjelaskan bahwa

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model

pembelajaran tipe Jigsaw ini lebih menekankan pada pentingnya interaksi dan kerjasama dalam suatu tim. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk

mempelajari salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam

kelompok akan bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh

karena itu, menjadi penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama.

Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Menurut Hamalik

(2002: 172) kemampuan kerjasama dalam proses belajar merupakan salah satu

faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran

siswa.

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alsa (2010: 171)

menyebutkan bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan kerjasama kelompok. Hasil analisis Alsa menunjukkan bahwa

(20)

kerjasama kelompok. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Ristiani (2011: 51) diketahui bahwa rata-rata N-gain siswa kelas eksperimen (pembelajaran dengan model Jigsaw) lebih tinggi dibandingkan rata-rata

N-gain kelas kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi). Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran Jigsaw efektif terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa. Merujuk pada penelitian terdahulu tersebut, terlihat

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan

Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Pertahanan

Tubuh Manusia (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap

SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap kemampuan kerjasama siswa?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama siswa.

2. Pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti

sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang

dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Bagi guru, dapat menjadi alternatif untuk menggunakan model Jigsaw lagi sehingga dapat mengembangkan kemampuan kerjasama siswa dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga

diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan

siswa dalam bekerjasama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

(22)

kelompok asal; (2) memberi tugas kepada masing- masing anggota untuk

mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran; (3) membentuk

kelompok ahli; (4) diskusi kelompok ahli; (5) dikusi kelompok asal; (6)

penyajian hasil diskusi kelompo; (7) kuis secara individual (dimodifikasi

dari Amri dan Ahmadi, 2010: 96-97).

2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh

berdasarkan nilai pretes dan postes.

3. Kemampuan kerjasama yang diamati dalam penelitian mencakup lima

indikator, yaitu: (1) Contributions (Berkontribusi dalam tim), (2)

Problem solving (Penyelesaian masalah), (3) Attitude (Sikap), (4) Focus on the task (Fokus pada tugas), dan (5) Working with others (Bekerja dengan yang lain). Kemampuan kerjasama ini diukur melalui observasi

saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 semester

genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun

Pelajaran 2013/2014.

5. Materi pokok yang diteliti adalah Sistem Pertahanan Tubuh Manusia

dengan kompetensi dasar “Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit”

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran adalah proses pendidikan yang terjalin di antara guru dan

siswa. Guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran yang bermakna

(23)

meningkatkan hasil belajar dan juga dapat mengukur kemampuan siswa

misalnya kemampuan kerjasama yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki konsep untuk

mengembangkan kemampuan siswa yang berbeda. Oleh karena itu, guru

dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang

sesuai dengan kemampuan siswa yang akan diukur.

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa. Jigsaw menggunakan konsep diskusi kelompok, setiap anggota kelompok akan selalu terlibat dalam

diskusi dan akan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Model

Jigsaw menuntut tim ahli menguasai materi yang ditugaskan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari diskusi tersebut.

Kerjasama antar individu sangat diperlukan dikarenakan akan menentukan

keberhasilan kelompok, dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa 100% .

Dengan tercapainya seluruh tujuan pembelajaran berarti proses pembelajaran

sudah efektif.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan menggunakan dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini dilakukan

pengujian untuk mengetahui hasil belajar kognitif dan kemampuan kerjasama

(24)

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram

berikut:

Keterangan: X= Model pembelajaran tipe Jigsaw; Y1 = hasil belajar siswa;

Y2 = kemampuan kerjasama siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa.

2. Ho = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok sistem pertahanan tubuh manusia.

H1 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh

signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem

pertahanan tubuh manusia.

X

Y1

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. Isjoni (2010: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Menurut Slavin

(dalam Isjoni, 2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat

merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Isjoni (2010:21)

tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah:

Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman- temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Sebuah pembelajaran kooperatif dalam kelas mengharuskan kelompok siswa

berusaha untuk mencapai tujuan bersama di mana semua anggota kelompok

bertanggung jawab satu sama lain. Ada banyak pendekatan untuk

pembelajaran kooperatif. Sebuah pendekatan yang sangat mudah dan alami

(26)

mereka untuk berkolaborasi bersama-sama pada suatu tugas, selanjutnya

mereka menyerahkan laporan. Hal ini disebut pendekatan ' belajar bersama '.

Sebuah pendekatan yang lebih formal untuk membagi kelas menjadi

beberapa kelompok, dan memberikan tanggung jawab kepada setiap anggota

kelompok untuk mempelajari bagian dari topik, mengajarkan bagiannya

kepada anggota kelompok yang lain, dan juga belajar dari mereka (Biggs dan

Watkins, 1995: 36-37).

Selain itu, pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2010: 56) muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep

yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin

bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang

kompleks. Jadi, menurutnya hakikat sosial dan penggunaan kelompok

sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Selanjutnya Arends (dalam Trianto 2010: 65-66), berpendapat bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.

Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang efektif untuk melatih siswa belajar dan bekerja dalam

(27)

mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil

yang optimal dalam belajar.

B. Model Pembelajaran Jigsaw

Dalam model Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas

salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang

diberikan pada setiap kelompok ini, masing- masing anggota harus

mempelajari bagian- bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Setelah

mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing- masing, setiap

anggota yang mempelajari bagian- bagian ini berkumpul dengan anggota-

anggota dari kelompok- kelompok lain yang juga menerima bagian- bagian

materi yang sama. Jadi, dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok

ahli”. Setelah masing- masing anggota menjelaskan bagiannya masing-

masing kepada teman- teman satu kelompoknya, mereka bersiap untuk diuji

secara individu (biasanya dengan kuis). Skor yang diperoleh setiap anggota

dari hasil ujian/ kuis individu ini akan menentukan skor yang diperoleh

kelompok mereka (Huda, 2013: 120-122).

Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Aronson di AS memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kerukunan etnis, kelas ras campuran di Texas. Dengan

demikian, ia tampaknya telah mengembangkan suatu pendekatan yang juga

(28)

kelompok-kelompok. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk mempelajari

salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam kelompok akan

bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh karena itu, menjadi

penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama, tidak hanya

mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari, tetapi juga

memperluas pengetahuan satu sama lain dengan mengajukan pertanyaan dan

menawarkan saran. Tidak ada kompetisi tim atau hadiah. Pada akhir

pelajaran Jigsaw, setiap siswa diberikan kuis oleh guru (Biggs dan Watkins, 1995: 38).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan (Lie, 2008: 27).

Pada model pembelajaran tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa

dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan

(29)

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari

tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim-tim ahli)

saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan

kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal

untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang

telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli (Amri dan

Ahmadi, 2010: 95).

Model Jigsaw memberikan siswa dengan kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam proses belajar. Jigsaw dapat meningkatkan efektivitas dengan meminta pertanggungjawaban kepada setiap individu untuk kinerja kelompok

(Lucas, dalam Maden, 2011: 913). Dalam teknik Jigsaw, siswa adalah peserta dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

Pada awalnya, para siswa berkumpul di kelompok asal dan masing-masing

peserta dalam kelompok asal mempelajari bagian dari topik sebagai

"spesialis", dan mengajarkan untuk / nya teman-temannya pada saat yang

sama ( Doymus, Simsek, dan Bayrakceken, dalam Maden, 2011: 913).

Jigsaw, awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson di Austin, Texas. Jigsaw

dianggap efektif dalam meningkatkan hasil pendidikan yang positif. Setiap

anggota kelompok ditugaskan bagian materi yang berbeda. Kemudian semua

siswa dari kelompok yang berbeda dengan materi pembelajaran yang sama

berkumpul dan membentuk sebuah "kelompok ahli" untuk mendiskusikan

dan berkomunikasi satu sama lain sampai mereka menguasai semua materi.

(30)

materi kepada anggota lain dari kelompok mereka (Wang, dalam Mengduo

dan Xiaoling, 2010: 113-114).

Variasi lain dari teknik ini adalah bahwa siswa menyelesaikan "lembar ahli"

untuk dijelaskan kembali ke kelompok asal. Jigsaw dikatakan mampu meningkatkan belajar siswa karena kurang mengancam bagi banyak siswa,

meningkatkan jumlah partisipasi siswa di dalam kelas, mengurangi

kebutuhan akan daya saing, dan mengurangi dominansi guru dalam kelas."

Akibatnya, strategi Jigsaw berhasil dapat mengurangi keengganan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas dan membantu menciptakan

suasana aktif yang berpusat pada peserta didik. (Longman Dictionary, dalam

Mengduo dan Xiaoling, 2010: 114).

Hubungan yang terjadi antar kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan

oleh Arrends dalam Ainy (2000: 15) sebagai berikut:

(31)

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995: 30):

1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi

tersebut untuk mendapatkan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu

untuk mendiskusikan topik tersebut.

3. Diskusi kelompok asal: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan topik pada kelompoknya.

4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik

5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan

penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.

Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:

Jumlah poin peningkatan individu setiap kelompok

Pk =

Banyaknya anggota kelompok

Pk = Poin peningkatan kelompok

Tabel 1. Kriteria poin peningkatan kelompok

Peningkatan Penghargaan

Pk < 15

15≤ Pk <25

Pk ≥ 25

Good Team (Tim yang bagus)

Great Team (Tim yang hebat)

Super Team (Tim yang super)

(32)

Selain itu, Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam model

pembelajaran Jigsaw (Hanafiah dkk, 2010: 44) sebagai berikut: a. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

b. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

c. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ bab- bab

yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.

e. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang

sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkan.

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi .

g. Guru memberi evaluasi.

h. Penutup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhonson dan Jhonson (dalam

Rusman, 2012: 219) tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh positif

terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

a. Meningkatkan hasil belajar.

b. Meningkatkan daya ingat.

c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi.

d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu).

e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen.

(33)

g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru.

h. Meningkatkan harga diri anak.

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif.

j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

C. Hasil Belajar Kognitif

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan

(Hakim, 2008: 1). Sedangkan menurut Sudirman (1986: 20), belajar

merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain

sebagainya.

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat,

meskipun tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu

hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu

dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana

aktivitas siswa sebagai subjek belajar (Sudirman,1986: 49).

Menurut Nana Sudjana (2005: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses

pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan

(34)

belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada

individu setelah mengalami pembelajaran.

Dalam KTSP ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan

afektif. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek pengetahuan (kognitif)

dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100. Setiap

satuan pendidikan dapat menentukan KKM untuk setiap mata pelajaran yang

dilakukan oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Forum guru

menentukan KKM melalui analisis kriteria ketun-tasan belajar minimal pada

setiap kompetensi dasar (KD). Adapun penetapannya harus memperhatikan

tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai

oleh siswa, tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam

penyelenggaraan pembelajaran (BNSP, 2006: 53).

Secara umum, ranah kognitif hasil belajar dapat diukur menggunakan tes

tertulis dan/atau tes lisan. Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif

mayoritas menggunakan tes tertulis. Proses tahapan mengkonstruksi tes

tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan

indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep,

revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes

tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada

peserta didik dalam bentuk tulisan (Suryantini, 2011: 1).

Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam

(35)

non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan

prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal

dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan

peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal

dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan

jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.

Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.

Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di

dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28)

aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

(36)

D. Kemampuan Kerjasama

Kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).

Sedangkan menurut William Burton ada 2 jenis kerjasama kelompok:

1. Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah memiliki

langkah- langkah sebagai berikut: merasa ada/ timbul masalah, identifikasi

dan analisis masalah, diseminasi tugas, aktivitas kelompok, penyelidikan

oleh kelompok, dan konklusi.

2. Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan

berbagai pendapat.

Kemudian, agar kerja kelompok berjalan baik, perlu diperhatikan beberapa

prinsip berikut:

1. Peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana, masalah,

dan manfaat untuk mereka.

2. Setiap anggota memberikan masukan-kontribusi.

3. Setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok.

4. Dikembangkan peran serta dan kerjasama secara efektif.

5. Perlu dicapai prosedur yang demokratis dalam perencanaan, pelaksanaan,

penyelesaian, dan pembuatan keputusan.

6. Pemimpin kelompok perlu menciptakan suasana dimana setiap anggota

(37)

7. Gunakan evaluasi terhadap kemajuan kelompok dalam berbagai segi;

social, aktivitas, kepemimpinan, dan sebagainya.

8. Diusahakan menimbulkan perubahan konstruktif pada kelakuan seseorang.

9. Setiap anggota merasa puas dan aman dalam kelompok kelas.

Maka, pada setiap pengajaran, guru hendaknya menciptakan suasana sosial

yang membangkitkan kerja sama diantara peserta didik dalam menerima

pelajaran sehingga pengajaran terlaksana lebih efektif dan efisien (Rohani,

2004: 25-26).

Beberapa siswa dalam menyelesaikan tugas mungkin merasa dieksploitasi dan

bahkan mereka harus bekerja lebih keras karena anggota tim lainnya kurang

berkontribusi dalam kerjasama kelompok. Perilaku yang tidak memenuhi

norma dalam kerjasama tim diantaranya tidak mendengarkan orang lain dan

tidak mendamaikan ide-ide dan pendapat yang berbeda, mendominasi diskusi

tim, dan menekan orang lain untuk menerima perspektif mereka. Kebutuhan

untuk mendidik siswa sebagai norma-norma tim yang dibutuhkan adalah salah

satu kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana

terlibat dalam kerja sama tim (Arabella, 2007: 61).

Tempone dan Martin (dalam Arabella, 2007: 61) mengidentifikasi perpecahan

yang ada dalam persepsi kerja tim oleh siswa. Ketika siswa ditugaskan dalam

tim untuk menyelesaikan tugas mereka, peran tim dapat dibagi menjadi dua

kategori besar: dalam kategori pertama siswa melihat tim sebagai sarana agar

(38)

kedua memandang tim sebagai sarana untuk memajukan pengetahuan individu

dan kolektif mereka.

Teamwork didefinisikan oleh Scarnati (2001: 5) "sebagai suatu proses kerja

sama yang memungkinkan orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa".

Harris dan Harris (1996: 23) juga menjelaskan bahwa tim memiliki tujuan

bersama atau tujuan di mana anggota tim dapat mengembangkan hubungan

timbal balik untuk mencapai tujuan tim. Individu yang bekerja bersama dalam

lingkungan kooperatif untuk mencapai tujuan tim bersama melalui berbagi

pengetahuan dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu elemen

penting dari sebuah tim adalah fokusnya menuju tujuan bersama dan tujuan

yang jelas (Fisher, Hunter, dan Macrosson, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).

Kerja sama tim yang sukses bergantung pada sinergisme yang ada antara

semua anggota tim yang menciptakan lingkungan agar semua anggota bersedia

untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam rangka memelihara lingkungan

tim yang efektif. Anggota tim harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan

lingkungan kerja kooperatif agar tujuan dapat dicapai melalui kolaborasi dan

saling ketergantungan sosial ketimbang individual atau tujuan kompetitif (Luca

dan Tarricone, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).

Penelitian telah memberikan sejumlah atribut yang diperlukan untuk sukses

dalam kerja sama tim. Berikut ini ringkasan literatur tentang atribut sukses

yang diperlukan untuk kerja sama tim yang efektif sebagai berikut (Pina dan

(39)

a. Komitmen terhadap keberhasilan tim dan tujuan bersama

Anggota tim berkomitmen untuk keberhasilan tim dan tujuan bersama

mereka untuk proyek tersebut. Tim sukses termotivasi, terlibat dan

bertujuan untuk mencapai pada tingkat tertinggi.

b. Interdependensi

Anggota tim perlu menciptakan suatu lingkungan agar mereka

bersama-sama dapat memberikan kontribusi jauh lebih banyak daripada sebagai

individu. Sebuah tim saling tergantung positif yang memungkinkan tim

untuk mencapai tujuan mereka pada tingkat jauh lebih unggul. Individu

mempromosikan dan mendorong anggota tim mereka sesama untuk

mencapai, berkontribusi, dan belajar.

c. Keterampilan Interpersonal

Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk membahas permasalahan

secara terbuka dengan anggota tim, jujur, dapat dipercaya, mendukung dan

menunjukkan rasa hormat dan komitmen terhadap tim dan kepada individu

tersebut. Membina lingkungan kerja yang peduli termasuk kemampuan

untuk bekerja secara efektif dengan anggota tim lainnya.

d. Komunikasi Terbuka dan umpan balik positif

Aktif mendengarkan dan menghargai kontribusi anggota tim akan

membantu menciptakan lingkungan kerja yang efektif. Anggota tim harus

bersedia untuk memberi dan menerima kritik konstruktif dan memberikan

(40)

e. Komposisi tim yang tepat sangat penting dalam pembentukan tim sukses

Tim anggota harus sepenuhnya menyadari peran tim mereka spesifik dan

memahami apa yang diharapkan dari mereka dalam hal kontribusi mereka

terhadap tim.

f. Komitmen untuk tim meliputi proses, kepemimpinan dan akuntabilitas

Anggota tim harus bertanggungjawab atas kontribusi mereka terhadap tim.

Mereka perlu menyadari proses tim, praktek terbaik dan ide-ide baru.

Kepemimpinan yang efektif sangat penting untuk keberhasilan tim

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1

Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap

SMA Negeri 1 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 3

kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 (sebagai kelas

eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan

teknik pengambilan sampel bertujuan khusus (purposive sampling) (Sugiyono, 2009: 83).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain pretes-postes kelas non

ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas XIIPA 3) diberi perlakuan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sementara kelas kontrol (kelas XIIPA 2) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi

tes/soal berupa soal essay yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran

(42)

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas XI IPA 3) II = Kelas kontrol (kelas XI IPA 2)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi

subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

(43)

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dan lembar

observasi kemampuan kerjasama siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas

eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester

ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2) Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan

dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Jigsaw) a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian

untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia.

2) Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

a. Pertemuan I

” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.

Seperti bermain tanah, mengapa kita tidak sakit ketika

bermain tanah? Padahal di tanah banyak sekali terdapat

kuman dan bakteri?”

b. Pertemuan II

“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang

(44)

bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ

luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”

3) Guru memberikan motivasi kepada siswa

a. Pertemuan I

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan

masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita

memiliki pelindung dalam tubuh kita.”

b. Pertemuan II

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang

sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari

berbagai bibit penyakit.”

4) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai

siswa diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan

guru mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing 4

orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya,

yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan

tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

2) Siswa dibagikan kartu nama yang warnanya berbeda (merah,

(45)

3) Siswa ditempatkan ke dalam kelompok ahli sesuai dengan

warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah

berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang

memiliki kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli

kedua, siswa yang memiliki warna kartu oranye berkumpul

membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki

warna kartu biru berkumpul membentuk kelompok ahli

keempat.

4) Setiap anggota kelompok memperoleh lembar ahli sesuai

dengan jumlah anggota kelompoknya

a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan

kelainan pada sistem pertahan non spesifik.

b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan

kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik.

5) Kemudian siswa dalam kelompok ahli berdiskusi untuk

mengerjakan lembar ahli dengan dibimbing dan diawasi oleh

guru.

6) Masing- masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok

asal dan setiap kelompok asal diberikan lembar asal. Setiap

anggota ahli menginformasikan hasil diskusi dengan anggota

kelompok asal. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi

dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

7) Salah satu kelompok asal diminta oleh guru untuk

(46)

tidak presentasi, mendengarkan presentasi dan dapat

membandingkan hasil diskusi untuk menambahkan informasi

dan melengkapi jawaban.

8) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang

telah dikerjakan oleh siswa.

9) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari

pembelajaran.

2) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) a. Kegiatan Awal

1) Siwa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian

untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia.

2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru.

a. Pertemuan I

” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.

Seperti bermain tanah, mengapa kita tidak sakit ketika

bermain tanah? Padahal di tanah banyak sekali terdapat

(47)

b. Pertemuan II

“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang

dapat melindungi kita dari berbagai bakteri dan virus. Lalu

bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ

luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru

a. Pertemuan I

” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan

masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita

memiliki pelindung dalam tubuh kita.”

b. Pertemuan II

” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang

sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari

berbagai bibit penyakit.”

2) Siswa mendengarkan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran serta karakter yang harus dicapai siswa diakhir

pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing

(setiap kelompok terdiri dari 4- 5 anggota).

2) Setiap kelompok memperoleh LKS tentang sistem pertahanan

(48)

a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan

kelainan pada sistem pertahan non spesifik.

b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan

kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik.

3) Setiap siswa mulai mengkaji literatur dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan LKS dari

guru.

4) Siswa berdiskusi, saling mengemukakan pendapat, dan

bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk

mendiskusikan LKS tersebut.

5) Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok yang belum presentasi mendengarkan dengan rasa

hormat dan perhatian, kemudian dapat mengajukan pertanyaan,

memberikan tanggapan, serta mengemukakan pendapatnya.

7) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang

telah dikerjakan oleh siswa.

8) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari

pembelajaran.

(49)

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor hasil belajar kognitif siswa yang

diperoleh dari nilai pretes dan postes.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi kemampuan

kerjasama oleh siswa selama pembelajaran.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Pretes dan Postes

Data hasil belajar kognitif adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai

pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen

maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan setiap

kelas. Bentuk soal yang diberikan baik pretes maupun postes adalah

sama, dan soal berupa essay yang mengandung indikator pencapaian

materi. Masing-masing indikator memiliki skor yang tertera pada

rubrik penilaian soal pretes dan postes. Teknik penskoran nilai pretes

(50)

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

b) Lembar Observasi Kerjasama Siswa

Lembar observasi kerjasama tim siswa berisi aspek kegiatan

kerjasama siswa yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua

kelas. Setiap siswa diamati aspek kegiatan kerjasama yang dilakukan

dengan cara memberi skor pada tiap aspek dengan rentang 1 - 4 pada

lembar observasi.

Tabel 2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa

No Nama

Skor Aspek Kerjasama

Siswa xi n X±

Sd

Kriteria

A B C D E

1 2 3 4 5 dst.

xi

N X ± Sd Kriteria

(51)

Tabel 3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa

Aspek Skor Deskriptor

Contributions (Kontribusi)

1 Tidak pernah memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok 2 Jarang memberikan ide-ide yang berguna ketika

berpartisipasi dalam diskusi kelompok

3 Kadang-kadang memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok 4 Rutin memberikan ide-ide yang berguna ketika

berpartisipasi dalam diskusi kelompok Catatan

Sering = > 5 kali mengeluarkan ide Kadang- kadang = 3-4 kali mengeluarkan ide

Jarang = 1-2 kali mengeluarkan ide

Tidak pernah = 0

Problem solving (Pemecahan masalah)

1 Tidak mencoba untuk memecahkan masalah atau membantu orang lain memecahkan masalah 2

Tidak menyarankan atau memperbaiki solusi, tetapi bersedia untuk mencoba solusi yang disarankan oleh orang lain.

3 Memperbaiki solusi yang disarankan oleh orang lain 4 Secara aktif mencari dan menyarankan solusi untuk

masalah

Attitude (Sikap)

1 Sering memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain

2 Jarang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain

3 Kadang- kadang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain.

4 Tidak pernah memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain

Catatan

Sering = > 5 kali memberikan kritik Kadang- kadang = 3-4 kali memberikan kritik

Jarang = 1-2 kali memberikan kritik

Tidak pernah = 0

Focus on the task (Fokus pada tugas)

1 Tidak pernah fokus pada tugas. Memungkinkan orang lain yang melakukan pekerjaan

2

Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan beberapa waktu. Harus didorong dan diingatkan untuk melaksanakan tugas

3 Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan sebagian besar waktu

4 Secara konsisten tetap fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan

Working with others (Bekerja dengan yang

lain)

1 Tidak mendengarkan dan mengambil alih diskusi tanpa membiarkan orang lain memiliki giliran 2 Mengalami kesulitan untuk mendengarkan, dan tidak

mempertimbangkan ide-ide lain

3 Mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide lain 4

Mendengarkan, mempertimbangkan ide-ide lain, dan membantu mengarahkan kelompok dalam

(52)

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Hasil Belajar Kognitif Siswa

Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari rata-rata skor pretes postes.

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan

menggunakan rumus N-gain lalu dianalisis secara statistik.

Hasil belajar kognitif siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus yaitu:

Ngain =

Keterangan:

Ngain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum

Modifikasi dari Hake (1999: 1)

Tabel 4. Kriteria peningkatan N-gain siswa

Nilai Kriteria

80,1-100 Sangat tinggi

60,1-100 Tinggi

40,1-60 Sedang

20,1-40 Rendah

0,1-20 Sangat rendah

Sumber: (Fithria, 2012: 37).

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan

program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

Spost – Spre Smax– Spre

(53)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui sebaran data yang tersebar

antara nilai yang paling tinggi sampai nilai yang paling rendah pada

sampel. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors

menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Nurgiantoro, 2002: 118).

2) Uji Homogenitas Data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS

versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

a) Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho

diterima

b) Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho

ditolak

(54)

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan

dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji U.

Uji t digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U

digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.

A.Uji hipotesis dengan uji t

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan

kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol.

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(55)

B.Uji Hipotesis dengan uji U

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho

diterima

- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka

Ho ditolak (Martono, 2010: 158).

2. Data Kualitatif

Kemampuan Kerjasama oleh Siswa

Data kerjasama siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan

data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase kerjasama

siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:

1. Menghitung rata- rata skor kemampuan dengan menggunakan rumus:

n x100

x X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor kemampuan siswa

xi = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69).

2. Setelah memperoleh rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa

kemudian menafsirkan atau menentukan katagori indeks kemampuan

(56)

Tabel 5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa

Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011: 17).

Skor Kriteria

87,50 – 100

75,00 – 87,49

50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik

Baik

Cukup

(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa pada pembelajaran.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat digunakan oleh

guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi

pokok sistem pertahanan tubuh.

2. Model Jigsaw memiliki sintaks yang memerlukan waktu yang cukup lama,

guru diharapkan memberikan arahan yang jelas dan tegas kepada siswa

(58)

3. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, LKS yang dibuat guru

sebaiknya mengandung indikator yang sama dengan indikator pada soal

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ainy, C. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pengajaran

Matematika di Sekolah Dasar (Tesis). Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Alsa, A. 2010. Pengaruh Metode Belajar Jigsaw Terhadap Keterampilan Hubungan

Interpersonal dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

(Skripsi). Universitas Gadjah mada. Jogjakarta.

Amri, S., dan Ahmadi, I.K. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arabella, V. 2007. Teamwork and Assessment: A Critique. Monash University. Australia. Diakses dari http://www.questia.com/library/journal/1G1-183313478/teamwork-and-assessment-a-critique pada 22 Desember 2013 11:45 a.m.

Biggs, J., dan Watkins, D. 1995. Classroom Learning. University of Hongkong. Hongkong.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada 20 Desember 2013 9.24 a.m.

(60)

Hanafiah, N., dan S. Cucu. 2010. Konsep dan Strategi Pendidikan. Refika Aditama. Bandung.

Harris, P. R., & Harris, K. G. 1996. Managing effectively through teams. Team Performance Management: An International Journal.

Hidayati, A., N. Rustaman, S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

2011).Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.

Huda, M. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Maden, S. 2011. Effect of Jigsaw I Technique on Achievement in Written Expression Skill. Cumhuriyet University. Turkey. Diakses dari

http://www.academia.edu/1322758/Effect_of_Jigsaw_I_Technique_on_Achie vement_in_Written_Expression_Skill pada 20 Desember 2013 11:30 a.m.

Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Mengduo, Q., dan X. Jin. 2010. Cooperative Learning Technique Focusing on The Language Learners. Harbin Institute of Technology. Chinese. Diakses dari http://www.celea.org.cn/teic/92/10120608.pdf pada 22 Desember 2013 09:45 a.m.

Nazaruddin. 2014. Daftar Nilai Hasil Seleksi Olimpiade Sains Nasional (Osn) Tingkat Sma/Ma Kota Pontianak Tahun 2014. Diakses dari

http://www.dindikptk.net/dikmen/NILAI_AKHIR_OSN_2014.pdf pada 26 April 2014 09:00 p.m.

Nurgiantoro, B., Gunawan, dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Perkins, D V. 2001. A "Jigsaw Classroom" Technique for Undergraduate Statistics Courses. Ataturk University. Turki. Diakses dari

http://top.sagepub.com/content/28/2/111 pada 22 Juli 2014 08.00 p.m.

(61)

http://www.deakin.edu.au/itl/assets/resources/pd/tl-modules/teaching- approach/group-assignments/case-studies/case-study-edith-cowan-university.pdf pada 20 Desember 2013 10:58 a.m.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Prima, F. 2013. Fakta pendidikan Di Indonesia. Diakses dari

http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/02/fakta-pendidikan-di-indonesia--565120.html pada 18 September 2014 07.11 a.m.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ristiani, R. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Vertebrata Di Sma Bina Mulya Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, B. 2012. Metode Pembelajaran: Metode Ceramah - Kelebihan dan

Kekurangan. Diakses dari http://www.hasiltesguru.com/2012/10/metode-pembelajaran-metode-ceramah.html. pada 18 september 2014 07.08 a.m.

Scarnati, J. T. 2001. On becoming a team player. Team Performance Management: An International Journal.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

Sudirman. 1986. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suratman, A. 2013. Hasil Olimpiade Sains Nasional OSN Kab Bandung Barat 2013.

Gambar

Gambar Sistem Pernapasan Manusia
Gambar komponen dalam pertahanan tubuh lapis kedua
gambar di atas, komponen apa yang terlibat dalam proses fagositosis dan jelaskan
Gambar mekanisme pertahanan tubuh dengan respon peradangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan aplikasi perhitungan tunjangan kerja kinerja pegawai di Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar ini dapat

This researcher’s aims of this study are: to describe the process of teaching and learning writing of the eighth year students of SMP N 1 Jatinom in academic year

 Mendekatkan tailstock pada benda, lalu kunci tailstock dengan kunci pas.  Lakukan pemakanan

Fungsi utama dari pipa alir adalah mengalirkan fluida (dua fasa) dari kepala sumur menuju separator, mengalirkan uap kering dari separator menuju turbin, mengalirkan

KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas laba dengan menggunakan dua pendekatan yaitu persistensi laba dan prediktabilitas laba

Arah kebijakan dan strategi : (1) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya pelestarian dan pendayagunaan naskah kuno sebagai karya budaya intelektual bangsa

“ saya memiliki tato dilengan kiri, dengan tulisan lLet it Be… ini ha nya sebagai identitas diri, serta termotivasi dengan tulisan tersebut, selain sebagai identitas,

[r]